• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Massa

Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa. Komunikasi massa adalah kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak dan tidak dikenal (anonim) selain itu sifat dari massa yang heterogen dalam latar belakang ekonomi, budaya dan pendidikan. Menurut Tan dan Wright, dalam Liliweri 1991, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.1

Secara umum, komunikasi massa diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pesan-pesan dari komunikator kepada komunikan (khalayak) yang lebih besar, luas dan tersebar, dengan menggunakan media, baik cetak maupun elektronik. Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.

Salah satu definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1999) yang menyabutkan, “Mass Communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people

1 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005, hal. 3

9

(2)

(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)”.2 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun pesan yang terkandung dalam proses komunikasi disampaikan kepada khalayak banyak, seperti pada rapat akbar di sebuah ruangan atau lapangan tertentu yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa yakni radio dan televisi, yang disebut sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; dan media film.

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Terdapat lima ciri dari komunikasi massa, yaitu :3 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Tidak seperti komunikasi antarpersonal yang berlangsung dua arah.

Komunikator pada komunikasi massa menyampaikan pesan secara satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) biasanya berlangsung secara tertunda.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni institusi atau organisasi. Komunikator dalam komunikasi massa

2 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 188

3 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005, hal. 7-12

(3)

disebut komunikator kolektif karena pesan yang dihasilkan merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat kerja.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarluaskan pada komunikasi massa ditujukan untuk umum dan mengenai kepentingan umum pula, jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau pada sekelompok orang tertentu.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (stimultanaeity) pada pihak khalayak yang menonton televisi, khalayak secara serentak dan sesaat menerima pesan yang diberikan oleh media massa tersebut.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Khalayak ini dalam keberadaannya terpencar-pencar, tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi dan masing-masing berbeda dalam berbagai hal yakni jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

6. Stimulasi Alat Indera Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat ditanggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpesona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan

(4)

secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Pada komunikasi massa simulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

7. Umpan Balik Tertunda

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun.

Efektifitas seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona.

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa dapat dibagi menjadi lima, yaitu:4 a. Pengawasan (surveillance)

Fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)

Pengawasan jenis ini terjadi jika media massa menyampaikan informasi kepada kita mengenai bencana alam, krisis ekonomi, ancaman bagi negara dan sebagainya.

4Ibid, hal. 15

(5)

2) Pengawasan instrumental (instrumental surveillance)

Pengawasan jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Contohnya berita tentang film-film di bioskop, harga kebutuhan pokok dan sebagainya.

b.Interpretasi (interpretation)

Fungsi ini erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya seperti komentar radio atau siaran televisi, rencana surat kabar dan sebagainya.

c. Hubungan (linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan.

d. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

(6)

e. Hiburan

Tampak jelas pada televisi, film dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah memiliki rubrik hiburan seperti cerita pendek, cerita panjang dan cerita bergambar.

2.2 Teori Stimulus-Respons

Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi bagi stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah: (a) pesan (stimulus); (b) seorang penerima/receiver (organisme); dan (c) efek (respons).5

Gambar Teori Stimulus-Respons6 STIMULUS

RESPON

Teori stimulus-respons juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai

5 Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, hal. 5.15

6 Morissan, Media Penyiaran Strategi Pengelola Radio dan Televisi, Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005, hal. 13

MEDIA MASSA

PUBLIK

(7)

bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.

Kelemahan teori stimulus-respons adalah penyamarataan individu.

Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi bagi teori stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan- pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.

2.3 Efek Komunikasi Massa

Umumnya khalayak lebih tertarik bukan kepada apa yang mereka lakukan pada media, tetapi yang di lakukan media kepada mereka. Khalayak ingin tahu bukan untuk apa mereka membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakan perilaku mereka. Hal inilah yang disebut sebagai efek atau efek komunikasi. Efek komunikasi itu sendiri di bagi menjadi tiga yaitu kognitif, afektif, dan behavioral.

2.3.1 Efek Kognitif

Suatu hari anda berjumpa dengan seekor (atau seorang) makhluk aneh di atas meja anda. Anda tidak pernah mengenal makhluk itu sebelumnya, dalam

(8)

dunia nyata, dalam buku atau pada cerita-cerita yang pernah anda dengar.

Makhluk itu betul-betul asing. Ia memandang anda dengan tatapan yang tidak berkedip. Apa yang akan anda lakukan? Anda akan kebingungan; Anda tidak tahu harus di apakan makhluk itu. Anda mungkin mengambilnya, tetapi anda ragu jagan-jangan ia berbisa. Anda mungkin membentuknya, tetapi siapa tahu ia meloncat dan hinggap di hidung anda. Makhluk itu tidak ada dalam organisasi kognitif anda. Anda tidak memiliki informasi apapun tentang dirinya.

Wilbur Schramm (1977:13) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu ‘yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternative dalam situasi’. Misalkan, seorang insinyur genetic datang dan memberitahukan bahwa makhluk itu adalah “chamera”, hasil perkawinan gen manusia dengan gen monyet. Ketidakpastian anda berkurang, alternative tindakan yang harus anda lakukan juga berkurang. Bila setelah anda tanyakan makhluk itu ternyata jinak dan cerdas, maka makin sedikit alternatif tindakan anda. Sekarang realitas di depan anda bukan lagi realitas tak berstruktur. Informasi yang anda peroleh telah menstruktur atau mengorganisasikan realitas. Realitas itu tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Gambaran tersebut lazim disebut citra (image), yang menurut Roberts (1977) ”representing the totality of all information about the world any stored” (menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan dan disimpan individu). Citra adalah peta anda tentang dunia. Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Walter Lippman (1965)

(9)

menyebutnya ”pictures in our head”. Sekarang, citra Jerman berubah bagi orang Perancis, mereka musuh orang Perancis. Tetapi enam minggu mereka telah bersahabat dengan musuh.

2.3.2 Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif,maksudnya yaitu setelah pesan diterima oleh khalayak dan mempengaruhi pengetahuan (kognitif) mereka,maka kemudian timbul efek perasaan,nilai-nilai atau sikap pada khalayak.

Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Mungkin kita juga pernah atau mengalami perasaan sedih dan menangis ketika menyaksikan adegan yang mengharukan dalam sinetron televisi atau dalam film.

Suasana emosional seperti gembira, sedih atau takut sebagai akibat dari menonton atau membaca media massa sangat sulit untuk di teliti. Emosi tidak dapat diukur dengan air mata penonton. Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan tertawa keras ketika menyaksikan adegan lucu. Tetapi para peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang memengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain:7

1. Suasana Emosional

7 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal. 55

(10)

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita bagi sebuah film, sinetron televisi atau sebuah novel akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adegan- adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila menontonnya dalam keadaan senang.

2. Skema Kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film laga, “sang jagoan” pada akhirnya akan menang. Karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang. Kita menduga pasti akan ada pertolongan juga.

3. Suasana Terpaan

Dewasa ini penayangan film dan sinetron hantu, jin, setan atau film-film yang bertema misteri makin marak di televisi. Hal itu membuat kita berpikir bahwa kehidupan makhluk itu adalah sebagaimana yang kita lihat dalam film atau sinetron tersebut. Kita akan merasa takut atau ketakutan ketika menyaksikan film horor jika kita menontonnya sendirian di rumah tua. Apalagi jika saat hujan lebat yang diiringi suara petir dan sebagainya.

(11)

4. Predisposisi Individual

Mengacu kepada karakteristik khas individu. Orang yang melankolis cenderung menanggapi tragedi lebih emosional dari pada orang yang periang. Orang yang mempunyai sifat sensitif akan sulit untuk diajak bercanda. Orang yang periang dan mempunyai sifat terbuka akan senang bila melihat adegan-adegan lucu atau film-film komedi dari pada orang yang melankolis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa acara yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda.

5. Faktor Identifikasi

Menunjukkan sejauhmana orang merasa dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca atau pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.

2.4 Media Massa

Dalam hal ini media massa membutuhkan massa untuk menyampaikan informasi dan massa memerlukan media massa sebagai salah satu sumber informasi. Sehingga antara media massa dan massa itu sendiri saling membutuhkan satu sama lainnya. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh media massa tersebut, akan terbentuk sebuah opini massa atas topik atau issue yang disampaikan oleh media massa tersebut.

(12)

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias dan tidak cermat. Oleh karena itu muncullah apa yang disebut Stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan sering kali timpang dan tidak benar.8 Media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh bagi apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.9 Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern. Karena mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa, dimana pada saat yang sama pula, mereka sukar untuk mengecek kebenaran yang disajikan media.10 Fungsi-fungsi media massa :

1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.

2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.

3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.

4. Fungsi hiburan (entertainment) yang berfungsi sebagai penghibur khalayak.

8 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 225

9 Ibid, hal. 200

10 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, hal. 53

(13)

Media dalam proses komunikasi massa nampaknya memiliki peranan yang besar bagi kehidupan manusia. Radio, televisi, surat kabar, film merupakan media komunikasi yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Peran media massa terasa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern, perolehan informasi dan hiburan didapatkan melalui media massa.

Media massa sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat mempunyai peranan yaitu11:

1. Media berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan. Bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol.

Melainkan juga dalam pengertian pengenbangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

2. Media telah menjadi sumber dominant bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial. Melainkan juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai- nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

3. Media merupakan lokasi yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa kehidupan masyarakat, baik nasional maupun internasioanl.

11 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 1996, hal. 3.

(14)

2.5 Televisi

Sebagai media massa yang muncul belakangan, televisi baru berperan selama tiga puluh tahun, televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan teknologi, telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan yang tidak bergerak) dan rekaman suara. Televisi merupakan system yang dirancang terutama untuk kepentingan transmisi dan penerimaan yang merupakan proses abstrak, yang batasan isinya sangat terbatas atau bahkan sama sekali tidak ada. Televisi pada mulanya lebih dipandang serius atau suatu yang memberikan sumbangan bagi kehidupan sosial. Televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya.12

Salah satu media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah televisi.

Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat diikuti secara audio dan visual (suara dan gambar) secara bersamaan oleh lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat membuat kagum dan memukau penontonnya, tetapi sebaliknya, siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas penonton. Suatu program acara mungkin disukai oleh kelompok masyarakat terdidik, namun program acara itu akan ditinggalkan masyarakat lainnya. Sifat dari media televisi antara lain :13

1. Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran

2. Dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali 3. Daya rangsang sangat tinggi

4. Elektris

12 Ibid, hal 15

13 Morissan, Media Penyiaran Strategi Pengelola Radio dan Televisi, Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005, hal. 9

(15)

5. Sangat Mahal 6. Daya jangkau besar

2.6 Program Televisi

Stasuin televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memilki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.

Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program informasi (berita) dan, 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik permainan (game show) dan pertunjukan.

Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya. Menurut Vane-Gross the programmers must select the appeal through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audien). Selain pembagian jenis program

(16)

berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat factual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita, documenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.14

2.6.1 Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game).

1. Drama adalah adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

2. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan.

3. Film, televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud dengan film adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan- perusahaan film.

14 Ibid, hal. 100

(17)

4. Program musik dapat ditampilkan dua format yaitu videoklip atau konser.

Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Tayangan Hot Hits Ten termasuk ke dalam kategori genre musik.

5. Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu, menjawab pertanyaan dan/atau memenangkan suatu bentuk permainan.15

2.7 Program Musik

2.7.1 Pengertian Program Musik

Musik adalah suatu rangkaian dari gelombang suara. Mendengarkan musik adalah suatu pengalaman psikomatis yang berarti mempromosikan keselarasan dan kedamaian, mempertahankan suatu kekuatan untuk penentraman hati dan kepuasan batin yang berasal jauh dari dalam jiwa manusia.16 Musik yakni terdiri dari substansi-substansi yang boleh dikata samar, ia tidak cepat masuk kekesadaran kita seperti kata-kata dan kalimat-kalimat yang menurut sifat-sifatnya lebih mudah untuk roh kita, oleh sebab menghidupkan lebih banyak asosiasi- asosiasi, penggambaran dan pikiran-pikiran.17

Program musik dapat ditampilkan dua format yaitu videoklip atau konser.

Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (uotdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan

15 Ibid, hal. 102-107

16 Marsa Tambunan, Sejarah Musik dalam Ilustrasi, Progres, Jakarta, 2004, hal. 13-15

17 Wouter Paap, Manusia dan Musik, Balai Pustaka, Jakarta, 1953, hal. 44

(18)

kemampuan artis menarik audien. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.18 Tidak saja dari kualitas namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.

MenurutVane-Gross: The programmer who wish to present music shows would do well to be cautious. They should select an artist with wide demographic appeal, supply as much visual support as possible, and not let a sequence go too long. (Programer yang ingin menyajikan pertunjukan musik haruslah cermat.

Mereka harus memilih artis yang memiliki daya tarik demografis yang luas, menyajikan sebanyak mungkin dukungan visual dan tidak membiarkan satu gambar ditampilkan terlalu lama).

Dengan demikian menurut Vane-Gross, programmer yang ingin menyajikan acara musik harus mempertimbangkan beberapa hal agar acara itu bisa mendapatkan sebanyak mungkin audien yaitu :

1. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar, misalnya artis yang memiliki banyak penggemar pria atau artis banyak digandrungi para wanita, kelompok remaja (ABG), kalangan orang tua.

2. Pengambilan gambar yang menarik secara visual. Televisi harus menampilkan sebanyak mungkin gambar pendukung dan tidak membiarkan suatu pengambilan gambar (sekuen) yang terlalu lama.

Mengambil gambar artis yang tengah menyanyi tidak sama dengan

18 Morissan, Media Penyiaran Strategi Pengelola Radio dan Televisi, Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005, hal. 105.

(19)

mewawancarai si artis. Dalam shooting musik maka gambar harus berganti-ganti secara dinamis.

2.8 Khalayak

Khalayak adalah individu, kelompok, atau massa yang mengkonsumsi informasi melalui media massa. Khalayak terbagi atas khalayak aktif dan khalayak pasif. Aktif, bila khalayak mampu memfilter isi dari suatu program, sedangkan pasif bila khalayak hanya menerima isi tayangan tersebut tanpa memfilter, sehingga hasilnya (efek) akan bervariasi. Istilah massa mencakup beberapa unsur khalayak televisi dan radio. Massa sering kali sangat besar, lebih besar dari kebanyakan kelompok, kerumunan atau publik. Para anggotanya tersebar luas dan biasanya tidak saling mengenal satu sama lainnya, termasuk orang yang menyebabkan lahirnya khalayak itu.

Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bergerak untuk dirinya sendiri, tetapi di setir untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya heterogen dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan social dan kelompok demokratis. Meskipun demikian, dalam menentukan suatu objek perhatian tertentu mereka bersikap sama dan membuat sesuai yang memanipulasi mereka.19

Khalayak media massa bukanlah satu-satunya formasi social yang dapat digambarkan dengan cara tersebut diatas, kerana kita “massa” kadang kala dipakai

19 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 1996, hal. 33

(20)

untuk menyebutkan para konsumen di pasar missal atau sejumlah besar pemilih (massa pemberi suara). Kumpulan manusia semacam itu seringkali ada hubungannya dengan pengertian khalayak. Media massa digunakan untuk mengarahkan atau mengendalikan “perilaku konsumen” dan perilaku politik sejumlah besar pemilih. Pengembangan konsep “massa” mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan “masyarakat massa” (the mass society).

2.8.1 Khalayak Remaja

Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun.20

Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang bulan) yang pertama. Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa disadarinya mengeluarkan sperma. Biasanya pada gadis perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun dibandingkan dengan perkembangan biologis seorang pemuda karena gadis lebih dahulu mengawali remaja yang akan berakhir

20 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, hal. 14

(21)

pada sekitar usia 19 tahun, sedangkan pemuda baru mengakhiri masa remajanya pada sekitar usia 21 tahun.21

21 Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 64

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini adalah bertujuan untuk mengenalpasti satu garis panduan keselamatan dan kesihatan di tapak bina bagi kontraktor binaan dan mengenalpasti persepsi.. penggunaan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Pada penelitian ini digunakan jamur tanduk untuk mencari kandungan senyawa kimia yang terlarut dalam pelarut isopropanol.. BAHAN

Hasil penelitian menunjukkan penambahan gluthatione 3 mM dalam media kultur embrio kerbau secara in vitro menghasilkan persentase perkembangan embrio sampai tahap

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pengalaman usaha dan pendapatan UMKM berpengaruh signifikan pada kolektibilitas kredit. Hasil tersebut mampu memberikan

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan pembelajaran PKn. Melalui kegiatan evaluasi pembelajaran guru tidak hanya dituntut melakukan

Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam genetika adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu berkas kromosom yang sama (kromatid)