• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Control and Network Systems

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal of Control and Network Systems"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS UNJUK KERJA WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM PADA JARINGAN BERBASIS MIKROTIK

Imam Fauzi 1) Jusak 2) Johan Pamungkas 3) Program Studi/Jurusan Sistem Komputer

STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298

Email : 1)[email protected], 2)[email protected] 3)[email protected]

Abstract: Wireless distribution system (WDS) is a system to expand the wireless network and MAC address as destination addressess. Some documents have discussed WDS technology which one of it says that there is decline in throughput almost half a percent.

In this paper, we examine how far the WDS impacts on packet loss and delay that occur when using different topologies in the network based Mikrotik. In the test, we first determined the topology and the location of the router and then we configured WDS route with registering the path between the router's MAC address. Secondly, we delivered streaming videos from server to the client and run the network monitoring software to record the network activity. Thirdly, we analyzed the delay, throughput, and packet loss as a result of the monitoring network.

Based on the research examination, it is shown that there is no significant difference between the topology scheme 1 and the topology scheme 2. The performance of the router Master, router 1 and router 2 between topology 1 and topology 2, using the testing parameters: delay, throughput, and packet loss are the same. This is mainly because both of topologies have the same number of hops. On the other hand, there are significant difference in term of delay, throughput and packet loss for router 3 and router 4 both topologies.

This is due to that the Master router to router 3 and the router 4 in the topology 2 has more hops than topology 1.

Keyword : Wireless Distribution System, Quality of Service, Bridging, Repeater, Topology Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam

mengakses jaringan dari pada menggunakan kabel. Ketika menggunakan Wi-Fi, pengguna dapat berpindah pindah tempat. Meskipun demikian, Wi-Fi mempunyai batas área jangkauan yang dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frakuensi, kekuatan pancar antena pemancar dan penghalang. Agar jangkauan frekuensi dapat lebih luas, ada beberapa cara yang dapat digunakan salah satunya dengan menggunakan repeater. Repeater adalah perangkat yang digunakan untuk meneruskan sinyal Wi-Fi dari akses poin utama agar jangkauan Wi-Fi lebih luas. Mode repeater mempunyai beberapa jenis metode seperti wireless distribution system (WDS). WDS merupakan sistem untuk mengembangkan jaringan internet nirkabel tanpa menggunakan kabel sebagai backbone sebagai access point (AP) melainkan memanfaatkan jalur nirkabel dari AP tersebut (Wijaya, 2014).

Kekurangan dari WDS adalah terjadi penurunan maksimum throughput efektif dari perangkat AP karena jalur transmisi nirkabel terbagi menjadi dua yaitu untuk akses klien dan untuk link antar AP (Putra, 2011).

Beberapa paper telah membahas implementasi wireless distribution system, seperti paper berjudul “Analisis Kinerja Implementasi Wireless Distribution System pada Perangkat Access Point 802.11 G Menggunakan OpenWRT”, mengatakan bahwa unjuk kerja dari pengujian mengguankan 1 klien pada mode WDS dan tanpa mode WDS diketahui bahwa terjadi penurunan sebesar 40,3%

(Putra, 2011).

Pada tugas akhir ini akan diteliti bagaimana unjuk kerja perluasan jaringan dengan menggunakan WDS repeater. Penelitian ini dilatar belakangi karena penelitian sebelumnya melakukan pengujian penurunan kapasitas kanal pada jaringan dengan menggunakan WDS yang mencapai 40.3% yang diimplementasikan pada JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 107-118

Journal of Control and Network Systems

Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone

(2)

OpenWRT. Penurunan kapasitas kanal tersebut akan dianalisis sejauh mana dampaknya terhadap packet loss dan delay yang terjadi jika menggunakan topologi yang berbeda pada jaringan berbasis Mikrotik.

Berdasarkan uraian diatas dalam tugas akir ini akan dikaji tentang bagaimana analisis unjuk kerja WDS pada jaringan berbasis Mikrotik.

Sehingga dari penelitian ini membahas bagaimana menganalisis seberapa baik kinerja jaringan pada mode WDS untuk transmisi data streaming dengan topologi yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan Data dan Parameter Penelitian Dalam tahap ini akan dilakukan pengumpulan data yang akan digunakan untuk melakukan pengujian. Terdapat beberapa data video yang akan digunakan dalam pengujian sistem. Data - data tersebut didapatkan pada saat pencarian di internet kemudian di-download. Ada 3 jenis video dengan ukuran yang berbeda – beda antara lain 107,37 MB, 72,967 MB dan 59,776 MB. Sedangkan bandwidth yang dipakai adalah 2 MB, 1 MB dan 512 MB besaran bandwidth yang berbeda – beda digunakan untuk mengetahui perbedaan atau sebagai perbandingan..

Selanjutnya adalah mencari informasi tentang Mikrotik. Informasi tentang fitur – fitur Mikrotik yang mendukung dengan penelitian ini.

Fitur yang digunakan adalah wireless, WDS dan pengaturan bandwidth. Mencari router Mikrotik yang dapat mendukung fitur tersebut. Fitur tersebut terdapat pada router RB 941 dan RB 951.

Parameter QoS yang dibutuhkan untuk penelitian antara lain latency (delay), throughput dan packet loss. Latency atau delay digunakan untuk mengukur waktu transmisi yang dibutuhkan dari sumber ke tujuan. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu. Packet loss merupakan paket data yang hilang pada saat pengiriman.

Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui kualitas unjuk kerja jaringan WDS (Langi, 2011).

Mencari informasi tentang WDS, cara kerja, dan konfigurasinya. Pada standart IEEE 802.11 terminologi dari distribution system adalah sistem yang saling terhubung dinamakan Bassic Service Set (BSS). BSS lebih baik jika dibandingkan dengan “Cell” yang dikendalikan oleh akses poin tunggal. Sehingga Distribution System menghubungkan antar cell yang bertujuan untuk membangun jaringan luas sebagai dasar pemikiran dan memungkinkan pengguna perangkat mobile dapat berpindah-pindah serta tetap terhubung ke sumber jaringan yang tersedia.

secara singkatnya dapat diartikan sebagai suatu sistem untuk menghubungkan antar AP dan

mengijinkan pengguna dapat berpindah tempat tanpa terputus.

WDS bekerja sesuai dengan standar IEEE 802.11 membutuhkan 4 alamat MAC bukan 2.

Ketika perangkat nirkabel saling terhubung ke AP maka akan selalu di arahkan ke lalulintas tersebut ke AP dengan menggunakan alamat MAC yang terdapat pada PC card pada AP sebagai alamat tujuan langsung. Alamat MAC dari stasiun akhir yang terdapat pada frame yang akan dikirimkan tramasuk dengan header frame, sehingga PC card pada AP dapat mengetahui kemana frame tersebut dikirimkan. Pada akhirnya stasiun pengirim menggunakan alamat MAC sendiri di dalam frame sebagai alamat sumber. Sehingga total mempunyai tiga alamat yang digunakan (ORINOCO Technical Bulletin, 2002)

WDS akan di konfigurasi secara Static yang artinya administrator mengkonfigurasi secara manual. Agar saling terhubung, administrator mengisi alamat MAC untuk menghubungkan antar link AP secara manual. jalur tersebut di tentukan oleh administrator. Sehingga jika ada router yang terputus maka administrator mengkonfigurasi ulang link WDS tersebut.

Ketiga video tersebut akan dikirimkan dengan bandwidth yang berbeda menggunakan aplikasi VLC yang mendukung protokol user datagram protocol (UDP) dengan port real time streaming protocol (RTSP) (berjalan pada protokol real time protocol (RTP)). Streaming menggunakan UDP dikarenakan UDP mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan TCP dengan tidak adanya acknowledgement dan sequence. Keuntungan yang paling jelas dari UDP adalah memiliki lebih sedikit byte dari yang disediakan. UDP tidak perlu menunggu acknowledgement atau menahan data di memori hingga setelah acknowledgment. Dengan demikian aplikasi UDP tidak diperlambat dengan proses acknowledgement, dan memorinya terbebas sehingga lebih cepat (Odom, 2004).

Dengan menggunakan port RTSP yang berjalan pada protokol RTP maka memungkinkan untuk mengontrol melalui data yang dikirimkan dengan real time dari sebuah IP. Termasuk seperti mengontrol pausing playback, memposisikan palyback, mempercepat atau mengembalikan playback. RTSP bukan bertipe mengirimkan media secara terus – menerus, meskipun demikian RTSP menyisipkan media streaming secara terus - menerus dengan sebisa mungkin mengendalikan streaming (Durresi, 2005).

kemudian data dikirimkan dari Server ke Client. Kemudian PC Server dan Client menjalankan aplikasi Wireshark. Wireshark akan diset untuk memonitoring paket data UDP dan hasil monitoring tersebut akan dilakukan pada

(3)

Server dan Client. Setelah itu hasil dari monitoring tersebut akan diolah untuk mendapatkan nilai dari latency (delay), throughput dan packet loss.

Desain dan Pembuatan Topologi

Analisis unjuk kerja WDS pada jaringan berbasis Mikrotik ini akan dijelaskan lebih baik melalui desain topologi yang dapat dilihat pada Gambar 1. dan pada Gambar 2 secara garis besar terdapat 5 AP Mikrotik dan terdapat 2 laptop.

Kelima AP tersebut antara lain 1 AP yang berfungsi sebagai router Master atau sebagai AP master dan empat yang lainnya sebagai WDS slave. Kedua laptop berfungsi sebagai client dan server.

Pada Gambar 1 router master berada di tengah dari keempat router yang lain. Laptop server akan terhubung dengan router Master kemudian laptop client akan terhubung di tiap – tiap router secara bergantian untuk melakukan pengujian data video streaming. Sedangkan pada Gambar 2 router Master berada di ujung topologi laptop server akan terhubung dengan router Master dan laptop client akan terhubung di tiap – tiap router secara bergantian untuk melakukan pengujian data video streaming.

Laptop Sebagai Server

Master Laptop Sebagai

Klien

Router 1

Router 4 Router 3 Router 2

Laptop Sebagai Server

Master

Laptop Sebagai Klien

Router 1

Router 4 Router 3 Router 2

Gambar 1 Topologi jaringan dengan AP Master di tengah

Gambar 2 Topologi jaringan dengan AP

Master di ujung Berikut adalah alamat IP yang digunakan untuk menghubungkan antar Router dan PC dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 IP Address pada Router Device Interface IP Address

version 4

MAC Address

Router Master

Bridge 1 10.10.10.1/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:66:30:E5

Router 1

Bridge 1 10.10.10.2/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:59:C5:D7

Router 2 Bridge 1 10.10.10.3/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:09:54:92

Router 3 Bridge 1 10.10.10.4/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:0B:C8:58

Router 4 Bridge 1 10.10.10.5/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:0E:22:F6

PC 1 ( Server )

WLAN 10.10.10.10/2 4

PC 2 ( Client )

WLAN 10.10.10.9/24 00:22:68:CB:DA:05

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini membahas mengenai hasil analisa perbandingan antara dua topologi chain dengan peletakan WDS master yang berbeda, parameter yang diukur adalah besaran bandwidth dan ukuran video yang berbeda disetiap router kemudian dianalisis berdasarkan QoS, seperti delay, throughput dan packet loss untuk mengetahui kinerja dari kedua sistem tersebut.

1. Pada Tabel 3 merupakan hasil delay dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 pada router Master dengan satuan milisecond (ms).

Tabel 3 Hasil perbandingan delay video pada router Master

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Delay

(ms)

Topologi 2 Delay

(ms)

Master

512 Kbps

107,37

MB 26,1226 26,1519 72,967

MB 26,1232 26,1380 59,776

MB 26,6851 26,8572

1 Mbps

107,37

MB 26,1236 26,1356 72,967

MB 26,1233 26,1210 59,776

MB 26,6658 26,8071

2 Mbps

107,37

MB 26,1225 26,1308 72,967

MB 26,1227 26,1112 59,776

MB 26,7038 26,8337

(4)

Rata - rata 26.31029 26.36517 Berikut adalah grafik delay pada router Master.

Gambar 4 Grafik hasil perbandingan delay streaming video

Waktu delay rata – rata pada streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada topologi 2 selisih delay rata rata adalah 0.0548 ms lebih besar dibanding topologi 1. Perbedaan ini tidak signifikan dikarenakan jarak antar PC client dengan PC server antara kedua topologi adalah satu hop. Sehingga delay dapat terlihat sama.

Pada Tabel 4 merupakan hasil troughput dari streaming video antara 2 topologi jaringan WDS dengan satuan kilobits per second (kbps)

Tabel 4 Hasil perbandingan throughput video pada router Master

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Troughput (Kbps)

Topologi 2 Troughput (Kbps)

Master

512 Kbps

107,37

MB 450 453

72,967

MB 447 451

59,776

MB 456 457

1 Mbps

107,37

MB 880 883

72,967

MB 875 868

59,776

MB 855 895

2 Mbps

107,37

MB 1777 1717

72,967

MB 1794 1768

59,776

MB 1763 1735

Berikut adalah grafik throughput pada router Master.

Gambar 5 Grafik hasil perbandingan throughput streaming video.

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps pada topologi 1 sebesar 88.09% dan pada topologi 2 sebesar 88.61%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 87% dan pada topologi 2 sebesar 88.20%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 88.9% dan pada topologi 2 sebesar 87%.

Sehingga penurunan rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1 sebesar 88.% dan pada topologi 2 sebesar 87.94%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth kedua topologi sebesar 0.06%.

Perbedaan ini belum signifikan dan terlihat sama.

Pada Tabel 5 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 dalam hitungan persen.

Tabel 5 Hasil perbandingan packet loss video straming

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Packet loss (%)

Topologi 2 Packet loss (%)

Master

512 Kbps

107,37

MB 4.5287 4.3948 72,967

MB 3.4953 3.4928 59,776

MB 2.6983 2.8593

1 Mbps

107,37

MB 3.7297 4.0238 72,967

MB 2.8279 3.1938 59,776

MB 1.8893 2.0385

2 Mbps

107,37

MB 3.5871 3.5643 72,967

MB 2.2038 2.0858

(5)

59,776

MB 1.4843 1.3568 Rata - rata 2.938267 3.0011 Berikut adalah grafik packet loss pada router Master.

Gambar 6 Grafik hasil perbandingan packet loss video streaming.

Packet loss pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat selisih packet loss sebesar 0,0628 %, topologi 1 mempunyai packet loss lebih besar daripada topologi 2. Perbedaan tersebut belum terlihat signifikan karena jumlah hop antara PC client dengan PC server pada kedua topologi adalah sama.

2. Pada Tabel 3 merupakan hasil delay dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 pada router 1 dengan satuan milisecond (ms).

Tabel 6 Hasil perbandingan delay video pada router 1.

Router Bandwidth Ukuran video

Topolog i 1 Delay

(ms)

Topologi 2 Delay

(ms)

Router 1

512 Kbps

107,37

MB 84.2210 85.2532 72,967

MB 90.6372 91.6812 59,776

MB 86.9102 88.4972

1 Mbps

107,37

MB 94.0982 92.9325 72,967

MB 90.3748 87.7925 59,776

MB 97.9124 89.1456

2 Mbps

107,37

MB 87.7756 96.4775 72,967

MB 88.7756 89.8773 59,776 94.3457 94.9187

MB

Rata - rata 90.5612 90.7306 Berikut adalah grafik delay pada router 1.

Gambar 7 Grafik hasil perbandingan delay streaming video.

Waktu delay rata – rata pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada topologi 2 selisih nilai delay rata rata adalah 0.1694 ms lebih besar dibanding topologi 1. Perbedaan ini tidak signifikan dikarenakan jarak antar PC client dengan PC server antara kedua topologi adalah dua hop.

Sehingga delay dapat terlihat sama.

Pada Tabel 7 merupakan hasil troughput dari streaming video antara 2 topologi jaringan WDS dengan satuan kilobits per second (kbps).

Tabel 7 Hasil perbandingan throughput video pada router 1

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Troughput (Kbps)

Topologi 2 Troughput (Kbps)

Router 1

512 Kbps

107,37

MB 437 430

72,967

MB 420 443

59,776

MB 449 419

1 Mbps

107,37

MB 816 812

72,967

MB 814 828

59,776

MB 800 807

2 Mbps

107,37

MB 1587 1618

72,967

MB 1642 1522

59,776 1563 1540

(6)

MB

. Berikut adalah grafik throughput pada router 1.

Gambar 8 Grafik hasil perbandingan throughput streaming video.

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps pada topologi 1 sebesar 85.03% dan pada topologi 2 nilai sebesar 84.11%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 81%

dan pada topologi 2 sebesar 81.57%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 79.87% dan pada topologi 2 78%. Sehingga rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1 sebesar 81.96% dan pada topologi 2 sebesar 81.23%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 0.737%.

Perbedaan ini belum signifikan dan terlihat sama.

Pada Tabel 8 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 dalam hitungan persen.

Tabel 8 Hasil perbandingan packet loss video straming.

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Packet loss (%)

Topologi 2 Packet loss (%)

Router 1

512 Kbps

107,37

MB 7.3082 7.5439 72,967

MB 5.4639 5.0273 59,776

MB 3.4677 3.2378

1 Mbps

107,37

MB 6.8369 7.3839 72,967

MB 4.6397 4.7273 59,776

MB 2.8437 2.9756 2 Mbps 107,37 6.3744 6.3586

MB 72,967

MB 4.3984 4.6729 59,776

MB 2.0386 2.4768 Rata - rata 4.8191 4.9338 Berikut adalah grafik packet loss pada router 1.

Gambar 9 Grafik hasil perbandingan packet loss video streaming.

Packet loss pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat selisih packet loss sebesar 0.1147 %, topologi 1 mempunyai packet loss lebih besar daripada topologi 2. Perbedaan tersebut terlihat signifikan karena letak router yang berbeda sehingga terjadi perbedaan gangguan. Lingkungan sekitar mempengaruhi kinerja WDS.

3. Pada Tabel 9 merupakan hasil delay dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 pada router 2 dengan satuan milisecond (ms).

Tabel 9 Hasil perbandingan delay video straming.

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Delay

(ms)

Topologi 2 Delay

(ms)

Router 2

512 Kbps

107,37

MB 188.1209 184.2958 72,967

MB 197.2558 190.1826 59,776

MB 189.2356 185.2593

1 Mbps

107,37

MB 189.4728 196.2556 72,967

MB 193.6839 190.2574 59,776

MB 192.8496 192.7384

(7)

2 Mbps

107,37

MB 185.8507 198.3289 72,967

MB 193.5285 193.7933 59,776

MB 190.9286 192.6192 Rata - rata 191.2140 191.5256 Berikut adalah grafik delay pada router 2.

Gambar 10 Grafik hasil perbandingan delay streaming video.

Waktu delay rata – rata pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada topologi 2 selisih nilai delay rata – rata adalah 0.3116 ms lebih besar disbanding topologi 1. Perbedaan ini tidak signifikan dikarenakan jarak antar PC client dengan PC server antara kedua topologi adalah tiga hop.

Pada Tabel 10 merupakan hasil troughput dari streaming video antara 2 topologi jaringan WDS dengan satuan kilobits per second (kbps).

Tabel 10 Hasil perbandingan throughput video pada router 2

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Troughput (Kbps)

Topologi 2 Troughput (Kbps)

Router 2

512 Kbps

107,37

MB 399 387

72,967

MB 389 381

59,776

MB 379 414

1 Mbps

107,37

MB 759 758

72,967

MB 798 762

59,776

MB 783 810

2 Mbps

107,37

MB 1533 1517

72,967 1529 1448

MB 59,776

MB 1558 1535

Berikut adalah grafik throughput pada router 2.

Gambar 11 Grafik hasil perbandingan throughput streaming video.

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps pada topologi 1 sebesar 75.98% dan pada topologi 2 nilai sebesar 76.95%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 78%

dan pada topologi 2 sebesar 77.67%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 77% dan pada topologi 2 sebesar 75%. Sehingga rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1 sebesar 76.99% dan pada topologi 2 sebesar 76.54%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 0.452%.

Perbedaan ini belum signifikan dan terlihat sama Pada Tabel 11 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 dalam hitungan persen.

Tabel 11 Hasil perbandingan packet loss video straming.

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Packet loss (%)

Topologi 2 Packet loss (%)

Router 2

512 Kbps

107,37

MB 9.3843 9.0283 72,967

MB 7.0348 7.2849 59,776

MB 5.3848 5.0384

1 Mbps

107,37

MB 8.6038 8.3495 72,967 6.3048 6.9787

(8)

MB 59,776

MB 4.8582 4.3869

2 Mbps

107,37

MB 6.3948 7.4859 72,967

MB 5.3859 6.3947 59,776

MB 3.4893 3.9673 Rata - rata 6.3156 6.5461 Berikut adalah grafik packet loss pada router 2.

Gambar 12 Grafik hasil perbandingan packet loss streaming video.

Packet loss pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat selisih packet loss sebesar 0,2304 %, topologi 2 mempunyai packet loss lebih besar daripada topologi 1. Perbedaan tersebut belum terlihat signifikan karena jumlah hop antara PC client dengan PC server pada kedua topologi adalah sama.

4. Pada Tabel 12 merupakan hasil delay dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 pada router 3 dengan satuan milisecond (ms).

Tabel 12 Hasil perbandingan delay video straming.

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Delay

(ms)

Topologi 2 Delay

(ms)

Router 3

512 Kbps

107,37

MB 89.4592 306.1452 72,967

MB 95.1892 302.6928 59,776

MB 91.5868 303.6928 1 Mbps 107,37 85.1369 298.6928

MB 72,967

MB 89.2859 305.6023 59,776

MB 91.1237 292.2592

2 Mbps

107,37

MB 87.2394 305.3595 72,967

MB 92.4896 314.2983 59,776

MB 91.2089 320.1958 Rata - rata 90.3022 305.4376 Berikut adalah grafik delay pada router

3.

Gambar 13 Grafik hasil perbandingan delay streaming video.

Waktu delay rata – rata pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada topologi 2 selisih nilai delay rata – rata adalah 215.14 ms lebih besar dibanding topologi 1. Hal ini disebabkan karena pada topologi 2 posisi router 3 terhadap router Master mempunyai jumlah 1 hop lebih banyak daripada topologi 1.

Pada Tabel 13 merupakan hasil troughput dari streaming video antara 2 topologi jaringan WDS dengan satuan kilobits per second (kbps).

Tabel 12 Hasil perbandingan troughput video straming.

Router Band width

Ukuran video

Topologi 1 Troughpu

t (Kbps)

Topologi 2 Troughpu

t (Kbps)

Router 3 512 Kbps

107,37

MB 440 384

72,967

MB 419 374

59,776

MB 431 363

(9)

1 Mbps

107,37

MB 844 655

72,967

MB 833 713

59,776

MB 813 672

2 Mbps

107,37

MB 1631 1344

72,967

MB 1528 1533

59,776

MB 1561 1443

Berikut adalah grafik troughput pada router 3.

Gambar 14 Grafik hasil perbandingan troughput streaming video.

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps pada topologi 1 sebesar 16.02% dan pada topologi 2 nilai sebesar 27.02%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 17%

dan pada topologi 2 sebesar 32%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 21.33% dan pada topologi 2 sebesar 28%. Sehingga rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1 sebesar 18.12% dan pada topologi 2 sebesar 29.01%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth dapat diketahui sebesar 10.89%. Perbedaan tersebut terlihat signifikan karena letak router yang berbeda sehingga terjadi perbedaan gangguan. Lingkungan sekitar mempengaruhi kinerja WDS.

Pada Tabel 14 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 dalam hitungan persen.

Tabel 14 Hasil perbandingan packet loss video straming.

Router Band width

Ukuran video

Topologi 1 Packet

Topologi 2 Packet

loss (%) loss (%)

Router 3

512 Kbps

107,37

MB 15.2875 7.5937

72,967

MB 11.0856 5.3873

59,776

MB 7.3848 3.5382

1 Mbps

107,37

MB 14.0867 7.0937

72,967

MB 10.9846 4.8986

59,776

MB 6.3987 3.0834

2 Mbps

107,37

MB 13.6839 6.3087

72,967

MB 9.6838 4.5937

59,776

MB 6.0384 2.3947

Rata - rata 10.5149 4.9880 Berikut adalah grafik packet loss pada router 3.

Gambar 15 Grafik hasil perbandingan packet loss streaming video.

Packet loss pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat selisih packet loss sebesar 5.5269 %, topologi 2 mempunyai packet loss lebih besar daripada topologi 1. Topologi 2 mempunyai jumlah 1 hop lebih banyak daripada topologi 1. Sehingga jangkauan yang jauh menyebabkan packet loss pada topologi 2 lebih besar dari pada topologi 1.

5. Pada Tabel 12 merupakan hasil delay dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 pada router 4 dengan satuan milisecond (ms).

(10)

Tabel 15 Hasil perbandingan delay video straming.

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Delay

(ms)

Topologi 2 Delay

(ms)

Router 4

512 Kbps

107,37

MB 187.2937 494.196 72,967

MB 182.4549 483.976 59,776

MB 183.2866 488.982

1 Mbps

107,37

MB 195.6399 495.287 72,967

MB 188.5968 484.196 59,776

MB 194.9385 491.297

2 Mbps

107,37

MB 193.4869 496.939 72,967

MB 185.2969 492.325 59,776

MB 191.2837 489.859 Rata - rata 189.1420 490.784 Berikut adalah grafik delay pada router 4.

Gambar 16 Grafik hasil perbandingan delay streaming video.

Waktu delay rata – rata pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada topologi 2 selisih nilai rata - rata delay adalah 301.64 ms lebih besar dibanding topologi 1. Hal ini disebabkan karena topologi 2 posisi router 4 terhadap router Master mempunyai jumlah 2 hop lebih banyak daripada topologi 1.

Pada Tabel 16 merupakan hasil troughput dari streaming video antara 2 topologi jaringan WDS dengan satuan kilobits per second (kbps).

Tabel 16 Hasil perbandingan troughput video straming.

Router Band width

Ukuran video

Topologi 1 Troughput (Kbps)

Topologi 2 Troughput (Kbps)

Router 4

512 Kbps

107,37

MB 369 322

72,967

MB 389 328

59,776

MB 379 348

1 Mbps

107,37

MB 799 658

72,967

MB 778 677

59,776

MB 793 735

2 Mbps

107,37

MB 1453 1188

72,967

MB 1512 1127

59,776

MB 1535 1345

Berikut adalah grafik troughput pada router 4.

Gambar 16 Grafik hasil perbandingan troughput streaming video.

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps pada topologi 1 sebesar 74.02% dan pada topologi 2 nilai sebesar 64.97%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 79%

dan pada topologi 2 sebesar 69%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 75% dan pada topologi 2 sebesar 61%. Sehingga rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1 sebesar 76.01% dan pada topologi 2 sebesar 64.99%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth dapat diketahui sebesar 11.016%. Perbedaan tersebut terlihat signifikan karena letak router yang berbeda

(11)

sehingga terjadi perbedaan gangguan. Lingkungan sekitar mempengaruhi kinerja WDS.

Pada Tabel 16 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara topologi 1 dengan topologi 2 dalam hitungan persen.

Tabel 16 Hasil perbandingan packet loss video straming.

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1 Packet loss (%)

Topologi 2 Packet loss (%)

Router 4

512 Kbps

107,37

MB 20.1287 8.3957 72,967

MB 16.2386 7.3857 59,776

MB 10.3746 5.3849

1 Mbps

107,37

MB 19.2975 7.3085 72,967

MB 15.3883 6.3874 59,776

MB 9.4583 4.9184

2 Mbps

107,37

MB 18.2846 6.3576 72,967

MB 14.3987 5.8376 59,776

MB 7.3947 4.0385 Rata - rata 14.5516 6.2238 Berikut adalah grafik packet loss pada router 4.

Gambar 17 Grafik hasil perbandingan delay streaming video.

Packet loss pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat selisih packet loss sebesar 8.3277 %, topologi 2 mempunyai packet loss lebih besar daripada topologi 1. Pada topologi 2 mempunyai jumlah 3

hop lebih banyak daripada topologi 1, sehingga besarnya packet loss terlihat signifikan.

Banyaknya hop yang dilalui mempengaruhi besarnya nilai packet loss selain banyak hop lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kinerja WDS.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada analisis unjuk kerja WDS pada jaringan berbasis Mikrotik didapatkan beberapa poin kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai delay, throughput dan packet loss di kedua topologi pada router master, router 1, dan router 2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan terlihat sama dikarenakan kedua topologi mempunyai jumlah hop yang sama.

2. Pada router 3 waktu delay rata - rata di topologi 1 mempunyai nilai sebesar 90.3022 ms, sedangkan waktu delay rata - rata pada topologi 2 mempunyai nilai sebesar 305.4376 ms sehingga mempunyai selisih waktu delay sebesar 215.14 ms. Rata - rata nilai utilisasi bandwidth di topologi 1 sebesar 18.12 %, sedangkan di topologi 2 rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 29.01% dan selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 10.89 %. Rata – rata packet loss di topologi 1 sebesar 4.9880 %, sedangkan di topologi 2 rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 10.5149 % dan selisih rata – rata mempunyai nilai persentase sebesar 5.5269

%. Perbedaan pada router 3 antara topologi 1 dengan topologi 2 disebabkan karena pada topologi 2 posisi router 3 terhadap router Master mempunyai jumlah 1 hop lebih banyak daripada topologi 1

3. Pada router 3 waktu delay rata - rata di topologi 1 mempunyai nilai sebesar 189.1420 ms, sedangkan waktu delay rata - rata pada topologi 2 mempunyai nilai sebesar 490.784 ms sehingga mempunyai selisih waktu delay sebesar 215.14 ms. Rata - rata nilai utilisasi bandwidth di topologi 1 sebesar 76.01 %, sedangkan di topologi 2 rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 64.99% dan selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 11.016 %. Rata – rata packet loss di topologi 1 sebesar 6.2238 %, sedangkan di topologi 2 rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar 14.5516 % dan selisih rata – rata mempunyai nilai persentase sebesar 8.3277

%. Perbedaan pada router 4 antara topologi 1 dengan topologi 2 disebabkan karena pada topologi 2 posisi router 4 terhadap router Master mempunyai jumlah 2 hop lebih

(12)

banyak daripada topologi 1.

5.1. Saran

Berikut adalah saran yang diberikan agar penelitian tentang WDS menjadi lebih baik, yaitu diperlukan adanya uji unjuk kerja terhadap jaringan WDS dengan menggunakan topologi mesh untuk menjamin adanya jalur redundant pada WDS antar router.

DAFTAR PUSTAKA

Langi, B. Y. 2011. Analisis Kualitas Layanan (QoS) Audio-Video Layanan Kelas. ITB, 6.

ORINOCO Technical Bulletin. 2002. WDS (Wireless Distribution System).

Allentown, Pennsylvenia, USA: Agere system Inc.

Putra, D. L. 2011. Analisis Kinerja Wireless Distribution System pada Perangkat Access Point 802.11 G Menggunakan OpenWRT. EEPIS.

Wijaya, C. 2014. Perancangan dan Analisa Wireless Distribution System (WDS) Berbasis OpenWRT Menggunakan TL- MR3020.

Durresi, A. 2005. RTP, RSVP and RTSP - Internet Protocols for Real-time Multimedia Communication. Boca Raton, Florida, USA: CRC Press, LLC.

Odom, W. 2004. CCNA INTRO Exam Certification Guide. indianapolis, IN 46240 USA: Cisco Press.

Gambar

Tabel 2 IP Address pada Router  Device  Interface  IP  Address
Tabel 5 Hasil perbandingan packet loss video  straming
Gambar 7 Grafik hasil perbandingan delay  streaming video.
Gambar 8 Grafik hasil perbandingan throughput  streaming video.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengambilan data, yaitu perbandingan antara pengukuran level air menggunakan batas air pada waduk yang dilakukan oleh operator, dengan penggunaan sensor ultrasonic

Dari hasil surveillans dan monitoring Brucellosis pada tahun 2013 yang direncanakan pada 17 kabupaten/kota yang ada di 4 (empat) Propinsi wilayah kerja Balai Veteriner

Artinya dengan kesabaran seseorang akan tetap menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji saat mendapatkan masalah, orang yang sabar dapat memahami bahwa

Beberapa patogen pada umumnya berasal dari kelompok bakteri Gram negatif, akan tetapi perlu uji lanjut untuk menetapkan bakteri yang diperoleh merupakan bakteri bersifat

dinema jantan, hal ini sesuai dengan pernyataan Baginda (2006) yang menyatakan bahwa nilai IKG rata-rata ikan betina cenderung lebih besar dari ikan jantan hal ini

7 pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, khususnya renang yang diterapkan di SMP Negeri 1 Cerme secara obyektif dan descriptable dalam sebuah

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Mengubah Pecahan, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar