• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN KEPUASAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Insentif Dengan Kepuasan Kerja Karyawan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN KEPUASAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Insentif Dengan Kepuasan Kerja Karyawan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN KEPUASAN

KERJA KARYAWAN

Naskah Publikasi

Diajukan Oleh : SARI BEKTI RAHMAWATI

F 100 080 088

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN KEPUASAAN KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :

SARI BEKTI RAHMAWATI

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

ABSTRAKSI

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Insentif dengan Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan satu gambaran kepuasan yang disertai keberhasilan pekerjaan dari para pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan persepsi dan patut terhadap peraturan perusahaan. Untuk mencapai tujuan persepsi yang maksimal, maka kepuasan kerja karyawan harus tinggi.Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu persepsi terhadap insentif.Persepsi terhadap insentif salah satu komponen penting yang berperan dalam keberhasilan peningkatan produktivitas.

Persepsi terhadap insentif salah satu komponen penting yang berperan dalam keberhasilan peningkatan kualitas produktivitas.Berdasarkan pemikiran yang telah penulis uraikan,maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan :1) Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap insentif dengan kepuasan kerja karyawan. 2)Untuk mengetahui peran persepsi terhadap insentif dengan kepuasan kerja. 3)Untuk mengetahui tingkat insentif.4) Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di PT. Safariejuni Texto Indo Industry Boyolali pada bagian produksi (finishing) yang berjumlah 100 subjek ini dipergunakan semua sebagai sampel,maka dalam penelitian ini disebut study populasi. Alat pengumpulan data yang dipergunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah skala.

Kesimpulan dalam penelitiuan ini yaitu : 1. ) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap insentif dengan kepuasan kerja karyawan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,633 dan p = 0,000 sehingga p = ≤ 0,01 artinya semakin tinggi persepsi terhadap insentif maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. 2.) Peranan atau sumbangan Efektif (SE) pada variabel persepsi terhadap insentifterhadap kepuasan kerja sebesar 40,1%.3.) Persepsi terhadap insentif pada subjek tergolong positif 4.) Kepuasan kerja pada subjek tergolong tinggi.

(6)

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan besar,

perusahaan menengah, maupun

perusahaan kecil, dalam menjalankan

aktivitasnya tentu akan berorientasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan didirikan perusahaan adalah

untuk mendapatkan suatu keuntungan,

karena kita sadar apapun tujuan utama

perusahaan tanpa ada suatu keuntungan

yang diperoleh, maka tujuan perusahaan

tersebut tidak akan tercapai. Bahkan

perusahaan tersebut tidak akan bertahan

dalam menjaga kontinuitas produksi,

karena keuntungan yang diperoleh suatu

perusahaan adalah mencerminkan

kebersihan perusahaan tersebut. Dalam

memberikan keputusan kepada konsumen

dan untuk menjaga kelestarian

perusahaan.

Akan tetapi dalam persaingan

yang tajam saat ini, dimana banyak

perusahaan sejenis yang menghasilkan

produk yang sama dengan kualitas serta

harga yang berbeda, maka untuk

mendapatkan pelanggan baru dan

mempertahankan pelanggan adalah

pekerja yang tidak mudah. Karena

banyak produk yang sejenis yang

dilepaskan kepasaran, sehingga

konsumen mempunyai peluang yang

besar dalam memilih barang yang sesuai

dengan kebutuhan. Hal ini terjadi karena

konsumen sekarang ini semakin selektif

dalam memilih barang yang berkualitas

dengan harga yang layak dan sesuai

dengan kemampuan mereka. Hal ini juga

dipengaruhi oleh banyaknya produk yang

sejenis yang di tawarkan oleh perusahaan

lain.Karena masing-masing perusahaan

ingin menonjolkanproduk mereka dengan

kualitas masing-masing yang telah

mereka hasilkan. Perusahaan ini telah

berproduksi kain juga berhadapan dengan

perusahaan yang menghasilkan barang

yang sejenis.Untuk mengatasi kenyataan

tersebut, maka pimpinan perusahaan

perlu memberikan informasi kepada

khalayak tentang keberadaan produk

yang telah dihasilkan.

Kepuasan kerja adalah

menekankan pada persepsi karyawan

mengenai keuntungan-keuntungan yang

di peroleh dari pekerjaannya. Dalam

memenuhi kepuasan kerja karyawan

dalam perusahaan, sebaiknya perusahaan

memberikan insentif lebih kepada

karyawan.

“Kepuasan merupakan fungsi dan

kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja

melebihi harapan yang diinginkan, maka

(7)

belum memenuhi apa yang diinginkan

dan jika kinerja dibawah harapan yang

diinginkan maka karyawan tidak puas”

(Tjiptono, F., danDiana, A., 1995:102).

Kepuasan kerja seseorang dalam

suatu perusahaan sangat mungkin akan

berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan

adanya kebutuhan individu yang

berbedabeda pula atau situasi dan kondisi

dalam perusahaan yang dapat

menyebabkan seseorang menjadi puas

dalam bekerja. Pada perusahaan milik

dalam negeri sendiri, dalam hal

pemberian upah, jaminan kesehatan,

tunjangan dan sebagainya tampaknya

sudah layak harus diberikan oleh

perusahaan agar pekerja mencapai

kepuasan dan kesejahteraan hidupnya.

Bagaimana dengan halnya perusahaan

milik asing apakah juga sudah

memberikan fasilitas-fasilitas tersebut.

Apakah bisa mencapai kepuasan atau

memenuhi kebutuhan-kebutuhan

karyawan. Pada umumnya perusahaan

besar yang memproduksi suatu barang

biasanya menitikberatkan sumberdaya

manusianya pada bagian produksi,

karena mungkin pada bagian ini sangat

penting dalam perusahaan.Berdasarkan

hal itu peneliti ingin mengkaji lebih

mendalam mengenaikepuasan kerja pada

salah satu perusahaan milik asing

beberapa cabang di Indonesia dan

mempunyai banyak karyawannya.

Adapun perusahaan tersebut merupakan

perusahaan kimia milik asing yang

memproduksi bahan bubuk (powder)

pewarna tas, pakaian dan sebagainya

yang merupakan perusahaan yang cukup

besar dengan mengekspor dalam negeri

dan luar negeri.

Terlepas dari permasalahan dan

kebutuhan-kebutuhan karyawan apakah

perusahaan tersebut sudah memberikan

seperti, tunjangan fasilitas, jaminan

kesehatan dan kebutuhan lainnya, ini

merupakan suatu keadaan atau kondisi

dimanan segala kebutuhan karyawan

harus dipenuhi agar karyawan bisa terus

bekerja dan mungkin memberikan

kontribusi yang lebih kepada perusahaan

dan mungkin bisa tercapai suatu

kepuasan dalam bekerja.

PT.Safarijunie Textindo Industry

Boyolali merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang texstil. Perusahaan ini

di samping berusaha mencari laba dengan

memenuhi kebutuhan masyarakat

terhadap texstil, perusahaan ini telah

memproduksi kain setengah jadi yaitu

kain putih dengan kualitas ready for

(8)

menjadi kain jadi yang siap

dipasarkan.Salah satu cara untuk

mempengaruhi serta merebut pasaran

antara lain dengan meningkatkan kualitas

serta hasil produksi.Untuk meningkatkan

kualitas serta hasil produksi, jalan yang

di tempuh perusahaan tersebut adalah

dengan cara memberi semangat atau

motivasi kerja tersebut seperti pemberian

insentif.

Salah satu aspek yang sering di

gunakan untuk melihat kondisi suatu

organisasi adalah melihat tingkat

kepuasan kerja para anggotanya.

Kepuasan kerja yang rendah akan

menimbulkan dampak negatif sepewrti

mangkir kerja,pindah kerja,produktifitas

rendah,kesehatan tubuh

menurun,kecelakaan kerja,pencurian dan

lain lain.(Robbins ,2001)

Munandar ( 2001) mengatakan

persepsi akan tidak sejalan bila

terdapatnya permasalahan pada kerja

karyawan seperti sering bolosnya

karyawan pada saat jam kerja, keluar

masuk kerja sesukanya, hubungan kerja

tidak baik, kendali kualitas buruk, dan

hal itulah yang dapat berimbas pada

kepuasan kerja karyawan.

Kepuasan kerja pada karyawan

PT Safarijunie Textindo Industry secara

langsung menentukan keinginan mereka

untuk mempertahankan karirnya atau

pindah ke lingkungan perusahaan yang

lebih besar,sehingga kepuasan kerja itu

sendiri sangat mempengaruhi kinerja dan

hasil produk yang dikerjakan oleh

karyawan itu sendiri. Maka seharusnya

pihak pemimpin perusahan juga harus

memperhatikan kepuasan kerja karyawan

itu sendiri baik pada kepuasan kinerja

karyawan, kompensasi, tunjangan,

penghargaan ataupun kenaikan jabatan

sesuai dengan kinerja masing-masing

karyawan itu sendiri dan ditinjau dari

segi prestasi yang dihasilkan/diperoleh

karyawan tersebut.Kepuasan kerja tinggi

saat membantu dan mempengaruhi

kondisi yang positif dan dinamis,

sehingga memberi keuntungan yang

nyata,tidak hanya bagi perusahan tetapi

karyawannya sendiri. Kondisi seperti

inilah yang diharapkan setiap manajemen

perusahaan dan menjadi salah satu alasan

para peneliti untuk melakukan studi

kepuasan kerja,karena berkaitan dengan

tenaga kerja produktivitas kerja dan

kelangsungan hidup perusahan yang

bersangkutan.

Persepsi, menurut Rakhmat

Jalaludin (1998), adalah pengalaman

(9)

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan

menafslrkan pesan.Menurut Ruch (1967),

persepsi adalah suatu proses tentang

petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan

pengalaman masa lampau yang relevan

diorganisasikan untuk memberikan

kepada kita gambaran yang terstruktur

dan bermakna pada suatu situasi tertentu.

Senada dengan hal tersebut Atkinson dan

Hilgard (1991) mengemukakan bahwa

persepsi adalah proses dimana kita

menafsirkan dan mengorganisasikan pola

stimulus dalam lingkungan. Gibson dan

Donely (1994) menjelaskan bahwa

persepsi adalah proses pemberian arti

terhadap lingkungan oleh seorang

individu.

Dikarenakan persepsi bertautan

dengan cara mendapatkan pengetahuan

khusus tentang kejadian pada saat

tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja

stimulus menggerakkan indera. Hal ini

persepsi diartikan sebagai proses

mengetahui atau mengenali obyek dan

kejadian obyektif dengan bantuan indera

(Chaplin, 1989) Sebagai cara pandang,

persepsi timbul karena adanya respon

terhadap stimulus.

Stimulus yang diterima seseorang

sangat komplek, stimulus masuk ke

dalam otak, kernudian diartikan,

ditafsirkan serta diberi makna melalui

proses yang rumit baru kemudian

dihasilkan persepsi (Atkinson dan

Hilgard, 1991). Dalam hal ini, persepsi

mencakup penerimaan stimulus (inputs),

pengorganisasian stimulus dan

penerjemahan atau penafsiran stimulus

yang telah diorganisasidengan cara yang

dapat mempengaruhi perilaku dan

membentuk sikap, sehingga orang dapat

cenderung menafsirkan perilaku orang

lain sesuai dengan keadaannya sendiri

(Gibson, 1986).

Insentif merupakan salah satu

pendorong bagi karyawan untuk lebih

giat bekerja, karena upah yang tinggi

akan meningkatkan kepuasan kerja

karyawan dan mempertahankan

karyawan yang berprestasi untuk tetap

berada dalam perusahaan.

Salah satu cara memberikan

penghargaan terhadap terhadap prestasi

kerja karyawan yaitu dengan melalui

upah dan insentif.Upah dan insentif

merupakan faktor fundamental yang

penting bagi perusahaan, karena upah

dan insentif mempunyai andil yang

sangat besar terhadap penigkatan

(10)

Insentif merupakan bagian dari

imbalan yang berlaku bagi karyawan

untuk meningkatkan produktivitas kerja

yang lebih tinggi.Sistem insentif dapat

diberikan pada seseorang maupun pada

tingkat kelompok. Pada perorangan untuk

meningkatkan produktivitas kerjanya

dengan memberikan insentif finansial

berdasarkan jumlah hasil pekerjaan

karyawan yang dijelaskan dalam unit

produksi. Termasuk sistem insentif

perorangan adalah bonus, komisi, dan

insentif bagi eksekutif. Sedangkan sistem

insentif pada tingkat kelompok

mencakup antara lain, insentif produksi

bagi keuntungan dan pengurangan biaya

insentif dalam bentuk bonus diberikan

kepada karyawan yang mampu bekerja

melampaui target yang telah ditentukan.

Upah insentif dan tunjangan

kesejahteraan karyawan adalah faktor

yang harus diperhatikan dalam sistem

imbal jasa atau sistem pemberian

upah.Upah insentif merupakan salah satu

pendorong bagi karyawan untuk lebih

giat bekerja, karena upah yang tinggi

akan meningkatkan produktivitas kerja

karyawan dan mempertahankan

karyawan yang berprestasi untuk tetap

berada di perusahaan.

Demikian insentif sangat penting

dan perlu mendapatkan perhatian karena

hal ini sangat berhubungan erat dengan

peningkatan kepuasan suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut di

atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

terhadap insentif merupakan penilaian

karyawan terhadap segala bentuk

kembalian finansial yang diberikan oleh

perusahaan sebagai bagian dari hubungan

kepegawaian. Besarnya insentif yang

diterima oleh karyawan akan

mempengaruhi persepsi karyawan

terhadap insentif. Karyawan yang

mempunyai persepsi yang positif

terhadap insentif yaitu apabila insentif

dianggapnya adil maka karyawan akan

lebih puas dalam bekerja dan sebaliknya,

karyawan yang mempunyai persepsi

negatif terhadap insentif yaitu apabila

insentif dianggapnya tidak adil maka

karyawan akan kurang puas dalam

bekerja. Penelitian ini difokuskan pada

variabel insentif yang terdiri dari gaji,

bonus, dan tunjangan. Peneliti tertarik

untuk mengetahui apakah persepsi

terhadap insentif yang adil akan

mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Kepuasan kerja adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau

(11)

karyawan memandang pekerjaan mereka.

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja ini nampak dalam sikap

positif karyawan terhadap pekerajaan dan

segala sesauatu yang dihadapi di

lingkungan kerjanya. (Handoko, 1996).

Kepuasan merupakan sebuah

hasil yang dirasakan oleh karyawan. jika

karyawan puas dengan pekerjaannya,

maka ia akan betah bekerja pada

organisasi tersebut.output yang

dihasilkan, maka perlu kita ketahui

penyebab yang bisa mempengaruhi

kepuasan tersebut. Ada lima faktor

penentu kepuasan kerja yang disebut

dengan Job Descriptive Index (JDI) (Luthans dan Spector dalam Robins,

2006), yaitu :

a. Pekerjaan itu sendiri

Tingkat dimana sebuah

pekerjaan menyediakan tugas yang

menyenangkan, kesempatan belajar

dan kesempatan untuk mendapatkan

tanggung jawab. Hal ini mejadi

sumber mayoritas kepuasan kerja.

Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik

yang menentukan kepuasan kerja

adalah keragaman, kesulitan, jumlah

pekerjaan, tanggung jawab, otonomi,

kendali terhadap metode kerja,

kemajemukan, dan kreativitas.

b. Gaji

Menurut penelitian Theriault,

kepuasan kerja merupakan fungsi dari

jumlah absolute dari gaji yang

diterima, derajad sejauh mana gaji

memenuhi harapan-harapan tenaga

kerja, dan bagaimana gaji diberikan.

Upah dan gaji diakui merupakan

faktor yang signifikan terhadap

kepuasan kerja.

c. Kesempatan atau promosi

Karyawan memiliki

kesempatan untuk mengembangkan

diri dan memperluas pengalaman

kerja, dengan terbukanya kesempatan

untuk kenaikan jabatan.

d. Supervisor

Kemampuan supervisor untuk

menyediakan bantuan teknis dan

perilaku dukungan. Menurut Locke,

hubungan fungsional dan hubungan

keseluruhan yang positif memberikan

tingkat kepuasan kerja yang paling

besar dengan atasan.

e. Rekan kerja

Kebutuhan dasar manusia

untuk melakukan hubungan sosial

akan terpenuhi dengan adanya rekan

(12)

terjadi konflik dengan rekan kerja,

maka akan berpengaruh pada tingkat

kepuasan karyawan terhadap

pekerjaan.

Robbins (2001) menyatakan

bahwa terdapat beberapa aspek yang

menentukan kepuasan kerja.

Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung

menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk

menggunakan keterampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan

tugas, kebebasan dan umpan balik

mengenai betapa baik mereka

mengerjakan. Karakteristik ini

membuat kerja secara mental

menantang. Pekerjaan yang terlalu

kurang menantang menciptakan

kebosanan, tetapi terlalu banyak

menantang menciptkan frustasi dan

perasaan gagal. Pada kondisi

tantangan yang sedang, kebanyakan

karyawan akan mengalami

kesenangan dan kepuasan.

b. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan

sistem upah dan kebijakan promosi

yang mereka persepsikan sebagai

adil, tidak kembar arti, dan segaris

dengan pengharapan mereka. Bila

upah dilihat sebagai adil yang

didasarkan pada tuntutan pekerjaan,

tingkat keterampilan individu, dan

standar pengupahan komunitas,

kemungkinan besar akan dihasilkan

kepuasan. Tentu saja, tidak semua

orang mengejar uang. Banyak orang

bersedia menerima baik uang yang

lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi

yang lebih diinginkan atau dalam

pekerjaan yang kurang menuntut atau

mempunyai keleluasaan yang lebih

besar dalam kerja yang mereka

lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi

kunci hubungan antara upah dengan

kepuasan bukanlah jumlah mutlak

yang dibayarkan; yang lebih penting

adalah persepsi keadilan. Serupa pula

karyawan berusaha mendapatkan

kebijakan dan praktik promosi yang

lebih banyak, dan status sosial yang

ditingkatkan. Oleh karena itu individu

yang mempersepsikan bahwa

keputusan promosi dibuat dalam cara

yang adil (fair andjust) kemungkinan

besar akan mengalami kepuasan dari

pekerjaan mereka.

c. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan

(13)

kenyamanan pribadi maupun untuk

memudahkan mengerjakan tugas.

Studi-studi memperagakan bahwa

karyawan lebih menyukai keadaan

sekitar fisik yang tidak berbahaya

atau merepotkan. Temperatur (suhu),

cahaya, kebisingan, dan faktor

lingkungan lain seharusnya tidak

esktrem (terlalu banyak atau sedikit).

d. Rekan kerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan

lebih daripada sekedar uang atau

prestasi yang berwujud dari dalam

kerja. Bagi kebanyakan karyawan,

kerja juga mengisi kebutuhan akan

interaksi sosial. Oleh karena itu

tidaklah mengejutkan bila

mempunyai rekan sekerja yang ramah

dan mendukung menghantar ke

kepuasan kerja yang meningkat.

Perilaku atasan seorang juga

merupakan determinan utama dari

kepuasan. Umumnya studi

mendapatkan bahwa kepuasan

karyawan ditingkatkan bila

penyeliaan langsung bersifat ramah

dan dapat memahami, menawarkan

pujian untuk kinerja yang baik,

mendengarkan pendapat karyawan,

dan menunjukkan suatu minat pribadi

pada mereka.

e. Kesesuaian kepribadian dengan

pekerjaan

Pada hakikatnya orang yang

tipe kepribadiannya kongruen (sama

dan sebangun) dengan pekerjaan

yang mereka pilih seharusnya

mendapatkan bahwa mereka

mempunyai bakat dan kemampuan

yang tepat untuk memenuhi tuntutan

dari pekerjaan mereka. Dengan

demikian akan lebih besar

kemungkinan untuk berhasil pada

pekerjaan tersebut, dan karena sukses

ini, mempunyai kebolehjadian yang

lebih besar untuk mencapai kepuasan

yang tinggi dari dalam kerja mereka.

Persepsi merupakan suatu

proses yang mana seseorang

mengorganisasikan dan

menginterprestasikan kesan-kesan

sensorinya dalam usahanya

memberikan suatu makna tertentu

pada lingkungannya (Siagian, 1995).

Lebih lanjut Siagian mengatakan,

pesepsi tiap orang dapat

berbeda-beda karena persepsi seseorang

sangat dipengaruhi oleh keinginan

dari individu tersebut.

Pada hakekatnya sikap adalah

merupakan suatu interelasi dari berbagai

(14)

tersebut menurut Allport (dalam Mar'at,

1991) ada tiga 3 aspek yaitu:

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas

dasar pengetahuan atau informasi

yang dimiliki seseorang tentang

obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini

kemudian akan terbentuk suatu

keyakinan tertentu tentang obyek

sikap tersebut.

2 Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa

senang dan tidak senang.Jadi sifatnya

evaluatif yang berhubungan erat

dengan nilai-nilai kebudayaan atau

sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang

untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan obyek sikapnya.

Persepsi bertautan dengan cara

mendapatkan pengetahuan khusus

tentang kejadian pada saat tertentu, maka

persepsi terjadi kapan saja stimulus

menggerakkan indera. Dalam hal ini

persepsi diartikan sebagai proses

mengetahui atau mengenali obyek dan

kejadian obyektif dengan bantuan indera

(Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara

pandang, persepsi timbul karena adanya

respon terhadap stimulus. Stimulus yang

diterima seseorang sangat komplek,

stimulus masuk ke dalam otak, kernudian

diartikan, ditafsirkan serta diberi makna

melalui proses yang rumit baru kemudian

dihasilkan persepsi (Atkinson dan

Hilgard, 1991 : 209).

Hal ini persepsi mencakup

penerimaan stimulus (inputs),

pengorganisasian stimulus dan

penerjemahan atau penafsiran stimulus

yang telah diorganisasi dengan cara yang

dapat mempengaruhi perilaku dan

membentuk sikap, sehingga orang dapat

cenderung menafsirkan perilaku orang

lain sesuai dengan keadaannya sendiri

(Gibson, 1986: 54).

Persepsi meliputi juga kognisi

(pengetahuan), yang mencakup

penafsiran objek, tanda dan orang dari

sudut pengalaman yang bersangkutan

(Gibson, 1986).Selaras dengan

pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam

Sri Tjahjorini Sugiharto 2001)

mengemukakan bahwa persepsi

seseorang ditentukan oleh dua faktor

utama, yakni pengalaman masa lalu dan

faktor pribadi. Penelitian ini yang

dimaksud dengan faktor pribadi adalah

faktor insternal anggota Kelompok

(15)

Pada dasarnya dibagi menjadi 2

yaitu Faktor Internal dan Faktor

Eksternal.

a. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang

terdapat dalam diri individu, yang

mencakup beberapa hal antara lain :

Fisiologis,

Perhatian,minat,kebutuhan yang

searah,pengalaman dan

ingatan,suasana hati.

b. Faktor Eksternal Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan

karakteristik dari linkungan dan

obyek-obyek yang terlibat

didalamnya. Elemen-elemen tersebut

dapat mengubah sudut pandang

seseorang terhadap dunia sekitarnya

dan mempengaruhi bagaimana

seseoarang merasakannya atau

menerimanya. Sementara itu

faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi

persepsi adalah :

Ukuran dan penempatan dari

obyek atau stimulus, Warna dari

obyek-obyek. Obyek-obyek yang

mempunyai cahaya lebih banyak,

akan lebih mudah dipahami (to be

perceived) dibandingkan dengan yang

sedikit, Keunikan dan kekontrasan

stimulus, Intensitas dan kekuatan dari

stimulus, Motion atau gerakan.

METODE YANG DIGUNAKAN Populasi pada peelitian ini adalah

sebagian karyawan PT Safarijunie

Textindo Industri yang berjumlah 100

orang karyawan. Menurut Hadi (2001)

populasi adalah merupakan keseluruhan

dari individu yang akan diselidiki dimana

memiliki sedikitnya satu sifat atau ciri

yang sama dan untuk siapa kenyataan

yang diperoleh dari subyek penelitian

hendak digeneralisasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan

teknik analisis product moment dari

Pearson yang ditunjukan oleh nilai

koefisien korelasi (r) = 0,633, (p) = 0,000

(p < 0,01).Hasil ini menunjukkan ada

hubungan positif yang sangat signifikan

antara persepsi terhadap insentif dengan

kepuasan kerja karyawan PT. Safarijunie

Textindo Industry, Artinya semakin

tinggi persepsi terhadap insentif maka

semakin tinggi pula kepuasan kerja.

Maka hipotesis penelitian yang diajukan

penulis dapat diterima atau terbukti.

Persepsi terhadap insentif

(16)

kepuasan kerja,adapun faktor yang

berpengaruh variabel lain menurut

Robbins (2006) antara lan : pekerjaan itu

sendiri, gaji/upah,kesempatan atau

promosi,supervisor ,dan rekan kerja.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi

variabel lain menurut Mas”ud (2004)

yaitu: Kepuasan intrinsik meliputi variasi

tugas, kesempatan berkembang,

kesempatan menggunakan kemampuan

dan ketrampilan, otonomi, kepercayaan,

pekerjaan yang menantang dan

bermakna. Kepuasan ekstrinsik meliputi:

gaji (upah) yang diperoleh,

supervise,jaminan kerja, status dan

prestise.

Sumbangan Efektif (SE) variabel

persepsi terhadap insentif dengan

kepuasan kerja sebesar 40,1% yang

ditunjukan oleh koefisien determinan (r²)

sebesar 0,401. Berarti masih terdapat

59,9% faktor-faktor lain yang

mempengaruhi persepsi terhadap insentif

di luar variabel kepuasan kerja, misalnya

pembayaran, promosi, penyeliaan/

supervise, rekan kerja dan pekerjaan itu

sendiri. Hal ini antara lain sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Locke

(dalam Gruneberg & Wall, 1984)

Variabel persepsi terhadap

insentif mempunyai rerata empirik (RE)

sebesar 106,990 dan rerata hipotetik

(RH) sebesar 57,5 yang berarti pada

umumnya subjek dalam penelitian ini

mempunyai persepsi terhadap insentif

pada kategori sangat tinggi. Kondisi ini

dapat diartikan aspek-aspek yang

terdapat pada persepsi terhadap insentif

menurut Sarwoto ( 1996) yaitu Insentif

Finansial, Insentif non financial, Social

insentif.

Sedangkan variabel kepuasan

kerja diketahui rerata empiric (RE)

sebesar 114,070 yang berarti kepuasan

kerja subjek tergolong sangat

tinggi.Kondisi ini dapat diketahui bahwa

karyawan sudah mencapai kepuasan

kerja yang diharapkan perusahaan dan

ada beberapa karyawan yang telah

mencapai tujuan dan harapan yang

didapatkan dari perusahaan. Hal ini

dipengaruhi olehpembayaran, promosi,

penyeliaan/ supervise, rekan kerja dan

pekerjaan itu sendiri. Locke (dalam

Gruneberg &Wall.1984).

Berdasarkan uraian di atas dapat

diambil kesimpulan ada hubungan yang

sangat signifikan antara persepsi terhadap

insentif dengan kepuasan kerja namun

ada beberapa keterbatasan pada

penelitian ini, antara lain: Generalisasi

(17)

pada populasi tempat penelitian

dilakukan sehingga penerapan pada

ruang lingkup yang lebih luas dengan

karakteristik yang berbeda kiranya perlu

dilakukan penelitian lagi dengan

menggunakan atau menambah

variabel-variabel lain yang belum disertakan

dalam penelitian ini ataupun dengan

menambah dan memperluas ruang

lingkup penelitian. Namun ada beberapa

kelemahan penelitian antara lain:

Jumlah sampel yang terbatas disatu

wilayah saja yakni di PT. Safarijunie

Textindo Industry bagian

Produksi(finishing), sehingga dapat

menimbulkan keterbatasan

generalisasi hasil penelitian.

Metode pengumpulan data yang

digunakan hanya angket atau skala

dan dokumentasi sehingga kurang

dapat mengungkap secara mendalam

gejala psikologis yang tidak nampak

dalam diri karyawan, oleh karena itu

peneliti selanjutnya perlu

melengkapi dengan teknik

pengumpulan data yang lain,

misalnya dengan teknik observasi,

psikotest maupun yang lain sehingga

akan lebih dapat mengungkap secara

mendalam kondisi psikologis subjek

penelitian.

Berdasarkan analisis dan pembahasan

yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara persepsi terhadap

insentif dengan kepuasan kerja

karyawan.

2. Peranan atau sumbangan Efektif (SE)

pada variabel persepsi terhadap

insentifterhadap kepuasan

kerjatergolong tinggi.

3. Persepsi terhadap insentif pada subjek

tergolong positif

4. Kepuasan kerja pada subjek tergolong

tinggi.

Berdasarkan dari kesimpulan

diatas,maka dapat di berikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Pimpinan Perusahaan

2. Ilmuwan psikologi

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, Moh. (2001). Psikologi Industri.Liberty, Yogyakarta.

Arikunto,Suharsimi.2002.Edisike-lima.ProsedurPenelitian.Jakarta:R inekaCipta.

(18)

Azwar, S. (1996).Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---

(1997).MetodePenelitian.Yogyaka rta: Pustaka Pelajar.

--- (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Amstrong,.Michael .(1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT media komputindo,kelompok

anggotaIKAPI,Jakarta.

Dessler, Garry, 2000.Manajjemen Sumber Daya Manusiia,,jilid 2, Phenhallindo,Jakarta

Handoko, H. 1997. Manajjemen Personalliia Dan Sumber Daya Manusiia,,Badan Pengkajian Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

Harsono, 1998.Manajjemen Pabriik. Penerbit Balai Aksara, Jakarta.

Hasibuan , Melayu Sp. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi : Bumi Aksara.

Lock (1996) Aspek-Aspek Kepuasan Kerja Balai Aksara,Jakarta.

Mathis dan Lackson (2002).Pengertian gaji,Edisi Revisi :Bumi Aksara.

Moch.As’ad.1995.Psikologi Industri.Jakarta : Liberty

Susilo Martoyo,1992.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta : BPFF. Malayu SP. Hasibuan, 1996. Organisasi

dan Kepuasan Kerja Karyawan. Bandung: Bina Aksara.

Handoko, T. Hani. (2000). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, BPFE, Yogyakarta.

Hasibuan, Melayu SP, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi Bumi Aksara.

Luthans, Fred. 2006., Perilaku Organisasi 10th. Edisi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Robbin, Stephen.1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi-Aplikasi.Jilid 2 Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta : Prenhallindo.

Robbin, Stephen P.(2008). Perilaku Organisasi.Jakarta.PT.Indeks. Sutrisno Hadi dan Yuni (2000) (Seri

Program Statistik-2000).Yogyakarta.

Walpole, Ronald. (1995).Pengantar Statistika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: Erlangga.

Wibowo,2007.Kepuasan Kerja:Pustaka Pelajar

(19)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The study is expected to give an additional contribution on understanding the study is against religious slavery and oppression in Kingdom of Heaven movie‘s by

[r]

Berdasarkan hasil plot data citra SeaWiFS diketahui bahwa nilai yang memiliki kekosongan data dari hasil perekaman 46 minggu di lokasi pertama berada di koordinat 96 o -98 o

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas. Akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Minuman Santan Kelapa (Cocos nucifera l.) Rendah Lemak dengan Penambahan Ekstrak Daun Stevia

Uji statistik menggunakan SPSS v.16.0 dengan menggunakan rumus one way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat dismenore pada aktivitas ringan, sedang dan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktorperlakuan dan diulang sebanyak 3 kali.Faktor pertama yaitu macam nutrisi yang terdiri dari