• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

4.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Luas wilayah Kabupaten Sampang 1 233.30 km

2

. Kabupaten Sampang terdiri 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 180 Desa. Batas administrasi wilayah kabupaten Sampang adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan dengan Selat Madura. Pada sisi barat dan timur masing-masing berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Sampang terletak  100 km dari Surabaya, yang dapat ditempuh melalui Jembatan Suramadu kurang lebih 5 menit dan dilanjutkan dengan perjalanan darat  1.5 jam. Gambaran kecamatan dan luas wilayahnya di Kabupaten Sampang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas wilayah administrasi Kabupaten Sampang No Kecamatan Luas (km

2

) Persentase

(%)

1. Sreseh 71.95 5.83

2. Torjun 44.20 3.58

3. Pangarengan 42.69 3.46

4. Sampang 70.01 5.68

5. Camplong 69.93 5.67

6. Omben 116.31 9.43

7. Kedungdung 123.08 9.98

8. Jrengik 65.35 5.30

9. Tambelangan 89.97 7.30

10. Banyuates 141.23 11.45

11. Robatal 80.54 6.53

12. Karang Penang 84.25 6.83

13. Ketapang 125.28 10.16

14. Sokobanah 108.51 8.80

Jumlah 1 233.30 100.00

Sumber: BPS (2011)

4.2 Kondisi Demografi

Persebaran penduduk di wilayah Kabupaten Sampang secara keseluruhan

tidak merata. Persebaran penduduk cenderung berorientasi ke wilayah pusat

pemerintahan atau pusat perekonomian daerah seperti kawasan pertanian,

perikanan, peternakan, industri, pertambangan, perdagangan dan jasa. Kecamatan

Sampang merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi, mencapai

1 642.4 jiwa/km

2

. Hal ini wajar mengingat Kecamatan Sampang merupakan

wilayah pusat pemerintahan dan ibu kota kabupaten Sampang. Wilayah lain yang

tingkat kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan Camplong.

(2)

Jumlah penduduk Kabupaten Sampang pada tahun 2010 sebanyak 877 772 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 711.7 jiwa/km

2

. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2009 yaitu sebesar 864 013 jiwa dengan kepadatan penduduk 700.57 jiwa/km2. Jumlah penduduk di tiap kecamatan dan tingkat kepadatan penduduknya terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2010 Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

(jiwa)

Luas area (km

2

)

Kepadatan penduduk (jiwa/km

2

)

Sreseh 13 429 15 184 28 613 71.95 397.7

Torjun 17 877 18 405 36 282 44.20 820.9

Pangarengan 10 364 10 756 21 120 42.69 494.7

Sampang 57 378 57 605 114 983 70.01 1 642.4

Camplong 42 570 43 810 86 380 69.93 1 235.2

Omben 37 227 39 977 77 204 116.31 663.8

Kedungdung 42 121 44 501 86 622 123.08 703.8

Jrengik 15 472 16 185 31 657 65.35 484.4

Tambelangan 23 914 24 481 48 395 89.97 537.9

Banyuates 35 840 38 442 74 282 141.23 526.0

Robatal 26 349 26 702 53 051 80.54 658.7

Karangpenang 32 764 33 875 66 639 84.25 791.0

Ketapang 42 732 45 520 88 252 125.28 704.4

Sokobanah 29 859 34 433 64 292 108.51 592.5

Jumlah 427 896 449 876 877 772 1 233.3 711.7

Sumber : BPS (2011)

Tabel 8 memperlihatkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Sampang terlihat seimbang meskipun secara kuantitatif lebih banyak penduduk perempuan. Di antara penduduk 877 772 jiwa, 51.25% penduduk perempuan dan 48.75% penduduk laki-laki. Di seluruh kecamatan di Kabupaten Sampang jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan penduduk laki- laki.

Berdasarkan hasil Susenas 2009, penyebaran penduduk yang bekerja

menurut lapangan usaha di Kabupaten Sampang, terutama pada sektor pertanian

yang%tasenya mencapai 69.94%, kemudian sektor perdagangan, rumah makan

dan akomodasi yaitu 10.67%, kemudian sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan 6.57%, kemudian sektor industri pengolahan yaitu 4.23% dan sektor

angkutan, pergudangan dan komunikasi sebesar 3.71%. Sektor pertanian

merupakan lapangan usaha utama bagi sebagian besar penduduk di Kabupaten

Sampang, mengingat pada sektor ini tidak menuntut kualifikasi pendidikan formal

tertentu (BPS 2010a).

(3)

4.3 Kondisi Perekonomian

Tiga sektor ekonomi utama Kabupaten Sampang adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor-sektor jasa. Sektor pertanian merupakan roda utama yang menggerakkan perekonomian daerah ini. Subsektor pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan.

Bidang usaha pertanian tanaman pangan potensial mengembangkan beberapa komoditi andalan di antaranya padi sawah dan ladang, jagung, ubi kayu, dan keledai. Pola sebaran daerah produksinya sebagai berikut: produksi padi sawah terkosentrasi di tiga kecamatan yaitu Jrengik, Sampang, dan Torjun.

Komoditi padi ladang banyak dihasilkan di Kecamatan Omben dan Kedungdung.

Tanaman jagung banyak terdapat di Kecamatan Ketapang dan Sokobanah. Ubi kayu paling banyak berada di Kecamatan Omben dan Banyuates. Sentra produksi kedelai ada di Kecamatan Karangpenang. Tanaman sayur-sayuran yang potensial menjadi komoditi unggulan adalah cabe dan bawang merah. Jambu air yang ada di Kecamatan Camplong dan Sampang berpeluang menjadi komoditi buah unggulan.

Bidang usaha perkebunan, tanaman tembakau merupakan sumber penghasilan utama masyarakat sampang, meskipun belakangan ini mengalami penurunan luas lahan dan produktifitas. Ada tiga kecamatan yang dominan menghasilkan tembakau yaitu Ketapang, Camplong, dan Karang Penang.

Komoditi lain di bidang perkebunan adalah jambu mente. Produksi jambu mente terkosentrasi di tiga kecamatan yaitu Sokobanah, Ketapang, dan Banyuates.

Bidang usaha peternakan, hewan ternak yang banyak dibudidayakan adalah sapi, kambing, domba, itik, ayam buras, ayam ras, dan ayam broiler. Populasi ternak sapi banyak terdapat di Kecamatan Ketapang, Sokobanah, dan Sampang.

Ternak kambing banyak dikembangkan di Kecamatan Sampang dan Sokobanah.

Peternakan unggas jenis ayam buras banyak terdapat di Kecamatan Banyuates dan Ketapang, ternak ayam pedaging terpusat di Kecamatan Banyuates, dan itik banyak terdapat di Kecamatan Camplong dan Sampang.

Di sektor perdagangan, komoditas andalan ekspor adalah batik tulis, kulit sapi dan udang. Data hasil Sensus Ekonomi 2006 dalam KKP (2010b) menunjukkan bahwa sektor perdagangan dan peyediaan makanan dan minuman cukup dominan dalam kegiatan perekonomian Kabupaten Sampang.

Pengusahaan garam merupakan salah satu sektor strategis bagi Kabupaten

Sampang. Walaupun garam merupakan komoditas andalan di wilayah Kabupaten

Sampang, sumbangannya tidak begitu besar terhadap sektor pertambangan dan

penggalian (BPS 2010b). Ini terjadi karena pengusahaan garam di Kabupaten

Sampang sebagian besar dilakukan secara tradisional dan diusahakan oleh rakyat

dengan kepemilikan lahan yang relatif sempit dan tersebar sehingga secara

keseluruhan nilai tambah ekonominya rendah, disamping terbatasnya masa

produksi garam yang hanya bisa dilakukan pada musim kemarau. Tercatat

terdapat 6 kecamatan yang dapat mengusahakan garam, yaitu Kecamatan Sreseh,

Jrengik, Pangarengan, Torjun, Sampang, dan Camplong. Kedepan pengusahaan

garam sangat potensial untuk dikembangkan jika dikelola serius mengingat

Kabupaten Sampang merupakan sentra garam terbesar nasional.

(4)

4.4 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.4.1 Topografi

Secara topografis, wilayah kabupaten Sampang terdiri dari berbagai jenis kelerengan, yaitu 0 sampai 2%, diatas 2 sampai 15%, diatas 15 sampai 25%, diatas 25 sampai 40% dan diatas 40% dengan rincian sebagai berikut (Bappeda Sampang 2010):

- Kelerengan 0−2% meliputi luas 17 130.26 ha atau 54.70% dari luas wilayah lokasi penelitian kecuali daerah genangan air, pada wilayah ini sangat baik untuk pertanian tanaman semusim.

- Kelerengan 2−15% meliputi luas 12 965.62 ha atau 41.41% dari luas wilayah lokasi penelitian, baik sekali untuk usaha pertanian dengan tetap mempertahankan usaha pengawetan tanah dan air. Selain itu pada kemiringan ini cocok juga untuk konstruksi/permukiman.

- Kelerengan 15−25% dan 25−40% meliputi luas 765.12 ha atau 2.44% dari luas wilayah lokasi penelitian. Daerah tersebut baik untuk pertanian tanaman keras/tahunan, karena daerah tersebut mudah terkena erosi dan kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya lahan ini pun tidak cocok untuk konstruksi.

- Kelerengan > 40% meliputi luas 453.00 ha atau 1,45% dari luas wilayah lokasi penelitian. Daerah ini termasuk kedalam kategori kemiringan yang sangat terjal (curam) dimana lahan pada kemiringan ini termasuk lahan konservasi karena sangat peka terhadap erosi, biasanya berbatu diatas permukaannya, memiliki run off yang tinggi serta kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya lahan ini tidak cocok untuk konstruksi.

Pada daerah tropis seperti di Kabupaten Sampang, ketinggian wilayah merupakan unsur penting yang menentukan persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu yang berperan dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Disamping itu ketinggian juga erat hubungannya dengan unsur kemampuan tanah yang lain, misalnya lereng dan drainase.

4.4.2 Jenis dan Kedalaman Efektif Tanah

Dilihat dari jenis tanah di lokasi penelitian (Tabel 9 dan Gambar 8), bagian yang terluas adalah tanah dari jenis aluvial hidromorf yakni seluas 298.32 ha atau meliputi 25.07%, tersebar di seluruh kecamatan di lokasi penelitian. Diikuti oleh jenis tanah Kompleks grumusol kelabu dan litosol dengan luas sekitar 8 832.38 ha atau 23.82% yang mendominasi jenis tanah di Kecamatan Camplong. Pada kedua jenis tanah ini terdapat tambak yang diusahakan untuk produksi garam rakyat.

Sementara untuk proporsi jenis tanah terendah adalah jenis kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol seluas 177.92 ha (0.48%) yang terdapat di bagian utara Kecamatan Sampang dan Torjun.

Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

Kedalaman efektif adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai kelapisan bahan induk atau tebalnya lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman.

Makin dalam lapisan tanah, maka kualitas tanah makin baik untuk usaha

pertanian.

(5)

Tabel 9 Jenis tanah lokasi penelitian

No Jenis tanah Luas (ha) Proporsi (%)

1. Aluvial hidromorf 9 298.32 25.07

2. Aluvial kelabu kekuningan 4 811.88 12.98

3. Asosiasi hidromorf kelabu dan planosol coklat keke 5 747.60 15.50 4. Asosiasi litosol dan mediteran coklat kemerahan 2 078.66 5.61

5. Grumusol kelabu 985.07 2.66

6. Kompleks grumusol kelabu dan litosol 8 832.37 23.82 7. Kompleks mediteran merah dan litosol 1 714.86 4.62 8. Kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol 177.92 0.48

9. Litosol 3 437.82 9.27

Jumlah 37 084.49 100.00

Sumber: Diadaptasi dari Bappeda (2010)

Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian dapat diklasifikasikan dalam 5 (lima) kategori, yaitu < 30 cm, 30−60 cm, 60−90 cm, 90−120 cm dan > 120 cm.

Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tanah yang mempunyai kedalaman efektif tanah diatas 120 cm, yakni seluas 29 335 ha atau 79.10%. Tanah dengan kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 899 ha atau sekitar 2.42% dari seluruh luas lokasi penelitian.

Gambar 8 Jenis tanah lokasi penelitian

(6)

4.4.3 Iklim

Seperti daerah di Indonesia pada umumnya Kabupaten Sampang mempunyai iklim tropis yang ditandai dengan adanya 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan bulan April dan musim kemarau berlangsung antara bulan April sampai bulan Oktober.

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sampang adalah sekitar 917.8 mm/tahun, sedangkan rata-rata jumlah hari-hari hujan mencapai 6.47 hh/tahun.

Berdasarkan data yang ada, curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungdung yakni 1 735.8 mm/tahun, sedangkan curah hujan terendah terdapat di Kecamatan Sreseh yakni 554.2 mm/tahun. Profil klimatologi Kabupaten Sampang ditunjukkan pada Tabel 10.

Curah hujan merupakan variabel penting dalam kesesuaian pengusahaan tambak garam. Di antara rata-rata curah hujan keenam kecamatan di lokasi penelitian, semua kecamatan memungkinkan untuk pengembangan tambak garam secara tradisional yang memanfaatkan sinar matahari karena curah hujan dibawah 1300 mm/tahun (BRKP dan BMG 2005). Semakin rendah curah hujan, maka semakin baik untuk pengusahaan garam.

Tabel 10 Kondisi iklim di Kabupaten Sampang Kecamatan

Klimatologi (Rata-rata) Curah hujan

(mm/th)

Hari-hari hujan (hh/th)

Suhu (

o

C)

Kelembaban udara (%)

Kecepatan angin (km/jam)

Sreseh 554.2 3.25 - - -

Jrengik 1 079.2 5.42 - - -

Pangarengan 497.5 3.83 - - -

Torjun 689.2 4.42 - - -

Sampang 870.8 5.08 - - -

Camplong 607.5 5.25 - - -

Omben 1 045.0 8.19 - - -

Kedungdung 1 735.8 7.58 - - -

Jrengik 1 079.2 5.42 - - -

Tambelangan 1 015.8 7.58 - - -

Banyuates 1 050.0 6.67 - - -

Robatal 1 113.3 10.83 - - -

Karangpenang 85.42 9.58 - - -

Ketapang 89.00 6.75 - - -

Sokobanah 846.7 6.17 - - -

Rata-rata 917.6 6.47 - - -

Sumber : Bappeda Sampang (2010). Keterangan (-) tidak ada data.

4.4.4 Oseanografi

Salah satu aspek oseanografi yang menjadi faktor yang perlu mendapat

perhatian untuk pengembangan lahan untuk tambak adalah amplitudo pasang

surut. Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut yang teratur,

disebabkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari serta benda-benda

angkasa lainnya. Rentang amplitudo pasang surut yang sesuai untuk

(7)

pengembangan lahan tambak tambak berkisar 0.5–3.5 (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).

Di lokasi penelitian, air tambak yang diusahakan masyarakat berasal dari Selat Madura. KKP (2010c) menunjukkan bahwa pasang surut di perairan Selat Madura adalah tipe pasang surut campuran dengan dominasi harian ganda (mixed semi-diurnal). Tipe pasang surut ini diketahui dari komponen utama pasang surut.

Amplitudo komponen pasang surut utama di perairan Selat Madura sebagai berikut:

- AM

2

(amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata yang dipengaruhi oleh bulan) = 34

- AS

2

(amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata yang dipengaruhi matahari) = 14

- AK

1

(amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal rata-rata yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari) = 32

- O

1

(amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari) = 11

Dari nilai komponen pasang surut utama tersebut diperoleh nilai F (Form- Zahl) atau konstanta pasang surut (tidal constant) sebesar 0.89 atau berada dalam kisaran 0.25 < F < 1.50 yang berarti tipe pasang surut campuran (mixed type) yang dominan ke harian ganda (mixed semi-diurnal). Dalam sehari semalam terjadi dua kali pasang. Dari konstanta harmonik pasang surut tersebut diperoleh nilai

- Highest high water level (HHWL) = 91 cm - Mean high water level (MHWL) = 43 cm - Mean sea level (MSL) = 0 cm - Mean low water level (MLWL) = −43 cm - Lowest low water level (MLWL) = −91 cm

Menurut KKP (2010c), dengan kemiringan lahan 0 sampai 4%

memungkinkan air laut dapat masuk ke lahan pegaraman pada saat pasang, namun

pada saat surut air laut tidak dapat memasuki lahan pegaraman. Untuk itu di lokasi

dilakukan pembuatan tanggul lahan pegaraman di titik terluar yang lebih tinggi

(HHWL) dari kondisi pasang tertinggi dan pembuatan pintu air dari saluran

primer atau sekunder agar air laut tidak kembali lagi ke laut.

Gambar

Tabel 7  Luas wilayah administrasi Kabupaten Sampang  No  Kecamatan  Luas (km 2 )  Persentase
Tabel 8  Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2010  Kecamatan  Laki-laki  Perempuan  Jumlah
Gambar 8  Jenis tanah lokasi penelitian
Tabel 10  Kondisi iklim di Kabupaten Sampang  Kecamatan  Klimatologi (Rata-rata)  Curah hujan  (mm/th)  Hari-hari  hujan (hh/th)  Suhu (oC)  Kelembaban udara (%)  Kecepatan  angin (km/jam)  Sreseh  554.2  3.25  -  -  -  Jrengik  1 079.2  5.42  -  -  -  Pan

Referensi

Dokumen terkait

Ketika commuter marriagge menjadi sebuah keputusan yang harus dijalani oleh ketiga subjek, maka diperlukan berbagai upaya untuk menjawab tantangan tersebut agar

attachment remaja terhadap orang tua (ibu dan ayah) serta teman sebaya dan seberapa tinggi regulasi emosi remaja sekarang ini khususnya di SMA. Yayasan

Perhitungan rancangan evaporator I chiller tidak jauh berbeda, karena dalam siklus tertutup pendinginan, menganut teori kesetimbangan energi yaitu bahwa panas yang diserap

Hal in i terlihat bahwa masih rendahnya kinerja produk yang dihasilkan pada fa mily firm a wa l berdiri, tetapi saat ini fa mily firm te lah mengala mi peningkatan

Y DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : POST OPERASI PROSTATECTOMY HARI KE-1 DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI” Program Studi Diploma III

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Sumenep masih rendah. Persaingan PT baik PTS maupun PTN di Indonesia semakin agresif dan ketat. Regulasi yang berkaitan dengan

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak

lebih disalurkan ke masyarakat dalam hal pengabdian. “Kalau aksi nyatanya dulu yang besar itu waktu jadi. Ya kebetulan dulu saya ikut organisasi mapalsa. Ya salah satu wadah