• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI POKOK PANAS DAN

PERPINDAHANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SD NEGERI BANYUBIRU 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ratih Laila Purnamasari NIM: 161134158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

ii

SKRIPSI

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI POKOK PANAS DAN

PERPINDAHANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SD NEGERI BANYUBIRU 1

Oleh:

Ratih Laila Purnamasari NIM: 161134158

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. Tanggal 10 Juni 2021

Pembimbing II

Drs. Paulus Wahana, M.Hum. Tanggal 10 Juni 2021

(3)

iii SKRIPSI

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI POKOK PANAS DAN

PERPINDAHANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SD NEGERI BANYUBIRU 1

Dipersiapkan dan di tulis oleh Ratih Laila Purnamasari

NIM: 161134158

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 30 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. ………

Sekretaris Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ………

Anggota Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. ………

Anggota Drs. Paulus Wahana, M.Hum. ………

Anggota Dr. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. ………

Yogyakarta, 30 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya dalam setiap proses pembuatan skripsi.

2. Dosen pembimbing saya, Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Paulus Wahana, M.Hum. yang senantiasa memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Orang tua saya, Bapak Jaka Parmono dan Ibu Siti Zulaichah serta bapak sambung dan adik saya, Bapak Arif Edi Yulianto dan Maulana Bintang Praditya yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan semangat sehingga diberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi.

4. Guru SD Negeri Banyubiru 1, Magelang.

5. Kakak sepupu saya, Asrofani Atutdiniya serta kekasih saya Adha Dwi Apriyan, S.Kom. yang selalu memberikan semangat dan bantuan.

6. Sahabat-sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat.

7. Almamater kebanggaanku, Universitas Sanata Dharma.

(5)

v

MOTTO

“Man Jadda Wajada”

(Barang siapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapatkan hasil)

“Apapun yang terjadi, lakukan dan kerjakan dengan sepenuh hati”

(Ratih Laila Purnamasari)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis

Ratih Laila Purnamasari

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ratih Laila Purnamasari

Nomor Induk Mahasiswa : 161134158

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI POKOK PANAS DAN PERPINDAHANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SD NEGERI BANYUBIRU 1

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, dan mempublikasikan untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 30 Juli 2021 Yang menyatakan

Ratih Laila Purnamasari

(8)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS V MATERI POKOK PANAS DAN PERPINDAHANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SD

NEGERI BANYUBIRU 1 Ratih Laila Purnamasari Universitas Sanata Dharma

2021

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Banyubiru 1. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan upaya peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V materi panas dan perpindahannya melalui model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1, 2) meningkatkan kreativitas siswa kelas V materi panas dan perpindahannya melalui model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1, 3) meningkatkan hasil belajar siswa kelas V materi panas dan perpindahannya melalui model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, siklus pertama terdiri dari dua pertemuan dan siklus kedua terdiri dari satu pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Banyubiru 1 yang berjumlah 25 siswa pada tahun ajaran 2019/2020. Objek penelitian ini adalah kreativitas dan hasil belajar.

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah yang terdiri dari lima langkah. Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah 1) mengorientasikan siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V materi panas dan perpindahannya di SD Negeri Banyubiru 1 dapat diupayakan melalui lima Langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah; 2) model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V di SD Negeri Banyubiru 1. Kondisi awal diperoleh skor rata-rata sebesar 57,4 meningkat menjadi 71,6 pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 81; 3) model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Banyubiru 1. Kondisi awal diperoleh skor rata-rata sebesar 72,04 meningkat menjadi 73,6 pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 81.

Kata kunci: kreativitas, hasil belajar, model pembelajaran berbasis masalah

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF CREATIVITY AN LEARNING OUTCOMES STUDENT CLASS V ON HEAT AND

DISPLACEMENT BY PROBLEM BASED LEARNING MODELS IN BANYUBIRU 1 ELEMENTARY SCHOOL

Ratih Laila Purnamasari Sanata Dharma University

2021

The background of the research based on the low creativity and the learning outcomes student clas V in Banyubiru 1 Elementary School. The research outcomes has purposes 1) to describe effort of improvement creativity and learning outcomes student class V on heat and displacement by problem based learning models in Banyubiru 1 Elementary School, 2) to improve creativity outcomes of student class V on heat and displacement by problem based learning models in Banyubiru 1 Elementary School, 3) to improve learning outcomes of student class V on heat and displacement by problem based learning models in Banyubiru 1 Elementary School.

The type of the research is a Classroom Active Research (CAR) which consists of two cycle. Each cycle consists of two meetings. The subjects of the study were the V grade students in Banyubiru 1 Elementary School. The object of the research is the students creativity and learning outcomes.

The learning model used is a problem-based learning model consisting of five steps. The steps of the problem-based learning model are 1) orienting students to problems, 2) organizing students to learn, 3) guiding self-investigate or group, 4) developing and presenting work outcomes, and 5) analyzing and evaluating problem-solving outcomes.

The result showed that: 1) improvement in the creativity and learning outcomes of student class V of Banyubiru 1 Elementary School in studying heat and displacement can be carried out by applying the five steps in the problem based learning model; 2) the problem based learning can improve the creativity of student class V at Banyubiru 1 Elementary School. Intial conditions obtained an average score of 54,7 increased to 71,6 in the first cycle and tho 81 in the second cycle; 3) the problem based learning model can improve the learning outcomes of students class V of Banyubiru 1 Elementary School. Intial conditions obtained an average score 72,04 increased to 73,6 in the first cycle and to 81 in the second cycle.

Keywords: creativity, learning outcomes, problem based learning models

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Materi Pokok Panas dan Perpindahannya Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SD Negeri Banyubiru 1”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah memungkinkan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, Kerjasama, dan dukungan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Kintan Limiansih, S.Pd.., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Titik Sulistyowati, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Banyubiru 1 yang telah memberikan izin dalam pengambilan data dalam penelitian ini.

7. Sarindi, S.Pd.SD. selaku guru kelas V yang bersedia terlibat dalam penelitian serta memberikan dukungan, masukan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

8. Dosen mata kuliah Fisika yang sudah bersedia memberikan masukan terkait validasi penelitian.

(11)

xi

9. Dosen mata kuliah IPA Universitas PGRI Yogyakarta yang sudah memberikan masukan terkait validasi penelitian.

10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membantu proses perizinan penelitian skripsi ini.

11. Bapak Jaka Parmono yang selalu memberikan dukungan kepada penulis berupa doa, motivasi dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Bapak Arif Edi Yulianto dan Siti Zulaichah yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Kakak sepupu saya Asro Fani Atutdiniya yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan menyelesaikan skripsi ini.

14. Keluarga besar saya yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Kekasih saya Adha Dwi Apriyan, S.Kom. yang selalu mendukung berupa doa, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman saya, Amalia Nur Islami, S.Pd. yang selalu mendukung dan meminjami laptop dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Keluarga kelas C yang sudah berproses dari awal sampai akhir perkuliahan ini. Terima kasih atas kerja sama dan kebersamaan selama ini.

18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoda skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis

Ratih Laila Purnamasari

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….…….…. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...…….. iv

HALAMAN MOTTO ……….….…... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..…….. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… vii

ASBTRAK ………...……….. viii

ABSTRACT ………...……….. ix

KATA PENGANTAR ………...………. x

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR BAGAN... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ...10

A. Kajian Pustaka ... 10

Teori Perkembangan Anak... 10

Kreativitas ... 12

(13)

xiii

a. Pengertian Kreativitas ... 12

b. Karakteristik Kreativitas... 12

Hasil Belajar ... 14

a. Pengertian Hasil Belajar ... 14

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar ... 14

c. Klasifikasi Hasil Belajar ... 15

Model Pembelajaran ... 16

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

Pendekatan Saintifik ... 20

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ... 20

Perpindahan Panas ... 21

B. Penelitian Yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ...27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

Observasi ... 35

Kuesioner ... 36

Penilaian Produk ... 36

Tes ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 38

Tes ... 38

Lembar Observasi ... 38

Lembar Kuesioner ... 39

Rubrik Penilaian Produk ... 41

F. Validitas Dan Reliabilitas ... 65

(14)

xiv

Validitas ... 65

Reliabilitas ... 71

G. Teknik Analisis Data ... 72

H. Indikator Keberhasilan ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...76

A. Hasil Penelitian... 76

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 99

Analisis Data Hasil Penelitian ... 88

a. Analisis Data Kreativitas Siswa ... 88

b. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 91

B. Pembahasan ... 93

Upaya Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 94

Peningkatan Kreativitas Siswa ... 98

Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 99

BAB V PENUTUP ...101

A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 102

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ...103

LAMPIRAN ...106

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Kreativitas Kondisi Awal Siswa Kelas V ... 4

Tabel 1.2 Data Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Kelas V ... 4

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Pilihan Ganda ... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Kreativitas ... 38

Tabel 3.3 Ketentuan Skor Skala Likert ... 39

Tabel 3.4 Instrumen Kuesioner Kreativitas Siswa ... 39

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Produk Diagram Gambar ... 41

Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Produk Gambar Langkah Kerja ... 42

Tabel 3.7 Tabel Rubrik Penilaian Mind Map ... 43

Tabel 3.8. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Validasi ... 43

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi ... 50

Tabel 3.10. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Validasi ... 58

Tabel 3.11. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Validasi ... 61

Tabel 3.12 Rincian Pemberian skor Evaluasi ... 65

Tabel 3.13 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran PAP Tipe I ... 66

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 67

Tabel 3.15 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 68

Tabel 3.16. Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II ... 69

Tabel 3.17 Hasil Validasi Lembar Observasi dan Kuesioner ... 70

Tabel 3.18 Kualifikasi Reliabilitas ... 71

(16)

xvi

Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Tiap Siklus ... 71

Tabel 3.20 Klasifikasi Kreativitas ... 73

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa ... 75

Tabel 4.1 Skor rata-rata Kreativitas pada Kondisi Awal ... 77

Tabel 4.2 Skor Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 78

Tabel 4.5 Hasil Skor Kreativitas Siswa... 90

Tabel 4.6 Peningkatan kreativitas ... 91

Tabel 4.7 Rerata Hasil Belajar Siklus I dan siklus II ... 92

Tabel 4.8 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 93

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ... 24 Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 26 Bagan 3.2 Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart... 28

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 107

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 108

Lampiran 3. Surat Izin Validitas Ahli ... 109

Lampiran 4. Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran... 112

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran ... 121

Lampiran 6. Hasil Validitas Instrumen Observasi ... 122

Lampiran 7. Hasil Validitas Instrumen Kuesioner ... 131

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Observasi dan Kuesioner . 140 Lampiran 9. Lembar Observasi Kreativitas ... 141

Lampiran 10. Hasil Observasi Kreativitas ... 143

Lampiran 11. Hasil Kuesioner Kreativitas ... 145

Lampiran 12. Hasil Produk Kreativitas ... 149

Lampiran 13. Hasil Rekapitulasi Produk Kreativitas ... 155

Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus I ... 156

Lampiran 15. Hasil Soal Evaluasi Siklus I... 162

Lampiran 16. Soal Evaluasi Siklus II ... 163

Lampiran 17. Hasil Soal Evaluasi Siklus II ... 169

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Soal Evaluasi ... 170

Lampiran 19. RPPTH Siklus I Pembelajaran 1 ... 171

Lampiran 20. RPPTH Siklus I Pembelajaran 2 ... 189

Lampiran 21. RPPTH Siklus II Pembelajaran 5 ... 210

Lampiran 22. Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa ... 229

Lampiran 23. Foto-foto Kegiatan ... 230

Daftar riwayat hidup ... 232

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan semakin maju dan berkembang pesat. Proses pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, berpikir kritis, komunikatif, dan kolaborasi dalam kebutuhan abad 21. Proses pendidikan salah satunya terjadi di sekolah, yang artinya sekolah diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dapat mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Fadel (dalam Sani, 2019: 52) menyatakan bahwa keterampilan belajar dan inovasi yang dibutuhkan abad 21 adalah: kreativitas (creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kemampuan berkolaborasi (collaboration), dan kemampuan berkomunikasi (communication). Keempat keterampilan tersebut merupakan keterampilan utama abad 21 yang disingkat 4C. salah satu keterampilan yang menjadi sorotan yaitu kreativitas. Keterampilan kreativitas merupakan keterampilan yang diperoleh siswa dengan menerapkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan berkolaborasi.

Kreativitas merupakan salah satu hal yang dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran. Sani (2019: 9) mengemukakan bahwa kreativitas terkait dengan kemampuan merangkai atau membuat sesuatu dengan cara yang baru secara konseptual atau menghasilkan produk menarik dengan imajinasi tinggi.

Kreativitas siswa dapat dilihat pada saat siswa menyampaikan pendapat dengan ide yang unik saat guru memberikan pertanyaan. Selain itu, siswa juga mengombinasikan cara baru dengan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan sehari-hari. Siswa juga diharapkan bisa membuat hasil karya seni dari pengetahuan yang diperoleh selama proses pembelajaran.

(20)

Di dalam dunia pendidikan terdapat banyak mata pelajaran. Mata pelajaran harus dipelajari dan dipahami, bahkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang peristiwa alam di sekitar maupun semesta melalui pengamatan. IPA memiliki kata lain sains atau science, diartikan sebagai pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris (Putra, 2013: 51).

Pembelajaran IPA dapat menumbuhkan sikap ilmiah berdasarkan pengalaman langsung. Namun, menurut hasil PISA tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat 62 dari 71 peserta dengan skor 396. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan IPA di Indonesia masih cukup rendah sesuai dengan kondisi siswa kelas V SD Negeri Banyubiru 1 yang masih kesulitan dalam memahami materi panas dan perpindahannya. Materi tersebut biasa dialami dalam kegiatan sehari-hari dan berguna bagi siswa. Contohnya: pada saat memasak air menggunakan panci, siswa yang memahami konsep panas dan perpindahannya tidak akan memegang panci dengan tangan kosong yang dapat mengakibatkan luka bakar, melainkan menggunakan alas tangan.

Dalam proses pendidikan diharapkan dapat menimbulkan suatu peningkatan khususnya pada bidang studi IPA baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Peningkatan tersebut juga terkait dengan bagaimana siswa dapat memecahkan masalah dan menyelesaikannya dalam proses pembelajaran.

pendidikan pun dikategorikan menjadi dua yaitu Pendidikan formal dan nonformal. pendidikan formal merupakan pendidikan yang dapat dilakukan di sekolah, sedangkan pendidikan nonformal dapat dilakukan di luar sekolah.

Namun, semua jenis pendidikan bertujuan mengajak siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengikuti proses pembelajaran.

Setiap jenjang pendidikan terdapat proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru. Belajar merupakan proses di mana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Tidak hanya sampai disitu saja, siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menghadapi pembelajaran.

(21)

Terlibat langsung dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Siswa juga mendapat pengetahuan dan keterampilan melalui eksplorasinya. Saat siswa terlibat langsung dan fokus pada proses pembelajaran, materi yang disampaikan akan mudah dipahami.

Salah satu masalah yang sering ditemui di dunia pendidikan saat ini adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang rendah dipengaruhi oleh faktor-faktor di sekitarnya. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri dan lingkungan sekitar. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukaan sarana prasarana, model pembelajaran, dan sumber belajar yang mendukung dan memperlancar proses belajar. Penggunaan model pembelajaran bertujuan untuk merencanakan agar langkah yang dilakukan guru dapat terlaksana dengan baik.

Masalah yang sama yaitu hasil belajar yang belum maksimal terjadi di SD Negeri Banyubiru 1 dalam proses pembelajaran IPA. Peneliti memilih penilaian harian untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar siswa kelas V. Pembelajaran yang terjadi di kelas hanya guru yang terlalu banyak menjelaskan. Terkadang guru juga mengajak siswa untuk melakukan percobaan. Namun, siswa tidak banyak terlibat dalam hal itu. Sejalan dengan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SD Negeri Banyubiru 1 pada bulan Januari, kegiatan pembelajaran IPA berlangsung dengan penjelasan dari guru yang bersumber dari buku. Penggunaan model dan media belum optimal, masih terpengaruh dengan kurikulum sebelumnya yang mana terlalu banyak ceramah. Siswa mengalami kesulitan memahami materi, hasil belajar siswa sangat rendah yaitu 17 dari 25 siswa mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan. Diperkuat dengan hasil kuesioner siswa mengenai kreativitas yang sangat rendah. Hasil belajar dan kreativitas saling memengaruhi pada proses pembelajaran.

Materi perpindahan panas termasuk dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA termasuk bidang studi yang sulit dipahami oleh siswa jika hanya diajarkan teori saja dengan guru. Sedangkan pengertian IPA adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris. Dalam bidang studi IPA harus dipelajari konsep dasar agar mudah dipahami. Pada usia 10 hingga 11

(22)

tahun masih termasuk pada tahap operasi konkret, sehingga siswa kelas V akan dengan mudah memahami jika menggunakan model pembelajaran maupun media pembelajaran konkret. Berikut ini adalah data kreativitas kondisi awal siswa kelas V tersaji pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Kreativitas Kondisi Awal Siswa Kelas V Rata-rata Hasil

Observasi

Rata-rata Hasil

Kuesioner Rata-rata Keterangan

50,4 64,6 57,4 Cukup

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data variabel kreativitas siswa pada kondisi awal berdasarkan observasi adalah 50,4, sedangkan untuk data hasil kreativitas berdasarkan hasil kuesioner adalah 64,6. Berdasarkan kedua data tersebut, dapat diperoleh rata-rata yaitu 57,4 yang menunjukkan bahwa kreativitas termasuk dalam kategori cukup kreatif. Kategori kreativitas siswa dirumuskan oleh Masidjo (1995: 157). Jika dikaitkan dengan lima indikator kreativitas dalam penelitian ini maka nampak bahwa kelima unsur tersebut yaitu 1) kemampuan siswa memiliki ide yang unik, 2) mencoba cara-cara baru dengan mengombinasikan beberapa pengetahuan, 3) memberikan banyak gagasan, 4) memiliki rasa keindahan, dan 5) memiliki daya imajinatif kurang dioptimalkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Sementara untuk data hasil belajar pada kondisi awal siswa kelas V dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Data Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Kelas V Ulangan Harian

Tahun Ajaran KKM Rata-rata Ketuntasan Jumlah Siswa Ya Tidak

2019/2020 75 72,04 32%

(8 siswa)

68%

(17 siswa) 25 siswa

Berdasarkan keterangan pada tabel 1.2, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada kondisi awal ditinjau dari ulangan harian tema 6 sub tema 1 tentang suhu dan kalor tahun ajaran 2019/2020 dengan KKM 75, nilai rata-rata siswa adalah 72,04.

Jumlah siswa kelas V adalah 25 siswa, dan apabila ditinjau pada aspek ketuntasan

(23)

nilai KKM diperoleh data sebanyak 8 siswa (32%) tuntas dan 17 siswa (68%) tidak tuntas.

Melihat kondisi tersebut, peneliti mencari solusi model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Banyubiru 1. Solusi yang diperoleh peneliti yaitu menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Model pembelajaran tersebut menyajikan tentang permasalahan dalam pembelajaran secara nyata kepada siswa. selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diajak untuk menganalisis dan menyelidiki permasalahan sehingga dapat menemukan penyelesainnya. Kegiatan tersebut secara tidak langsung membantu siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir kritis.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah yang pertama yaitu mengorientasikan siswa pada masalah. Pada langkah ini, guru bertugas untuk memberikan masalah kepada siswa melalui sebuah gambar atau cerita dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru membantu siswa agar mampu mendefinisikan tugas belajar yang berkaitan dengan masalah. Langkah ketiga yaitu guru membimbing penyelidikan atau pemecahan masalah secara individual maupun kelompok. Pada Langkah ketiga ini siswa diharapkan mampu mengumpulkan beberapa informasi untuk mendapatkan penjelasan untuk memecahkan masalah. Langkah keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil. Langkah ini mampu memperlihatkan kreativitas siswa dalam membuat sebuah karya atau laporan setelah pemecahan masalah. Langkah yang terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada Langkah kelima ini siswa diharapkan mampu melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan dengan harapan akan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan dan kreativitas selama pelaksanaan pembelajaran.

Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Pokok Panas dan

(24)

Perpindahannya Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SD Negeri Banyubiru 1” sebagai salah satu cara untuk menghadapi permasalahan yang terjadi pada siswa selama pembelajaran berlangsung. Dari pokok permasalahan yang peneliti temukan di kelas V pada saat pembelajaran IPA, maka peneliti akan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Model Pembelajaran Berbasis Masalah digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan mampu mengajak siswa untuk memecahkan permasalahan dengan cara mengkombinasikan beberapa pengetahuan yang telah diperoleh sehingga mampu menghasilkan pengetahuan baru yang dapat meningkatakan kreativitas siswa secara mandiri. Pengetahuan siswa diperoleh secara mandiri selama pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Oleh karena itu, peneliti berharap dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Banyubiru 1 dapat meningkat.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti dalam hal ini perlu membatasi masalah-masalah yang dikaji untuk memudahkan dalam penelitian, batasan masalah dikhususkan pada:

1. Peneliti melakukan penelitian terhadap siswa kelas v SD Negeri Banyubiru 1, magelang pada tahun ajaran 2019/2020.

2. Variabel yang diteliti yaitu kreativitas dan hasil belajar siswa.

3. Indikator pada variabel kreativitas meliputi: a) ide-ide yang dihasilkan tidak umum/ unik, b) lebih suka mencoba cara baru untuk menyelesaikan permasalahan, daripada cara yang sudah dipelajari/ diketahui secara umum, c) mempunyai rasa keindahan yang dalam, d) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, dan e) mempunyai daya imajinasi.

4. Model pembelajaran berbasis masalah meliputi lima langkah yaitu: 1) mengorientasikan siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa agar belajar, 3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, 4)

(25)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

5. Mata pelajaran yang terkait adalah mata pelajaran IPA dengan materi pokok Panas dan Perpindahannya.

C. Rumusan Masalah

Agar penulisan dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat memberikan hasil yang optimal, peneliti menentukan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini. Dilihat dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari penulisan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V pada materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V pada materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1?

D. Tujuan Penelitian

Dilihat dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penulisan ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V pada materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1.

(26)

2. Meningkatkan kreativitas siswa kelas V pada materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini dikategorikan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta diharapkan menjadi referensi dan masukan dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok perpindahan panas. Selain itu, penulisan ini juga dapat menambah pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan saintifik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Dengan adanya model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan saintifik akan memberikan pembelajaran yang bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas dan hasil belajarnya terhadap materi perpindahan panas.

b. Bagi Guru

Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman yang sesuai diterapkan di kelas pada materi ajar tertentu. Guru dapat mengevaluasi kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah ini.

c. Bagi Sekolah

Model pembelajaran ini dapat dijadikan contoh pembelajaran inovatif untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran juga menambah masukan

(27)

kepada sekolah tentang model pembelajaran berbasis masalah karena di SD Negeri Banyubiru 1 masih kurang dalam penerapan model pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas, mengetahui peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1.

F. Definisi Operasional

1. Kreativitas merupakan sebuah kemampuan memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru dengan cara menyatukan dan menerapkan ide-ide yang telah ada.

2. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dan sejumlah pengalaman diri seseorang secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana konseptual yang menggambarkan jalannya proses belajar mengajar secara sistematis untuk menyelesaikan permasalahan dengan pengetahuannya. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yaitu diawali dengan memberikan orientasi masalah pada siswa, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan secara mandiri maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan ciri khas adanya permasalahan nyata yang kompleks bahkan sesuatu yang baru sebagai lingkup untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan permasalahan serta memperoleh pengetahuan.

5. Pendekatan saintifik adalah pendekatan aktivitas siswa terhadap sesuatu yang diteliti dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat kerangka pada kegiatan pembelajaran untuk memperoleh kesimpulan ilmiah secara sistematik.

(28)

6. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, dan menginvestigasi tentang alam dan fenomena didalamnya yang berhubungan seluruhnya dan bersifat empiris.

7. Perpindahan panas adalah panas dapat berpindah dari tempat satu ke tempat lain, juga dari benda satu ke benda lainnya.

(29)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Teori Perkembangan Anak

Perkembangan anak adalah penyempurnaan dan peningkatan fungsi secara kualitas (Syaodih dalam Sutirna, 2013: 13). Proses perkembangan menurut Werner (dalam Suhada, 2017: 3) berlangsung dari keadaan yang global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Istilah perkembangan menurut Slavin (2019: 50) mengacu pada cara orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui perkembangan kepribadian, perkembangan sosio emosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan perkembangan bahasa.

Pandangan Piaget tentang perkembangan kognisi menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, pandangan tentang perkembangan kognisi sebagai proses ketika anak secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka (Berk dalam Slavin, 2019: 55). Piaget membagi perkembangan kognisi anak dan remaja menjadi empat tahap: sensorimotor, pra- operasi, operasi konkret, dan operasi formal. Berikut ini adalah uraian dari keempat tahap tersebut:

a. Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), yaitu tahap perkembangan anak pada usia 0 – 2 tahun. Tahap ini ditandai dengan seorang individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui alat indera dan kemampuan motorik mereka.

Tahap sensorimotor anak didasarkan pada pengalaman langsung. Menurut Owens (dalam Sutirna, 2013: 28) mengatakan bahwa secara berangsur-angsur anak mulai mampu mempresentasikan realita melalui simbol dan menemukan cara-cara memenuhi keinginannya. Kegiatan pada tahap sensori motor misalnya berkedip terhadap rangsangan cahaya terang, menirukan gerakan tertentu, mengambil sesuatu dengan menarik kursi, dan mengenal teman-

(30)

temannya. Perkembangan penting dari tahap sensorimotor adalah kemampuan memahami keajegan objek yaitu pemahaman bahwa objek tertentu ada sekalipun tidak terlihat.

b. Tahap praoperasi (preoperasinal stage), yaitu tahap perkembangan anak pada usia 2 hingga 7 tahun. Tahap ini ditandai anak mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan sesuatu dan dapat menggunakan simbol untuk melambangkan objek ke dalam pikiran (Masley dalam Slavin, 2019: 57).

Salah satu penemuan Piaget yang paling awal dan terpenting ialah bahwa anak kecil tidak mempunyai pemahaman tentang prinsip konservasi. Prinsip konservasi yaitu konsep bahwa sifat tertentu objek (bobot) akan tetap sama walaupun terjadi perubahan sifat lain (panjang). Salah satu karakteristik tugas konservasi yaitu keterpusatan (centration): memberikan perhatian hanya pada satu aspek situasi. Selanjutnya, reversibilitasi yaitu kemampuan melakukan pengoperasian pikiran dan kemudian membalik pemikiran seseorang untuk kembali ke titik semula. Akhirnya, pemikiran anak pra-operasi bersifat egosentris. Pada tahap ini, anak percaya bahwa setiap orang melihat dunia tepat seperti yang mereka lihat.

c. Tahap operasi konkret (concrete operational stage) terjadi pada anak usia 7 hingga 11 tahun. Tahap ini ditandai dengan anak berkembang kemampuannya untuk bernalar logis dan memahami konservasi tetapi hanya dapat menggunakan kedua kemampuan ini dalam menghadapi situasi yang sudah tidak asing lagi. Salah satu tugas terpenting yang dipelajari dalam tahap operasi konkret adalah pengurutan (seriation) atau menyusun sesuatu ke deret yang logis. Setelah kemampuan pengurutan diperoleh, anak-anak dapat menguasai kemampuan terkait yang dikenal sebagai transitivitas. Transitivitas merupakan kemampuan pada perkembangan kognisi untuk individu dapat menyusun dan membandingkan objek-objek ke dalam pikiran.

d. Tahap operasi formal (formal operation stage) terjadi pada anak usia 11 tahun hingga dewasa. Tahap ini ditandai dengan munculnya kemampuan menghadapi situasi yang potensial atau hipotesis dan secara abstrak untuk dapat bernalar secara logis. Istilah Piaget mengenai penalaran hipotesis

(31)

deduktif mewujudkan konsep bahwa remaja dapat mengembangkan hipotesis mengenai cara untuk memecahkan masalah dan mencapai kesimpulan secara sistematis (Santrock, 2014: 50)

Berdasarkan teori Piaget (Slavin, 2019), siswa yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas V SD yang berumur 10 hingga 11 tahun. Pada usia 10 hingga 11 tahun menurut teori Piaget berada pada tahap operasi konkret, sehingga lebih mudah belajar menggunakan benda-benda nyata di sekitarnya. Pengurutan juga mempermudah siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajarnya. Hal yang dimaksud adalah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam belajar untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V dengan materi pokok perpindahan panas di SD Negeri Banyubiru 1.

Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Downing (dalam Sani, 2019: 6) mengungkapkan bahwa kreativitas dapat didefinisikan sebagai proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun kembali elemen tersebut. Sependapat dengan Downing, Nurlaela & Ismiyati (2015: 9) mengungkapkan “kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-gagasan baru dengan cara mengombinasikan, mengubah, atau menerapkan ide-ide yang telah ada.”. Sedangkan Semiawan dan Munandar berpendapat bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah (Masganti Sit, 2016:

1).

Berdasarkan pernyataan kedua ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kreativitas merupakan sebuah kemampuan memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru dengan cara menyatukan dan menerapkan ide-ide yang telah ada.

Gagasan atau sesuatu yang baru tersebut diterapkan untuk pemecahan suatu masalah dalam proses belajar mengajar.

b. Karakteristik Kreativitas

Sani (2019: 72) mengatakan ciri-ciri siswa yang kreatif adalah sebagai berikut:

1) Mengemukakan ide-ide yang tidak dipikirkan oleh siswa lain

(32)

2) Memiliki keingintahuan yang besar dan Panjang akal.

3) Terbuka terhadap pengalaman baru.

4) Suka melakukan eksperimen atau mencoba mengubah hal-hal yang sudah ada.

5) Menyukai cara tersendiri dalam menunjukkan pemahamannya.

6) Mengajukan pertanyaan yang kelihatannya menyimpang atau aneh.

7) Mengajukan tugas yang bersifat terbuka dan menantang.

8) Lebih suka mendiskusikan ide yang daripada fakta.

9) Lebih suka mencoba cara baru untuk menyelesaikan permasalahan, daripada cara yang sudah dipelajari/diketahui secara umum.

Sedangkan menurut Munandar (2009: 36-37) menjelaskan ciri-ciri siswa yang kreatif adalah sebagai berikut:

1) Imajinatif

2) Mempunyai prakarsa 3) Mempunyai minat luas 4) Mandiri dalam berpikir 5) Melit

6) Senang berpetualang 7) Penuh Energi

8) Percaya diri

9) Bersedia mengambil risiko

10) Berani dalam pendirian dan keyakinan

Berdasarkan penjelasan Sani dan Munandar, peneliti menyimpulkan beberapa indikator kreativitas adalah a) ide-ide yang dihasilkan tidak umum/ unik, b) lebih suka mencoba cara baru untuk menyelesaikan permasalahan, daripada cara yang sudah dipelajari/ diketahui secara umum, c) mempunyai rasa keindahan yang dalam, d) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, dan e) mempunyai daya imajinasi.

(33)

Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran (Jihad &

Haris, 2012: 15). Sependapat dengan Jihad & Haris, Rusman (2017: 129) menyatakan “Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.” Sedangkan menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2015: 20), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Berdasarkan pernyataan ketiga ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dan sejumlah pengalaman diri seseorang secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga aspek yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor siswa. Ranah kognitif siswa meliputi nilai dan pengertian setelah dilakukan proses belajar mengajar.

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Menurut Munadi (dalam Rusman, 2017: 130-131) faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal yang memengaruhi hasil belajar siswa dikategorikan menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Kedua kategori faktor internal tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a) Faktor fisiologis, merupakan kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal tersebut dapat memengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b) Faktor psikologis siswa pada dasarnya berbeda-beda setiap individunya, tentunya hal ini dapat memengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis, meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

2) Faktor Eksternal

(34)

Faktor eksternal dikategorikan menjadi dua yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental. Kedua kategori faktor eksternal tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Belajar pada tengah hari yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya berbeda dengan belajar di pagi hari dengan udara yang masih sejuk dan segar. Hal tersebut dapat memengaruhi hasil belajar siswa.

b) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan berupa kurikulum, sarana, dan guru. Peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

c. Klasifikasi Hasil Belajar

Perumusan aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan output peserta didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom. Menurut Bloom (dalam Rusman, 2017:

131), tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

1) Domain kognitif, berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan- kecakapan intelektual berpikir. Intelektual berpikir terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali), pemahaman (kemampuan untuk memahami materi tertentu), penerapan (kemampuan untuk menerapkan informasi menggunakan konsep dalam praktik), analisis (kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya), sintesis (kemampuan memproduksi), dan evaluasi (kemampuan menilai untuk tujuan tertentu berdarkan kriteria yang jelas).

2) Domain afektif, berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai. Ranah afektif terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan (keinginan untuk mengunjungi fenomena khusus), jawaban (partisipasi siswa aktif), penelitian (sesuatu yang memiliki manfaat), organisasi

(35)

(mengaitkan nilai satu dengan yang lain, menyelesaikan antar konflik, membangun system nilai internal ynang konsisten), dan internalisasi (sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu).

3) Domain psikomotor, berkenaan dengan suatu keterampilan atau gerakan fisik. Ranah psikomotor terdiri dari enam aspek yaitu persepsi (kemampuan menggunakan saraf sensori dalam menginterpretasikan dalam memperkirakan sesuatu), kesiapan (kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi dalam menghadapi sesuatu), reaksi yang diarahkan (kemampuan untuk memulai keterampilan yang kompleks dengan bimbingan uji coba), reaksi natural (kemampuan menggunakan keterampilan dengan tingkat yang lebih sulit), reaksi yang kompleks (kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu, semua Tindakan dilakukan secara spontan), adaptasi (kemampuan mengembangkan keahlian dan memodifikasi pola sesuai yang dibutuhkan).

Dalam penelitian ini aspek yang diukur adalah aspek kognitif. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi. Pemilihan aspek tersebut karena subjek yang diteliti adalah kelas V dengan materi panas dan perpindahannya yang menggunakan variabel hasil belajar.

Model Pembelajaran

Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2017: 244) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka Panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sependapat dengan Joyce

& Weil, Winataputra (dalam Sugiyanto, 2010: 3) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan penjelasan kedua ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana konseptual yang menggambarkan jalannya proses belajar mengajar secara sistematis. Model

(36)

pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar untuk merencanakan aktivitas belajar mengajarnya agar mencapai tujuan pembelajaran.

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tan (dalam Rusman, 2012: 232) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Sedangkan, menurut Duch (dalam Shoimin, 2014) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Berdasarkan pernyataan kedua ahli tersebut, peneliti menyimpulkan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan ciri khas adanya permasalahan nyata yang kompleks bahkan sesuatu yang baru sebagai lingkup untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan permasalahan serta memperoleh pengetahuan.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Ibrahim, Nur, & Ismail (dalam Rusman 2012: 243) langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecah masalah.

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing pengalaman individual/kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

(37)

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Sedangkan menurut Putra (2013: 78-81) langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Mengorientasikan siswa pada masalah

Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka, mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah, dan mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka.

2) Mengorganisasikan siswa agar belajar

Guru membantu siswa dalam menemukan konsep konsep berdasarkan masalah, mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi, dan cara belajar siswa aktif, menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan.

3) Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah, mendorong kerja sama dan penyelesaian tugas-tugas, mendorong dialog dan diskusi dengan teman, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah, membantu siswa merumuskan hipotesis, dan membantu siswa dalam memberikan solusi.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

Guru membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS), dan membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja.

5) Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah, memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah, dan mengevaluasi materi.

Berdasarkan pernyataan kedua ahli tersebut, peneliti menyimpulkan langkah- langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Mengorientasikan siswa pada masalah

(38)

Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka, mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah, dan mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka.

2) Mengorganisasikan siswa agar belajar

Guru membantu siswa dalam menemukan konsep konsep berdasarkan masalah, mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi, dan cara belajar siswa aktif, menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan.

3) Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah, mendorong kerja sama dan penyelesaian tugas-tugas, mendorong dialog dan diskusi dengan teman, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah, membantu siswa merumuskan hipotesis, dan membantu siswa dalam memberikan solusi.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah, memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah, dan mengevaluasi materi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Shoimin (2014: 132) kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

Kelebihan

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah.

4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

(39)

5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan.

6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah.

8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Kekurangan

1) PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.

2) Dalam satu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Pendekatan Saintifik

Rusman (2017: 422) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Sedangkan Putra (2013: 41) pendekatan saintifik merupakan langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah.

Berdasarkan penjelasan kedua ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan aktivitas siswa terhadap sesuatu yang diteliti dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat kerangka pada kegiatan pembelajaran untuk memperoleh kesimpulan ilmiah secara sistematik.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya, pendapat ini diungkapkan Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2). Pendapat lain dikemukakan oleh Samatowa (2011: 3) bahwa IPA atau science disebut sebagai ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) mengemukakan cara IPA mengamati dunia ini bersifat analis, lengkap, cermat serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif

(40)

yang baru tentang objek yang diamatinya. Sains adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris (Putra, 2013: 51).

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, dan menginvestigasi tentang alam dan fenomena didalamnya yang berhubungan seluruhnya dan bersifat empiris.

Perpindahan Panas

Panas merupakan salah satu bentuk energi. Panas dapat berpindah dari tempat satu ke tempat lain, juga dari benda satu ke benda lainnya. Proses tersebut dinamakan perpindahan panas atau perambatan panas. Sumantoro (2009: 146) berpendapat bahwa panas dapat berpindah dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah. Panas dapat berpindah melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

a) Perpindahan Panas secara Konduksi

Sumantoro (2009: 147) mengungkapkan bahwa perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas pada benda padat tanpa diikuti perpindahan bagian-bagian dari benda itu. Contoh perpindahan panas secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengaduk gula dalam teh panas, memasak menggunakan panci aluminium. Ujung sendok aluminium menjadi panas ketika mengaduk teh panas, demikian halnya dengan ibu memasak menggunakan panci.

Panas yang dipindahkan secara konduksi dipengaruhi oleh zat perantaranya. Ada zat yang bersifat konduktor (mudah menghantarkan panas) yaitu besi, aluminium dan baja. Ada pula zat yang bersifat isolator (sukar menghantarkan panas) yaitu kayu, karet, dan kain (Irene & Khristiyono, 2016:

84).

b) Perpindahan Panas secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas melalui suatu zat perantara, sedangkan bagian-bagian zat itu ikut berpindah tempat.

(Hermana & Sulistyowati, 2009: 104). Konveksi dibedakan menjadi dua yaitu

(41)

konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah konveksi yang terjadi pada zat cair dan gas yang disebabkan oleh terjadinya perubahan massa jenis zat cair dan gas akibat adanya perubahan tekanan udara, sedangkan konveksi paksa adalah aliran udara atau zat cair yang dipaksa mengalir dengan menggunakan alat. Contoh konveksi alami yaitu terjadinya angin darat dan angin laut, sedangkan contoh konveksi paksa yaitu merebus air dan memompa balon.

c) Perpindahan Panas secara Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang tidak memerlukan zat perantara. Perpindahan panas secara radiasi biasanya terjadi pada pancaran cahaya yaitu cahaya matahari yang masuk hingga bumi menyebabkan panas di bumi. Perpindahan panas secara radiasi tidak hanya berasal dari matahari saja, tetapi juga sumber panas lainnya. Panas dipancarkan oleh sumber yang mengeluarkan panas tergantung suhu benda dan sifat permukaan benda penerima panas. Pancaran panas yang mengenai suatu benda atau permukaan bumi akan dipantulkan, diterima, atau diserap. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yaitu menjemur pakaian basah di bawah terik matahari dan menetaskan telur unggas menggunakan lampu.

B. Penelitian Yang Relevan

Pada bagian ini, peneliti memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan kreativitas dan hasil belajar materi pokok perpindahan panas menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Penelitian yang relevan digunakan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan. Terdapat tiga penelitian yang relevan, ketiga penelitian tersebut berupa jurnal.

Penelitian pertama oleh Cintia, Kristin, & Anugraheni (2018) dengan judul

“Penerapan Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran discovery learning dalam peningkatan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran discovery learning dapat

(42)

meningkatatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. hal ini dibuktikan bahwa kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa hanya mencapai presentase 33,25% dan hasil belajar siswa yang tuntas hanya mencapai presentase 38%. Setelah penelitian dilakukan, kemampuan berpikir kreatif siswa dan hasil belajar siswa meningkat pada siklus I yaitu 73% dan 71,8%. Pada siklus II juga meningkat dengan presentase 81,2% untuk kemampuan berpikir kritis dan 84,6%

untuk hasil belajar siswa.

Selanjutnya, penelitian kedua oleh Manobe & Wardani (2018) dengan judul

“Peningkatan kreativitas belajar IPA Menggunakan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas 3 SD”. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan kreativitas dan hasil belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning. Hasilnya secara keseluruhan besar peningkatan kreativitas siswa pada siklus I mencapai 70,07 dan siklus II mencapai 81,93.

Maka, terjadi peningkatan kreativitas belajar siswa dari siklus I dan siklus II sebesar 11,86. Dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa.

Penelitian yang relevan ketiga oleh Bichar (2019) dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Materi Perpindahan Energi Panas Menggunakan Model Discovery Learning Pada Kelas V B SDN Ngaglik 01 Kota Batu”. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan model discovery learning dapat memecahkan masalah dalam melaksanakan pembelajaran IPA dalam materi perpindahan energi panas pada siswa kelas V B SDN Ngaglik 01 Kota Batu.

Peningkatan ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas pada pra-siklus yaitu 60.9 meningkat menjadi 72.5 pada siklus I dan 77.3 pada siklus II. Selain dari peningkatan nilai rata-rata siswa, peningkatan juga terjadi pada ketuntasan siswa dari semula siswa yang tuntas berjumlah 10 siswa atau 38.5% pada pra-siklus meningkat menjadi 15 siswa atau 57.7% pada siklus I dan meningkat kembali menjadi 20 siswa atau 76.9% pada siklus II.

Ketiga penelitian di atas relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan peneliti yaitu penerapan model pembelajaran terhadap kreativitas dan hasil belajar pada materi perpindahan panas. Penelitian relevan yang pertama membuktikan

(43)

bahwa kreativitas siswa dapat ditingkatkan, kedua membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat memengaruhi peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penelitian relevan yang ketiga membuktikan bahwa peningkatan hasil belajar pada materi perpindahan energi panas. Hasilnya, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar pada materi perpindahan panas untuk siswa SD kelas V.

Penelitian ini melakukan peningkatan untuk kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V dengan materi pokok perpindahan panas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD Negeri Banyubiru 1.

Berikut ini merupakan bagan penelitian yang digunakan untuk mencari persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan.

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan

Peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V materi pokok panas dan perpindahannya melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SD Negeri

Banyubiru 1 Cintia, Kristin, &

Anugraheni melakukan penelitian yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa”

(2018)

(2016)

Manobe & Wardani

“Peningkatan kreativitas belajar IPA Menggunakan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas 3 SD”

(2018)

Bichar dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Materi Perpindahan Energi Panas Menggunakan Model Discovery Learning Pada Kelas V B SDN Ngaglik 01 Kota Batu”.

(2019)

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

teachers conducts remedial teaching if he observes the students still do. not understand to what he has

Dengan keamanan data tersebut, maka dalam pembuatan laporan rekapitulasi gaji guru, pengontrolan dan keakuratan data akan lebih terjamin, sehingga gaji akan diterima oleh guru

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja