• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian. Definisi atau pengertian pajak menurut beberapa ahli yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian. Definisi atau pengertian pajak menurut beberapa ahli yang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Pajak

Definisi atau pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dalam(Diana Sari,2013:33) adalah sebagai berikut:

Djajadiningrat

“Pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan Negara karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan.Untuk itu, tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung.” Anderson, W.H.

“Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan sesorang yang diutamakan untuk membiayai pengeluaran Negara.”

Sedangkan definisi pajak menurut Rochmat Soemitro, SH dalam Buku (Mardiasmo, 2011:1) yaitu:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrasepsi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Berdasarkan definisi dan penjelasan tersebut Mardiasmo (2011:1) menarik beberapa kesimpulan mengenai unsur-unsur pajak, yaitu:

(2)

1. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan ketentuan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontrasepsi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontrasepsi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat

2.1.2 Modernisasi Perpajakan 2.1.2.1 Reformasi Perpajakan

Menurut Liberti Pandiangan (2008:64) modernisasi perpajakan yang dilakukan merupakan bagian dari grand design reformasi perpajakan (tax reform) secara komprehensif. Sebagaimana yang menjadi sasaran sejak tahun 2002, bahwa reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 (tiga) bidang pokok atau utama yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan, yaitu :

1. Bidang Administrasi, yakni melalui modernisasi administrasi perpajakan Melalui modernisasi administrasi perpajakan, diharapkan terbangun pilar-pilar pengelolaan perpajakan nasional yang baik dan kokoh sebagai

(3)

fundamental penerimaan negara yang baik dan berkesinambungan (sustainable revenue) ke depan. Dalam hal ini, pengelolaan perpajakan pada dasarnya tidak menutup diri terhadap pandangan, pendapat, atau kritisi dari berbagai pihak eksternal. Direktorat Jenderal Pajak berupaya terbuka (transparency) dan menjadikannya sebagai masukan dalam menata dan membangun sistem pengelolaan perpajakan yang baik dan modern.

2. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-Undang Perpajakan Dari aspek peraturan perpajakan, terus diupayakan dan dilakukan pengembangan yuridis formal dan materil perpajakan. Langkah yang dilakukan yakni melalui penyesuaian dan pembaruan peraturan seirama dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan kehidupan masyarakat, negara, maupun kegiatan ekonomi. Alasannya karena suatu peraturan pada dasarnya harus dapat mengikuti dan diikuti oleh kehidupan masyarakat, negara, dan pemangku kepentingan. Bila tidak, maka peraturan tersebut justru bisa menjadi penghambat (barrier) bahkan kontradiktif, sehingga pencapaian sasaran dapat menjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional

Di bidang pengawasan, dibangun bank data perpajakan nasional sebagai upaya menyeimbangkan pelaksanaan sistem self assessment dengan official assessment dalam penghitungan dan penetapan besarnya pajak yang terutang, sebagaimana diatur dalam UU Perpajakan. Selain itu pembangunan bank data perpajakan nasional juga bertujuan untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan.

(4)

Melalui kegiatan ekstensifikasi, berdasarkan data dan informasi yang ada maka diimbau agar masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Untuk orang pribadi, batasannya adalah bagi mereka yang telah memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum berkeluarga. Setelah masyarakat mengetahui himbauan ini, dan ternyata masyarakat belum mendaftarkan diri sendiri sebagai Wajib Pajak seiring sistem self assessment, untuk menyeimbangkannya dilakukan penerbitan NPWP secara jabatan (official assessment).

Melalui ekstensifikasi, akan terjadi perluasan basis pajak yakni dengan pertambahan jumlah Wajib Pajak, terutama orang pribadi. Dalam kondisi seperti itu, akan terwujud aspek keadilan dalam perpajakan. Seiring dengan itu untuk kegiatan intensifikasi dilakukan berbagai upaya kegiatan. Di antaranya melalui model optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP).

Sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah reformasi administrasi perpajakan jangka menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat dengan tujuan tercapainya: (1) tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, (2) tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan (3) produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi. Diungkapkan oleh Hadi Purnomo bahwa sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah reformasi

(5)

administrasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat. Program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat Jenderal adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan 1. Meningkatkan Kepatuhan Sukarela

a. Program kampanye sadar dan peduli pajak. b. Program pengembangan pelayanan perpajakan.

2. Memelihara (Maintaining) Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Patuh a. Program pengembangan pelayanan prima.

b. Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan. 3. Menangkal Ketidakpatuhan Perpajakan (Combatting Noncompliance)

a. Program merevisi pengenaan sanksi.

b. Program menyikapi berbagai kelompok Wajib Pajak tidak patuh. c. Program meningkatkan efektivitas pemeriksaan.

d. Program modernisasi aturan dan metode pemeriksaan dan penagihan. e. Program penyempurnaan ekstensifikasi.

f. Program pemanfaatan teknologi terkini dan pengembangan IT masterplan.

g. Program pengembangan dan pemanfaatan bank data.

b. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Administrasi Perpajakan 1. Meningkatkan Citra Direktorat Jenderal Pajak

(6)

b. Program penerapan Good Corporate Governance. c. Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding. d. Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan.

c. Melanjutkan Pengembangan Administrasi Large Taxpayer Office (LTO) atau 1 Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar

a. program peningkatan pelayanan, pemeriksaan dan penagihan pada LTO.

b. program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada LTO selain BUMN/BUMD.

c. program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus.

d. Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil lainnya. 2. Meningkatkan Produktivitas Aparat Perpajakan

a. Program reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fungsi dan kelompok Wajib Pajak.

b. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Pajak .

c. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen Sumber Daya Manusia.

d. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja. e. Program penyusunan rencana kerja operasional.

(7)

2.1.2.2 Administrasi Perpajakan

Menurut Ensiklopedi perpajakan, “Administrasi Perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak”. Mengenai peran administrasi perpajakan, mengemukakan bahwa “administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN”. (Liberti Pandiangan:2007)

Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah: ”1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers). Dengan Aministrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi ketentuan menjadi Wajib Pajak tetapi belum terdaftar. Penambahan jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan menigkatkan jumlah penerimaan pajak. 2) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak. 3) Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak dan seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.

4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers). Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif dalam set administrasi pajak yang baik akan lebih efektif melaksanakan upaya tersebut.” (Ony W, Siti K. Rahayu dan Ely S, 2007:19) Berdasarkan dari pengertian diatas disimpulkan bahwa administrasi perpajakan berupaya untuk merealisasikan

(8)

peraturan pajak, penerimaan pajak dan cara mengatasi masalah-masalahnya agar administrasi perpajakan dapat terlaksana dengan efektif.

2.1.2.3 Modernisasi Administrasi Perpajakan

Menurut Chaizi Nasucha, (2005:166), penerapan sistem administrasi perpajakan modern melalui program dan kegiatan dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka menengah diuraikan dalam dimensi-dimensi Sistem Administrasi Perpajakan Modern berikut ini:

1) Struktur organisasi. Struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit terpisah, pendistribusian wewenang di antara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal. Sebagai wujud pembenahan fungsi pelayanan, pengawasan dan pemeriksaan, struktur organisasi yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 disusun menurut jenis pajak, di mana Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PPN/PTLL) dilayani di KPP, sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dilayani Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB). Dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, struktur organisasi dirancang dengan paradigma berdasarkan fungsi dengan pemisahan fungsi yang jelas antara Kanwil dan KPP, di mana KPP bertanggungjawab melaksanakan fungsi pelayanan, pengawasan, penagihan dan pemeriksaan, sedangkan Kanwil

(9)

bertanggungjawab melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan operasional KPP, keberatan dan banding, serta penyidikan.

2) Prosedur organisasi. Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan keputusan, pemilihan prestasi, sosialisasi dan karier. Pembahasan dan pemahaman prosedur organisasi berpijak pada aktivitas organisasi yang dilakukan secara teratur. Prosedur organisasi mencakup :

a) Pelayanan satu pintu melalui Account Representative. Penunjukkan Account Representative yang bertanggungjawab secara khusus melayani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa Wajib Pajak dengan mengembangkan konsep pelayanan satu pintu sehingga mengurangi persinggungan antara Wajib Pajak dengan petugas pajak yang kemungkinan dapat menimbulkan ekses negatif Account Representative juga menangani pemohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pajak, pemindah bukuan setoran pajak (Pbk), ruling dan penerbitan produk hukum.

b) Penyederhanaan prosedur administrasi dan peningkatan standar waktu dan kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak. Kegiatan yang dilakukan antara lain (i) menyederhanakan formulir Surat Pemberitahuan (SPT), (ii) mempercepat proses penyelesaian keberatan dan banding atas produk pajak, (iii) pengukuhan Wajib Pajak Patuh untuk mempercepat permohonan restitusi, (iv) meninjau kriteria Wajib Pajak Patuh untuk mengurangi permohonan restitusi, (v) meninjau kembali kewajiban pemeriksaan atas setiap Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) dan mempercepat

(10)

restitusi Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) yang berisiko rendah, (vi) pemusatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

c) Dukungan teknologi informasi modern dalam memberikan pelayanan, pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak, antara lain:

i. (1). SAPT terintegrasi dengan pendekatan fungsi dan prosedur administrasi yang telah diatur dalam case management dan work flow system didukung e-system terutama e-Payment, e-SPT, dan e-Filling yang membantu kecepatan, ketepatan dan keamanan proses perekaman data administrasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

ii. Otomatisasi proses pemeriksaan dengan bantuan workflow management dalam SAPT membantu menghindari duplikasi data, kesalahan pencatatan dan pengawasan prosedural pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan didukung juga dengan aplikasi Audit Command Language (ACL)

iii. Pembangunan bank data dalam konsep masterplan secara nasional dan kerjasama pertukaran data dengan instansi lain mewujudkan transparansi data

iv. Otomatisasi penagihan pajak melalui SAPT sehingga prosedur pengawasan dan administrasi tunggakan pajak dapat selalu dilakukan. Pelaksanaan penagihan dilakukan jurusita pajak dengan metode hard dan soft collection, di mana soft collection dapat dilakukan dengan bantuan Account Representative:

(11)

vi. Penggunaan teknologi informasi dan e-system lainnya: Dalam menjalankan administrasi perpajakan dan meningkatkan pelayanan dikembangkan aplikasi seperti e-Regristation, e-Counseling, Complaint Center, Help Desk, Call Center, Touch Screen yang didukung Knowledge Base yang berisi Frequently Asked Question (FAQ), SMS tax, dan saluran komunikasi dan penyuluhan yang lebih intensif melalui berbagai sarana seperti telepon, e-mail, portal website, pencatatan dan penyimpanan dokumen yang lebih dapat diandalkan menggunakan Sistem Manajemen Arsip Terpadu (SMART), dukungan peralatan perkantoran yang modern, lengkap, di mana tiap pegawai dilengkapi personal computer dan akses informasi yang lebih cepat baik dalam lingkungan intern maupun kepada Wajib Pajak di mana setiap kali terdapat perubahan ketentuan menyangkut Wajib Pajak akan segera dikonsolidasikan secara internal, diinterpretasikan dan selanjutnya segera diinformasikan kepada Wajib Pajak.

3) Strategi organisasi. Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola arus keputusan yang bermakna. Strategi organisasi mencakup :

a) Kampanye sadar dan peduli pajak. Kampanye dan sosialisasi perpajakan sebagai bagian dari good governance framework melalui berbagai pihak,

(12)

seperti perguruan tinggi, tokoh agama, dan juga melalui media massa, portal website, serta pemasangan billboard di tempat-tempat strategis dan meningkatkan kinerja penyuluhan sebagai information service dan public relation.

b) Simplifikasi administrasi perpajakan. Dukungan teknologi imformasi yang mempercepat proses pelayanan dan pemeriksaan di mana basis data dikembangkan dalam jaringan online memungkinkan kecepatan akses informasi dan juga pelayanan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran pajak secara online yang bisa mengurangi administrative cost dan compliance cost.

c) Intensifikasi penerimaan pajak, di antaranya dengan:

i. Melaksanakan pemeriksaan terhadap sektor industri tertentu yang tingkat kepatuhannya masih rendah dan/atau potensi perpajakannya masih dapat digali;

ii. Meningkatkan kegiatan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan untuk memberikan detterent effect yang positif;

iii. Melaksanakan kegiatan penagihan pajak melalui penyitaan rekening Wajib Pajak/Penanggung Pajak, pencegahan dan penyanderaan.

d) Mengembangkan mekanisme internal quality control atas pelaksanaan pelayanan dan pemeriksaan dan melaksanakan pelatihan tentang metode dan teknik pelayanan prima; membangun sistem komunikasi yang efektif untuk mendapatkan umpan balik.

(13)

e) Merancang, mengusulkan dan merealisasikan kebutuhan investasi sehubungan dengan reorganisasi dan penerapan sistem admmistrasi perpajakan modern.

f) Meninjau ulang pelaksanaan reorganisasi, pengukuran kinerja, pengukuran kepuasan Wajib Pajak, pertemuan rutin dan kunjungan rutin untuk mendapatkan umpan balik. Penyempurnaan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain dengan menerapkan sistem pengukuran kinerja administrasi perpajakan, pembentukan unit pengukuran kinerja. g) Merancang, mengusulkan dan merealisasikan kebutuhan investasi

sehubungan dengan pembentukan gambaran/sifat pokok skema kompensasi baru berupa Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) bagi pegawai pajak. 4). Budaya organisasi. Budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem penyebaran

kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi. Beberapa kegiatan modernisasi budaya organisasi yaitu:

a) Program penerapan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance). Tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) dicirikan oleh adanya Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 222/KMK.03/2002 tanggal 14 Mei 2002 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 382/KMK. 03/2002 tanggal 27 Agustus 2002, adanya Komite Kode Etik Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan keputusan

(14)

Menteri Keuangan Nomor 223/KMK.03/2002 tanggal 14 Mei 2002, adanya divisi Perpajakan dan Bea Cukai pada Komite Ombudsman Nasional, adanya kerja sama dengan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan konsolidasi internal.

b) Menerapkan kode etik terhadap seluruh pegawai Direktorat Jendral Pajak, pembentukan Komite Kode Etik, meningkatkan efektivitas pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan kerjasama dengan Komisi Ombudsman Nasional.

c) Fasilitas Perkantoran modern. Perkantoran modern dengan keseluruhan operasi berbasis teknologi dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan mutu dan menunjang upaya modernisasi administrasi perpajakan di seluruh Indonesia.

2.1.2.4 Tujuan Modernisasi Administrasi Perpajakan

Dirjen Pajak merencanakan mengimplementasikan program modernisasi perpajakan secara komprehensif yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional. Program ini dilakukan untuk mencapai empat sasaran utama. Pertama, optimalisasi penerimaan yang berkeadilan yaitu perluasan tax base, minimalisasi tax gap dan stimulus fiskal. Kedua, peningkatan kepatuhan sukarela yaitu melalui pemberian pelayanan prima dan penegakkan hukum yang konsisten. Ketiga, efisiensi administrasi, yaitu penerapan sistem dan administrasi yang handal dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Terakhir, terbentuknya citra yang baik dan kepercayaan masyarakat yang tinggi yaitu kapasitas SDM yang

(15)

profesional, budaya organisasi yang kondusif dan pelaksanaan good governance. (Incuna Surawijaya,2009)

Konsep umum perpajakan modernisasi administrasi perpajakan adalah restruksi organisasi, penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, dan penyempurnaan manajemen SDM. Konsep ini disesuiakan dengan iklim, kondisi, dan sumber daya yang ada di Indonesia. (Liberti Pandiangan, 2007:7)

Karateristik modernisasi administrasi perpajakan adalah :

1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi yang berbasis teknologi terkini.

2. Seluruh wajib pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerimaan secara online.

3. Seluruh wajib pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan media komputer (e-SPT).

4. Monitoring kepatuhan wajib pajak dilaksanakan secara intensif dengan pemanfaatan profit wajib pajak diadministrasikan di KPP Madya hanya wajib pajak tertentu saja, yaitu sekitar 500 wajib pajak.

Tujuan administrasi perpajakan modernisasi merupakan perbaikan untuk memperbaiki sistem yang sudah ada dengan tujuan agar tercapainya tingkat kepatuhan wajib pajak, tingkat kepercayan wajib pajak, serta tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan produktivitas pegawai, meningkatkan

(16)

2.1.3 Kinerja Pegawai Pajak

Kinerja pegawai tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, sumber daya yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

Anwar Prabu Mangkunegara (2007:57) mendefinisikan kinerja sebagai berikut :

“Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

Pengertian lain menurut Maluyu S.P. Hasibuan (2005:34), bahwa:

“Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.” Berdasarkan definisi di atas maka dalam melakukan dan menyempurnakan suatu kegiatan harus didasari dengan rasa tanggung jawab agar tercapai hasil seperti yang diharapkan. Peningkatan kinerja aparatur pemerintah melalui penggunaan teknologi dan informasi pada instansi pemerintah akan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat guna. Aplikasi e-Government tidak akan berjalan sempurna apabila tidak selalu di imbangi dengan SDM yang memadai dan kinerja yang efektif.

Hasil kerja yang dicapai oleh aparatur suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh

(17)

aparatur dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.

2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Zane K. Quible (2005:214) menyatakan: “basic human traits affect employees’ job related behaviour and performance. These human traits include ability, aptitude, perception, values, interest, emotions, needs and personality”.

Dari pernyataan di atas dapat dirinci bahwa :

a. Ability atau kemampuan akan menentukan bagaimana seseorang dapat melakukan pekerjaan, bakat akan berperan dalam membantu melaksanakan pekerjaan jika ada kesesuaian dengan jenis pekerjaannya, demikian juga halnya dengan persepsi, konsep diri, nilai-nilai, minat, emosi, kebutuhan dan kepribadian. Semua itu akan berpengaruh terhadap dorongan (motivasi) seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Kajian tentang kinerja memerlukan pembahasan tentang motivasi sebab prilaku seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tidak terlepas dari dorongan yang melatarbelakanginya.

b. Dorongan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik, dorongan intrinsik merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang dan mengarah pada suatu objek tertentu untuk berbuat atau berperilaku, sedangkan dorongan ekstrinsik merupakan dorongan akibat rangsangan-rangsangan dari luar yang dalam hal ini faktor organisasi dan

(18)

kepemimpinan dapat dipandang sebagai contoh faktor eksternal yang akan mempengaruhi pada kinerja seseorang dalam organisasi.

Kedua dorongan tersebut dapat berjalan sendiri-sendiri maupun bersamaan, perwujudan dalam bentuk perilaku pada dasarnya menunjukan tentang intensitas dorongan tersebut, di mana bila intensitasnya rendah maka kecenderungan perilakunya pun akan menunjukan kualitas yang rendah demikian juga sebaliknya, oleh karena itu pemahaman tentang motivasi dapat memperdalam pemahaman tentang apa dan bagaimana perilaku seseorang dalam mengerjakan sesuatu baik dalam konteks kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan organisasi. Dorongan merupakan daya penggerak kinerja, namun demikian tanpa dibarengi dengan kemampuan, kinerja yang akan terwujud tidak akan optimal sesuai dengan yang diharapkan

Keith Davis yang dikutip oleh A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

1. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi tinggi.

(19)

2. Faktor Kemampuan

Secara psikologis kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + Skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Mahmudi (2005:21) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja merupakan salah satu konstruk multi dimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi sebagai berikut:

1. Faktor personal/individual meliputi; pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi; kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan, manajer dan team leader. 3. Faktor Tim, meliputi; kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi; sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.

(20)

5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi; tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Berdasarkan uraian di atas, jelaskan bahwa kinerja pegawai harus dikelola, terutama untuk mencapai produktivitas dan efektivitas dalam rangka merancang bangun kesuksesan, baik secara individu maupun organisasi. Dengan demikian, manajemen kinerja merupakan suatu pendekatan untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan target yang akan dicapai melalui kerja tim. Tim yang memiliki kinerja baik, maka anggotanya akan menetapkan standar kualitas target, mencapai target, memahami perbedaan, saling menghormati, berimbang dalam peran, berorientasi pada klien, mengevaluasi kinerja, dan bekerja sama. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon dalam Widodo, (2007:260) yang mengatakan bahwa : “Kelompok kerja berprestasi tinggi memiliki pemimpin yang berhasil membina serta memelihara semangat dan motivasi bawahan guna mencapai tingkat produktivitas yang dipandang perlu oleh organisasi agar kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi”.

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada keyakinan mereka terhadap kepemimpinan, sasaran, dan pekerjaan mereka sendiri. Cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan keyakinan pegawai, baik individu maupun kelompok adalah dengan menunjukkan tindakan dan perkataan informal bahwa pimpinan mempercayai mereka.

2.1.3.2 Penilaian Kinerja Pegawai

Secara garis besar kinerja pegawai dapat diukur dengan cara melihat sejauh mana karyawan dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya, artinya bahwa pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan rangkaian

(21)

tugas dan tanggung jawabnya. Kinerja karyawan dapat diukur sehingga hasil pengukuran tesebut dapat memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi para pimpinan dalam mengambil keputusan.

Menurut Faustino Cardoso Gomes (2003:142), untuk menentukan keterkaitan kinerja tersebut berjalan baik atau buruk, dapat dilihat melalui indikator-indikator berikut ini :

1) Kuantitas Kerja, pencapaian target yang sesuai dengan batas waktu pekerjaan, jika dinilai baik maka pekerjaan terselesaikan sesuai dengan batas pengerjaan

2) Kualitas Kerja, dimana hasil pekerjaan sesuai dengan standar pekerjaan yang telah ditetapkan

3) Pengetahuan Kerja, bila kinerjanya sesuai maka pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan bidang spesialisasi yang dimilikinya.

4) Kreativitas, dimana karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi adalah karyawan yang memiliki kreativitas atau memiliki terobosan baru untuk kemajuan perusahaan

5) Kemandirian, mampu bergerak sendiri tanpa perlu ditegur orang lain, dan bila mempunyai suatu kesulitan cenderung mencari jalan keluar.

6) Kerja sama, ini merupakan hal yang paling penting dalam suatu kinerja, jika kerja sama tidak terbentuk maka perusahaan akan mengalami kerisis kepercayaan dan konflik

7) Inisiatif, karyawan yang memiliki kinerja yang bagus adalah karyawan yang memiliki inisiatif yang tinggi untuk bekerja, jika dia menganggur

(22)

karyawan tersebut cenderung mencari pekerjaan apa lagi yang bisa ia lakukan, dan tidak membiarkan waktu terbuang percuma.

8) Kualitas personal, karyawan yang bagus kinerjanya adalah karyawan yang mempunyai kualitas kemampuan yang melebihi dan meluas, agar bisa saling menegur dan memberikan tambahan kepada karyawan yang sedikit mempunyai kekurangan.

Penilaian kinerja di lingkungan pegawai negeri sipil (PNS) dikenal dengan sebutan penilaian pelaksanaan pekerjaan (Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979). Penilaian kinerja tersebut dilaksanakan menggunakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3), dengan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, meliputi :

1. Kesetiaan

Yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah. Unsur kesetiaan terdiri atas sub-sub unsur penilaian sebagai berikut:

1) Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan, sikap, tingkah laku, dan perbuatan;

2) Menjunjung tinggi kehormatan Negara dan atau Pemerintah, serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, atau golongan;

3) Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelaiari haluan Negara,

(23)

politik Pemerintah, dan rencana-renca Pemerintah dengan tujuan untuk melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna;

4) Tidak menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak pernah terlibat dalam gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang Pancasila Undang-Undang Dasar 1945, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau Pemerintah;

5) Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan tindakan yang dapat dinilai bertujuan mengubah atau menentang Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.

2. Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksana tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan PNS yang bersangkutan Unsur prestasi kerja terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1) Mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya;

2) Mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya;

3) Mempunyai pengalaman di bidang tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya;

4) Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan tugasnya;

(24)

6) Melaksanakan tugas secara berdayaguna dan berhasilguna;

7) Hasil kerjanya melebihi hasil kerja rata-rata yang ditentukan, baik dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah.

3. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. Unsur tanggung jawab terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1) Selalu menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya dan tepat pada waktunya;

2) Selalu berada di tempat tugasnya dalam segala keadaan;

3) Selalu mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri, orang lain, atau golongan;

4) Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain;

5) Berani memikul risiko dari keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukannya;

6) Selalu menyimpan dan atau memelihara dengan sebaik-baiknya barang-barang milik Negara yang dipercayakan kepadanya.

(25)

4. Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. Unsur ketaatan terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1) Menaati peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang berlaku

2) Menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang dengan sebaik-baiknya;

3) Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya;

4) Bersikap sopan santun 5. Kejujuran

Kejujuran pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran, adalah ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Unsur kejujuran terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1) Melaksanakan tugas dengan ikhlas; 2) Tidak menyalahgunakan wewenangnya;

3) Melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan yang sebenarnya

(26)

6. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Unsur kerjasama terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1) Mengetahui bidang tugas orang lain yang ada hubungannya dengan bidang tugasnya;

2) Menghargai pendapat orang lain;

3) Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, apabila yakin bahwa pendapat orang lain itu benar;

4) Bersedia mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang lain;

5) Selalu mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu dan bidang tugas yang ditentukan;

6) Selalu bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun tidak sependapat.

7. Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan. Unsur prakarsa terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

(27)

1) Tanpa menunggu petunjuk atau perintah dari atasan, mengambil keputusan atau melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya, tetapi tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum pimpinan

2) Berusaha mencari tatacara yang baru dalam mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar besarnya

3) Berusaha memberikan saran yang dipandangnya baik dan berguna kepada atasan, baik diminta atau tidak diminta mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas.

8. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Unsur kepemimpinan terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1) Menguasai bidang tugasnya;

2) Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;

3) Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain; 4) Mampu menentukan prioritas dengan tepat

5) Bertindak tegas dan tidak memihak; 6) Memberikan teladan baik;

7) Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama; 8) Mengetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan;

9) Berusaha menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam melaksanakan tugas;

(28)

10) Memperhatikan dan mendorong kemajuan bawahan: 11) Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan.

2.1.4 Pengaruh Modernisasi administrasi perpajakan terhadap kinerja pegawai pajak

Konsep umum perpajakan modernisasi administrasi perpajakan adalah restruksi organisasi, penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, dan penyempurnaan manajemen SDM. Konsep ini disesuiakan dengan iklim, kondisi, dan sumber daya yang ada di Indonesia.

Liberti Pandiangan (2007:7), menyebutkan bahwa :

“Tujuan administrasi perpajakan modernisasi merupakan perbaikan untuk memperbaiki sistem yang sudah ada dengan tujuan agar tercapainya tingkat kepatuhan wajib pajak, tingkat kepercayan wajib pajak, serta tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan produktivitas pegawai, meningkatkan”

2.2. Kerangka pemikiran

Modernisasi sistem perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Good Governance, merupakan penerapan sistem admnistrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Selain itu untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Pengelolaan pajak mengalami perubahan besar yang terus dikembangkan ke arah

(29)

modernisasi. Dengan demikian optimalisasi penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien.(Siti Kurnia Rahayu,109)

Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program ) atau reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut Modernisasi. Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Jika program modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner.

Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi adminsitrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:  Struktur Organisasi  Prosedur Organisasi  Strategi Organisasi  Budaya Organisasi (www.reform.depkeu.go.id)

(30)

Pada penelitian ini peneliti akan mencoba menguji pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap kinerja pegawai pajak, meliputi :

 Kesetiaan  Prestasi Kerja  Tanggungjawab  Ketaatan  Kejujuran  Kerjasama  Prakarsa  Kepemimpinan

(31)

Adapun bagan kerangka pemikiran sebagai gambaran yang melandasi penelitian yang penulis lakukan, seperti yang tampil pada :

Peneliti terdahulu mengenai Modernisasi administrasi perpajakan dapat di Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Sistem Perpajakan

Penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan (X) Indikator : - Struktur Organisasi - Prosedur Organisasi - Strategi Organisasi - Budaya Organisasi (

Kinerja pegawai pajak (Y) Indikator : 1. Kesetiaan 2. Prestasi Kerja 3. Tanggungjawab 4. Ketaatan 5. Kejujuran 6. Kerjasama 7. Prakarsa 8. Kepemimpinan

(32)

lihat dalam tabel 2.2 dibawah ini :

Tabel 2.2

Tabel Peneliti Terdahulu

No Judul/jurnal Peneliti Perbedaan Persamaan 1 Pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap pencapaian akuntabilitas pada KPP modern Diana Sari (2010) -Tempat Penelitian -Tahun Penelitian -Subjek Penelitian Variabel yang ditelitiadalah Tentang Modernisasi administrasi perpajakan 2 Analisis atas penerapan modernisasi administrasi perpajakan dan implikasinya terhadap kinerja Account Representative Ros Priska (2009) -Tempat Penelitian -Tahun Penelitian -Subjek Penelitian

Variabel yang diteliti adalah tentang Tentang Modernisasi 3 Pengaruh profesionalisme pemeriksaan pajak,kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan Ahyar Yuniawan (2010) -Tempat Penelitian -Tahun Penelitian -SubjekPenelitian

Variabel yang diteliti adalah tentang Tentang kinerja petugas/ pegawai

(33)

2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :

“Modernisasi Administrasi Perpajakan Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Pegawai Pajak”

Modernisasi Administrasi Perpajakan sebagai variabel independen (X) sedangkan kinerja pegawai pajak merupakan variabel dependen (Y) yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel independen. Adapun hipotesis yang diajukan adalah :

H : “Modernisasi Administrasi Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pajak”

Dari uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai pajak. dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “jika Modernisasi Administrasi Perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai pajak.”

Berdasarkan hal tersebut maka variabel-variabel yang akan peneliti bahas adalah pengaruh penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai pajak. Model penelitian dapat terlihat pada:

Gambar 2.3 Model Penelitian Modernisasi

administrasi perpajakan (X)

Kinerja pegawai Pajak (Y)

Gambar

Gambar 2.3  Model Penelitian Modernisasi

Referensi

Dokumen terkait

2.3.1 Pengaruh Penerbitan Surat Teguran Terhadap Penerimaan Pajak Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sesuai dengan Pasal 1 angka 10 (UU

Untuk menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya pemimpin kelompok adalah seorang yang:.. 23 1) mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika

Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Suandy, 2011). Menurut

Direktorat Jendral Pajak selaku badan yang mengelola perpajakan Indonesia menyelenggarakan program Sensus Pajak Nasional (SPN) yang merupakan proses

a) Menerbitkan nomor pokok wajib pajak dan / atau mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan. b) Hak menerbitkan NPWP dan / atau meneguhkan pengusaha kena pajak ini

Penggunaan teknologi informasi dalam e-government dapat meningkatkan dalam tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan dapat memberikan pelayanan publik yang

Hasil penelitiannya adalah kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

Galih Santika B (2006: 26) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik adalah organisasi yang menyediakan jasa-jasa audit untuk menentukan apakah perusahaan atau organisasi