• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesejahteraan penduduk telah mendorong terjadinya. perubahan pola makan yang berdampak negatif dengan mengakibatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesejahteraan penduduk telah mendorong terjadinya. perubahan pola makan yang berdampak negatif dengan mengakibatkan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan penduduk telah mendorong terjadinya perubahan pola makan yang berdampak negatif dengan mengakibatkan meningkatnya berbagai macam penyakit degeneratif dan sindrom metabolik seperti obesitas, kanker, diabetes, dan penyakit jantung. Tingginya kesadaran mengenai adanya hubungan antara makanan dan kemungkinan timbulnya penyakit, telah mengubah pandangan bahwa makanan bukan sekedar untuk mengenyangkan dan sebagai sumber zat gizi, tetapi juga untuk kesehatan (Marsono, 2008).

Menurut Biesalski (2001) perhatian secara global mengenai fungsi khusus makanan untuk kesehatan baru signifikan dalam dua dasa warsa terakhir ini dengan dimunculkannya istilah pangan fungsional. Pangan fungsional menurut FOSHU (Food for Specified Health Use) ialah bahan pangan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan seseorang, baik jasmani maupun rohani selain kandungan gizi dan cita rasa yang dimilikinya.

Sifat fungsional dari makanan fungsional ditentukan oleh komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya, misalnya serat pangan, inulin, FOS, prebiotik, probiotik dan antioksidan. Indonesia kaya akan sumber alam dengan kandungan komponen bioaktif yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai produk pangan fungsional baik tradisional maupun modern (Marsono, 2008). Pengolahan keanekaragaman pangan lokal tersebut potensial untuk dikembangkan menjadi pangan fungsional tradisional seperti tempe, tape, dadih, beras merah, dan susu. Sementara itu, produk pangan fungsional modern seperti

(2)

breakfast cereals dan biskuit yang diperkaya serat pangan, pasta yang diperkaya dietary fiber, sport drink yang diperkaya protein dan susu untuk pencernaan (Winarno dan Kartawidjajaputra, 2007).

Pemilihan bahan makanan pada konsumen terkait dengan beberapa faktor termasuk sosiodemografi dan motivasi dalam mengkonsumsi pangan fungsional (Verbeke, 2005). Selain itu faktor psikologi seperti food preferences dan food like and dislike juga menentukan jenis makanan yang menjadi pilihan individu (Asp, 1999). Studi epidemiologi di sebuah negara maju menyatakan bahwa faktor pengetahuan, kepercayaan akan manfaat kesehatan pada bahan makanan serta adanya anggota keluarga yang menderita suatu penyakit lebih dominan berpengaruh terhadap pemilihan konsumsi makanan fungsional daripada faktor sosiodemografi (Verbeke, 2005).

Pangan fungsional saat ini mulai berkembang seiring dengan semakin tingginya permintaan akan pangan fungsional, kesadaran masyarakat tentang kesehatan, meningkatnya penderita penyakit degeneratif dan populasi lansia serta pengembangan produk komersial. Di Indonesia sendiri, konsumsi pangan fungsional terutama jenis pangan fungsional tradisional seperti tahu dan tempe meningkat setiap tahunnya. Tahun 2002-2012 rata-rata konsumsi tahu sebesar 7,28 kg/kapita/th. Demikian pula dengan rata-rata konsumsi tempe yang tidak jauh berbeda dengan tahu yaitu mencapai 7,61 kg/kapita/th. Sedangkan untuk konsumsi pangan fungsional modern seperti susu sebanyak 50,25 Kkal/kapita/hari (Susenas, BPS 2012).

Berdasarkan hasil sebuah penelitian di Kanada, survey statistik menunjukkan bahwa industri pangan fungsional mengalami peningkatan pendapatan mencapai 28% pada tahun 2004–2007 (Cinnamon, 2009).

(3)

Peningkatan tersebut sebanding dengan tingginya prevalensi konsumsi pangan fungsional pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Korea, Swedia, dan Finlandia dimana masing–masing prevalensi konsumsi pangan fungsional pada orang dewasa mencapai 73,3%, 83%, dan 96% (Kim et al, 2010, Landstrom et al, 2007, Urala et al, 2003a).

Konsumsi pangan fungsional ditengarai meningkat dengan pertambahan usia. Sebuah studi di Turki menampilkan hasil bahwa subyek berusia 20–40 tahun memiliki tingkat konsumsi pangan fungsional tertinggi dibanding kelompok populasi lain (Dogan et al, 2011). Sementara itu studi lain menjelaskan bahwa tingkat konsumsi pangan fungsional paling banyak terutama jenis makanan tinggi kalsium serta margarin rendah kolesterol pada kelompok usia 50-64 tahun (deJong et al, 2003). Di Indonesia, hasil survey Euromonitor International tahun 2007 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap produk makanan yang memperoleh tambahan zat gizi adalah yang paling sehat sehingga hal ini menghasilkan peluang yang signifikan untuk pemasaran produk pangan fungsional.

Politeknik Kesehatan Yogyakarta merupakan salah satu Perguruan Tinggi kesehatan yang berada di kota Yogyakarta. Pegawai yang bekerja di Perguruan Tinggi kesehatan lebih sering memperoleh informasi dasar kesehatan sehingga diprediksi memiliki awareness dan kepedulian terhadap upaya mempertahankan status kesehatan. Selain itu, motivasi dan minat yang tinggi pada pegawai yang sering memperoleh informasi kesehatan akan berpengaruh terhadap kepribadian individu serta lingkungannya untuk meningkatkan status kesehatan (Khaira, 2005).

(4)

Berdasarkan pertimbangan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap dengan tingkat konsumsi pangan fungsional pada pegawai Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tingkat konsumsi pangan fungsional pada pegawai di Politeknik Kesehatan Yogyakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan tingkat konsumsi pangan

fungsional pada pegawai di Politeknik Kesehatan Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tingkat konsumsi pangan fungsional pada pegawai di Politeknik Kesehatan Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan mengenai pangan fungsional pada pegawai Politeknik Kesehatan Yogyakarta

b. Diketahuinya sikap pegawai terhadap konsumsi pangan fungsional pada pegawai Politeknik Kesehatan Yogyakarta

c. Diketahuinya tingkat konsumsi pangan fungsional pada pegawai Politeknik Kesehatan Yogyakarta

d. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan tingkat konsumsi pangan fungsional pada pegawai Politeknik Kesehatan Yogyakarta e. Diketahuinya hubungan sikap dengan tingkat konsumsi pangan

(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang manfaat kesehatan dari produk pangan fungsional untuk dapat diaplikasikan sebagai promosi kesehatan.

2. Bagi Subjek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan pegawai di Politeknik Kesehatan Yogyakarta mengenai manfaat konsumsi pangan fungsional.

3. Bagi Profesi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan atau media untuk meningkatkan promosi dan sosialisasi mengenai jenis-jenis pangan fungsional dan manfaat kesehatan serta perlunya mengkonsumsi pangan fungsional pada masyarakat.

4. Bagi Pemerintah

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang gizi, yang telah menjadi dasar dalam suatu inovasi dan pengembangan pangan akan berpeluang untuk memberikan hasil pangan bergizi yang lebih dari sifat awalnya serta potensial meningkatkan manfaat kesehatan.    

E. Keaslian Penelitian

1. Vella (2012) yang berjudul : “Exploration of the Consumption, Awareness, Understanding and Motivating Factors Related to Functional Foods in Older Adults”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan fungsional dengan melakukan

(6)

survei konsumsi makan terhadap 200 respoden yang berasal dari suatu komunitas lansia berusia ≥ 60 tahun di Kanada menggunakan kuisioner. Persamaan dari penelitian ini adalah pada instrumen penelitian yaitu menggunakan kuisioner. Perbedaan penelitian ini adalah pada subjek penelitian yaitu berusia ≥60 tahun.

2. Stojanovic, et al (2013) yang berjudul : “Consumer Acceptance of Functional Food in Montenegro”. Pengambilan sampel dengan stratified three - stage random sampling dengan responden sebanyak 479 orang menggunakan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik, seperti: regresi, analisis kluster, t-test, dan chi– square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan, tingkat pengetahuan, dan persepsi mempengaruhi konsumsi pangan fungsional. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan kuisioner serta teknik pengambilan sampel dengan membuat strata. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian yaitu dari lokasi penelitian yang dibagi menjadi 3 daerah penelitian.

3. Annunziata dan Vecchio (2010) yang berjudul: “Italian Consumer Attitudes Toward Products for Well-being: The Functional Foods Market”. Untuk mengetahui kebiasaan konsumsen dalam mengkonsumsi pangan fungsional, dilakukan survei kuantitatif menggunakan kuisioner terdiri dari 34 pertanyaan dengan jumlah sampel sebanyak 340 orang yang diwawancara saat sedang berbelanja. Analisis data menggunakan uji Anova. Hasil penelitian dibedakan menjadi tiga kluster. Kluster pertama yaitu sebanyak 38% responden mengkonsumsi pangan fungsional tidak dengan alasan, tidak memperhatikan manfaat kesehatan, serta tidak

(7)

dapat menjelaskan contoh–contoh pangan fungsional. Kluster kedua yaitu sebanyak 32% responden tidak dapat menjelaskan secara jelas mengenai pangan fungsional tetapi percaya dengan manfaat kesehatan yang ada pada pangan fungsional. Kluster ketiga yaitu sebanyak 30% responden mempunyai pengetahuan baik mengenai pangan fungsional. Kluster ini lebih banyak pada wanita dan berpendidikan tinggi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah pada instrumen penelitian yaitu menggunakan kuisioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada subjek penelitian, serta waktu penelitian yang dilakukan saat subjek sedang berbelanja.

4. Rahmayeti (2007) yang berjudul: “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Konsumsi Serat dan Kolesterol Pada Mahasiswa Minangkabau di Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan pada 67 mahasiswa yang terdiri dari 49 mahasiswa lama dan 18 orang mahasiswa baru. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan konsumsi serat, tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan konsumsi kolesterol, tidak ada perbedaan rata-rata konsumsi serat antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru, dan tidak ada perbedaan rata-rata konsumsi kolesterol antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru.

Persamaan dengan penelitian ini adalah pada rancangan penelitian sama-sama menggunakan rancangan cross sectional.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat yaitu konsumsi serat dan kolesterol serta pada subjek penelitian yaitu pada mahasiswa.

(8)

5. Agustina (2008) yang berjudul: “Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Wanita Terhadap Konsumsi Hasil Olah Kedelai di Kecamatan Ngampilan”. Penelitian ini dilakukan pada 84 wanita yang berusia 45-55 tahun. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi hasil olah kedelai, tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi hasil olah kedelai. Ada hubungan antara usia, status menopause dan riwayat penyakit dengan perilaku konsumsi. Faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku konsumsi hasil olah kedelai adalah pengetahuan.

Persamaan denga penelitian ini adalah pada rancangan penelitian sama-sama menggunakan rancangan cross sectional.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat yaitu konsumsi hasil olah kedelai serta pada subjek penelitian yaitu pada wanita.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk melihat derajat kesehatan dari hasil-hasil pembangunan kesehatan adalah adanya profil kesehatan yang

Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di Apotek Wilayah Cikupa Kabupaten Tangerang yaitu meliputi Aspek Profil Sarana, Bangunan dan Peralatan,

perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk mempersiapkan model pembelajaran portofolio dalam proses pembelajaran PKn, (2) pelaksanaan dan pemantapan yang dilakukan guru PKn dengan

[r]

Variabel pertumbuhan dan hasil kacang tanah yang memberikan hasil lebih tinggi meliputi bobot kering brangkasan atas, bobot kering brangkasan bawah, jumlah polong total,

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN 1 Cicalengka, diperoleh informasi bahwa adiksi situs jejaring sosial berada pada kategori rendah dan kebiasaan belajar berada pada

Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi approachability, acceptability, availability and accomodation, dan affordability, ability to perceive, ability to seek, ability

2) Dari hasil pemetaan level 1, pemetaan level 2 dan pemetaan level 3 ditemukan akar permasalahan pada PT Rohul Sawit Industri yaitu lemahnya pengelolaan material (bahan baku)