73 5.1 Tahapan Analysis
Pada tahapan ini akan dilakukan langkah-langkah verifikasi terhadap beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai penyebab dari permasalahan terjadinya defect digital jitter sebagaimana yang telah dijelaskan pada pendefinisian faktor-faktor penyebab masalah pada bab terdahulu. Langkah verifikasinya dilakukan dengan cara membuat hipotesa-hipotesa bahwa faktor tersebut sebagai penyebab masalah, pengujian hipotesa tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa tools six sigma atau statistic tools untuk memastikan bahwa hipotesa tersebut benar atau tidak, untuk selanjutnya faktor-faktor yang hipotesa telah teruji benar maka akan dianalisa dengan menggunakan tool whys analysis untuk mengungkapkan akar permasalahan dari penyebab.
5.1.1 Penyusunan Hipotesa Awal dan Pembuktian Hipotesa
Dengan mengacu pada tabel 4.5 pada bab sebelumnya tentang faktor- faktor penyebab terjadinya defect digital jitter terhadap tinjauan aspek man, machine,material antara lain:
1. Kinerja operator di proses AORI adjustment tidak bagus 2. Kinerja mesin AORI adjustment tidak bagus
3. Kondisi media disk (media pembacaan data) tidak bagus
4. Kinerja mesin ACT tidak bagus (pengaruh axis x dan y)
5. Parameter IOP IC LDU tidak terkontrol
6. Parameter FEp_p lensa obyektif tidak terkontrol 7. Metode adhesive apply ACT tidak bagus
8. Pemasangan laser mirror miring
Dengan mengacu pada faktor-faktor diatas maka dilakukan penyusunan hipotesa dan pembuktian hipotesa. Adapun untuk ke semua faktor diatas akan diajukan masing-masing hipotesa dan pengujiannya.
5.1.1.1 Kinerja Operator di Proses AORI Adjustment Tidak Bagus
Salah satu faktor yang dianggap dapat mengakibatkan timbulnya defect digital jitter ialah pada proses penyetelan titik fokus lensa obyektif di proses AORI adjustment tidak akurat, faktor kinerja operator pada mesin tersebut dianggap sebagai faktor penyebabnya, oleh karena itu hipotesa awal disusun dengan cara membandingkan hasil nilai digital jitter untuk semua OPU RAF 3350A-Z (N2) yang dikerjakan dua orang yang berbeda dan dianggap mewakili operator terbaik dengan operator terburuk. Sehingga tersusun hipotesa adalah sebagai berikut:
H0 : jika µd = µ0 ; maka kinerja operator adalah tidak berbeda,
H1 : jika µd ≠ µ0 ; maka kinerja operator berbeda dan dianggap sebagai penyebab.
Dengan melakukan pengujian hipotesis sample kecil dengan jumlah
sampel 20 data yang merupakan data nilai digital jitter dari dua grup operator A
dan operator B pada 1 mesin AORI (penyetelan fokus lensa) yang sama. Operator
A adalah mewakili operator dengan performa terburuk dan operator B mewakili performa terbaik. Dengan menggunakan hipotesis mean test distribusi t (paired t- test) pada minitab akhirnya diperoleh hasil seperti tabel dibawah:
Tabel 5.1. Data nilai digital jitter Oprt A dan Oprt B
No Oprt A Oprt B No Oprt A Oprt B
1 6,7 6,5 11 6,8 6,5
2 6,7 6,5 12 6,8 6,6
3 6,8 6,5 13 6,8 6,4
4 6,7 7,4 14 7 6,4
5 6,8 6,9 15 6,7 6,5
6 6,8 6,9 16 6,7 6,5
7 6,9 6,6 17 6,8 6,3
8 6,5 7,1 18 7,4 6,6
9 6,4 6,3 19 6,4 6,5
10 6,6 7 20 6,6 6,5
Gambar 5.1. Uji hipotesa paired T_test Oprt A vs Oprt B
Dari hasil uji hipotesis paired T_test antara Oprt A vs Oprt B, p_value 0,167 menyarankan bahwa data adalah konsisten mendukung hipotesa nol yang
Paired T for AORI Y Oprt A - AORI Y Oprt B N Mean StDev SE Mean AORI Y Oprt A 20 6,74500 0,21637 0,04838 AORI Y Oprt B 20 6,62500 0,28631 0,06402 Difference 20 0,120000 0,373603 0,083540
95% CI for mean difference: (-0,054851; 0,294851)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 1,44 P- Value = 0,167
menyatakan bahwa performa dari dua operator tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Sehingga dugaan bahwa kinerja operator pada proses AORI adjustment sebagai penyebab terjadinya kegagalan pada parameter digital jitter adalah salah.
5.1.1.2 Kinerja Mesin AORI Adjustment Tidak Bagus
Faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya kegagalan parameter digital jitter adalah adalah posisi tangential (Tan Value) pada proses penyetelan titik fokus dari lensa obyektif di proses AORI adalah mengalami pergeseran value yang dipengaruhi kondisi mekanisme mesin yang mana kondisi tersebut akan mengakibatkan nilai parameter digital jitter akan keluar dari spesifikasi.
Keterkaitan antara nilai parameter tangential AORI dengan nilai parameter digital jitter akan diuji dengan menggunakan analisa regresi yang dibuat dengan menggunakan minitab dengan hasil seperti pada tabel dibawah:
Tabel 5.2. Data nilai tangential AORI dan digital jitter No Tan
AORI
Digital Jitter
No Tan AORI
Digital Jitter
No Tan AORI
Digital Jitter
1 -0,038 6,8 12 -0,038 6,8 23 0,009 6,9
2 -0,049 6,6 13 -0,052 6,6 24 0,041 7,4
3 -0,052 6,5 14 0,013 7 25 0,036 7,3
4 -0,048 6,6 15 0,024 7,1 26 0,028 7,1
5 -0,047 6,6 16 0,027 7,1 27 0,027 7,1
6 -0,051 6,5 17 0,030 7,2 28 0,027 7
7 -0,043 6,6 18 0,028 7,1 29 0,032 7,1
8 -0,044 6,6 19 0,032 7,3 30 0,041 7,4
9 -0,041 6,5 20 0,028 7,2 31 0,027 7,1
10 -0,048 6,7 21 0,032 7,3 32 0,019 7,1
11 -0,046 6,6 22 0,024 7
Tan (AORI)
Jitter Value
0,050 0,025
0,000 -0,025
-0,050 7,4
7,3 7,2 7,1 7,0 6,9 6,8 6,7 6,6 6,5
S 0,0883649
R-Sq 91,2%
R-Sq(adj) 90,9%
Fitted Line Plot
Jitter Value = 6,948 + 7,476 Tan (AORI)
Grafik 5.1. Analisa regresi nilai tangential AORI dan digital jitter
Gambar 5.2. ANOVA regresi linear nilai tangential AORI dan digital jitter Dari hasil ANOVA diatas ditunjukkan bahwa nilai P_value adalah 0,000 yang menunjukan bahwa hubungan antara parameter tangential AORI adalah mempunyai hubungan yang kuat terhadap nilai parameter digital jitter pada
Regression Analysis: Jitter Value versus Tan (AORI)
The regression equation is
Jitter Value = 6,948 + 7,476 Tan (AORI)
S = 0,0883649 R-Sq = 91,2% R-Sq(adj) = 90,9%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 1 2,41450 2,41450 309,22 0,000
tingkat kepercayaan 95% , begitu juga dengan R
2= 90,9% kecocokan korelasi data yang baik. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa faktor kinerja mesin AORI adjustment tidak bagus yang mana mengakibatkan nilai tangential bergeser adalah sebagai penyebab terjadinya kegagalan pada parameter digital jitter .
5.1.1.3 Kondisi Media Disk (Media Pembacaan Data) Tidak Bagus
Faktor kondisi media disk yang mana sebagai media untuk pembacaan data pada sinyal DVD diduga berpengaruh pada tingkat kegagalan parameter digital jitter, dimana media disk yang tidak bagus ( kotor dan tergores pada permukaan disk) akan mengakibatkan nilai parameter digital jiter akan out of spesification. Sehingga hal ini dibuktikan dengan uji mean mneggunakan paired t_test yang membandingkan antara nilai parameter digital jitter yang dibaca dengan menggunakan media disk yang bagus dan tidak bagus dengan data seperti pada tabel dibawah:
Tabel 5.3. Data nilai digital jitter pada media baik dan tidak baik No Bad
media disk
Good media disk
No Bad media
disk
Good media disk
No Bad media
disk
Good media disk
1 6,4 5,9 8 6,9 7,2 15 7,2 5,9
2 6,6 8,2 9 7,6 7,5 16 7 7,8
3 6,5 6,2 10 6,6 7 17 6,6 6,7
4 6,5 6,2 11 6,7 5,7 18 6,8 6,6
5 6,4 6,4 12 6,9 5,9 19 6,2 6,5
6 6,6 6,2 13 7,2 6,2 20 6,3 7,2
7 6,6 6,2 14 4,3 7,1 21 7,3 6,3
Gambar 5.3. Uji hipotesa paired T_test Bad media disk - Good media disk
Dari hasil uji hipotesa distribusi t diatas diketahui bahwa p_value 0,947 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai mean pengukuran parameter digital jitter dengan menggunakan bad media dan good media disk yang dapat disimpulkan bahwa kondisi media disk bukanlah penyebab kegagalan parameter digital jitter.
5.1.1.4 Kinerja Mesin ACT Tidak Bagus (Pengaruh Nilai Axis X dan Y ) Posisi axis X dan Y pada proses penyetelan axis ACT assembly dipandang sebagai sebuah proses critical yang bila terjadi kesalahan pada posisi axis tersebut akan berdampak pada parameter digital jitter. Sehingga dalam ahapan ini akan dilakukan uji analisa regresi untuk dua buah parameter posisi axis X dan Y terhadap nilai dari parameter digital jitter . Maka digunakan multiple regression analysis terhadap data pada tabel dibawah:
Paired T for Bad media disk - Good media disk N Mean StDev SE Mean Bad media disk 21 6,62857 0,64120 0,13992 Good media disk 21 6,61429 0,67697 0,14773 Difference 21 0,014286 0,966585 0,210926
95% CI for mean difference: (-0,425698; 0,454270)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 0,07 P-Value = 0,947
Tabel 5.4. Data nilai digital jitter,axis X dan Y
No
Digital Jitter
ACT X Axis
ACT Y
Axis No
Digital Jitter
ACT X Axis
ACT Y Axis
1 7,9 0,030 0,024 11 7,1 0,021 0,018
2 7,1 0,021 0,019 12 7,2 0,022 0,019
3 6,5 0,017 0,015 13 8,7 0,049 0,046
4 6,9 0,022 0,018 14 7,9 0,034 0,029
5 7,3 0,026 0,023 15 7 0,023 0,020
6 7,5 0,028 0,024 16 7,6 0,030 0,028
7 7,3 0,026 0,023 17 7 0,021 0,015
8 7,5 0,027 0,023 18 8,6 0,045 0,039
9 7 0,017 0,015 19 8,1 0,039 0,037
10 6,5 0,013 0,009 20 7,0 0,018 0,012
Gambar 5.4. ANOVA multiple regression digital jitter vs ACT X axis, Y axis Regression Analysis: Digital Jitter versus ACT X Axis; ACT Y Axis
The regression equation is
Digital Jitter = 5,62 + 96,6 ACT X Axis - 34,5 ACT Y Axis
Predictor Coef SE Coef T P Constant 5,6165 0,1143 49,13 0,000 ACT X Axis 96,59 21,22 4,55 0,000 ACT Y Axis -34,48 21,37 -1,61 0,125
S = 0,135048 R-Sq = 95,5% R-Sq(adj) = 95,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 2 6,6155 3,3077 181,37 0,000 Residual Error 17 0,3100 0,0182
Total 19 6,9255
Source DF Seq SS ACT X Axis 1 6,5680 ACT Y Axis 1 0,0475
Unusual Observations ACT X Digital
Obs Axis Jitter Fit SE Fit Residual St Resid 9 0,0170 7,0000 6,7412 0,0536 0,2588 2,09R R denotes an observation with a large standardized residual.
Dari hasil analisa diatas ditunjukan bahwa p_value untuk ACT X axis 0,00 terhadap predictor menunjukkan bahwa parameter tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat, sementara untuk parameter ACT Y Axis tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap parameter digital jiter yang ditandai dengan p_value 0,125 pada α=0,05. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja mesin ACT sangat berpengaruh terhadap parameter jitter untuk setting posisi ACT X axis yang mana kesalahan dalam seting tersebut akan mengakibatkan parameter digital jitter akan mengalami kegagalan.
5.1.1.5 Parameter IOP IC LDU Tidak Terkontrol
LDU IC adalah sebuah komponen IC yang terintegrasi atas laser diode
unit dan rangkaian sistem penerima sinyal DVD untuk mengkondisikan input dari
hasil tracking pada area pembacaan data pada media. Dapat diartikan bahwa LDU
terdiri atas sistem yang mentrasmisikan sinyal DVD menuju media melalui lensa
obyektif, bagian kedua adalah receiver unit yang berfungsi untuk menerima dan
mengolah sinyal hasil pembacaan pada media disk. Parameter IOP adalah arus
output dari LDU yang merefleksikan besarnya power yang diperlukan untuk dapat
memancarkan sinyal DVD hingga mampu melakukan pembacaan pada media disk
dan kembali lagi menuju sistem receiver dari komponen LDU. Dari kondisi
tersebut dilakukan pengujian keterkaitan antara parameter IOP terhadap digital
jitter untuk memastikan bahwa parameter IOP memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kegagalan parameter digital jitter. Dalam pengujian ini
dilakukan analisa regresi sederhana untuk mencari hubungan diantara kedua parameter tersebut.
Tabel 5.5. Data nilai digital jitter dan IOP No Digital
Jitter
IOP No Digital Jitter
IOP No Digital Jitter
IOP
1 6,4 16,4 10 6,2 14,5 19 6,2 14,6
2 9,1 26,7 11 6,3 15,6 20 6,5 17,3
3 6,4 16,8 12 6,3 15,2 21 6,3 15,4
4 6,6 17,1 13 7,0 19,7 22 7,1 20,0
5 6,6 16,9 14 6,5 17,8 23 6,4 16,5
6 7,0 19,9 15 6,8 18,2 24 6,3 15,4
7 6,4 17,4 16 7,1 20,2 25 6,7 17,3
8 7,1 20,1 17 6,9 19,3 26 6,6 16,5
9 6,3 15,2 18 6,2 14,7 27 6,4 16,3
Iop
JITTER
27,5 25,0
22,5 20,0
17,5 15,0
9,5 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 6,5 6,0
S 0,159195
R-Sq 92,6%
R-Sq(adj) 92,3%
Fitted Line Plot
JITTER = 2,933 + 0,2134 IopGrafik 5.2. Analisa regresi nilai digital jitter vs IOP
Gambar 5.5. ANOVA simple regression digital jitter vs IOP
Dari hasil analisa regresi diatas diketahui bahwa p_value 0,000 dengan α=0,05 hubungan antara parameter IOP LDU terhadap digital jitter adalah sangat kuat, hal ini juga didukung dengan nilai R
2= 92,6 % yang menunjukkan pola hubungan yang saling terkait. Oleh karena itu disimpulkan bahwa paramter LDU IOP yang tidak terkontrol adalah penyebab terjadinya kegagalan digital jitter.
5.1.1.6 Parameter FEp_p Lensa Obyektif Tidak Terkontrol
Parameter Fep_p merupakan parameter yang merefleksikan kesalahan fokus pada lensa obyektif yang mana diduga dapat mengakibatkan kegagalan parameter digital jitter. Dalam pengujian ini dilakukan analisa regresi sederhana untuk mencari hubungan diantara kedua parameter tersebut.
The regression equation is JITTER = 2,933 + 0,2134 Iop
S = 0,159195 R-Sq = 92,6% R-Sq(adj) = 92,3%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 1 7,89309 7,89309 311,45 0,000 Error 25 0,63358 0,02534
Total 26 8,52667
Tabel 5.6. Data nilai digital jitter dan Fep_p No Digital
Jitter
Fep_p No Digital Jitter
Fep_p No Digital Jitter
Fep_p
1 6,4 737 10 6,2 708 19 6,2 706
2 9,1 1118 11 6,3 718 20 6,2 703
3 6,4 726 12 6,3 719 21 6,5 732
4 6,6 786 13 7,0 819 22 6,3 715
5 6,6 792 14 6,5 738 23 7,1 846
6 7,0 812 15 6,8 799 24 6,4 722
7 6,4 723 16 7,1 840 25 6,3 720
8 7,1 843 17 6,9 812 26 6,7 800
9 6,3 718 18 6,2 708 27 6,6 789
FEp-p
JITTER_1
1100 1000
900 800
700 9,5 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 6,5 6,0
S 0,0825112
R-Sq 98,0%
R-Sq(adj) 97,9%
Fitted Line Plot
JITTER_1 = 1,438 + 0,006750 FEp-p
Grafik 5.3. Analisa regresi nilai digital jitter vs Fep_p
The regression equation is
JITTER_1 = 1,438 + 0,006750 FEp-p
S = 0,0825112 R-Sq = 98,0% R-Sq(adj) = 97,9%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 1 8,35646 8,35646 1227,43 0,000 Error 25 0,17020 0,00681
Total 26 8,52667
Gambar 5.6. ANOVA simple regression digital jitter vs Fep_p
Dari hasil analisa diatas disimpulkan bahwa parameter Fep_p adalah sebagai penyebab terjdinya kegagalan paramter digital jitter dengan ditandainya p_value = 0,00.
5.1.1.7 Metode Adhesive Apply ACT Tidak Bagus
Dengan menggunakan hipotesis mean test distribusi t (paired t-test) pada minitab antara dua group data digital jitter yang berasal dari OPU dengan kondisi adhesive ACT yang tidak bagus dan yang bagus.
Tabel 5.7. Data nilai digital jitter adhesive OK vs Adhesive NG No Adhesive
NG
Adhesive OK
No Adhesive NG
Adhesive OK
1 9 8,8 11 9,1 8,6
2 8,4 8,3 12 8,9 9,1
3 8 8,2 13 8,8 8,7
4 8 8,6 14 10,8 9,5
5 8,7 8,5 15 10,8 8,6
6 8,2 9,3 16 9,2 10,5
7 9,4 8,8 17 9,5 10,4
8 8,8 8,8 18 8,9 9,6
9 9,4 8,6 19 9,4 9,2
10 12 10,8 20 8,3 10,1
Gambar 5.7. Uji hipotesa paired T_test adhesive OK vs adhesive NG Dari hasil analisa diatas disimpulkan bahwa kondisi adhesive ACT OK dengan yang tidak bagus adalah tidak berpengaruh terhadap parameter digital jitter sehingga faktor tersebut bukanlah penyebab.
5.1.1.8 Pemasangan Laser Mirror Miring
Pengujian untuk kondisi ini dilakukan dengan cara mencari hubungan antara data axis X dan Y untuk posisi laser mirror terhadap nilai dari parameter digital jitter yang mana data diambil dari OPU yang mempunyai kondisi laser mirror yang miring yang mempunyai data hasil pembacaan posisi axisnya.
Paired T for Jitter Adhesive NG - Jitter Adhesive OK N Mean StDev SE Mean Jitter Adhesive 20 9,18000 1,00765 0,22532 Jitter Adhesive 20 9,15000 0,76743 0,17160 Difference 20 0,030000 0,952061 0,212887
95% CI for mean difference: (-0,415578; 0,475578)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 0,14 P-Value = 0,889
Tabel 5.8. Data nilai digital jitter dan laser mirror axis data No Rad
+/-
Tan +/-
Digital Jitter
No Rad +/-
Tan +/-
Digital Jitter
No Rad +/-
Tan +/-
Digital Jitter 1 0,2 0,3 6,8 12 0,3 0,2 6,8 23 0,6 0,2 6,9 2 0,3 0,3 6,6 13 0,5 0,2 6,6 24 0,5 0,3 7,4 3 0,4 0,3 6,5 14 0,5 0,5 7 25 0,4 0,4 7,3 4 0,5 0,3 6,6 15 0,3 0,5 7,1 26 0,5 0,4 7,1 5 0,5 0,4 6,6 16 0,8 0,4 7,1 27 0,4 0,4 7,1 6 0,3 0,3 6,5 17 0,5 0,4 7,2 28 0,3 0,5 7 7 0,3 0,4 6,6 18 0,4 0,3 7,1 29 0,4 0,3 7,1 8 0,3 0,3 6,6 19 0,4 0,3 7,3 30 0,3 0,7 7,4 9 0,3 0,6 6,5 20 0,5 0,4 7,2 31 0,4 0,4 7,1 10 0,4 0,2 6,7 21 0,4 0,4 7,3 32 0,5 0,3 7,1 11 0,4 0,4 6,6 22 0,3 0,5 7
The regression equation is
Jitter_2 = 6,30 + 0,754 Rad +/- LM + 0,886 Tan +/- LM
Predictor Coef SE Coef T P Constant 6,2960 0,2651 23,75 0,000 Rad +/- LM 0,7538 0,4288 1,76 0,089 Tan +/- LM 0,8857 0,4384 2,02 0,053
S = 0,274992 R-Sq = 17,2% R-Sq(adj) = 11,5%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 2 0,45575 0,22787 3,01 0,065 Residual Error 29 2,19300 0,07562
Total 31 2,64875
Source DF Seq SS Rad +/- LM 1 0,14704 Tan +/- LM 1 0,30871
Unusual Observations Rad
+/-
Obs LM Jitter_2 Fit SE Fit Residual St Resid 9 0,300 6,5000 7,0536 0,1140 -0,5536 -2,21R 16 0,800 7,1000 7,2534 0,1775 -0,1534 -0,73 X 30 0,300 7,4000 7,1422 0,1517 0,2578 1,12 X R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Gambar 5.8. ANOVA multiple regression digital jitter vs LM rad axis, tan axis Dari hasil ANOVA diatas disimpulkan bahwa kondis laser mirror yang miring bukanlah penyebab kegagalan pada parameter digital jitter sehubungan dengan p value keduanya diatas 0,05.
5.1.2 Analisa Akar Permasalahan (5 whys Analysis)
Dari hasil uji hipotesa untuk memverifikasi beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan parameter digital jitter akhirnya diperoleh faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kinerja mesin AORI adjustment tidak bagus 2. Kinerja mesin ACT tidak bagus (pengaruh axis x dan y) 3. Parameter IOP IC LDU tidak terkontrol
4. Parameter FEp_p lensa obyektif tidak terkontrol
Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisa akar permasalahan dengan
menggunakan 5 whys analisis yang akhirnya diperoleh seperti dibawah:
Tabel 5.9. Analisa akar permasalahan (5-whys analysis) Faktor
Penyebab
Why-1 Why-2 Why-3 Why-4 Why-5
Mesin AORI NG
Salah setting fokus AORI
Salah posisi titik 0 dari axis tangensial
Posisi axis tangensial bergeser sendiri
Kondisi mekanik dari mesin tidak stabil
Tidak ada sistem memastikan mesin dalam performa OK Mesin ACT
axis NG
Salah setting posisi ACT
Letak titik 0 posisi X salah
Posisi axis X berubah dengan sendirinya
Pengaruh pergeseran mekanik mesin
Tidak ada sistem memastikan mesin dalam performa OK Pengaruh IOP
IC LDU NG
Permuka an receiver unit LDU terkonta minasi
Terjadi cross contamina tion dari meja kerja maupun tray material
Kondisi meja kerja dan tray material yang kotor
Banyak partikel sisa silicon grease bertebaran di meja kerja dan tray material
Tidak ada sistem pencegahan cross
contamination
Pengaruh FEp_p lensa obyektif NG
Lensa obyektif terkonta minasi
Lensa obyektif terkena partikel adhesive
Terjadi cross contamination pada saat proses pemberian adhesive
Adhesive terpercik ke permukaan lensa
Tidak poka
yoke sistem
5.2 Tahapan Improve
5.2.1 Penentuan Alternatif Solusi (Tree Diagram)
Tree diagram merupakan alat bantu yang memetakan atau menggambarkan dari kondisi permasalahan secara umum, faktor-faktor penyebab permasalahan dan akar penyebab dari masing-masing faktor hingga tindakan perbaikan dari masing-masing akar penyebab tersebut. Sehingga dari gambaran tersebut akan membantu dalam manajemen perbaikan dari sebuah proyek perbaikan. Adapun perencanaan tindakan perbaikan (improve) adalah seperti dibawah:
Tabel 5.10. Item perbaikan (tree diagram)
Mengurangi Digital Jitter
failure
Memastikan mesin AORI dalam performa baik
A).Melakukan preventive& corrective maintenance secara periodik pada mesin AORI Adjustment
B).Melakukan pengecekan posisi titik 0 dan seting axis rad & tan dengan master setiap 1x shift produksi
Memastikan mesin fokus ACT dalam
performa baik
A).Melakukan preventive& corrective maintenance secara periodik pada mesin ACT adjustment
B).Melakukan pengecekan posisi titik 0 dan seting axis rad & tan dengan master setiap 1x shift produksi
Untuk melakukan tindakan pencegahan (preventive) terhadap
terjadinya cross contamination terhadap material
LDU
A).Melakukan kegiatan 5S sebelum memulai pekerjaan dan setelah (2x/shift) pada meja kerja dan tray material
B).Memodifikasi meja kerja dan
menambahkan partisi untuk pencegahan cross contamination
Untuk mencegah terjadinya cross
contamination adhesive pada permukaan lensa
obyektif
A).Melakukan kegiatan 5S sebelum memulai pekerjaan dan setelah (2x/shift) pada peralatan (jig) pada proses
pemberian adhesive
B).Membuat desain poka yoke pada jig
untuk proses pemberian adhesive
5.2.2 Implementasi Tindakan Perbaikan Dan Monitoring Hasil
Tindakan perbaikan seperti yang telah disusun pada tabel (5.10) pada akhirnya dilakukan mengikuti digram perencanaan proyek six sigma seperti pada gambar (4.1) dimana membutuhkan waktu aktual implementasi hampir 4 bulan lamanya, dan pada akhirnya diperoleh hasil perbaikan setelah dilakukan monitoring seperti berikut:
Tabel 5.11 Data Yield OPU RAF 3350A-Z (N2)
Month August-12
Input 916.388
Total Defects 2333
Reject Ratio 0,25
Yield 99,75
Defect Name Defect Qty % Defect Rate
% Defect Share
DVD Jitter hight value 703 0,08% 30,13%
PD balance X 312 0,03% 13,37%
De focus jitter 220 0,02% 9,43%
Fep-p 140 0,02% 6,00%
PD balance Y 214 0,02% 9,17%
FE_Offset 152 0,02% 6,52%
No Laser 120 0,01% 5,14%
32 VR NG 89 0,01% 3,81%
Suspension wire bending 75 0,01% 3,21%
OL Scratches 67 0,01% 2,87%
03 F NG 64 0,01% 2,74%
Movement check NG 58 0,01% 2,49%
Wire Suspension slant 47 0,01% 2,01%
F coil check 36 0,00% 1,54%
Fe balance 23 0,00% 0,99%
VR can't adjust 13 0,00% 0,56%
TOTAL 2333 0,25% 100,00%
Dari tabel 5.11 diatas diketahui bahwa yield produksi di line assembly
OPU RAF 3350A-Z (N2) adalah sebesar 99,75% dengan defect rate secara
keseluruhan menjadi 0,25%. Dengan mengacu kondisi tersebut dapat dicari ukuran sigma level pada proses di line produksi tersebut. Untuk dapat mengetahui ukuran sigma level maka harus dicari hubungan tersebut dengan menggunakan tabel hubungan DPMO, Yield & Sigma Level (Tabel 4.3) maka diperoleh sigma level yang baru yaitu sekitar 4.3 level sigma.
Dalam pada itu juga diperoleh data scrap pada periode yang sama seperti pada tabel dibawah:
Tabel 5.12 Data Scrap OPU RAF 3350A-Z (N2)
Part Number
Unit price USD
($) Qty
Amount USD ($)
HULT271S13AU $2,1000
2333 $4.899
RD-DDR070-KW $0,6912
2333 $1.613
RJB3253A $0,4661
2333 $1.087
RD-DDR023-KW $0,2381
2333 $555
REE1454 $0,2128
2333 $496
REK0094 $0,1347
2333 $314
RD-DAM043-Z $0,0979
2333 $228
RJB3260A $0,0810
2333 $189
VDL1076 $0,0650
2333 $152
RMA2074-1 $0,0547
2333 $128
VSQ1179 $0,0371
2333 $87
RMC0759 $0,0315
2333 $73
RD-DAM042-Z $0,0285
2333 $66
RMC0758 $0,0264
2333 $62
EVM2NSX80BC3 $0,0250
2333 $58
RAF 3350A-Z (N2) $4,2900
Total Amount
Scrap $10.008,57
Dari tabel diatas biaya scrap keseluruhan adalah sebesar USD $10.008,57
dengan jumlah produk yang discrap sejumlah 2333 unit.
5.3 Tahapan Control
5.3.1 Penentuan Standarisasi Pada Proses Produksi Terkait
Pada tahap ini standarisasi yang dimaksud adalah mendokumentasikan semua point-point penting dalam proses produksi kedalam sebuah dokumen SOP, prosedur kerja, petunjuk kerja dan lembar pemeriksaan. Adapun dalam kaitannya dengan perbaikan ini standarisasi yang dilakukan meliputi:
1. Membuat dokumen prosedur untuk melakukan preventive dan corrective mainenance pada mesin AORI adjustment dan mesin ACT adjustment.
2. Membuat petunjuk kerja (SOP) untuk melakukan pengecekan titik nol /offset pada mesin AORI adjustment dan mesin ACT adjustment.
3. Membuat lembar pemeriksaan (checksheet) pada mesin AORI adjustment dan mesin ACT adjustment.
4. Membuat lembar pemeriksaan (checksheet) untuk membersihkan meja kerja dan peralatan kerja (jig) sebelum dan sesudah bekerja.
Tujuan dari standarisasi ini adalah untuk memastikan bahwa kondisi yang telah baik akan senantiasa terpelihara secara berkesinambungan dengan metode yang standar.
5.3.2 Aplikasi SPC Dalam Pengontrolan Variable Penting
Sebagaimana yang telah dijabarkan pada tahapan analisa dimana telah
ditemukan dan diketahui variabel-variabel (x) yang berpengaruh terhadap
parameter digital jitter (y) ,maka sudah semestinya perlu diupayakan untuk selalu
mengontrol dan memonitoring variabel-variabel tersebut dalam setiap proses produksi dilakukan untuk mengendalikannya terhadap kondisi ketidak normalannya. Metode yang digunakan ialah dengan menggunakan statistical process control (SPC) . Adapun bentuk lebih jelasnya akan ditampilkan seperti dibawah:
5.3.2.1 SPC Parameter Rad dan Tan Mesin AORI Adjustement
Teknik pengembilan data dilakukan dengan menggunakan master parts untuk mesin AORI pada posisi tangensial dan radiannya yang dilakukan setiap harii dengan mengggunakan master part yang diambil datanya selama 5 kali (5 subgroup size) dan diperoleh sebagai berikut:
Sample
Sample Mean
28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0,08 0,04 0,00 -0,04 -0,08
__X=0,0041 UC L=0,0755
LC L=-0,0674
Sample
Sample Range
28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0,3
0,2 0,1
0,0
_R=0,1239 UC L=0,2619
LC L=0
Xbar-R Chart of SPC AORI Rad
Grafik 5.4. SPC AORI Radian
Dari grafik SPC diatas diperoleh bahwa X-Bar maupun R-chart tidak terdapat data atau kondisi yang abnormal .
Sample
Sample Mean
28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0,00
-0,04
-0,08
__X=-0,0139 UC L=0,0278
LC L=-0,0556
Sample
Sample Range
28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0,16 0,12 0,08 0,04 0,00
_R=0,0723 UC L=0,1528
LC L=0 1
Xbar-R Chart of SPC AORI Tan
Grafik 5.5. SPC AORI Tan
Dari grafik SPC diatas untuk parameter AORI Tangensial diperoleh bahwa X-Bar terdapat 1 buah data yaitu pada periode ke 19 yang outlier keluar dari lower control limit (LCL) . Setelah hal ini dilaporkan pada divisi perawatan dan perbaikan ternyata diperoleh kondisi mechanical offset yang bergeser, dan setelah diperbaiki dan dilanjutkan pada monitoring periode berikutnya diperoleh kondisi yang normal kembali.
5.3.2.2 SPC Parameter Axis X dan Axis Y Mesin ACT Adjustement
Teknik pengembilan data dilakukan dengan menggunakan master parts
untuk mesin ACT pada posisi axis X dan axis Y nya yang dilakukan setiap harii
dengan mengggunakan master part yang diambil datanya selama 5 kali (5 subgroup size) dan diperoleh sebagai berikut:
Sample
Sample Mean
28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0,060 0,045 0,030 0,015 0,000
__X=0,03510 UC L=0,06617
LC L=0,00403
Sample
Sample Range
28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0,100 0,075 0,050 0,025 0,000
_R=0,0539 UC L=0,1139
LC L=0
Xbar-R Chart of SPC ACT X
Grafik 5.6. SPC ACT axis X
Dari grafik SPC diatas diperoleh bahwa X-Bar maupun R-chart untuk
ACT axis X tidak terdapat data atau kondisi yang abnormal.
Sample
Sample Mean
28 25 22 19 16 13 10 7
4 1 0,060 0,045 0,030 0,015 0,000
__X=0,02678 U C L=0,05161
LC L=0,00195
Sample
Sample Range
28 25 22 19 16 13 10 7
4 1 0,08 0,06 0,04 0,02 0,00
_R=0,0430 U C L=0,0910
LC L=0 1
Xbar-R Chart of SPC ACT Y
Grafik 5.7. SPC ACT axis Y
Dari X bar_R chart diatas pada periode 19 terdapat data yang outlier ,yang mana setelah dilakukan perbaikan dan dimonitoring data kembali normal setelahnya.
5.3.3 Audit / Inspeksi Pada Proses Produksi
Audit atau inspeksi ini adalah berfokus terhadap proses-proses yang telah
diidentifikasi dalam proyek ini dengan fokus pada memastikan bahwa proses
produksi telah melakukan ketentuan yang telah tertulis dalam dokumen tertulis
mereka. Dalam hal ini point audit adalah meliputi metode kerja dari para operator
apakah sesuai dengan petunjuk dan insruksi kerja yang telah diberikan,
penggunaan alat bantu kerja apakah telah mengikuti daftar peralatan kerja yang
telah ditetapkan. Setiap ada penyimpangan terhadap ketentuan yang ada akan
diangkat menjadi sebuah item temuan (finding item) yang harus segera ditangani oleh bagian produksi.
5.3.4 Melengkapi dan Memperbarui Dokumen FMEA
Pada dasarnya dokumen FMEA ini telah ada sebelum proyek perbaikan ini
dilakukan namun demikian untuk failure mode digital jitter failure belum di
definisikan dengan lengkap, sehingga seiring dengan rangkaian proses perbaikan
dengan metodologi DMAIC terutama pada tahapan analisa dimana keterkaitan
antara beberapa parameter terhadap kegagalan digital jitter ditemukan dan
diperbaiki dalam tahapan improve sehingga kondisi tersebut harus di update
secara bertahap ke dalam dokumen FMEA.
Tabel 5.13 FMEA ( Digital Jitter Failure )
Customer Nintendo
Model RAF3350A-Z
Part Name N2-OPU Date
Part Number RAF3350A-Z Page No
FMEA Type Process FMEA Revision
Location PSEB Originator Engineering QA Production
Action Results Process Name
(Function)
Material (s)
Potential Failure Mode(s)
Potenti al Effect(s
) of Failure
S e v
Potential Cause(s)/
Mechanis m(s) of Failure
P r o b
Current Design Controls
D e t
R P N
Recommended Action(s)
Responsibilit y & Target Completion
Date
Actions Taken
New Sev New Occ New Det New RPN
LDU IC Install and grease apply
LDU Contaminated
Digital Jitter
6 Cross contaminat ion grease particle
7 - VMI 100%
Check
5 210 -Contamination factor prevention &
elimination
- VMI Operator training
Production
Maintenance
Trainer
- Tidy up, work station , jig clening activity 2x / shift -Relay out working table , cover installation - VMI Operator training
6 3 3 54
Objective Lens Install and bonding
Objective lens contaminated
Digital Jitter
6 Adhesive splash while process
8 - VMI 100%
Check '- Handling method adhesive apply
6 288 - Poka yoke system upon adhesive apply
- VMI Operator training
Maintenance
& Process Eng
- Jig OL adhesive apply modification (with OL surface cover) - VMI Operator training
6 3 2 36
ACT Assy focus adjustment
ACT assy Axis X/Y out of spec
Digital Jitter
6 Mechanical offset Axis X/Y change
5 - No detection system
10 300 - Improve detection system for mechanical offset position
Maintenance - Mastering check for offset position 1 time/ shift - Impelement preventive and corrective maintenance
6 3 3 54
AORI focus adjustment
AORI rad/tan out of spec
Digital Jitter
6 Mechanical offset rad/tan change
5 - No detection system
10 300 - Improve detection system for mechanical offset position
Maintenance - Mastering check for offset position 1 time/ shift - Impelement preventive and corrective maintenance
6 3 3 54
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA Number
Approval KBF-N2-3-F003-A
12 - October-2012 1 of 1
1 Yoyok Sunyoto