• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Pengembangan Universitas Wiraraja Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Induk Pengembangan Universitas Wiraraja Sumenep"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGANTAR

Pengembangan jangka panjang Universitas Wiraraja untuk mencapai visi dan misi perlu dijabarkan kedalam beberapa tahapan sehingga dalam implementasinya bisa dilaksanakan dan dapat dievaluasi secara bertahap untuk lebih memudahkan dalam menjalankan program yang telah disusun.

Arah pengembangan jangka panjang Universitas Wiraraja (Unija) menjadi Universitas Berbasis Riset (Based Research University-BRU) pada tahun 2034 hingga 2044 dibagi menjadi 3 (tiga) fase yaitu penguatan kapasitas institusi, persiapan Unija berbasis riset dan diakhiri dengan tahapan Unija berbasis riset. Dari masing-masing tahap tersebut dibuat rencana pengembangan atau disebut sebagai Rencana Induk Pengembangan (RIP) yang memiliki periode pengembangan selama 10 (sepuluh) tahun dan dilanjutkan dengan RIP berikutnya yang merupakan penggalan atau milestone dari arah pengembangan jangka panjang, namun merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Fase pertama dijadikan sebagai dasar untuk melangkah pada fase kedua dan selanjutnya fase ketiga sangat ditentukan oleh keberhasilan dari fase kedua.

Rencana Induk Pengembangan (RIP) pada fase sekarang diarahkan pada penguatan kapasistas institusi, karena hal ini merupakan dasar yang harus diperkokoh untuk melangkah ke fase berikutnya. Dalam penyusunan RIP dibuat secara global namun tetap memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan baik internal maupun eksternal yang sangat dinamis dan mempengaruhi institusi. Sedangkan penjabaran RIP yang lebih terperinci akan disusun dan diprogram oleh masing-masing satuan dan unit kerja yang ada di lingkungan Universitas Wiraraja namun tetap konsisten dan sinergi antar masing-masing unit terhadap tujuan yang ingin dicapai.

Terimakasih kepada tim penyusun RIP yang telah bekerja keras menyelesaikan tugasnya, termasuk semua pihak yang telah ikut membantu. Sebagai organisasi yang terus belajar, komitmen dan dukungan semua unsur pimpinan dan sivitas akademika Unija, akan sangat membantu dalam implementasi RIP untuk mencapai cita-cita kita bersama.

Sumenep, 2 Januari 2014 Tertanda,

Hj. Alwiyah, SE., MM

(3)

DAFTAR ISI

I. Sampul ... 1

II. Pengantar ... 2

III. Daftar Isi ... 4

IV. Latar Belakang ... 5

V. Visi, Misi, dan Tujuan... 7

VI. Analisis Lingkungan 1. Kondisi Lingkungan Internal ... 10

2. Kondisi Lingkungan Eksternal ... 11

VII. Arah Pengembangan ... 12

VIII. Penutup ... 20

(4)

LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini sangat dirasakan pengaruhnya dalam menunjang kemajuan pendidikan. Namun disamping itu semakin banyak pula tantangan baru yang muncul dan di hadapi oleh lembaga sehingga Perguruan Tinggi (PT) dalam hal ini Universitas Wiraraja (Unija) harus mampu merumuskan dan menetapkan kerangka atau model guna menemukan jalan atau cara untuk mengatasinya. Setiap tantangan atau masalah dalam bidang apapun dapat diatasi apabila dilaksanakan atas prinsip dasar manajemen. Dengan prinsip dasar manajemen dapat ditentukan pola dan strategi serta kebijaksanaan dalam mengatasi masalah untuk pencapaian suatu tujuan .

Sehubungan dengan hal tersebut Unija sebagai PT yang menyelanggarakan pendidikan tinggi dituntut untuk selalu melakukan pengembangan kelembagaan dalam arti menyeluruh sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk membantu mengatasi masalah dewasa ini dan yang akan datang baik internal maupun eksternal. Perubahan terus berlangsung, di satu pihak berbagai prestasi dan kemajuan terus diraih, namun di pihak yang lain, akibat tuntutan dan preferensi stakeholder serta kondisi lingkungan yang berubah cepat dengan tantangan yang semakin meningkat, terdapat beberapa komponen yang harus dibenahi agar dapat berjalan seiring dengan perubahan tersebut dan bahkan bergerak lebih di depan.

Oleh karena itu perlu ditetapkan dengan cara menyusun pola rencana pengembangan dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan (RIP) Unija dalam kurun waktu 10 tahun yaitu periode 2014-2024. Pemilihan periode penyusunan yang cukup panjang, yaitu selama 10 tahun (2014-2024) didasarkan atas kebutuhan perencanaan jangka panjang bagi pengembangan Unija hingga mencapai Fase Perbaikan Kapasitas Institusi (PERKASI) pada tahun 2024. Selanjutnya tahapan-tahapan pengembangan dilakukan dengan mempertimbangkan volume dan jenis kegiatan serta tantangan pada masing-masing tahapan yang tertuang dalam Statuta Unija tahun 2014.

Penyusunan RIP ini menggunakan suatu pedoman umum rencana pengembangan dan peningkatan Unija jangka panjang dan memuat masalah pokok kebijaksanaan serta merupakan penjabaran terhadap visi dan misi Unija. Penjabaran secara khusus dan rinci akan dituangkan melalui Rencana Strategis (Renstra) lima tahunan dan Rencana Operasional (Renop) tahunan.

(5)

Masalah pokok dan mendasar yang dihadapi oleh Unija untuk melaksanakan pengembangan adalah kondisi geografis, Sumber Daya Manusia (SDM), keterbatasan dana dan fasilitas berupa sarana prasarana yang belum memadai sehingga partisipasi semua pihak sangatlah diharapkan guna tercapainya tujuan secara maksimal.

Untuk mengatasi hal tersebut, Unija menggunakan metode pendekatan konsolidatif. Unija dalam menyusun rencana pengembangannya memperhitungkan potensi yang dimiliki dan tingkat perkembangan yang telah dicapai. Berdasarkan hal ini, Unija menginginkan perkembangan yang gradual menuju sasaran yang diinginkan.

Dalam penyusunan RIP Unija mempehatikan hal-hal sebagai berikut:

1.

Tantangan dan masalah lingkungan baik di dalam maupun di luar Unija serta memperhitungkan kecenderungan (trend) dan arah perkembangan masa depan.

2.

Orientasi pada pengelolaan secara menyeluruh, yang meliputi masukan, proses dan luaran serta tidak hanya memperhitungkan hasil akhir.

3.

Proses perkembangan itu sendiri harus dilaksanakan pada semua tingkatan baik individu, kelompok maupun lembaga yang perlu diawali dengan meletakkan dasar dan terus dikembangkan menjadi kesatuan kegiatan yang lengkap.

4.

Faktor ketidakpastian yang selalu melekat pada setiap perkembangan, sehingga memerlukan strategi yang luwes dan evaluasi yang teratur namun tidak mengorbankan sasaran yang diinginkan.

Tri Dharma PT yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat harus menjadi landasan dalam setiap skala prioritas. Analisis SWOT

yaitu analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan menjadi pertimbangan utama dalam merencakan pengembangan Unija yang memfokuskan dalam sepuluh pokok RIP Unija dengan landasan Tri Dharma PT yaitu : 1) Sumber Daya Manusia (SDM), 2) Organisasi dan Kelembagaan, 3) Sarana dan Prasarana, 4) Program Studi, 5) Pendidikan dan Proses Pembelajaran, 6) Penelitian dan Publikasi Ilmiah, 7) Pengabdian Kepada Masyarakat, 8) Sistem Informasi, 9) Kemahasiswaan dan Alumni, dan 10) Jalinan Kerjasama

Penyusunan RIP ini telah menempuh proses panjang, diawali dengan pengumpulan aspirasi dari segenap pimpinan universitas maupun fakultas, kemudian dikaji oleh berbagai pihak di lingkungan Unija, sehingga kemudian diperoleh rumusan akhir RIP Unija periode 2014-2024. Dengan demikian diharapkan bahwa RIP ini merupakan rujukan dan landasan dalam menyusun Renstra dan kebijakan lainya baik pada tingkat universitas maupun fakultas dan satuan unit kerja lainnya.

(6)

VISI, MISI, DAN TUJUAN

A. VISI DAN MISI

Rumusan visi institusi yang tercantum di dalam statuta Unija tahun 2014 adalah “Terwujudnya Universitas yang universal, berkarya ilmiah dan berbasis riset.”

Uraian tentang makna visi institusi untuk menyamakan persepsi dan pemahaman sivitas akademika tentang arah pengembangan jangka panjang Unija :

1. Universal : Unija mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan terbuka untuk semua lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

2. Berkarya Ilmiah : Unija sebagai lembaga pendidikan tinggi akan terus mengembangkan budaya dan karya ilmiah melalui pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi menuju perguruan tinggi yang mandiri dan berdaya saing.

3. Berbasis Riset : Unija dalam melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran menggunakan hasil riset yang berkualitas, berdasarkan pola ilmiah pokok (PIP) maupun rencana induk penelitian yang dilakukan oleh internal maupun eksternal.

Untuk mencapai visi institusi, ada beberapa tahapan atau fase pengembangan yang harus dilalui Unija. Pengembangan universitas dikelompokkan menjadi 3 (tiga) fase yaitu:

1. Fase Perbaikan Kapasitas Institusi (PERKASI) 2014-2024. 2. Fase Persiapan Universitas Berbasis Riset (PUBER) 2024-2034. 3. Fase Universitas Berbasis Riset (UBER) 2034-2044.

Dalam mewujudkan visi Unija perlu dijabarkan dan dirumuskan ke dalam misi institusi sebagai berikut :

1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas berbasis riset berdasarkan iman dan taqwa.

2. Melaksanakan penelitian dan publikasi yang profesional untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.

3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat sesuai kebutuhan pembangunan.

Misi institusi ini wajib dilaksanakan dan didukung oleh semua unit kerja dan sivitas akademika Unija. Penjabarannya dirumuskan ke dalam Renstra dan Renop.

(7)

B. TUJUAN

Berdasarkan statuta Unija, tujuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Unija adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. 2. Menghasilkan lulusan yang menguasai iptek/seni serta terampil dalam upaya

peningkatan daya saing bangsa menuju kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

3. Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi/seni melalui penelitian dan menerapkannya melalui pengabdian kepada masyarakat untuk kemajuan bangsa. C. POLA ILMIAH POKOK (PIP)

Untuk mencapai visi dan melaksanakan misi, semua kegiatan pendidikan tinggi di Unija harus mengacu pada tata nilai pengembangan lembaga yang bercirikan pada kearifan lokal, keunikan, norma sosial dan sistem nilai yang berkembang di Kabupaten Sumenep berdasarkan PIP yang berorientasi kepada pengembangan lahan kering, pesisir, kelautan dan kepariwisataan. Dengan demikian, PIP ini akan menjadi jati diri institusi untuk menghasilkan karya-karya akademik yang inovatif di tengah-tengah peradaban manusia yang berkembang dan dinamis menuju PT yang mandiri dan berdaya saing.

(8)

ANALISIS LINGKUNGAN

Kondisi umum Unija digambarkan melalui analisis lingkungan strategis (SWOT analyses). Analisis lingkungan mencakup analisis kondisi atau faktor-faktor lingkungan, baik internal maupun eksternal, yang diperkirakan memiliki pengaruh penting terhadap eksistensi maupun strategi pengembangan Unija di masa datang.

A. Kondisi Lingkungan Internal 1. Kekuatan (Strengths)

a. Memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi kepada peningkatan kualitas dan kuantitas.

b. Satu-satunya penyelenggara pendidikan tinggi yang berbentuk Universitas di Kabupaten Sumenep.

c. Memiliki Sumber Daya Manusia yang terus berkembang. d. Memiliki sumber dana dan pengelolaannya secara mandiri.

e. Melaksanakan tata pamong dengan sistem kepemimpinan yang partisipatif. f. Ketersedian sarana dan prasarana pendidikan serta fasilitas pendukungnya. g. Melaksanakan dan meningkatkan pelaksanaan Tri Dharma PT secara

berkesinambungan.

h. Mengembangkan dan memanfaatkan Sistem Informasi.

i. Memiliki alumni yang tersebar di berbagai instansi dan institusi baik pemerintah maupun swasta di beberapa daerah.

j. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri. Kerjasama.

2. Kelemahan (Weaknesses)

a. Visi, misi, tujuan dan sasaran belum dipahami secara menyeluruh oleh sivitas akademika.

b. Kualifikasi dan kompetensi SDM kurang memadai. c. Sebagian besar dana bersumber dari mahasiswa.

d. Sumber dana untuk pengembangan pendidikan sangat terbatas.

e. Penjabaran tugas pokok dan fungsi serta standart penyelenggaraan pendidikan belum maksimal.

(9)

f. Sarana dan prasarana pendidikan serta fasilitas pendukungnya belum memenuhi standart.

g. Sebagian program studi masih terakreditasi C. h. Pelaksanaan Tri Dharma PT belum optimal. i. Penelitian dan publikasi ilmiah masih rendah. j. Sistem Informasi belum berjalan dengan baik.

k. Kompetensi alumni belum sesuai dengan kebutuhan stakeholders. l. Aksesibilitas kerjasama terbatas.

B. Kondisi Lingkungan Eksternal 1. Peluang (Opportunities)

a. Jumlah lulusan SMA sederajat di Kabupaten Sumenep cukup banyak. b. Kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Unija meningkat. c. Kebutuhan akan lulusan Perguruan Tinggi meningkat.

d. Kondisi geografis Kabupaten Sumenep sangat strategis.

e. Potensi sumber daya alam (

lahan kering, pesisir, kelautan dan kepariwisataan

)

Kabupaten Sumenep.

f. Proporsi anggaran pendidikan sesuai dengan Undang-undang (UU) minimal 20 persen.

g. Peluang kerjasama International. 2. Ancaman (Threats)

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Sumenep masih rendah. b. Persaingan PT baik PTS maupun PTN di Indonesia semakin agresif dan ketat. c. Regulasi yang berkaitan dengan pendidikan tinggi selalu berubah.

d. Biaya pendidikan untuk peningkatan kualitas.

e. ASEAN Economy Community membuka peluang lembaga dan tenaga asing di Indonesia.

ARAH PENGEMBANGAN

(10)

Kapasitas Institusi (PERKASI) 2014-2024, Persiapan Unija Berbasis Riset (PUBER) 2024-2034 dan diakhiri dengan tahap Unija Berbasis Riset (UBER) 2024-2034-2044.

Dalam penyusunan RIP, diupayakan mengikuti tahapan yang sudah ditentukan. RIP yang disusun pada saat ini adalah untuk melaksanakan pengembangan tahap pertama, yaitu Perbaikan Kapasitas Institusi. Berdasarkan analisis kondisi lingkungan yang telah dibuat sebelumnya, maka arah pengembangan yang akan dilaksanakan selama 10 tahun ke depan meliputi : 1) sumber daya manusia, 2) organisasi dan kelembagaan, 3) sarana dan prasarana, 4) program studi, 5) pendidikan dan proses pembelajaran, 6) penelitian dan publikasi ilmiah, 7) pengabdian kepada masyarakat, 8) sistem informasi, 9) kemahasiswaan dan alumni, dan 10) jaringan kerjasama.

B. Target Pengembangan

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kualitas SDM sudah diyakini sebagai kata kunci bagi berhasil tidaknya suatu pembangunan. Pemahaman semacam ini menjadi keyakinan umum dan (bahkan) berlaku di seluruh belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia, sampai sekarang. Bahkan, UUD Tahun 1945 memantapkan keyakinannya dengan mengamanatkan kewajiban menyediakan anggaran 20 % dari APBN/APBD untuk biaya pendidikan. Ditambah perkembangan dunia pendidikan yang kian pesat, peranan SDM dirasakan semakin penting. Kualitas SDM sangat menentukan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan Perguruan Tinggi (PT). SDM merupakan sumber daya organisasi yang paling vital dan diakui sebagai asset yang paling berharga bagi PT. Jadi sebagai langkah awal, perhatian perbaikan dan pengelolaan institusi diarahkan pada peningkatan kualifikasi dan kompetensi SDM. Kualifikasi dan kompetensi SDM tentunya akan mendukung tercapainya fase perbaikan kapasitas institusi. Perguruan Tingi tanpa didukung SDM yang sesuai, baik dari segi kuantitatif, kualitatif, strategi dan operasionalnya, maka perguruan tinggi tersebut tidak akan mampu mengembangkan dan mempertahankan keberadaannya dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah manajemen yang lebih baik untuk menjamin bahwa di dalam PT tersedia SDM yang tepat untuk menduduki berbagai jabatan, fungsi, pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya. Upaya pemecahan masalah tersebut adalah dengan memperbaiki sistem rekruitmen SDM agar menghasilkan SDM yang berkualitas dan memiliki kemampuan hard skill

(11)

ditingkatkan secara menyeluruh dan berkesinambungan, yang meliputi masukan, proses dan luaran serta tidak hanya memperhitungkan hasil akhir menuju PT yang mandiri dan berdaya saing. Sistem rekruitmen dan seleksi dilakukan secara transparan dan terbuka untuk umum, kemudian diidentifikasi dan diklasifikasi sesuai bidang keahliannya atau kompetensinya. Selain itu, untuk menjamin kualitas dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan rasio dosen dengan mahasiswa sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Sistem reward dan punishment perlu juga diberlakukan agar motivasi dan produktivitas kerja SDM meningkat. Reward dan punishment merupakan metode dalam memotivasi seseorang untuk meningkatkan prestasinya.

2. Organisasi dan Kelembagaan

Perbaikan kapasitas institusi merupakan pendekatan yang bisa diambil sebagai salah satu upaya dalam rangka pengembangan Perguruan Tinggi (PT). Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan responsivitas dari kinerja sebuah institusi, dengan memusatkan perhatian kepada pengembangan dimensi sumber daya manusia, penguatan organisasi; dan revitalisasi kelembagaan atau lingkungan serta revitalisasi manajemen dan administrasi. Revitalisasi dilakukan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh organisasi agar dapat berfungsi dengan baik.

Dalam rangka mendukung tercapainya tata kelola dan kepemimpinan yang sehat dengan prinsip pada Good University Governance (GUG) diperlukan sebuah sistem untuk memonitoring atau mengevaluasi kinerja institusi atau yang dikenal dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Pengembangan Pusat Jaminan Mutu perlu terus dilakukan secara berkelanjutan, agar tercapai kinerja yang sesuai dengan sasaran mutu dan arah pengembangan yang telah ditetapkan.

Pembentukan atau pengembangan inkubator bisnis harus menjadi bagian dari kebijakan strategis dalam mendorong terwujudnya program perbaikan kapasitas institusi dalam rangka pengembangan organisasi dan kelembagaan. Inkubator bisnis dapat menjadi alat untuk mengembangkan ekonomi institusi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing. Pembentukan inkubator bisnis memerlukan kerjasama seluruh stakeholders. Upaya yang dapat dilakukan Unija adalah dengan membentuk koperasi dosen, karyawan, dan mahasiswa.

(12)

yang memadai. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan akan terus dilakukan Unija mengingat jumlah mahasiswa yang meningkat setiap tahunnya. Pengembangan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan skala prioritas, berdasarkan perencanaan yang jelas agar pemanfaatannya dalam kegiatan proses pendidikan berjalan secara efisien, efektif dan berkelanjutan.

Pengembangan sarana akademik harus mengikuti pola dan prioritas pengembangan program studi, fakultas dan Universitas. Pengembangan sarana akademik beorientasi pada pengembangan laboratorium untuk praktikum dan laboratorium penelitian, perpustakaan, bahan ajar, dan kebutuhan teknologi informasi dalam pembelajaran. Sedangkan pengembangan sarana non akademik berorientasi pada pengembangan pusat layanan kesehatan, layanan konsultasi, dan layanan non akademik lainnya.

Pengembangan, pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sangat membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga Unija harus merintis dan menggali sumber dana dari unit bisnis dan dana eksternal. Hasil yang diharapkan dari pengembangan dan pengelolaan ini adalah meningkatnya nilai akreditasi dan kepuasan sivitas akademika.

4. Program Studi

Program studi/Fakultas adalah bagian dari institusi yang secara langsung menerima input (calon mahasiswa) dan melaksanakan proses serta menghasilkan

output (lulusan), sedangkan unit lain yang berada di bawah koordinasi program studi berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan proses. Koordinasi yang intensif dan selaras dibutuhkan agar pelaksanaan proses dapat sesuai dengan sasaran mutu yang telah ditetapkan. Perbaikan proses harus terus dilakukan secara berkesinambungan untuk memperkuat daya saing institusi, dan tentunya akan meningkatkan nilai akreditasi. Dengan meningkatnya peringkat akreditasi prodi diharapkan kepercayaan masyarakat meningkat.

Selain meningkatkan peringkat akreditasi, program studi juga memiliki peran dalam pembangunan daerah maupun bangsa, maka perlu dibentuk pusat-pusat kajian dan pemberdayaan masyarakat, yang nantinya akan bermuara pada pembukaan program studi baru dan pascasarjana sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Dibukanya prodi baru dan pascasarjana akan memberikan berbagai alternatif bidang ilmu bagi masyarakat.

(13)

Penyelenggara pendidikan tinggi bertanggungjawab melaksanakan kebijakan dalam meningkatkan pemerataan pendidikan tinggi. Pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan tinggi berhubungan dengan peran pendidikan tinggi sebagai wahana mobilitas sosial.

Unija harus mampu memenuhi kebutuhan sumber daya di daerah baik jumlah maupun mutu dengan cara meningkatkan sumber daya pendidikan dan proses pendidikan dengan mengembangkan unsur–unsur pokok dan penunjang yang diperlukan, seperti penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar dan peraturan yang berlaku serta melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak ditingkat lokal, regional, nasional maupun international untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Peningkatan kualitas pendidikan tinggi tidak terlepas dari kualitas SDM yang dimiliki termasuk di dalamnya tenaga pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas tersebut diperlukan wadah dan program pelatihan seperti pengembangan metode pembelajaran yang efektif dengan membentuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Aktifitas Instruksional (P3AI) di Unija. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan Unija dapat menjadi institusi yang mampu menghadapi tantangan masa depan dan berdaya saing.

6. Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Melaksanakan penelitian adalah salah satu wujud Tri Dharma PT sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU nomor 14 tahun 2005 dan PP nomor 37 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa dosen adalah pendidik professional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Penelitian merupakan suatu sintesis kualitatif tentang upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga kualitas dan kuantitas serta publikasi penelitian harus ditingkatkan dalam rangka menuju fase Persiapan Unija Berbasis Riset (PUBER) 2024-2034. Unija juga harus melakukan pembinaan penelitian berbasis kompetensi. Sebagai langkah awal untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas penelitian adalah dengan menyusun Rencana Induk Penelitian sesuai Pola Ilmiah Pokok (PIP) Unija. Disamping itu dapat pula dikakukan dengan mengembangkan pusat-pusat penelitian, meningkatkan kinerja pusat penelitian yang ada dengan mengacu pada sistem penjaminan mutu penelitian, dan meningkatkan hubungan

(14)

7. Pengabdian Kepada Masyarakat

Salah satu perwujudan Tri Dharma PT adalah pengabdian kepada masyarakat. Program pengabdian kepada masyarakat diarahkan kepada peningkatan kualitas dan kuantitas. Program ini menjadi target pengembangan guna mendukung kegiatan pokok program pengembangan pendidikan di Unija. Hal ini sejalan dengan visi Unija yang universal dalam rangka perbaikan kapasitas institusi (capacity building), peningkatan mutu relevansi, dan daya saing institusi.

Adapun program dalam memperkuat peran dan eksistensi serta brand image

institusi dalam pemberdayaan masyarakat yaitu; meningkatkan kegiatan lokakarya, meningkatkan kualitas dan kuantitas pengabdian kepada masyarakat, menyebarluaskan hasil atau produk pengabdian, meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain baik di tingkat regional, nasional maupun internasional di bidang pengabdian, dan menjalin kerjasama yang sinergi dengan kebutuhan masyarakat bersama pihak eksternal.

8. Sistem Informasi

Saat ini kita berada pada era yang disebut era informasi. Era informasi merupakan periode yang melibatkan banyak informasi dalam pengambilan keputusan, baik individu, lembaga, maupun instansi lainnya. Informasi sudah semakin mudah diperoleh dan semakin bervariasi bentuknya serta semakin banyak pula kegunaannya. Saat ini sudah sulit membedakan antar informasi formal dan informasi nonformal, informasi bisnis atau informasi pribadi, bahkan antara informasi pemerintah dengan informasi bisnis.

Di bidang pendidikan juga sangat membutuhkan sistem informasi. Lembaga pendidikan dalam hal ini Unija harus memahami dengan baik kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks terutama diikuti oleh perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Usaha untuk menghasilkan lulusan Unija yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan adalah dengan cara mengelola pendidika tinggi dengan baik dan didukung oleh sistem informasi yang memadai agar mampu memenuhi tuntutan pasar kerja. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah memfasilitasi praktik pembelajaran dengan menggunakan berbagai infrastruktur teknologi, misalnya perpustakaan digital, fasilitas pembelajaran dengan memadukan personal computer, notebook, internet dan fasilitas teknologi pembelajaran lainnya.

(15)

Perhatian pada sistem informasi semakin lama semakin besar. Sistem Informasi semakin disadari sebagai sumber daya organisasi yang perlu dikelola dengan baik. Peningkatan kinerja pendidikan diperlukan sistem informasi dan teknologi informasi yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung, tetapi lebih sebagai senjata utama untuk mendukung keberhasilan dunia pendidikan, sehingga mampu bersaing di era global.

Unija dituntut harus terus mampu mengembangkan penggunaan, pemanfaatan dan layanan teknologi informasi bagi sivitas akademika, serta akan membuka pusat informasi dan layanan kerja bagi mahasiswa atau alumni guna memperbaiki masa tunggu lulusan.

9. Kemahasiswaan dan Alumni

Mahasiswa merupakan salah satu agen perubahan dalam sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk memperkuat daya pikir dan analitisnya melalui kemampuan soft skill yang berupa keterampilan profesional disamping kemampuan dasar sesuai bidangnya (hard skill). Untuk tujuan tersebut diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan daya nalar mereka baik melalui pembekalan pelatihan maupun pembinaan secara berkelanjutan. Kegiatan tersebut tentunya memerlukan prasyarat yang meliputi dukungan dana, fasilitas/sarana dan prasarana, menambah dana beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi dan kurang mampu, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan profesional di bidangnya dan kemampuan skill lainnya. Dengan program beasiswa, capaian yang diharapkan adalah pemerataan pendidikan bagi seluruh masyarakat.

Banyak cara yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi. Sebagai bukti nyata, alumni dapat mengharumkan citra almamaternya di mata publik. Semakin banyak prestasi yang diraih alumni Unija, semakin baik pula citra institusi dalam mencetak kader-kader terbaik bangsa. Oleh karena itu, alumni Unija wajib memberikan performa terbaik di bidangnya masing-masing. Perlu dilakukan komunikasi antara lembaga dengan alumni maupun komunikasi antar alumni melalui berbagai forum dan media komunikasi lainnya.

Peran lain yang dapat diberikan alumni adalah sebagai mediator antara dunia kampus dan dunia kerja. Kebanyakan mahasiswa belum memahami apa yang dibutuhkan dalam menghadapi dunia kerja. Sebagai praktisi, alumni bisa memberi

(16)

mediator lainnya dapat berupa pemberian rekomendasi beberapa mahasiswa yang berprestasi kepada stakeholders yang sesuai dengan kompetensinya. Dengan demikian, terdapat simbiosis mutualisme antara dunia pendidikan dan dunia industri. Peran alumni tidak hanya seperti yang disebutkan di atas, namun para alumni juga dapat berperan aktif baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka pengembangan institusi.

10. Jalinan Kerjasama

Pada saat ini kemitraan merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan oleh Unija. Suatu model kemitraan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, yaitu dengan membangun kerjasama dengan mitra strategis yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan brand image institusi. Sedangkan untuk mengetahui kualitas institusi, Unija perlu melakukan benchmarking kepada PT lain yang lebih maju sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan atau perubahan yang akan datang. Setiap kerjasama yang dilakukan dan difasilitasi oleh pimpinan Unija harus ditindaklanjuti oleh masing-masing satuan kerja di lingkungan Unija. Hal ini dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana program kerjasama tersebut memberikan manfaat kepada institusi.

(17)

PENUTUP

Rencana Induk Pengembangan (RIP) Universitas Wiraraja (Unija) 2014-2024 disusun secara umum dalam rangka memberikan pedoman dan jalan bagi pengembangan institusi untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Penyusunan RIP dilakukan hanya sampai pada penentuan program, tujuan, dan kriteria pengukuran kinerja, serta tidak secara khusus memperhatikan kondisi masing-masing unit di lingkungan Unija yang sangat mungkin memiliki karakteristik yang tidak sama, karena hal tersebut akan dijabarkan secara spesifik sesuai dengan kondisi yang ada. Pilihan penyusunan secara umum ini diambil mengingat bahwa secara umum pengembangan masing-masing unit di lingkungan Unija menghadapi persoalan yang hampir serupa sehingga memerlukan tindakan yang tidak jauh berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa perbedaan karakteristik tersebut akan membawa akibat pada perlunya dilakukan perubahan atas program dan tujuan dasar yang tercantum dalam RIP. Perubahan mungkin dilakukan pada satuan waktu atau bahkan pada strategi itu sendiri. Namun demikian, diharapkan perubahan yang dilakukan tidak menyimpang dari kebijakan dasar yang tercantum dalam RIP. Oleh karena itu, perhatian atas kondisi dan karakteristik unit-unit sangat diperlukan pada saat melakukan implementasi RIP.

Penyusunan program dan tujuan dasar pada satu periode dilakukan dengan memperhatikan program dan tujuan dasar pada periode sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar konsistensi program dan tujuan yang telah disusun tetap terjaga sehingga tujuan perbaikan kapasitas institusi dapat diraih secara optimal.

Pada tahap berikutnya yang lebih penting adalah proses implementasi yang memerlukan perhatian lebih. Jika dalam proses penyusunan program dan tujuan dasar dapat dilakukan oleh hanya beberapa personil, maka proses implementasi akan melibatkan personil yang lebih luas bahkan melibatkan semua elemen yang ada pada organisasi. Oleh karena itu, sosialisasi atas program dan tujuan dasar melalui berbagai media dan kesempatan harus terus dilakukan. Setelah proses implementasi dijalankan, maka proses pengawalan harus dilakukan oleh pimpinan yang memahami secara sungguh-sungguh Rencana Induk Pengembangan pada periode yang bersangkutan serta memahami atas tuntutan/syarat yang harus dipenuhi.

(18)

diupayakan dalam kondisi prima. Segala aspek yang menyangkut terciptanya lingkungan kerja yang kondusif serta terciptanya peningkatan produktivitas kerja, baik produktivitas karyawan secara khusus maupun produktivitas kerja organisasi secara umum, harus menjadi perhatian utama. Selanjutnya, untuk menjaga proses implementasi berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka kegiatan evaluasi beserta tindakan pembetulan/penyesuaian (corrective actions), jika memang diperlukan, harus dijadikan agenda kerja yang tak terpisahkan dalam mengelola Unija sehingga tujuan dari fase perbaikan kapasitas institusi akan tercapai dan selanjutnya bersiap menghadapi fase persiapan Unija berbasis riset yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dalam pengembangan lembaga untuk mencapai cita-citanya.

(19)

Lampiran I

TABEL PROGRAM, TUJUAN DAN INDIKATOR KINERJA FASE PERKASI RIP UNIJA 2014-2024

No Program Tujuan Indikator Kinerja

1. Sumber Daya Manusia

 Peningkatan kualifikasi dan kompetensi SDM.

 Perbaikan sistem rekruitmen SDM.

 Optimalisasi sistem reward dan

punishment

 Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi SDM.

 Mendapatkan SDM yang berkualitas

 Meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja.

 Meningkatkan peran dosen dalam organisasi profesi.

 Kesesuaian SDM dengan kebutuhan.

 Indeks kinerja SDM.

 Kualifikasi dosen S3.

 Kepangkatan Akademik.

 Keterlibatan dosen dalam organisasi profesi.

 Jumlah prestasi mahasiswa, karyawan dan dosen meningkat.

 Kesesuaian rasio dosen dengan mahasiswa.

2. Organisasi dan Kelembagaan

 Mengembangkan Pusat Jaminan Mutu.

 Membentuk pusat inkubator bisnis.

 Mengembangkan koperasi karyawan dan mahasiswa.

 Revitalisasi lembaga.

 Revitalisasi administrasi/ manajemen.

 Memperkuat budaya organisasi/ komitmen.

 Meningkatkan keterampilan SDM.

 Meningkatkan kualitas lingkungan kerja dan mengefektifkan komunikasi.

 Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas institusi.

 Efektifitas dan efisiensi organisasi.

 Partisipasi pegawai pada program organisasi.

 Akuntabilitas.

 Transparansi.

 Nilai akreditasi institusi. 3. Sarana dan Prasarana

 Peningkatan pusat layanan kesehatan.

 Membentuk pusat layanan konsultasi.

 Ketersedian fasilitas proses

pembelajaran baik akademik maupun

 Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

 Mengoptimalkan sarana dan prasarana.

 Pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standart.

 Tingkat kepuasan sivitas akademika.

(20)

No Program Tujuan Indikator Kinerja prioritas.

 Perintisan dan penggalian sumber dana dari unit bisnis dan dana eksternal.

operasional institusi.

 Jumlah dana eksternal (kemitraan dan kerjasama) per tahun.

4. Program Studi

 Peningkatan akreditasi program studi.

 Tersedianya pusat

kajian/pemberdayaan di program studi;

 Pembukaan program studi baru dan pascasarjana sesuai dengan kebutuhan.

 Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas program studi.

 Meningkatkan peran program studi pada kajian dan pemberdayaan masyarakat.

 Mengembangkan program studi baru dan pascasarjana sesuai dengan kebutuhan.

 Memberikan berbagai alternatif bidang ilmu bagi masyarakat.

 Nilai akreditasi program studi.

 Jumlah Pusat Kajian/ Peberdayaan.

 Jumlah program studi.

 Jumlah pascasarjana.

5. Pendidikan dan Proses Pembelajaran

 Membuka fakultas dan program studi baru sesuai dengan kebutuhan.

 Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah, dunia usaha dan lembaga lain baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.

 Membentuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Aktifitas Instruksional (P3AI).

 Kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar dan peraturan yang berlaku.

 Pengembangan metode pembelajaran

 Peningkatan kualitas proses pembelajaran.

 Meningkatkan mutu program studi sesuai kebutuhan dan peraturan yang berlaku.

 Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

 Meningkatkan prestasi mahasiswa.

 Pemanfaatan hasil riset dalam proses pembelajaran.

 Indeks kepuasan mahasiswa terhadap proses pembelajaran.

 Indeks prestasi mahasiswa > 3,00.

 Indeks kepuasan pengguna lulusan.

 Masa studi tepat waktu

(21)

No Program Tujuan Indikator Kinerja

 Penyusunan dan pemantapan rencana induk penelitian sesuai PIP.

 Mengembangkan pusat-pusat penelitian.

 Meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian.

 Membuka peluang penelitian dana eksternal.

 Meningkatkan kinerja pusat penelitian yang ada dengan mengacu pada sistem penjaminan mutu penelitian.

 Meningkatkan hubungan kerjasama dengan lembaga lain baik di tingkat regional, nasional maupun

internasional.

 Pembinaan penelitian berbasis kompetensi.

 Mengadakan Join Research dengan PT lain.

 Menyelaraskan hasil penelitian dengan PIP

 Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian.

 Meningkatkan publikasi penelitian.

 Meningkatkan jumlah penelitian dana eksternal.

 Kesesuain penelitian dosen dengan

Roadmap penelitian.

 Persentase penelitian dana eksternal.

 Jumlah penelitian yang terpublikasi.

 Jumlah publikasi pada jurnal

terakreditasi nasional dan internasional.

7. Pengabdian Kepada Masyarakat

 Meningkatkan kegiatan lokakarya pengabdian kepada masyarakat.

 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengabdian kepada masyarakat.

 Meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.

 Menjalin kerjasama yang sinergi dengan kebutuhan masyarakat

 Meyebarluaskan hasil atau produk institusi.

 Meningkatkan brand image institusi.

 Memperkuat peran dan eksistensi institusi.

 Pemberdayaan masyarakat.

 Tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil atau produk pengabdian.

 Jumlah mahasiswa baru.

 Jumlah desa binaan.

 Kesejahteraan masyarakat (berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia) pada desa binaan.

(22)

No Program Tujuan Indikator Kinerja pemanfaatan dan layanan teknologi

informasi bagi sivitas akademika.

 Membuka pusat informasi dan layanan kerja.

sivitas akademika.

 Mendukung proses pembelajaran.

 Memperkecil masa tunggu lulusan.

 Peningkatan prestasi belajar mahasiswa.

9. Kemahasiswaan dan Alumni

 Meningkatkan jumlah penyandang dana beasiswa.

 Meningkatkan program-program pembekalan keterampilan profesional.

 Meningkatkan dan memperkuat peran alumni.

 Pemerataan pendidikan.

 Membekali mahasiswa dengan kemampuan hard skill dan soft skill.

 Memperkecil masa tunggu lulusan melalui peran alumni.

 Akses bagi mahasiswa kurang mampu.

 Tingkat kompetensi lulusan.

 Masa tunggu lulusan untuk mendapatkan pekerjaan.

10. Jalinan Kerjasama

 Membangun kerjasama dengan mitra strategis.

 Benchmarking kepada PT lain yang lebih maju.

 Meningkatkan daya saing institusi.

 Meningkatkan brand image insitusi.

 Mengetahui kualitas insitusi.

 Prosentase lulusan bekerja sesuai kompetensi.

 Kesetaraan dengan institusi lain.

 Prosentase tindak lanjut kerjasama.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian dengan program AMOS atas model awal seperti pada Gambar, menunjukkan bahwa dari enam kriteria yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu model dan tidak

Metoda prediksi beban listrik yang selama ini digunakan PLN menggunakan metode konvensional melalui pendekatan statistik berbasis deret waktu (times series) yang

Pada akhirnya, kondisi industri batik yang demikian dipengaruhi oleh upaya pengembangan lokal di wilayah ini yang belum didukung oleh pengembangan komunitas dan pengembangan

Kemudian pada gambar 3.5 dapat dilihat bahwa siklus PDCA yang terjadi pada proses pengendalian kualitas terhadap tingkat kepuasan pasien yaitu tidak diperlukannya perbaikan rencana

Untuk memperoleh informasi yang terinci mengenai kuantitas dan kualitas udara tambang bawah tanah pada sistem jaringan ventilasi, maka perlu dilakukan pemeriksaan

• Siswa kembali diminta membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang karakteristik alam tempat hidup/habitat dari tumbuhan yang mereka pilih pada pembelajaran sebelumnya.... •

Dalam hal ini, penggunaan strategi pembelajaran Know- want –Learn (KWL) lebih baik dibandingkan dengan strategi Pembelajaran Konvensional dalam meningkatkan kemampuan

dilakukan karena para pengusaha khawatir pembeli dapat berpindah ke unit usaha lainnya yang menawarkan harga lebih murah, ini artinya di lokasi penelitian belum ada persatuan