• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG DAN KARAKTERISTIK USAHATANI PADI SAWAH LAHAN RAWA DI KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG DAN KARAKTERISTIK USAHATANI PADI SAWAH LAHAN RAWA DI KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

39

PELUANG DAN KARAKTERISTIK USAHATANI PADI SAWAH LAHAN RAWA DI KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG

Dede Rohayana, dan Zahara

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl.Hi. Z.A. Pagar Alam No. 1 A, Rajabasa – Bandar Lampung

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan untuk usaha tani padi rawa membutuhkan ketersediaan varietas unggul yang mampu beradaptasi dengan baik pada lahan tersebut. Kendala utama peningkatan produksi padi di lahan rawa adalah tata air. Bila memasuki musim hujan, kondisi lahan rawa selalu tergenang air. Kedalaman genangan air sangat bervariasi, mulai dari beberapa cm hingga lebih dari satu meter. Disamping itu juga perubahan iklim global mengakibatkan adanya pergeseran musim serta terjadinya iklim yang ekstrim, seperti terjadi kekeringan dan kebanjiran. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk memperoleh informasi yang lebih mendetail mengenai pengembangan usahatani padi sawah dilahan rawa. Lokasi penelitain dipilih secara sengaja yaitu Kabupaten Mesuji, satu kabupaten diambil dua kecamatan dan setiap kecamatan diambil dua desa. Pengambilan contoh dilakukan dengan random sebanyak 15 responden setiap desa. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Oktober 2011. dengan metode survei. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik petani usahatani padi sawah di lahan rawa di Kabupaten Mesuji cukup baik untuk dikembangkan sebagai pengembangan padi sawah. Usaha tani produksi padi menguntungkan dan layak diusahakan. Hal ini terlihat dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya (R/C) 2,11 dan keuntungan/pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 6.318.500,-/ha/musim.

Kata kunci : Usahatani, padi, lahan rawa

ABSTRACT

Land rice farming in wetlands requires the availability of improved varieties that can adapt well in the land. The main constraint on increased production of rice land is marsh water management. When the rainy season, conditions are always flooded wetlands. Depth of standing water vary widely, ranging from a few centimeters to more than one meter. Besides, global climate change also resulted in a shift in the seasons and the occurrence of extreme weather such as droughts and floods. The purpose of this study was to to obtain more detailed information regarding the development of dilahan swamp rice farming. Penelitain location is chosen deliberately Mesuji District, a district taken two districts and each district is taken two villages. Done by random sampling of 15 respondents per village. The study was conducted from February 2010 until December 2010. the survey method. The results showed that the characteristics of farmers in the district Mesuji good enough to be developed as the development of lowland rice. Production of rice farming profitable and worth the effort. It is seen from the ratio of revenue to cost (R / C) 2.11 and profit/revenue earned Rp. 6.318.500,- /ha/musim.

(2)

40

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan lahan rawa mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi salah satu sentra produksi nasional. Di Kabupaten Mesuji pengembangan padi sawah seluas 76.463,86 Ha (98,55%) dan jagung 73.527,55 Ha (94,761%). Lahan tersebut terdapat di sebagian besar di kabupaten Mesuji terutama bagian timur. Sedangkan total luas lahan rawa di lampung 162.900 ha terbagi menjadi dua bagian, yakni rawa pasang surut (68.900 ha) berada di Tulang Bawang, Lampung Tengah, Lampung Timur, dan lampung Selatan. Rawa lebak/non pasang surut (94.030 ha) berada di Tulang Bawang, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Barat dan Way Kanan (Lampos, 2009)

Di Indonesia, luas lahan rawa ada sekitar 33.5 juta ha yang terdiri dari rawa pasang surut 20.2 juta ha dan rawa lebak 13.3 juta ha. Lahan pasang surut selalu dipengaruhi oleh naik turunnya pasang air laut sedangkan lahan rawa lebak dipengaruhi genangan air pada musim hujan. Dirjen Tanaman Pangan (1992) dan Widjaja-Adhi et al., (1992).

Menurut Nugroho (1993) lahan rawa lebak yang luasnya 13.3 juta ha tersebut terdiri dari 4.17 juta ha (31.4%) lebak dangkal/pematang, 6.08 juta ha (45.7%) lebak tengahan,dan 3.04 juta ha (22.9%) lebak dalam. Lahan rawa lebak umumnya ditanami padi, terutama pada rawa pematang dan rawa tengahan. Umumnya hasil panen petani masih rendah, yaitu antara 1.5 sampai 2.0 t/ha

Untuk itu pengembangan usahatani padi sawah dilahan rawa, memerlukan pengkajian yang lebih intensif dan akurat, karena usahatani padi dilahan sawah rawa memerlukan teknik – teknik tersendiri, karena keadaan tanah dan lingkungannya tidak serupa dengan lahan sawah irigasi. Kesalahan dalam pengelolaan lahan sawah rawa dapat menyebabkan gagalnya panen dan dapat pola merusak tanah dan lingkungan. Lahan rawa juga dapat ditanami padi gogo, tetapi teknik pengolahannya berbeda dengan padi sawah untuk itu perlu pengkajian atau penelitian pada lahan sawah rawa.

Menurut perhitungan ekonomi, pengembangan padi VUB di lahan rawa menjadi pilihan untuk meningkatkan produksi padi. Kontribusi peningkatan produktivitas yang dimotori varietas unggul terhadap produksi nasional mencapai 56,1 %, lebih besar dibanding kontribusi perluasan areal yang hanya 26,3 % (Las, dkk., 2004 dalam Suprihatno, 2007).

Atas dasar keadaan tersebut diatas, maka perlu dikaji pengembangan usaha tani padi sawah dilahan rawa dalam upaya peningkatan produktivitas dan mendukung

(3)

41

program pemerintah dalam pencapaian swasembada beras. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendetail mengenai pengembangan usahatani padi sawah lahan rawa, untuk melihat kelayakan analisis usahatani padi sawah lahan rawa agar dapat di kembangkan dan dikelola sehingga bisa meningkatkan hasil produksi.

METODOLOGI

Pengkajian dilakukan di dua lokasi yaitu Kecamatan Mesuji Timur dan Kecamatan Mesuji, dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara setiap kecamatan diambil dua desa. Pengambilan contoh dilakukan dengan random sebanyak 15 responden setiap desa. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik petani, karakteristik usahatani, tipelogi lahan dan aspek kelembagaan. Data sekunder diperoleh dari intitusi terkait dan literatur.

Untuk mengetahui peluang pengembangan usahatani padi rawa yang diusahakan menguntungkan atau tidak, maka digunakan Analisis data. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Disamping itu juga dilakukan analisis pendapatan usahatani, R/C rasio. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya produksi yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y.Py - ∑ Xi. Pxi i = 1

Keterangan :

TR = pendapatan atau keuntungan (Rp) Y = produksi padi (kg)

Py = harga GKP (Rp/kg) X = input produksi (satuan)

Px = harga input produksi (Rp/satuan) R/C = PNT/ BT

Keterangan :

R/C = imbangan penerimaan dan biaya PNT= penerimaan total (Rp)

(4)

42

HASIL DAN PEMBAHSAN

Karakteristik petani di lahan rawa

Karekteristik adalah merupakan sifat atau ciri-ciri yang melekat dan dimiliki seseorang yang berhubungan dengan aspek kehidupannya (Roger dan Shoemaker 1971). Karakteristik petani lahan rawa di Kecamatan Mesuji dan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik petani padi sawah di lahan rawa di Kecamatan Mesuji dan Kecamatan Mesuji Timur

No. Uraian Mesuji Mesuji Timur

Ds Sungai Badak ( n = 15) Ds Sidomulyo ( n = 15) Ds Pangkal Mas Jaya (n =15) Ds Pangkal Mas Jaya (n =15) 1 Umur petani (tahun) 25 – 55 25 – 55 25 – 55 25 – 55 2 Tingkat pendidikan SD- SLTA SD- SLTA SD – SLTA SD – SLTA 3 Pengalaman bertani

(tahun) 5-25 5 - 25 5 - 25 5 – 25

4 Pekerjaan utama Tani Tani Tani Tani

5

Pekerjaan sampingan Buruh

Buruh, dagang Buruh, dagang Buruh 6 Jumlah anggota Tanggungan Kel. 2-4 2-4 2-4 2-4

Sumber : Pengumpulan data primer 2011

Umur responden berkisar antara 25—55 tahun, ini termasuk usia produktif sehingga menunjang petani responden untuk melakukan usahatani padi lahan rawa karena memiliki fisik yang masih kuat. Usia produktif memudahkan petani responden untuk lebih bersemangat melakukan aktifitas usahatani, hal ini menjadi modal utama untuk pengembangan usahatani padi di lahan rawa. Pendidikan petani responden bervariasi dari SD—SLTA, pendidikan yang tinggi berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir petani dalam menerima informasi tentang usahatani padi di lahan rawa. Pendidikan petani responden cukup mendukung petani untuk berusahatani padi, selain itu juga didukung dengan pengalaman berusahatani. Petani responden memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam berusahatani padi lahan rawa. Pengalaman bertani berkisar antara 5—25 tahun. Pengalaman yang cukup banyak ditambah dengan pekerjaan utama petani responden adalah petani, maka sangat memudahkan petani untuk melakukan usahatani padi di lahan rawa. Selain bekerja sebagai petani, responden juga mempunyai pekerjaan sampingan mulai dari buruh sampai dengan pedagang. Pekerjaan utama

(5)

43

sebagai petani kurang mendukung petani dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehingga petani perlu mencari pekerjaan lain, hal ini karena tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Karakteristik usahatani padi lahan rawa

Dari hasil data yang di peroleh usahatani padi pada lahan rawa di kecamatan Mesuji dan Mesuji Timur masih menggunakan varietas yang biasa di tanama di lahan irigasi seperti varietas ciherang, muncul dan ada juga varietas lokal seperti varietas komojoyo dan varietas ampai, jadi belum menggunakan varietas unggul yang ditanam untuk lahan rawa. Penggunaan benih tersebut dilakukan secara temurun yang selanjutnya akan digunkan sebagai sumber benih pada musim tanam berikutnya. Karakteristik usahatani dan karakteristik lahan rawa secara lengkap dapat disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik usahatani padi di lahan rawa Kecamatan Mesuji dan Kecamatan Mesuji Timur

No .

Uraian Mesuji Mesuji Timur

Ds Sungai Badak ( n = 15) Ds Sidomulyo ( n = 15) Ds Pangkal Mas Mulya (n =15) Ds Pangkal Mas jaya (n =15) 1

\Jenis lahan Rawa lebak Rawa lebak

Rawa pasang surut Rawapasang surut 2 Luas kepemilikan 1-2 ha 1-2 ha 1-2 ha 1-2 ha 3 Luas usahatani tahun 2011 0,5 – 1 ha 0,5 – 1 ha 0,5 – 2 ha 0,5 – 2 ha

4 Jenis benih yang

digunakan berlabel berlabel berlabel Berlabel

5 Varietas yang digunakan Ciherang, muncul Ciherang, muncul Ciherang, muncul Ciherang, muncul 6

Asal benih Bantuan, beli

Bantuan,

beli Bantuan, beli Bantuan, beli

7 Sumber Benih Kios, Kios, Kios, Kios,

8

Kondisi lahan Tergenang, Tergenang,

dipengaruhi pasang surut air

dipengaruhi pasang surut

air 9

Kendala Lahan Drainase buruk

Drainase

buruk Drainase buruk

Drainase buruk 10 Rata-rata Produksi (kg/ha) 2-4 2-4 2 - 5 2 – 4,5 11 Kendala Usahatani Masam, serangan hama penyakit Masam,sera ngan hama penyakit Masam, serangan hama penyakit Masam, serangan hama penyakit

(6)

44

12 Teknologi usahatani Cara petani Cara petani Cara petani Cara petani

13 Cara Pengolahan

Tanah TOT, TOT OTS OTS

14 Jarak Tanam 25 cm x 25 cm 20cm x 25 cm 25 cm x 25 cm 25 cm x 25 cm 15 Cara Tanam Tanam langsung, tugal Tanam langsung,

tugal semai Semai

16 Pemupukan sebar sebar sebar Sebar

17 Jumlah benih

perlubang 3 – 10 biji 3 – 10 biji, 3-4 batang 3-4 batang

18 Penyiangan 1-2 kali 1-2 kali 1-2 kali 1-2 kali

19 Cara Penyiangan Manual, Herbisida Manual, Herbisida Manual, Herbisida Manual, Herbisida 20

Cara Panen Sabit, gebot Sabit, gebot

Sabit, pedal treser

Sabit, pedal treser

21 Sistem Panen Bawon 6 : 1 Bawon 6 : 1 Bawon 6 :1 Bawon 6 : 1

22

Pasca Panen Jemur 3 – 4 hari

Jemur 3 – 4

hari Jemur 3 – 4 hari

Jemur 3 – 4 hari Sumber : Pengumpulan data primer 2011

Varietas padi yang diusahakan oleh petani masih menggunakan varietas unggul yang sudah lama yaitu Varietas Ciherang. Ciherang selain cocok untuk ditanam pada lahan sawah juga cocok untuk lahan rawa. Produksi padi varietas ciherang mencapai 5,5 ton/ha, bila dilihat dari deskripsi padi Varietas Ciherang memiliki potensi hasil mencapai 5—8,5 ton/ha (bbpadi.litbang.deptan.go.id). Varietas Ciherang masih mendominasi pertanaman padi lahan rawa di Kabupaten Mesuji, sejak dilepas tahun 2000 sampai dengan sekarang Varietas Ciherang masih menjadi idola para petani. Sedangkan umur panen padi dari varietas Ciherang dan Muncul memeiliki umur tanam 125 hari, sedangkan untuk varietas lokal Ampai dan Komojoyo memiliki umur tanam 135 hari.

Varietas unggul lainnya yaitu Muncul, produksi mencapai 4 ton/ha. Berdasarkan deskripsi padi, Varietas Muncul memiliki potensi hasil mencapai 5—6 ton/ha. Selain varietas unggul ada juga varietas lokal yang digunakan oleh petani yaitu Varietas Kumojoyo dan Ampai yang produksinya tidak berbeda dengan varietas Muncul yaitu 4 ton/ha hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Karena potensi hasilnyapun tidak kalah dengan varietas unggul hasil persilangan varietas lokal yang ada harus dilestarikan, agar tidak hilang dan punah.

(7)

45

Tabel 3. Sebaran Beberapa varietas padi sawah yang diusahakan dilahan rawa di Kecamatan Mesuji Timur dan Mesuji

Varietas Umur tanaman ( hari ) Hasil (ton/ha)

Ciherang Muncul Kumojoyo (Lokal) Ampai (lokal) 125 125 135 135 5,5 4 4 4 Sumber : Pengumpulan data primer 2011

Analisis usahatani padi lahan rawa

Analisis usahatani mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Disebut efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input (Soekartawi, 2002). Bila dianalisis secara ekonomi maka usahatani padi di lahan rawa menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Analisis usahatani padi di lahan rawa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Usahatani Padi Rawa Di Kecamatan Mesuji Dan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji

NO URAIAN

Petani

Volume Satuan Nilai (Rp) Jumlah (Rp)

I A. Biaya Sarana Produksi Petani

> Benih 50 Kg 7.000 350.000 a.Urea 200 Kg 1.700 340.000 d. NPK Ponska 250 Kg 1.750 437.500 > Insektisida 3 Ltr 50.000 150.000 > Fungisida 1 Kg 115.000 115.000 > Herbisida 3 Ltr 43.000 129.000 Jumlah 1.521.500

B. Biaya Tenaga Kerja

> Pengolahan tanah 15 HOK 40.000 600.000 > Pesemaian 3 HOK 40.000 120.000 > Penanaman 11 HOK 40.000 450.000 > Pemupukan 3 HOK 40.000 120.000

(8)

46 > Penyemprotan 3 HOK 40.000 120.000 > Panen 1/6 2.750.000 Jumlah 4.160.000 TOTAL BIAYA 5.681.500 II PENDAPATAN PRODUKSI BENIH (Kg)) 4.000 KG 3000

NILAI HASIL (PENERIMAAN) 12.000.000

KEUNTUNGAN

(PENDAPATAN) 6.318.500

R/C RATIO 2,11

B/C RATIO 1,11

Titik Impas Produksi 1.893,83

Titik Impas Harga (Rp) 1.420

Analisis ekonomi terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu : (1) komponen biaya yang terdiri dari biaya saprodi dan tenaga kerja, (2) komponen penerimaan yang terdiri dari produksi, nilai penerimaan dan keuntungan (pendapatan). Biaya sarana produksi untuk luas lahan satu ha mencapai Rp. 1.521.500 dan biaya tenaga kerja mencapai Rp. 4.160.000,- sehingga total biaya usahatani per ha mencapai Rp. 5.681.500. Produksi padi per ha mencapai 4.000 kg dengan harga Rp. 3.000/kg memperoleh penerimaan sebesar Rp. 12.000.000,- sehingga memperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.318.500,-. Keuntungan yang diperoleh mencapai 100% lebih dari total biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio mencapai 2,11 ini berarti setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,11,-. Nilai R/C rasio lebih dari satu maka usahatani padi di lahan rawa layak diusahakan. Analisis keuntungan dan biaya atau B/C rasio memiliki nilai 1,11 ini berarti setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberi keuntungan sebesar Rp. 1,11,-. Nilai B/C rasio lebih dari satu maka usahatani padi sawah lahan rawa menguntungkan. Pendapatan atau keuntungan yang tinggi mencapai 50% ini diperoleh karena petani mampu menekan biaya produksi dan harga jual gabah yang tinggi. Petani mampu mengalokasikan dan memanfaatkan sarana produksi yang dimiliki dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menghasilkan input yang lebih besar dari output. Dengan demikian usahatani padi lahan rawa perlu dikembangkan, karena lahan rawa mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas padi sehingga swasembada beras dapat ditingkatkan.

(9)

47 KESIMPULAN

1. Karakteristik usahatani padi sawah di lahan rawa Di kabupaten Mesuji petani masih menggunakan benih untuk padi sawah irigasi.

2. Usia petani produktif rata-rata 25 s/d 50 memudahkan petani lebih bersemangat melakukan aktifitas usahatani, hal ini menjadi modal utama untuk pengembangan usahatani padi sawah di lahan rawa

3. Karakteristik petani usahatani padi sawah di lahan rawa di Kabupaten Mesuji cukup baik untuk dikembangkan sebagai pengembangan padi sawah.

4. Produksi padi sawah di lahan rawa menguntungkan dan layak diusahakan. Hal ini terlihat dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya (R/C) 2,11 dan keuntungan/pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 6.318.500,-/ha/musim.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Tanaman Pangan (1992) dan Widjaja-Adhi et al., (1992). Lampost. 2009. Lampung Perlu Irigasi Lahan kering

Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI – Press. Jakarta

Widjaja-Adhi, I P.G., K. Nugroho, D.A. Suriadikarta, dan A.S. Karama. 1992.Sumber daya lahan pasang surut, rawa dan pantai: Keterbatasan dan Pemanfaatan.

Partohardjono dan M. Syam (Ed). 1992.Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik  petani padi sawah di lahan rawa  di Kecamatan Mesuji dan  Kecamatan  Mesuji Timur
Tabel 2  Karakteristik  usahatani padi  di lahan rawa Kecamatan  Mesuji dan Kecamatan  Mesuji Timur
Tabel 3. Sebaran Beberapa varietas padi sawah yang diusahakan dilahan rawa                 di Kecamatan Mesuji Timur dan Mesuji

Referensi

Dokumen terkait

konstan, maka return on asset pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,469 satuan dengan tidak dipengaruhi

1 1 10 18 Pendidikan dan pelatihan keterampilan Jumlah peserta pencari kerja yang Tamansari 20 orang 79,078,000 APBD II Prioritas 40 orang 160,000,000. bagi pencari

Anak-anak menjadi penonton segala acara, dari sisi yang positif anak-anak secara tidak sadar akan mencoba dan belajar untuk mengikuti apa yang dilihat pada film

Untuk itulah menarik untuk melihat bagaimana merancang arsitektur yang tak hanya kontekstual akan iklim lingkungannya namun juga jamannya melalui arsitektur De Driekleur,

Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam , cet.. mengajar, berarti komunikasi budaya, diseminasi budaya, sosialisasi budaya, dan pewarisan budaya. Pada dasarnya dalam suatu

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performan reproduksi (S/C, EPP (Estrous Post Partus), lama kebuntingan, dan distokia) dan pertumbuhan pedet (bobot dan

Pengadilan Agama Bogor dalam perkara Nomor: 133/Pdt.P/2014/PA.Bgr., bahwa menetapkan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor untuk menjadi wali

Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya-biaya