• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENDRI M MISBAH .JUAL BELI KRIDIT DAN BOR (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ENDRI M MISBAH .JUAL BELI KRIDIT DAN BOR (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“JUAL BELI KREDIT DAN BORONGAN”

Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun Oleh

ENDRI. M. MISBAH (14124079)

Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah (HESy) FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JURAI SIWO METRO

(2)

2

PENDAHULUAN

Jual beli sistem kredit datang menyeruak diantara segala sistem bisnis yang ada. Sistem ini mulai diminati banyak kalangan, karena rata-rata manusia itu kalangan menengah ke bawah, yang mana kadang-kadang mereka terdesak untuk membeli barang tertentu yang tidak bisa dia beli dengan kontan, maka kredit adalah pilihan yang mungkin dirasa tepat.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya jual-beli, baik itu secara kontan (langsung) maupun kredit yang dinilai lebih bernilai ekonomis dan menungtungkan bagi kedua pihak. Maka dari itu mempelajari hukum jual-beli termasuk kategori ilmu wajib, bagi siapa saja yang akan melakukan praktek tersebut agar dapat memahami betul urusan ini dan tidak salah dalam menentukan langkah yang akan kita capai.

Banyak umat muslim menganggap remeh hal ini, akibatnya mereka tidak saja menabrak yang subhat tetapi juga yang jelas-jelas haram, kita tidak tahu bagaimana agama mereka terselamatkan setelah itu, sebab telah diketahui bahwa setiap jasat yang tumbuh dari barang haram maka nerakalah yang pantas baginya. Tuhan Maha baik Dia tidak menerima kecuali yang baik, jika Allah telah mengharamkan sesuatu maka haram pula nilai dan harganya, banyak sekali dalil yang menegaskan hal tersebut. Entah apa yang akan terjadi jika kita terus mu‟amalah dengan riba dan perkara -perkara haram lainnya.

(3)

3

Jual Beli Kredit Dan Borongan

1. Pengertian Jual Beli Kridit

Dalam bahasa Arab jual beli disebut Al-Bai‟, menurut etimologi adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.1 Sedangkan menurut Sayid sabiq adalah tukar-menukar dengan sesuatu yang lain atau tukar-menukar secara mutlak. Jual beli merupakan istilah yang dapat digunakan untuk menyebut dari dua sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan membeli.2 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah tukar menukar apa saja baik antara barang dengan barang lain maupun barang dengan uang.

Dalam bahasa latin kredit di sebut “Credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang di salurkan pasti akan di kembalikan sesuai perjanjian.3

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.4

Istilah kredit didefinisikan sangat beragam. Hasan Alwi dalam bukunya Kamus Bahasa Indonesia Edisi II, mengatakan bahwa kredit adalah cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur). Tentang kredit ini, Murtadla Muthahhari mengatakan bahwa transaksi secara kredit pada hakikatnya adalah mengambil manfaat dari keadaan terdesak. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelian dengan cara kredit adalah suatu pembelian yang dilakukan terhadap sesuatu barang pembayaran harga barang tersebut dilakukan secara berangsur-angsur sesuai dengan tahapan pembayaran yang telah disepakati kedua belah

1

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat,(Jakarta: PT. Aneka Press, 2008), hal, 173. 2 Menurut buku Imam Mustofa yang dikutip Imam al-Nawawi, Raudah al-Thalibin wa Umdah al-Muftin, (Digital library, al-maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005), I/400.

(4)

4

pihak (pembeli dan penjual). Jenis jual beli kredit yang sering dipraktekkan dewasa ini adalah kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan, kredit alat-alat rumah tangga, dan lain-lain sebagainya.5

Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan kredit adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA).

2. Hukum Jual Beli Dengan Sistem Kredit Dalam Islam

Apabila kita membicarakan tentang masalah penjualan dan perdagangan, maka kita tidak akan terlepas dari apa yang disebut dengan riba atau bunga uang.

Allah SWT berfirman:

Artinya : “ Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya

larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba ),

Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang

kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al Baqarah : 275)

Ayat diatas merupakan dalil nash yang menjadi dasar bagi kita dalam menangani muamalah jenis ini, yang pada intinya bahwa Islam melarang jual

(5)

5

beli setiap tindakan pembungaan uang, akan tetapi tidak boleh menganggap bahwa Islam melarang jual beli secara kredit.

Apalagi di dalam masyarakat yang menganut system perekonomian modern seperti saat ini yang sangat menuntut pada pengkreditan dan pinjaman. Dalam semua itu masing-masing pihak ingin sama-sama diuntungkan, akan tetapi kadang keuntungan yang diperoleh tidak sama dan berubah-ubah karena perekonomian Negara kurang stabil.6 Ada dua pandangan mengenai hukum dari jual beli dengan system kredit, seperti di bawah ini.

a. Hukum yang Memperbolehkan Kredit

Ulama dari empat madzhab, Syafi‟iyah, Hanafiyah, Malikiyah, Hambaliyah, Zaid bin Ali dan mayoritas ulama membolehkan jual beli dengan sistem ini, baik harga barang yang menjadi obyek transaksi sama dengan harga cash maupun lebih tinggi. Namun demikian mereka mensyaratkan kejelasan akad, yaitu adanya kesepahaman antara penjual dan pembeli bahwa jual beli itu memang dengan sistem kredit. Dalam kasus ini biasanya penjual meyebutkan dua harga, yaitu harga cash dan harga kredit.7 Adapun ayat yang juga berhubungan juga dengan masalah.

Allah SWT berfirman :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,

hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang

penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah

orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis

itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika

6 Kutbudin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 216

(6)

6

yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah

(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,

maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang

lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari

saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang

seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan

(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan

janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun

besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,

lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan

tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa

bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah

apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi

saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian),

maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada

dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S Al-Baqarah : 282)

Membayar harga secara kredit diperbolehkan, asalkan tempo atau waktu ditentukan dan jumlah pembayaran telah ditentukan sesuai kesepakatan.8

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka

di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S An-Nisa : 29)

(7)

7

Namun para ulama ketika membolehkan jual-beli secara kredit yaitu, dengan ketentuan selama pihak penjual dan pembeli mengikuti kaidah dan syarat-syarat keabsahannya sebagai berikut :

a) Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual dan pembeli.

b) Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari parktik bisnis penipuan.

c) Harga semula yang sudah disepakati bersama tidak boleh dinaikkan lantaran pelunasannya melebihi waktu yang ditentukan, karena dapat jatuh pada praktik riba.

d) Seorang penjual tidak boleh mengeksploitasi kebutuhan pembeli dengan cara menaikkan harga terlalu tinggi melebihi harga pasar yang berlaku, agar tidak termasuk kategori jual-beli dengan terpaksa yang dikecam Nabi saw.

Contoh : jika seseorang ingin membeli hp , tapi dia tidak bisa membayar secara kontan maka pedagang menawarkan dengan harga kredit dan tempo pembayaran, misalnya jika membeli hp secara kontan harganya 10 juta, akan tetapi kalau secara kredit, pedagang akan mengambil keuntungan misalnya 500 ribu, penambahan tersebut secara angsuran , akan terjadi diantara keduanya kesepakatan yang saling menguntungkan bagi si pembeli karna kredit meringankan dan bagi pedagang menguntungkan, jadi sama-sama mencari keuntunagan.9

b. Hukum yang Tidak Membolehkan Kredit

Kalangan ulama yang melarang jual beli dengan system kredit antara lain Zainal Abidin bin Ali bin Husen, Nashir, Manshur, Imam Yahya, dan Abu Bakar al-Jashash dari kalangan Hanafiyah serta sekelompok ulama kontemporer.10

9 Kutbudin Aibak, Kzjian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 216

(8)

8 Allah SWT berfirman :

Artinya: “dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena

mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.

Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. (Q.S An-Nisa : 161)

Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Q.S Al- Baqarah : 275)

Ayat di atas mendefinisikan mengharamkan riba karena dalam jual beli terdapat tambahan harga sebagai penundaan permbayaran. Rasulullah Saw bersabda :

Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, telah melarang Rasulullah Saw melakukan dua transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli.” (HR. Turmuzi).

Sebagian fuqoha (Ahli Fiqih) juga tidak memperbolehkan jual beli secara kredit, mereka beralasan bahwa penambahan harga itu berkaitan dengan masalah waktu, dan hal itu tidak ada bedanya dengan riba. Pendapat lain juga mengatakan bahwa menaikkan harga diatas yang sebenarnya adalah mendekati dengan riba nasi‟ah yaitu harga tambahan, maka itu jelas dilarang Allah.11 Mereka berpendapt bahwa Setiap pinjaman yang diembel-embeli dengan tambahan, maka ia adalah riba. Jadi, standarisasi dalam setiap urusan adalah terletak pada tujuan-tujuannya.

Contohnya: Seseorang memerlukan sebuah motor, lalu datang kepada pedagang yang tidak memilikinya, seraya berkata, “saya memerlukan motor yang begini dan begini”. Lantas pedagang pergi dan membelinya, kemudian menjual kepadanya secara kredit dengan harga yang lebih banyak. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa ini adalah

(9)

9

bentuk pengelabuan, tersebut karena si pedagang mau membelinya hanya karena permintaannya dan bukan membelikan untuknya karena kasihan terhadapnya tetapi karena demi mendapatkan keuntungan tambahan, seakan dia meminjamkan harganya kepada orang secara riba.

Tafsir dari larangan Rasulullah “Dua transaksi jual beli dalam satu transaksi” adalah ucapan seorang penjual atau pembeli : “Barang ini kalau tunai harganya segini sedangkan kalau kredit maka harganya segitu”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ucapan seseorang: “Saya jual barang ini padamu kalau kontan harganya sekian dan kalau ditunda pembayarannya harganya sekian” adalah sistem jual beli yang saat ini dikenal dengan nama jual beli secara kredit dan hukumnya adalah haram karena dilarang oleh Rasulullah Saw.

3. Jual Beli Dengan Sistem Kredit Menurut Jumhur Ulama

Jumhur menyanggah argumen ulama yang melarang jual beli menggunakan system kredit.penambahan harga hampir terjadi di dalam semua system jual beli dan ini berlaku umum. Penambahan harga dalam jual beli tidaklah dilarang, kecuali tambahan-tambahan tersebut yang merugikan atau mengandung usur zalim.12

Sementara mengenai hadis nabi yang melarang adanya dua akad dalam transaksi, hadis tersebut adalah larangan terhadap jual beli „ainah dan bukan jual beli kredit. Jual beli „ainah adalah jual beli di mana seorang pembeli menjual barang yang dibelinya dengan harga tunai dengan harga yang sangat murah. Maka riba dalam kategori „ainah ini sangat jelas. Karena pembeli bersepakat atas harga yang ditentukan oleh penjual dan diharuskan bagi pembeli untuk membayar harga barang pada waktu tertentu dengan jumlah penambahan tertentu ditambah dengan harga asli.13

4. Jual Beli Borongan

12Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 60 13

(10)

10

Definisi jual beli itu sendiri adalah secara terminologi adalah menukar harta dengan harta atau penukaran mutlak. Secara terminologi adalah transaksi

penukaran selain dengan fasilitas atau kenikmatan. Dan yang dimaksud jual beli borongan adalah jual beli barang yang bisa di takar, ditimbang atau dihitung secara borongan tanpa ditimbang, di takar, atau dihitung lagi.

Dalam syariat Islam jual beli adalah pertukaran harta tertentu dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara keduanya, jual beli itu di syariatkan berdasarkan konsensus kaum muslim karena kehidupan manusia tidak bisa tegak tanpa jual beli.

Allah berfirman dalam Al-Al-Qur a surat ala-Baqarah: 275

Artinya : Allah e ghalalka jual-beli da e ghara ka riba

Perdagangan adalah perdagangan dengan tujuan mencari keuntungan. Penjualan adalah transaksi paling kuat dalam dunia perniagaan bahkan sebagai aktifitas terpenting dalam aktifitas usaha. Kalau asal jual beli adalah disyaratkan, sesungguhnya diantara bentuk jual beli ada juga yang diharamkan dan ada juga yang dipersilahkan oleh hukum. Oleh sebab itu, menjadi suatu kewajiban bagi seorang usahawan muslim untuk mengenal hal-hal yang menentukan sahnya jual beli tersebut dan mengenal mana yang halal dan mana yang haram di kegiatan itu.

Sebenarnya masalah jual beli itu sendiri itu mubah kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Dalam hal ini jual beli dapat diklasifikasikan ke dalam banyak macam, melalui sudut pandang yang berbeda-beda dilihat dari jenis barang yang dijadikan perjanjian jual beli terbagi tiga macam; jual beli bebas, money changer dan barter. Kalau dilihat dari sisi penempatan harta jual beli dibagi juga menjadi tiga; jual beli tawar menawar, jual beli amanah, dan jual beli lelang , dan yang terakhir dilihat dari segi cara pembayaran dibagi menjadi tiga macam pula diantaranya adalah jual beli dengan pembayaran tertunda, jual beli dengan penyerahan yang tertunda dan jual beli penyerahan barang dan pembayarannya sama-sama tertunda.

Jual beli memiliki beberapa persyaratan yang harus sepenuhnya dipenuhi agar akad jual beli menjadi sah. Diantara syarat-syarat tersebut ada yang berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat ada yang berkaitan dengan barang yang dijual belikan serta keberadaan barang tersebut harus suci, bermanfaat, dan bisa diserahterimakan serta merupakan milik penjual. Ketika terjadi akad, kemudian tidak ada pembatasan waktu. Dari berbagi penjelasan diatas mengenai akad jual beli, baik rukun akad, syarat akad, klasifikasi akad dan sebagainya. dapat jadikan pengantar untuk lebih jelas membahas mengenai akad borongan.

Akad borongan menurut Mali-kiyah diperbolehkan jika barang tersebut bisa ditakar, ditimbang atau secara borongan tanpa ditimbang, ditakar atau dihitung lagi, namun dengan beberapa syarat yang dijelaskan secara rinci oleh kalangan

Mali-kiyah. Al Qur a e ga ggap pe ti g persoala i i sebagai salah satu bagian dari

ua alah, seperti fir a Allah dala surat al A a : 5

(11)

11

Dijelaska juga dala suratal Isra : 5

Artinya: Pe uhilah takara apabila ka u e akar da ti ba glah de gan jujur dan lurus yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik

kesudaha

Disamping itu Allah juga melarang mempermainkan dan melakukan kecurangan dalam takaran dan timbangan, Allah telah berfirman dalam surat al Muthofifin: 1-6 yang artinya:

Artinya: Celaka benar, bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka

mengurangi. Tidakkah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu haru yang besar (yaitu) hari ketika manusia berdiri menghadap tuhan semesta ala

Muamalah seperti itu suatu contoh yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam kehidupannya, pergaulannya, muamalahnya. Mereka tidak

diperkenankan dengan dua takaran atau menimbang dengan dua timbangan pribadi atau timbangan umum. Oleh karena itu setiap muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk berlaku adil (jujur) sebab keadilan yang sebenarnya jarang diwujudkan.

5. ANALISIS

Dari penjabaran diatas bahwasanya dalam masalah jual beli borongan ini diperbolehkan dengan syarat-syarat yang telah disebutkan. Dan hemat penulis jual beli semacam itu diperbolehkan asalkan jelas unsur-unsurnya, serta ada ijab qabul antara penjual dan pembeli dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan. Ini juga berdasarkan pendapat dari kalangan Malikiyah yang membolehkan jual beli borongan dengan cara menakar/menimbang, dihitung secara borongan tanpa ditimbang, ditakar dan dihitung lagi.

Dalam pelaksanaan akad jual beli kadang ada hal yang membawa pertengkaran, apabila bila barang itu tidak diketahui atau karena ada unsur penipuan yang dapat menimbulkan pertengkaran antara si penjual dan si pembeli, dari kecurangan itu Rasulullah s.a.w melarang jual beli borongan yang tidak di ketahui secara pasti benda yang akan dijual itu.

Seperti yang terjadi pada zaman Nabi pernah terjadi beberapa orang

menjual buah-buahan secara borongan yang masih di pohon dan belum nampak tua. Sesudah akad, terjadi suatu musibah yang tidak diduga-duga, maka rusaklah buah-buah tersebut. Akhirnya terjadi pertengkaran antara si penjual dan si pembeli. Yang kemudian nabi melarang menjual buah-buahan yang belum jelas masaknya kecuali dengan syarat buah-buahan tersebut dipetik seketika itu juga.

(12)

12

(13)

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Jakarta: PT. Aneka Press, 2008 Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan ;Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003

Al-hakim Lukman dan Muslim Muslihun, Muqaranah Fi Al-Mu’amalah;Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2010

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet. Ke-5, (Jakarta: PT. Kencana, 2005

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Jakarta; Rajawali Pers, 2016

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam pembuatan suatu karya animasi juga bisa digunakan beberapa aplikasi lainnya, oleh karena itu penulis memperkenalkan aplikasi Scratch pada

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

Mereka hanya mengetahui bahwa si Bungsu sudah mati ditebas Saburo dan anak buahnya sekitar dua tahun yang lalu!. Apakah si Bungsu menyangka bahwa kebocoran rahasia

Hasil penelitian ini adalah faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Magelang pada mata pelajaran bahasa Jawa yang disebabkan oleh faktor

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Lukisan berjudul Women III adalah merupakan hasil karya yang dibuat oleh seniman yang menganut aliran lukisan abstrak ekspresionis willem de Kooning dan merupakan salah satu

Jika pada alas prisma, dibentuk segi beraturan secara terus menerus, misalnya segidelapan, segienambelas, segitigapuluhdua, dan seterusnya maka alasnya akan menyerupai lingkaran

Seminar yang dilakukan di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) 6irebon, dilakukan dalam a6ara peringatan hari %usantara yang ke & pada tanggal