• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Review Penelitian terdahulu Hasil penelitian Dewi & Sanica, (2017) menunjukan bahwa CSR tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Review Penelitian terdahulu Hasil penelitian Dewi & Sanica, (2017) menunjukan bahwa CSR tidak"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian terdahulu

Hasil penelitian Dewi & Sanica, (2017) menunjukan bahwa CSR tidak berpengaruh pada Nilai Perusahaan begitu pula dengan Kepemilikan institusional atau kepemilikan saham oleh pihak luar perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. sedangkan Kepemilikan manajerial atau kepemilikan saham oleh pihak manajemen mempengaruhi nilai perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.

Penelitian yang dilakukan oleh Dian & Lidyah, (2014) Secara parsial dari ketiga variabel ada yang memiliki pengaruh positif dan ada yang tidak memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan tambang batu bara.

Variabel pertama yaitu Corporate Social Responsibility, dari hasil beberapa uji mengenai variabel ini dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel kedua yaitu kepemilikan manajerial, dari hasil beberapa uji mengenai kepemilikan manajerial dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Variabel ketiga yaitu kepemilikan institusi, dari hasil beberapa uji mengenai kepemilikan institusi disimpulkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan Corporate Social Responsibility, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

(2)

Hasil Penelitian dari Putri & Raharja, (2013) Variabel Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang didorong oleh tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility yang cukup tinggi oleh perusahaan-perusahaan sampel yaitu rata-rata sebesar 0,31311. Hal ini berarti bahwa semakin luas atau semakin besar pengungkapan Corporate Social Responsibility maka semakin besar nilai perusahaan karena investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaaan yang tingkat pengungkapan tanggung jawab sosialnya tinggi. Sedangkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan-perusahaan sampel yaitu sebanyak 48 perusahaan dari total 116 menghasilkan tidak berpengaruh terhadap hubungan antara nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wida P. D & Suartana, (2014) Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, dimana para manajer memiliki kepentingan pribadi yang cenderung dipenuhinya dibandingkan pencapaian tujuan perusahaan. Namun, pengaruh positif ditunjukkan oleh variabel kepemilikan institusional pada nilai perusahaan, dimana keterlibatan pihak institusional mampu membatasi perilaku oportunistik manajer.

Penelitian yang dilakukan oleh Sholekah & Venusita, (2014) Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajamen dan pemegang saham (outsider ownership), dimana akan manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham

(3)

yang notabennya adalah dirinya sendiri. CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Peningkatan CSR terhadap masyarakat akan menciptakan citra yang baik terhadap perusahaan, Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan prosentase tingkat kepemilikan institusional yang kecil, pengawasan pada pihak manajemen dirasa kurang optimal dimana pengawasan oleh pihak institusional tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pengambilan keputusan oleh manajemen.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustina, (2013) dimana profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang yang dilakukan oleh Ayu & Suarjaya, (2017) dimana Hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel nilai perusahaan (Tobin’sQ). Angka ROE menunjukkan positif sehingga ROE dapat menaikkan nilai perusahaan. Ketika ROE mengalami kenaikan makan nilai perusahaan (Tobin’sQ) mengalami peningkatan juga.

Penelitian Sambora & Handayani, (2014) dimana hasil uji t dengan nilai thitung sebesar 1,933 dengan nilai sig adlah 0,357 lebih besar dari nilai alpha

(4)

0,05. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa variable ROE tidak berpengaruh signifikan.

B. Tinjauan Pustaka

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Rokhlinasari, (2015) Konflik kepentingan dalam hubungan keagenan.

Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori agensi mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingan terhadap perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggungjawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun demikian manajer juga menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan di mana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

2. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

Stakeholder adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.

Stakeholder dapat dibagi menjadi dua berdasarkan karakteristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah seseorang atau kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan untuk going concern, meliputi: shareholder dan investor, karyawan,

(5)

konsumen dan pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu : pemerintah dan komunitas. Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi dengan perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya.

Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Pengungkapan sosial dan lingkungan kemudian dipandang sebagai dialog antara perusahaan dengan stakeholder. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu : 1) Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka. 2) Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan. 3) Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan. 4) LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan

(6)

meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka (Rokhlinasari, 2015).

3. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai prosentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten kepemilikan saham dilaporkan dalam bentuk prosentase.

Proksi yang digunakan untuk menghitung kepemilikan manajerial menggunakan MOWN, yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dibagi jumlah saham yang beredar (Haruman, 2008)

4. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikaan lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. (Tarjo, 2008).

Proksi yang digunakan untuk menghitung kepemilikan institusional menggunakan INST, yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh institusional dibagi jumlah saham yang beredar (Haruman, 2008)

(7)

5. Profitabilitas

Menurut Eugene & Houston, (2001), profitabilitas adalah hasil akhir dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen, dimana kebijakan dan keputusan ini menyangkut pada sumber dan penggunaan dana dalam menjalankan operasional perusahaan yang terangkum dalam laporan neraca dan unsur dalam neraca. Menurut Saidi & Abidin, (2004) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return.

Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik.

Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan melalui Return on equity (ROE) sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak, semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan.

Pemilik perusahaan lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang mereka tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham dan nilai perusahaan.

(8)

6. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Bowen dalam buku Solihin, (2017) kewajiban dan tanggung jawab social perusahaan selaras antara tujuan dan nilai perusahaan. Ada hal yang mendasari tanggung jawab sosial dan kewajiban sosial yaitu pertama, perilaku perusahaan dan cara perusahaan untuk menjalankan bisnis harus sesuai dengan pedoman masyarakat sebab perusahaan ada dari dukungan masyarakat. Kedua, keputusan yang diambil oleh manajemen puncak harus melibatkan mencerminkan atau sesuai dengan nilai-nilai yang ada masyarakat. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan juga sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan (Totok, 2014).

Adanya daftar pengungkapan sosisal yang digunakan adalah daftar pengungkapan dengan jumlah 91 item yang diadaptasi berdasarkan pengungkapan yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative versi Generation 4 (GRI G4) dengan enam indikator yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja sosial, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab atas produk.

7. Nilai Perusahaan

Islahuddin, (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar, karena nilai pasar perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat.

Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada

(9)

orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer ataupun komisaris.

Untuk menilai nilai perusahaan bisa dengan menggunakan Tobin’s Q.

Tobin mendefinisikan Q sebagai nilai pasar perusahaan dibagi dengan biaya penggantian modal.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Manajeraial terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Isnanta, 2008). Dalam penelitian Sholekah & Venusita, (2014) Dewi & Sanica, (2017) menyebutkan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai perusahaan, sedangkan penelitian dari (Dian & Lidyah, 2014) menyebutkan bahwa kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H1: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan 2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal Tarjo, (2008).

Dalam penelitian Dian & Lidyah, (2014), Wida P. D & Suartana, (2014) dan menyatakan kepemilikan Intitusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Dewi & Sanica, (2017) menyatakan bahwa kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

(10)

H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai perusahaan

Profitabilitas ini banyak diamati oleh para pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham dan nilai perusahaan. dalam penelitian Agustina, (2013) dan Ayu & Suarjaya, (2017) menyatakan profitabilitas terbukti berpengaruh signifikan terhadap CSR, dan menyatakan hasil analisis data variabel profitabilitas menggunakan Return On Equity (ROE) menunjukan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan (Sambora & Handayani, 2014) menyatakan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan

4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan Totok, (2014). Dalam penelitian Putri & Raharja, (2013) dan Sholekah & Venusita, (2014) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian (Dian & Lidyah, 2014) menyatakan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H4 : Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan

(11)

H1

H3

H2

H4

D. Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepemilikan Institusional (X2)

Kepemilikan Manajerial (X1)

Profitabilitas (X3) ROE

Corporate Social Responsibility (X4)

Nilai Perusahaan (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Freeman mendefenisikan bahwa stakeholder merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari

Peningkatan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran (kegiatan mengajar guru dan belajar siswa) menunjukkan ketuntasan yang dicapai guru dan siswa dalam proses pembelajaran

Penggunaan teknik catat dalam penelitian ini yaitu, dengan mencatat kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat pada novel Norwei no

Karena ada jenis-jenis yang mampu tumbuh pada lahan yang tidak diolah dan ada pula yang memerlukan pengolahan tanah secara intensif agar dapat tumbuh baik dan optimal

Kelayakan modul berbasis bounded inquiry laboratory (lab) pada materi Sistem Pencernaan berdasarkan validasi ahli memperoleh kategori “sangat baik” dengan persentase

Teori stakeholder menunjukan bahwa semakin tinggi leverage perusahaan maka tanggung jawab perusahaan terhadap kreditur akan semakin besar sehingga memaksa perusahaan untuk

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Pada kawasan tersebut terjadi genangan setinggi sekitar 40–60 cm dengan lama genangan 4-8 jam yang diakibatkan air dari saluran

Dengan menggunakan panthom untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan SADARI, informasi akan mudah ditangkap, oleh pancaindera dan pendengaran, diaplikasikan