• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN SENSITIVITAS HASIL PEMODELAN DATA GEOLISTRIK (STUDI KASUS: LAPANGAN DAERAH TAKANDEANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN SENSITIVITAS HASIL PEMODELAN DATA GEOLISTRIK (STUDI KASUS: LAPANGAN DAERAH TAKANDEANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN SENSITIVITAS HASIL PEMODELAN DATA

GEOLISTRIK (STUDI KASUS: LAPANGAN DAERAH

TAKANDEANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT)

SKRIPSI

NADYA DWI PERMATASARI NIM: 11160970000045

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii

Lembar Persetujuan Pembimbing

PENGUJIAN SENSITIVITAS HASIL PEMODELAN DATA

GEOLISTRIK (STUDI KASUS: LAPANGAN DAERAH

TAKANDEANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT)

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)

NADYA DWI PERMATASARI NIM 11160970000045 Menyetujui, Pembimbing I Dr. Sutrisno, Dipl.Seis NIP. 19590202 198203 1 005 Pembimbing II

Adhika Junara Karunianto, MT NIP.19801204 200801 1 008

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

Tati Zera, M.Si NIP. 19690608 200501 2 002

(3)

Skripsi yang berjudul Pengujian Sensitivitas Hasil Pemodelan Data Geolistrik (Studi Kasus: Lapangan Daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat) yang telah disusun oleh Nadya Dwi Permatasari dengan NIM 11160970000045 telah diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika.

Jakarta, 16 Juli 2021

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Tati Zera, M.Si Dr. Sitti Ahmiatri Saptari, M.Si

NIP. 19690608 200501 2 002 NIP. 19770416 200501 2 008

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sutrisno, Dipl.Seis Adhika Junara Karunianto, MT NIP. 19590202 198203 1 005 NIP.19801204 200801 1 008

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi

Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D Tati Zera, M.Si

NIP 19710608 200501 1 005 NIP 19690608 200501 2 002

(4)
(5)

v

ABSTRAK

Telah dilakukan pengujian sensitivitas 5 lintasan data geolistrik di daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat menggunakan konfigurasi dipole-dipole dan wenner. Metode geolistrik sering digunakan dalam eksplorasi pertambangan. dalam melakukan eksplorasi pertambangan digunakan metode pendeteksian dan pengolahan serta memastikan kedalamannya. dalam menentukan kedalaman diperlukan peningkatan akurasi dalam interpretasinya hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pemodelan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dari data geolistrik konfigurasi dipole-dipole dan konfigurai wenner yang akan dibuat pemodelan dengan menggunakan software Res2Dinv dan software Res2Dmod untuk pemodelan secara sintetik. Pada lintasan 1. Lintasan 4 dan lintasan 5 menggunakan konfigurasi dipole-dipole diperoleh nilai sensitivitas rata-rata yaitu 3,51, 2,28 dan 3,11, konfigurasi dipole-dipole sensitif ke arah horizontal dan kurang sensitif ke arah vertikal. Pada lintasan 2 dan lintasan 3 memiliki nilai sensitivitas rata-rata 0,88 dan 1,15, konfigurasi wenner sensitif ke arah vertikal dan konfigurasi wenner ini memiliki sinyal yang kuat sehingga dapat dilakukan survei di daerah dengan kebisingan yang tinggi.

(6)

vi

ABSTRACT

Sensitivity testing of 5 lines of geoelectric data has been carried out in the Takandeang area, Mamuju, West Sulawesi using dipole-dipole and Wenner configurations. Geoelectric methods are often used in mining exploration. In mining exploration, detection and processing methods and their beliefs are used. In measuring the increase in the increase in value in its interpretation this can be done by using modeling. This research aims to see the sensitivity value of the geoelectric data of the dipole-dipole configuration and the Wenner configuration which will be modeled using Res2Dinv software and Res2Dmod software for synthetic modeling. On line 1. Line 4 and line 5 use the dipole-dipole configuration which obtained an average sensitivity value of 3.51, 2.28 and 3.11, the dipole-dipole configuration is sensitive to the horizontal and less sensitive to the vertical. Track 2 and line 3 have an average sensitivity value of 0.88 and 1.15, this vertical sensitive configuration and the female configuration have a strong signal so that surveys can be carried out in areas with high demand.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul “Pengujian Sensitivitas Hasil Pemodelan Data Geolistrik (Studi Kasus: Lapangan Daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat)”, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program S1 pada Program Studi Fisika di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari penuh bahwa banyak sekali kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan dalam kemampuan maupun pengetahuan. Namun, berkat usaha, do’a, dorongan serta nasehat positif dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena ini, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Sutrisno, Dipl.Seis., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Adhika Junara Karunianto, MT., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Yarianto Sugeng Budi Susilo., selaku Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN).

(8)

viii

6. Ibu Tati Zera M.Si dan Ibu Elvan Yuniarti M.Si., selaku Ketua Kaprodi dan Sekertaris Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Dosen dan Staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan dapat bermanfaat dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.

8. Orangtua penulis Ayah Sukma Wijaya dan Umi Lily Juliyati atas doa, kasih sayang, pengertian, dan pengorbanan.

9. Adik penulis Muhammad Faisal Zulfikri yang selalu bersedia menjemput. 10. Kakak penulis Syifa Chairun nisa S.Pd., yang selalu memberikan

semangat.

11. Achmadi Prasetiyo S.Pd., yang selalu memberikan semangat dan motivasi. 12. Dea, Nida dan Ani selaku teman seperjuangan di PTBGN-BATAN Pasar

Jum’at

13. Rizki Alpiandi S.Si., yang mengajari, membantu dan memberikan ilmu. 14. Kak Ardi yang telah mengurus proses untuk PKL dan TA di

PTBGN-BATAN.

15. Rekan-rekan Geofisika angkatan 2016 khususnya Laras, Dinniar, Reggy, Adinda, Caca dan Sabil yang selalu memberikan dukungan dalam kuliah dan menyelesaikan tugas akhir.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulis dimasa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian pada umumnya.

Jakarta, 16 Juli 2021 Penulis,

(9)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Rumusan Masalah 4 1.5 Tujuan Penelitian 4 1.6 Manfaat Penelitian 4 1.7 Sistematika Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Kondisi Regional 7

2.1.1 Letak Geografis Wilayah 7

2.1.2 Kondisi Geologi Wilayah 8

2.2 Metode Geofisika 9

2.3 Metode Geolistrik 13

2.4 Metode Resistivitas 14

2.5 Konsep Resistivitas Semu 15

2.6 Pemilihan Konfigurasi 16

2.7 Konfigurasi Geolistrik 16

2.8 Prediksi Kedalaman 18

2.9 Sensitivitas Metode Geolistrik 22

BAB III METODE PENELITIAN 26

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 26

3.2 Instrumen Penelitian 27

(10)

x

3.2.2 Perangkat Lunak 28

3.2.3 Diagram Alir 29

3.3 Prosedur Pengolahan Data 30

3.3.1 Pengolahan Data Geolistrik 2D 30

3.3.2 Pengolahan Pemodelan Sensitivitas Data Geolistrik 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32

4.1 Hasil Penelitian 32

4.1.1 Hasil Penampang Lintasan 1 32

4.1.2 Hasil Penampang Lintasan 2 34

4.1.3 Hasil Penampang Lintasan 3 35

4.1.4 Hasil Penampang Lintasan 4 37

4.1.5 Hasil Penampang Lintasan 5 39

4.2 Pembahasan 41

4.2.1 Sensitivitas Data Geolistrik Konfigurasi Dipole-dipole 41 4.2.2 Sensitivitas Data Geolistrik Konfigurasi Wenner Alpha 43

BAB V PENUTUP 46

5.1 Kesimpulan 46

5.2 Saran 47

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode Survei Geofisika 11

Tabel 2.2 Aplikasi Metode Geolistrik 12

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat 7

Gambar 2.2 Peta Geologi Regional 8

Gambar 2.3 Hubungan Resistansi, Arus dan Tegangan 14 Gambar 2.4 Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner Alpha 17 Gambar 2.5 Susunan Elektroda Konfigurasi Dipole-dipole 17 Gambar 2.6 Plot Fungsi Sensitivitas 1-D untuk Larik Wenner 19

Gambar 2.7 Sensitivitas Konfigurasi Wenner Alpha 24

Gambar 2.8 Konfigurasi Dipole-dipole n=1 25

Gambar 3.1 Peta Lintasan Penelitian 26

Gambar 3.2 Satu Set Alat Geolistrik ABEM SAS 1000 28

Gambar 3.3 Komponen Alat Penelitian 28

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian 29

Gambar 4.1 Pemodelan Penampang Lintasan 1 Resistivitas 32 Gambar 4.2 Pemodelan Penampang Lintasan 1 Sensitivitas 33 Gambar 4.3 Pemodelan Blok Sensitivitas Pada Lintasan 1 33 Gambar 4.4 Pemodelan Penampang Lintasan 2 Resistivitas 34 Gambar 4.5 Pemodelan Penampang Lintasan 2 Sensitivitas 34 Gambar 4.6 Pemodelan Blok Sensitivitas Pada Lintasan 2 35 Gambar 4.7 Pemodelan Penampang Lintasan 3 Resistivitas 36 Gambar 4.8 Pemodelan Penampang Lintasan 3 Sensitivitas 36 Gambar 4.9 Pemodelan Blok Sensitivitas Pada Lintasan 3 37 Gambar 4.10 Pemodelan Penampang Lintasan 4 Resistivitas 38 Gambar 4.11 Pemodelan Penampang Lintasan 4 Sensitivitas 38 Gambar 4.12 Pemodelan Blok Sensitivitas Pada Lintasan 4 39 Gambar 4.13 Pemodelan Penampang Lintasan 5 Resistivitas 40 Gambar 4.14 Pemodelan Penampang Lintasan 5 Sensitivitas 40 Gambar 4.15 Pemodelan Blok Sensitivitas Pada Lintasan 5 41 Gambar 4.16 Pemodelan Sensitivitas Secara Sintetik pada Lintasan 1,4 dan 5 42

(13)

xiii

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mamuju merupakan Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan

Provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2004.

Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas

16.796,19 km2 yang mencakup beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Polewali

Mandar, Majene. Mamasa, Mamuju utara, Mamuju Tengah dan Mamuju.

Kabupaten Mamuju terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kalukku, Mamuju,

Simboro, Tapalang, Tapalang Barat, Papalang, Sampaga, Bonchau, Kalumpang dan

Tommo. Beberapa kecamatan di Kabupaten Mamuju yang tersusun oleh batuan

vulkanik, terutama batuan vulkanik Adang [1].

Kabupaten Mamuju yang memiliki posisi paling barat dan tersusun oleh

batuan vulkanik dengan afinitas ultrapotasik/ soshonitik berkomposisi basaltik

andesitic yang dikelompokkan ke dalam satuan batuan vulkanik Adang [2]. Secara

umum pulau Sulawesi tersusun oleh batuan vulkanik dengan afinitas yang sangat

bervariasi yang terbentuk karena proses tektonik yang sangat kompleks yaitu

pertemuan antara lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik [3].

Desa Takandeang terletak di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat yang

memiliki nilai laju dosis radiasi tinggi, yaitu antara 100-2.800 nSv/jam. Hasil

tersebut didapatkan dari pengukuran radiasi yang dilakukan oleh Pusat Teknologi

Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional

(15)

dengan nilai laju dosis di daerah lain yang ada di Indonesia. Nilai laju dosis yang

tinggi di daerah tersebut mencerminkan keterdapatan unsur radioaktif yang

terkandung dalam batuan seperti uranium (U), thornium (Th), dan potassium (K)

atau terdapat unsur anak luruhnya. Keterdapatan unsur radioaktif terutama uranium

dan thornium sangat erat kaitannya dengan batuan berkomposisi asam. Secara

geologi batuan yang berpotensi mengandung uranium (U) adalah batuan lava breksi

dan batu gamping. Batuan ini terdapat di desa Takandeang oleh karena itu perlu

dilakukan pengambilan data agar mendapatkan unsur radioaktif, sebelum

melakukan penelitian perlu dilakukan prediksi kedalaman penelitian. Untuk

melakukan prediksi kedalaman dapat menggunakan pemodelan sensitivitas agar

mendapatkan nilai faktor kedalaman sehingga dapat mengetahui prediksi

kedalaman sebelum melakukan penelitian. Hal ini penting dilakukan agar

mengetahui seberapa panjang lintasan untuk kedalaman yang diinginkan dan

konfigurasi yang digunakan pada saat penelitian.

Alasan penulis menguji sensitivitas data geolistrik dengan 2 konfigurasi yaitu

konfigurasi dipole-dipole dan wenner alpha karena konfigurasi dipole-dipole sangat

baik untuk penetrasi kedalaman dan kesensitifannya sangat tinggi untuk arah

horizontal dan sedang untuk arah vertikal, sedangkan konfigurasi wenner alpha

memiliki kemampuan yang sangat baik dalam resolusi vertikal dan kesensitifannya

(16)

3

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis didapat beberapa identifikasi masalah,

yaitu:

1. Memperkirakan distribusi resistivitas secara horizontal atau vertikal di

lapangan daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat.

2. Pentingnya mengetahui nilai sensitivitas geolistrik agar dapat menggunakan

konfigurasi yang tepat

3. Belum ada penelitian yang dibuat untuk menentukan sensitivitas data

geolistrik di lapangan daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang yang telah ditulis dapat

ditentukan batasan masalah yang akan dibuat, yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan data sekunder geolistrik di lapangan daerah

Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat.

2. Mengkaji dan mendeskripsikan parameter sensitivitas dari pemodelan data

geolistrik tahanan jenis 2D yang menggunakan konfigurasi dipole-dipole

dan wenner.

3. Pengolahan data dilakukan menggunakan Software Res2Dinv dan

(17)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dibuat, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana cara melakukan pengujian sensitivitas data geolistrik di

lapangan daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat?

2. Bagaimana nilai sensitivitas dan kedalaman rata-rata di lapangan daerah

Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat?

3. Bagaimana membandingkan prediksi kedalaman dengan kedalaman hasil

penelitian di lapangan daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Melakukan pengujian sensitivitas dalam pembuatan pemodelan geolistrik

konfigurasi wenner dan dipole-dipole

2. Membuat pemodelan 2D pemodelan sintetik untuk mengetahui nilai

sensitivitas dan kedalaman rata-rata berdasarkan hasil penelitian

3. Membandingkan prediksi kedalaman dengan kedalaman hasil penelitian

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menguji data geolistrik untuk mengetahui sensitivitas konfigurasi wenner

(18)

5

2. Memberikan informasi nilai sensitivitas dan kedalaman rata-rata

berdasarkan pemodelan 2D sintetik

3. Memberikan perbandingan prediksi kedalaman dengan kedalaman hasil

penelitian

1.7 Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan mengenai kondisi regional penelitian yang terdiri dari letak

geografis, kondisi wilayah, dasar teori yang terdiri dari metode geofisika, metode

geolistrik, metode resistivitas, resistivitas semu, sifat kelistrikan batuan, resistivitas

batuan, pemilihan konfigurasi, konfigurasi geolistrik, prediksi kedalaman dan

sensitivitas metode geolistrik.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai waktu dan lokasi penelitian, instrumen penelitian

yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan diagram alir. Cara kerja

pengambilan data dan prosedur pengolahan data terdiri dari pengolahan data

geolistrik 2D dan pengolahan pemodelan sensitivitas data geolistrik.

(19)

Bab ini menjelaskan mengenai hasil pengolahan data yang terdiri dari lintasan 1

sampai lintasan 5 dan pembahasan pemodelan sensitivitas data geolistrik

menggunakan konfigurasi dipole-dipole dan wenner.

BAB V: Kesimpulan

(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Regional

2.1.1 Letak Geografis Wilayah

Kabupaten Mamuju terletak di Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 2º 8’ 24”-2º 57’ 46” Lintang Selatan dan 118º 45’ 26”-119º 47’ 48” Bujur Timur.

Kabupaten Mamuju yang beribukota di Mamuju, berbatasan dengan kabupaten

Mamuju Tengah di sebelah utara dan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah timur,

Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa dan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah

selatan serta selat Makasar di sebelah barat.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Kabupaten Mamuju memiliki luas wilayah 5.056,19 km2. Hampir seluruhn

(21)

pegunungan. Kecamatan Kalumpang merupakan kecamatan terluas dengan luas

wilayah 1.731,99 km2 atau 34,20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Mamuju, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Kapulauan Balabalakang

dengan luas wilayah 21,86 km2 atau 0,43 persen dari seluruh luas wilayah

Kabupaten Mamuju [4].

2.1.2 Kondisi Geologi Wilayah

Gambar 2.2 Peta Geologi Regional [2]

Geologi regional daerah penelitian dapat dilihat pada peta geologi lembar

Mamuju, Sulawesi skala 1: 250.000 [2]. Berdasarkan peta geologi tersebut dan

pengamatan di lokasi penelitian dijumpai litologi Batuan Gunung api Adang (Tma)

terdiri dari tuf, lava dan breksi gunung api. Aktivitas gunung api purba mengontrol

(22)

9

pusat erupsi gunung api yang teridentifikasi dari citra satelit, daerah penelitian ini

sangat cocok untuk pertambangan.

2.2 Metode Geofisika

Geofisika atau Geophysics dalam Bahasa inggris, menurut ilmu etimologi

terdiri dari kata Geo dan Physics. Geo berarti bumi dan Physics yang memiliki

makna fisika. Secara garis besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan

prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan

dengan Bumi, dapat pula diartikan mempelajari Bumi dengan menggunakan

prinsip-prinsip fisika [5].

Manusia diciptakan oleh Allah SWT di Bumi ini dengan memiliki

keterbatasan indrawi dalam melihat semua yang ada di langit dan di Bumi, sehingga

diperlukan suatu ilmu pengetahuan untuk bisa melihat atau mengekplorasi dan

salah satu wujud dari ilmu pengetahuan dalam bidang geofisika adalah

menggunakan salah satu metode yaitu metode geolistrik resistivitas [6].

Sebagaimana dalam surat Ar-Rahman ayat 33, Allah SWT berfirman:

ِ ض أرَ ألْا َو ِ تا َوا َمَّسلا ِ راَطأقَأ ِأن م ِاوُذُفأنَت ِأنَأ ِأمُتأعَطَتأسا ِ ن إ ِ سأن ألْا َو ِ ن جألا َِرَشأع َم ِاَي ِ ناَطألُس ب َِّلّ إ َِنوُذُفأنَت َِلّ ِ ِِاوُذُفأناَف

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” (Q.S Ar-Rahman [55]:33) [7].

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT telah mempersilahkan

kepada makhluk-Nya untuk melakukan eksplorasi terhadap langit dan bumi dalam

(23)

pengecualian yaitu kekuatan. Kekuatan yang dimaksud ayat di atas adalah kekuatan

dari tubuh dan dari pikiran yang berupa ilmu pengetahuan. Sebagai hamba Allah

SWT yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi dalam geofisika hendaknya

terus berupaya untuk menemukan segala sesuatu yang terdapat di bumi baik berupa

sumber daya alam yang bermanfaat dan menemukan fenomena alam yang terjadi

di bumi atau juga sebagai mitigasi bencana alam yang terjadi dengan berusaha

mengetahui gejala-gejala yang terjadi sebelumnya.

Geofisika termaksud ilmu yang mempelajari bagian-bagian bumi yang tidak

dapat terlihat langsung dari permukaan, melalui pengukuran sifat fisiknya dengan

peralatan yang tersedia di atas permukaan bumi. Geofisika juga mencangkup

interpretasi pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

berguna tentang struktur dan komposisi lapisan di dalam bumi [8].

Ilmu geofisika dapat dimanfaatkan dalam penyelidikan kebumian seperti

mitigasi bencana gempa bumi, mitigasi bencana gunung api, eksplorasi minyak

bumi, eksplorasi mineral dan logam, dan juga dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan bangunan.

Untuk pemanfaatan ilmu geofisika tersebut, maka diperlukan metode yang sesuai.

Hal ini yang membuat terdapat berbagai macam metode geofisika.

Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode

pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang

dipancarkan oleh Bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan

kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang

(24)

11

bumi serta radiasi radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit,

pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan eksplorasi, metode geofisika terdiri dari beberapa metode yaitu

metode geolistrik, metode seismik, metode gravitasi, metode geomagnet, dan

ground penetrating radar (GPR). Setiap metode memiliki fungsi dan pencarian parameter yang berbeda, seperti yang dtunjukkan pada tabel di bawah:

Tabel 2.1 Metode Survei Geofisika [9]

Metode Parameter Terukur Sifat Fisika Yang

Digunakan Seismik Waktu tempuh gelombang

seismic

Densitas dan Modulus Elastisitas Gravitasi Perbedaan medan gravitasi Densitas Magnetik Perbedaan nilai medan

magnetic

Suseptibilitas Magnetik dan Remanen Elektrik

Resistivitas Resistivitas Bumi Konduktivitas Elektrik Induksi Polarisasi Polaritas Tegangan Kapasitansi Elektrik

Potensial Diri Potensial Elektrik Konduktivitas Elektrik Elektromagnetik Respon dari radiasi

elektromagnetik

Konduktivitas Elektrik dan Induksi Radar Waktu tempuh dari sinyal

radar yang terefleksi

Konstanta Dielektrik

Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang memanfaatkan

aliran listrik yang bertegangan tinggi ke bawah permukaan bumi untuk

memperlihatkan struktur bawah permukaan. Metode ini bertujuan untuk

mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan berdasarkan nilai

(25)

Metode geofisika tersebut dipergunakan sesuai dengan tujuan dari survey

geofisika itu sendiri. Masing-masing metode geofisika memiliki sensitivitas yang

berbeda-beda terhadap parameter fisika yang diukur. Sebagai contoh, jika ingin

melakukan eksplorasi mineral logam akan jauh lebih efektif menggunakan metode

magnetik dan elektrik dibandingkan dengan menggunakan metode gravitasi.

Beberapa contoh penggunaan metode geofisika dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut

ini.

Tabel 2.2 Aplikasi Metode Geofisika [9]

Aplikasi metode geofisika Metode geofisika yang sesuai Eksplorasi bahan bakar fosil (Minyak,

gas, batubara)

Seismik, Gravitasi, Magnetik,

(Elektromagnetik)

Eksplorasi mineral mengandung

logam

Magnetik, Elektromagnetik,

Resistivitas, Potensial Diri, Induksi

Polarisasi, Radiometrik.

Eksplorasi deposit mineral dalam

jumlah besar (contoh: batu pasir)

Seismik, Resistivitas, Gravitasi.

Eksplorasi air tanah Resistivitas, Seismik, Gravitasi,

Georadar.

Investigasi lokasi konstruksi Resistivitas, Seismik, Gravitasi,

Georadar, Magnetik.

Investigasi arkeologi Georadar, Resistivitas,

(26)

13

2.3 Metode Geolistrik

Penggunaan metode geolistrik pertama kali oleh Conrad Schlumberger pada

tahun 1912. Metode geolistrik adalah suatu teknik investigasi dari permukaan tanah

untuk mengetahui lapisan-lapisan batuan atau material berdasarkan pada prinsip

bahwa lapisan batuan atau masing-masing material mempunyai nilai resistivitas

atau hambatan jenis yang berbeda-beda. Tujuan dari survei geolistrik adalah untuk

menentukan distribusi nilai resistivitas dari pengukuran yang dilakukan di

permukaan tanah [10].

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui

perubahan resistivitas lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Prinsip kerja

metode geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke permukaan

tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda potensial dengan sepasang

elektroda yang lain. Bila arus listrik diinjeksikan ke dalam suatu medium dan

diukur beda potensialnya (tegangan), maka nilai hambatan dari medium tersebut

dapat diperkirakan. Semakin Panjang jarak elektroda akan menyebabkan aliran arus

listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam [11].

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan

listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur

dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui dua buah elektroda

tegangan yang jaraknya lebih pendek daripada elektroda arus. Bila posisi jarak

elektroda arus diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada

elektroda tegangan ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut

(27)

2.4 Metode Resistivitas

Konsep dasar metode resistivitas adalah Hukum Ohm. Pada tahun 1826 George

Simon Ohm melakukan eksperimen menentukan hubungan antara tegangan V pada

penghantar dan arus I yang melalui penghantar dalam batas-batas karakteristik

parameter penghantar. Parameter itu disebut resistansi R, yang didefinisikan

sebagai hasil bagi tegangan V dan arus I, sehingga dituliskan

R = 𝑉

𝐼 atau V = IR (Hukum Ohm) (2.1)

Dengan R adalah resistansi bahan (Ohm), I adalah besar kuat arus (ampere),

dan V adalah besar tegangan (volt).

Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-ujung

penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi dan kuat arus. Hal ini

diasumsikan bahwa R tidak tergantung I, bahwa R adalah konstan (tetap).

Hubungan resistansi, kuat arus, dan tegangan ditunjukkan oleh Gambar 3. R

I V

Gambar 2.3 Hubungan Resistansi, Arus dan Tegangan [17]

Metode resistivitas adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang

bertujuan untuk mempelajari sifat fisis batuan yang terdapat dibawah permukaan

berdasarkan distribusi nilai tahanan jenis. Dalam metode resistivitas, arus listrik

yang dihasilkan secara buatan dimasukkan ke dalam tanah dan perbedaan potensial

(28)

15

yang diharapkan dari tanah homogen memberikan informasi tentang bentuk dan

sifat listrik dari ketidakhomogenan bawah permukaan. [9]

Di dalam metode geolistrik resistivitas ini terdapat dua macam metode dalam

pengambilan datanya, yaitu: metode geolistrik mapping dan metode geolistrik

resistivitas sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas

yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan tanah bawah

permukaan secara horizontal. Sedangkan metode geolistrik resistivitas sounding

bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di dalam permukaan bumi

secara vertikal.

2.5 Konsep Resistivitas Semu

Metode resistivitas diasumsikan bahwa bumi memiliki sifat homogen isotropis.

Dengan asumsi ini, resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan

tidak bergantung pada elektroda. Pada kenyataannya, bumi ini terdiri dari lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan

pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan

merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan terutama pada spasi elektroda yang

lebar. Resistivtas semu dapat dirumuskan dengan persamaan:

𝜌𝑎 =𝐾 ∆𝑉 𝐼

(2.2)

Dimana ρa adalah resistivitas semu (Ohm meter), K adalah faktor geometri, ΔV

(29)

2.6 Pemilihan Konfigurasi

Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan

dipetakan, sensitivitas alat geolistrik dan tingkat noise yang ada. Masing-masing

konfigurasi elektroda mempunyai kelebihan dan kekurangan. Suatu permasalahan

mungkin lebih baik dilakukan dengan suatu jenis konfigurasi elektoda, tetapi belum

tentu permasalahan tersebut dapat dipecahkan jika digunakan jenis konfigurasi

lainnya. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengukuran, harus diketahui dengan

jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang mana yang akan

dipakai [16]. Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan

konfigurasi elektroda adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai

tahanan jenis bawah permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman

investigasi, cangkupan data dan kuat sinyal.

2.7 Konfigurasi Geolistrik

Pada dasarnya, peletakaan posisi elektroda secara substansial sangat

memengaruhi hasil pengambilan data. Konfigurasi yang berbeda memiliki

sensitivitas yang berbeda untuk ketidak homogenan bawah permukaan dan juga

resistensi yang berbeda terhadap noise. Konfigurasi elektroda pasti mempengaruhi

pembacaan arus dan potensial. Untuk dapat membandingkan pengukuran dengan

konfigurasi elektroda yang berbeda, nilai yang diukur harus dikoreksi untuk efek

konfigurasi elektroda. Ini dilakukan dengan mengalikan bacaan dengan konfigurasi

konstanta, k:

𝜌 =𝑘∆𝑉 𝐼

(30)

17

Dimana 𝜌 adalah resistivitas semu (Ohm meter), K adalah faktor geometri, ΔV

adalah beda potensial (Volt), dan I adalah kuat arus (Ampere).

Konstanta array hanya bergantung pada jarak antara masing-masing elektroda:

𝐾 = 2𝜋 1 𝑐𝑝

(2.4)

Dimana K adalah faktor geometri, cp adalah jarak antara elektroda arus dan

elektroda potensial (meter)

Berdasarkan letak elektroda, dapat dibedakan beberapa jenis konfigurasi yaitu

konfigurasi Wenner-Beta, Wenner-Gamma, Schlumberger, Dipole – Dipole, Pole – Dipole, Pole – Pole, dan Wenner – Alpha.

Konfigurasi Wenner alpha merupakan konfigurasi dengan sistem aturan spasi

yang konstan pada setiap elektroda arus dan eletroda potensial. Peletakan elektroda

seperti C1 – P1 – P2 – C2 dengan C sebagai elektroda arus dan P sebagai elektroda

potensial. Kelebihan dari konfigurasi ini sangat cocok untuk medan yang sulit atau

terjal karena penggunaan yang cukup mudah. Konfigurasi ini memiliki nilai faktor

geometri sebesar:

𝑘 = 2𝜋𝑎 (2.5)

Gambar 2.4 Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner Alpha [17]

Konfigurasi dipole-dipole yaitu konfigurasi dimana sepasang elektroda

(31)

adalah a, sedangkan untuk jarak C1 dan P1 adalah na atau lebih singkat dinyatakan

jarak antar dipole harus lebih besar. Keunggulan dari konfigurasi ini adalah sangat

baik untuk penetrasi kedalaman dengan kesensitifan yang tinggi untuk arah

horizontal dan sedang untuk arah vertikal. Untuk memperoleh data yang maksimal

maka harus lebih banyak elektroda namun hal ini juga menyebabkan sinyal yang

ditangkap rendah, sehingga konfigurasi ini sangat baik untuk survey mapping

horizontal. Susunan elektroda konfigurasi dipole-dipole ditunjukkan pada Gambar

2.5.

Gambar 2.5 Susunan Elektroda Konfigurasi Dipole-dipole. [17] Faktor geometri konfigurasi dipole-dipole adalah:

k = 2π [( 1 𝑟1 -1 𝑟2) - ( 1 𝑟3 -1 𝑟4)] -1 atau kd = π na (n + 2) (n + 1) (2.6)

dengan nilai a adalah besar spasi antar elektroda (meter) dan n adalah bilangan

pengali

2.8 Prediksi Kedalaman

Kedalaman investigasi adalah kemampuan konfigurasi elektroda dalam

memetakan kedalaman maksimum yang dapat ditembus. Salah satu cara kuantitatif

(32)

19

sensitivitas atau turunan Frechet dari array. Dalam survei resistivitas bawah

permukaan diasumsikan terdiri dari lapisan horizontal. Untuk lapisan horizontal,

batas x dan y lapisan memanjang dari -∞ hingga +∞. Dengan demikian fungsi

sensitivitas untuk lapisan horizontal tipis diperoleh dengan mengintegrasikan

fungsi sensitivitas 2D yang diberikan dalam persamaan (2.7) dalam arah x dan y,

yaitu. F1D(z) = 1 4𝜋²∬ 𝑥(𝑥−𝑎)+𝑦2+𝑧² [𝑥2+𝑦2+𝑧2]1,5 [(𝑥−𝑎)²+𝑦2+𝑧2]1,5 𝑑𝑥𝑑𝑦 +∞ −∞ (2.7)

Persamaan di atas memiliki solusi analitik sederhana [18]

F1D(z) = 2 𝜋 .

𝑧

(𝑎2+4𝑧2)1,5 (2.8)

Fungsi di atas juga dikenal sebagai karakteristik penyelidikan kedalaman dan

telah digunakan oleh banyak penulis untuk menentukan sifat berbagai array dalam

survei resistivitas [17]. Gambar 2.6 menunjukkan plot fungsi ini.

Gambar 2.6 Plot Fungsi Sensitivitas 1-D dan Kedalaman Median Investigasi untuk Larik Wenner. [17]

(33)

Perhatikan gambar 2.6 itu dimulai dari nol dan kemudian meningkat menjadi

nilai maksimum pada kedalaman sekitar 0,5a dan kemudian menurun secara

asimptotik menjadi nol. Beberapa penulis telah menggunakan titik maksimum

sebagai kedalaman penyelidikan array. Namun [19] telah menunjukkan bahwa

perkiraan yang lebih kuat adalah "kedalaman rata-rata penyelidikan". Ini adalah

kedalaman di atas yang area di bawah kurva sama dengan setengah total area di

bawah kurva. Dalam istilahnya yaitu bagian atas Bumi adalah "kedalaman rata-rata

penyelidikan" memiliki pengaruh yang sama pada potensi yang diukur sebagai

bagian bawah. Ini memberitahu kita kira-kira seberapa dalam kita bisa melihat

dengan array. Kedalaman ini tidak tergantung pada resistivitas yang jelas terukur

atau resistivitas model bumi yang homogen. Bahwa kedalamannya hanya berlaku

untuk model Bumi yang homogen, tetapi mereka mungkin cukup baik untuk

merencanakan survei lapangan. Jika ada kontras resistivitas besar di dekat

permukaan, kedalaman penyelidikan yang sebenarnya bisa berbeda.

Fungsi sensitivitas untuk array lain dapat ditentukan dengan menambahkan

kontribusi dari empat pasang elektroda potensial saat ini yang sesuai. Gambar 2.6

menunjukkan plot fungsi sensitivitas untuk array Wenner bahwa array Wenner

memiliki resolusi vertikal yang lebih baik daripada resolusi horizontal.

Tabel 2.3 memberikan kedalaman rata-rata investigasi untuk array yang

berbeda. Setiap konfigurasi memiliki target kedalaman yang berbeda-beda

meskipun jarak antar elektrodanya sama. Prediksi jangkauan ini penting karena

untuk menyesuaikan metode yang akan digunakan pada saat survei [14]. Kemudian

(34)

21

jangkauan rata-rata (Ze). Meskipun pada saat melakukan penelitian dilapangan

hasilnya berbeda dengan prediksi tetapi dengan mempertimbangkan target

kedalaman akan mempermudah pada saat survei sebenarnya. Berikut ini merupakan

tabel kedalaman rata-rata untuk mempermudah perhitungan yaitu pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kedalaman Rata-rata [14]

Array type z e/a z e/L Geometric

Factor Inverse Geometric Factor (Ratio) Wenner Alpha 0.519 0.173 6.2832 0.15915 (1.0000) Wenner Beta 0.416 0.139 18.850 0.05305 (0.3333) Wenner Gamma 0.594 0.198 9.4248 0.10610 (0.6667) Dipole-dipole n = 1 0.416 0.139 18.850 0.05305 (0.3333) n = 2 0.697 0.174 75.398 0.01326 (0.0833) n = 3 0.962 0.192 188.50 0.00531 (0.0333) n = 4 1.220 0.203 376.99 0.00265 (0.0166) n = 5 1.476 0.211 659.73 0.00152 (0.0096) n = 6 1.730 0.216 1055.6 0.00095 (0.0060) n = 7 1.983 0.220 1583.4 0.00063 (0.0040) n = 8 2.236 0.224 2261.9 0.00044 (0.0028) Equatorial dipole-dipole n = 1 0.451 0.319 21.452 0.04662 (0.2929) n = 2 0.809 0.362 119.03 0.00840 (0.0528) n = 3 1.180 0.373 367.31 0.00272 (0.0171) n = 4 1.556 0.377 841.75 0.00119 (0.0075) Wenner - Schlumberger n = 1 0.519 0.173 6.2832 0.15915 (1.0000) n = 2 0.925 0.186 18.850 0.05305 (0.3333) n = 3 1.318 0.189 37.699 0.02653 (0.1667) n = 4 1.706 0.190 62.832 0.01592 (0.1000) n = 5 2.093 0.190 94.248 0.01061 (0.0667) n = 6 2.478 0.191 131.95 0.00758 (0.0476) n = 7 2.863 0.191 175.93 0.00568 (0.0357) n = 8 3.247 0.191 226.19 0.00442 (0.0278) n = 9 3.632 0.191 282.74 0.00354 (0.0222) n = 10 4.015 0.191 345.58 0.00289 (0.0182) Pole-dipole n = 1 0.519 12.566 0.07958 (0.5000) n = 2 0.925 37.699 0.02653 (0.1667) n = 3 1.318 75.398 0.01326 (0.0833) n = 4 1.706 125.66 0.00796 (0.0500) n = 5 2.093 188.50 0.00531 (0.0334) n = 6 2.478 263.89 0.00379 (0.0238) n = 7 2.863 351.86 0.00284 (0.0178)

(35)

n = 8 3.247 452.39 0.00221 (0.0139)

Pole-Pole 0.867 6.28319 0.15915 (1.0000)

Untuk memproleh kedalaman maksimum yang dapat dipetakan, kalikan spasi elektroda “a” maksimum atau panjang bentangan maksimum “L” dengan faktor

kedalaman. Cara memprediksikan jangkauan kedalaman seperti berikut: Misalnya

pada konfigurasi wenner alpha spasi antar elektroda maksimum 10m (a=10) maka

panjang lintasan survey adalah 300m (L = 300m). Dengan melihat konfigurasi

wenner alpha pada tabel 1 maka akan diketahui perkiraan kedalaman yang akan

didapat 300 x 0,173 = 51,9m. Contoh lain pada konfigurasi dipole-dipole yaitu jarak

antar spasi elektroda adalah 10m dan faktor n yang digunakan adalah 6 maka

panjang lintasannya adalah 80m. Dengan menggunakan tabel 4 dapat dilihat

konfigurasi dipole-dipole untuk n = 6 maka perkiraan jangkauan kedalamannya

adalah 80 x 0,216 = 17,28 m.

2.9 Sensitivitas Metode Geolistrik

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KKBI) sensitivitas adalah kepekaan

atau cepat menerima rangsangan. Sensitivitas konfigurasi adalah suatu koefisien

yang menggambarkan tingkat perubahan nilai tahanan jenis bawah permukaan yang

akan mempengaruhi potensial yang terukur [17]. Koefisien sensitivitas juga

bergantung pada faktor geometri elektroda yang akan digunakan.

Plot fungsi sensitivitas 1-D pada Gambar 2.6 menunjukkan bahwa sensitivitas

array ke lapisan paling atas sangat kecil. Plot sebenarnya memberikan kontribusi

(36)

23

kedalaman yang sama, dan menyembunyikan banyak efek. Kontribusi untuk strip

paling atas kecil hanya jika tanahnya benar-benar homogen. Jika tidak homogen,

hasilnya bisa sangat berbeda.

Untuk mempelajari kesesuaian array yang berbeda untuk survei 2-D, kita perlu

melangkah lebih jauh dari fungsi sensitivitas 1-D sederhana, yaitu fungsi

sensitivitas 2-D. Dalam kasus ini, untuk lokasi (x, z) tertentu, kami menjumlahkan

kontribusi dari semua titik untuk nilai y mulai dari +∞ hingga -∞. Ini melibatkan

integrasi fungsi sensitivitas 2-D dalam persamaan (2.7) sehubungan dengan y, yaitu

F2D (x, z) = 1 4𝜋2∫ 𝑥(𝑥−𝑎)+𝑦2+𝑧² [𝑥2+𝑦2+𝑧2]1,5 [(𝑥−𝑎)²+𝑦2+𝑧2]1,5 𝑑𝑦 +∞ −∞ (2.9)

Intergral ini memiliki solusi analitik [20] yang diberikan dalam bentuk

intergral elips. Solusinya yaitu

F2D (x, z) = 2 𝛼𝛽²[ 𝛼2𝐸(𝑘)−𝛽²𝐾(𝑘) (𝛼2−𝛽2) - 𝛾[(𝛼2+𝛽2)𝐸(𝑘)−2𝛽2𝐾(𝑘)] (𝛼2−𝛽2 ] (2.10) Dimana k = (𝛼 2+𝛽2)0,5 𝛼 Untuk x>0,5α α² = x² + z², β² = (x – α)² + z², γ = xα dan untuk x<0,5α β² = x² + z², α² = (x – α)² + z², γ = α (x – α) dan untuk x=0,5α

(37)

F2D (x, z) = 𝜋 [ 1 2𝛼³ -

3𝛼²

16𝛼5] dengan α = 0,25α²

Konfigurasi metode resistivitas mengacu pada tata cara pemasangan elektroda

arus dan elektroda potensial dalam suatu lintasan survei metode resistivitas.

Pemilihan konfigurasi berkaitan dengan arah target yang ingin di cari. Konfigurasi

yang digunakan yaitu:

a. Konfigurasi Wenner

Konfigurasi wenner ini terdapat tiga macam yaitu wenner alpha, beta

dan gamma yang memiliki sensitivitas yang berbeda. Konfigurasi ini

memiliki kemampuan yang sangat baik dalam resolusi vertikal untuk

CST dan kesensitifan secara lateral. Semakin besar bentang antar

elektroda maka semakin besar kesensitifannya, hal ini ditunjukkan pada

Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Sensitivitas Konfigurasi Wenner Alpha [17] b. Konfigurasi Dipole-dipole

Konfigurasi dipole-dipole sangat baik untuk penetrasi kedalaman dan

CTS. Kesensitifan yang tinggi pada arah horizontal dan sedang untuk

arah vertikal. Untuk memperoleh data maksimal maka harus lebih

(38)

25

rendah sehingga konfigurasi ini sangat baik untuk survei mapping

horizontal, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Sensitivitas Konfigurasi Dipole-dipole. n = 1 [17]

Pada gambar 2.8 merupakan sensitivitas untuk konfigurasi

dipole-dipole. Nilai sensitivitas berada pada elektroda C1-C2 dan

P1-P2. Oleh karena itu itu konfigurasi ini memiliki sensitivitas yang tinggi

kearah horizontal sedangkan nilai sensitivitas kearah vertikal sedang.

Untuk menghasilkan target yang dalam caranya adalah dengan

memperbanyak jumlah n. Namun, semakin n maka sinyal yang

ditangkap rendah sehingga nilai sensitifitas menurun. Cara yang lain

untuk menghasilkan target yang dalam adalah dengan memaksimalkan

nilai a. Metode ini sangat cocok untuk survei mapping horizontal

(39)

26

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir – Badan Tenaga

Nuklir Nasional (PTBGN-BATAN) Pasar Jum’at selama 6 bulan. Data penelitian

yang digunakan adalah data sekunder hasil survei metode geolistrik resistivitas di

Desa Takandeang, Kabupaten Mamuju terletak di Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 10 38’ 110” – 20 54’ 552” Lintang Selatan dan 110 54’ 47” – 130 5’ 35”

Bujur Timur. Pengambilan data dilakukan 5 lintasan. Dengan panjang lintasan satu

410m, panjang lintasan dua 400m, panjang lintasan tiga 410m, panjang lintasan

empat 210m dan panjang lintasan lima 270m. Setiap lintasan menggunakan spasi

elektroda yang sama yaitu 10m. Peta lintasan penelitian ini dibuat menggunakan

software ArcGIS dapat dilihat pada gambar 3.1 dengan skala 1:4000.

(40)

27

3.2 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder geolistrik resistivitas yang akan

dianalisis. Data ini diperoleh dari Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN)

pada tahun 2019. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat

keras dan perangkat lunak.

3.2.1 Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Resistivity ABEM SAS 1000

b. Garmin Global Positioning System (GPS) digunakan untuk menentukan

posisi elevasi dan koordinat lokasi pada setiap titik penelitian

c. Kompas yang digunakan untuk menunjukkan arah pengukuran dan

menentukan kelurusan lintasan

d. Aki digunakan sebagai sumber arus

e. Elektroda besi untuk menginjeksikan arus ke bawah permukaan

f. Kabel tembaga 96 channel dengan Panjang 300 m untuk menghubungkan

elektroda potensial dengan elektroda arus

g. Palu yang digunakan untuk menancapkan elektroda ke dalam tanah

h. Meteran digunakan untuk mengukur jarak bentangan dan jarak antar

elektroda

i. Payung digunakan untuk menutupi Resistivity ABEM SAS 1000 agar tidak

terkena panas matahari

j. Buku pengamatan dan alat tulis

(41)

l. Peta geologi lembar Mamuju Sulawesi [5].

Gambar 3.2 Satu Set Alat Geolistrik ABEM SAS 1000 [15].

Gambar 3.3 Komponen Alat Penelitian 3.2.2 Perangkat Lunak

Perangkat lunak Software Res2Dinv, Res2dmod, ArcGIS, Microsoft Word,

Microsoft Excel, dan Notepad.

a. Res2Dinv yang digunakan untuk menghitung inversi resistivitas dan

pemodelan penampang

b. Res2dmod yang digunakan untuk membuat pemodelan sintetik

c. ArcGIS yang digunakan untuk menampilkan kondisi lokasi penelitian

d. Notepad yang digunakan untuk mengolah data yang akan dimasukkan pada

(42)

29

e. Microsoft Excel yang digunakan untuk mengolah nilai resistivitas semu

menjadi resistivitas sejati

f. Microsoft Word yang digunakan untuk membuat dan menyusun draft skripsi

3.2.3 Diagram Alir

(43)

3.3 Prosedur Pengolahan Data

Pada pengolahan data geolistrik ini digunakan dua jenis pengolahan data.

Berikut tahapan-tahapan dalam pengolahan data:

3.3.1 Pengolahan Data Geolistrik 2D

Pada pengolahan ini software yang digunakan adalah ArcGIS, Notepad,

dan Res2Dinv.

1. Software ArcGIS digunakan untuk membuat peta lokasi penelitian dan

peta lintasan dengan menggunakan nilai koordinat

2. File yang sudah didownload dalam bentuk format .dat dibuka dan diolah

menggunakan notepad. Pada pengolahan data menggunakan notepad,

masukkan data elevasi yang sudah didapat pada Global Positioning System

(GPS). Hal ini bertujuan untuk memasukkan data topografi dalam file yang

akan di inversi menggunakan Res2Dinv.

3. Untuk menyisipkan hasil inversi dalam bentuk topgrafi dapat dilakukan

pada software Res2Dinv dengan cara memilih menu Topography Options

lalu klik display topography. Setelah itu pilih menu Display Sections

kemudian klik include topography in model display maka muncul

pemodelan geolistrik 2D.

3.3.2 Pengolahan Pemodelan Sensitivitas Data Geolistrik

Pada pengolahan ini software yang digunakan adalah Res2Dinv, dan

Res2Dmod.

1. Software Res2Dinv digunakan untuk pemodelan sensitivitas geolistrik

(44)

31

memilih menu Inversion kemudian klik model sensitivity kemudian klik

model resistivity sensitivity maka akan muncul pemodelan sensitivitas resistivitas. Pemodelan selajutnya klik display model blok maka akan

muncul pemodelan sensitivitas blok.

2. Software Res2Dmod digunakan untuk pemodelan sensitivitas geolistrik

secara sintetik. Setelah pemodelan geolistrik 2D di software Res2Dinv

maka klik menu file kemudian klik import data in Res2Dmod format

kemudian buka software Res2Dmod klik menu file kemudian klik read file

with forward model setelah itu pilih model yang tadi telah di import dari Res2Dinv setelah itu pilih konfigurasi sensitivitasnya maka akan muncul pemodelan sintetik sensitivitas geolistrik.

(45)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Gambar dibawah merupakan hasil inversi 5 lintasan dengan menggunakan

software Res2Dinv memberikan profil penampang 2D. Konfigurasi yang digunakan

adalah dipole-dipole dan wenner, pengambilan data dilakukan di Lapangan Desa

Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat.

4.1.1 Hasil Penampang Lintasan 1

Lintasan satu dengan panjang lintasan 410m dan jarak elektroda sebesar

10m dan konfigurasi yang digunakan adalah dipole-dipole. Lintasan satu ini

memotong bukit dan pengambilan data dilakukan pada saat hujan ringan.

Penampang lintasan satu ini secara vertikal yang menunjukkan kedalaman dan

sebaran resistivitas semunya.

Gambar 4.1 merupakan hasil konversi menggunakan software Res2dinv

didapatkan pemodelan lintasan 1 konfigurasi dipole-dipole yang menunjukkan

inversi model resistivitas. Pemodelan 2D resistivitas memiliki nilai RMS error terkecil yaitu 18% dan nilai resistivitasnya 2,78Ωm sampai 7966 Ωm.

(46)

33

Pemodelan sensitivitas hasil tahanan jenis pada lintasan 1 konfigurasi

dipole-dipole menggunakan software Res2dinv ditunjukan oleh gambar 4.2

menghasilkan nilai sensitivitasnya 0,042 sampai 2,65 dan nilai RMS error

terkecil yaitu 18%.

Gambar 4.2 Pemodelan Penampang Lintasan 1 Sensitivitas

Pada gambar 4.2 yaitu pemodelan penampang lintasan 1 sensitivitas

kemudian di olah menjadi pemodelan blok sensitivitas menggunakan software

Res2Dinv dapat ditunjukkan oleh gambar 4.3. Pemodelan blok sensitivitas ini menunjukkan bahwa terdapat 360 model blok, 335 point, jumlah elektrodanya

adalah 41 dan nilai sensitivitasnya 0,0034 sampai 2.4. Pemodelan blok

sensitivitas pada lintasan satu ini memiliki nilai rata-rata sensitivitas yaitu 3,51

ini berada pada warna ungu di permukaan hal ini ditunjukkan pada gambar 4.3

sensitivitasnya kearah horizontal.

(47)

4.1.2 Hasil Penampang Lintasan 2

Pada penampang 2D lintasan dua dengan panjang lintasan 400m dan

jarak elektroda sebesar 10m. Konfigurasi yang digunakan pada lintasan 2 adalah

wenner alpha. Letak lintasan 2 ini sejajar dengan bukit. Gambar 4.4 merupakan

hasil pemodelan lintasan 2 konfigurasi wenner alpha menggunakan software

Res2dinv yang menunjukkan inversi model resistivitas dengan nilai RMS error terkecil yaitu 51,4%. Pada lintasan ini nilai resistivitasnya 0,293Ωm sampai

3136Ωm.

Gambar 4.4 Pemodelan Penampang Lintasan 2 Resistivitas

Pemodelan sensitivitas hasil tahanan jenis pada lintasan 2 konfigurasi

wenner alpha menggunakan software Res2dinv ditunjukan oleh gambar 4.5

menghasilkan nilai sensitivitasnya 0,039 sampai 5,11 dan nilai RMS error

terkecil yaitu 51,4%.

(48)

35

Pada gambar 4.5 diatas merupakan pemodelan penampang lintasan 2

sensitivitas kemudian di olah menjadi pemodelan blok sensitivitas menggunakan

software Res2Dinv dapat ditunjukkan oleh gambar 4.6 Pemodelan blok sensitivitas ini menunjukkan bahwa terdapat 532 model blok, 232 point, jumlah elektrodanya

adalah 39 dan nilai sensitivitasnya 0,018 sampai 5,7. Pemodelan blok sensitivitas

pada lintasan dua ini memiliki nilai rata-rata sensitivitas yaitu 0,88 pada warna biru

berarti pemodelan blok sensitivitas ini menunjukkan sensitivitasnya kearah

vertikal.

Gambar 4.6 Pemodelan Blok Sensitivitas pada Lintasan 2

4.1.3 Hasil Penampang Lintasan 3

Pada penampang 2D lintasan tiga dengan panjang lintasan 410m dan

jarak elektroda sebesar 10m. Konfigurasi yang digunakan pada lintasan tiga

adalah wenner alpha. Posisi lintasan 3 yaitu memotong bukit. Gambar 4.7

merupakan hasil inversi menggunakan software Res2Dinv yang menunjukkan

inversi pemodelan resistivitas. Penampang resistivitas hasil inversi memberikan

nilai RMS error terkecil yaitu 29,5%. Pada lintasan tiga nilai resistivitasnya 0,895Ωm sampai 593Ωm.

(49)

Gambar 4.7. Pemodelan Penampang Lintasan 3 Resistivitas

Gambar 4.7 merupakan pemodelan lintasan 3 untuk menunjukkan nilai

resistivitas kemudian di inversi menggunakan software Res2Dinv sehingga

menghasilkan pemodelan sensitivitas untuk lintasan 3 yang ditunjukkan pada

gambar 4.8 memiliki nilai RMS error 29,5% dan nilai sensitivitasnya yaitu

0,050 sampai 4,10.

Gambar 4.8 Pemodelan Penampang Lintasan 3 Sensitivitas

Pada gambar 4.8 yaitu hasil inversi pemodelan penampang lintasan tiga

sensitivitas kemudian di olah menjadi pemodelan blok sensitivitas

menggunakan software Res2Dinv dapat ditunjukkan oleh gambar 4.9.

(50)

37

271 point, jumlah elektrodanya adalah 43 dan nilai sensitivitasnya 0,039

sampai 4,1. Pemodelan blok sensitivitas pada lintasan tiga ini memiliki nilai

rata-rata sensitivitas yaitu 1,15 yaitu berwarna ungu hal ini menunjukkan pada

gambar 4.9 sensitivitasnya kearah vertikal.

Gambar 4.9 Pemodelan Blok Sensitivitas pada Lintasan 3

4.1.4 Hasil Penampang Lintasan 4

Hasil penampang 2D lintasan empat berada dibawah bukit dengan

panjang lintasan 210m dan jarak elektroda sebesar 10m. Konfigurasi yang

digunakan pada lintasan empat yaitu dipole-dipole. Hasil pemodelan lintasan

empat menggunakan software Res2Dinv pada gambar 4.10 yang menunjukkan

inversi pemodelan resistivitas memberikan nilai RMS error terkecil yaitu 43,6% dan memiliki nilai resistivitas 1,10Ωm sampai 2290Ωm.

(51)

Gambar 4.10 Pemodelan Penampang Lintasan 4 Resistivitas

Gambar 4.10 merupakan pemodelan penampang lintasan 4 untuk

mengetahui nilai resistivitas kemudian di inversi menggunakan software

Res2Dinv sehingga menghasilkan pemodelan sensitivitas untuk lintasan 4 dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole yang ditunjukkan pada

gambar 4.11 memiliki nilai RMS error 43,6% dan nilai sensitivitasnya yaitu

0,033 sampai 3,04.

(52)

39

Hasil inversi pemodelan lintasan 4 sensitivitas pada gambar 4.11

kemudian di olah menjadi pemodelan blok sensitivitas menggunakan software

Res2Dinv dapat di tunjukkan oleh gambar 4.12. Pemodelan blok sensitivitas pada lintasan empat ini menunjukkan bahwa terdapat 336 model blok, 190

point, jumlah elektrodanya adalah 22 dan nilai sensitivitasnya 0,0084 sampai

3,3. Pemodelan blok sensitivitas pada lintasan empat ini memiliki nilai

rata-rata sensitivitas yaitu 2,28 yaitu pada warna oren terdapat dipermukaan hal ini

menunjukkan pada gambar 4.12 sensitivitasnya kearah horizontal.

Gambar 4.12 Pemodelan Blok Sensitivitas pada Lintasan 4 4.1.5 Hasil Penampang Lintasan 5

Hasil penampang 2D lintasan 5 berada di saung Pak Andreas dengan

panjang lintasan 270m dan jarak elektroda sebesar 10m. Konfigurasi yang

digunakan pada lintasan lima yaitu dipole-dipole. Hasil pemodelan 2D lintasan

(53)

menunjukkan inversi pemodelan resistivitas dengan nilai RMS error terkecil yaitu 40,8% dan nilai resistivitas 3,41Ωm sampai 2407Ωm.

Gambar 4.13 Pemodelan Penampang Lintasan 5 Resistivitas

Gambar 4.13 merupakan pemodelan penampang lintasan 5 untuk

mengetahui nilai resistivitas kemudian di inversi menggunakan software

Res2Dinv sehingga menghasilkan pemodelan sensitivitas untuk lintasan 5 dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole yang ditunjukkan pada

gambar 4.14 memiliki nilai RMS error 40,8% dan nilai sensitivitasnya yaitu

0,014 sampai 2,47.

(54)

41

Gambar 4.14 merupakan hasil inversi pemodelan lintasan 5 sensitivitas

kemudian di olah menjadi pemodelan blok sensitivitas menggunakan software

Res2Dinv dapat di tunjukkan oleh gambar 4.15. Pemodelan blok sensitivitas pada lintasan 5 ini menunjukkan bahwa terdapat 351 model blok, 270 point,

jumlah elektrodanya adalah 28 dan nilai sensitivitasnya 0.0077 sampai 3,1.

Pemodelan blok sensitivitas pada lintasan lima ini memiliki nilai rata-rata

sensitivitas yaitu 3.11 ditunjukkan pada warna ungu yang berada di permukaan

hal ini menunjukkan sensitivitasnya kearah horizontal.

Gambar 4.15 Pemodelan Blok Sensitivitas pada Lintasan 5

4.2 Pembahasan

4.2.1 Sensitivitas Data Geolistrik Konfigurasi Dipole-dipole

Pada data geolistrik lintasan 1, lintasan 4 dan lintasan 5 menggunakan

konfigurasi dipole-dipole kemudian diolah menggunakan software Res2Dinv

menghasilkan blok sensitivitas dan nilai sensitivitas rata-rata setelah itu di

import ke software Res2Dmod untuk membuat pemodelan secara sintetik dan

menghasilkan sensitivitas ke arah horizontal hal ini dapat dilihat pada gambar

(55)

Gambar 4.16 Pemodelan Sensitivitas Secara Sintetik pada Lintasan 1, 4 dan 5 Pada lintasan 1, lintasan 4 dan lintasan 5 memiliki pemodelan sensitivitas

secara sintetik yang sama karena konfigurasi yang digunakan sama yaitu

dipole-dipole dan tanah di daerah penilitian yaitu tanah homogen sehingga

menghasilkan pemodelan yang sama. Pada gambar 23 memiliki nilai

sensitivitas -128 sampai 128 dan nilai rata-rata kedalamannya adalah 0,1386.

Nilai rata-rata sensitivitas ini dapat digunakan untuk memprediksi kedalaman

sebelum penelitian dengan mengkalikan nilai rata-rata kedalaman dan panjang

lintasan. Pada lintasan 1 prediksi kedalamannya 56,8m sedangkan hasil

kedalaman penelitiannya 31,9m, hasil prediksi kedalaman dan hasil kedalaman

penelitian ini berbeda karena Panjang lintasan 1 pada saat penelitian yaitu

800m tetapi data yang di oleh pada lintasan satu ini yaitu 410m hal ini dapat

menyebabkan perbedaan prediksi kedalaman dan kedalaman hasil penelitian.

untuk lintasan 4 prediksi kedalamannya 29,1m dan hasil kedalaman penelitian

(56)

43

dikarenakan lintasan 4 berada dibawah bukit. Untuk lintasan 5 memiliki

prediksi kedalaman 37,4m dan kedalaman penelitiannya 48m perbedaan ini

karena lintasan lima berada dibawah saung Pak Andreas.

Sensitivitas data geolistrik konfigurasi dipole-dipole ini memiliki nilai

sensitivitas terbesar yaitu 128 dan memiliki nilai resistivitas yang tinggi

terletak di antara pasangan elektroda C2-C1 serta antara pasangan elektroda

P1-P2 hal ini merupakan fenomena untuk mengurangi efek variasi lateral

dalam survei penampang resistivitas berarti paling sensitif terhadap perubahan

resistivitas di bawah elektroda. Sensitivitas terkecil yaitu -128 dan memiliki

nilai resistivitas semu yang diukur menurun di bawah pusat antara elektroda

C1-P1 karena nilai sensitivitasnya negatif hal ini dikenal sebagai anomali

inversi. Konfigurasi dipole-dipole sensitive kea rah horizontal sehingga dapat

digunakan untuk mengetahui persebaran batuan dan identifikasi akuifer air

tanah. Untuk memperoleh data maksimal maka harus lebih banyak elektroda

namun hal ini menyebabkan sinyal yang di tangkap rendah karena kelemahan

dari konfigurasi dipole-dipole yaitu memiliki sinyal yang buruk.

4.2.2 Sensitivitas Data Geolistrik Konfigurasi Wenner Alpha

Pada data geolistrik lintasan 2, dan lintasan 3 menggunakan konfigurasi

wenner alpha kemudian diolah menggunakan software Res2Dinv

menghasilkan blok sensitivitas dan nilai sensitivitas rata-rata setelah itu di

import ke software Res2Dmod untuk membuat pemodelan secara sintetik dan

menghasilkan sensitivitas ke arah vertikal hal ini dapat dilihat pada gambar

(57)

Gambar 4.17 Pemodelan Sensitivitas Secara Sintetik pada Lintasan 2 dan 3

Pada lintasan 2 dan lintasan 3 memiliki pemodelan sensitivitas secara

sintetik yang sama karena konfigurasi yang digunakan sama yaitu wenner

alpha dan tanah di daerah penilitian yaitu tanah homogen sehingga

menghasilkan pemodelan yang sama. Pada gambar 24 memiliki nilai

sensitivitas -128 sampai 128 dan nilai rata-rata kedalamannya adalah 0,1738.

Nilai rata-rata kedalaman pada konfigurasi wenner ini dapat digunakan untuk

memprediksi kedalaman sebelum penelitian dengan mengkalikan nilai

rata-rata sensitivitas dan panjang lintasan. Pada lintasan 2 prediksi kedalamannya

adalah 69,5m dan hasil penelitian kedalamannya 67,5m, untuk lintasan 3

prediksi kedalamannya 71,2m dan hasil penelitian kedalamannya 78,8m.

Pemodelan sensitivitas menunjukkan nilai -128 yang besar di dekat

permukaan antara elektroda C1 dan P1, serta antara elektroda C2 dan P2 hal

ini merupakan fenomena yang dikenal sebagai anomaly inversi. Nilai

(58)

45

yang tinggi hal ini merupakan fenomena untuk mengurangi efek variasi lateral

dalam survei penampang resistivitas. Konfigurasi Wenner Alpha memiliki

kedalaman investigasi yang moderat. Kekuatan sinyal berbanding terbalik

dengan faktor geometris yang digunakan untuk menghitung nilai resistivitas

semu. Konfigurasi Wenner memiliki kekuatan sinyal terkuat. Ini dapat menjadi

faktor penting jika survei dilakukan di daerah dengan kebisingan yang tinggi.

Konfigurasi wenner cocok untuk eksplorasi bijih besi karena dapat menentukan

secara lateran sehingga dapat menentukan persebaran bijih besi dibawah

(59)

46

BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Telah dilakukan pengolahan data sekunder nilai tahanan jenis geolistrik di

Lapangan daerah Takandeang, Mamuju, Sulawesi Barat menghasilkan pemodelan

2D resistivitas menggunakan software Res2Dinv dan pemodelan 2D sensitivitas

menggunakan software Res2Dinv dan software Res2Dmod. Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemodelan sensitivitas konfigurasi dipole-dipole yaitu pada lintasan 1

dengan nilai sensitivitas 0,042 – 2,65 dan nilai rata-rata sensitivitas 3,51.

Lintasan 4 dengan nilai sensitivitas 0,033 – 3,04 dan nilai rata-rata

sensitivitas 2,28. Lintasan 5 dengan nilai sensitivitas 0,014 – 2,47 dan nilai

rata-rata sensitivitas 3,11. Untuk pemodelan sensitivitas konfigurasi wenner

yaitu pada lintasan 2 dengan nilai sensitivitas 0,039 – 5,11 dan nilai

rata-rata sensitivitas 0,88. Lintasan 3 dengan nilai sensitivitas 0,050 – 4,10 dan

nilai rata-rata sensitivitas 1,15.

2. Pemodelan sensitivitas secara sintetik pada konfigurasi dipole-dipole

dengan nilai sensitivitas -128 sampai 128 dan nilai rata-rata kedalamannya

adalah 0,1386 sensitif ke arah horizontal. Dan pemodelan sensitivitas secara

sintetik pada konfigurasi wenner dengan nilai sensitivitas -128 sampai 128

(60)

47

3. Kedalaman untuk konfigurasi dipole-dipole pada lintasan 1 prediksi

kedalamannya 56,8m dan kedalaman penelitian 31,9m hasilnya berbeda

karena panjang lintasan yang digunakan 410m sedangkan Panjang lintasan

pengukuran 800m, Pada lintasan 4 prediksi kedalamannya 29,1m dan

kedalaman penelitian 57,3m perbedaan ini dikarenakan lintasan 4 terletak

dibawah bukit, dan untuk lintasan 5 prediksi kedalamannya 37,4m dan

kedalaman hasil penelitian 48m perbedaan ini karena lintasan 5 terletak di

bawah saung. untuk kedalaman konfigurasi wenner pada lintasan 2 prediksi

kedalamannya 69,5m dan kedalaman penelitian 67,5 dan untuk lintasan 3

prediksi kedalamannya sebesar 71,2m dan hasil kedalaman penelitiannya

78,8m.

5.2 Saran

Untuk memproleh hasil yang lebih baik maka disarankan:

1. Perlu dilakukan penelitian dengan konfigurasi dipole-dipole yaitu

dengan menambahkan variasi n dan titik ukur untuk menghasilkan

target yang lebih dalam.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan konfigurasi wenner alpha dengan

menambahkan panjang lintasan agar mendapatkan hasil target yang

lebih dalam.

3. Membuat file pemodelam Res2Dmod menggunakan software Delphi

Gambar

Tabel 2.1 Metode Survei Geofisika    11
Gambar 4.17 Pemodelan Sensitivitas Secara Sintetik pada Lintasan 2 dan 3  44
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional [2]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan kriteria-kriteria ideal diatas, mahasiswa alumni/mahasiswa praktikan diharapkan mampu memiliki semua kriteria yang diharapkan oleh para pengguna ( user ).

b) Destilasi dapat diartikan sebagai suatu metode operasi yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya berdasarkan titik didih

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui mutu fisik telur ayam ras yang dijual oleh pedagang telur pada Pasar Simpang Baru Kota Pekanbaru ditinjau dari SNI

Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Gambaran penggunaan media video pembelajaran matematika berlangsung secara efektif, (2) Gambaran minat belajar setelah

Antarmuka menu quiz yang tertera pada (Gambar 4) diawali dengan memasukan nama peserta quiz , dan ini merupakan suatu bentuk evaluasi untuk mengetahui sejauh

Dalam penelitian ini, metode dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah metode pembelajaran The Power Of Two yang diharapkan dapat memperbaiki sistem pembelajaran di

H7: Ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan saham publik, jumlah anggota komisaris, jumlah rapat dewan komisaris dan komisaris yang berlatar belakang