• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BONE"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)SKRIPSI. AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BONE. Oleh:. ASRINI Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11124 16. PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021.

(2) SKRIPSI. AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BONE. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Disusun dan Diajukan Oleh:. ASRINI Nomor Stambuk: 10561 11124 16. Kepada. PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021.

(3) i.

(4) ii.

(5) HALAMAN PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa. : Asrini. Nomor Induk Mahasiswa. : 10561 11124 16. Program Studi. : Ilmu Administrasi Negara. Menyatakan bahwa benar skripsi penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.. Makassar, 09 Agustus 2021. Yang Menyatakan,. Asrini. iii.

(6) KATA PENGANTAR. “Assalamu `Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” Puji syukur Alhamdulillah atas Kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah, Inayah-Nya yang tiada henti kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sang revolusioner sejati yang membawa kita dari alam yang biadab menuju alam yang beradab, yang menggulung tikar-tikar kejahiliaan dan membentangkan tikar-tikar keIslaman. Skripsi ini adalah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memeroleh gelar sarjana (S1) Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebagai bentuk karya ilmiah. Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta Bapak Muslimin dan Ibu Rosmini yang dengan ikhlas memberikan dukungan baik berupa moril maupun meteril, tak lupa iringan doa di setiap sujudnya hingga penulis sampai pada saat seperti ini. Juga terima kasih penulis ucapankan kepada yang terhormat: 1. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I dan Nurbiah Tahir, S.Sos, M.AP selaku Pembimbing II yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak. iv.

(7) dari awal sampai selesainya skripsi ini. Gagasan-gagasan beliau merupakan kenikmatan intelektual yang tidak ternilai harganya. 2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memimpin Universitas ini dengan baik. 3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah membina fakultas ini dengan sebaik-baiknya. 4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah membina jurusan ini dengan baik. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Staf Tata Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di lembaga ini. 6. LSM PPDI, Masyarakat penyandang disabilitas Kabupaten Bone yang dengan senang hati membantu dengan bersedia menjadi Narasumber penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Pemerintah Kabupaten Bone, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pimpinan Komisariat IMM Fisip Unismuh kepada Kakanda, Adinda dan seluruh teman-teman seperjuangan di barisan Merah Maron. 9. Saudariku Pendekar IMMawati, Rasmiani, Bau Sri Sudarni, Lilis Angriani, Reski Elvira R, Nurfadilah, Renita Amelia dan Sridayanti yang senantiasa. v.

(8) membersamai penulis berjuang dalam organisasi IMM maupun akademik, serta selalu memotivasi, memberikan dukungan selama beberapa tahun terakhir. Sukses selalu untuk segala hal yang kita kerjakan, semoga Allah senantiasa meridhoi. 10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Ilmu Administrasi 2016 yang sejak awal perkuliahan hingga pada tahap penyelesaian akhir atas kesetiaan dan dukungan yang telah diberikan. 11. Kepada Seluruh Sahabat, Kakanda, Adinda, dan teman lainnya yang telah banyak. membantu. dan. memotivasi. penulis. hingga. akhirnya. dapat. menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan semua yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai. Terima Kasih. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara. Serta bermanfaat pula untuk Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar, 09 Agustus 2021 Penulis. ASRINI. vi.

(9) ABSTRAK Asrini (2021), Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Dibawah bimbingan Ihyani Malik dan Nurbiah Tahir Hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan merupakan jaminan hak bagi setiap penyandang disabilitas tanpa adanya diskriminasi. Dalam hal pelayanan publik, penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya dalam mendapatkan aksesibilitas sebagai warga negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone yang ditinjau dari tiga dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi perilaku, dan dimensi birokrasi administratif serta untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung yang mempengaruhi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif, teori yang digunakan Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan Menurut Abar dalam Andang Seto (2013). Informan ditentukan berdasarkan teknik Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi , wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone belum terlalu optimal disebabkan karena beberapa faktor yang menjadi penghambat seperti keterbatasan tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia, fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan penyandang disabilitas dalam mengakses pelayanan publik kurang memadai, kurangnya kepekaan dan respon dari aparat desa, lurah setempat, serta kurang dilibatkannya penyandang disabilitas dalam hal pembangunan yang bisa diakses oleh penyandang disabilitas. Namun demikian terdapat regulasi atau UU disabilitas no.8 Tahun 2016 dan Perda No.5 Tahun 2017 di Kabupaten Bone yang menjadi payung hukum bagi penyandang disabilitas untuk dilindungi dan memperoleh hah-haknya sebagai penyandang disabilitas serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) penyedia layanan yang mumpuni menjadi faktor pendukung dalam menunjang aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik.. Kata Kunci: Aksesibilitas, Penyandang Disabilitas, Pelayanan Publik. vii.

(10) DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... i. HALAMAN PENERIMAAN TIM .................................................................. ii. HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii. KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv. ABSTRAK ........................................................................................................ vii. DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ x. DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi. BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1. A. Latar Belakang………………………………………………………… ..... 1. B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4. C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5. D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7. A. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 7. B. Konsep, Defenisi, dan Teori......................................................................... 9. C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 26. D. Fokus Penelitian ........................................................................................... 28. E. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................... 28. BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 36. A. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................... 36. B. Jenis dan Tipe Penelitian............................................................................. 36. C. Informan ...................................................................................................... 37. D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 38. E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 39. F. Teknik Pengabsahan Data ........................................................................... 41. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42. A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................................... 42. viii.

(11) B. Hasil Penelitian ........................................................................................... 56. C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 86. BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 103 A. Kesimpulan ................................................................................................ 103 B. Saran ........................................................................................................... 109 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 111. LAMPIRAN...................................................................................................... 113. ix.

(12) DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Informan Penelitian ............................................................................ 38. Tabel 4.1 Jumlah Penyandang Disabilitas di Provinsi Sulawesi Selatan ........... 43. Tabel 4.2 Jumlah Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bone ......................... 46. x.

(13) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian .............................................................. 27. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Disdukcapil Bone ........................................... 55. Gambar 4.2 Layanan Pengaduan........................................................................ 76. Gambar 4.3 Mobil Layanan Keliling ................................................................. 83. xi.

(14) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atas segala hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan merupakan hak bagi setiap penyandang disabilitas tanpa adanya diskriminasi, apatahlagi dalam hal menerima pelayanan publik. Dalam pasal 19 Undang-undang nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjelaskan bahwa “Penyandang disabilitas mempunyai hak pelayanan publik meliputi hak memperoleh akomodasi yang layak selama pelayanan publik secara optimal,. wajar,. bermartabat. tanpa. diskriminasi,. dan. pendampingan,. penerjemahan, dan penyediaan fasilitas yang dapat di akses di tempat layanan publik tanpa biaya tambahan”. Penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 yang membahas tentang Penyandang Disabilitas dalam pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa “penyandang disabilitas merupakan orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik, intelektual, mental atau sensorik dengan jangka waktu yang cukup lama dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang mengalami hambatan serta kesulitan dalam melakukan partisipasi secara keseluruhan dan efektif dengan warga Negara lainnya dengan kesamaan hak”. Penyandang disabilitas merupakan orang yang seharusnya diberdayakan dengan cara pemenuhan hak-haknya sebagai penyandang disabilitas dan harus disetarakan antara penyandang disabilitas dengan nondisabilitas, baik untuk. 1.

(15) 2. kehidupan sehari-harinya maupun dalam bidang pekerjaan. Kondisi sosial secara umum penyandang disabilitas dalam kondisi rentan, baik dari segi aspek ekonomi, pendidikan, keterampilan maupun kemasyarakatan. Permasalahan yang kemudian hadir adalah aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik. Aksesibilitas yang dimaksud adalah kemudahan yang disediakan dalam mewujudkan kesamaan kesempatan dari segala aspek kehidupan, seperti masalah pemenuhan dalam hal pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, hak memperoleh pelatihan, rehabilitasi, akses informasi dan teknologi, transportasi, politik, keamanan, hukum, dan olahraga. Yang pada kenyataannya belum mampu menyentuh para penyandang disabilitas, sehingga hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh para penyandang disabilitas tersebut belum dapat terlaksana secara maksimal. Menurut Abar dalam Andang Seto (2013) dalam kerangka konseptual untuk telaah lebih jauh tentang aksesibilitas pada pelayanan publik dapat menggunakan pendekatan yang holistik melalui 3 dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi perilaku, dan dimensi birokrasi administratif. Salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki penyandang disabilitas cukup tinggi yakni Kabupaten Bone dari 23 Kabupaten/Kota yang tersebar. Berdasarkan data Dinas Kesejahteraan Sosial tercatat pada tahun 2019 sebanyak 4.198 jiwa penyandang disabilitas yang tersebar di 27 kecamatan, yakni diantaranya, tuna netra (gangguan pengelihatan/ buta) berjumlah 815 orang, tuna rungu wicara (gangguan pendengaran dan bisu) berjumlah 750 orang, tuna daksa (lumpuh secara fisik) 1.391 orang, tuna grahita (kelainan mental) 533 orang, dan anak cacat berjumlah 430 orang..

(16) 3. Sejak dulu pemerintah kabupaten Bone dan yayasan mitra bangsa (YASMIB) sulawesi telah membuat berbagai program pemberdayaan kepada masyarakat, penyandang disabilitas salah satunya seperti yang ditulis oleh Yasmib Sulawesi pada tanggal 29 MEI 2018, yasmib sulawesi bekerjasama dengan pemerintah Desa yaitu pada 2 desa telah membuat dampingan program peduli Disabilitas, seperti pos pelayanan Desa (Posyandes) untuk melaporkan segala permasalahan yang berhubungan dengan kepentingan penyandang disabilitas. Pada tanggal 1 Desember 2017 Yasmib Sulawesi menyelenggarakan peringatan hari Disabilitas internasional dilapangan merdeka watampone, kegiatan ini dilanjutkan dengan pembacaan dan penandatanganan komitmen bersama oleh BAPPEDA, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan serta Dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Bone bisa memberikan pelayanan yang ramah disabilitas menuju kabupaten bone yang inklusif. Salah satu program yang telah dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bone dalam perlindungan dan pelayanan penyandang disabilitas adalah pemberdayaan dalam bentuk pemberian pelatihan dan rehabilitas serta pemberian bantuan alat dan dana untuk memiliki usaha. Namun hal ini dinilai kurang maksimal dijalankan karena masih banyak masyarakat yang belum tersentuh oleh program ini atau tidak diberdayakan secara merata. Sedangkan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat program “Pelayanan Keliling Jemput Bola” kepada penyandang disabilitas dan melakukan pelayanan mobile perekaman Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP), pelayanan pada pembuatan Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, SUKET (Surat Keterangan.

(17) 4. Pengganti KTP Elektronik) serta Kartu Identitas Anak (KIA) yang sudah berjalan selama 3 tahun. Hanya saja, program ini belum menyentuh semua kalangan disabilitas terutama untuk penyandang disabilitas yang tinggal di pelosok desa. Sehingga banyak dari penyandang disabilitas yang layak untuk mendapatkan bantuan sosial, karena terkendala dan tidak memiliki kartu identitas atau dokumen kependudukan sehingga tak menerima sedikit pun bantuan sosial dari pemerintah. Selain daripada itu, pelayanan yang dilakukan cenderung belum ramah disabilitas dengan tidak adanya pelayanan khusus yang disediakan atau diberikan kepada penyandang disabilitas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone, misalnya tidak tersedianya informasi dalam format yang aksesibel di tempat-tempat penyelenggaraan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas tunanetra dan penyelenggara pelayanan publik tidak menyediakan petugas yang terampil bahasa isyarat, padahal dalam hal ini masyarakat penyandang disabilitas memiliki kebutuhan khusus dibandingkan dengan masyarakat nondisabilitas. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti sangat tertarik meneliti hal tersebut dengan judul “AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BONE”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu: 1.. Bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas berdasarkan pendekatan.

(18) 5. dimensi kognitif dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone ? 2.. Bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas berdasarkan pendekatan dimensi perilaku dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone ?. 3.. Bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas berdasarkan dimensi birokrasi administratif dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone ?. 4.. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone ?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu : 1.. Untuk mengetahui aksesibilitas penyandang disabilitas berdasarkan dimensi kognitif dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone.. 2.. Untuk mengetahui aksesibilitas penyandang disabilitas berdasarkan dimensi perilaku dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone.. 3.. Untuk mengetahui aksesibilitas penyandang disabilitas berdasarkan dimensi birokrasi administratif dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone.. 4.. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi.

(19) 6. aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. D. Manfaat Penelitian Dari permasalahan diatas maka dapat diklarifikasi dari manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.. Manfaat Teoritis a. Memberikan. informasi. mengenai. aksesibilitas. bagi. penyandang. disabilitas dalam pelayanan publik kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone b. Menambah khasanah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi semua kalangan mengenai aksesibilitas penyandang disabilitas yang berorientasi kepada pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. c. Memberikan kontribusi pemikiran terhadap pemahaman konsep, teori, maupun praktek, serta sebagai referensi bagi kalangan akademis yang melakukan penelitian dengan objek penelitian yang sama. 2.. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan referensi evaluasi kepada pemerintah daerah Dinas Kependudukan. dan. Pencatatan. Sipil. Kabupaten. Bone. untuk. meningkatkan aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik..

(20) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian. mengenai. Aksesibilitas. Penyandang. Disabilitas. dalam. Pelayanan Publik telah dilakukan oleh beberapa penulis sebelumnya, hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Ferry Firdaus dan Fajar Iswahyudi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Aksesibilitas dalam Pelayanan Publik untuk Masyarakat dengan. Kebutuhan. Khusus”. memaparkan. bagaimana. bentuk. aksesibilitas pelayanan publik bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus disertai dengan berbagai kabijakan atau peraturan mengenai aksesibilitas. pelayanan. dan. fasilitas. publik. untuk. masyarakat. berkebutuhan khusus. Saat ini, Indonesia telah berkomitmen untuk meratifikasi dan mengimplementasikan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD), termasuk disahkannya beberapa peraturan dan regulasi terkait penyediaan aksesibilitas pelayanan publik bagi masyarakat difabel. Namun dalam pelaksanaannya belum maksimal dan sesuai standar terutama berbasis desain inklusi. Hasil observasi menunjukkan berbagai permasalahan pada aparat pemerintah yang menyebabkan kurang berjalannya pelayanan khusus dan aksesibilitas terhadap pelayanan dengan kebutuhan khusus disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman para birokrat serta pengadaan kegiatan yang dapat menumbuhkan kepedulian terhadap penyandang. 7.

(21) 8. cacat. Hal inilah yang menjadi faktor penghambat dalam mengubah birokrasi menjadi peduli kepada kepentingan kelompok terpinggirkan, yang memerlukan perubahan mendasar di dalam dan di luar birokrasi pemerintahan. 2) Sementara itu, Nilda Mutia dan Yanis Renaldi (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pelaksanaan Pelayanan Publik Bagi Penyandang Disabilitas di Kota Banda Aceh” memaparkan mengenai bagaimana pelaksanaan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas di Kota Banda Aceh, hambatan yang dihadapi dalam pelaksaan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas di Kota Banda Aceh dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas belum maksimal karena adanya beberapa hambatan, diantaranya: kurangnya sumber daya manusia yang profesional, terbatasnya fasilitas yang dimiliki, dan terbatasnya dana yang dimiliki. 3) Selain itu, M. Syafi'ie (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemenuhan Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas”. Menjelaskan bahwa urgensi daripada aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, beragam aksesibilitas dan kemudian seperti apa dan bagaimana pemenuhan itu dapat dilakukan serta penggambaran umum mengenai pemenuhan aksesibilitas yang selama ini telah dilakukan oleh.

(22) 9. pemerintah. dan. masyarakat.. Selanjutnya,. berhubungan. dengan. aksesibilitas fisik, dijelaskan mengenai Aksesibilitas Transportasi, terdapat Peraturan Nasional berupa Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 71 Tahun 1999 mengenai “Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit pada Sarana dan Prasarana Perhubungan”. Dalam regulasi ini, selaku Pemerintah memberikan kewajiban dalam sarana dan prasarana angkutan untuk dapat memenuhi standar aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan orang sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitas publik belum akesibel untuk penyandang disabilitas. Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa aksesibilitas pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum maksimal dan aksesibel kepada penyandang disabilitas disebabkan karena kurangnya fasilitas publik yang aksesibel kepada penyandang disabilitas serta kurangnya tenaga sumber daya manusia yang professional. B. Konsep, Defenisi, dan Teori 1. Pengertian Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan (Kentingan, 2011:11). Kesamaan kesempatan bagi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan aksesibilitas. Penyediaan aksesibilitas yang dimaksudkan adalah untuk memudahkan penyandang disabilitas dalam mewujudkan kesamaan.

(23) 10. kesempatan dalam segala aspek kehidupan serta menciptakan lingkungan yang lebih menunjang mereka untuk dapat hidup bermasyarakat. Penyediaan aksesibilitas diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. PERDA Kabupaten Bone Nomor 5 Tahun 2017 pasal 1 ayat (13) tentang Perlindungan dan. Pemenuhan. Hak. Penyandang. Disabilitas. mengemukakan. bahwa. “Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan”. Kesamaan kesempatan yang dimaksud adalah “kesamaan kesempatan adalah keadaan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek penyelenggaraan Negara dan masyarakat” (pasal 1 ayat (7) perda kabupaten bone nomor 5 tahun 2017). Penyandang disabilitas berhak atas penyediaan aksesibilitas dan sistem kelembagaan disabilitas dalam pemanfaatan dan penggunaan sarana dan prasarana umum. Upaya yang dilakukan dalam perwujudan aksesibilitas penggunaan fasilitas umum sebagaimana yang dimaksud adalah harus memenuhi prinsip kemudahan, keamanan/keselamatan, kenyamanan, kesehatan, serta kemandirian dalam hal menuju, mencapai, memasuki, dan memanfaatkan fasilitas umum. Aksesibilitas terdiri atas aksesibilitas fisik dan aksesibilitas nonfisik. Aksesibilitas fisik yang dimaksud adalah meliputi bangunan gedung umum, jalanan umum maupun jalanan khusus, pertamanan dan pemakaman umum, pelabuhan dan Bandar udara, perbelanjaan dan perkantoran, perbankan dan jasa keuangan lainnya, transportasi umum, pendidikan dan kebudayaan, rumah sakit.

(24) 11. dan pelayanan medis lainnya, tempat-tempat wisata, dan penyelenggaraan publik lainnya. Sedangkan aksesibilitas non fisik yang dimaksud adalah pertama, pelayanan informasi yaitu upaya memberikan penjelasan melalui media yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penyandang disabilitas dalam hal pelayanan publik, menggunakan fasilitas yang ada pada bangunan umum, sarana lalu lintas, sarana komunikasi dan angkutan umum. Kedua, pelayanan khusus ialah berupa bantuan yang diupayakan secara khusus kepada penyandang disabilitas yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya dalam hal pelayanan publik, menggunakan fasilitas yang ada pada bangunan umum, sarana lalu lintas, sarana komunikasi dan angkutan umum. Dalam aspek pelayanan publik, lebih lanjut Aday dalam Ardhia (2018) mendefinisikan aksesibilitas. dalam. konteks indikator structural seperti. karakteristik system pelayanan dan dalam konteks keinginan, yaitu kebutuhan dan sumber daya yang muncul dalam proses pencarian pelayanan. Dengan kata lain, aksesibilitas berkaitan dengan beberapa konsep diantaranya; 1. adanya kesesuaian dalam hal ini klien dengan system pelayanan itu sendiri, dapat dipahami bahwa bila terjadi kecocokan baik itu menyangkut system pelayanan dengan apa yang dibutuhkan oleh klien maka aksesibilitas akan mudah untuk didapat dan memenuhi kebutuhan antara keduanya. 2. Suatu jaminan ketersediaan sumber daya. Ketersediaan sumber daya tentunya akan menjadi pemicu dalam akses seseorang untuk memperoleh yang diinginkannya. Keterkaitan pihak sebagai suplier (penyedia) dengan yang membutuhkan (demand) sangat mendukung pelaksanaan aksesibilitas itu.

(25) 12. sendiri. 3. Pemanfaatan sumber daya yang setara dengan kebutuhan dalam hal ini, akan menjadikan akses keduanya akan terhubung dengan baik dan akan berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan suatu bentuk pelayanan tersebut. Aksesibilitas dapat dijadikan sebagai kerangka konseptual untuk mengukur kemampuan organisasi pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan serta kemampuan untuk mengurangi ketimpangan sosial yang terdapat dalam masyarakat. 2.. Pengertian Penyandang Disabilitas Disabilitas merupakan istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan. aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah permasalahan yang terjadi pada fungsi tubuh atau strukturnya, dan pembatasan kegiatan yang dimaksud adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas pada umumnya adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas menyatakan bahwa “ penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan.

(26) 13. sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak ”. Disabilitas beragam, hal itu dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau beberapa kombinasi dari ini. Penyandang disabilitas tersebut dapat diklasifikasikan menjadi disabilitas fisik, disabilitas mental/inetelegensi, dan disabilitas ganda. Beberapa karakteristik disabilitas adalah sebagai berikut: a. Tuna netra, Menurut Kaufman & Hallahan dalam Mudjito, dkk mendefinisikan tunanetra sebagai gangguan penglihatan atau kebutaan baik sebagian maupun kebutaan total. Akurasi penglihatan kurang dari 6/60 atau tidak lagi memiliki penglihatan. Dalam hal ini tunanetra bisa diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu buta total (blind) dan lemah penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat tactual dan bersuara, misalnya penggunaan tulisan braile, gambar timbul, benda model dan benda nyata . Sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. b. Tuna rungu, yaitu individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:.

(27) 14. 1). Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40 dB). 2). Gangguan pendengaran ringan (41-55 dB). 3). Gangguan pendengaran sedang (56-70 dB). 4). Gangguan pendengaran berat (71-90 dB). 5). Gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 90 dB).. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran dan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat melalui abjad jari. Abjad jari sendiri telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap Negara. Penting untuk melakukan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat, dan bahasa tubuh. lndividu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. c. Tuna Grahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Anak-anak penyandang tunagrahita memiliki keterbatasan dalam mengendalikan diri dan bersosialisasi. Rata-rata anak-anak tunagarahita mengalami penurunan intelektual pada dua bidang utama: 1) Fungsi intelektual, penyandang tunagrahita mengalami kesulitan belajar dari pada lainnya, khususnya dalam memahami sesuatu dan dalam berkomunikasi..

(28) 15. 2) Perilaku adaptif, penyandang tunagrahita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengurus diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi. Proses pembelajaran mungkin lebih dititik beratkan pada aktivitas sehari-hari atau keterampilan mengurus sendiri, serta pada keterampilan sosial seperti berinteraksi dengan penghuni rumah dan liburan bersama keluarga. d. Tuna daksa, yaitu individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-musku/ar dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tuna daksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, gangguan sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, sedangkan gangguan berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. Proses pembelajaran pada tunadaksa disesuaikan dengan kondisi fisik yang bersakutan. Secara intelektual penyandang tunadaksa tidak memiliki hambatan dalam proses belajar, namun secara fisik mereka memiliki hambatan dalam mobilitas. Oleh karena itu lembaga pendidikan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memudahkan mereka melakukan mobilisasi, seperti tangga.

(29) 16. berjalan atau eskalator yang memudahkan pemakai kursi roda, dan lain sebagainya. e. Tuna. laras,. yaitu. individu. yang. mengalami. hambatan. dalam. mengendalikan emosi atau kontrol sosial. lndividu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya . Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. Proses pembelajaran pada individu tunalaras diorientasikan pada pemahaman dan implementasi nilai-nilai atau aturan-aturan yang ada di masyarakat. Penanaman nilai-nilai agama juga perlu ditekankan supaya mereka dapat mengendalikan emosi dan mampu berinteraksi dengan masyarakat secara baik. Convention On The Rights Of Person With Disabilities (CRPD) yaitu konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang pengesahan CRPD. CRPD merupakan instrumen HAM internasional dan nasional dalam upaya penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak disabilitas di Indonesia (Development tool and human rights instrument). Tujuan pada konveksi ini untuk memajukan, melindungi, dan menjamin hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabatnya sebagai bagian yang tak terpisahkan (inherent dignity). Kemudian dalam Perda Kabupaten Bone No. 5 tahun 2017 Tentang.

(30) 17. Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan penyandang disabilitas yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Penyandang disabilitas memiliki hak-hak yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang konvensi mengenai hak-hak penyandang disbailitas, yaitu : 1. Persamaan dan non-diskriminasi, setiap penyandang disabilitas berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sama dan efektif terhadap diskriminasi dengan fundamental alasan apapun. 2. Penyandang disabilitas perempuan. Penyandang disabilitas perempuan dan anak perempuan adalah rentan terhadap diskriminasi berlipat-lipat. Oleh karena itu pemerintah harus menjamin pemenuhan secara utuh dan sama dari semus hak-hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, pengembangan, pemberdayaan perempuan secara utuh. 3. Penyandang disabilitas anak-anak, pemerintah wajib menjamin bahwa penyandang disabilitas anak-anak memiliki hak untuk mengemukakan pandangan mereka secara bebas pada semua hal yang mempengaruhi mereka, dengan catatan pandangan mereka diberikan bobot sesuai dengan usia dan kematangan mereka, atas dasar persamaan dengan anak-anak lain, serta untuk disediakan bantuan disabilitas yang sesuai dengan usia agar hak itu dapat terpenuhi. 4. Peningkatan kesadaran. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran masyarakat termasuk di tingkat keluarga,.

(31) 18. mengenai penyandang disabilitas dan untuk memelihara penghormatan atas hak-hak dan martabat para penyandang disabilitas. 5. Aksesibilitas, dalam hal ini memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas agar mampu hidup secara mandiri serta melibatkan diri secara penuh dalam aspek kehidupan, pemerintah wajib mengambil langkah yang tepat untuk memenuhi akses bagi penyandang disabilitas sebagai jaminan terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi, serta termasuk akses pada fasilitas dan jasa pelayanan lain yang terbuka untuk publik, baik di perkotaan maupun di pedesaan. 3.. Pengertian Pelayanan Publik Pelayanan publik menurut UU No. 25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau. rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,. jasa,. dan/atau. pelayanan. administratif. yang. disediakan. oleh. penyelenggara pelayanan publik. Ratminto dan Winarsih (2005) menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik. Hal ini dilakukan dalam rangka sebagai upaya untuk memaksimalkan dalam hal pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundangundangan. Pada dasarnya, setiap pelayanan publik dibutuhkan penyelenggara pelayanan publik untuk mengatur pemenuhan kebutuhan penerima layanan. Undangundang No.25 Tahun 2009 memberikan pengertian penyelenggara pelayanan.

(32) 19. publik, bahwa “penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik”. Pelayanan publik sering dilihat sebagai representasi dan eksistensi birokrasi pemerintah, karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Filosofi dari pelayanan publik menempatkan rakyat sebagai subyek dalam penyelenggara pemerintah (Rachmadi, 2008). Dalam Ratminto dan Winarsih (2005) dijelaskan pula tentang penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang dimaksud adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau organisasi Kementrian, Departemen, Lembaga pemerintah non departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara dan Instansi pemerintah lainnya baik pusat maupun daerah termasuk BUMN dan BUMD. Setiap penyelenggara pelayanan publik sudah semestinya melakukan pelayanan publik dengan secara optimal karena pada hakekatnya pelayanan publik memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang merupakan bentuk perwujudan kewajiban aparatur Negara sebagai abdi pemerintah (Kemenpan No.63 Tahun 2004). Menurut Suryokusumo (2008) menyebutkan bahwa hakekat pelayanan publik adalah pelayanan kepada pengguna jasa layanan yang dalam hal ini adalah masyarakat dalam arti luas, sehingga apapun bentuk dan model pelayanan yang diberikan sudah semestinya berorientasi kepada kepentinngan masyarakat..

(33) 20. Menurut Ratminto dan Winarsih (2005) untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan publik yaitu transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipasi, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban. Selain daripada itu, pelayanan publik mempunyai prinsip yang harus diterapkan pada setiap aktivitas yang dijalankan, seperti kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan dan kenyamanan. Di samping prinsip dan asas pelayanan publik, pemerintah telah juga menetapkan standard pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Menurut Kemenpan nomor 63 Taun 2004 dalam Ratminto dan Winarsih (2005) standar pelayanan adalah ukuran yang diberlakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima layanan yang meliputi adanya prosedur pelayanan yang jelas, waktu penyelesaian layanan, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana penunjang yang memadai, dan kompetensi petugas pemberi layanan (pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan). Selain itu, pelayanan publik mempunyai aspek pelayanan khusus bagi penyandang disabilitas, lanjut usia, wanita hamil dan balita dengan tersedianya sarana dan prasarana pelayanan yang memungkinkan untuk akses khusus bagi mereka. Suryokusumo (2008), dalam hal pelayanan khusus menyebutkan bahwa “setiap golongan masyarakat harus mendapatkan hak yang sama untuk menikmati pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan..

(34) 21. Masyarakat juga harus diberikan peluang untuk berkontribusi dalam peningkatan pelayanan, baik dalam bentuk penyimpanan aspirasi langsung ataupun tidak langsung yang fasilitasnya semestinya disediakan oleh penyedia layanan secara terbuka dan transparan”. Pada intinya bahwa dalam hal pelayanan publik harus terjadi aspek kesamarataan dan tidak terjadi diskriminasi. Dalam hal penilaian, menurut Suryokusumo (2008) penilaian pelayanan publik dapat dilihat dari beberapa unsur, diantaranya ; 1.. Tangibility, yaitu berupa kualitas pelayanan yang dilihat dari secara fisik yang kasat mata.. 2.. Reliability, yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sisi kemampuan dan kehandalan dalam menyelesaikan layanan yang terpercaya.. 3.. Responsiveness, yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sisi kesanggupan untuk membantu dan meyediakan pelayanan secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen.. 4.. Assurance, yaitu kualitas pelayanan dilihat dari sisi kemampuan petugas dalam meyakinkan kepercayaan masyarakat.. 5.. Emphaty, yaitu kualitas pelayanan yang diberikan berupa sikap tegas tetapi penuh dengan perhatian terhadap masyarakat. Pada dasarnya pelayanan publik yang baik adalah pelayanan yang. menerapkan standar-standar pelayanan yang sesuai guna memberikan kesamarataan tanpa adanya diskriminasi..

(35) 22. 4.. Teori dan konsep aksesibilitas dalam pelayanan publik Dalam konsep pelayanan publik, pelayanan publik yang baik harus. menerapkan semua prinsip dan asas pelayanan publik. Semua prinsip tersebut harus dipenuhi oleh lembaga pelayanan publik demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkesinambungan. Tetapi pada kenyataannya lembaga pemerintah sering kali lupa tentang prinsip keadilan dan pemerataan bagi semua penerima layanan (aksesibilitas) atau sering disebut dengan equity. (Ratminto dan Winarsih,2005). Tjiptono (2002) mengungkapkan bahwa aksesibilitas secara khusus dalam pelayanan publik menyangkut seberapa mudah pelayanan publik tersebut bisa diakses oleh masyarakat. Aksesibilitas juga merupakan dimensi yang dijadikan sebagai ukuran kualitas sebuah jasa. Aksesibilitas dapat dikatakan sebagai akses yang meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi yang mudah dihubungi dan lain-lain. Menurut Abar dalam Andang Seto (2013) bahwa dalam kerangka konseptual untuk telaah lebih jauh tentang aksesibilitas pada pelayanan publik dapat menggunakan pendekatan yang holistik melalui 3 dimensi yaitu: 1. Dimensi kognitif terdiri dari : (a) kesadaran masalah; (b) kesadaran sumber daya yang diperlukan; (c) pengetahuan tentang bagaimana dan dimana mendapatkan sesuatu; serta (d) Derajat kepercayaan pada diri sendiri. 2. Dimensi perilaku mencakup : (a) kemampuan berkomunikasi; (b) dinamika interaksi sosial..

(36) 23. 3. Dimensi birokrasi administratif antara lain : (a) kekakuan prosedur; (b) pemerataan perlakuan; (c) jarak sosial antara pelanggan dan petugas; (d) tersedianya saluran untuk menyampaikan perasaan tidak puas (aspirasi). (e) latar belakang serta pandangan petugas; (f) kebijakan kepegawaian. Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi alat atau pendekatan lebih jauh untuk menganalisis seberapa maksimal pemerintah dalam memberikan aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas yang berkebutuhan khusus. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas Pelayanan Publik Hak aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas sudah diatur dalam PERDA Kabupaten Bone Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak penyandang Disabilitas bagian kesembilan pasal 65 terkait dengan pelayanan khusus kepada penyandang disabilitas yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya dalam pelayanan publik, menggunakan fasilitas yang ada pada bangunan umum, sarana lalu lintas, sarana komunikasi dan angkutan umum. Dalam pelaksanaan Aksesibilitas pelayanan publik kepada penyandang disabilitas tentulah tidak mudah, Terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan atau gagalnya suatu aksesibilitas pelayanan publik menurut Tarsidi (2006) diantaranya adalah ; a. Hambatan informasi dan komunikasi Dalam hal ini, tidak tersedianya informasi dalam format yang aksesibel di tempat-tempat penyelenggaraan pelayanan publik merupakan.

(37) 24. hambatan bagi para penyandang disabilitas tertentu. Bagi orang-orang tunanetra, format yang aksesibel untuk informasi tertulis adalah Braille, rekaman audio, tulisan besar (bagi low vision), format elektronik atau bantuan pembaca. Orang tunarungu akan mengalami kesulitan bila dihadapkan pada informasi auditer. Informasi itu dapat menjadi aksesibel apabila disertai dengan informasi tertulis atau penyelenggara pelayanan publik dapat menyediakan petugas yang terampil bahasa isyarat. Bagi orang tunagrahita, informasi itu akan menjadi aksesibel, apabila disajikan dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa yang baku. b. Hambatan Internal Hambatan internal ini berasal dari dalam diri individu baik dari penyandang disibilitas itu sendiri maupun masyarakat non disabilitas. Hambatan internal berupa; 1) Kurang rasa percaya diri 2) Tidak memiliki keterampilan komunikasi yang cukup baik 3) Kurangnya penguasaan teknik-teknik alternatif untuk mengatasi keterbatasan akibat ketunaan (bagi tunanetra, teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indera-indera nonvisual atau sisa indera penglihatan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indera penglihatan)..

(38) 25. 4) Tidak mampu menampilkan diri secara pantas (poor grooming and dressing) 5) Penguasaan pengetahuan umum yang tidak memadai 6) Kurangnya pemahaman masyarakat pada umumnya akan kebutuhan khusus bagi penyandang disabilitas, dapat sangat mengurangi penghargaan terhadap penyandang disabilitas sehingga perhatian yang diberikan pun menjadi sangat berkurang atau cenderung di diskriminasikan. Selain itu, menurut Nuraviva (2008) dalam hal mewujudkan aksesibilitas pelayanan publik yang baik kepada penyandang disabilitas terdapat beberapa faktor pendukung sebagai berikut; a. Terdapat Aturan/Regulasi yang menjadi salah satu instrumen dalam mewujudkan aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas. b. Adanya kegiatan berupa advokasi yang dilakukan pada masing-masing pihak, LSM maupun organisasi lainnya sebagai mediasi bagi penyandang disabilitas. dalam. menyampaikan. kebutuhannya. agar. tidak. terjadi. diskriminasi. c. Kondisi lingkungan sosial yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Dalam hal aksesibilitas pelayanan publik kepada penyandang disabilitas tentunya kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi aksesibilitas pelayanan publik yang didapatkan oleh peyandang disabilitas..

(39) 26. C. Kerangka Pikir Aksesibilitas Penyandangan Disabilitas dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone untuk mengetahui bagaimana proses pelayanan dalam pemenuhan hak aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini juga dimaksud untuk menilai sejauh mana upaya yang dilakukan serta faktor pendukung dan penghambatnya dalam pemenuhan aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas. Penelitian tentang Aksesibilitas Penyandangan Disabilitas dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pecatatan Sipil Kabupaten Bone dianalisis berdasarkan 3 dimensi Aksesibilitas Pelayanan Publik menurut Abar dalam Andang Seto (2013) yaitu Dimensi kognitif, Dimensi perilaku, dan Dimensi birokrasi administratif..

(40) 27. Bagan Kerangka Pikir Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Faktor Penghambat 1. Terbatasnya SDM 2. Fasilitas sarana dan prasarana kurang memadai 3. Kurangnya kepekaan dari aparat Desa atau lurah setempat 4. Kurangnya pelibatan penyandang disabilitas dalam hal pembangunan yang bisa diakses.. Dimensi Kognitif 1. Kesadaran Masalah 2. Kesadaran Sumber Daya yang diperlukan 3. Pengetahuan tentang bagaimana dan dimana mndapatkan sesuatu 4. Derajat Kepercayaan pada diri sendiri. Dimensi Perilaku 1. Kemampuan Berkomunikasi 2. Dinamika Interaksi Sosial. Faktor Pendukung 1. Kebijakan 2. Kualitas SDM yang mumpuni. Dimensi Birokrasi Administratif 1. Kekakuan prosedur 2. Pemererataan perlakuan 3. Jarak sosial antara pelanggan dan petugas 4. Tersedianya saluran untuk menyampaikan perasaan tidak puas (aspirasi) 5. Latar belakang serta pandangan petugas 6. Kebijakan kepegawaian.. Peningkatan Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone Gambar 2.1 Dimensi Aksesibilitas Pelayanan Publik..

(41) 28. D. Fokus Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka peneliti ini ingin melihat bagaimana aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone sebagai link sector, serta masyarakat penyandang disabilitas yang turut melibatkan diri. Dimana fokus penelitian ini adalah bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta melihat dari sisi faktor pendukung dan penghambatnya. Peneliti menggunakan teori dari Abar dalam Andang Seto (2013) dengan menggunakan pendekatan yang holistik melalui 3 dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi perilaku, dan dimensi birokrasi administratif, serta melihat dari faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhinya. E. Deskripsi Fokus Penelitian Adapun deskripsi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Dimensi Kognitif Pada dimensi kognitif, mengacu kepada kesadaran yang datang dari diri individu penyandang disabilitas beserta aparat pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Terdapat empat aspek yang menjadi pengkajian. Keempat aspek tersebut adalah kesadaran akan masalah mengenai hak-hak penyandang disabilitas sebagai warga negara, kesadaran sumber daya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh penyandang disabilitas dan wujud perhatian pemerintah, pengetahuan.

(42) 29. mengenai bagaimana mendapatkan pelayanan publik, derajat kepercayaan diri seorang penyandang disabilitas. a. Kesadaran masalah mengenai hak-hak penyandang disabilitas sebagai warga Negara. Kesadaran masalah yang dimaksud sejauh mana petugas pelayanan dan penyandang disabilitas menyadari hak-hak penyandang disabilitas dalam aksesibilitas pelayanan publik serta mengetahui permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam hal pemenuhan hak-hak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. b. Kesadaran sumber daya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh penyandang disabilitas dan wujud perhatian pemerintah. Penyandang disabilitas sadar bahwa mereka mempunyai kebutuhan khusus yang beda dengan orang normal pada umumnya. Penyandang disabilitas tentunya memerlukan sarana dan prasarana khusus untuk mempermudah dalam hal mengakses pelayanan publik. Dan bagaimana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone sebagai penyedia layanan publik memfasilitasi kebutuhan khusus pelayanan terhadap penyandang disabilitas untuk mempermudah dalam mengakses pelayanan. c. Pengetahuan mengenai bagaimana dan dimana mendapatkan pelayanan publik. Penyandang. disabilitas. mengetahui. dimana. dan. bagaimana. mendapatkan pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan.

(43) 30. Sipil Kabupaten Bone dalam rangka pemenuhan Aksesibilitas penyandang disabilitas. d. Derajat kepercayaan diri seorang penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas mempunyai kepercayaan diri meskipun memiliki keterbatasan secara fisik atau psikis dibuktikan dengan bagaimana mereka tidak segan atau minder dalam beraktivitas atau mendapatkan aksesibilitas pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone seperti memperoleh dokumen kependudukan (KTP, Akta Kelahiran, dsb). 2. Dimensi Perilaku Dalam dimensi ini aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik dilihat dari bagaimana komunikasi dan interaksi social yang terjadi antara penyandang disabilitas dengan petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Terdapat dua indikator dalam hal ini yaitu sebagai beriku; a. Kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi adalah apakah penyandang disabilitas mampu berkomunikasi, baik komunikasi secara verbal atau nonverbal, sehingga apa yang penyandang disabilitas maksud dan inginkan tersampaikan dengan baik kepada petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone dalam rangka mengakses atau pemenuhan aksesibilitas pelayanan publik. b. Dinamika interaksi sosial..

(44) 31. Dinamika interaksi sosial yang dimaksud adalah problem atau masalah yang dihadapi penyandang disabilitas selama melakukan proses interakasi social kepada petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone, dalam rangka mengakses atau pemenuhan aksesibilitas pelayanan publik sebagai bentuk pemenuhan haknya sebagai penyandang disabilitas. 3. Dimensi Birokrasi Administratif Dimensi. birokrasi. administratif. menyangkut. persoalan. bagaimana. penyandang disabilitas mendapatkan aksesibilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone, ditinjau dari segi birokrasi yang memberikan pelayanan serta prosedur atau mekanisme yang diterapkan. Terdapat enam aspek dalam hal ini. Keenam aspek tersebut adalah kekakuan prosedur yang diterapkan dalam aksesibilitas pelayanan publik, perlakuan yang diterima penyandang disabilitas dalam pelayanan publik, jarak sosial antara petugas pelayanan dan penyandang disabilitas yang akan menerima layanan, tersedianya saluran untuk menyampaikan aspirasi atau keluhan karena kurang puas dalam mendapatkan pelayanan publik, latar belakang dan pandangan petugas pelayanan, serta kebijakan kepegawaian. a. Kekakuan prosedur yang diterapkan dalam aksesibilitas pelayanan publik. Kekakuan prosedur berkaitan dengan administrasi. Apakah prosedur pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

(45) 32. Kabupaten Bone cenderung berbelit- belit atau tidak kepada penyandang disabilitas, karena penyandang disabilitas memerlukan pelayanan yang cepat, efisien dan praktis. b. Perlakuan yang diterima penyandang disabilitas dalam aksesibilitas pelayanan publik. Penyandang disabilitas mendapat perlakuan yang sama dengan masyarakat. nondisabilitas. atau. tidak. saat. melakukan. ataukah. memerlukan aksesibilitas pelayanan publik dari petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. c. Jarak sosial antara petugas pelayanan dan penyandang disabilitas yang akan menerima layanan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah sejauh mana sikap yang diberikan petugas pelayanan kepada penyandang disabilitas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil apakah bersikap ramah atau tidak saat melayani penyandang disabilitas, ataukah justru bersikap apatis terhadap penyandang disabilitas. d. Tersedianya saluran untuk menyampaikan aspirasi atau keluhan karena kurang puas dalam mendapatkan pelayanan publik. Penyandang disabilitas mempunyai hak untuk berpendapat seperti halnya dengan masyarakat nondisabilitas pada umumnya. Dalam hal ini, apakah di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat atau tersedia suatu wadah atau media prnyampaian kritik dalam menampung.

(46) 33. aspirasi atau keluh kesah dari penyandang disabilitas khususnya yang kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. e. Latar belakang dan pandangan petugas pelayanan. Latar belakang dan pandangan petugas pelayanan di Dinas Kependudukan memberikan. dan. Pencatatan. aksesibilitas. Sipil. pelayanan. Kabupaten publik. Bone. kepada. dalam. masyarakat. berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas. Dalam hal ini, apakah petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaetn Bone memahami dan mengetahui bagaimana memberikan pelayanan apalagi kepada penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan dan berkebutuhan khusus, serta bagaimana mereka (petugas pelayanan) memandang atau melihat penyandang disabilitas sebagai penerima layananan. f. Kebijakan kepegawaian Kebijakan kepegawaian yang dimaksud adalah kebijakan dari petugas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone yang diberikan kepada penyandang disabilitas dalam hal aksesibilitas dalam pelayanan publik yang berkebutuhan khusus. Apakah dalam hal ini kebijakan yang diberikan sama dengan kebijakan nondisabilitas tersebut. 4. Faktor penghambat yang mempengaruhi proses pelaksanaan aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone..

(47) 34. 5. Faktor pendukung yang menjadi landaasan atau penunjang dalam keberhasilan perwujudan dari aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone..

(48) BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama dua (2) bulan sejak bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021 dengan lokasi penelitian terletak di Kabupaten Bone pada Pemerintah Daerah yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Lokasi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil lebih tepatnya terletak di Jl. A. Mappanyukki Macanang, Tanete Riattang, Kabupaten Bone. B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan realita dari kejadian yang diteliti sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan data secara objektif, agar peneliti mampu mengetahui dan memahami bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. 2. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe studi kasus ( case study ). Penelitian ini berfokus pada aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten. 36.

(49) 37. Bone. Hal tersebut untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti, menginterprestasikan serta menjelaskan data secara sistematis. Dasar penelitian ini adalah wawancara, yaitu melalui dialog atau wawancara kepada informan yang berisi pertanyaanpertanyaan mengenai penelitian yang akan dilakukan. C. Informan Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mampu memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian ini. Sumber informasi pada informan penelitian ini adalah mereka yang benar-benar memahami atau terlibat langsung dalam aksesibilitas pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Penentuan informan pada penelitian ini adalah berdasarkan pada teknik purposive sampling yang digunakan yaitu teknik penentuan informan sebagai salah satu sumber data melalui pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan atau objek yang diteliti sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan yang terjadi. Informan penelitian yang dimaksud adalah Aparat Pelayanan publik dan penyandang disabilitas yang terlibat dalam aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :.

(50) 38. Tabel 3.1 Jumlah Informan NO INFORMAN 1.. 2.. INISIAL. JABATAN. Drs. H. ISKANDAR, HI. Kabid Pelayanan Pendaftaran. M. Si.. Penduduk. ANDI SANNANG. AS. Kabid Pelayanan Pencatatan Sipil. 3.. ANDI TAKDIR. AT. Penyandang. Disabilitas. sekaligus Ketua Umum PPDI Kabupaten Bone 4.. VOKRIANI. VKN. Penyandang Disabilitas. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data primer dan data sekunder , peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan (Observasi) Mengadakan. pengamatan. langsung. dilapangan. untuk. mendapatkan. gambaran secara nyata tentang bagaimana system dan mekanisme pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat pemerintah dalam hal memberikan aksesibilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone..

(51) 39. 2. Wawancara (Interview) Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan serangkaian pertanyaan kepada sejumlah responden yang mampu memberikan keterangan yang diperlukan oleh peneliti. Dalam rangka pengumpulan data, peneliti melakukan proses dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara. pewawancara. dengan. informan. yang. menilai. aksesibilitas. penyandang disabilitas dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone, dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Metode wawancara yang digunakan dalam proses pengumpulan data primer yaitu dengan memeroleh data atau informasi secara langsung untuk proses pengolahan selanjutnya. 2. Dokumentasi Teknik dokumentasi dalam. penelitian ini digunakan. sebagai. data. pendukung bahwa telah benar-benar melihat secara langsung. Teknik tersebut berupa foto atau gambar pada saat melakukan penelitian terkait masalah pelayanan publik pada pemenuhan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone. E. Teknik Analisis Data Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengolah data, dimana data yang berhasil di kumpulkan diklarifikasikan kemudian bergerak ke arah pembentukan kesimpulan. Proses analisis data yang dilakukan berdasarkan pada penyederhanaan dan interpretasi data yang dilaksanakan sebelumnya, selama dan sesudah proses pengumpulan data. Dalam proses ini, tentunya.

(52) 40. terdapat tiga sub proses yang saling berkaitan satu sama lain yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Ulber berdasarkan pada pendapat diatas, maka transkrip interview dan hasil dari observasi yang telah terkumpulkan selanjutnya dilakukan tahapan analisis sebagai berikut: 1.. Reduksi data/data reducation, yaitu proses pemilihan, pengklarifikasian, pengabstraksian atau transparansi data yang tentunya diperoleh dilapangan baik melalui observasi maupun wawancara kepada informan pangkal dan informan kunci. Reduksi data yang dimaksud merupakan bentuk analisis menanjamkan, menggologkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasian data sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi.. 2.. Penyajian data/data display, yaitu sekumpulan informasi dan data yang dapat memungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan. Penyajian tersebut tentunya bisa berbentuk uraian, grafik, dan bagan.. 3.. Penarikan kesimpulan/conclusion,. yaitu penganalisaan akhir. yang. diperoleh berdasarkan hasil reduksi data dan penyajian data. Menurut Creswell menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti data, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang berlangsung..

(53) 41. F. Teknik Pengabsahaan Data Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi yaitu proses pengecekan data yang dilakukan dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Sesuai dengan pengertiannya, triangulasi ini terdiri atas tiga proses yaitu: 1.. Triangulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda.. 2.. Triangulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek atau menganalisis data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda.. 4.. Triangulasi Waktu, melakukan pengecekan data dengan wawancara, observasi, atau teknik lain yang sama diwaktu yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pada narasumber yang sama..

(54) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Kabupaten Bone Kabupaten Bone terletak di bagian timur jazirah selatan Pulau Sulawesi, dengan posisi membujur dari Utara ke Selatan sepajang kurang lebih 100km, serta lebarnya kurang lebih 67 km. wilayah dari Kabupaten Bone terdiri atas tanah datar, daerah perbukitan, rawa-rawa, dan daerah pegunungan. Batas wilayah dari Kabupaten Bone secara geografis yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng dengan sungai Cenrana sebagai batasannya, di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai yang dibatasi oleh Sungai Tangka, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru. Kabupaten Bone yang kita kenal sekarang dengan Ibu Kota yang bernama Watampone, adalah peralihan dari suatu kerajaan tua yang termasuk besar di Sulawesi pada zaman dahulu, yaitu kerajaan Bone dengan ibu kotanya Bone kemudian berubah nama menjadi. Lalabbata dan. terakhir menjadi. Watampone. Kabupaten Bone dengan ibu kota Watampone merupakan Daerah Tingkat II di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki 27 kecamatan, 333 desa, 39 kelurahan, dan 839 dusun. Jumlah penduduk mencapai ±654.996 jiwa, dengan laki-laki berjumlah ±308.338 jiwa, perempuan berjumlah ±346.658. 42.

(55) 43. jiwa. Laju pertumbuhan rata-rata mencapai 1,74 persen per tahun dan tingkat kepadatan rata-rata 144/km. Kabupaten Bone merupakan salah satu daerah di provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki angka penyandang disabilitas cukup tinggi. Tabel 4.1 Jumlah Penyandang Disabilitas di Provinsi Sulawesi Selatan No. Kabupaten/Kota. 1 Selayar 2 Bulukumba 3 Bantaeng 4 Luwu 5 Tanah Toraja 6 Jeneponto 7 Takalar 8 Gowa 9 Bone 10 Maros 11 Pangkep 12 Barru 13 Enrekang 14 Pinrang 15 Sidrap 16 Wajo 17 Soppeng 18 Luwu Utara 19 Luwu Timur 20 Toraja Utara 21 Makassar 22 Sinjai 23 Palopo 24 Pare-pare Sumber; Data Sulsel BPS,2019. Jumlah Penyandang Disabilitas 868 Jiwa 1.133 Jiwa 769 Jiwa 1.267 Jiwa 724 Jiwa 646 Jiwa 854 Jiwa 587 Jiwa 4.198 Jiwa 596 Jiwa 1.203 Jiwa 782 Jiwa 1.436 Jiwa 399 Jiwa 551 Jiwa 801 Jiwa 911 Jiwa 538 Jiwa 755 Jiwa 463 Jiwa 1.153 Jiwa 587 Jiwa 198 Jiwa 621 Jiwa.

(56) 44. 2. Visi Dan Misi Kabupaten Bone a. Visi Kabupaten Bone MASYARAKAT BONE YANG MANDIRI, BERDAYA SAING, DAN SEJAHTERA 1) Mandiri, yang dimaksud adalah perwujudan atau pencapaian dari pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam hal mengelolah dan mengurus kepentingan daerah/rumah tangganya sendiri menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya, termasuk di dalamnya adalah upaya yang sungguh-sungguh. secara. bertahap. agar. mampu. meminimalisir. ketergantungan terhadap pihak-pihak lain namun tetap membangun relasi kerja sama dengan daerah-daerah lain yang saling menguntungkan. 2) Berdaya Saing, yang memiliki pemaknaan agar terwujudnya kemampuan masyarakat Kabupaten Bone untuk memanfaatkan keunggulan inovasi, komparatif dan kompetitif yang berbasis sumber daya lokal dengan tetap mempertimbangkan dan memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga mampu bersaing secara regional, nasional bahkan internasional. 3) Sejahtera,. memiliki. pemaknaan. dalam. mewujudkan. semakin. meningkatnya taraf kualitas kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar yang berkelanjutan di semua lini baik dari aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, sosial budaya, lingkungan hidup yang dilingkupi dengan suasana kehidupan yang religius, aman dan kondusif serta didukung infrastruktrur dan tata kelola pemerintahan yang baik. b. Misi Kabupaten Bone.

(57) 45. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut: 1) Meningkatkan keteraturan dalam tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) melalui reformasi birokrasi serta pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan kearifan budaya lokal. 2) Mengembangkan memaksimalkan. kemandirian pemanfaatan. ekonomi potensi. masyarakat sumber. daya. dengan daerah,. pemberdayaan pelaku ekonomi dan kelestarian lingkungan. 3) Meningkatkan akses, seperti pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya. 4) Mengoptimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasis desa dan kawasan perdesaan. 5) Mendorong akan penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk pengembangan usaha. 6) Mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat. 7) Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis. 8) Mengembangkan dan meningkatkan Inovasi Daerah dalam peningkatan Pelayanan Publik.

(58) 46. Tabel 4.2 Jumlah Penyandang Disabilitas Di Kabupaten Bone NO. JENIS KECACATAN. JUMLAH LAKI-LAKI. JUMLAH. PEREMPUAN. 1.. Tuna Daksa. 794. 597. 1.391 Orang. 2.. Tuna Netra. 412. 403. 815 Orang. 3.. Anak Cacat. 240. 190. 430 Orang. 4.. Tuna Rungu Wicara. 362. 388. 750 Orang. 5.. Cacat Ganda. 32. 18. 50 Orang. 6.. Tuna Grahita. 333. 200. 533 Orang. 7.. Eks Trauma. 136. 93. 229 Orang. 2.309. 1.889. Jumlah Penyandang. 4.198 Orang. Disabilitas Sumber : Dinas Sosial, 2019. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penyandang disabilitas di kabupaten bone yaitu sebanyak 4.198 orang, data diatas berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh dinas sosial dan mereka hanya mendata penyandang disabilitas yang dianggap kurang mampu, dinas sosial tidak melakukan pendataan secara keseluruhan. 3.. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Adapun Tupoksi dari Dinas Kependudukan dan.

(59) 47. Pencatatan Sipil Kabupaten Bone berdasarkan Peraturan Bupati Bone Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yaitu sebagai berikut: a. Kepala Dinas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas membantu Bupati dalam mengelolah urusan pemerintahan daerah di bidang administrasi kependudukan yang menjadi kewenangan atau tanggung jawab daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi : a) melakukan penyusunan dan pengelolaan keuangan, program dan anggaran b) mengelolah perlengkapan, mengenai pengelolaan urusan ASN dan tata usaha, rumah tangga dan barang milik negara c) mengurus susunan perencanaan dam melakukan perumusan kebijakan teknis pada bidang pendaftaran penduduk, pencatatan. sipil,. pengelolaan informasi administrasi kependudukan, melakukan relasi antara administrasi kependudukan, pemanfaatan data dan dokumen kependudukan serta inovasi pelayanan administrasi kependudukan d) melaksanakan pelayanan pendaftaran dan pencatatan sipil penduduk, serta melakukan pembinaan, koordinasi, pengendalian bidang administrasi kependudukan.

(60) 48. i). mengerjakan fungsi lainnya yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.. b. Sekretariat Dinas : Sekretariat Dinas dipimpin oleh Sekretaris Dinas dengan tugas pokok memberikan. pelayanan. administratif. dan. teknis. yang. meliputi. perencanaan, keuangan, urusan tata usaha, perlengkapan rumah tangga dan urusan ASN kepada semua unsur di lingkungan Dinas. Sekretariat Dinas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi : a) pengoordinasian. penyusunan. program. dan. anggaran,. serta. pelaksanaan pengelolaan keuangan b) pengelolaan perlengkapan, urusan tata usaha, rumah tangga dan barang milik negara c) pengelolaan urusan ASN d) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas terkait tugas dan fungsinya. Terdiri dari tiga sub bagian yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, diantaranya adalah sebagai berikut; (1) Sub Bagian Perencanaan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang mempunyai wewenang dalam menyiapkan koordinasi dan penyusunan program dan anggaran, serta bahan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yang perlu disiapkan..

(61) 49. (2) Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang bertugas dalam melaksanakan persiapan untuk koordinasi dan pengelolaan keuangan, penatausahaan, akuntansi, verifikasi dan pembukuan. (3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dengan wewenangnya yaitu mengurus urusan persuratan, urusan tata usaha, kearsipan, urusan administrasi ASN, urusan perlengkapan, rumah tangga, dan penataan barang milik Negara. c. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk dipimpin oleh Kepala Bidang dengan tupoksinya yaitu melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan kebijakan yang terdapat pada di bidang pelayanan. pendaftaran. penduduk.. Bidang. Pelayanan. Pendaftaran. Penduduk dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi : a) melakukan penyusunan atas perencanaan pelayanan pendaftaran penduduk dan merumuskan kebijakan teknis pendaftaran penduduk b) melakukan. pembinaan. dan. koordinasi. pelaksanaan. pelayanan. pendaftaran penduduk, serta penertiban dokumen pendaftaran penduduk c) melaksanakan pendokumentasian atau pengarsipan hasil pelayanan pendaftaran penduduk.

(62) 50. e) pengontrolan dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pendaftaran penduduk f) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas terkait tugas dan fungsinya. Terdapat tiga Seksi yang masing-masing dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya sesuai dengan arahan dari Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, diantaranya : (1) Seksi Identitas Penduduk (2) Seksi Pindah Datang Penduduk (3) Seksi Pendataan Penduduk d. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil dipimpin oleh Kepala Bidang miliki tugas untuk melaksanakan penyiapan, perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan kebijakan pelayanan pencatatan sipil. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi : a) menyusun perencanaan pelayanan pencatatan sipil dan perumusan kebijakan teknis pencatatan sipil b) melakukan. pembinaan. dan. koordinasi. pelaksanaan. pelayanan. pencatatan sipil, serta penerbitan dokumen pada pencatatan sipil.

Gambar

Tabel 3.1 Informan Penelitian ..........................................................................
Gambar 2.1 Dimensi Aksesibilitas Pelayanan Publik.
Tabel 3.1 Jumlah Informan
Tabel 4.2 Jumlah Penyandang Disabilitas Di Kabupaten Bone
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Bagi user , secara arsitektural sudah tersedia aksesibilitas sarana prasarana transportasi publik untuk penyandang disabilitas di Kota Surakarta tetapi belum

Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba untuk menjabarkan mengenai aksesibilitas wisata yang telah disediakan bagi penyandang disabilitas pada objek-objek wisata di Kota

Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan merespon masyarakat sudah baik terlihat dari penggunaan nomor handpone Kepala Dinas sebagai nomor publik, kecepatan

Penerapan electronic government didukung oleh informasi yang disediakan serta kemudahan yang diberikan kepada masyarakat atau publik yang membutuhkan pelayanan

Dari tiga jenis tempat penelitian tersebut (Malioboro, Taman Pintar, Taman Sari Keraton) saat ini yang sudah banyak menyediakan fasilitas khusus penyandang

1. Menyediakan bagi penyandang disabilitas dengan pelayanan dan program-program kesehatan yang layak, berkualitas, dan bebas biaya, sebagaimana disediakan bagi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kinerja pelayanan publik pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sinjai serta menggambarkan faktor

remaja penyandang disabilitas terhadap berbagai pelayanan public termasuk disalamnya layanan kesehatan, b belum adanya perhatian khusus pada penyandang disabilitas remaja terkait hak