• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

12 2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan terhadap beberapa pustaka yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini. Digunakannya sumber pustaka dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber acuan yang berkaitan dengan penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh petunjuk dan perbandingan sesuai dengan permasalahan serta sebagai data sekunder dalam sebuah penelitian. Kajian tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menelusuri data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan pustaka tersebut kemudian dicari data, konsepsi, dan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun beberapa sumber pustaka yang digunakan adalah sebagai berikut.

De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography yang memuat mengenai huruf-huruf yang digunakan dalam prasasti dari masa ke masa mulai yang tertua hingga yang termuda. Beberapa contoh seperti mengenai huruf pallawa muda, pallawa tua, kawi muda, dan kawi tua. Adapula huruf lainnya yakni pranegari, dewanagari, tamil, dan arab. Buku ini dapat dijadikan acuan sebagai tinjauan pustaka dikarenakan dapat mempermudah penulis dalam menjawab permasalahan mengenai aspek kebahasan dalam prasasti Batu Jimbar.

Dalam bukunya yang lainnya, Paleography as an Auxiliary Discipline in

Reasearch on Early South East Asia yang membahas mengenai tentang kegunaan

dan manfaat dari sebuah tulisan sebagai ilmu bantu dalam memecahkan masalah-

(2)

masalah yang muncul pada awal masa klasik di Asia Tenggara. Walaupun kajian utamanya tersebut Asia Tenggara tetapi fokus utama dari tulisan tersebut ialah Indonesia.

Astra (1981) dalam artikelnya yang berjudul Sekilas tentang perkembangan Aksara Bali dalam Prasasti, yang menguraikan bahwa prasasti

tersebut digunakan sebagai sumber primer pada hakekatnya ialah sejenis dokumen yang terbit dalam kurun waktu tertentu. Aksara Bali Kuno juga merupakan suatu produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kemudian dalam artikel ini secara garis besar penulis membedakan enam tipe aksara yaitu : (1) tipe aksara Bali Kuno tertua, (2) tipe aksara Bali Kuno tegak, (3) tipe aksara Bali Kuno yang berkembang sejak akhir abad X sampai perempat pertama abad XII, (4) tipe aksara Bali Kuno yang berkembang sejak pertengahan abad XII sampai akhir abad XIII, (5) tipe aksara Bali Kuno sejak abad XIII sampai pertengahan abad XIV, dan yang terakhir (6) tipe aksara Bali Kuno sejak pertengahan abad XIV sampai akhir abad ke XV. Dijelaskan juga bahwa aksara Bali Kuno ialah suatu produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni perkembangan teknologi, perubahan nilai keindahan atau nilai estetika oleh masyarakat, dan kecenderungan manusia menyederhanakan hasil karyanya.

Mardiwarsito dan Harimurti (1984) dalam bukunya yang berjudul Struktur

Jawa Kuna, menguraikan tentang sejarah Bahasa Jawa Kuna serta fonologi yang

meliputi uraian tentang abjad, ejaan, ucapan, fonotaktik, dan morfofonemik.

(3)

Selain itu dipaparkan juga mengenai bentukan-bentukan kata yang dipandang dari sudut kelas kata, frase berpola asli dan berpola Sanskerta, serta kata berafiks.

Pustaka ini sangat membantu penulis dalam memecahkan masalah penelitian yang terkait dengan aspek kebahasaan dari prasasti Batu Jimbar.

Astra (1997) dalam disertasinya yang berjudul “Birokrasi Pemerintahan Bali Kuno Abad XII-XIII: Sebuah Kajian Epigrafis ”, yang memaparkan mengenai sistem birokrasi pada masa Bali Kuno. Disertasi tersebut juga memeparkan mengenai kehidupan masyarakat Bali Kuno yang meliputi kehidupan sosial, agama/religi, dan sistem ekonomi. Pustaka ini digunakan untuk membantu memecahkan permasalahan penelitian yang kedua terkait dengan aspek sosial budaya khususnya dalam prasasti Batu Jimbar terkait dengan sistem pemerintahan (birokrasi).

Pustaka selanjutnya yang digunakan ialah artikel Suarbhawa (2000)

dengan judul Teknik Analisis Prasasti memuat mengenai langkah-langkah teknik

analisis prasasti. Dikatakan juga bahwa untuk dapat dijadikan sumber sejarah

yang layak prasasti haruslah diolah sedemikian rupa melalui empat proses yang

cukup panjang. Langkah awal dari teknik tersebut ialah analisis ekstern atau

analisis fisik dari sebuah prasasti yakni liputan mengenai bahan, aksara,

lingkungan, metrik, dan tanda-tanda khusus. Melalui analisis ini dapat juga

mengetahui keadaan dari suatu prasasti tersebut. Kemudian tahap selanjutnya

dilakukan analisis intern atau analisis non fisik yaitu prasasti yang dialih

aksarakan secermat mungkin disesuaikan dengan kaidah-kaidahnya, kemudian

disertai berbagai macam catatan alih aksaranya seperti huruf-huruf yang rusak,

(4)

salah tulis, dan perbedaan pembacaan maupun penulisan dengan perbandingan prasasti lainnya. Tahap selanjutnya yaitu menerjemahkan prasasti dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang disertai dengan catatan terjemahan. Melalui terjemahan yang masuk akal, dan teruji dari segala perbandingan serta diinterpretasikan dalam suatu bentuk pemaparan yang logis ini maka akan diketahuilah isi dari prasasti tersebut. Digunakannya pustaka tersebut dijadikan acuan dalam mengkaji dan menganalisis objek penelitian yaitu berupa Prasasti Batu Jimbar.

Tara Wiguna (2002) dalam artikel yang berjudul Perkembangan Aksara Bali dalam sebuah bunga rampai yang menyatakan aksara Bali yang berkembang

didaerah Bali dari segi bentuk merupakan pengembangan aksara Pallawa. Apabila diperhatikan dan dikaji secara seksama dari masa ke masa bahkan waktu ke waktu mengalami perubahan dari bentuk yang sederhana mengarah kebentuk variasi.

Berdasarkan sejumlah prasasti dapat diketahui bahwa jumlah aksara Bali Kuno sebanyak 37 buah yang terdiri dari konsonan yang bersuara berjumlah 28 buah, vokal 6 buah, dan semi vocal 3 buah. Dari jumlah aksara tersebut sementara ini dapat dikelompokkan menjadi 6 tipe menurutnya yaitu : (1) tipe aksara Bali Kuno tertua, (2) tipe aksara tegak, agak persegi, (3) tipe aksara bentuknya halus, rapi, dan ditata agak miring, (4) tipe aksara dengan bentuk sempurna, agak persegi, dipahat halus, agak miring, rapi dan indah, (5) tipe aksara dengan bentuk dasar persegi agak kasar dan besar, (6) tipe aksara dengan prototype aksara Majapahit.\

Pustaka selanjutnya yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini

ialah artikel yang berjudul Satu Lempeng Tembaga Prasasti Desa Pangsan yang

(5)

ditulis oleh Suarbhawa (2007) dalam tulisan ini diuraikan mengenai alih aksara, alih bahasa, ejaan, dan kesastraan yang termuat dalam prasasti Pangsan.

Kemudian dalam kesastraannya hal-hal yang dimaksudkan kesastraan ialah yang bersangkutan dengan paleografi dan ejaan. Dalam artikel ini juga termuat tulisan J.G.de Casparis yang mengemukakan perioderisasi aksara atas lima pembabakan yaitu : (1) periode tertua yang berlangsung sejak abad IV sampai dengan pertengahan abad VIII. Dalam periode ini berkembang aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Aksara Pallawa ini dibedakan atas dua fase yaitu aksara pallawa awal abad IV-V dan aksara pallawa belakangan abad V-VIII, (2) Periode aksara Kawi yang berlangsung sejak pertengahan abad VIII hingga perempat abad X. Dengan dua fase yaitu aksara kawi awal yang dicirikan dengan bentuk yang kaku, bentuknya masih kuno, kemudian yang kedua ialah bentuk standar aksara kawi awal yang terlihat pada prasasti yang terbit di Jawa Tengah, (3) Periode aksara Kawi belakangan yang berlangsung kira-kira tahun 925-1250, (4) periode perkembangan aksara yang terpakai dalam prasasti yang terbit sekitar jaman Majapahit dan beberapa aksara regional, (5) Periode perkembangan aksara Indonesia sejak tahun 1450. Pada masa ini bagian wilayah di Indonesia berkembang aksara Tamil dari India Selatan, dan juga aksara Arab yang dibawa oleh para pedagang dan penyebar agama Islam.

Kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas berguna dalam penelitian ini,

baik sebagai kerangka berpikir penulis dapat pula dijadikan sebagai data

pembanding. Khususnya mengenai alih bahasa, afiksasi, dan ejaan dalam sebuah

penelitian prasasti.

(6)

2.2 Konsep

Konsep merupakan rancangan teknis yang diberikan batasan atas dalam suatu penelitian yang juga merupakan bagian dari kerangka teori. Adanya konsep dalam penelitian ini merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena melalui konsep tersebut akan didapatkan batasan pengertian yang dijelaskan dalam penelitian ini, sehingga pembuatan pembatasan konsep ini dibuat untuk mencegah kesalahpahaman. Berdasarkan judul penelitian di atas ada beberapa konsep yang perlu mendapat penjelasan, yaitu : 1) Prasasti Batu Jimbar, 2) Kajian Epigrafi, 3) Sosial Budaya.

2.2.1 Prasasti Batu Jimbar

Kata prasasti terbentuk atas preposisi pra yang berarti dihadapan, dan kata kerja sams yang berarti memuji (McDonnel dalam Nirmala, 2015:13). Kata prasasti secara harfiah mengandung kata-kata pujian. Prasasti merupakan putusan resmi yang tertulis atau terpahatkan di atas batu dan logam yang dirumuskan dengan kaidah-kaidah tertentu yang dikeluarkan oleh seorang Raja yang biasanya berisi putusan-putusan penting berdasarkan isi dan struktur prasasti dapat diungkap beberapa aspek sosial budaya pada masa lalu diantaranya ialah kronologi sejarah kehidupan masa lalu, organisasi sosial kemasyarakatan yang meliputi struktur pemerintahan termasuk jenis jabatan, hak dan kewajiban pejabat dan rakyat, system mata pencaharian hidup, sistem religi, kekerabatan dan pembagian waris.

Batu Jimbar merupakan sebuah wilayah yang termasuk dalam wilayah

Banjar Bet Ngandang, Desa Pekraman Intaran, Sanur Kauh Denpasar Selatan.

(7)

Selanjutnya prasasti ini juga disebut dengan Prasasti Bet Ngandang. Prasasti Batu Jimbar ini merupakan prasasti yang terbagi atas dua kelompok, kelompok I terdiri atas lima lempeng dan kelompok II terdiri atas satu lempeng prasasti yang memuat mengenai aspek sosial budaya yang meliputi hak dan kewajian yang harus dilaksanakan oleh penduduk pada masa itu.

Konsep prasasti Batu Jimbar yang dimaksud disini ialah prasasti merupakan suatu putusan yang sangat resmi bersifat autentik yang dikeluarkan oleh seorang Raja yang bersifat sakral karena disertai dengan upacara-upacara tertentu dalam pengukuhannya yang biasanya berisikan mengenai berbagai aspek kehidupan yang terjadi pada masa itu. Dari isi prasasti dapat digali mengenai keadaan sosial masyarakatnya, salah satunya ialah hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat yang dianugrahi prasasti tersebut.

2.2.2 Kajian Epigrafi

Kajian epigrafi yang dimaksud ini adalah bagian historis yang

menggunakan data prasasti sebagai sumber primer. Epigrafi merupakan cabang

ilmu dari arkeologi yang mengkhususkan dirinya untuk melakukan studi

mengenai dokumen tertulis yang logis yang disebut dengan prasasti. Berdasarkan

hal tersebut untuk mengetahui isi dari sebuah prasasti akan lebih baik terlebih

dahulu harus memahami jenis, bentuk, ragam, dan perkembangan tulisan kuno

yang terdapat pada prasasti tersebut, sehingga studi paleografi sangat diperlukan

dalam penulisan ini. Dalam hal ini paleografi juga merupakan bidang ilmu yang

mempelajari jenis, bentuk, dan ragam tulisan yang ditulis di atas bahan yang

keras. Aksara merupakan sistem tanda gratis yang dipakai manusia untuk

(8)

berkomunikasi dan sedikit banyak mewakili ujaran (Wiguna, 2002:10 ). Aksara dan bahasa mempunyai kaitan yang erat. Aksara merupakan salah satu jenis simbol visual dari bahasa. Tidak hanya ragam aksara yang dipelajari dalam paleografi tersebut melainkan mengenai pendeskripsian, analisis, dan menafsirkan tulisan kuno baik berupa naskah maupun catatan-catatan singkat yang hanya terdiri atas beberapa kata yang lebih menekankan pada rekonstruksi huruf, abjad, aksara (Wiguna, 2010:9).

Konsep epigrafi yang dimaksud disini ialah ilmu yang mempelajari tulisan kuno pada prasasti Batu Jimbar yang ditulis di atas lempengan tembaga dan lebih menitikberatkan pada isi dan memiliki tujuan untuk mengungkapkan aspek sosial budaya masyarakat pada masa lampau secara holistik.

2.2.3 Sosial Budaya

Sosial budaya terdiri atas dua akar kata yaitu sosial dan budaya yang memiliki perbedaan arti. Pengertian sosial merupakan tentang individu yang saling berhubungan. Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.

Budaya merupakan istilah dari kebudayaan yang berarti budi yang berkaitan

dengan akal budi manusia. Istilah sosial budaya dalam hal ini sangat berkaitan erat

dengan kebudayaan. Oleh karena kebudayaan tersebut merupakan suatu sistem,

maka dalam menelaah istilah sosial budaya harus mempertimbangkan kaitanya

dengan unsur kebudayaan lainnya seperti ekonomi, sistem organisasi sosial, religi,

(9)

dan lain sebagainya. Adanya hubungan timbal balik antara masyarakat dan kebudayaan, maka telaah mengenai istilah sosial budaya harus pula memperhatikan masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, wujud atau bentuk hubungan timbal balik ini terjalin erat antara kebudayaan dan masyarakat pendukungnya.

Konsep sosial budaya yang dimaksud dalam penelitian ini ialah suatu sistem yang berlaku didalam masyarakat pada masa lalu yang bersifat resmi yang mampu mengatur kehidupan mereka pada masa itu.

2.3 Landasan Teori

Teori merupakan suatu usaha untuk menerangkan atau menggambarkan

pengalaman atau ide untuk menerangkan bagaimana peristiwa itu terjadi. Teori

yaitu penggambaran terbaik atau suatu keadaan berdasarkan pengamatan yang

sistematik. Sudah menjadi suatu tradisi bahwa dalam proses kerja ilmiah atau

penelitian, kehadiran teori sangat mutlak diperlukan, teori sama pentingnya

dengan metode. Teori merupakan suatu alat untuk memecahkan permasalahan

yang dihadapi dalam penelitian, sedangkan metode merupakan cara yang dipakai

dalam pemecahannya. Ketepatan dalam pemakaian teori dapat mempermudah

dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi untuk mengungkapkan isi prasasti

Batu Jimbar tersebut namun sepenuhnya teori yang ada dapat digunakan secara

utuh tetapi hanya digunakan secara terpilih sesuai dengan permasalahan yang

dikaji dengan mengaplikasikan teori semiotika dan teori fungsional struktural.

(10)

2.2.1 Teori Semiotika

Semiotika, merupakan ilmu, tanda, istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Winfied menguraikan asal-usul kata semiotika, secara

etimologi semiotika dihubungkan dengan kata Yunani sign yang berarti signal.

Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir hanya

dengan sarana tanda, tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi. Studi

tentang lambang yang merepresentasikan obyek (benda, gagasan, situasi, dan

kondisi). Konsep ini terpadu dalam banyak teori yang berhubungan dengan

bahasa, wacana, dan kegiatan non verbal. Makna yang muncul dari hubungan

segitiga atau triad of meaning, objek, dan lambang. Semantika tentang hubungan

langsung antara lambang dan objeknya. Kamus merupakan acuan semantika

tentang hubungan antar lambang. Lambang tidak berdiri sendiri melainkan

bersama dengan lambang-lambang lainnya dalam suatu sistem lambang yang

lebih besar yang disebut kode. Dari perspektif semiotika untuk sukses

berkomunikasi kita tidak cukup memahami lambang-lambang secara terpisah,

tetapi juga tata bahasa yang mengatur pola hubungan antar lambang serta budaya

masyarakat yang menggunakannya. Demikian pula dalam penelitian ini lebih

banyak menggunakan teori fungsional struktural sebab membahas mengenai

struktur kebahasaan yang digunakan dalam prasasti Batu Jimbar. Disamping itu

juga teori semiotika digunakan untuk mengkaji struktur bahasa atau lingusitik

seperti ejaan dan afiksasi yang terdapat di dalam prasasti Batu Jimbar.

(11)

2.2.2 Teori Fungsional Struktural

Menurut Malinowski fungsi identik dengan guna yang dikaitkan dengan kebutuhan fisikologi individu masyarakat. Kingsley Davis merumuskan asumsi fungsionalisme merupakan teori tentang proses budaya. Prinsip-prinsip analisis fungsional yang memadai ialah suatu konsepsi tentang sistem, daftar syarat untuk sistem itu, definisi berbagai sifat atau sistem yang dalam keadaan terpelihara, pernyataan tentang kondisi eksternal sistem itu yang dapat dibayangkan memiliki pengaruh terhadap sifat tersebut, dan pengetahuan tentang mekanisme internal dalam pemeliharaan sifat sistem itu. Penganut perspektif fungsionalis struktural menekankan pada ketentuan dan mengabaikan konflik serta perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Ritzer (2004:21) sebagai penganut teori tersebut mengatakan bahwa masyarakat merupakan satu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang satu sama lain saling berhubungan, menyatu dengan keseimbangan.

Kingsley Davis dan Wilbert Moore dalam teori stratifikasi fungsional yang merupakan sebuah karya yang paling terkenal dalam teori Fungsional Struktural.

Mereka menyatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa stratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Stratifikasi merupakan keharusan fungsional dan sebuah struktur. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa stratifikasi diberikan arti yang sama.

Penerapan teori ini dalam penelitian ialah digunakan untuk mengkaji aspek

sosial budaya ataupun pranata-pranata yang ada dalam masyarakat Desa

Pekraman Intaran Sanur pada masa lampau, berkenaan dengan hak dan kewajiban

(12)

yang harus dilaksanakan oleh penduduk desa tersebut yang termuat dalam prasasti Batu Jimbar.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan permasalahan dapat memberikan sebuah gambaran penjelasan terhadap permasalahan yang dikaji dengan bentuk bagan sebagai berikut beserta dengan penjelasannya.

Keterangan:

: Hubungan satu arah : Hubungan timbal balik

Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian Masyarakat

Dusun Bet Ngandang

Prasasti Batu Jimbar

Analisis :

 Kualitatif

 Interpretatif

 Paleografi

Aspek Kebahasaan (aksara, ejaan, bahasa, afiksasi)

Teori :

 Semiotika

 Fungsionalisme Struktural

Aspek Sosial Budaya

Konstruksi Historis

Kehidupan Masyarakat pendukung

prasasti pada masa lalu

(13)

Penjelasan :

Berdasarkan model penelitian diatas di dapat bahwa Dusun Bet Ngandang merupakan satu tempat yang berada di Desa Pekraman Intaran Sanur Kauh. Dalam hal ini masyarakat dari dusun ini sangat berperan penting dalam penemuan dan perawatan Prasasti Batu Jimbar ini. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini aialah analisis kualitatif, komparatif, dan paleografi.

Analisis kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif yang terdiri atas aspek intern dan aspek ekstern. Data ini merupakan analisis data secara non statistik.

Analisis komparatif merupakan analisis data dengan cara melakukan perbandingan data pada prasasti yang dikaji dengan prasasti lainnya yang memiliki persamaan aksara atau paleografi, bahasa, ejaan, afiksasi, dan isi.

Analisis paleografi merupakan analisis terhadap aksara yang dipakai dalam

prasasti melalui ciri-cirinya sebagai suatu penanda dari masa tertentu. Dari

beberapa analisis tersebut diatas dapat digunakan teori fungsional struktural

yang menekankan pada keteraturan masyarakat Bali Kuno. Sedangkan teori

semiotika lebih menekankan pada tanda-tanda dalam tulisan prasasti. Sehingga

dapat diketahui aspek kebahasaan, ejaan, aksara, dan afiksasinya. Teori dan

analisis yang dipergunakan diharapkan dapat membantu dalam memecahkan

rumusan masalah penelitian sehingga dapat memberikan gambaran kehidupan

masyarakat pada masa lalu.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengungkap: (1) berbagai keahlian yang dipelajari mahasiswa peserta program praktik industri (PI) dalam proses kegiatan produksi atau jasa

Hal ini disebakan karena perbedaan dari jenis bahan yang digunakan sebagai penyangga emulsi. Pengkerutan atau pemekaran ini dapat dikoreksi dengan membandingkan jarak foto

Dengan terbatasnya alat produksi proses pembuatan Bakso Aci juga berdampak pada tidak terpenuhinya target produksi Bakso Aci (Nursalim et al., 2019). Dari uraian diatas maka

Klasifikasi adalah salah satu tugas yang penting dalam data mining, dalam klasifikasi sebuah pengklasifikasi dibuat dari sekumpulan data latih dengan kelas yang telah di

Metode literatur dilakukan dengan membaca dan membuat perbandingan dari jurnal-jurnal dashboard sistem informasi yang telah diperoleh dan dibandingkan dengan skema yang ada

Hasil analisa menunjukan bahwa nilai optimum kekasaran permukaan pada proses pembubutan paduan Magnesium AZ31 menggunakan Responce Surface Methode Box-Behnken Design

Keberkesanan wakaf tunai dilihat dari perspektif prestasi kutipan dana wakaf di Selangor dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah membuat perancangan yang rapi

Tujuan dan Manfaat dari penelitian ini adalah menerapkan sistem penilaian ujian essay secara otomatis berbasis web secara online menggunakan metode GLSA, menghasilkan