1.1 Latar Belakang
Industri makanan mempunyai peranan sangat penting dalam pembangunan sektor industri. Industri makanan memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Menurut Kementerian Perindustrian jika dilihat dari perkembangan realisasi investasi sektor industri makanan, sampai dengan triwulan II tahun 2016 sebesar Rp 24 triliun. Sepanjang tahun 2016, pertumbuhan nilai industri makanan dan minuman lebih stabil karena didorong oleh volume penjualan. Investasi di bidang ini pun diharapkan melewati Rp 50 triliun atau meningkat 16% dari tahun 2015 sebesar Rp 43 triliun.
(sumber: www.kemenperin.go.id).
Berdasarkan sumber informasi mengenai pertumbuhan industri makanan yang dijelaskan oleh kementerian perindustrian dapat disimpulkan bahwa keuntungan dalam berbisnis di dunia industri makanan saat ini memiliki prospek yang cukup baik kedepannya, khususnya di kota-kota besar seperti Bandung.
Dalam padatnya kesibukan dan aktivitas masyarakat saat ini, membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar menyiapkan makanan sendiri dan lebih memilih untuk membeli makanan siap saji.
Pada saat ini di kota-kota besar sudah cukup banyak UMKM yang terjun pada bisnis industri makanan, seperti halnya di kota Bandung. UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil Menengah, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) UMKM dapat di definisikan berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 5-9 orang.
Sedangkan untuk usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 20-99 orang. Maka dapat disimpulkan pengertian UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi jumlah tenaga kerja maupun segi kekayaan yang dimiliki oleh pengusaha dari bisnisnya sendiri.
1
Tabel 1.1
Data jumlah pertumbuhan UMKM di Indonesia tahun 2005-2013 (dalam unit dan persen) :
Sumber: Badan Pusat Statistik. http:// www.bps.go.id. (Diakses Tanggal 09 Maret 2017).
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa pertumbuhan UMKM di Indonesia mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Data diatas menunjukan pertumbuhan tertinggi ditahun 2013 mencapai 57.895.721 unit UMKM atau 2,41 dalam persen. Hal ini menunjukkan UMKM di Indonesia memiliki pertumbuhan sangat baik dari segi Industri makanan dan lain-lain.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menunjukkan Provinsi Jawa Barat berada di peringkat kedua dalam jumlah dan jenis UMKM per desa/kelurahan dengan jumlah total 16.405. Industri makanan dan minuman menempati posisi pertama dengan jumlah 4.023 UMKM, disusul industri olahan dari kayu (3.987 UMKM), industri anyaman (2.266 UMKM), industri gerabah/keramik (1.828 UMKM), serta industri konveksi dan tenunan (1.779 UMKM). Data ini membuktikan potensi UMKM sebagai penggerak perekonomian masyarakat sangat besar terutama pada sektor industri makanan.
Selain itu data dari BPS juga menunjukkan pertumbuhan produksi industri (year on year) triwulan 1 2013 UMKM mengalami kenaikan di industri makanan sebesar 10,76% (sumber: presidenri.go.id).
Maka hal ini menunjukan tingkat UMKM dalam industri makanan memiliki pertumbuhan yang sangat pesat. Terutama pada jenis makanan seperti ayam goreng tepung atau lebih dikenal dengan istilah Fried Chicken. Dalam penjualan makanan seperti Fried Chicken saat ini juga sudah cukup banyak dan berkembang di Indonesia, contohnya di kota Bandung. Dengan harga yang lebih terjangkau tetapi memiliki kualitas rasa yang cukup baik dan enak untuk di nikmati oleh masyarakat, kualitas tersebut bisa dikatakan tidak kalah dengan ayam goreng tepung yang dijual di restoran terkenal. Sehingga mempermudah masyarakat untuk mengkonsumsi Fried Chicken tanpa harus membeli ke restoran
Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Unit 47.017.
062
49.021.
803
50.145.
800
51.409.
612
52.764.
603
53.823.
732
55.206.
444
56.534.
592
57.895.
721
Persen 5,00 4,26 2,29 2,52 2,64 2,01 2,57 2,61 2,41
yang mahal, ditengah-tengah kesibukan aktivitas mereka dan Fried Chicken tersebut juga dapat dinikmati dengan masyarakat kelas menegah ke atas maupun menengah ke bawah. Dari berbagai jenis UMKM yang berbisnis dalam industri makanan Fried Chicken, membuat adanya persaingan yang ketat dalam mencari dan mempertahankan konsumennya. Tingkat persaingan tersebut dipengaruhi dari sebagian faktor, seperti kualitas produk, dan ekuitas merek. Sehingga menjadi tuntutan tersendiri bagi perusahaan untuk menarik perhatian konsumen dalam memutuskan pembelian produk Fried Chicken yang ditawarkan. Di kota Bandung saat ini sudah banyak UMKM yang membuka bisnis pada sektor industri makanan Fried Chicken, berikut adalah daftar bisnis UMKM sektor kuliner di Bandung yang menjual produk fried chicken :
Tabel 1.2
Daftar Bisnis Fried Chiken di Bandung
No Store Alamat
1. Sabana JL. Taruna, No. 6, Perumahan Suka Asih Ujung Berung, Pasir Endah, Ujung Berung, Kota Bandung, Jawa Barat 40619, Indonesia
2. HFC Jl. Gegerkalong Girang, No. 67, Bandung
3. AGT Kartin Jl. Karangtineung No.6B, Sukajadi, Bandung, Jawa Barat
4. D’Besto Jl. Cikutra Barat No.42, Bandung
5. De’Chick Jalan Venus Raya No. 31, Margahayu, Bandung Sumber: www.google.co.id
Dengan melihat peluang yang masih besar pada tahun 1997 di daerah Kota
Bandung, Bapak Handi Suhandi mendirikan usaha UMKM yang bernama Ayam
Goreng Tepung Kartin atau lebih dikenal dengan nama AGT Kartin, yang telah
berdiri sejak tahun 1997, berlokasi di Jl. Karangtineung No.6B, Sukajadi,
Bandung, Jawa Barat, yang merupakan salah satu UMKM pada bisnis industri
makanan Fried Chicken. AGT Kartin menggunakan resep turun temurun yang
sudah lama dimiliki pihak keluarga. Saat ini AGT Kartin hanya memiliki satu
store saja, sehingga masih banyak warga Bandung yang belum mengetahui AGT Kartin. Dan hanya sebagian warga Bandung yang mengetahui produk AGT Kartin berdasarkan Word of Mouth, karena AGT Kartin masih dalam bentuk usaha kecil yang jumlah karyawannya masih 8 orang. Tetapi, banyak juga konsumen yang loyal terhadap produk AGT Kartin karena kualitas rasa dan ukuran produk yang dimiliki cukup membuat konsumen tertarik untuk melakukan keputusan pembelian, dengan harga yang terjangkau tetapi memiliki kualitas ayam yang hampir sebanding dengan kualitas ayam goreng tepung di restoran yang sudah terkenal. Berikut data penghasilan bersih AGT Kartin, pada tahun 2011-2016.
Tabel 1.3
Data Penghasilan Bersih AGT (Ayam Goreng Tepung) Kartin 2011-2016 (Data Penghasilan Bersih Dalam Rupiah)
TAHUN PENGHASILAN BERSIH
2011 Rp. 165.230.000
2012 Rp. 148.970.000
2013 Rp. 153.076.000
2014 Rp. 165.800.400
2015 Rp. 158.585.800
2016 Rp. 163.320.500
Sumber: AGT Kartin.