• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GATEWAY LOAD BALANCING PROTOCOL (GLBP) PADA JARINGAN INTERNET UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS GATEWAY LOAD BALANCING PROTOCOL (GLBP) PADA JARINGAN INTERNET UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS GATEWAY LOAD BALANCING PROTOCOL (GLBP) PADA JARINGAN INTERNET UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING

Ardhi Dwi Satrio[1], Imam Muhammadi P B.S.T.,M.T.[2], Herryawan Pujiharsono, S.T.,M.Eng [3]

Program Study S-1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro, Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto 53147, Central Java – Indonesia,0821-641629 ardhidwisatrio@gmail.com [1],

ABSTRACT

Pertukaran informasi tidak hanya sebatas teks dan gambar saja, tetapi juga informasi yang bersifat real time seperti aplikasi video streaming. Dibutuhkan suatu jaringan baik yang mampu meminimalisir terjadinya penumpukan data dan packet loss tinggi karena adanya kegagalan link pada suatu jaringan. Untuk membuat jaringan yang handal pada penelitian ini mengimplementasikan protokol Gateway Load Balancing Protocol (GLBP).

Protokol GLBP memiliki fitur load balancing yang merupakan prinsip penyeimbang beban paket yang akan dikirimkan melalui router-router yang aktif. Apabila ada jalur yang terputus, diharapkan konektivitas data masih tetap terjaga dengan adanya jalur alternatif. Pada penelitian ini dilakukan digunakan layanan video streaming untuk mengetahui kinerja dari jaringan protokol Gateway Load Balancing Protocol (GLBP). Streaming merupakan salah satu bentuk teeknologi yang memperkenalkan file digunakan secara langsung tanpa menunggu selesainya unggahan (download).

Implementasi media streaming server-client didalam penelitian ini menggunakan file video yang berbeda, berdasarkan jumlah frame yang dikirim (fps). Berdasarkan evaluasi rumusan masalah agar dapat memaksimalkan penelitian akan lebih baik dan sesuai standart TYPHOON.

Berdasarkan hasil pengujian, variabel delay memiliki nilai 2.60ms, variabel throughput memiliki nilai 2.11 Mbps, dan packet loss yang dialami adalah 0%. Hasil pengujian tergolong mencukupi berdasarkan standar TIPHON ETSI TR 101.329.

Index Terms--- gateway load balancing protocol, QoS, videostreaming, TYPHOON

1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Jaringan internet merupakan kebutuhan penting dalam sebuah instansi pendidikan yang akan digunakan oleh pengajar, staf , pelajar ataupun masyarakat yang memiliki kebutuhan di instansi tersebut . jaringan internet pada saat ini telah menjadi salah satu hal yang penting dibutuhkan pada era teknologi informasi seperti saat ini , tidak bias dibayangkan jika pada era teknologi informasi seperti saat ini tanpa menggunakan teknologi jaringan internet.

Namun di era sekarang internet bukanlah hal yang sulit.[1]

Gateway Load Balancing protocol ( GLBP ) merupakan suatu metode yang membagi kinerja router yang besarnya atau seimbang, gateway Load Balancing protocol ( GLBP ) sendiri lahir dari konsep load balancing yang merupakan konsep yang gunanya untuk meyeimbangkan beban atau muatan pada eberapa link

yang menuju network remote yang sama. Dengan begitu link jaringan tidak akan terganggu apabila terjadi kerusakan yang ditimbulkann oleh salah satu router yang sama. penerapan algoritma round robin pada computer load balancer sangat dibutuhkan, karena dengan menggunakan algoritma tersebut setiap request dari client akan diarahkan keberapa real server, sehingga komputer real server akan menerima beban secara merata. Dengan adanya server tambahan dan komputer load balancer yang menggunakan algoritma round robin maka secara tidak langsung beban server akan berkurang dan hal ini pula akan meminimalisir terjadinya overload.[2,3]

Quality of service ( QoS ) merupakan teknologi yang memungkinkan administrator jaringan untuk menangani berbagai efek dari terjadinya kongesti padalalu lintas aliran paket dari berbagai layanan untuk memanfaatkan sumber daya jaringan secara optimal dibandingkan dengan menambah kapasitas fisik jaringan tersebut.[4]

Pada penelitian oleh Sri Hartanto yang berjudul tentang “ ANALISIS QoS LOKAL IPTV DALAM

(2)

2 JARINGAN IEEE 802.11 “ pada tahun 2020 yang

bertujuan untuk membandingkan jarak terminal client ke Acces point terhadap kecepatan data (bit rate). Dari analisa yang dihasilkan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecepatan data (bit rate) antara smartphone 1 dan smartphone 2, tablet 1 dan tablet 2 serta notebook 1 dan notebook 2, walaupun perbedaan ini berpengaruh terhadap parameter lainya, yaitu: lama waktu munculnya file video streaming di terminal client, latency dan kualitas gambar. Semakin jauh jarak terminal client ke Acces point maka bit rate, initial time, latency dan kualitas gambar semakin menurun dan berlaku untuk semua terminal client. Dengan menurunya bit rate membuat lama waktu muncul file video streaming di terminal client (initial time) semakin lama sedangkan besarnya latency dapat dianggap stabil .[5]

Berdasarkan dan uraian diatas maka tujuan dari penelitian Analisis penerapan load balancing round robin pada jaringan internet kampus untuk mengoptimasi performansi jaringan kampus dapat memiliki kualitas jaringan yang baik.

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi protokol Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) pada jaringan internet di gedung telematika ITtelkom Purwokerto ?

2. Bagaimana pengaruh Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) terhadap perfomansi kualitas jaringan (QoS) pada jaringan menggunakan layanan videostreaming dengan parameter delay, troughtput, dan packetloss?

3. Bagaimana cara mengaplikasikan Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) algoritma ?

4. Bagaimana implementasi 2 router dijaringan gedung telematika ITtelkom Purwokerto

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Menggunakan software wireshark.

2. Pada server dan client menggunakan software VLC (Video Lan Client).

3. Parameter yang digunakan troughtput, packet loss, delay.

4. Menggunakan layanan video streaming dengan resolusi 720p.

5. Layanan yang digunakan untuk pengujian yaitu video streaming dengan tipe live streaming.

6. Server yang digunakan adalah PC real.

7. Tidak menggunakan router fisik, tetapi menggunakan router pada GNS-3 dengan seri router c 7200.

8. Setiap skenario dilakukan pengujian selama 2 menit dan 8 kali pengujian.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. implementasi protokol Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) pada jaringan internet .

2. Menganalisa performansi QoS pada saat jaringan dalam keadan normal dan pada saat jaringan terjadi gagal link untuk layanan video streaming.

3. Mengoptimasi jaringan metode Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) round robin.

4. Mengoptimasi dengan 2 router supaya jaringan lebih baik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tugas akhir ini yaitu dapat memberikan pemahaman mengenai implementasi Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) pada jaringan, serta dapat mengtahui performansi jaringan tersebut terhadap layanan videostreaming.

II. LANDASAN TEORI

2.2.1 Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) GLBP merupakan teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing digunakan pada saat sebuah server telah memiliki jumlah user yang telah melebihi maksimal kapasitasnya. Load balancing juga mendistribusikan beban kerja secara merata di dua atau lebih komputer, link jaringan, CPU, hard drive, atau sumber daya lainnya, untuk mendapatkan pemanfaatan sumber daya yang optimal.

Proses load balancing merupakan proses fleksibel yang dapat diciptakan dengan berbagai cara dan metode. Proses ini tidak dapat dilakukan oleh sebuah perangkat tertentu atau sebuah software jhusus saja, cukup banyak cara dan pilihan untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi dengan system load balancing. Cara kerja dn prosesnya pun berbeda-beda satu dengan yang lainya. Namun cara yang paling umum dan banyak digunakan adalah dengan konsep Virtual server atau Virtual IP.[6]

Istilah Virtual server atau Virtual IP sebenarnya merupakan istilah bebas, karena mungkin saja system lain menggunakan konsep yang sama namun dengan istilah yang berbeda secara umum konsep dari virtual server atau

(3)

3 virtual IP ini adalah sebuah alamat IP, sebuah nama, atau

sekelompok alamat IP yang bertugas sebagai jembatan perhitungan antara pengakses dari luar dengan sekelompok server atau perangkat jaringan yang berada dibelakang.[6]

2.2.2 Mekanisme Protokol Glbp

Grup GLBP hanya akan ada satu router yang berperan sebagai AVG, sedangkan router yang lainya berperan sebagai AVF. Pengaktifan protocol GLBP hamper sama halnya seperti pengaktifan protocol HSRP dan VRRP.

Yang menjadi pembeda keduanya adalah pada pengaaktifan GLBP, semua interface bias dijadikan sebagai interface gateway utama untuk semua user pada wilayah jaringan local sebagai jalur untuk melakukan komunikasi dengan jaringan luar.[7]

Gambar 1 Proses Penamaan GLBP.[7]

Pada Gambar 1 merupakan proses penamaan status router ( R ) setelah pengaktifan protokol GLBP selesai. Pada gambar diatas dapat dijelaskan pwngaktifan protokol GLBP pada router yang mana pada router tersebut dpat dijelaskan bahwa pengaktifan protokol GLBP pada router yang mana pada router tersebut ajan membuat semacam router virtual. Ketika masing – masing router bergabung pada satu grup GLBP yang sama, antara router seolah akan terhubung ke router virtual yang sama.

2.2.3 Algoritma Protokol Glbp

Algoritma protokol GLBP sama halnya dengan protokol VRRP dan HSRP, akan tetapi protokol GLBP dilengkapi dengan fitur load balancing yang tidak dimiliki protokol lainya. Load Balancing berfungsi untuk meratakan traffic pada setiap gateway sehingga seimbang.

Load Balancing pada GLBP memiliki beberapa algoritma yaitu sebagai berikut :

1. Algoritma Round robin

Merupakan algoritma yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh perangkat load balancing.

Algoritma ini membagi beban secara bergiliran dan berurutan dari satu server ke server lainya.[8]

2. Algoritma Ratio

Merupakan algoritma berisi parameter yang diberikan untuk masing – masing server yang akan dimasukan kedalam sistem load balancing.[8]

3. Algoritma Fastest

Pembagian beban dengan mengutamakan server yang memiliki respon yang paling cepat.[8]

4. Algoritma Least Connection

Membagi beban berdasarkan banyak koneksi yang sedang dilayani oleh sebuah server. Server yang memiliki koneksi paling sedikit akan melayani permintaan yang masuk.[8]

2.2.4 Video streaming

Video merupakan sebuah file yang biasanya hanya dibuka dna dimaikan oleh aplikasi multimedia yang digunakan Windows media player, winamp. Yang dimaksud video streaming amerupakan bias melihat langsung video pada satu halaman web tanpa harus didownload dahulu. Cara kerja video streaming , Pada awalnya data dari source ( berupa audio maupun video ) akan di capture dan disimpan pada sebuah buffer yang berada pada memori komputer ( bukan media penyimpanan seperti hardisk ) dan kemudian di endcode sesuai dengan format yang diinginkan. Dalam proses encode user dapat mengkompresi data sehingga ukuranya tidak terlalu besar ( opsional ). Pada aplikasi streaming nebggunakan jaringan, biasanya data akan dikompresi sebelu dilakukan streaming kerana keterbatasan bandwith jaringan setelah di endcode data sampai menampilakan dilayar user, user akan melakukan decode data dan menampilkan hasilnya ke layar waktu yang dibutuhkan data sampai mulai dari pemancar sampai penerima disebut latency.[9]

Beberapa hal yang berkaitan dengan video streaming

1. Media server

Media server di gunakan untuk mendistribusi on- demand atau webcast suatu konten ke client, juga bertanggung jawab untuk mencatat semua semua aktivitas stream yang nantinya digunakan untuk billing dan statistil player.[9]

2. Multimedia streaming

Multimedia streaming merupakan suatu teknologi yang mampu mengirimkan file audio atau video digital secara real time pada jaringan telephone.[9]

3. Video on Demand

Video on demand merupakan penyajian video yang diakses secara online melalui jaringan interner atau intranet, dimana dapat dilihat sepuasnya. Video dapat dilihat langsung dan didownload.[9]

4. Video conferencing

Video conferencing merupakan penggunaan komputer jaringan yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan interaksi berupa gambar atau suara.[9]

2.2.5 Wireshark

Wireshark merupakan sebuah aplikasi capture paket data berbasis open-source yang berguna untuk menangkap traffic data pada jaringan internet. Aplikasi ini umum digunakan sebagai alat troubleshoot pada jaringan yang bermasalah, selain itu juga bisa digunakan untuk pengujian software karena kemampuanya untuk membaca

(4)

4 konten dari setiap paket traffic data. Applikasi ini

sebelumnya dikenal dengan nama Ethereal, namun karena permasalahan merek dagang lalu diubah menjadi wireshark.[10]

Berikut fungsi dari wireshark

1. Dari segi positif, wireshark berguna untuk pekerjaan analisis jaringan cara kerjanya yaitu dengan menangkap paket data dari protokol yang berbeda dari berbagai tipe jaringan yang umum ditemukan didalam traffic jaringan internet.[10]

2. Dari segi negatif, wireshark biasa digunakan oleh sebagian hacker untuk melakukan sniffing.

Terminology sniffing sebenarnya tidak jauh berbeda dengan capture paket data, namun dalam konotasi yang negatif, karena bisa menimbulkan dampak yang merugikan untuk orang lain trutama dari sisi privasi.[10]

2.2.6 Konsep dasar QoS ( Quality of Service )

Quality of Service merupakan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan bandwith, mengatasi jitter, delay. Parameter QoS adalah Latency, jitter, packet loss, throughput, MOS. QoS sangat ditentukan oleh kualitas jaringan yang digunakan. Terdapat beberapa factor yang dapa menurunkan nilai QoS seperti redaman, Distorsi, dan Noise. QoS didesign untuk membantu end user ( client ) menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user damendapatkan performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan.[6] Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan layanan yang berbeda, yang menggunakan infrsatruktur yang sama QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan yang disediakan.[11]

2.2.7 Parameter QoS 2.2.7.1 Troughput

Merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tersebut, troughtput kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan prngiriman data.[11]

Tabel 1 Standart Troughput Menurut Typhon Kualitas

Throughput

Besar Throughput

(Bps)

Indeks

Sangat Bagus >100 4

Bagus 75 3

Sedang 50 2

Buruk <25 1

Perhitungan persamaan Throughtput.

Throughput = 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 ………… [11]

2.2.7.2 Packet Loss

Suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukan jumlah total paket yang hilang dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan.[11]

Tabel 2Standart Packet loss Menurut Typhon Kategori

Degradasi

Packet Loss (%)

Indeks

Sangat Bagus 0 4

Bagus 3 3

Sedang 15 2

Jelek 25 1

Perhitungan persamaan packet loss

Packet loss = ( 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚−𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) ×100 % 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚

………. [11]

2.2.7.3 Delay

Delay ( Latency ) merupakan waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak daro asal ke tujuan. [11]

Tabel 2 Standart Delay menurut Typhon Kualitas

Delay

Besar Delay (ms)

Indeks Sangat Bagus <150 4

Bagus 150 – 300 3

Sedang 300–450 2

Buruk >450 1

Perhitungan persamaan Delay delay = 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ

𝑙𝑖𝑛𝑘 𝑏𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑡ℎ ………… [11]

2.2.7.4 Bit Rate

Bit Rate merupakan sebagian besar sinyal-digital bersifat non-periodik dan karenanya periodic dan frekuensi bukanlah karakteristik yang sesuai. Sedigit rate yang digunakan untuk menggambarkan sinyal.[12]

Rumus perhitungan Bit Rate

Bitrate = 2 2 × 𝑏𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ × log₂L …………[12]

2.2.7.5 Bandwidth

Bandwidth merupakan rentang frekuensi yang terkandung dalam sinyal komposit, Bandwidth biasanya perbedaan antara dua bilangan misalnya, jika sinyal komposit berisi frekuensi antara 2000-6000, Bandwidth sinyal komposit merupakan perbedaan antara frekuensi terendah dan frekuensi tertinggi yang terkandung dalam signal tersebut.[12]

Rumus perhitungan Bandwidth Bandwidth = ∑ 𝑏𝑖𝑡𝑠

𝑠 …………[12]

2.2.7.6 TCP/IP

Merupakan sebuah perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengirimkan dan menerima informasi dari satu komputer ke komputer lain. TCP/IP terdiri dari dua komponen yaitu Internet Protocol (Ip) dan

(5)

5 Transmission Control Protocol (TCP). Informasi yang

diberikan akan dikirimkan berbentuk dalam sebuah paket dengan ukuran tertentu, bila paket yang dikirimkan berukuran besar maka informasi tersebur terbagi – bagi dalam beberapa paket. Kemudian paket-paket dikirimkan kedalam jaringan. [13]

III. METODE PENELITIAN 3.1 Komponen Sistem

Pada bab ini akan membahas materi-materi tentang perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.

Pengevaluasian sebuah kinerja jaringan komunikasi yang digunakan yaitu dengan cara melakukan simulasi dan analisis. Pada penelitian ini, penulis menggunakan software Wireshark design topologi jaringan serta implementasinya berupa pengaturan parameter untuk semua layanan yang digunakan, dan pembahasan mengenai beberapa skenario yang digunakan untuk mengetahui Quality of Service ( QoS ) jaringan.

3.2 Komponen Perangkat Keras (Hardware)

Komponen perangkat keras (hardware) memiliki spesifikasi minimal untuk menjalankan penelitian sebagai berikut:

Tabel 4 Perangkat Keras

Pc / Laptop Server

Os Windows 10

pro 64bit

Hardisk 465 Gb

Ram 8 Gb

Pc / Laptop Client

Os Windows 10

pro-64bit

Hardisk 1000 Gb

Ram 4 Gb

Kabel

UDP 2 buah

3.3 Komponen Perangkat Lunak (Software)

Komponen perangkat lunak (software) yang digunakan pada penelitian ini diantara lain:

1. Wireshark

Wireshark merupakan sebuah aplikasi capture packet data berbasis open-source yang berguna untuk memindai dan menangkap trafik data pada jaringan yang bermasalah, selain itu juga biasa digunakan untuk pengujian software karena kemampuanya untuk membaca dari tiap paket trafik data.

2. Windows

Merupakan OS dari ke 3 PC yang digunakan pada penelitian.

3. VLC

Merupakan software untuk melakukan live streaming pada server dan juga client.

4. GNS-3

Merupakan software untuk membuat simulasi jaringan pada sebuah PC yang terhubung ke Server dan client

3.3 Flowchart Perancangan

Pada penelitian ini penulis menggambarkan scenario kegiatan yang akan dilakukan mulai dari awal hingga akhir dalam bentuk flowchart. Yang bisa dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 flowchart perancangan

Pada gambar 3.1 merupakan flowchart perancangan dan simulasi yang akan dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian. Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini, yang pertama studi literatur yang bertujuan untuk mencari referensi terkait materi dan bahan yang akan penulis bahas pada skripsi ini. Selain mencari sumber materi untuk dibahas yaitu untuk memperluas pengetahuan dari materi- materi yang di yang didapat. Kemudian yang kedua mempersiapkan alat dan bahan yang dierlukan untuk melakukan pembuatan jaringan seperti software GNS-3, VLC dan PC pertama dan kedua di interface fastethernet 0/1 melakukan konfigurasi Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) yang berupa simulasi dan dibuat dengan menggunakan software GNS-3 pada sebuah PC konfigurasi routing protokol yang dilakukan pada jaringan yaitu routing OSPF dan protokol GLBP yang dilakukan pada setup router yang akan dijadikan sebagai kelompok GLBP. Keempat melakukan proses konfigurasi server dan client. Pada tahap ini dilakukan instalasi software VLC pada sesi server dan juga pada sisi client dengan menggunakan OS WINDOWS 10.

Setelah itu menghubungkan PC server dan PC client kemudian melakukan pengecekan jaringan yang bertujuan untuk mengetahui apakah jaringan sesuai. Pada pilihan percabangan ketika jaringan tidak berhasil maka

(6)

6 yang dilakukan adalah kembali ke tahap konfigurasi

jaringan yang dilakukan pengecekan pada beberapa bagian seperti pengecekan simulasi jaringan backbone yang mungkin terjadi kesalahan konfigurasi routing atau yang lainya. Tetapi ketika simulasi berhasil maka menuju ke langkah selanjutnya yang mana merupakan proses pengujian QoS dan meng-capture paket data dengan menggunakan software wireshark.

Pada tahap pengujian dilakukan dengan cara mengakses layanan video streaming dari sisi server ke client dan menggunakan dua skenario pengujian. Simulasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengujian ketika jaringan normal dan ketika terjadi gangguan pada jaringan.

Setiap skenario diuji menggunakan 1 ( satu) variasi video dengan durasi yang sama yaitu 2 menit. Dari variasi video yang digunakan yaitu 720p. Pengujian diilakukan sebanyak 8 kali percobaan setiap skenario. Dan untuk parameter yang akan diuji yaitu delay, throughput, packet loss. Kemudian yang terakhir yaitu melakukan analisis terhadap hasil data yang didapat.

3.4 Topologi Perancangan

Gambar 1 Topologi Perancangan

Pada gambar 3 di atas mengimplementasikan GLBP protokol hanya diterapkan pada R1 , R2. Dimana dipenelitian ini R1 difungsikan sebagai active virtual gateway (AVG) dan R2 sebagai active virtual forwarder (AVF). Active virtual gateway (AVG) merupakan router yangbertindak sebagai ketua router dari satu grup GLBP, avtive virtual forwarder (AVF) merupakan router pengganti ketika router AVG utama mati maka router akan mendeteksi dan menggantikan posisi AVG sebelum menjawab pesan ARP.

Pada skenario 1, yaitu melakukan pada saat jaringan normal pada setiap jalur dengan menggunakan layanan video streaming. Pengujian dilakukan dengan cara sisi client mengakses video streaming dan server dengan cara melewati jaringan GLBP. Kemudian dilihat nilai QoS yang meliputi parameter delay, throughput, packet loss, yang kemudian didapatkan dengan cara menggunakan software wireshark dari sisi server dan client.

Pada skenario ke 2, dilakukan seperti yang dilakukan pada pengujian skenario 1. Tetapi pada scenario 2ini pengujian dilakukan dengan cara memutus jalur interface fastethernet 0/1 di R1 pada saat transmisi data sedang berlangsung. Kemudian dilihat QoS dan pengaruh terhadap layanan video streaming.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian ketika jaringan normal

Pengujian dilakukan dengan menggunakan 1 variasi resolusi video untuk mendapatkan hasil data dari parameter QoS yaitu delay, troughput, packet loss dan hasil data yang didapatkan dari skenario ini dapat dilihat pada tabel tabel berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Data

Tes Paket dikirim

Paket diterim a

Waktu Pengamata n (s)

Ukuran Data (byte)

Througpu t (Mbps)

Delay (ms)

Paket Loss (paket) 1 26075 26075 134.67 35688622 2.12 2.58 0%

2 26099 26099 135.74 35720238 2.11 2.60 0%

3 26099 26099 135.77 35720238 2.10 2.60 0%

4 26099 26099 135.77 35720238 2.10 2.60 0%

5 26099 26099 135.75 35720238 2.10 2.60 0%

6 26099 26099 135.73 35720238 2.11 2.60 0%

7 26099 26099 135.73 35720238 2.11 2.60 0%

8 26099 26099 135.76 35721608 2.10 2.60 0%

Rata-

Rata 26096.7 26096.7 135.65 35717213.

4 2.11 2.60 0%

Pada tabel 4.1 diatas merupakan hasil data dari pengujian jaringan normal yang dilakukan dengan menggunakan variasi 720p dan diuji selama 8 kali percobaan. untuk nilai parameter seperti delay, troughput, packet loss yang didapatkan dari beberapa percobaan tidak menunjukan perubahan yang signifikan dan cenderung sama. Untuk variasi dengan resolusi 720p menghasilkan nilai parameter delay yang stabil yaitu berada diantara 2.60 ms.

Dan untuk nilai dari parameter troughput yang cenderung dirata rata 2.11 Mbps. Sedangkan untuk parameter packet loss mendapatkan nilai 0%.

4.2 Analisa Delay

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variasi 720p yang diambil sebanyak 8 kali percobaan menghasilkan nilai parameter salah satunya delay. Hasil delay dari percobaan dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah. Dimana pada gambar teresebut menunjukan grafik parameter delay dari skenario pengujian. Selain itu terdapat tabel dan grafik rata-rata hasil yang didapatkan dari 8 kali percobaan.

(7)

7 Gambar 4. 1 Grafik Delay Pada Jaringan Normal

Gambar 4. 2 Grafik Delay Pada Interface f 0/1 diputus Pada gambar 4.2.3 merupakan grafik yang mempresentasikan hasil data dari kedua skenario dengan variasi video 720p. untuk skenario jaringan keadaan normal. Skenario 2 yaitu skenario dimana percobaan dilakukan ketika interface fastethernet 0/1 R1 diputus.

Untuk nilai delay yang didapatkan dari skenario 1 yaitu pada saat jaringan GLBP dalam keadaan normal menghasilkan nilai yang cenderung stabil dari setiap percobaannya, yaitu berada pada nilai 2.60 ms. Sama halnya hasil yang ddapatkan pada skenario 2 dimana skenario tersebut ketika terjadi pemutusan jalur yang dilakukan di interface fastethernet 0/1 pada R1 menghasilkan nilai delay 2.60 ms dari setiap percobaan yang dilakukan.

4.3 Analisa Troughput

Gambar 4. 3 Grafik Troughput Pada Jaringan Normal

Gambar 4. 4 Grafik Troughput Pada Interface f 0/1 diputus

Pada gambar 4.3 dan 4.4 Merupakan grafik hasil data dari kedua skenario pengujian dengan resolusi 720p. pada skenario pertama ketika jaringan normal nilai troughput terlihat stabil. Dan pada scenario pengujian interface fastethernet 0/1 diputus menghasilkan nilai yang stabil.

Berdasarkan gambar pada grafik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang berarti ketika jaringan troughput normal dan interface g 0/1 R1 di putus.

4.4 Analisa Packet Loss

Dari kedua skenario yang diuji, nilai packet loss yang didapatkan ada pada 0%. Dapat disimpulkan dari hasil ini bahwa tidak ada perubahan signifikan pada pengujian dengan kedua skenario tersebut. Hasil yang didapatkan juga sesuai dengan standarisasi TIPHON ETSI TR 101.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Pada hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Parameter delay dari pengujian pertama dan kedua dengan resolusi 720p berturut-turut mendapatkan nilai 2.60ms dan 2.60 ms. Hasil tersebut tergolong bagus menurut standart TIPHON ETSI TR 101.329.

2. Parameter troughput dari pengujian petama dan kedua dengan resolusi 720p berturut-turut mendapatkan nilai 2.11 Mbps dan 2.11 Mbps.

3. Parameter packet loss dari pengujian pertama dan kedua dengan resolusi 720p berturut-turut mendapatkan nilai 0% dan 0%. Hasil tersebut tergolong kategori sedang menurut TIPHON ETSI 101.329.

5.2 Saran

Penulis berharap pada penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian dengan melakukan antara beda gedung pada kampus ITTelkom Purwokerto dan mengatur algoritma ratio dan fastes.

(8)

8 DAFTAR PUSTAKA

M. R. Pratama, Hafidudin, and S. Aulia, “Analisis Performansi Load Balancing Dengan Algoritma Round Robin Dan Least Connection Pada Sebuah Web Server,” e-Proceeding Appl. Sci., vol. 1, No.1, no. ISSN:2442-5826, pp. 1577–1585, 2015.

[2] K. A. Agung Nugroho, Widhi Yahya, “Analisis Perbandingan Performa Algoritma Round Robin dan Least Connection untuk Load Balancing pada Software Defined Network,” J. Pengemb. Teknol.

Inf. dan Ilmu Komput., vol. 1, no. 12, pp. 1568–

1577, 2017.

[3] A. A. Permana, “Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Telekomunikasi Dan Elektro 2020,” 2020.

[4] A. P. Munggaran, R. Munadi, and D. Perdana,

“Analisis Dan Simulasi Perbandingan Qos Di Routing Protokol Mpls Ospf Dan Mpls Is-Is Di Jaringan Ipv6 Menggunakan Gns3 Untuk Layanan Video,” e-Proceeding Eng., vol. 5, no. 3, pp.

4374–4384, 2018.

[5] S. Hartanto, “Analisa QoS Pada Penerapan Local IPTV,” vol. 7, no. 1, 2020.

[6] P. Soepomo, “Analisis Dan Optimalisasi Jaringan Menggunakan Teknik Load Balancing (Studi Kasus Jaringan Uad Kampus 3),” JSTIE (Jurnal Sarj. Tek. Inform., vol. 2, no. 3, pp. 172–180, 2014, doi: 10.12928/jstie.v2i2.2851.

[7] H. A. Naqvi, S. Hertiana, and Rm. Negara,

“SIMULASI DAN ANALISIS SISTEM GATEWAY TERDISTRIBUSI UNTUK FIRST-

HOP REDUNDANCY DAN LOAD

BALANCING,” vol. 2, no. 2, pp. 2729–2736, 2015.

[8] I. Rijayana and M. Penelitian, “Teknologi load balancing untuk mengatasi beban server,” vol.

2005, no. Snati, 2005.

[9] B. Arifwidodo, “Analisis Performansi Gateway Load Balancing Protocol (Glbp) Pada Jaringan Lan Untuk Layanan Video Streaming,” J.

Telecommun. Electron. Control Eng., vol. 1, no.

01, pp. 11–22, 2019, doi: 10.20895/jtece.v1i01.34.

[10] N. Saputro, “Pengertian Wireshark,” nesaba

media, 2019.

https://www.nesabamedia.com/pengertian- wireshark/.

[11] P. S. Farmasi, “No 主観的健康感を中心とした 在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分 散構造分析 Title,” vol. 4, no. 4, 2016.

[12] T. Engineering, “Data Communication &

Networking 2010 Data Communication &

Networking 2010,” no. 01, 2010.

[13] D. Kristanto, “No Title,” Virtual book, 2002.

http://faculty.petra.ac.id/dwikris/docs/desgrafiswe b/browser/tcp_ip.html (accessed Jun. 20, 2021).

Gambar

Gambar 2 flowchart perancangan
Gambar  4.  4  Grafik  Troughput  Pada  Interface  f  0/1  diputus

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi sekarang, sudah timbul persoalan dalam konteks air bersih mengingat daya dukung dan daya tampung lingkungan makin menurun, sementara penggunaan air untuk kebutuhan

Untuk mengetahui secara bersama sama hubungan atara satu variabel terikat (dependent variabel) dengan dua atau lebih variabel (indepedent variabel ), serta hubungan antara

Faktor yang paling mempengaruhi keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien diabetes mellitus dalam menjalani diet adalah faktor tingkat pengetahuan keluarga

[r]

Figure 4.2.: Connection of Current Transformers for Overcurrent Relay Overcurrent relays operate with inverse/definite time and instantaneous char- acteristics.. The

d) Sampai batas waktu pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang telah ditetapkan berakhir, tidak ada peserta yang menawar. e) Sampai batas waktu

Pada Universitas Al Azhar Indonesia, rektor universitas merupakan pemegang tanggung jawab tertinggi seluruh aktivitas dan operasional universitas, wakil rektor II

Engkau telah memilih tempat tinggal yang tepat, saudaraku. Udara di puncak pegu- nungan lebih hangat daripada yang diduga oleh orang-orang lembah, khususnya pada