47 BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum wilayah studi. Pada penelitian ini wilayah studi yang diambil yaitu Kota Bandar Lampung secara umum dan Kampung Adat Negeri Olok Gading khususnya.
3.1 Kota Bandar Lampung
Bandar Lampung merupakan sebuah kota di Indonesia dan merupakan kota terbesar di Provinsi Lampung. Bandar Lampung memiliki kepadatan ±5.332 / km2, hal ini menjadikan Bandar Lampung sebagai kota terpadat kedua di Pulau Sumatera setelah Medan, dan salah satu kota terpadat di luar Pulau Jawa. Secara geografis, Bandar Lampung merupakan pintu gerbang utama menuju Pulau Sumatera yang terletak sekitar 165 km dari arah Barat Laut Kota Jakarta. Bandar Lampung berperan penting dalam kegiatan transportasi darat serta distribusi logistik dari Jawa ke Sumatera, begitu pula sebaliknya. Kota Bandar Lampung memiliki wilayah daratan seluas 169,21 km² dan terbagi ke dalam 20 Kecamatan yang membawahi 126 Kelurahan. Bandar Lampung saat ini memiliki populasi penduduk sebanyak 1.015.910 jiwa (BPS Kota Bandar Lampung, 2017) serta menjadi pusat jasa, perdagangan, dan perekonomian di Provinsi Lampung.
a. Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20º - 50º30º LS dan 105º28º -105º37º BT. Kota Bandar Lampung berada di bagian ujung Selatan Pulau Sumatera tepatnya di daerah Teluk Lampung. Batas-batas wilayah Kota Bandar Lampung ialah sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Lampung Selatan Timur : Kabupaten Lampung Selatan Selatan : Teluk Lampung
Barat : Kabupaten Pesawaran
Sumber: BAPPEDA Kota Bandar Lampung, 2019
GAMBAR 3.1
PETA ADMINISTRASI KOTA BANDAR LAMPUNG
Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah bervariasi. Topografinya mulai dari dataran, pantai, kawasan perbukitan hingga kawasan bergunung yang memiliki ketinggian permukaan antara 0-500 m. Daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung dan Gunung Dibalau di sebelah Barat serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Lebih jelasnya, topografi wilayah Kota Bandar Lampung dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Wilayah pantai terletak di sekitar Teluk Betung, Panjang dan pulau-pulau di bagian Selatan.
2. Wilayah dataran/landai terdapat di sekitar Kedaton dan Sukarame pada bagian Utara.
3. Wilayah perbukitan terletak di sekitar Teluk Betung bagian Utara.
4. Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat di sekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu pada wilayah Sukadana Ham dan sekitarnya.
Dilihat dari ketinggian yang dimilikinya, Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Rajabasa merupakan wilayah tertinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Ketinggian Kecamatan Kedaton dan Rajabasa berada pada ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian hanya sekitar 2-5 mdpl. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang merupakan dua kecamatan dengan ketinggian terendah dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.
b. Kondisi Demografi
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Bandar Lampung, pada tahun 2019 Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.051.500 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2018 di mana penduduk Kota Bandar Lampung masih berjumlah 1.033.803 jiwa. Agama yang dianut oleh penduduk Kota Bandar Lampung sangat beragam, dan penduduknya pula memiliki rasa saling toleransi yang tinggi antar umat beragama. Islam merupakan
agama mayoritas yang dianut oleh sebagian besar penduduk Kota Bandar Lampung yaitu dengan persentase sekitar 92,63% dari total jumlah penduduk keseluruhan. Selain itu terdapat pula agama lainnya yaitu Kristen sebesar 3.55%, Katolik sebesar 1.59%, Hindu sebesar 0.35%, Buddha sebesar 1.48%, dan Kong Hu Cu 0.04%. Kong Hu Cu sendiri banyak dianut masyarakat keturunan Tionghoa dan pendatang.
TABEL III.1
JUMLAH PENDUDUK HISTORIS KOTA BANDAR LAMPUNG
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase Pertambahan
1870 1.526 -
1930 98.166 + 7,19 %
1961 155.722 + 1,50 %
1971 198.427 + 2,45 %
1980 284.275 + 4,08 %
1990 636.418 + 8,39 %
1997 702.115 + 1,41 %
2000 743.109 + 1,91 %
2010 881.801 + 1,73 %
2015 979.287 + 2,12 %
2017 1.015.910 + 1,85 %
2019 1.051.500 + 1,74 %
Sumber: Data Historis BPS Kota Bandar Lampung, 2020
Dengan keanekaragamannya, Bandar Lampung dikenal sebagai kota dua unsur (Bumi Rua Jurai) lantaran dihuni oleh masyarakat asli Suku Lampung dan pendatang dari luar daerah. Etnis yang dapat ditemui di kota ini sangan beragam yaitu mulai dari etnis Lampung, Batak, Minangkabau, dan Palembang. Kemudian terdapat juga etnis Tionghoa, Sunda, Jawa, Bali, Bugis dan lainnya. Masyarakat Bandar Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa mulai dari Bahasa Indonesia, bahasa daerah asal masing-masing, hingga bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung. Keankeragaman di Bandar Lampung tidaklah menimbulkan perpecahan melainkan memberi warna dan keunikan tersendiri.
c. Kondisi Ekonomi
Dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan Kota Bandar Lampung pada tahun 2017 sebesar Rp. 34.921.075,57 juta. Konstribusi PDRB terbesar yaitu terdapat pada sektor Industri Pengolahan, lalu dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran, sektor Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, serta dari sektor Transportasi dan Pergudangan. Total nilai ekspor non-migas kota Bandar Lampung hingga tahun 2006 mencapai 4.581.640 ton, yang mana konstribusi terbesarnya datang dari komoditas kopi yaitu sebesar 140.295 ton, kemudian disusul dengan karet sebesar 15.005 ton di posisi kedua, dan kayu sebesar 1.524 ton pada posisi ketiga.
Kota Bandar Lampung memiliki potensi pengembangan yang besar pada berbagai sektor. Sektor yang cukup menunjang ialah sektor pertanian dengan komoditi utama berupa cengkeh, kakao, kopi, dan kelapa. Banyak sekali industri di Kota Bandar Lampung yang bahan bakunya berasal dari tanaman dan bahan perkebunan. Sebagian besar dari industri tersebut merupakan industri rumah tangga yang mengolah kopi, lada, dan pisang yang diolah menjadi keripik pisang.
Hasil industri ini kemudian menjadi komoditas perdagangan dan ekspor yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk setelah pertanian.
Bandar Lampung merupakan salah satu kota terbesar di Sumatera yang memegang peranan penting dalam perkembangan dan kegiatan perekonomian.
Sebagai kota yang sedang bergerak menuju kota metropolis, Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan perekonomian di Lampung. Sebagian besar penduduk bergerak pada sektor jasa, industri, dan perdagangan, yang menyebabkan hadirnya beberapa supermarket besar. Pada sebelah Timur Kota Bandar Lampung, terdapat satu kawasan industri berikat yaitu Kawasan Industri Lampung (KAIL). Terdapat berbagai macam pabrik-pabrik besar yang beraglomerasi di kawasan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan Bandar Lampung kerap dijuluki kota Industri penting di Sumatera bagian Selatan setelah Palembang, tentunya selain karena banyaknya perusahaan besar yang ada di kota ini.
TABEL III.2
PDRB KOTA BANDAR LAMPUNG ATAS HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2015-2019
17 Kategori PDRB
PDRB atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kota Bandar Lampung (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,37 2,28 -0,35 0,07 2,36
B. Pertambangan dan Penggalian 11,39 6,47 7,58 6,23 5,51
C. Industri Pengolahan 8,50 6,25 6,02 6,12 7,05
D. Pengadaan Listrik dan Gas 5,28 5,82 5,69 5,45 6,51
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 3,05 4,13 2,47 1,73 5,43
F. Konstruksi 2,85 10,09 9,16 9,12 5,56
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,29 3,60 3,96 4,17 6,09
H. Transportasi dan Pergudangan 12,67 7,84 6,30 6,48 6,94
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10,88 8,89 5,03 7,67 8,56
J. Informasi dan Komunikasi 9,28 9,95 9,91 9,80 8,01
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,44 4,74 6,85 4,48 3,23
L. Real Estate 6,67 5,71 8,31 7,16 5,83
M,N. Jasa Perusahaan 7,11 2,85 5,25 4,59 4,41
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 5,64 5,46 5,66 5,35 4,79
P. Jasa Pendidikan 8,18 6,46 6,95 7,03 7,73
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,97 7,93 7,49 5,89 7,02
R,S,T,U. Jasa Lainnya 8,90 7,05 7,00 7,78 7,84
PDRB 6,33 6,43 6,28 6,21 6,24
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2020
3.2 Kampung Adat Negeri Olok Gading
Negeri Olok Gading merupakan salah satu kampung tua di Kota Bandar Lampung. Secara administratif, Negeri Olok Gading merupakan bagian dari Kecamatan Teluk Betung Barat. Keistimewaan dan keunikan sosial budaya di Kampung Adat Negeri Olok Gading ini telah diakui oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Hal ini diperkuat dengan ditetapkannya Negeri Olok Gading sebagai kawasan cagar budaya dan zona wisata budaya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030. Sebagai zona wisata budaya, Negeri Olok Gading dapat dikelola dan ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata.
Di mana nantinya Negeri Olok Gading diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata dan membantu perekonomian lokal. Negeri Olok Gading berbatasan dengan beberapa wilayah di Kota Bandar Lampung dengan rincian sebagai berikut:
Utara : Kelurahan Sumur Putri Selatan : Kelurahan Bakung Timur : Kelurahan Kuripan Barat : Kelurahan Sukarame II
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
GAMBAR 3.2
GAPURA KAWASAN CAGAR BUDAYA NEGERI OLOK GADING
Sebagai kawasan cagar budaya, maka dibangunlah sebuah gapura pada pintu masuk Negeri Olok Gading. Tujuan pembangunan gapura ini ialah untuk menandai jalur masuk utama menuju Negeri Olok Gading dan memudahkan masyarakat luar yang hendak berkunjung ke daerah ini. Selain itu, pembangunan gapura ini juga bertujuan untuk memberi batasan antar Negeri Olok Gading dan wilayah di sekitarnya.
Gapura ini dibangun dengan ornamen dan ukiran tradisional yang dilengkapi dengan Siger serta Payung Tiga Warna pada pada puncak gapura. Siger pada gapura melambangkan identitas Suku Lampung, sedangkan Payung Tiga Warna (putih- kuning-merah) merupakan simbol tatanan sosial (Hariyanto, 2019).
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
GAMBAR 3.3
PUSAT KAMPUNG ADAT NEGERI OLOK GADING
Negeri Olok Gading memiliki luas ± 25 Ha dan berpusat di Jl. Dr. Setiabudi Kota Bandar Lampung. Pada Negeri Olok Gading terdapat 3 sumber air panas yang letaknya berdekatan. Sumber air panas tersebut kerap dijadikan tempat berendam dan konon dapat menyembukan berbagai macam penyakit. Negeri Olok Gading memiliki kondisi topografis dan geografis yang berbukit, dibatasi oleh sungai Way Kuripan namun memiliki tanah datar untuk pertanian. Potensi sosial budaya serta potensi ekonomi dan lingkungan yang ada di Negeri Olok Gading dapat dimanfaatkan lebih optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup masyarakat sekitar.
Sumber: Hasil Pengolahan ArcGIS, 2021
GAMBAR 3.4
PETA DELINIASI KAMPUNG ADAT NEGERI OLOK GADING
Kampung ini merupakan kampung yang masih banyak menyimpan adat istiadat dan budaya. Masyarakatnya pula masih menggunakan Bahasa Lampung dalam percakapan sehari-hari. Acara adat juga masih rutin dilaksanakan baik tiap tahunnya.
Kesenian bela diri tradisional Suku Lampung yang bernama Pincak Khakot masih tetap lestari dan kerap ditampilkan dalam festival atau acara adat tertentu. Masyarakat Suku Lampung di Negeri Olok Gading juga mempunyai alat musik tradisional sendiri yaitu Kompang, Gong, Cetik dan lain sebagainya. Manuskrip sejarah dari leluhur juga masih tersimpan rapi pada Lamban Dalom Marga Balak yang terletak di kampung adat ini.
Sumber: Dokumentasi BPNB, 2017
GAMBAR 3.5
PEMBUKAAN JATRADA DI NEGERI OLOK GADING
Sebagai kampung yang masih melestarikan budayanya, Negeri Olok Gading juga tidak jarang menjadi tempat kegiatan pengenalan dan pendidikan kebudayaan bagi yang ingin belajar lebih banyak mengenai budaya Indonesia. Salah satu contohnya ialah ketika kampung ini menjadi tempat penelitian sekaligus tuan rumah kegiatan Jejak Tradisi Daerah (JATRADA) yang diselenggarakan oleh Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) pada tahun 2017. JATRADA merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan budaya bangsa kepada generasi muda.
Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 150 orang peserta dari berbagai daerah dan diisi oleh kegiatan kebudayaan.