• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK MORAL PENDIDlKAN KARAKTER DALAM CERIT A KERAMAT KUBAH TERBANG MASY ARAKA T MELA YU DI HULU SUNG AI SERUAI

SKRIPSI

DlKERJAKAN OLEH :

SARI KANA RISKI

N 1M : 140702012

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

ASPEK MORAL PENDIDIKAN KARAKTER PADA CERITA KERAMAT KUBAH TERBANG DI MASYARAKAT HULU SUNGAI SERUAI

Oleh : Sari Kana Riski

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “Aspek Moral Pendidikan Karakter Pada Cerita Keramat Kubah Terbang di Masyarakat Hulu Sungai Seruai”. Skripsi ini membahas cerita keramat kubah terbang yang berada di Desa Si gara-gara yang bermula pada kisah seorang murid dan seorang tuan guru mengajarkan ilmu agama islam kepada muridnya yang sangat bebal dan mudah lupa namun seorang murid tetap berusaha dalam menunut ilmu agama islam bersama tuan gurunya. Adapun yang menjadi pokok permasalahanyaitu bagaimana bentuk atau struktur cerita keramat Kubah Terbang, bagaimana persepsi atau pandangan masyarakat Melayu dibanjaran hulu sungai Seruai terhadap cerita keramat Kubah Terbang dan bagaimana nilai moral dalam perspektif pendidikan karakter dalam teks cerita keramat Kubah Terbang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis cerita keramat Kubah Terbang yang berada di Desa Sigara-gara. Teori yang digunakan untuk membahas permasalahan ini yaitu Sosiologi sastra dan pendekatan fungsional sebagai sumber untuk menganalisis cerita keramat Kubah Terbang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif untuk menganalisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cerita ini memiliki bentuk atau struktur tema, alur, latar dan peristiwa selain itu masyarakat meyakini adanya cerita keramat Kubah Terbang yang dipercayai oleh masyarakat desa si gara-gara maupun dari masyarakat luar daerah hingga sekarang. Cerita keramat Kubah Terbang memiliki kandungan nilai moral dalam perspektif pendidikan karakter yaitu nilai moral, nilai religius, nilai kejujuran, nilai kerja keras dan nilai tanggung jawab.

Kata kunci : bentuk atau struktur cerita, persepsi atau pandangan masyarakat,dan

nilai moral dalam perspektif pendidikan karakter.

(4)

ﺎﻴﻤﺗ ﻥﺍﺎﺟﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ڠ

ﻦﺴﻴﻟ ﻲﺳﺩﺍﺮﺗ ﻥﺎﻴﺠﻛ :

ﻯﺭﺎﺳ ﺎﺘﻣﺮﻓ ﻱﺮﺳ : ﻪﻟﻭﺍ ﻙﺮﺘﺴﺑﺍ

ﻝﺩﻮﺟ ﺲﻔﻳﺮﻜﺳ ﻪﻟﺍﺩﺍ ﻲﻧﺍ ﻱ

"

ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ڠ

ﻲﺳﺩﺍﺮﺗ ﻥﺎﻴﺠﻛ :

" ﻦﺴﻴﻟ ﺲﻔﻳﺮﻜﺳ·

ﺎﻴﻤﺗ ﻥﺍﺎﺟﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﺱﺎﺤﺒﻤﻣ ﻲﻧﺍ ﻱ ڠ

ﻱ ڠ ﻱﺭﺩ ﻱﻻﻮﻣﺩ

ﻱﺭﺩﺮﺑ ﻻﻮﻣ ﻝﺍﻭﺍ ڽ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ڠ

ﻲﺣ ݢڠ ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻩ ڠ

ﻑﺮﺗ چ ﺍﻭﺩ ﻱﺪﺠﻨﻣ ﻩﺍ

ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻱ ﻥﻮﻓﺍﺩﺍ ·

ڠ ﺏ ﻪﻟﺍﺩﺍ ﻦﺤﻟﺎﺴﻣﺮﻓ ﻙﻭﺎﻜﻓ ﻱﺪﺠﻨﻣ ݢ

ﻥﺍﺩ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻦﻤﻳﺍ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻮﺘﻛﻭﺮﺘﺳ ڠ

ﻦﺴﻴﻟ ﻲﺳﺩﺍﺮﺗ ﻯﺭﺩ ﻭﺎﺠﻨﻴﺗﺩ

٫ ﺏ ﻥﺍﺩ ݢ

ﻦﻤﻳﺍ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﻦﻜﻠﻴﻔﻤﺗﺩ ﻩﺭﺎﺠﻴﺳ ﺭﻮﺴﻧﻭﺍ

· ڠ ﻲﻧﺍ ﻥﺎﻴﺘﻴﻠﻨﻓ ﻥﺍﻮﺠﺗ

ﻱ ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ ﺭﻮﺴﻧﻭﺍ ﻥﺍﺩ ﻪﺴﻴﻛ ﻦﻜﻴﺴﻔﻳﺮﻜﺳﺪﻨﻣ ﻚﺘﻧﻭﺍ ڠ

ﻪﺴﻴﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﻦﻜﻠﻴﻔﻤﺗﺩ ﻱﺭﻭﺎﻴﺗ ·

ﻱ ڠ ﺩ ݢ ﻡ ﻚﺘﻧﻭﺍ ﻦﻜﻧﻭ ڠ

ﺐﺳ ﻦﺴﻴﻟ ﻲﺳﺩﺍﺮﺗ ﻪﻟﺍﺩﺍ ﻲﻧﺍ ﻦﺤﻟﺎﺴﻣﺮﻓ ﺲﻓﻭﺍ ݢ

ﺮﺒﻣﻮﺳ ﻯﺍ

ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ ﺎﻔﻟ ﻥﺎﻴﺘﻴﻠﻨﻓ ﻦﻜﻓﻭﺮﻣ ﻲﻧﺍ ﻥﺎﻴﺘﻴﻠﻨﻓ ·

ڠ ﻥﺍ ﻱ ﻱﺩﻭﺎﺘﻣ · ڠ

ﺩ ݢ ﻲﻧﺍ ﻥﺎﻴﺘﻴﻠﻨﻓ ﻢﻟﺍﺩ ﻦﻜﻧﻭ

ﺭﻮﺴﻧﻭﺍ ﺎﻓﻭﺮﺑ ﺎﺗﺩ ﻦﻜﻴﺴﻔﻳﺮﻜﺳﺪﻨﻣ ﻚﺘﻧﻭﺍ ﻒﻴﺘﺘﻴﻟﺍﻮﻛ ﻯﺩﻭﺎﺘﻣ ﻪﻟﺍﺩﺍ ۲

ﻢﻟﺍﺩﺩ ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ

· ڠ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻩﺍﻮﺤﺑ ﻦﻛﻮﺠﻧﻮﻨﻣ ﻥﺎﻴﺘﻴﻠﻨﻓ ﻞﻴﺴﺣ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ڠ

ﺎﻴﻤﺗ ﺖﻛﺮﺛﺎﻣ ﻦﺴﻴﻟ ﻲﺳﺩﺍﺮﺗ ﻦﻛﺎﻓﻭﺮﻣ ڠ

ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﻥﺍﺩ

ﺍﻭﺭ ﺮﺴﻧﻭﺍ ﻰﺗﻮﻔﻴﻠﻣ ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ ﺮﺒﻣﻮﺳ ﻦﻜﻠﻴﻔﻤﺗﺩ ڠ

ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﻮﻴﺘﺴﻳﺮﻓ ﺎﻨﻣﺩ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥﺍﺎﺟﺮﻴﻛ ڠ

ﻱ ﻡﻻﺍﺩ ﻯﺩﺎﺟﺮﺗ ڠ

ﻲﺣ ﻦﻜﺤﺑ ﺩﻮﺟﻭ ݢڠ

ﺍﺮﻜﺳ ﻩ

· ڠ ﻮﺘﻳﺎﻳ ﻮﺘﻛﻭ ﺮﺴﻧﻭﺍ

ﻝﻭﺎﻧﻭﺍﺮﻛ ݢ

ﻱ ﻥﺎﻳﺪﺠﻛ ﻯ ڠ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥﺍﺎﺟﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﺍﺩﺍ

· ڠ ﻥﺭﺎﻨﺒﻛ ﺮﺴﻧﻭﺍ

ﺎﻴﻤﺗ ﻥﺍﺎﺟﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ ﻰﻨﻛﺎﻳ ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ ڠ

ﻥﺭﺎﻨﺒﻛ ﻰﻨﻴﻛﺎﻳﺩ ڽ

ﺎﻴﻤﺗ ﺖﻛﺮﺛﺎﻣ ﻪﻟﻭﺍ

ڠ · ﻲﺳﺮﻴﻧ ݢ ﻲﻛ ﻰﺳﺮﻴﻧ ݢ ﻱﺭﺩ ﻦﻜﺴﻳﺭﻭﺩ ﻥﺍﺩ ﻦﻜﺤﺴﻴﻛﺩ ﻩ ݢڠ ﻲﺤﺳ ﺲﺘﻴﻠﺳﻭﺎﻛ ﺮﺴﻧﻭﺍ

ﺐﺳ ﻦﺤﺑﻭﺮﻓ ﻥﺍﺩ ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ ݢ

ﺍﺩﺍ ﻱﺍ ڽ

ﻱ ﺖﺒﻴﻛﺍ ﺐﺒﺳ ڠ

ﻱ ﻮﻴﺘﺴﻳﺮﻓ ﻦﻟﻮﻔﻤﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﻱﺪﺟﺮﺗ

ڠ ﻥﺍﺎﺟﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ · ڽ ﻲﻣﻻﺍ ڠ ﻡ ڠ ﻱ ﺖﻛﺮﺛﺎﻣ ﻦﻓﻭﺪﻴﺤﻛ ﻢﻟﺍﺩ ﻦﺤﺑﻭﺮﻓ ﻦﻜﻟﻮﺒﻤﻴﻨﻣ ﺎﻴﻤﺗ ڠ ﻱ ڠ ﺎﻴﻤﺗ ﻩﺮﻳﺍﺩ ﻢﻟﺍﺩ ﻯﺭﺩ ﺮﺒﻣﻮﺳﺮﺑ ﻮﺘﻳﺎﻳ ﻪﺴﻴﻛ ﺮﺒﻣﻮﺳ ﺍﻭﺩ ﺖﻓﺍﺩﺮﺗ ﻪﻟﻭﺍﺮﻓﺩ

ڠ ڠ ﻱ ﺎﺘﻳﺭ چ ﻲﻜﻴﻠﻤﻣ ﻲﻧﺍ ﻪﺴﻴﻛ ﺍﻭﺪﻴﻛ ﻯﺭﺩ · ڠ ﺎﻴﻤﺗ ﻩﺮﻳﺍﺩ ﺭﺍﻮﻟ ﻱﺭﺩ ﻥﺍﺩ ﻩﻭﺎﺟ ﻙﺪﻴﺗ

ﺍﺪﺑﺮﺑ

·

ﻥﻮﻛ ﺎﺘﻛ چ

ﻦﺴﻴﻟ ﻲﺳﺩﺍﺮﺗ : ﻱ

٫ ﻩﺍﺮﺠﻴﺳ

٫ ﺎﻴﻤﺗ ﻥءﺝﺍﺮﻴﻛ ﻪﻠﻴﺴﻠﻴﺳ ﻪﺴﻴﻛ

· ڠ

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang selalu memberikan nikmat dan Karunia-Nya kepada para hambanya. Shalawat berangkaikan salam untuk manusia teladan Rasulullah Muhammad saw. keluarga, sahabat serta seluruh umatnya yang tetap pada jalan perjuangannya hingga akhir zaman.

Atas izin Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Aspek Moral Pendidikan Karakter Pada Cerita Keramat Kubah Terbang di Masyarakat Hulu Sungai Seruai” sebagai salah satu syarat untukmenyelesaikan Program Strata 1 padaprogram studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu : Bab I pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

Bab II Tinjauan Kepustakaan yang mencakup kosmologi masyarakat melayu, pengertian mitos, pendidikan karakter dan sastra tradisi, aspek pendidikan karakter dan pendekatan fungsional . Bab III metode penelitian yang mencakup disain penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian. Bab IV hasil dan pembahasan yang menguraikan struktur atau bentuk cerita, persepsi atau pandangan masyarakat dan nilai moral dalam perspektif pendidikan karakter yang ditampilkan dalam cerita keramat kubah terbang. Bab V simpulan dan saran.

Penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari segala kalangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, mahasiswa , dan juga masyarakat lokal Patumbak desa si gara-gara.

Medan, Oktober 2018 Penulis,

Sari Kana Riski

Nim : 140702012

(6)

UCAPANTERIMA KASIH

Proses penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai hambatan, namun dapat dilalui karena bantuan dari berbagai pihak. Karena itu teriring dengan ini, ungkapan terima kasih dengan tulus penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr.Rozanna Mulyani, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra.Mardiah Mawar Kembaren, M.A, Ph.D, selaku Seketaris Program Studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas bimbingan, waktu, saran, dan motivasi yang diberikan dengan penuh kesabaran kepada penulis.

5. Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Kak Tridayani dan Bang Prayogo, selaku pegawai administrasi Program Studi Sastra Melayu yang telah mendukung kelancaran administrasi.

7. Segenap civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan segenap pegawai perpustakaan Universitas Sumatera Utara, serta Taman Baca Tengku Lukman Sinar, atas seluruh bantuan demi kelancaran studi penulis.

8. Ayahanda Sarfen Effendi dan Ibunda Magrita LumbanTobing yang telah merawat ,

memeberi kasih sayangnya dengan sepenuh hati dan telah menengadahkan tangan

untuk selalu mendoakan anak-anaknya, terimakasih atas kasih sayang yang selalu

tercurahkan untuk penulis,tiada kata yang dapat mewakilkan rasa sayang penulis

(7)

untuk ayah dan mamak. Dan seluruh keluarga saya, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang yang selalu tercurah selamanya.

9. Adik-adikku yang tersayang dan tercinta ( Yulian Oktaviana, Muhammad Mirza Aldian, Zahrifah Muhkbita, Maulita Manda Cintya dan Alya Anju Puspita ) atas dukungan, sebagai penyemangat dan motivasinya penulis berkeluh kesah.

10. Kekasihku Ardan atas motivasinya, meluangkan waktunya dan tak henti memberikan semangat, dan dukungannya selama inidalam proses penyusunan skripsi.

11. Sahabatku Rodiah Hasibuan, Ayu Lestari S.S, Tria Handayani S.S, Sri Permata Sari, Destia Anisa Putri, Cut Nahtadia Fhunna S.Si dan Ananda Mutia Dewi S.T. yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis.

Terimakasih atas dukungan,saran dan motivasinya.

12. Nenekku terkasih Miduk Ida Basa Siahaan, Maktuaku terkasih Frida Lastiur Tobing M.Pd , Paman Chandro Franseda Tobing S.T dan Tante Friska Dina Mariani Tobingyang telah memberikan semangat dan dukungan serta memberikan bantuan morilnyakepada penulis.

13. Uwo ku tersayang Susila Wati dan Kakak sepupuku tersayang Rina Sunita Hasibuan S.H dan Puri Handayani S.P yang selalu memberi semangat dan dukungannya yang tak henti-hentinya untuk menyemangati penulis dalam keluh kesah.

14. Teman-teman seperjuangan penulis di stambuk 2014 Sahat, Ali, Amsari, Appu, Kimen, Devira, Dina, Afni, Putri, Bella, Tria, Devira, kiki pesek, Asmidar, Fauzi, Ayu, Zakaria, Desi, Nurini, Mira, Fahri, Abdur, Rizki, Kiki, Nanda, Rodiah, Aisyah.

Terimakasih atas kerjasama dan motivasinya.

15. Serta semua pihak yang telah membantu selama penulis menimba ilmu di Fakultas

Ilmu Budaya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(8)

Semoga Allah swt senantiasa memberikan yang terbaik untuk segala keikhlasan dan bantuan dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap walaupun jauh dari sempurna, namun sekecil apapun semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2018 Penulis,

Sari Kana Riski

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 6

2.1 Kosmologi Masyarakat Melayu ... 6

2.2 Pengertian Mitos ... 10

2.3 Pendidikan Karakter dan Sastra Tradisi ... 12

2.4 Aspek Pendidikan Karakter ... 14

2.5 Pendekatan Fungsional ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Disain Penelitian ... 20

3.2 Sumber Data ... 20

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Teknik Analisis Data ... 21

3.5 Instrumen Penelitian ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Struktur Umum Cerita ... 22

(10)

4.1.1 Ringkasan Cerita Keramat Kubah Terbang ... 22

4.1.2 Tema Cerita ... 25

4.1.3 Latar Cerita ... 25

4.2 Persepsi atau Pandangan Masyarakat Melayu Terhadap Cerita. ... 27

4.3 Nilai Moral dalam Perspektif Pendidikan Karakter ... 28

4.3.1 Nilai Moral ... 28

4.3.2 Wujud Nilai Moral ... 31

4.4 Nilai Pendidikan Karakter ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 50

LAMPIRAN I : Surat Izin Penelitian ... 51

LAMPIRAN II : Daftar informan ... 51

LAMPIRAN III : Dokumentasi ... 52

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rusyana ( Mariaty, 2015: 5) mengemukakan bahwa sastra lisan sebagai bagian dari kearifan dan warisan dari leluhur suatu masyarakatyang terkemas dalam berbagai rupa, seperti cerita rakyatdan mitos kerap bersifat sakral dan propan/suci. Norma dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya patut dikembangkan serta dimanfaatkan untuk menjalani kehidupan pada masa kini dan masa yang akan datang. Apalagi demi membangun dan menjaga perilaku yang harmonis.

Cerita rakyat, seperti legenda cerita keramat telah lama berperan sebagai wahana pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai agar berbudi pekerti yang baik dalam berperilaku. Ia tumbuh dan hidup serta penyajiannya berkembang dalam masyarakat telah berabad-abad lamanya. Inon (2000 : 14) menyatakan legenda cerita keramat berperan sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat serta fenomena alam. Inon juga menjelaskan bahwa pewarisan dan penuturannya secara lisanatau dalam kemasan lisanakan lebih mudah dipahami karena adanya unsur imajinasi dan mitos yang melekat pada suatu kisah dan peristiwasehingga lebih mudah memahaminya dandikenal erat dalam masyarakatnya.

Cerita legenda Kubah Kerbang dianggap keramat karena memiliki tanda dua makam di

hulu sungai Deli, yaitu di Desa Sigara-Gara Deli Tua, Deli Serdang. Ia dianggap oleh

masyarakat setempat merupakan makam tokoh yang berjasa atas keselamatan dan luasnya

(12)

wawasan penikmatnya tentang keyakinan terhadap Islam dan ulama-ualam peneroka wilayah di Serdang sehingga ia dianggap keramat dan suci.

Menurut cerita masyarakat setempat, di atas bukit Desa Sigara-gara konon kabarnya terbang makam dari sebuah desa di langkat. Cerita legenda keramat Kubah Terbang adalah bercerita tentang panggilan/sapaan dari seorang murid yang taat kepada gurunya.

Dikisahkan, sang guru mempunyai tujuh murid. Satu murid yang dikenal dengan sebutan Syehk Kubah Terbang adalah murid yang paling taat kepada gurunya,namun sedikit bebal.

Kubah Terbang, sesungguhnya seorang murid yang pintar. Namun, mudah lupa hari ini diajarkan huruf A, esok harinya diajarkan huruf B,maka ia pun akan lupa bagaimana huruf A yang didengar dan diajarkan oleh gurunya itu.

Berdasarkan versi lain, dari cerita masyarakat setempat, suatu hari ada seseorang guru pergi dari Langkat dan sampailah ia di Desa Sigara-gara, sang guru kemudian meninggal di sana. Mendengar kematian sang guru, sang murid (Kubah Terbang) berjanji akan selalu berada di Langkat. Tiba-tiba saat ia berpulangkerahmatullah/meninggalmasyarakat mendapati makamnya berpindah dan telah hilang. Namun, secara tiba-tiba muncul dekat makam sang gurunya di Desa Sigara-gara, itulah kenapa kemudian muncul si murid guru itu disebut Syehk Kubah Terbang.

1

Dari cerita legenda keramat Kubah Terbang tersebut terdapat nilai moral yang terkandungdalam isi teks ceritanya. Hurlock (1990:6) menyatakan bahwa nilai moral berfungsi sebagai pedoman prilaku moral, seperti ketaatan padasuatu kelompok sosial terhadap sesuatu hal yang dianggap keramat dan suci. Melalui kisah dan peristiwa cerita legenda keramat Kubah Terbang, masyarakat dapat mengenal nilai-nilai moral dalam cerita dan kisahnyakarena mengandung ide yang besar, buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa

1 Muhammad Yaman,70 tahun, wawancara di rumahnya. 14 November 2017. Selasa

(13)

yang berharga, dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat-sifat baik dan buruk agar berbudi pekerti terhadap guru. Nilai nilai moral dalam cerita legenda keramat Kubah Terbang tersebut banyak dan dapat memberikan teladan baik bagi masyarakat maupun siswa atau mahasiswa.

Istilah moral dipergunakan sebagai kata yang sama artinya dengan “etika”. Hanya saja istilah moral lebih sering dipergunakan untuk menunjukkan, tingkah laku dan adat serta kebiasaan dari seseorang atau kelompok, seperti cara seseorang beribadah dan berkeyakinan serta menghormati juga bermasyarakat berdasarkan pengetahuan agama.Rune (1977: 202) pemahaman nilai moral yang demikian sama juga artinya sebagaimana yang dimaksud dari kata Yunani ethos dan kata Latin mores.

2

1. Bagiamanakah bentuk atau struktur cerita keramat Kubah Terbang

Berdasarkan uraian pada latar belakang cerita keramat legenda Kubah Terbang dan istilah nilai moral di atas, nilai moral dan cerita legenda keramat Kubah Terbang menarik untuk diteliti meskipun kisah kejadiannya sudah terjadi di masa lampau. Apalagi, dikaitkan dengan nilai moral dalam presfektif aspek pendidikan karakter. Oleh karena itu, perlu diadakan satu penelitian terhadap cerita keramat legenda Kubah Terbang. Sehubungan dengan itu penelitian ini dilaksanakan untuk mendiskrifsikan cerita legenda Kubah Terbang dan menganalisis nilai yang ada terkandung padanya, yaitu aspek moral pada pendidikan karakter juga mengetahui persepsi masyarakat terhadapnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tentang keberadaan cerita keramat Kubah Terbang dan hubungannya dengan aspek nilai moral pada pendidikan karakter,maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

2 menurut dalam skripsi (Risky Kurnia USU nilai-nilai moral hikayat Lukman Al Hakim)

(14)

2. Bagamainakah persepsi atau pandangan masyarakat Melayu di banjaran hulu Sungai Deli terhadap cerita keramat Kubah Terbang.

3. Bagaimanakah nilai moral dalam presfektif pendidikan karakter dalam teks cerita keramat Kubah Terbang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk ;

1. Mendeskripsikan unsur yang membangun teks lisan cerita Keramat Kubah Terbang 2. Mengetahui sikap masyarakat Melayu di hulu sungai Deli terhadap cerita Keramat

Kubah Terbang

3. Mendiskrifsikan nilai moral yang ada dalam tks cerita Kubah Terbang dalam prespektif aspek pendidikan karakter.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitianstra ini dapat memahami nilai moral pada cerita rakyat Kubah Terbang yang dikeramatkan.

2. Penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pembaca untuk memahami pemahaman masyarakat terhadap khsanah sastra lisannya, khususnya cerita kermat Kubah Terbang.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi pembaca untuk

penelitian selanjutnya.

(15)

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan. Dalam penelitian ini diungkapkan hal-hal sebagai berikut:

Cerita keramat merupakan cerita yang dianggap suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia bisa karena ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa) yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain (tentang barang atau tempat suci). Cerita keramat dapat memberikan pesan-pesan moral kepada Masyarakat yang dapat merubah prilaku masyarakat yang menjadi lebih baik.

Nilai moral merupakan nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik yang menjadi dasar

kehidupan manusia dan masyarakat, dimana istilah manusia merujuk kepada manusia atau

orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Nilai moral dapat dijadikan sebagai

aspek pendidikan karakter dalam kehidupan Masyarakat. Aspek pendidikan karakter

merupakan usaha untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan peserta didik guna

membangun bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang

mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.

(16)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kosmologi Masyarakat Melayu

Orientasi ruang masyarakat Melayu adalah air, yaitu sungai dan laut. Maka ia kerap disebut sebagai masyarakat yang aquatik. Oleh karena itu, pembicaraan dan kajian kosmologi Melayu selalunya bartitik tolak dari kisah-kisah yang diistilah sebagai mitos, sakral, dan kepercayaan yang berasaskan dari tradisi lisan yang hidup dan berkembang di alam pesisir. Ia merupakan sebagian dari tradisi rakyat baik terkemas dalam seni, sastra ataupun budaya tradisi rakyat. Kemudian ia dikaitkan pula dengan kearifan lokal masyarakatnya.

Hubungkait sifat bahasa, seni, sastra lisan, sistem kepercayaan dan agama serta adat istiadat dengan kosmologi masyarakat Melayu, khususnya yang berdomisili di pesisir Timur kepada sifat manusia, alam semesta, alam ghaib, kehidupan manusia serta magik lebih nampak dan ketara. Hubungkait ini biasanya lebih menunjukkan kepercayaan masyarakat Melayu terhadap kebudayaan, khususnya tentang kearifan tradisinya.

3

Secara umum kosmologi kepercayaan Melayu melingkupi kepercayaan pada zaman primitif, kepercayaan zaman Hindu dan Budha, dan kedatangan agama, yaitu Islam. Selain itu, ia mendasar kepada adat istiadat, terlebih kepada istiadat ritual. Dapat dikatakan bahwa adat- istiadat dari zaman ke zaman berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Melayu dan budaya tradisinya. Berikut dibicarakan tentang Sifat manusia, alam semesta, alam ghaib, hidup manusia, dan magik.

3 Wan Syaifuddin, 2016. Pemikiran Kreatif dan Sastra Melayu Tradisi. Yogyakarta : Penerbit Gading. Hlm. 82.

(17)

Alam Ghaib

Masyarakat Melayu meyakini bahwa dalam alam semesta selain alam nyata, wujud alam ghaib. Penghuni alam nyata dapat dilihat dan dipegang, sebaliknya alam ghaib dihuni oleh kuasa luar biasa atau supernatural. Kuasa luar biasa tersebut tidak terlihat oleh mata kasar manusia tetapi dapat menimbulkan kebaikan dan keburukan kepada manusia. Dalam masyarakat Melayu, khususnya masyarakat Melayu Pesisir Timur kuasa luar biasa atau makhluk ghaib dikenali sebagai makhluk halus, separti hantu, jembalang, dan penunggu dan seumpamanya. Kepercayaan terhadap berbagai kuasa luar blasa itu merupakan refleksi masyarakat Melayu sebagai manusia yang merupakan sebagian dari alam semesta.

Kosmologi masyarakat Melayu Pesisr Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata dengan alam ghaib. Oleh itu, mereka percaya bila terjadi perubahan dalam alam nyata adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal itu wujud sebagai fenomena alam separti awan berarak, ribut, petir, guruh, air pasang, gelombang besar dan lain-lain. Selain itu, mereka menggunakan alam nyata bagi memenuhi keperluan hidup separti mana tujuan mereka yang menangkap ikan. Namun mereka mengambil sumber alam tersebut secukupnya saja. Bagi mereka adalah salah memanfaatkan sumber alam sebagaimana menangkap ikan secara besar-besaran menggunakan pukat harimau yang menimbulkan bencana kepada kehidupan manusia.

Menurut Syaifuddin, (2016:87) pengaruh Islam sebagai agama yang diyakini masyarakat

Melayu memberikan corak baru kepada kosmologi budayanya, yaitu memperkenalkan alam

dunia dan alam akhirat. Alam dunia yang fana tempat manusia hidup dan alam akhirat yang

kekal tempat manusia setelah mati. Oleh karena itu mereka membuat kenduri arwah tujuh

hari setelah seseorang meninggal dunia.Dalam kenduri arwah itu dibacakan doa-doa bagi

tujuan membantu roh orang yang meninggal. Mereka percaya doa-doa memang diharapkan

oleh arwah di dalam kubur. Oleh itu menziarahi kubur menjelang bulan Ramadhan dan

(18)

mengkeramatkan seseorang yang dianggap berjasa dalam keagamaan menjadi amalan turun- temurun.

4

Hidup bagi masyarakat Melayu sebagai orang Islam adalah memperolehi keredhaan Allah. Ini bermakna bahwa aktivitas kehidupan perlu dipenuhi dengan tanggungjawab sebagai hamba Allah. Manusia sebagai hamba Allah sepatutnya tunduk kepada Allah dengan melakukan ibadah sebagai tanda mengabdikan diri. Masyarakat Melayu refleksi pengabdian tersebut dilakukan melalui sholat, puasa dan bersedekah serta menghormati guru-guru yang menjadi tauladan. Selain itu, sebagai masyarakat sepatutnya tidak membuat perkara perkara yang dapat menjejaskan peraturan kehidupan di atas muka bumi. Menurut (Husny) adat dan amalan orang Melayu Pesisir tidak suka kepada sesuatu yang mendatangkan mudarat kepada orang lain.

Hidup Manusia

5

Masyarakat Melayu Pesisir hakikat kehidupan di dunia bersifat sementara, sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat.

Selalu menghindari hal-hal yang cenderung kepada sikap radikal. Ini karena sikap-sikap yang menjejaskan orang lain dalam kehidupan di dunia amat bercanggah dengan ajaran Islam yang menggalakkan kemaslahatan manusia. Islam mengajarkan dan mengamalkan konsep tasamuh serta mahabbah yang secara automatis mengandungi unsur kasih sayang, besar hati, dan tolong menolong.

6

4Muhammad Yaman, wawancara, di rumahnya, Desa Deli Tua Serdang.

5 Tangku Lah Husny , 1979. Litasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur 1612-1950, Medan: BP. Husny, Hlm. 142

6 Suwardi, 1991. Budaya Melayu: dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan, Pekan Baru: Pusat Penelitian Universitas Riau, hlm. 43.

Kehidupan hanya sebagai persinggahan atau

perhentian sementara. Manusia berusaha tetapi kepastian hanya kepada Allah Tuhan Yang

(19)

Maha Kuasa. Oleh itu, bagi masyarakat Melayu mencari rezeki laut bukanlah untuk kemewahan.

Menurut pandangan informan bernama Jepang, sesuatu yang diperolehi mestilah disyukuri dan manusia jangan tamak juga sombong rezeki datang dari Allah tetapi harus diusahakan dan hasilnya terserah kepada kuasa Allah. Menurut Syaifuddin (2016 :31) pandangan hidup ini menjadikan masyarakat Melayu di Pesisir hidup aman damai. Sikap tersebut merupakan kesan dari sikap kehendak kepada Tuhan yang dipengaruhi oleh tarekat Naksyabandiah yang semenjak 1980-an telah berkembang di Sumatera Timur. Tarekat ini dibawa oleh Abdul Wahab yang berasal dari Sumatera Timur yang menuntut di Timur Tengah, khususnya Mekkah, Arab Saudi.

7

Magik atau ilmu ghaib mengandungi berbagai kaedah ritual untuk memohon dengan menggunakan kuasa supernatural bagi kepentingan orang yang membuat arnalan tersebut.

Walaupun orang Melayu Pesisir di kawasan nelayan pada umumnya tidak menjadi ahli tarekat tersebut, tetapi sedikit sebanyak pengaruh tarekat Nasyabandiah jelas dalam sikap masyarakat yang menyerah kepada keadaan.

Magik

8

Magik juga merupakan teknologi ghaib yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kernampuan tertentu mencapai sesuatu tujuan baik di alam nyata maupun alam ghaib. Orang tersebut digelar orang pintar atau keramat. Maka konsep kesakralan dan keramat dari kepercayaan kepada alam dan kuasa ghaib.

9

7M. Van Bruinessen 1992. Tarekat Naksyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, hlm.107.

8 Abdullah Thaib, 1985. Asas-Asas Antropolog,, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hlm. 216.

9 Mohd. Taib Osman, 1989. Malay Folk Beliefs: an Integration of Disparate Elements, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hlm. 55.

Oleh itu, dalam kehidupan masyarakat Melayu,

magik dihubungkaitkan dengan bomoh pawang atau dukun. Pengkeramatan merupakanlahir

(20)

dari institusi adat di Sumatera Timur dan konsep alam ghaib. Oleh itu magis mempunyai peranan terhadap kehidupan sosial masyarakat Melayu di Sumatera Utara.

Walau bagaimana pun magik yang dikenali budaya masyarakat Melayu, khususnya di Pesisir Timur dikategorikan sebagai magik putih atau white magic. ini karenadi suatu kawasan ada menggunakan kemampuannya dalam magik bagi memberi kebahagian kepada orang lain, yaitu mengubati penyakit, menolong orang bersalin dan mengurut.

10

2.2Pengertian Mitos

Magik putih juga dikategorikan kepada magik roduktif yaitu magik yang memberi faedah dan magik protective, yaitu magis yang memberi perlindungan.

Mitos berasal dan kata myth (Inggris), mythe (Prancis), dan mythos (Yunani). Mitos dalam pengertian tradisional memiliki kesejajaran dengan fabel dan legenda. Tetapi dalam pengertian modern, mitos memiliki hubungan dengan perilaku masyarakat dan penguasa pada masa larnpau sebagai citra primordial dan arketipe (Ratna, 2004:67).

Mitos adalah cerita anonim yang berakar dalam kebudayaan primitif. Apabila pada awalnya mitos diartikan sebagai imajinasi yang sederhana dan primitif untuk menyusun suatu cerita, maka dalam pengertian modern mitos adalah struktur cerita itu sendiri. Mitos sebagai cerita yang mempunyai struktur berarti mitos dibangun oleh satuan-satuan minimal yang bermakna. Satuan minimal yang membangun struktur cerita mitologis sehingga struktur itu sendiri mengandung makna.

Junus (1981:90) mengatakan bahwa hubungan antara mitos dan realitas itu sangat dekat, bergantung pada cara pandang seseorang. Beliau menambahkan bahwa mustahil ada

10 Koentjaraningrat, 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta:PT. Dian Rakyat, hlm. 279.

(21)

kehidupan tanpa mitos. Manusia itu hidup dengan mitos-mitos yang membatasi segala tindak- tanduknya.

Kehadiran suatu mitos merupakan keharusan terutama pada hal-hal yang bersifat abstrak, sesuatu yang tidak jelas tentang baik dan buruknya, sesuatu yang ambiguous. Suatu mitos dan masa lampau akan tetap berlaku dalam masanya. Berkaitan dengan yang supranatural mitos dianggap sebagai yang benar, suci, dan bermakna, serta menjadi pedoman berharga bagi yang memercayai dan lingkungan tempat tinggalnya.

Antropolog sosial, seperti Malinowski dalam buku William A. Lessa dan Evon Z.

Vogtyang berjudul Reader In Comparative Religion berpendapat bahwa mitos sebagaimana ada dalam suatu masyarakat primitif, bukanlah semata-mata cerita yang dikisahkan, tetapi juga merupakan kenyataan yang dihayati. Mitos merupakan daya aktif dalam kehidupan masyarakat primitif. Atas dasar ‘realitas’ mitos menjadi penghubung dan institusi-institusi sosial yang ada (Minsarwati, 2002:27).

Dengan dernikian, realitas mitos, khususnya dalam masyarakat Melayu diwujudkan manusia melalui bentuk upacara ritual dan cerita keramat yangberkemas legenda sehingga bagi masyarakat Melayu, mengetahui mitos adalah sesuatu yang penting karena mitos tidak hanya mengandung tafsiran tentang dunia dengan segala isinya dan contoh model tentang keberadaannya di dunia, tetapi mereka harus menjalankan dan mengulangi kembali apa yang telah Tuhan dan alam supranatural kerjakan pada waktu permulaan dikisah dan dikeramatkan.

2.3Pendidikan Karakter dan Sastra Tradisi

Menurut Mariati (2013) konsep pendidikan karakter yang digagas juga mensinergikan

antara pedidikan di sekolah dan di rumah. Peran orang tua di rumah adalah sama bagaimana

guru di sekolah dalam hal mendidik anak. Kesalingpahaman dan kerjasama dalam mendidik

anak menjadi syarat terciptanya pendidikan berbasis karakter.

(22)

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya yang ditandai dengan nilai-nilai, seperti moral (etika), reflektif, percaya diri, rasional,logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati dan rela berkorban.Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, dan perilaku).

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school lefi to foster optimal character development”.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri.

Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: moral atau etika kepada Allah dan khalifah-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; cinta damai, dan cinta persatuan.

Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang alatatau media pendidikannya.Media pembelajaran yang dapat diandalkan perannya dalam ikut membentuk karakter siswa, khususnya tentang aspek nilai moral adalah apresiasi terhadap karya sastra tradisi.

Peran pelajaran sastra tradisi makin penting ketika pelajaran nilai moral dan budi pekerti

saat pendidikan Pancasila tidak diberikan lagi di sekolah, sementara waktu yang tersedia

untuk pelajaran agama juga sangat terbatas dan rata-rata guru agama hanya sempat

memberikan pengetahuan secukupnya tentang agama sehingga pemahaman dan penghayatan

agama siswa rata-rata masih kurang.Pengajaran sastra tradisi diyakini dapat membantu proses

(23)

pembentukan karakter siswa, karena di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai positif, sejak nilai-nilai budaya, sosial, moral, kemanusiaan, hingga agama.Setidaknya, filosof Aristoteles menyejajarkan sastra, khususnya puisi dan cerita rakyat, dengan filsafat (konsep tentang kebijaksanaan hidup). Bahkan dianggap sastra lebih filosofis dibanding sejarah. Sebab, sejarah hanya mencatat kejadian atau peristiwa terpenting yang kasat mata dan berpusat pada kekuasaan. Sedangkan sastra dapat mengungkap hal-hal yang tersembunyi di balik peristiwa, termasuk tersembunyi di dalam batin manusia (para pelaku sejarah), sekaligus ”meramal” apa yang bakal terjadi di masa depan.

Abrams mengelompokkan karya sastra ke dalam empat orientasi. Pertama, karya sastra sebagai tiruan alam atau penggambaran alam. Kedua, karya sastra sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan penentu pada pembacanya. Ketiga karya sastra sebagai pancaran perasaan, pildran, ataupun pengalaman sastrawannya. Dan, keempat, karya sastra sebagai sesuatu yang otonom, mandiri, lepas dari alam sekeliling, pembaca maupun pengarangnya.

Pada orientasi keempat inilah prinsip seni untuk seni (lart pour lart) berkembang.Sementara, sajak-sajak Kahlil Gibran ikut menyebarkan kearifan hidup bagi jutaan pembacanya di seluruh dunia.Seperti diyakini GL Morino, sebuah sajak patriotik mampu merangsang seratus perbuatan heroik.

Jika disarikan dan disederhanakan, maka karya sastra setidaknya memiliki 10 fungsi bagi kehidupan. Pertama, fungsi cultural, karena karya sastra dapat

menjadi media pewarisan nilai-nilai dan kekayaan budaya masyarakat sekaligusmeninggikan

hakekat kebudayaan suatu bangsa.Kedua, fungsi estetis karena karyasastra memiliki unsur-

unsur dan nilai-nilai keindahan yang dapat meningkatkanrasa keindahan (sence of aesthetic)

pembacanya. Ketiga fungsi didaktis. Karena karya sastra mengandung potensi yang bersifat

mendidik dan mengandung unsurfungsi moralitas karena karya sastra kebaikan serta

kebenaran dan mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang baik dan yang

(24)

buruk serta yang benar dan yang salah.Kelima, fungsi religius karena karya sastra mampu memberikan pesan-pesan religius kepada para pembacanya. Keenam, fungsi inspiratif karena karya sastra yang baik dapat menjadi sumber inspirasi bagi pembacanya untuk menghasilkan karya baru, pemikiran baru, dan bahkan mendorong proses perubahan. Ketujuh, fungsi psikologis, karena karya sastra dapat membebaskanpembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Karya sastra dapat menjadi media pelepasan atau katarsis. Kedelapan, fungsi humanis, karena karya sastra dapatmenyampaikan pesan-pesan kemanusiaan kepada pembacanya.

Kesembilan,fungsi penyadaran dan pencerahan, karena karya sastra dapat menjadi media penyadaran dan pencerahan hati nurani dan intelektualitas pembacanya. Dan, kesepuluh, fungsi rekreatif, karena karya sastra mengandung unsur-unsur yang menyenangkan pembacanya.

Dengan mewariskan fungsi~fungsi sastra itu kepada siswa melalui pengajaran sastra, maka pengajaran sastra akan ikut berperan dalam membentukkarakter yang positif pada diri siswa.

2.4 Aspek Pendidikan Karater

Adapun bagian nilai nilai moral yang terkandung dalam nilai karakter terbagi dari17 bagian diantaranya adalah.

1. Nilai Moral

Sikapdanperilaku yang patuhdalammelaksanakanajaran agama yang dianutnya.Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak sedikit orang beragama, tetapi tidak menjalankan ajaran secara baik. Nilai moral juga terkait dengan nilai kejujuran. Nilai ini adalah suatu pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat dipercayai.

2. Nilai Rereligius

(25)

Religius merupakan kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi

larangan dengan keikhlasan hati. Religius atau keagamanan seseorang ditentukan dari banyak hal diantaranya pendidikan keluarga, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilakukan pada waktu kecil atau pada masa kanak-kanak.

3. Nilai Toleransi

Nilai toleransi merupakan suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.

4. Nilai Disiplin

Nilai disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawab.

5. Nilai Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dan selalu berusaha untuk mendapati apa yang diinginkan.

6. Nilai Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.

7. Nilai Demokrasi

(26)

Merupakan nilai-nilai yang mutlak diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan yang demokratis ketiadaan hal-hal tersebut akan mengakibatkan dampak yang kentara berupa pemerintahan yang sulit ditegakkan.

8. Nilai rasa ingin tahu adalah

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,dilihat,dan didengar.

9. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

10. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian,dan penghargaan yang tinggi pada bahasa, lingkungan, fisik,sosial,budaya,ekonomi,dan politik bangsa.

11. Menghargai Prestasi

sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,mengakui,dan menghormati keberhasilan orang lain.

12.Bersahabat / Komuniktif

Sikapdan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul,dan bekerja sama dengan orang lain.

13. Cinta Damai

(27)

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

14. Gemar Membaca

Gemar membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.Gemar membaca dapat membuka jendela pikiran kita agar membiasakan diri menabung ilmu dari sedini mungkin.

15. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya,dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

16. Peduli Sosial

Peduli sosial yaitu bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.Peduli social melatih kita agar menjadi makhluk social yang baik dan taat kepada aturan ilahi yaitu saling membantu antar sesama manusia.

17. Tanggung-jawab

Tanggung jawab yaitu melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang sudah seharusnya dilakukan terhadap dirisendiri,masyarakat,lingkungan, alam,sosial dan budaya.

2.5. Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional yang diasaskan oleh Durkheim adalah tergolong dalam

pendekatan sosiologi sastra. Namun, pendekatan ini objeknya lebih banyak terfokus pada

karya sastra tradisi sehingga lebih dominan menggunakan data emik, yaitu mengacu kepada

pandangan khalayak atau masyarakat dari suatu karya tradisi.

(28)

Pendekatan ini merujuk pada pengertian bahwa budaya, seperti adat-istiadat dan isi teks sastra tradisi, seperti cerita keramat legenda Kubah Terbangmerupakan asas dari fakta- fakta sosial budaya yang diartikan sebagai cara-cara bertindak, berfikir, dan merasa dari suatu masyarakat. Ia dibangun dan dikukuhkan berdasarkan nilai-nilai yang merupakan ide gagasan yang menjadi sumber perilaku masyarakat. Nilai ini tumbuh berkembang dalam karya kreatif.

11

i) asas awal yang diceritakan dalam Cerita keramat Kubah Terbang peristiwa mitos dan budaya dari suatu komunitas atau masyarakat.

Adanya pemikiran penerapan pendekatan ini, merujuk atau berdasarkan kepada:

ii) teras fungsionalisme Durkheim adalah budaya, seperti adat istiadat dan karya sastra tradisi, seperti Keramat Kubah Terbang yang terungkap dalam sebuah karya sastra. Maka ia sebagai sumber nilai dari norma sosial, disebutnya sebagai fakta- fakta sosial yang mendasari jiwa kolektif suatu masyarakat. Teras ini akan tidak melupakan dan bisa mengungkapkan fungsi konteks sosial yang menyertai teks, seperti teks lisan dan tulis yang menjadi kajian/analisis. Bahkan dapat pula memperkukuh makna simbol-simbol yang wujud dalam teks cerita yang menjadi kajian atau analisis.

iii) Dengan pendekatan yang dilakukakan pula akan terhindar. Pengeyampingan atau peninggalan perhatian terhadap perangkat sosial teks cerita yang dapa

mengurangi bahkan menghilangkan makna yang berfungsi sangat berarti di dalam kajian teks ceritanya.

iv) Dari asumsi kewajaran penerapan teori pendekatan fungsionalisme Emile Durkheim terhadap kajian cerita sebuah cerita keramat, yaitu dapat memberi nilai tambah dari hasil- hasil kajian/analisis yang dilakukan yang sangat berguna untuk menciptakan

11 Wan Syaifuddin, 2015. Menjulang Tradisi Etnik. Medan :USU Press

(29)

keharmonisan di antarasesama individu dengan Tuhanya di dalam kolektif atau masyarakatnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

(30)

3.1. Disain Penelitian

Suparmoko ( Marlina, 2015: 34) menyatakan bahwa metode penelitian adalah bagian yang sangat penting dalam penelitian, karena merupakan seperangkat aturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh para peneliti. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif-naturalistik, sebab yang ingin dicapai, yaitu untuk memperoleh gambaran bagaimana adanya nilai-nilai moral pada aspek pendidikan karakter dalam cerita keramat Kubah Terbang dan kewujudannya di dalam masyarakatnya.

Adapun ciri-ciri metode kualitatif-naturalistik ini, menurut Surakhmad (2014:121), yaitu sebagai berikut; i) memusatkan diri atau menghimpun isi/teks pada bahan kajianyang berkaitan dengan rnasalah aktual; ii) data yang dikumpukan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan-kutipan data yang disajikan dalam penelitian ini ditegaskan dalam bentuk lampiran tabel pemaparan data yang diperoleh dari pemahaman nilai moral yang terdapat pada kehidupan dan dalam unsur pengembangan cerita-cerita, mitos, seperti tema, tokoh, dan latar. Dari pemahaman makna secara keseluruhan dilakukukan penafsiran dan pengkategorian data yang terkandung dalam cerita-carita keramat, dan selanjutnya data-data tersebut dianalisis berdasarkan pengkategoriannya.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah tekscerita kubah terbang.

Adapunceritainitergolongdalam genre hikayatdanlegenda, sedangkanisiteksnyatergolongpadaceritamitos yang dituliskandandilisankankembali. Data

ceritaini diperoleh dari anggota masyarakat di banjaran sungai Deli yang termasuk wilayah

Kabupaten Deli Serdang

(31)

3.3Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merekam, membaca, dan mengobservasi teks serta menganalisisnya. Selain itu, peneliti mengamati atau mengobservasi karakter yang berbasis moral dalam masyarakat melalui penyampaian pertanyaan tentang isi teks cerita yang mengungkapkan aspek-aspek kehidupan dan karater yang ada dalam materi pendidikan karakter.

3.4.Teknik Analisis Data

Data berupatekscerita yang diperoleh dengan mengumpulkan dan memilahnyalaludianalisis. Teksceritadianalisisdenganmenggunakanpendekatan sosiologi sastra dalam prespektif fungsional.Kemudian, hasilanalisisdisampaikankepada masyarkat

dalambentukpertanyaan.Hasiljawaban masyarakat

akandiambilkesimpulansehinggatergambarbahwanilai-nilaikarakter berbasis moral di dalamtekscerita keramat kubah terbang sesungguhnyaada di dalamkarakter masyarakat.

3.4.Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian instrumen sangat memegang peranan yang penting.

Berhasil atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakandalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah pulpen sebagai alat tulis, buku tulis untuk mencatat dan tape recorder untuk merekam. Kemudian pertanyaan yang dikemas dalam bentuk angket.

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

(32)

4.1 Struktur Umum Cerita

4.1.1 Ringkasan Cerita Keramat Kubah Terbang

Dahulu kala diceritakan di daerah langkat, konon ceritanya telah berpindah sebuah kuburan dari daerah langkat ke daerah Patumbak namanya, letaknya di atas bukit Desa Sigara-gara.Peristiwa itu dikenal masyarakat setempat sebagai Syehk Kubah Terbang karena masyarakat setempat meyakini kuburan itu terbang dari daerah langkat ke daerah Patumbak.

Cerita itu bermula dari kisah seorang murid yang pergi merantau untuk menuntut ilmu agama Islam, sampailah ia di sebuah tempat yang dikenal dengan nama Masjid Al Osmani yang tertelakdi daerah Belawan sekarang.Disanalah ia belajar menuntut ilmu bersama enam orang temannya. Mereka dibimbing dan diajar oleh seorang Tuan Guru.Si murid yang merantau itu memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu.Dia seorang murid yang sangat bebal dan bodoh misalnya hari ini diajarkan huruf ﺍ (Alif) besok diajarkan huruf ﺏ (Baa), ia lupa bagaimana huruf ﺍ (Alif) itu.

Namun walaupun begitu tuan gurunya selalu sabar, tidak bosan dan senantiasa untuk

selalu mengajarkan muridnyayang bebal dan bodoh, tetapi walaupun si murid sangat sulit

untuk berfikir dan menyerap ilmu dalam proses belajar, dia tidak pernah menyerah dan putus

asa untuk terus belajar diluar waktu dalam kegiatan belajar dan mengajar ilmu agama

Islam.Ia seorang murid yang taat kepada gurunya sehingga apa yang diperintahkan oleh Tuan

Guru, ia tidak pernah membantah dan selalu mentaatinya.Walaupun dia sangat bebal dan

bodohapa yang telah diajarkan dan didengarnya diaselalu mengamalkan ilmu yang telah

diajarkan dan selalu berusaha untukbelajar menuntut ilmu agamaIslam. Si murid sangat

(33)

menghargai, menghormati dan menyayangi tuan gurunya karena tuan gurunya selalu senantiasa mengajarkan ilmu agama Islam dan tidak pernah bosan untuk terus mengajarinya.

Pada suatu ketikatuan gurunya memberikan suatu amalan kepada si murid yang bebal, amalan itu diberikan karena ketaatan si muridterhadap tuan gurunya dan keterbatasan si murid dalam menyerap ilmu sehingga ia bebal dan bodoh,amalan itu diberikan untuk bekalnya dikemudian hariyang berisi

Tutuh keladi Sisipkan di bawah matang

Menuntut ilmu aku tak jadi Terbang tak kelatan.

Maksud dari amalan di atas yaitu walaupun aku menuntut ilmu tak jadi aku bisa terbang ke atas dibawa anggin tetapi aku tak nampak.

Suatu hari sang guru pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji, namun si murid yang bebal tertinggal oleh tuan gurunya. Karena telah tertinggal oleh tuan gurunya si murid menggunakan amalan yang telah diberikan oleh tuan gurunya sehingga ia bisa sampai di Mekah dibawa oleh arah mata angin.Tanpa disangka ternyata setelah sampai tuan gurunya di Mekkah,si murid bebal yang pertama sekali menyambut kehadiran tuan gurunya di Mekkah. Tuan gurunya pun merasa sangat terkejut atas kehadiran muridnya yang pertama sekali berada di Mekkah.

Sepulangnya tuan guru dari Mekkah, si murid kembali menuntut ilmu bersama tuan

gurunya.Simurid yang bebal tidak pernah bosan untuk terus menerus belajar menuntut ilmu

agama Islam walaupun dia memiliki kemampuan yang terbatas tetapi dia selalu yakin bahwa

suatu hari nanti ia akan mendapatkan hasil dari usahanya belajar karena kegigihan si murid

(34)

dalam belajar ilmu agama Islam tuan gurunya memberikan amalan kepada si murid untuk menyemangatinya yang berisi

Tunduh-tunduh keladi Semakin

tumbuh semakin menjadi

Hingga pada suatu hari karena kesungguhan dan kegigihannya menuntut ilmu, si murid pun akhirnya mendapatkan gelar Syehk yang diberikan oleh tuan gurunya.Setelah semua muridnya selesai menuntut ilmu, tuan guru kembali ke kampung halamannya dan menetap disanayang terletak diKecamatan Patumbak tepatnya di Desa Sigara- gara.Seiring berjalannya waktu, akhirnya tuan guru menghembuskan nafas terakhirnya di kampung halamannya dan kemudian di makamkan di atas sebuah bukit yang ada di desa si gara-gara.Bukit ituoleh masyarakat setempat dinamakan dengan bukit Mambang Diawaiyang artinya tempat yang tinggi namun menurut sebagian masyarakat setempat Mambang Diawai itu artinya sebagai rumah hantu karena pada suatu ketika dulu ada salah seorang masyarakat setempat yang melihat sesosok berjubah putih berdiri di atas bukit, dia meyakini bahwa sesosok itu adalah hantu tetapi ada yang mengatakan bahwa sosok itu adalah tuan guru.

Mendengar kematian sang guru, murid bebal yang mendapat gelar Syehk merasa sangat bersedih hati, akhirnya ia memberi wasiat kepada keluarganya jika ia meninggal nanti ia inggin dimakamkan di samping makam tuan gurunya.Pada suatu hari syehk meninggal dunia, tetapi pada saat itu keluarganya lupa akan wasiat Syehk hingga iadimakamkan di kampung halamanya di langkat esok harinya masyarakat mendapati tempat dimakamnya syehk itu sudah rata ole tanah.

Akhirnya masyarakat pun melaporkan kepada keluarganya atas hilangnya makam

Syehk itu kemudian keluarganya pun merasa sangat bingung dan mencari kemana hilangnya

(35)

makam Syehk di tengah kebingungan itu mereka baru teringat akan wasiat Syehk kalau ia inggin dimakamkan di samping makam tuan gurunya. Maka keluarganya mengunjungi makam tuan gurunya kemudian dan betapa terkejutnya sang keluarga medapati ada makam di samping makam tuan guru yang bertulisan nama Syehk itu sendiri akhirnya keluarga dan masyarakat meyakini bahwa makam Syehk telah terbang dari sebuah desa dilangkat ke desa si gara-gara

Hingga pada akhirnya makam syehk berdampingan dengan makam tuan gurunya sehingga munculah panggilan si murid syehk kubah terbang karena makamnya telah pindah atau terbang secara tiba-tiba di dekat makam tuan gurunya hingga pada akhirnya munculnya sebutan Syehk Kubah Terbang.

4.1.2 Tema

Menceritakan tentang perjuangan seorang guru yang senantiasa sabar mengajarkan muridnya bernama Tuan Syehk Kubah Terbang yang sedikit bebal namun selalu berusaha untuk terus belajar ilmu agama islam.

4.1.2 Latar Cerita

1. Latar Tempat123

Didalam Sejarah Negeri Kesultanan Deli (32-33) bahwa bagian dari daerah-daerah yang menjadi latar tempat dari cerita keramat Kubah Terbang adalah salah satu pada daerah Sigara-gara Patumbak Deli Serdang yang memiliki luas 600 hektar 200 hektar diantaranya sebagai tempat lahan pabrik atau PT dan 400 hektar untuk wilayah

Patumbak, desa si gara-gara dan desa lantasan Desa si gara-gara merupakan salah satu

kelurahan yang ada di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki satu

cerita rakyat yang terkenal yaitu cerita keramat kubah terbang.

(36)

2. Latar sosial

Latar sosial pada cerita keramat Kubah Terbang ialah sebuah Desa yang memiliki peninggalan atau sejarah yang berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat sering dikunjungi oleh masyarakat daerah pemakaman dan masyarakat daerah lain pada hari- hari tertentu seperti hari minggu, hari menyambut bulan suci ramadhan untuk melakukan kunjungan dengan membawa makanan untuk mengadakan doa dan makan bersama di makam keramat tersebut dengan tujuan untuk meminta permintaan melaui perantaraan kepada makam keramat tersebut.

3.latar Pemikiran

Latar pemikiran yang tergambar pada cerita keramat Kubah Terbang ialah berasaska islam dan memilki kepercayaan terhadap kesucian makam tersebut. Ini tampak dari cerita yang memiliki isi cerita tentang seorang guru mengajarkan pendidikan ilmu agama islam kepada muridnya Syehk kubah terbang dan kepercayaan masyarakat terhadap kesucian makam yang dapat dijadikan sebagai pertolongan atau keingginan yang diharapkan oleh masyarakat melalui perantaraan makam keramat syehk kubah terbang dan makam tuan guru.

4.2 Persepsi atau pandangan Masyarakat Melayu di banjaran hulu sungai seruai terhadap cerita keramat kuda terbang

Menurut persepsi atau pandangan masyarakat di banjaran hulu sungai seruai

terhadap cerita keramat Kubah Terbang bahwa pandangan masyarakat terhadap cerita

tersebut benar terjadi karena telah terbukti dengan adanya makam keramat kubah terbang

(37)

yang terletak di daerah Patumbak Desa Sigara-gara hal tersebut juga dapat terlihat dari kegiatan masyarakat setempat pada setiap hari minggu dan saat menjelang bulan suci ramadhan mereka melakukan kunjungan dengan mengadakan doa bersama dan membawa makanan untuk dimakan bersama di makam tersebut masyarakat yang melakukan kunjugan bukan hanya di sekitaran makam tetapi juga ada yang berasal dari luar daerah.

Tetapi jika ada masyarakat lain yang datang dengan niat yang tidak baik maka mereka akan mendapatkan suatu celaka. Sehingga dapat diketahui bahwa cerita dan kegiatan masyarakat banyak mengandung nilai-nilai positif nilai positif tersebut telah tercantum dalam beberapa bentuk aspek moral aspek moral tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sosial

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009 498).

b. Akhlak

Secara bahasa kata akhlak jamak dari khuluqin yang diartikan tabiat, kebiasaan, dan adab. Sedangkan secara istilah adalah siifat yang mantap di dalam diri yang membuat perbuatan, yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek (Islamwiki, 2008). Akhlak dapat dirumuskan sebagai suatu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia, dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna bedasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah.

c. Etika

Istilah etika berasal dari kata Latin Ethic (us), dalam bahasa inggris Eithikos : a

body of moral principles or values. Yang artinya sebenarnya ialah kebiasaan, habit

(38)

dan custom. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai jahat (Burhannuddin, 2000 : 3).

d. Susila

Secara kebahasaan perkataan susila merupakan istilah yang berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang baik atau bagus. Selain itu, istilah susila pun mengadung pengertian peraturan hidup yang lebih baik. Istilah susila dapat pula berarti sopan, beradap, dan baik budi bahasanya.

Sebagian masyarakat mengetahui tentang cerita keramat Kubah Terbang dan sebagian masyarakat yang lain hannya mengetahui nama Kubah Terbangnya saja namun tidak mengetuhi bagaimana bentuk dari cerita Kubah Terbang.

4.2 Nilai Moral Dalam Presfektif Pendidikan Karakter Terhadap Teks Cerita Keramat Kubah Terbang

4.2.2 Nilai Moral

Moral adalah pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.

Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk dalam perbuatan, dan kelakuan (akhlak).

Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya.

Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a.

Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu

pengejawatahan dari pancaran ilahi. Moral murni ini disebut juga hati nurani.

(39)

b.

Moral terapan, yaitu moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia (Agus, 2011)

Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap di dalam tindakan lahiriah.

Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hannya moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.

Menurut Kohlberg (199 : 5) penalaran atau pemikiran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku tersebut.

Dapat dikatakan bahwa karya sastra itu semata-mata tiruan alam, maka dengan sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak memperjuangkan keberanaran. Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan ukuran yang sering digunakan dalam menilai karya sastra. Pembaca sering mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu mempunyai hubungan dengan kebenaran.

Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hannyalah model-model atau sosok yang sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang baik atau diikuti minimal dicenderungi oleh pembaca.

Dengan demikian aspek moral adalah segala aspek yang menyangkut baik

buruknya suatu perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban, akhlak, budi

pekerti, dan susila. Adapun bentuk-bentuk moral sebagai berikut:

(40)

a. Sosial

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, dan senagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009 498).

b. Akhlak

Secara bahasa kata akhlak jamak dari khuluqin yang diartikan tabiat, kebiasaan, dan adab. Sedangkan secara istilah adalah siifat yang mantap di dalam diri yang membuat perbuatan, yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek (Islamwiki, 2008). Akhlak dapat dirumuskan sebagai suatu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia, dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna bedasarkan kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah.

c. Etika

Istilah etika berasal dari kata Latin Ethic (us), dalam bahasa inggris Eithikos : a body of moral principles or values. Yang artinya sebenarnya ialah kebiasaan,

habit dan custom. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai jahat (Burhannuddin, 2000 : 3).

d. Susila

Secara kebahasaan perkataan susila merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Sansekerta. Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip,

peraturan atau norma hidup yang baik atau bagus. Selain itu, istilah susila pun

mengadung pengertian peraturan hidup yang lebih baik. Istilah susila dapat pula

berarti sopan, beradap, dan baik budi bahasanya.

(41)

4.3.3 Wujud Nilai Moral yang Terdapat dalam Teks Cerita Keramat Kubah Terbang

Wujud nilai moral yang terdapat dalam teks cerita keramat Kubah Terbang dapat dijelaskan berdasarkan sifat dan prilaku manusia yang melekat dalam menjalani hidup.

Wujud nilai moral dalam cerita keramat kubah terbang yaitu wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan, wujud nilai moral manusia dengan diri sendiri dan wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain. Berikut akan dibahas mengenai wujud nilai moral dalam teks cerita keramat kubah terbang.

a. Wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan

hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hubungan yang istimewa.

Manusia sebagai makhluk tidak akan lepas dari sang pencipta. Meski secara sadar atau tidak, semua kebutuhan manusia selalu tertuju kepada sang pencipta. Secara nurani hubungan manusia dengan Tuhan selalu mempunyai tempat yang lebih besar jika dibandingkan makhluk lain, meski terkadang hubungan manusia dengan sang pencipta ditujukan dengan cara yang berbeda-beda. Baik atau buruk kelakuan manusia akan berpengaruh pada kekuatan iman terhadap Tuhan. Dalam teks cerita keramat kubah terbang menemukan satu bentuk nilai mengenai hubungan manusia dengan Tuhan yaitu beriman kepada Tuhan.

1) Beriman

Pengertian iman menurut bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan

menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan

diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Beriman kepada Allah adalah

membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala

(42)

sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu akan diikrarkan dengan lisan seta dengan amal perbuatan secara nyata. Beriman kepada Tuhan adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Data yang ditemukan dalam cerita keramat kubah terbang ini tentang beriman kepada Tuhan adalah sebagai berikut.

“seorang guru mengajarkan ilmu agama islam yang disebar luaskan di masyarakat, sang guru mempunyai tujuh murid. Satu murid diantaranya yang dikenal dengan sebutan Syehk Kubah Terbang”.

Kutipan tersebut merupakan penyampaian nilai moral beriman. Kutipan di atas menjelaskan bahwa Tuan guru memiliki sifat yang beriman dengan memberi pengetahuan tentang ilmu agama islam kepada tujuh muridnya salah satuhnya kepada syehk kubah terbang dan itu merupakan wujud iman tuan guru kepada Tuhan. Karena tuan guru selalu senantiasa mengajarkan ilmu agama islam seperti mengajarkan mengenali huruf arab di dalam Al-Qur’an.

b. Wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri

Perilaku hubungan manusia dengan dirinya sendiri diklarifikasikan pada semua wujud nilai moral yang berhubungan dengan individu sebagai pribadi yang menunjukkan akan eksitensi individu tersebut dengan berbagai sikap yang melekat pada dirinya. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri menurut Nurgiyantoro (2009 : 324) dapat bermacam-macam jenisnya dan tingkat intensitasnya. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ada dua, yaitu kesabaran dan tanggung jawab.

1) Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada

Allah SWT. Kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sikap tuan guru

yang selalu sabar dalam mengajari ilmu agama islam kepada syehk kubah

(43)

terbang dan kesabaran syehk kubah terbang dalam menuntut ilmu agama islam dengan memiliki kemampuan yang terbatas. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Syehk kubah terbang, sebenarnya pintar namun mudah lupa hari ini diajarkan huruf ﺍ (Alif) besok diajarkan huruf ﺏ (Baa), ia lupa bagaimana huruf ﺍ (Alif) itu namun gurunya selalu sabar dan tidak pernah bosan untuk selalu mengajarkan syehk kubah terbang, walaupun begitu syehk kubah terbang tidak pernah jenuh dan putus asa untuk terus belajar diluar waktu kegiatan belajar dan mengajar pendidikan ilmu agama islam”.

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh tuan guru dan syehk kubah merupakan sosok yang luar biasa dan selalu sabar dalam menjalankan kegiatan belajar dan mengajar yang dilaksanakan oleh tuan guru dan muridnya syehk kubah terbang dalam menuntut ilmu agama islam. Dalam cerita keramat kubah terbang sangat memberikan dampak pengaruh yang baik bagi pembaca. Karena dalam cerita ini mengajarkan kesabaran dan usaha dalam menuntut ilmu agama islam.

2. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran diri manusia terhadap tingkah laku dan

perbuatan yang disegaja ataupun tidak disengaja. Tanggung jawab harus berasal dari

dalam hati dan kemauan diri sendiri atas kewajiban yang harus ditanggung

jawabkan. Timbulnya tanggung jawab itu karena seseorang bermasyarakat dengan

yang lainnya dan hidup bersama di lingkungan alam. Tanggung jawab bersifat

kodrati yaitu tanggung jawab harus ada di dalam diri manusia. Tanggung jawab

seorang murid terhadap pendidikan ilmu agama islam yang telah diajarkan oleh tuan

Referensi

Dokumen terkait

Pada mukosa bibir atas terdapat ulser, mutipel, menyebar, diameter 0,5 mm, warna putih kekuningan, dikelilingi kemerahan, dan tidak sakit.

1) Tingkat kecemasan responden kelompok ibu pekerja menunjukkan bahwa sebagian besar tidak terdapat kecemasan. 2) Tingkat kecemasan responden kelompok ibu rumah

Remembering engages other parts of the brain – our imagination and visual sense – which can come to our exam when we’re trying to recall facts.. Because the complex structure

YOGYAKARTA TENTANG PENGANGKATAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK BESERTA MAHASISWA YANG DIBIMBING PROGRAM STUDI S.1 IKOR FAKULTAS IIMU.. KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI

Silase dibuat dengan mencacah bahan hijauan menjadi ukuran yang kecil-kecil, kemudian menyimpannya kedalam ruang kedap udara.Pencacahan dilakukan untuk mendapatkan

Tujuan merancang sebuah antenna J-Pole yang bekerja pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz dengan polaradiasi J-pole berpolarisasi vertikal dengan arah pancaran yang omnidirectional

Mekanisme pasar Islam ialah mekanisme pasar bebas dimana pemerintah tidak ikut campur dalam menentukan harga pasar namun pemerintah disini berperan sebagai pengawas