• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Kajian Tentang Anak Lamban Belajar

a. Pengertian Anak Lamban Belajar

Terdapat banyak istilah bagi anak lamban belajar dalam masyarakat, diantaranya adalah bodoh. Lamban belajar dalam bahasa inggris disebut dengan slow learner, slow artinya lamban, lambat, pelan- pelan dan learner yang berasal dari kata learn memiliki arti belajar.

Eastmead (2004) mengemukakan definisi slow learner sebagai berikut:

A slow learner is a child whose IQ low enough to cause considerable difficutly in keeping up in classroom. An average IQ is 100. Slow learners score between 70 and 90 on IQ test. Less than 70 is considered Mentally Retarded. Slow learners are not mentally retarded.

Lamban belajar adalah anak dengan IQ cukup rendah menyebabkan sulit menyesuaikan di kelas. IQ rata-rata adalah 100. Lamban belajar memiliki nilai 70 -90 pada tes IQ. IQ di bawah 70 adalah keterbelakangan mental. Lamban belajar bukan termasuk keterbelakangan mental, tetapi sudah termasuk di bawah rata-rata.

Sesuai dengan pendapat Borah (2013): tudents with below average cognitive abilities whom we cannot terms as disabled are called . Artinya siswa dengan kemampuan kognitif di bawah rata- rata tidak bisa disebut sebagai orang cacat mereka dikatakan lamban belajar.

A Salah satu kategori anak dengan

hambatan intelektual adalah anak lambat belajar dengan tingkat kecerdasan di batas ambang yakni dengan tingkat IQ 71-

(2)

commit to user

Choiri (2011) Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85) . Triani dan Amir (2013:3)

Anak lamban belajar atau slow learner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari

Winarsih, dkk. (2013:5) menambahkan bahwa:

Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nok akademik..

Berdasarkan definisi lamban belajar dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dan belum temasuk ke dalam tunagrahita dengan IQ antara 70-90, kesulitan yang mereka alami bukan hanya pada aspek akademik, namun juga kemampuan lain. Dalam pembelajaran mereka membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menangkap pelajaran dan prestasi di bawah rata-rata, sehingga mereka membutuhkan remedial untuk mencapai prestasi yang optimal.

b. Faktor Penyebab Lamban Belajar

Setiap kasus atau kejadian pasti memiliki faktor penyebab yang melatarbelakanginya, seperti halnya lamban belajar. Berikut faktor penyebab lamban belajar menurut Triani dan Amir (2013:4):

1) Faktor prenatal (sebelum lahir) dan genetic

Perkemabngan seorang anak dimulai dari sejak konsepsi atau pembuahan.

Seluruh bawaan biologis orangtua akan mewarnai menjadi apa anak tersebut. Terjadinya kelainan kromosom dapat menyebabkan terjadinya kelainan yang berhububgan dengan fisik maupun fungsi-fungsi kecerdasan.

Selain kelainan kromosom, anak lamban belajar atau slow learner juga dapat disebabkan adanya gangguan biokimia pada tubuh, seperti misalnya kondisi jantung ibu kurang baik yang menyebabkan transfer oksigen ke otak bayi menjadi kurang, sehingga menyebabkan kerusakan pada otak. Lahir premature juga menyebabkan lamban belajar, karena

(3)

commit to user

anak lahir sebelum waktunya, dimana organ tubuh bayi belum siap berfungsi maksimal sehingga terjadi keterlambatan proses perkembangan.

2) Faktor biologis non keturunan

Lamban belajar tidak hanya disebabkan faktor genetik tetapi juga ada faktor non genetik, antara lain:

a) Obat-obatan

Saat ibu hamil, tidak semua obat dapat diminum, karena beberapa obat yang bila diminum dapat berakibat merusak atau merugikan janin.

Begitu juga dengan ibu alkoholis, pengguna narkotika dan zat adiktif lain jika diminum dalam dosis berlebih dapat ebrpengaruh pada kemampuan short term memory atau emmori jangka pendek anak.

b) Keadaan gizi ibu yang buruk saat hamil

Ibu hamil harus mendapat gizi yang baik selam proses kehamilannya, agar janin dapat berkembang dengan baik jika ibu yang mengandung sehat. Kekurangan gizi pada ibu hamil berdampak pada gangguan pembentukan sel-sel otak bayi, seperti kekurangan asam folat atau zat besi akan berpengaruh pada pembentukan sel syaraf.

c) Radiasi sinar x

Bahaya radiasi sinar x tidak diketahui secara jelas, radiasi ini akan rawan pada usia kehamilan muda dan berkurang resikonya pada usia kehamilan tua.

d) Faktor rhesus

Rini Handayani dalam Nana Triani dan Amir (2013:8) menyebutkan -positif menikah dengan wanita Rh-negatif, kadang-kadang mengakibatkan keadaan kurang baik pada yang dikandung ibu memiliki Rh-positif, maka darah ibu membentuk antibody untuk melawan RH-positif asing, selama kehamilan antibody ibu akan menyerang Rh-positif bayi yang belum lahir. Penghancuran yang terjadi dapat mengakibatkan anemia, cerebral palsy, ketulian, keterbelakangan mental bahkan kematian.

3) Faktor natal (saat proses kelahitan)

Kekurangan oksigen saat proses kelahiran karena proses persalinan yang lama atau bermasalah dapat menyebabkan transfer oksigen ke otak bayi menjadi terhambat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada otak bayi yang berdampak pada intelegensinya.

4) Faktor postnatal (sesudah lahir) dan lingkungan

Malnutrisi dan trauma fisik akibat kecelakaan, trauma otak atau beberapa penyakit seperti meningitis dan encephalis dapat menjadikan lamban belajar pada seseorang. Selain itu penyebab lamban belajar yang lain adalah lingkungan, stimulasi yang salah akan menyebabkan anak berkembang tidak optimal.

c. Karakteristik Anak Lamban belajar

(4)

commit to user

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terlebih dengan anak berkebutuhan khusus, mereka memiliki karakteristik yang hamper berbeda pada semua aspek dengan anak normal lainnya, tidak terkecuali dengan anak lamban belajar.

Winarsih, dkk (2013:13) menyebutkan karakteristik anak lamban belajar adalah sebagai berikut:

1) Fungsi pada kemampuan di bawah rata-rata kelas.

2) Rata-rata prestasi belajar selalau rendah.

3) Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya.

4) Daya tangkap terhadap pelajaran lambat.

5) Butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik dan non-akademik.

6) Lebih suka berteman dengan anak yang berusia signifikan di bawahnya.

Sedangkan Triani dan Amir (2013:10) mengemukakan karakteristik anak lamban belajar adalah:

1) Intelegensi

Dari segi intelegensi anak lamban belajar atau slow learner berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala WISC. Anak lamban belajar biasanya mengalami masalah hamper pada semua pelajaran terutama pada mata pelajaran yang berkenaan dengan hafalan dan pemahaman, sulit memahami hal-hal abstrak. Serta hasil belajarnya rendah disbanding dengan teman-teman dikelasnya.

2) Bahasa

Anak lamban belajar mengalami masalah dalam berkomunikasi.

Kesulitan dalam bahasa ekspresif atau menyampaikan idea tau gagasan maupun bahasa reseptif atau memahami percakapan orang lain. Untu meminimalisir kesulitan dalam berbahasa sebaiknya melakukan komunikasi dengan bahasa yang simpel atau sederhana dan singkat namun jelas.

3) Emosi

Anak slow learner memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan meledak-ledak serta sensitif. Mereka biasanya akan cepat patah semangat jika ada hal yang membuatnya tertekan atau melakukan kesalahan.

4) Sosial

Dalam hal sosialisasi anak lamban belajar memiliki karakter yang kurang baik. Mereka akan memilih menjadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri. Saat bermain, mereka lebih senang dengan anak-anak di bawah usianya, hal ini disebabkan karena saat berkomunikasi dapat menggunakan bahasa yang sederhana.

(5)

commit to user

5) Moral

Moral seseorang akan berkembang seiring dengan kematangan kognitifnya. Anak slow learner mengetahui aturan yang belaku, namun tidak paham untuk apa peraturan tersebut dibuat. Terkadang mereka Nampak tidak patuh atau melanggar aturan, hal ini disebabkan kemampuan memori mereka yang terbatas sehingga sering lupa. Oleh karena itu sebaiknya anak lamban belajar serinh diingatkan dalam segala hal.

d. Masalah yang Dihadapi Anak Lamban Belajar

Anak lamban belajar atau slow learner memiliki masalah dalam bidang akademik maupun nok-akademik. Triani dan Amir (2013:13) menjabarkan masalah anak lamban belajar sebagi berikut:

1) Anak mengalami perasaan minder terhadap teman-temannya karena kemampuan belajarnya lamban jika dibandingkan teman-teman sebayanya.

2) Anak cenderung bersikap pemalu, menarik diri dari lingkungan sosialnya.

3) Lamban menerima informasi karena keterbatasan dalam berbahasa represif atau menerima dan ekspresif atau mengungkapkan.

4) Hasil prestasi belajar yang kurang optimal sehingga dapat membuat anak menjadi stress karena ketidakmampuannya mencapai apa yang diharapkan.

5) Karena ketidakmampuannya mengikuti pelajaran di kelas, hal tersebut dapat membuat anak tinggal kelas.

6) Mendapatkan label yang kurang baik dari teman-temannya.

2. Kajian Tentang Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses pembelajaran. Tirtinegoro (2001:

belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang

Suryabrata (2002:297) mengem Prestasi Belajar sebagai nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau Prestasi Belajar siswa selama waktu

(6)

commit to user

Sedangkan F Hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh da

Berdasar pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai dalam bentuk symbol, angka, huruf atau kalimat yang diperoleh siswa sebagai hasil yang kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Baharudin dan Wahyuni (2009:19) mengemukakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu:

1) Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi Prestasi Belajar individu. Faktor- faktor internal ini terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis.

2) Faktor Eksternal, dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk guru, administrasi dan Teman Sebaya, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga seperti ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, status sosial ekonomi. Sedangkan lingkungan nonsosial terdiri dari lingkungan alamiah, faktor instrumental, faktor materi pelajaran

Slameto (2010:54) mengemukakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1) Faktor intern

Dalam faktor ini terdapat 2 faktor yaitu:

a) Faktor jasmaniah mencakup:

(1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh

b) Faktor psikologis mencakup:

(1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motivasi (6) Kematangan (7) Kesiapan 2) Faktor ekstern

Faktor ini dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Faktor keluarga, mencakup:

(1) Cara orang tua mendidik (2) Relasi antar anggota keluarga (3) Susana rumah

(7)

commit to user

(4) Keadaan ekonomi keluarga

(5) Pengertian orang tua (6) Latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah

c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan Suryabrata (2002:233) menjabarkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar dalam diri a) Faktor non-sosial dalam belajar

Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat- alat yang dipakai untuk belajar(alat tulis, alat peraga)

b) Faktor sosial dalam belajar

2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri a) Faktor fisiologi dalam belajar

Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu.

b) Faktor psikologi dalam belajar

Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan.

Berdasarkan pendapat dari ahli, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor internal, meliputi fisik dan psikis siswa.

2) Faktor eksternal, meliputi faktor keluarga, sekolah dan lingkungan siswa.

3. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Suradisastra, Syamsudin, Sadeli dan Hasan (1992:4) menyatakan IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekeliling

IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi.

Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material

(8)

commit to user

Berdasar kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang manusia, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia, seperti ekonomi, alam, politik, hukum, sejarah, psikologi dan kehidupan manusia.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

belajar IPS adalah sebagai berikut:

To prepare students to be well functioning citizen in a democratic Artinya untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat.

Solihatin dan Raharjo (2007:15) mengemukakan:

Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Fenton dalam Taneo yaitu Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS dari ahli, maka dapat disimpulkan tujuan pembelajaran IPS adalah mengembangkan diri siswa sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungan, sehingga mempunyai kemampuan berpikir dan melanjutkan kebudayaan bangsa, serta dapat menjadi warga Negara yang baik.

c. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial

Solihatin dan Raharjo (2007:15) mengemukakan konsep Ilmu Penegtahuan Sosial sebagai berikut:

1) Interaksi

(9)

commit to user

Interaksi merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga manusia harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain. Interaksi dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal, serta memiliki tiga unsure, yaitu komunikator, komunikan dan informasi. Dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan bersama, manusia membututuhkan interaksi untuk mencapainya.

2) Saling ketergantungan

Manusia merupakan makhluk social, yaitu tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang laing. Saling ketergantungan manusia terjadi pada individu, keluarga, kelompok, Negara sampai pada tingkat internasionl.

3) Kesinambungan dan perubahan

Kelompok dan masyarakat mengalami perubahan dalam perjalanan waktu. Perubahan sisial dapat terjadi kerana berbagai sebab antara lain politik, ekonomi, atau teknologi dan skala perubahan itupun berbeda- beda.

4) Keragaman/kesamaan/perbedaan

Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda. Keragaman, perbedaan dan kesamaan adalah karena setian individu mengingingkan keberadaan dirinya (esistensi). Perbedaan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga visi (cara pandang).

5) Konflik dan consensus (kesepakatan)

Di dalam setiap masyarakat senantiasa ada konflik yang ditimbulkan oleh berbagai sebab. Demikian pula halnya dengan consensus dapat muncul setelah adanya konflik, bahkan keduanya dapat terjadi secara berkebalikan.

6) Pola (pattern)

Pola dapat diartikan sebagai corak, model atau bentuk yang sama yang ditiru, yang terulang dan bersifat repetetitif. Manusia dapat berubah dari satu pola ke pola lainnya secara evolutif dan tidak dapat secara revolutif karena perubahan itu terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk melakukannya.

7) Tempat (lokasi)

Setiap makhluk, baik biotic maupun abiotik (hidup maupun tak hidup) pasti akan menempati ruang dan lokasi. Tiap peristiwa alam dan peristiwa social, termasuk peristiwa sejarah tidak hanya terjadi dalam waktu tetapi juga pada tempat (ruang) tertentu.

8) Kekuasaan (power)

Kekuasaan adalah kemampuan membuat orang lain melakukan sesuatu dengan yang dikehendaki. Kekuasaan memiliki tiga elemen utama, yaitu pengaruh (influence), wewenang (authority) dan kekuasaan (force).

Seseorang dapat memiliki salah satu bahkan semua dari elemen tersebut.

Seseorang yang memiliki pengaruh diikuti orang lain belum tentu memiliki kekuasaan. Demikian orang yang memiliki wewenang belum tentu berkuasa, serta orang yang memiliki kekuartan belum tentu memiliki wewenang memerintah orang lain. Kekuatan akan sempurna bila tiga elemen dimiliki.

(10)

commit to user

9) Nilai kepercayaan

Nilai merupakan keyakinan yang dipegang dan dilaksanakan dari generasi ke generasi secara turun-temurun dipelihara. Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang menjadi cirri atau karakteristik suatu masyarakat. Jika suatu masyarakat tidak memiliki nilai maka tidak akan berharga di mata orang lain. Nilai inilah yang mengangkat derajat seseorang, kelompok atau masyarakat, bahkan suatu bangsa.

10) Keadilan dan pemerataan

Keadilan berarti menmpatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan akan lebih mudah dirasakan dengan jalan melakukan pemerataan. Jika tidak ada pemeraataan maka akan timbul ketimpangan. Keadilan dan pemerataan menjadi agenda utama yang harus ditanggung oleh semua pihak.

11) Kelangkaan

Apabila permintaan bertambah dan jumlah barang terbatas maka harga akan naik, sebakiknya apabila permintaan berkurang dan jumlah barang melimpah maka harga akan turun. Pernyataan tersebut merupakan bagian dari teori ekonomi. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pemantauan terhadap jumlah barang di pasar. Permasalahan kelangkaan harus menjadi perhatian semua pihak, bukan hanya pemerintah.

12) Kekhususan

Dalam tingkat ilmu pengetahuan ada yang dikelompokkan pada generalization. Generalisasi terdiri dari sejumlah konsep, dan konsep terdiri dari sejumlah fakta, sedangkan fakta terdiri dari sejumlah data.

Dalam perkembangan hidup manusia mengarah pada hal-hal yang khusus.

Kebutuhan khusus muncul sperti misalnya dokter, tidak hanya ada dokter umum, namun ada dokter spesialis mata, tht dan sebagainya.

13) Budaya

Budaya dari kata budhi dan daya, artinya segala sesuatu yang dihasilkan manusia adalah bentuk budaya. Budaya selayaknya dipertahankan, jika budaya itu merupakan hal yang baik. Sebaliknya budaya yang yang menyimpang atau bertentangan dengan perkembangan zaman haruslah ditinggalkan.

14) Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sense atau rasa cibta yang ada pada setiap warga Negara terhadap negaranya. Aktualisasi dari rasa cinta bermacam- macam, ada yang emnjadi pahlawan karena gugur di medan juang dalam mempertahankan kemerdekaan, ada pula yang melakukan dengan tidak menggunakan produk luar negeri.

d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

(11)

commit to user

Menurut Taneo ruang lingkup dalam IPS yaitu manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu, proses tersebut tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat sebagai suatu kenyataan. Secara bertahap dan berkesinambungan, lingkup masyarakat yang menjadi objek formal dalam pembelajaran, mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga, kampung, desa, kabupaten, propinsi, serta demikian seterusnya. Sedangkan yang menjadi objek materialnya, meliputi aspek- aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar IPS Kelas IV:

Kelas IV, Semester 1 Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/

kota dan provinsi

1.1.Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana

1.2.Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya

1.3.Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.4.Menghargai keragaman suku bangsa dan

budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) 1.5.Menghargai berbagai peninggalan sejarah di

lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya

1.6.Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya

Kelas IV, Semester 2

(12)

commit to user

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam,kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi dilingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,

komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

4. Kajian Tentang Pembelajaran dengan Mind Mapping

a. Pengertian Mind Mapping

Mind mapping pertama kali diterapkan di dunia pendidikan oleh Allan M. Collins dan M. Ros Quillian pada tahun 1950-an. Tahun 1960-an, seorang bernama Tony Buzan banyak menulis tentang human brain, Ia mempelajari bahwa manusia dilahirkan dengan jutaan kali lebih canggih dari komputer. Ia mengaitkan teknik peta konsep ala mapping dengan teori radiant thinking pada otak manusia. Radian thinking adalah cara kerja otak dalam mengembangkan gaya belajar visual. Misalnya, seseorang diminta membayangkan ekor gajah, maka ia akan memikirkan gajah itu besar, memiliki belalai yang panjang dan memiliki dua gading. Jadi ketika kita membayangkan sebuah gajah, yang dilihat adalah gambaran gajah, bukan tulisan g-a-j-a-h.

Mind map adalah cara efektif mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran- pikiran kita. Mind map

Buzzan (2005:2) Mind Map adalah alternative pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran liniar. Menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.

(13)

commit to user

Mulyatiningsih (2013:238) mendefinisikan Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind mapping). Sedangkan Sugiarto dalam Mulyatiningsih (2013:238) mengemukakan Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentu peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah Mind mapping dibuat dengan menggunakan gambar, symbol dan warna yang sesuai dengan sesuatu yang dipelajari.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa mind mapping adalah sebuah metode pembelajaran yang efektif dan kreatif dengan meringkas materi pelajaran kedalam bentuk opeta atau teknik grafik, disertai dengan gambar, simol dan warna yang sesuai serta sederhana, sehingga pembelajaran lebih mudah dipahami.

b. Langkah Membuat Mind Mapping dalam Pembelajaran

Dalam pembuatan mind mapping terdapat beberapa langkah yang harus dipahami. Namun sebelum menginjak ke langkah, berikut merupakan aturan dalam pembuatan mapping yang disebutkan oleh Swadarma (2013:10):

1) Kertas. Gunakan kertas putih berorientasi landscape.

2) Warna. Gunakan spidol atau alat mewarnai lain dengan jumlah 2-7 warna dan tiap cabang berbeda warna.

3) Garis. Buat garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal (central image) menuju ujung.

4) Huruf. Pada cabang utama yang dimulai dari central image menggunakan huruf capital, sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan hurufpun sama panjang.

5) Keyword. Keyword merupakan kata yang mewakili pesan yang ingin disampaikan. Sebaiknya keyword jangan terlalu panjang sebab hal-hal penting saja yang harus dituliskan.

6) Key image. Key image adalah kata bergambar yang mempermudah untuk mengingat. Misalnya tulisan b-o-l-

gambar bola.

7) Struktur. Prinsip mapping adalah radiant thinking, jadi tema ditengah akan emmancar melalui garis ke segala arah. Garis terdiri dari 2-7 dan dimulai dari kanan sesuai arah jarum jam.

(14)

commit to user

Sedangkan menurut Windura (2013:32) lagkah membuat mind mapping adalah sebagai berikut:

1) Kertas diletakkan dan diposisikan dalam keadaan mendatar (lanscape).

2) Tentukan topic apa yang ingin di mind map

3) Buatlah pusat mind map ditengah-tengah berupa gambar, beri judul jika perlu diperjelas.

4) Buatlah cabang utama yang merupakan cabang yang memancar langsung dari pusat mind map.

5) Informasi yang ditulis di atas cabang dan jumlah 1 buah kata saja, yaitu berupa kata kunci.

6) Kembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain berikutnya berisi informasi berkaitan dengan cabang induknya. Gunakan warna yang sama dengan cabang utama.

7) Gambar harus selalu ditambahkan untuk memperkuat informasi atau membentu kreatifitas berfikir.

8) Selesai.

Berdasar pendapat dari ahli, maka langkah membuat mind mapping dalam pelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut: siapkan kertas polos dan letakkan dalam bentuk landscape, siapkan pensil warna atau spidol, tuangkan ide di tengah sebagai pokok tema, buat garis cabang dari tengah atau pokok tema dengan pensil warna-warni, tuliskan kata kunci di atas garis yang telah dibuat, tuangkan ide kedalam garis-garis yang telah dibuat sesuai imajinasi dan inti dari pelajaran.

(15)

commit to user

Bagan 2.1. Struktur dasar mind mapping

c. Kegunaan Mind Mapping dalam Pembelajaran

Mind mapping memiliki banyak kegunaan dalam berbagai aspek, termasuk dalam aspek pendidikan. Swadarma mengemukakan kegunaan mind mapping adalalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis.

2) Megembangkan dan menganalisis ide/pengetahuan seperti yang biasa dilakukan pada saat proses belajar mengajar.

3) Memudah untuk mengingat kembali sekaligus mengulang-ulang ide dan gagasan.

4) Membuat banyak pilihan dari berbagai rute keputusan yang mungkin.

5) Mempermudah proses brainstorming karena ide dan gagasan yang selama ini tidak mudah direkam maka menjadi mudah dituangkan di atas lembar kertas.

6) Dapat melihat gambaran besar dari suatu gagasan, sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut.

7) Menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang dan tak mudah dilihat menjaadi lebih mudah.

8) Menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan.

9) Mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan yang lainnya.

(16)

commit to user

10) Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan unsure kretifitas.

Widura (2013:14) menjelaskan manfaat mind map terhadap siswa maupun dalam kepentingan mengajar aitu:

1) Untuk siswa

a) Mencatat, meringkas b) Mengarang

c) Berfikir analisis dan kreatif

d) Merencanakan (jadwal, waktu, kegiatan) e) Mengurai artikel bacaan

f) Dan lain-lain

2) Untuk kepentingan mengajar

a) Menyatukan materi pengajaran dari berbagai sumber b) Meringkas materi pelajaran

c) Mengembangkan ide materi mengajar d) Mempersiapkan dan presentasi emngajar e) Dan lain-lain

5. Kajian tentang Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian Pembelajaran Konvensional

Djamarah dalam Metode

pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik

Sukandi dalam Kholik (2011) Pendekatan

konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Berdasar dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi guru sebagai penyampai materi pelajaran dan siswa pasif. Siswa mendengarkan pejelasan dari guru, bertanya jika ada yang belum dimengerti dan mengerjakan tugas dari guru.

(17)

commit to user

b. Metode Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional atau sering disebut dengan pembelajaran tradisional atau klasik memiliki beberapa metode dalam penerapannya. Mulyatiningsih (2013:239) menjabarkan metode pembelajaran konvensional sebagai berikut:

1) Ceramah (Lectures) dan Bertanya (Questions)

Metode ceramah dan bertanya merupakan dasar dari semua metode pembelajaran lainnya. metode ceramah dan bertanya merupakan strategi dimana guru memberi presentasi lisan dan peserta didik dituntut menanggapi atau mencatat penjelasan guru, agar lebih hidup ceramah dapat diselingi Tanya jawab. Ceramah digunakan untuk menejlaskan informasi dalam waktu singkat atau untuk menagwali dan menjelaskan tugas belajar.

Bertanya digunakan apabila guru melakukan Tanya jawab untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah.

Pertanyaan terbagi kedalam beberapa tipe antara lain: focusing question yaitu pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman peserta didik pada topic yang dipelajari. Prompting question yaitu pertanyaan yang menggunakan isyarat dan petunjuk sebagai alat peserta didik dalam mengingat jawaban atau membantu peserta didik menjawab pertanyaan. Probleming question yaitu pertanyaan yang digunakan untuk mencari klarifikasi dan mengarahkan peserta didik agar menjawab pertanyaan lebih lengkap.

2) Resitasi (Recitation)

Resitasi digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar siswa. Resitasi menggunakan pola: guru bertanya, siswa merespon dan guru memberi reaksi. Gage dan Berliner dalam Mulyningsih (2013:240) mencatat bahwa secara umum resitasi digunakan dalam review, pengantar materi baru, emngecek jawaban, praktek dan mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

3) Praktik dan Latihan ( Practice and Drills)

Praktik dilakukan setelah materi dipelajari dan sebaiknya dilakukan diluar jam belajar setelah guru melakukan demonstrasi. Drill digunakan ketika siswa disuruh mengulang informasi pada topic khusus sampai siswa dapat menguasai topic yang diajarkan. Praktik dan latihan melibatkan pengulangan untuk membantu siswa memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah mengingat kembali informasi pelajaran yang sudah disampaikan pada saat diperlukan.

c. Karakteristik Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional menurut Kholik (2011) memiliki karakteristik sebagai berikut:

(18)

commit to user

1) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.

2) Belajar secara individual

3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4) Perilaku dibangun atas kebiasaan

5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik 8) Interaksi di antara siswa kurang

9) Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

6. Penelitian Yang Relevan

Anak lamban belajar mengalami masalah dalam kemampuan menerima pelajaran. Berikut beberapa penelitian relevan untuk mendukung judul panalitian. Rejeki, Chamdani, Budi (2013) dalam penelitian berjudul Penggunaan model mind map dalam peningkatan pembelajaran IPS kelas IV SD, menunjukkan hasil bahwa metode mind map dapat meningkatkan pembelajaran IPS. Mind map menyebabkan proses pembelajaran meningkat dan hasil evaluasi siswa juga meningkat.

Penelitian lain yang membahas metode konvensional oleh Rodiyansyah, Sutarno, Siahaan (2009:50) dalam penelitian Studi komparasi antara hasil pembelajaran berbasis computer menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw dengan metode konvensional, menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan antara prestasi belajar siswa pada mata pelajaran TIK yang menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw berbasis computer. Prestasi belajar siswa lebih baik jika menggunakan metode cooperative learning daripada menggunakan metode konvensional.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan dasar pemikiran sebagai arahan dalam menemukan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Penyusunan kerangka berfikir dalam penelitian ini dpaat dipaparkan sebagai berikut:

(19)

commit to user

Anak lamban belajar secara fisik sama dengan anak normal lainnya, mereka sekolah di SD regular dengan pelayanan khusus. anak berkesulitan belajar emngalami hambatan pada bidang akademik, sehingga menyebabkan prestasi belajarnya di bawah teman sebayanya. Maka perlu adanya inovasi dalam pembelajaran oleh guru, karena anak berkesulitan belajar juga akan kesulitan jika hanya diberikan pelajaran dengan ceramah dan tulisan yang cenderung membosankan.

Secara sistematis penelitian komparatif antara pendekatan konvensional dan mind mapping terhadap hasil belajar anak berkesulitan belajar dapat digambarkan seperti:

(20)

commit to user

Bagan 2.2. Kerangka berpikir

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berik Ada perbedaan hasil belajar IPS bagi siswa lamban belajar kelas IV antara yang menggunakan pendekatan konvensional dan pendekatan mind mapping di SD Bendan 2 dan SD Banyudono 3

Gambar

gambar bola.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor dari guru dalam pembelajaran yaitu : (1) guru dalam mengajar hanya menggunakan metode konvensional (ceramah dan tanya jawab) dengan cara bertanya kepada

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami apa yang diperolehnya sehingga dapat menerangkan dan menjelaskan kembali serta memanfaatkan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memahami resiliensi ekonomi rumah tangga petani dalam pengelolaan Ume Talang di Desa Lebung Gajah Kecamatan Tulung

mengetahui nilai perubahan pada motivasi dan hasil belajar tanpa dipengaruhi penggunaanmedia power point, sedangkan baris ketiga (kelas) untuk mengetahui pengaruh

Tingginya nilai MHD tersebut disebabkan oleh kepadatan penduduk Kota Surakarta yang paling tinggi dibanding kabupaten/kota lain di Jawa Tengah dan juga curah hujan dalam

pembelajaran probing promting sendiri akan diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol akan menggunakan model pembelajaran scramble. Dari jumlah

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “Metadhos”. Kata ini berasal dari dua suku kata yaitu metha yang berarti melalui dan hodhos berarti jalan atau cara.

1. Paradigma penelitian Kuantitatif adalah positivism, bahwa dunia kehidupan social dapat diteliti berdasarkan prinsip-prinsip hukum sebab akibat seperti