• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.550,4 ~ m ' . Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki topograf~ yang berbukit-bukit dengan ketinggian antar tempat bewariasi antara 150 meter dari permukaan laut (mdpl) sampai dengan 900 mdpl. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani-nelayan, baik itu petani tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan atau petani petemak dan petani yang mengandalkan pada pengelolaan hasil hutan di sekitar tempat tinggalnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat (2006), sektor pertanian (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, petemakan, perikanan dan kehutanan) mempakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bmto (PDRB), yaitu sebesar 60%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2006 sebesar 2,5%, lebih rendah 2,1% dibawah angka perturnbuhan yang dicapai pada tahun 2005 sebesar 4,6%.

Penyebab turunnya perturnbuhan ekonomi tahun 2006 adalah turunnya produksi beberapa komoditas utama penyumbang nilai tambah bruto (NTB) terbesar yaitu pada subsektor perkebunan (kopi turun hingga 40%), tanaman hortikuitura (kubis, wortel, cabe, labu siam, dan beberapa komoditas laimya), petemakan (sapi, dan kambing).

Dilihat dari wilayah kabupaten yang cukup luas, kondisi topografi wilayah yang berbukit-bukit, serta perekonomian kabupaten yang sebagian besar masih ditopang oleh sektor pertanian maka salah satu infrastruktur yang akan sangat menunjang pembangunan di Kabupaten Lampung Barat adalah tersedianya infrastruktur jalan yang cukup dan memadai. Jalan merupakan infrastruktur yang memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung, mendorong dan menunjang segenap aspek kehidupan. Jaringan jalan diperlukan untuk menunjang kegiatan ekonomi, sosial, politik dan pertahanan keamanan.

Dibidang ekonomi, jalan mempakan salah satu faktor dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat, menghubungkan produsen dan pasar. Pembangunan

(2)

jaringan jalan diperlukan untuk menembus isolasi daerah, menurunkan biaya transportasi (kelancaran dan kenyamanan), dan membuka daerah-daerah industri baru (kemudahan akses). Secara teoritis dengan adanya pembangunan jalan yang membuka keterisolasian suatu wilayah, mendorong berkembangnya sektor transportasi darat, baik berupa peningkatan lalu lintas kendaraan, barang maupun orang yang tidak hanya berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah bersangkutan, tetapi juga memberikan andil bagi perekonomian wilayah (Rajudiior, 1999).

Pembangunan infrastruktur jalan bagi sektor pertanian memiliki peran strategis yang dapat dijelaskan antara lain dengan gambaran bahwa kondisi sebagian besar daerah sentra - sentra produksi pertanian umumnya berada di daerah pedesaan diiana lokasinya relatif sulit dijangkau, sementara komoditas pertanian umumnya perishable (mudah rusak) sehingga diperlukan akses jalan dan lranportasi yang cepat, mudah dan murah untuk menjangkau lokasi pemasaran (calon pembelilkonsumen). Menurut Antle (1983) dalam Sri Hartoyo (1994), melalui hasil penelitiannya di negara berkembang dan kurang berkembang menunjukkan bahwa keberadaan inhstruktur jalan telah mendorong berkembangnya aktivitas transportasi yang memacu pada peningkatan produktivitas agregat pertanian.

Dengan melihat laju pertumbuhan ekonorni pada tahun 2006 sebesar 2,5% dimana sektor pertanian menyumbang kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Lampung Barat (sebanyak 60% dari total PDRB) dan peran strategis pembangunan infmtmktur jalan terhadap sektor pertanian, maka diperlukan sebuah kajian, "Bagaimana strategi pembangunan inf?astn&ur jalan dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat ?"

1.2 Perurnusan Masalah

Wilayah Kabupaten Lampung Barat terletak pada wilayah strategis dilalui jaringan jalan negara (Trans Sumatera) lintas barat, sehingga aksesibilitas tmnsportasi di wilayah ini cukup padat. Di samping jalan negara tersebut yang berperan sebagai jalan arteri primer di wilayah ini, terdapat juga jaringan jalan provinsi dan jalan kabupaten yang menghubungkan antara wilayah kabupaten

(3)

dalam Provinsi Lampung maupun dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat sendiri. Namun demikian, keuntungan jaringan jalan yang strategis ini keadaannya tidak memadai. Keadaan jalan di Kabupaten Lampung Barat berdasarkan jenis permukaan dan kondisi jalan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar panjang jalan menurut keadaan dan panjang jalan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007

No KEADAAN PANJANG JALAN

Kilometer (km) yo I JENIS PERMUKAAN

1 Asoal 387.79 33

2 ~eiikil 155;90 13

3 Tanah 632,83 54

Jumlah I 1 176,52 100

I1 KONDISI JALAN

1 Baik 255.58 22

2 Sedang 3 Rusak

4 Rusak Berat 782,82 66

Jumlah I1 1 176,52 100

Sumber : Dinas Pekejaan Umum Kabupaten Lampung Barat

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa status jalan di Kabupaten Lampung Barat masih didominasi oleh jalan tanah, yakni 54% dari total panjang jalan kabupaten. Pada saat musim hujan, jalan tanah ini sulit dilalui oleh kendaraan, terutama kendaraan roda empat. Akibatnya, arus barang dan jasa serta mobilitas masyarakat yang melalui jalan tersebut menjadi sangat rendah. Hal ini ditambah lagi dengan kondisi sebagian besar jalan rusak berat yaitu mencapai 66% dari total panjang jalan di Kabupaten Lampung Barat. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Lampung Barat karena keberadaan infras&ddw jal& dengan kondisi yang baik di suatu wilayah sangat dibutuhkan untuk mendukung perekonomian di wilayah tersebut.

Salah satu data yang memberikan informasi tentang kondisi perekonomian suatu wilayah adalah data PDRB. Nilai PDRB yang tercipta pada suatu wilayah mencerminkan tingkat perekonomian wilayah yang bersangkutan. Melalui data PDRB dan angka-angka turunannya dapat diperoleh hasil data indiiator ekonomi

(4)

makro wilayah. Indikator makro ekonomi dimaksud antara lain pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan nilai PDRB menjadi salah satu indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan nilai PDRB dapat dilakukan melalui investasi dana pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Investasi APBD di suatu daerah antara lain dialokasikan untuk pembangunan infiastruktur jalan di daerah tersebut. Demikian halnya alokasi dana APBD untuk pembangunan jalan di Kabupaten Lampung Barat selama ini, diiarapkan dapat memberikan peningkatan terhadap nilai PDRB Kabupaten Lampung Barat.

Sementara itu penyumbang PDRB terbesar pada PDRB total Kabupaten Lampung Barat berasal dari sektor pertanian yang meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, petemakan dan kehutanan.

Kemampuan sektor pertanian untuk menghasilkan produktivitas yang optimal di samping dipengaruhi oleh campur tangan manusia, di sisi lain juga sangat dipengaruhi oleh daya dukung d a m dan kelestarian lingkungan. Kemsakan lingkungan dapat menurunkan kemampuan dam untuk mendukung produktivitas optimal sektor pertanian. Pembangunan jalan selain memberikan pengamh positif pada pertumbuhan ekonomi juga dapat memberikan aspek negatif pada sumberdaya alam dan kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya akibat terbukanya akses mobilitas barang, jasa dan manusia. Berdasarkan pennasalahan tersebut maka pertanyaan kajian yang pertama adalah "Bagaimana peran sektor pertanian tehadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat ?"

Proses pembangunan di daerah tennasuk pemban,pnan infrastmktur jalan pada era otonomi saat ini menjadi salah satu bagian wewenang clan tanggung jawab yang dilimpahkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah setempat. Kewenangan pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di Kabupatenkota sebagaimana telah diatur pembagiannya dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan dijabarkan secara lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Salah satu kewenangan Pemerintah Daerah dalam ha1 pembangunan infrastuktur jalan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 adalah tertuangnya pembangunan jaringan jalan di KabupatenKota melalui Rencana Umum Jangka

(5)

Panjang Jaringan Jalan Kabupatenkota dalam Keputusan BupatiIWalikota.

Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di Kabupatenkota termasuk dalam hal pembiayaan. Pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di Kabupatenkota menjadi salah satu pernasalahan bagi Pemerintah Daerah setempat mengingat biaya investasi untuk infiilstruktur jalan ini sangat besx sementara kemampuan keuangan di daerah umumnya

terbatas.

Sumber dana bagi pembiayaan pembangunan termasuk pemban,wan dan pemeliharaan jaringan jalan di Kabupaten Lampung Barat dalam kurun waktu tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 berasal dari dana perimbangan (Dana Alokasi Umum/DAU, Dana Alokasi KhususlDAK, dana dekonsentrasi, dan lain lain pendapatan). Sementara dana pembangunan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Barat belum ada, hal ini dikarenakan PAD Kabupaten Lampung Barat masih relatif rendah, sekitar Rp 7 milyar pada tahun 2007 (LPJ Bupati Lampung Barat, 2007). Proporsi Dana APBD Pembangunan Jalan Terhadap APBD Total Tahun 1993 - 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa alokasi dana bagi pembangunan jalan di Kabupaten Lampung Bamt cenderung fluktuatif. Di tahun 2006 dan 2007 alokasi dana pembangunan jalan di Kabupaten Lampung Barat mengalami peningkatan dalam jumlah yang cukup besar dibandiigkan pada tahun 2005 yaitu meningkat sebesar sekitar Rp 20 milyar di tahun 2006 dan Rp 41 milyar pada tahun 2007.

Namun peningkatan alokasi dana ini beium cukup memadai untuk meningkatkan kondisi jaringan jalan di Kabupaten Lampung Barat yang sebagian besar dalam kondisi rusak berat yaitu sepanjang 775,82 km (Tabel 2). Pada jumlah rupiah terjadi peningkatan APBD jalan tetapi secara proporsi APBD jalan terhadap APBD total Kabupaten Lampung Barat cenderung mengalami p e n m a n . Turumya proporsi APBD jalan menunjukkan masih kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan jalan di Kabupaten Lampung Bamt atau pembangunan jalan belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan kajian yang kedua adalah "Bagaimana peran

(6)

infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Lampung Barat?"

Tabel 2. Proporsi Dana APBD Pembangunan Jalan Terhadap APBD Total Tahun 1993 - 2007.

PROPORSI APBD JALAN TAHUN APBD JALAN APBD TOTAL TERHADAP APBD

TOTAL

(dim juta) (dlrn juta)

r/.)

1993 5.101,235337 22.302,932393 22,87

1994 5.847,883769 37.317,880211 15,67

1995 9.735,454254 38.060,180211 25,58

1996 4.937,580300 30,127,82283 1 16,39

1997 8,636,3571 83 39.916,161017 21,64

1998 6.004,289014 47,020,047428 12,77

1999 3339,827809 73,077,584443 5,25

2000 3.077,928845 67.71 8,640136 4 3 5 200 1 16,084,532299 136,266,489756 1 1,80 2002 20.506,800702 167.653,040202 12,23 2003 22,424,545208 206,076,114656 1 0,88

2004 17.143,874101 189.169,150808 9,06

2005 25,396,275576 227.165,003 166 11,18 2006 45,083,174551 3 1 1,949,324678 14,45 2007 66.150,066190 5 17.906,424695 12,77 Surnber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Barat

Perencanaan pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat tidak dapat dilepaskan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik RTRW Nasional maupun RTRW Provinsi. Selain itu pembangunan infrastruktur jalan juga hams mempertimbangkan kondisi topografi, geologi dan kelestariaan

lingkungan hidup serta potensi sumber daya alam di Kabupaten Lampung Barat.

Secara topografi Kabupaten Lampung Barat mempakan daerah yang bervariasi mulai dari daerah d a t a di sebelah barat hingga daerah bergunung di sebelah timur dengan kemiringan lahan mulai dari relatif landai (0-5%) hingga curam (> 40%). Kabupaten Lampung Barat secara geologi dilalui oleh sesar Semangko yang merupakan salah satu sesar utarna di Pulau Sumatera. Adanya patahan ini mengakibatkan seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat rawan

(7)

gempa dan tanah longsor (RPJM Kabupaten Lampung Barat, 2008). Kondisi ini menjadikan investasi pemban,man dan pemeliharaan infrastruktur jalan di Kabupidten Lampung Barat menjadi sangat tinggi.

Pada Tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Lampung Barat mendeklamikan bahwa Kabupaten Lampung Barat diarahkan untuk menjadi

"kabupaten konservasi". Hal ini mengingat kondisi alam Kabupaten Lampung Barat yang spesifik dimana sekitar 76,28% dari luas wilayahnya merupakan status kawasan lindung, yaitu meliputi sebagian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, hutan lindung, dan hutan produksi terbatas (Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat, 2007). Memperhatikan berbagai kondisi Kabupaten Lampung Barat yang spesifik tersebut dan peimasalahan - pemasalahan di atas maka pertanyaan kajian yang ketiga adalah "Bagaimana perumusan strategi dan perancangan program pembangunan infrastruktur jalan dan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat?".

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan utama dari kajian ini adalah merumuskan stmtegi pembangunan infrastruktur jalan dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat. Untuk menjawab tujuan utama tersebut maka tujuan spesifik dari kajian ini adalah :

1. Mengidentifikasi peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat.

2. Mengidentifikasi peran infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat.

3. Perumusan stmtegi dan perancangan program pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat.

1.4 Manfaat dan Kegunaan

Laporan kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam merumuskan strategi pembangunan infrastrukhu jalan dan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

(8)

Lampung Barat. Selain itu laporan kajian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait lainnya (investor, Pemda-pemda di sekitar Kabupaten Lampung Barat serta masyarakat luas) yang memiliki keterkaitan dengan pembangunan infrastruktw jalan di Kabupaten Lampung Barat.

Referensi

Dokumen terkait

- Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dengan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Probolinggo.. -

Padahal kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian provinsi Jawa Timur cukup besar dan sektor tersebut memegang peranan penting dalam ketersediaan produksi pangan

Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya diperlukan suatu Rencana Strategi (Renstra) BPP Lampung Tahun 2015 – 2019 dengan berpedoman

Sebagai sektor basis dan sektor dengan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Minahasa Selatan, maka sektor pertanian perlu

Peran sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sektor pertanian terdiri dari empat subsektor: Pertanian

Sebagai sektor basis dan sektor dengan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Minahasa Selatan, maka sektor pertanian perlu

Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang melaksanakan kewenangan daerah di bidang pertanian dan bertanggung jawab atas kemajuan sektor

Kontribusi pengembangan agribisnis dalam upaya peningkatan perekonomian Indonesia dapat dijadikan isu pokok mengingat potensi sektor pertanian Indonesia yang sangat besar, akan