• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5 KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan adalah suatu bakat yang sudah melekat pada diri seseorang sejak lahir untuk melakukan suatu kegiatan (Ramadani, 2019). Sedangkan komunikasi ialah proses penyampaian pesan berupa penjelasan dari seseorang kepada orang lain memakai media bahasa (Ardini, 2015). Matematika sendiri merupakan suatu bahasa. Matematika ialah bahasa yang melambangkan serangkaian arti dari pernyataan yang ingin disampaikan (Andriani & Fitraini, 2016). Komunikasi matematis ialah komunikasi dalam matematika.

Komunikasi matematis ialah kemampuan peserta didik dalam menyatakan pemahaman konsep dan proses matematika yang telah didapat sebelumnya.

Pendapat lain juga medefinisikan komunikasi matematis ialah kemahiran peserta didik dalam menyatakan ide matematika (Mardhiyanti, Putri, & Kesumawati, 2013). Selain itu Ramdani, (2012) mengungkapkan bahwa kemampuan berkomunikasi yang mencangkup beberapa kegiatan penggunaan keahlian seperti, menyimak, menelaah, menulis, menginterpretasikan, dan mengevaluasi informasi matematika yang diperoleh dengan cara mendengar, menginterpretasi, dan diskusi merupakan komunikasi matematis. Terdapat dua hal penting yang menjadikan komunikasi salah satu fokus pembelajaran matematika yaitu menggunakan matematika sebagai bahasa dan mengkomunikasikan matematika sebagai aktivitas sosial (Umar, 2012). Dari beberapa pengertian bisa diambil kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kesanggupan seseorang dalam menunjukan ide matematik pada orang lain dalam bentuk lisan atau tulisan dengan menggunakan bahas matematika.

Hodiyanto (2017) mengatakan bahwa komunikasi matematis terdiri dari dua

jenis yakni komunikasi matematis tertulis dan lisan, komunikasi matematis tertulis

ialah kemampuan peserta didik saat mengemukakan ide matematika dalam bentuk

kata-kata, gambar atau grafik, tabel, persamaan atau dengan bahasa sendiri

sedangkan komunikasi matematis lisan adalah kemampuan peserta didik saat

menyatakan gagasan atau ide matematika dalam bentuk ucapan seperti diskusi dan

(2)

6

menjelaskan. Komunikasi tulisan ialah proses penyajian ide matematika berupa tulisan, sedangkan komunikasi lisan ialah proses penyajian ide matematika berupa ucapan (Zahri, 2016).

Untuk mengenal kemampuan komunikasi matematis dari peserta didik maka dibutuhkan indikator komunikasi matematis. Indikator pada penelitian ini adalah.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Subvariabel Aspek Indikator Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis peserta didik secara tertulis

Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis melalui komunikasi tertulis

a. Mampu mengetahui inti permasalahan berdasarkan soal yang diberikan

b. Mampu menentukan ide matematis dalam mendapatkan solusi berdasarkan soal yang diberikan

Menafsirkan dan mengevaluasi ide- ide matematika secara tertulis

a. Mampu menyatakan solusi menggunakan tulisan atau gambar b. Mampu mengevaluasi hasil yang

telah diperoleh Memakai bahasa matematika dalam

menyatakan ide-ide matematika secara tertulis

Mampu menggunkaan simbol matematika dalam menyelesaikan soal yang diberikan

Kemampuan komunikasi matematis peserta didik secara lisan

Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis melalui komunikasi lisan

Mampu menjelaskan inti permasalahan berdasarkan soal yang diberikan

Mengkomunikasikan kemampuan komunikasi matematis dengan jelas secara lisan

Mampu menjelaskan solusi dari soal yang diberikan secara urut

Menafsirkan dan mengevaluasi ide- ide matematika secara lisan

Mampu menjelaskan interpretasi dan menyimpulkan hasil yang diperoleh

Adaptasi dari (Paridjo & Waluya, 2017; Lutfianannisak & Sholihah, 2018)

(3)

7 B. Penyelesaian Masalah Matematika

Fokus utama dalam proses belajar dan pembelajaran matematika ialah penyelesaian masalah (Hakim, 2007). Selain itu penyelesaian masalah juga adalah bagian dari proses pembelajaran matematika yang tidak dapat dipisahkan (Untarti, 2015). Persoalan matematika yang penyelesaiannya tidak bisa diselesaikan dengan prosedur rutin disebut dengan masalah matematika (Putri & Masiyah, 2018).

Pendapat lain dinyatakan oleh Siswono (2016) bahwa masalah matematika ialah soal matematika non rutin yang di dalamnya tidak mememuat penggunaan langkah yang sudah dipelajari di kelas. Penyelesaian masalah matematika merupakan bagian penting matematika yang memerlukan langkah-langkah tertentu untuk memperoleh hasil yang benar (Siswono, 2016). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penyelesaian masalah matematika adalah hal yang penting dalam matematika yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal matematika non rutin.

C. Gaya Kognitif

Karakter yang dimiliki setiap peserta didik dalam menerima dan mengelola informasi yang diperoleh itu berbeda-beda. Perbedaan tersebut juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam meyelesaikan masalah matematika.

Gaya kognitif ialah cara peserta didik dalam memproses dan mengelola suatu informasi yang dioperoleh untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah (Nurmalia, Yuhana, & Fatah, 2019). Selain itu gaya kognitif ialah ciri atau karakter yang dimiliki peserta didik dalam proses berfikir yang berhubungan dengan bagaimana peserta didik menyimpan, menerima, mengelola dan mengemukakan informasi dimana gaya tersebut akan mempengaruhi aktivitas dan tingkah laku peserta didik (Puspananda & Suriyah, 2017).

Gaya kognitif terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Susanto (2013)

mengatakan bahwa gaya kognitif terdiri dari dua yaitu Field Independent (FI) dan

Field Dependent (FD). Individu dengan gaya kognitif FI cenderung menyelesaikan

permasalahn dengan cara analitik, sedangkan individu dengan gaya kognitif FD

menyelesaikan permasalahan dengan cara global (Prastiti, 2010). Pendapat lain dari

Suryanti (2013) bahwa pesrta didik yang mempunyai gaya kognitif FI lebih

(4)

8

independent, kompetitif, dan percaya diri. Sedangkan peserta didik yang mempunyai gaya kognitif FD lebih bersosialisasi, membaur dengan orang lain, dan lebih berempati serta memahami pemikiran dan perasaan orang lain. Nurmalia, Yuhana, & Fatah (2019) mengatakan bahwa karakteristik individu FD adalah mudah terpengaruh oleh lingkungan dan lebih senang memecahkan sesuatu dengan cara yang sudah ditetapkan, sedangkan individu FI adalah tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan lebih senang pemecahan yang tidak linier. Berdasarkan dari sebagian pendapat dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari gaya kognitif FI adalah beripikir secara analitis, tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan motivasi dari dalam diri. Sedangkan karakteristik dari gaya kognitif FD adalah berpikir secara global, mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan membutuhkan motivasi dari luar.

D. Luas Segiempat dan Segitiga

Materi segiempat dan segitiga dipelajari pada jenjang SMP kelas VII semester genap. Segiempat merupakan poligon yang terbentuk dari empat sisi yang saling berpotongan di sebuah titik, macam-macam segiempat yaitu persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, layang-layang dan belahketupat. Segitiga ialah suatu bentuk bangun datar yang dibatasi dengan tiga sisi serta mempunyai tiga titik sudut. Macam-macam segitiga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu berdasarkan besar sudut, panjang sisi, panjang sisi dan besar sudut. Penelitian ini difokuskan pada luas segiempat dan segitiga. Kompetensi inti dan kompetensi dasar materi segiempat dan segitiga pada kurikulum 2013 sebagai berikut.

Tabel 2. KI dan KD Materi Segiempat dan Segitiga

KI KD

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

4.11 Menyelesaikan masalah

kontekstual yang berkaitan

dengan luas dan keliling

segiempat (persegi, persegi

panjang, belah ketupat,

jajargenjang, trapezium, dan

laying-layang) dan segitiga.

(5)

9

Berikut rincian pembahasan dari segiempat dan segitiga.

1. Segiempat a. Persegi panjang

Pesegi panjang ialah segiempat yang mempunyai sisi sejajar sebanyak dua pasang dan semua sudutnya siku-siku.

Gambar 1. Persegi Panjang ABCD

Berdasarkan gambar 1, persegi panjang ABCD mempunyai panjang 𝑝 dan lebar 𝑙 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 𝑝 × 𝑙 b. Persegi

Persegi ialah segiempat dengan semua sisinya sama panjang dan semua sudutnya siku-siku.

Gambar 2. Persegi ABCD

Berdasarkan gambar 2, persegi ABCD mempunyai panjang sisi 𝑠 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 𝑠 × 𝑠 𝑝

𝑙

𝑠

𝑠

(6)

10 c. Jajargenjang

Jajargenjang merupakan segiempat yang dibentuk oleh gabungan segitiga dan bayangannya serta memiliki dua pasang sisi sejajar.

Gambar 3. Jajargenjang PQRS

Berdasarkan gambar 3, jajargenjang PQRS memiliki panjang alas 𝑎 dan tinggi 𝑡 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 𝑎 × 𝑡 d. Trapesium

Trapesium ialah segiempat yang punya sepasang sisi berhadapan dan sejajar.

Gambar 4. Trapesium ABCD

Berdasarkan gambar 4, trapesium ABCD memiliki panjang sisi atar 𝑎, panjang sisi bawah 𝑏 dan tinggi 𝑡 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 1

2 × (𝑎 + 𝑏) × 𝑡 e. Belahketupat

Belahketupat ialah segiempat yang terbentuk dari segitiga sama kaki dan bayangannya.

𝑎 𝑡

𝑎

𝑏

(7)

11

Gambar 5. Belahketupat ABCD

Berdasarkan gambar 5, belahketupat ABCD memiliki panjang diagonal 𝑑 1 dan 𝑑 2 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 1

2 × 𝑑 1 × 𝑑 2 f. Layang-layang

Layang-layang ialah segiempat dengan dua pasang sisi yang sama Panjang dan dua diagonal saling tegak lurus.

Gambar 6. Layang-layang

Berdasarkan gambar 6, layang-layang memiliki panjang diagonal 𝑑 1 dan 𝑑 2 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 1

2 × 𝑑 1 × 𝑑 2 𝑑 1

𝑑 2

𝑑 1

𝑑 2

(8)

12 2. Segitiga

a. Segitiga berdasarkan panjang sisi

Gambar 7. Segitiga Berdasarkan Panjang Sisinya

1) Segitiga sama kaki ialah segitiga dengan dua buah sisi sama panjang.

2) Segitiga sama sisi ialah segitiga dengan semua sisinya sama panjang.

3) Segitiga sebarang ialah segitiga dengan semua sisinya tidak sama panjang.

b. Segitiga berdasarkan besar sudut.

Gambar 8. Segitiga Berdasarkan Besar Sudutnya

1) Segitiga siku-siku ialah segitiga dengan satu sudut siku-siku.

2) Segitiga tumpul ialah segitiga dengan satu sudut tumpul.

3) Segitiga lancip ialah segitiga dengan ketiga sudut lancip.

c. Segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut

1) Segitiga sama kaki yang dikaitkan dengan besar sudutnya.

Gambar 9. Segitiga sama kaki dikaitkan dengan besar sudut

2) Segitiga sebarang dikaitkan dengan besar sudutnya.

(9)

13

Gambar 10. Segitiga Sebarang dikaitkan dengan besar sudut

Gambar 11. Segitiga ABC

Berdasarkan gambar 11, segitiga ABC memiliki panjang alas 𝑎 dan tinggi 𝑡 dirumuskan sebagai berikut.

𝐿 = 1

2 × 𝑎 × 𝑡 𝐶

𝐴 𝐵

Gambar

Tabel 1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Tabel 2. KI dan KD Materi Segiempat dan Segitiga
Gambar 1. Persegi Panjang ABCD
Gambar 3. Jajargenjang PQRS
+4

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5.17 sketsa 2 yang menunjukkan aktivitas erupsi Gunung

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problematika perkuliahan genetika antara lain: belum tersedianya bahan ajar yang relevan dan baik, materi praktikum belum

Hal ini berarti uang dari pidana denda yang dibayarkan oleh korporasi pelaku pembuangan limbah B3 harus disetor ke kas negara dan pencairanya untuk pemulihan lingkungan

Alat ini menggunakan sensor accelerometer untuk mengetahui sudut kemiringan dari sensor yang diletakkan pada prototype box agar dapat diketahui kondisi dari

Hasil uji normalitas karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 2 hasil persilangan Yellow Bean dan Thaicung menunjukkan bahwa karakter-karakter yang mengikuti sebaran normal

Evaluation (Evaluasi), dimana tahapan implementasi dan evaluasi pada penelitian ini tidak dapat dilaksanakan karena situasi lapangan yang sedang dalam pandemi

Selanjutnya menyelesaikan studi S2 pada Program Magister Sains Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan konsentrasi Manajemen Sumber

Apa yang terjadi pada zaman nabi dapat kita ambil hikmahnya, yang tentu tidak jauh berbeda pada saat sekarang ini, dari kejadian diatas dapat kita jadikan acuan bahwasanya