I I T I N J A U A N U M U M
1. PKHGKRTIAN RUMAH SAKIT
1.1 DEFINISI RUMAH SAKIT
Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan unt u k pendidikan tenaga keseha’tan dan penelitian.
( Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 159 b /ME NKES/PER/I1/1988 ) P engertian Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penya- kit dari yang ber sifat dasar sampai dengan sub spesia- listik.
( Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 158b/MENKES/PER/II/1988 )
1.2 FUNGSI DAN T U GAS RUMAH SAKIT
Tugas Rumah Sakit melaksanakan pelayanan keseha
tan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan caoat badan dan jiw a yang dilak-
sanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promo
tif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.
( Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 159b/MENKES/PER/II/1988 )
Fungsi Rumah Sakit
a. Menyediakan dan menyelenggarakan : - pelayanan medik
- pelayanan penunjang nedik - pelayanan perawatan
- pelayanan rehabilitasi
- pencegahan dan peningkatan kesehatan
b. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga m e d i k dan paramedik.
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.
< Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 159b/MENKES/PER/II/1988 )
2. KATEGORI RUMAH SAKIT DI IHDONESIA 2.1. B e r d a s a r Si st in Penilikan
Berdasar sistim pemilikan maka rumah sakit di Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Rumah Sakit Pemerintah diselenggarakan dengan
sistim pengelolaan yang berorientasi program, dikelola sesuai undang - undang perbendaharaan negara.
b. Rumah Sakit Swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh :
- Yayasan, yang sudah disahkan sebagai badan hukum - Badan hukum lain yang bersifat sosial
Sistim pengelolaan berorientasi pada program dan anggaran, dikelola berdasarkan undang - undang masing - masing rumah sakit.
2.2. Berdasar Lingkup P el ayanan
Berdasar jenis pelayanan rumah sakit dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Rumah Sakit Umum :
Yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
b. Rumah Sakit Khusus :
Yaitu rumah sakit yang m e nyel enggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu.
2.3. Berdasar Klasifikasi Tingkat P e layanan Medik
a. Eumal]__ Sakit Umum___ P emeritah___ C__ aoi]__ Departemen Hankam )
Kelas A :
mempunyai fasilitas dan kenampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik luas.
Kemampuan rujukan : Internasional/Nasional Kapasitas : di atas 1000 tempat tidur B O R : 70 % - 80 %
Kelas B :
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik t e r b a t a s .
Kemampuan rujukan : Nasional/Propinsi
Kapasitas : 400 - 1000 tempat tidur B O R : 70% - 80 %
Kelas C :
mempu n yai fasilitas dan kemampuan pelayanan medi k spesia list ik sekurang-kurangnya sp esialis
tik empat dasar lengkap.
K ema mpuan rujukan Propinsi/Kabupaten, Kodya Kapasitas : 100 - 400 tempat tidur B O R : 70 % - 80 %
Kelas D :
mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang- kurangnya pelayanan medik dasar.
S3 g
1 1-
- i l -
?
5 Ts si
i
i
b fi a
i e
l! if
i|- -I-
-j 1->
•ts- 3 i
- U -
kii
iiii •BHir 1.3 *3 III
I *a
,III
6 KsrIII
P aisi IS'
-- 3 =-»
— j1->
1-^
1±
il
i!!
5 ■* t
-s u.
It
.3 ^ii
l!
“ -a9 II
'4i»ni
3
11
si » I!
l i t
ll-‘
l! II
[£
9fi? Ill
♦ M ; V7
,1, 5
5
? I f 2 B
M X
§ I
s
I
0
10
b. Rumah Sakit Umuiii Pemerintah ( Departemen Hankam ) Klasifikasi tingkat pelayanan mediknya adalah sebagai berikut :
- Kelas I set a ra dengan kelas A - Kelas II s eta r a dengan kelas B - Kelas III setara dengan kelas C - Kelas IV se t ara dengan kelas D c. Rumah .Sakit Umuia Swasta ;
Klasifikasi tingkat pelayanan medik untuk rumah sakit um um n i l i k swasta diklasifikasikan dengan peobagian kelas sebagai berikut :
- Rumah Sakit U m u m Swasta Utama :
Yaitu yang member i k an pelayanan medik bersifat umum, s pe s i a l i s t i k dan sub-spesialistik.
- Rumah Sakit U m u m Swasta Madya :
Yaitu y a n g m em be rika n pelayanan medik bersifat umum dan s p e s i a li stik d a lam empat cabang.
O
- Rumah Sakit Um um Swasta Pratama :
Yaitu ya ng member i k an pelayanan medik bersifat umum.
d. Eumah SakjA. UaHP Perusahaan Negara
K l as if ik as i tingkat pelayanan mediknya adalah sebagai berikut :
f/
- Kelas Perdana setara dengan kelas B - Kelas Sembada setara dengan kelas C - Kelas Prasaja setara dengan kelas D
3. PKRATURAN DAN KEBIJAKSANAAN PEMKRINT AH TENTANG RUMAH SAKIT SHASTA
Untuk menjamin masyarakat yang menggunakan fasilitas-fasilitas y ang disediakan rumah sakit agar tidak dirugikan maka d ip a ndang perlu untuk menetapkan Peraturan dan Kebijaksanaan Pemerint ah mengenai penye- lenggaraan rumah sakit swasta. Hal ini ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 9 2 0 /MENKES/PER/XII/1986 Te ntang Upaya Pelayanan K e s e hatan S wasta di Bidang Medik, yaitu :
a. U paya pelayanan kesehatan swasta di bidang medik disele ng ga ra ka n berdasar • fungsi sosial dengan memper ha ti ka n prinsip kelayakan.
b. Upaya pelayanan kesehatan swasta di bidang medik harus memberikan p er to lon g an pertama kepada pende- rita gawat darurat tanpa memungut uang muka terle- bih dahulu.
c. Upaya pelayanan kesehatan swasta di bidang medik yang dilengkapi sarana rawat nginap harus menyedi- akan 25 % ( dua p u l u h lima persen ) dari jumlah tempat tidur yang t er s ed i a untuk orang yang kurang dan atau tidak mampu membayar.
12
d. Upaya pelayanan kesehatan swasta di bidang medik wajib melaksanakan pencatatan dan pelaporan,
e. Tata cara pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
f. Upaya pelayanan kesehatan swasta di bidang medik wajib membantu program pemerintah di bidang p e l a yanan kesehatan kepada masyarakat, program
kependudukan dan Keluarga Berencana.
g. Upaya pelayanan kesehatan swasta di bidang medik wajib bekerja sama dengan u paya pelayanan kesehatan P emerin ta h di bidang medik dalam rangka rujukan medik, pendayagunaan tenaga medik dan pendayagunaan peralatan medik canggih.
K e b ijaksanaan Pemeri nt ah mengenai rumah sakit secara g aris besar adalah sebagai berikut :
a. Seluruh pelayanan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta diintegrasikan dalam suatu sistim pelayanan kesehatan wilayah yang berada d ala m ruang lingkup sistim kesehatan nasional.
b. Pemerin ta h men d orong partisipasi masyarakat untuk mendirikan dan m enyelenggarakan rumah sakit swasta.
c. Seluruh rumah sakit baik p e m eri ntah maupun swasta akan ditingkatkan pe l ayanannya baik secara kuanti- tatif maupun kualitatif u ntuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat yang meningkat.
13
d. Pemerintah membina dan membantu rumah sakit swasta agar dapat hidup dan berkembang antara lain dengan bantuan-bantuan yang dapat berupa :
- Pembebasan / pengurangan pajak.
- Pembebasan bea masuk peralatan nedis.
- Penempatan tenaga dokter/dokter ahli full time.
4. JKNIS PELAYANAN
Jenis pelayanan kesehatan pada rumah sakit di- sesuaikan dengan klasifikasinya, maka jenis pelayanan medis d ik elompokkan sebagai berikut :
4.1. Pelay anan Medis U nu n
Yaitu pelayanan yang diberikan kepada penderita yang tidak tertampung oleh pelayanan medis spesialitis yang di s e le ng ga ra ka n oleh dokter umum.
4.2. P e l a ya na n Hedis Spesialistis dan Sub Spesialitis a. P e layanan Medis Spesialistis Empat Dasar, yaitu :
- Penyakit dalam - Kesehatan anak - Bedah
- Kebidanan dan kandungan
b. Pe la yanan Enam Medis Spesialitis, yaitu : - Mata
/ I
- T H T
- Kulit dan kelamin - Gigi dan mulut - Syaraf
- Kesehatan jiwa
c. Pelayanan Medis Spesialistis lain, yaitu : - Jantung
- Paru - paru - Bedah saraf - Orthopedi
d. Pelayanan Medis Sub Spesialistis, yaitu :
dari setiap cabang spesialistis empat dasar dan enam spesialistis tersebut dapat berkembang satu atau lebih sub spesialistis.
4.3. P e la yanan P e n u n j a n g Med is a. Gizi
b. Anestesi c. Patologi . d. Farmasi e. Radiologi
f. Rehabilitasi medis 4.4. Pelayanan Perawatan
a. Pelayanan perawatan umum dasar
15
b. Pelayanan perawatan spesialistis c. Pelayanan perawatan sub spesialistis
5. JKHIS PERAHATAH
Perawatan pasien dalam rumah saklt dibedakan menjadi beberapa jenis :
5.1. Rawat Tingi^al ( In Pa t ient )
Yaitu pasien yang karena penya kit nya harus tinggal di rumah saklt, selama proses penyembuhan berlangs un g pasien berada di bawah pengawasan tenaga medis dan paramedis.
Berdasarkan fase penyakit pasien dan frekuensi pengawasan terhadap pasien, rawat tinggal dibeda kan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Rawat Penyakit Biasa ( Umum ) b. Rawat Penyakit Gawat ( I C U )
5.2. Rawat Ja la n ( Ou t Pa tient )
Yaitu pasien yang karena peny akit nya tidak harus tinggal di rumah sakit selama proses penyembuhan berlangsung, pasien b erada di bawah pengawasan tenaga medis / paramedis secara berkala.
IB
6. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
6.1. Pengertian Sistin Rujukan
Sistim Rujukan adalah satu sistim di dalam' penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul, baik secara verti- kal, maupun horisontal.
Pelaksanaan rujukan kesehatan rumah sakit dilak- sanakan secara b erjenjang dari Puskesmas, Rumah Sakit Kelas D, Rumah Sakit Kelas C-I, Rumah Sakit Kelas C- II, Rumah Sakit Kelas B-I, Rumah Sakit Kelas B-II sampai dengan Rumah Sakit Kelas A dan atau sebaliknya.
Pembinaan rujukan kesehatan rumah sakit dilaksanakan s ecara berjenj an g dari atas ke bawah di bidang peren- canaan, pelaksanaan dan p e n g e n d a l i a n .
P e laksanaan sistim rujukan dilakukan secara : a. Vertikal :
Yaitu dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit ya ng berkemampuan lebih.
b. Horisontal :
Yaitu dari unit satu ke unit lain yang setingkat k e m a m p u a n n y a .
//
6.2. Kegiatan Sistin Rujukan
a. Pelimpahan Pasien ( Transfer of Patients ) :
Yaitu pelimpahan pasien dari unit kesehatan yang kurang mampu ke unit yang lebih mampu sehingga dapat diperoleh pelayanan yang' lebih sempurna.
Demikian pula sebaliknya, pengembalian pasien kepada unit kesehatan semula untuk dapat diberikan pelayanan serta pengawasan yang lebih sempurna.
b. Pelimpahan Ilmu dan Ketrampilan ( Transfer of Knowledge ) :
Yaitu pengirinan d okter - dokter spesialis dari berbagai cabang spesialisasi dari unit kesehatan ya n g lebih mampu ke unit kesehatan yang kurang mampu atau yang sederajad untuk melakukan kunjungan observasi, terapi, bimbingan, diskusi, lokakarya atau ceramah.
Sebali kn y a pengiriman tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga laboratorium dari unit kesehatan yang kurang mampu ke unit kesehatan yang lebih mampu untuk mengikuti kursus atau latihan - latihan ketrampilan untuk menambah pengetahuan kesehatan d alam bidang medis s p e s i a l i s t i s .
c. Pelimpahan Bahan Pemeriksaan Laboratorium (Trans
fer of Speciment) :
Yaitu pelimpahan bahan pemeriksaan laboratorium
IS
dari unit kesehatan yang kurang mampu atau kurang lengkap ke unit kesehatan yang lebih lengkap untuk dilakukan pemeriksaan terhadap bahan yang tidak dapat dilakukan oleh unit laboratorium yang mengirimkan serta dilakukan pengontrolan ulang terhadap hasil - hasil pemeriksaan dari unit yang m e n g i r i m k a n .
d. Pelimpahan Informasi ( Transfer of Information ) : Yaitu pengiriman informasi antar berbagai unit kesehatan baik yang kurang mampu maupun yang sudah mampu un tuk kepentingan pemonitoran segala kegiatan rujukan ya g d i l a k s a n a k a n . Pengiriman informasi ini bersifat timbal balik, sehingga penilaian terhadap kekurangan atau kelebihan dari masing - masing unit kesehatan dapat terlak s ana dalam rangka pengemba- ngan dan peningkatan.
S istim informasi ini penting sekali sebab sistim rujukan perlu didukung oleh pengertian penghayatan dari setiap unit di da l am jaringan sistim rujukan
t e r s e b u t .
(Sumber : Manajemen Rumah Sakit, Departemen K e s e h a tan R ep ublik Indonesia )
6.3. Saluran Rujukan
Lihat Bagan Saluran Rujukan (di Ibr berikut)
BAGAH SALURAN SISTIf) RUJUKAN
RS. dencon spesiaiis^si djn sub sppsialisasi
RS. Rujut'.an U a s A
<—*
RS. Rujui;jn
KIjs B
<-
<-
y t ^' \
RS. dengan einiaal 4 spesialisasi
RS. fiujukan Klas C < r - ^< >
RS. dengan pelayanan 4V RS. Rujukan kesehatan bersifat uiuc - - - -> Klas D
<-»
R S H a s E
7 usaha ' usaha polok
kesehatan PUS <r— >
-X . ^ PUS < - > PUS
KESflAS <■' >
■e— > KESHAS KESflAS
^ni III
BKIA BPU PCS KES BPU BKIA
T T t t
Penjelasan :
1. Ruiah Sakit k'las 0 biasanya juga lerefer pasien RS klas D lain dan seterusnya ( hubungan jaringan horisontal ).
2. Garis : - - - ^— transfer of patient - - - transfer of knowledge - - - transfer of specimen
/s
S. z - I
2B
6.4. REGIONALISASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan No.
032/Birhup/72 tentang sistem rujukan, dan dari hasil rapat kerja dirjend pelayanan medik, serta rapat direktur rumah-rumah sakit kabupaten dan propinsi, telah direkomendasikan kepada Menkes agar 12 rumah sakit umum yang digunakan untuk pendidikan dokter dan pusat kegiatan ilmu kedokteran dijadikan pusat rujukan wilayah.
- RSCM di J akarta digunakan sebagai pusat rujukan nasional (national top referral hospital), selain menjadi pusat rujukan wila yah barat.
- RSU Dr Sutomo di Surabaya digunakan sebagai pusat rujukan Nasional wilayah Timur.,
7. SISTEM K ETEHAGAAH 7.1. J e n i s Ketenagaan
Empat jenis 4categori ketenagaan dalam rumah sakit, yaitu :
a. T en a g a Medis :
Yaitu tenaga lulusan fakultas kedokteran atau k e dokteran gigi dan pasca sarjananya yang memberikan pelayanan medis dan penu njan g medis.
Yang termasuk tenaga medis, yaitu : dokter umum,
21
dokter spesialis dan dokter gigi.
b. Tenaga Paramedis Perawatan :
Yaitu tenaga lulusan sekolah atau akademi perawatan kesehatan yang menberikan pelayanan perawatan pari purna.
Yang termasuk tenaga paramedis perawatan, yaitu bidan, akper.
c. Te naga Paramedis non Perawatan :
Yaitu tenaga lulusan sekolah atau akademi bi dang kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan penunjang.
Yang termasuk tenaga paramedis non perawatan, yaitu : apoteker, psikolog, akademi gizi.
d. Te naga non Medis :
Yaitu tenaga yang mendapatkan pendid ika n ilmu pengetahuan yang tidak termasuk pendidikan- pendid ika n di atas.
Yang termasuk tenaga non medis, yaitu : sarjana non medis / non paramedis, SMA, SHEA.
7.2. St a ndarisasi Ketenagaan
Baik rumah sakit milik pemerintah maupun swasta,- standarisasi ketenagaan yang digunakan adalah sama yaitu menggunakan standard dengan angka p erbandingan
n
antara jumlah tempat tidur yang ada dengan jumlah ketenagaan yang diperlukan [ Tabel -2.1].
Kemudian dalam perkembangannya, standard terse- but disempurnakan dengan menggunakan suatu standard yang menjelaskan tentang kebutuhan tenaga minimal dan dalam standard ini dimuat perhitungan untuk setiap klasifikasi tenaga berdasarkan jenis pelayanan yang diharapkan [Tabel -2.2].
PERPflNOINGAN ANTftRfi JUMLAH TEflPAI TIDUR DEKGAN JUMLAH TEHAGA VANG DIPERLUk'AN
23
t i e J j s P e r a N j t a n
P e r b a n d i n g a n I T : f i e d i s
P e r b a n d i n g a n I T : P a r a s e d i s p e r a K a t a n
P e r b a d i n g a n I T : P a r a i e d i s n o n p e r a x a t a n
P e r b a n d i n g a n
T T : N o n f l e d i s
A d a n 6 ( 4 s / d 7 ) : 1 2 ; ( 3 s / d 4 ) 5 : 1 1 ; J
C 9 : 1 1 : 1 5 : 1 4 : 3 1
1
D
1 5 : 1 t e r « a s u l : d o k t e r g i g i
2 : 1 6 : 1
1
1
3 : 2 1
1 1
R u c a h S a U t l ^ h u s u s
S t a n d a r i s a s i t e n a g a p e r l u s e i p e r t i c b a n g k a n k o n d i s i o b y e k t i f d e n g a n p e d o t a n p a d a r u i a h s a k i t u c u i
{ S u i b e r ; P e r a t u r a n M e n t e r i K e s c h a t a n R e p u b l i k I n d o n e s i a K o : 2 6 2 / M E K C E S / P E R / V I I / 7 9
T 2 - 1
24
L
cII
5 c
c !* ^
•j
« Q *0
ri a
o 'ui~vr
^ u> “O' “ol in"'lfi lD"T/> €•* O O cn
»-• to r » »*«v>u>
O l D O f ^ C i r l « > w i C »
<s <N o* c i 3 2
v\(U k:
a
2<u c; •S uf ^G =
<
a
o -2:
z.
XIP v>
V> 0) «/) y) </) CO io‘a F s rs
•< <A.
t - H .
o« J Q
V3 v» to V)
c»« «•» f* w> «o «- «o <»*
ocs
^ • - ^ n > ^ v t o c i v » r i « * ^ o c Q e o T r > < < N Q
-r <1 T-» «-> O O « <0r> ^ ^ o i
rt
^O p:
z, O H 4/J <
ZZ >:
< <
a
c
</)
r <
cj :s ni
c iS 3
•C -S €- g. ^ J o: »^-5S o •i: 3; o !
M
•*<
-• ri «• V 0 «»' »-* «■ « 2 2 2 2 :;: 2 2 U 2 2 " M rl
r< o c-1 r j o o r j cM .-< iN-ri Cl ^ n n u > m o o ^ * o i o v > v t ir* « «) o
«
•- 3c *r«
Q D 0
u 2 »•
X c
0 <S r4
- * a
*Ci0*s *j: . •X s ;/
2 .5*M.8
•0 4W Vf4/
C
S ««
a .2•0
)l V-:i wf1
u
< 0 c : < cZ H .V v>
< < <
IS
< -< < wU
< 3
< -< a:
.<. <
0 0<5'0 0 0 Q 00•«r j 0 0
mi f^*•0•« 0•-•W •*<
^ £ -a
2 o c r:
1: o O- ««
•->3
"In
o ‘
too*
" ^ n
<n r>
25
8. TINJAUAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN DI JAWA TIMUR
8.1. D a t a F is ik Propinsi Ja wa tinur
Propinsi Jawa Timur terletak antara koordinat:
1 11 “ BT sampai dengan 1 1 4“ BT dan
7 “ 12' LS sarapai dengan 8 “ 48' LS
Luas wilayahnya sebesar 47.921,98 km*, terdiri dari 28 kabupaten dan 8 kotamadya, dengan Surabaya sebagai ibu kota propinsi.
Suhu rata-rata beSrkisar antara 2 0 , 1 “ C dan 35,1* C.
8.2. D a t a P en du du k P r opinsi J a w a Tinur
Dengan jumlah p enduduk berkisar 31,5 juta jiwa pada tahun '90, Jawa Timur yang diperkirakan nempunyai p rosentase pertumbuhan p enduduk sebesar 1,2 % per tahun akan mencapai populasi sekitar 39 juta jiwa pada tahun 2010 nanti.
Pada perkembangan sepesat ini menuntut banyak penyediaan sarana pelayanan kesehatan, sebagai upaya p e n a n ggulangan tuntutan dan kebutuhan m a s y a r a k a t n y a . Upaya pengembangan dan penambahan sarana pelayanan kesehatan d iharapkan terjadi secara merata dan berkua- litas memadai.
(Data Statistik Jawa Timur Dalam Angka/Kantor Statis- tik)
26
8.3. Kondisi Pelayanan Kesehatan di Propinsi J a w a Tinur.
Saat ini propinsi Jawa Timur memiliki 97 rumah sakit dengan kapasitas total 14.394 tempat tidur, untuk melayani kebutuhan 31,5 juta jiwa penduduknya.
(Data Statistik Fas Pelayanan Kesehatan di Jatim)
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kodya Surabaya, ratio antara jumlah tempat tidur dan j um la h pendu duk yang memadai adalah antara 1 : 1.000 sampai dengan 1 : 500.
Berdasarkan ketentuan tersebut juml ah tempat tidur yang tersedia pada seiuruh rumah sakit di J a w a Timur masih b erada jauh di bawah standard.
Kebutuhan mayoritas ada l ah rumah sakit- rumah sakit dengan kategori kelas C ke bawah dan y a n g seta- ra, tersebar ke seiuruh d a e r a h di Jawa Timur. Khusus untuk Ibu Kota Propinsi d i but u hka n kategori J^elas C ke atas dan yang setara, sebagai p enunjang aktivitas Rumah Sakit Dr. Sutomo yang m eru pakan pusat rujukan wilayah Timur.
11
ki
A tc < i <- f f j '
... ^ ’ 7 7 '
c o ^ /
'" ^ " y V 'c r r T ^ r T y i ^
J
: A
Sampai Tahun 1990
Jatim Butuhkan
100 Rumah Sakit
' ' v J - . y SURABAYA: Selama Pellta IV (1985—1990) Jatimmembutuhkan 100 rum ah sakit .atau 20 ribu tempat tidur. Ini berarti tiap tahun harus didirikan 20 nunah sakit atau penambahan 4.000 tem pat tidur.
Angk* kebutuhan ini dihitung Mr lagi. Unnik itu diharapkan pi- h*k swasta berperan *ena dengaa m engiphakan 50% di antaranya, pemerintah tendici akan mcnanga- ni yang 50%.
PUSKESMAS Bagj daerah (kati/kodya) yang minim dalam penyediaan tempat tidur, akan diusahakan pendinan- rumah-rumah u k it pembantu (t«- tingkat Pusketmai) yang berkapa- sitas 20 buah tempat tidur. Sedang rumah-rumah takit kab«maten yang berkapasitas di bawah 100 tempat tidur, akan ditingkatkan kapasitasnya minimal 100 tempat tidur.
Rumah takit pemerintah yang perlu ditambah kapasitas tempat tidurnya iaiah Gresik, Pamekasan, Malang (Kepanjen dan Lawang), Bangkalan, Trenggalek, Probo- linggo, Lumajang, Sampang, Su- mcnep, Pasuruan (di Bangil). Selu- nihnya cuma ada 489 tempat tidur, jika tiap rumah sakit minimal harus punya 100 tempat tidur berarti ma- antara jumlah penduduk dengan
tempat tidur yang tersedia saat ini dengan perbandingan 1000:1. Arti- nya tiap teribu penduduk hanya tersedia satu tempat tidur. Saat mi penduduk Jatim 30.868.700 iiwa (data 1984). Padahal sampai axhir Pelita IV (tahun 1990) iumlah pen
duduk diperkirakan sekitar 3S juta jiwa atau dibutuhkan 3S ribu tem- pat tidur.
Jumlah tempat tidur yang u a t ini tersedia di seluruh rumah sakit baru 15.100 buah, berarti masih kurang 20 ribu tempat tidur atau 100 rumah sakit. Jadi tiap tahun harus didirikan 20 rumah sakit ba
ru atau penambahan 4.000 tempat tidur.
Jika kemampuan rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur tidak bisa tercapai, maka ada dua altematif yang harus ditempuh, yaitu menoirikan lebih banyak lagi rumah sakit berkapasitas kecil, a- tau menyempumakan rumah sakit yang ada dengan penambahan ka
pasitas tempat tidur yang lebih be-
tih kurang 511 tempat tidiir.
Untuk rumah sakit pembantu.
masih terdapat kekurangan 2.050 tempat tidur; sedanc untuk 8 ru
mah u k it di Kodya Surabaya. 3 di Kodya Malang. 2 di KodyalCediri, dan 7 rumah sakit di lingkungan PTP/PNP tem yau m»sih keku
rangan 1.728 tempat tidui'.. Total kekurangan tempat tidur yang ha
rus dipenuhi iaIah 4.289 btiah.
TENAGA KESEKATAN Di IndoiKsia umumnya' diper- lukan teorang perawat untuV 4 pa- tien, tap! untuk rumah <akt( pem
bantu tidak Mbesar itu perban- dingannya. Jika tiap pertwat m e n ^ d a p i 4 pasien, maka untuk 20 ribu tempat tidur atau 5.000 pa- tien masih dibutuhkan lagi 1.250 tenaga perawat.
Saat ini diperkirakan *da 4.000 perawat yane sudah beketja di ru
mah sakit dan setiap tahun ada penggantian sebanyak 5% . maka tiap tahun dibutuhkan 450 tenaga perawat di Jatim.
Untuk tenaga dokter umum, ti
dak terialu banyak yang dibutuh
kan vaitu cuma 250 orang. Ini jika masih tetap berlaku indeks perban- dingan satu dokter umum untuk 20 (KHduduk. (0-1)