IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MATERI FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH
ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Oleh Rahmat Hidayat
105 19 11013 16
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
SURAT PERNYATAAN
2
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rahmat Hidayat NIM : 105 19 11013 16
Prodi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapapun ).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi.
3. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 20 November 2020 Yang membuat pernyataan
Rahmat Hidayat NIM: : 105 19 11013 16
iii
ABSTRAK
Rahmat Hidayat 105 19 11013 16, 2020. Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Dibimbing Oleh Nurhidaya Muchtar dan Ya`kub.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri dari empat yahap, yaitu Perencanaan, pelaksanaan tindakan, Observasi dan Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan.
Hasil dari penelitian in,i menunjukkan bahwa 1.) pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan 22 orang atau 70,97 %. orang dan siswa yang tidak tuntas 9 orang atau 29,03 % orang sedangkan pada siklus II semua siswa yang mencapai ketuntasan yaitu 31 orang atau 100 %. Implementasi Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI Materi Fiqih, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang di inginkan peneliti pada awal peneliti sudah tercapai sehingga, peneliti ini dapat dikatakan berhasil dan tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.
Kata Kunci : Implementasi Model Problem Based Learning, Hasil Belajar,PAI.
iv
4
Moto
Dunia bukanlah akhir dari segalanya
Melainkan hanya persinggahan dari sebuah Perjalanan yang panjang untuk kembali Kepada sang pencipta…..
Kupersembahkan untuk………..
Kedua orang tuakudan saudara saudaraku yang menjadi pendorong dalam
mencapai keberhasilanku
‘
v
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
MOTTO ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Implementasi Problem Based Learning ... 7
B. Hasil Belajar ... 14
C. Tinjauan Pendidikan Agama Islam ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 24
C. Faktor yang diselidiki ... 24
D. Prosedur Penelitian... 25
E. Instrumen Penelitian... 27
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Teknik Analisis Data ... 28
vi
6
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil Penelitian ... 30
B. Refleksi ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000 ... 29
Tabel 4.1.Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus ... 31
Tabel 4.2 Distibusi Hasil Kemampuan Siswa Siklus I ... 32
Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 33
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II ... 34
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Siswa siklus II ... 35
Tabel 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ... 36
Tabel 4.7 Distribusi Skor Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II ... 37
Tabel 4.8 Hasil observasi sikap siswa siklus I ... 38
Tabel 4.9 Hasil observasi sikap siswa siklus II ... 40
viii
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, sehat jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.
Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran – ukuran Islam.
1Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama islam sehingga ia mampu mengamalkan syariat islam sesuai pengetahuan yang dimiliki.
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara berbagai komponen yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lain. Masing- masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa adalah komponen yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar, karena yang harus mencapai tujuan penting dalam pembelajaran adalah siswa yang belajar. Maka pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru agar dapat menciptakan situasi yang tepat sert memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk dapat belajar dan mendaptkan hasil belajar yang maksimal. Guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan
1 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Sukses Offset, 2011), h. 23.
mengena pada tujuan yang diharapkan. Hal penting yang harus diperhatikan adalah menempatkan kelas sebagai ruang belajar yang mendidik, memberi kepuasan tersendiri, dan menghasilkan praktik pendidikan yang bermutu.
2Berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan, salah satunya adalah memilih dan menentukan gaya belajar yang sesuai dengan materi dan tidak membuat siswa bosan dalam pembelajaran. Salah satu kendala bagi siswa saat belajar adalah kesulitan dalam menahami, mengulang atau mengingat kembali materi yang dibaca.
Karena mereka hanya membaca dan tidak mampu mengingat kembali ketika ditanyakan kembali materi yang telah dibacanya. Mereka membutuhkan sebuah cara atau jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah mereka hadapi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa keluardari masalah mereka adalah dengan menuntun belajar membaca materi dengan metode atau cara yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Karena dianggap gaya membaca materi yang biasa dilakukan oleh siswa kurang efektif jika masih diterapkan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, diperoleh hasil bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih yang disampaikan cederung dikuasai oleh guru dengan metode ceramahnya yang monoton, Siswa cenderung pasif ketika proses
2 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta : GP Press Group, 2013) h. 208.
3
pembelajaran berlangsung. Siswa mengantuk dan bosan saat guru menjelaskan materi serta hasil nilai belajar siswa yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Hal tersebut disebabkan karena kurang bervariasinya penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan kondisi siswa.
Keadaan ini sangatlah tidak menguntungkan terutama bagi peserta didik dalam pencapaian hasil belajar mereka. teruangkap juga masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru ketika proses penjelasan.
Mereka membutuhkan sebuah cara atau jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah mereka hadapi. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa keluar dari masalah mereka adalah dengan menuntun belajar membaca materi dengan model pembelajaran yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Karena dianggap gaya membaca materi yang biasa dilakukan oleh siswa kurang efektif jika masih diterapkan.
Berdasarkan kondisi tersebut siswa membutuhkan inovasi model pembelajaran baru untuk merangsang daya tarik siswa dalam meningkatkan hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih. Salah satu alternatif guru dalam proses pembelajaran di kelas dalam Penerapan Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada materi Fiqih di Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Cambajawaya. Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah
autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tersebut sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul “Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa
Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat SMA maupun di madrasah Aliyah dan upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran yang semakin besar serta meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih.
b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam menyusun karya ilmiyah secara sistematik, serta lebih paham tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan penerapan dalam pembelajaran. Serta kedepannya dapat dipahami tentang model yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar sehingga menciptakan suasana yang efektif.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan informasi pada guru dalam memilih model
pembelajaran yang efektif dan diharapkan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih.
b. Bagi Siswa
1) Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan proaktif dalam belajar sehingga segala permasalahan dalam proses belajar mengajar dapat dipecahkan secara bersama melalui metode pembelajaran yang digunakan.
2) Meningkatkan hasil, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam
interaksi proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam serta
dapat menjadikan siswa berfikir mandiri, kreatif dan inovatif.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Implementasi Problem Based Learning
a. Model Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran
3Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi.
4Jadi model problem based learning dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis. Perkembangan siswa tidak
3 Nurhayati Abas. “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.2004.
4 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta : Ar – Ruzz Media, 2013) hlm 215
hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi ini sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut sesuai dengan kemampuan siswa dari hasil pembelajaran dan pengalaman yang dimiliki.
b. Karakteristik Problem Based Learning
Sebagai sebuah model pembelajaran Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik yang membedaknnya dengan yang lain. Menurut Wina Sanjaya terdapat tiga karakteristik dalam PBL yaitu:
51) Aktivitas pembelajaran diarahkan agar siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan,
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran,
5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 214-215
9
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai dengan dengan adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah diketahui dan apa yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang dapat dijadikan fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar kepada siswa seperti kerjasama dalam kelompok, pengalaman memecahakan masalah, dan membuat laporan.
Kerja sama dapat memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas dan meningkatakan kesempatan untuk melakukan penyelidikan.
c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning
Tujuan Problem Based Learning adalah kemampuan untuk berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Sedangkan menurut pendapat lain mengemukakan tujuan model
Problem Based Learning secara lebih rinci yaitu:1) membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah;2)
belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata, dan 3) menjadikan para siswa yang otonom atau mandiri.
Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan tujuan Problem Based Learning adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan menjadi siswa yag otonom atau mandiri.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning
Dalam hal ini terdapat 7 langkah untuk mengaplikasikan problem based learning dalam pembelajaran.
1) Langkah 1 : Mengklarifikasi istilah dan konsep belum jelas Masalah yang diberikan umumnya mengandung fenomena-fenomena yang memang belum dipelajari, barangkali hal-hal yang baru. Karena itu perlu memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang dihadirkan. Memastikan bahwa setiap anggota melihat situasi seperti apa yang ditunjukkan oleh masalah.
2) Langkah 2 : Merumuskan masalah Ingatlah ungkapan :
Merumuskan masalah dengan baik, sebenarnya sebagian dari
penyelesainnya. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut
penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena
itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara
fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas
dahulu.
11
3) Langkah 3 : Menganalisis masalah Pada tahap ini, kelompok mencoba mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Jangan hanya membatasi pada pendiskusian informasi faktual yang ada saja (yang tercantum pada problem), tetapi juga mencoba merumuskan penjelasan yang mungkin dengan nalar anda. Cobalah sekreatif mungkin, dengan meninjau dari berbagai sudut pandang. Di tahap ini, curah gagasan perlu anda lakukan.
4) Langkah 4: Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya. Apa yang dihasilkan di tahap ketiga, dianalisis lebih dalam pada tahap ini. Bagian demi bagian di analisis, dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya. Di tahap ini, anda bias merasakan ada pengetahuan anda sebelumnya yang bermanfaat, dan jadi tahu ada informasi atau pengetahuan yang belum anda miliki untuk menyelesaikan masalah.
5) Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat
merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan pada langkah keempat. Inilah yang akan
menjadi dasar untuk penugasan-penugasan idividu disetiap
kelompok. Tentu saja kelompok harus memprioritaskan dan fokus
pada pembahasan tertentu, tidak semua pertanyaan harus dijawab dengan kedalaman yang sama. Ini juga yang akan memberikan kemungkinan materi pembahasan setiap kelompok berbeda, karena setiap kelompok menaruh perhatian yang berbeda pada masalah yang berbeda.
6) Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar diskusi kelompok) Saat ini anda sudah mengeksplorasi pengetahuan terkait yang anda miliki, anda sudah tau informasi apa yang anda tidak punya, dan anda sudah punyatujuan pembelajaran. Kini saatnya anda harus cari informasi tambahan itu, dan tentukan dimana anda mencarinya.
7) Langkah 7: Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi barudari laporan-laporan individu atau subkelompok, yang dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan nformasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah mampu memahami tentang laporan yang disajikan.
Sekali lagi, pastikan apa yang disampaikan individu atau sub kelompok ada relevansinya dengan tujuan pembelajaran dan problem yang diberikan guru.
66 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 73-79.
13
e. Keunggulan Model Problem Based Learning
Menurut Wina Sanjaya, Problem Based Learning memiliki beberapa keunggulan yaitu:
71) Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran,
2) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa,
3) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,
4) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata,
5) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,
6) Pemecahan masalah (Problem Solving) diangap lebih menyenangkan dan disukai siswa,
7) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru,
7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 220
8) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, sertai. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui Problem Based Learning dapat mendorong siswa untuk melakukan
aktivitas, memberikan kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, lebih menyenangkan dan disukai siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa 2. Hasil Belajar
a) Pengertian Hasil Belajar
Dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan para peserta didik tentunya akan terjadi perubahan dalam diri peserta didik, baik perilaku maupun hasil belajar. Hasil belajar merupakan indicator terhadap kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu mata pelajaran yang telah dipelajari.
Menurut Ahmadi mengatakan bahwa „‟Hasil belajar adalah hasil yang dapat dicapai melalui usaha-usaha belajar yang berupa pengetahuan dan keterampilan.
8Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku serta peserta didik melakukan serangkaian kegiatan belajar yang menyangkut kongnitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
8 Abu Ahmadi, Didaktif Metodik, (Toha Putra, Cetakan ke 1,1982), h.21
15
belajar dan pembelajar dari sisi pendidikan pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dari sisi peserta didik hasil belajar adalah merupakan pengalaman dan puncak hasil belajar.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berkaitan dengan Hasil belajar, tentunya hal ini tidak akan tercapai secara maksimal, baik melalui pengalaman ataupun latihan tanpa disadari oleh diri sendiri, hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT yaitu :
Al-quran surah Ar-Rad (13) Ayat 11, adalah sebagai berikut:
Terjemahnya :
“Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
9Ayat diatas menjelaskan bahwa keberhasilan belajar bisa diusahakan, atau prestasi belajar yang baik bisa dicapai dengan usaha yang gigih dan tidak pernah putus asa.
9Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan Publishing House, 2011), h.251.
b) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana dikemukakan oleh Nana Sudjana bahwa hasil belajar banyak faktor yang terdapat dalam diri individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki mminat dan perhatiannya sedangkan faktor eksternal adalah proses pendidikan dan pengajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan adalah yaitu : Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
10Berdasarkan pada pendapat di atas maka dapat dipahami yang mempengaruhi hasil belajar itu pada dasarnya adalah faktor internal dan eksternal.
Adapun faktor yang mempengaruhi CTL dalam mencapai hasil belajar diantaranya adalah
1. Faktor internal yang meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan),
2. Faktor eksternal meliputi keluarga dan masyarakat.
Menurut Oemar Hamalik bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar itu adalah sebagai berikut :
a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri
10 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru, 2001 ) h.6
17
Faktor yang bersumber dari diri sendiri, yaitu : faktor internal yang sifatnya dari kondisi individu yang bersangkutan. Hal ini dapat berupa :
a) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas b) Kurangnya minat dalam bahan pembelajaran c) Kesehatan sering terganggu
d) Kecakapan mengikuti pelajaran yang rendah e) Kebiasaan belajar yang buruk
f) Kurangnya penguasaan bahasa
Dengan demikian kondisi individu sangat mempengaruhi bagaimana tingkat hasil belajar yang dicapainya.
b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
Faktor dari lingkungan sekolah dapat terjadi dimana lingkungan sekolah yang kurang terkordinir dengan baik mengakibatkan kondisi keberhasilan peserta didik dalam belajar juga terlambat. Hambatlah yang dating dari sekolah khusus guru diantaranya.
a) Cara guru memberikan pelajaran b) Kurangnya bahan bacaan
c) Kurangnya alat dalam pelaksanan pembelajaran (tulis, peraga) d) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik e) Penyelenggara pelajaran yang padat
c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
Keluarga adalah tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama kali
sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, keluarga
sangat berpengaruh terhadap perkembangan, sehingga pendidikan yang pertama dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua menyadari dan mengetahui bahwa tujuan akhir pendidikan yaitu dapat berdiri dengan hasil yang baik.
d. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat
Pendidikan dimasyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung secara tidak sadar baik oleh masyarakat maupun anak didik itu sendiri. Lembaga masyarakat turut membentuk anak dalam mendidik sebagai usaha untuk membentuk sikap sosial, kegunaan serta menambah ilmu pengetahuan.
113. Tinjauan Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga menyingimani ajaran agama islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah
Suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
12Sedangkan Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam kajian ini adalah :
Usaha Sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
11 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan kesulitan-kesulitan Dalam Belajar, ( Bandung, Tarsito,1981,) h.117
12 Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Angkasa. 1992)
19
menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional.
13
Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidkan Agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan siswa untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman kepada Allah SWT dan berakhlak dalam kehidupannya.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
“Tujuan pendidikan agama islam terciptanya manusia yang berakhlak mulia. Itulah tujuan dasar dan utama pendidikan mesti diselenggarakan.
Adapun tujuan-tujuan lainnya hanya bersifat sekunder alias bukan pokok.
Dengan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah), sangat dimungkinkan seseorang melakukan perubahan revolusioner, tidak hanya pada dirinya sendiri, tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga terhadap lingkungannya”.
14Dalam merumuskan tujuan Pendidikan Agam Islam (PAI) ini terdapat beberapa versi yang merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai berikut :
a) Tujuan umum Pendidikan Agama Islam (PAI) secara umum yaitu bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama islam, sebab iman yang teguh akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Ad-dzariyat: 56 yang berbunyi:
13 Ahmad Tafsir, Pengertian Pendidikan Islam dalam Konsep al-Qur`an , (Jakarta : Rineka Cipta, 1992). H. 75
14Zainal Abidin Bagir, et al., Integrasi Ilmu dan Agama: Interprestasi dan Aksi (Bandung: Mizan,2005), h.76.
Terjemahan:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
15Sehingga diharapkan dengan adanya Pendidikan Agama Islam (PAI) bisa menjadikan muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Menurut Ali Asyraf mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk menyeimbangkan kepribadian total manusia melalui spiritual, intelektual, rasional, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek untuk mencapai kesempurnaan”.
16Dari definisi perumusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di atas bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah berusaha mewujudkan manusia ideal menurut citra islam, yakni realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perseorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhannya seperti yang terkandung dalam firman Allah dalam Q.S. Al-an‟am: 162
15 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, op.cit. h. 523.
16 Ali Asyraf, Horison Baru Pndidikan Islam,terj. Sori Siregar (Bandung: Pustaka Firdaus, 1996),h. 2
21
Terjemahan:
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
17“Pada dasarnya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh unsur pokok yaitu: al-qur-an, syari‟ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah islam) yang menekankan pada perkembangna politik.
Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi 5 unsur pokok yaitu: al- qur‟an hadits, keimanan, fiqih, dan bimbingan ibadah, akhlak, serta tarikh atau sejarah islam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan”.
18c. Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Landasan atau dasar yang menjadi acuan Pendidikan Agama Islam harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan, nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal yang dapat diasumsikan untuk keseluruhan aspek kehidupan manusia, serta meruapakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini telahberlangsung.
Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi menjadi Tiga kategori yaitu:
a) Al-qur‟an
Pada dasarnya Al-qur‟an adalah perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Pada umumnya
17Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, op.cit, h. 150
18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 79
merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril dan spiritual.
Seorang muslim dibekali kitab Al-qur‟an sebagai kitab suci yang mana ada misi tersirat di dalamnya agar mereka menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan firman Allah dalam Qur‟an Surat Al-baqarah ayat 31 yang berbunyi:
Terjemahan:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda- benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar!".
19b) Hadits
“Hadits adalah (pembicaraan, periwayatan, pernyataan) secara khusu merupakan penuturan yang didasarkan pada perbuatan dan perkataan Nabi Muhammad sebagaimana yang dituturkan kembali oleh para sahabatnya”.
20Nabi Muhammad sebagai suri teladan, telah memberikan contoh pada umatnya dalam segala aspek kehidupan, begitu juga dalam hal pendidikan danpembelajaran.
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit.h. 6
20Abd. Wahid, Pengantar Ulumul Hadits , (banda Aceh: PeNa BandaAceh,2017), h.5.
23
Konsepsi dasar pendidikan dicetuskan dan dicontohkan nabi Muhammad SAW pada umatnya memiliki corak sebagai berikut:
1) Disampaikan sebagai rahmatan lil‟alamin (rahmat bagi seluruh semesta alam).
2) Disampaikan secara universal.
3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran secaramutlak.
4) Perilaku nabi tercermin sebagai uswatun hasanah.
5) Masalah teknik praktek dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan penuh padaumatnya.
Dalam konteks ini merupakan fakta bahwa Islam sangat mementingkan pendidikan dan pembelajaran.
Berdasarkan dengan beberapa konsep diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan agama islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan
kegiatan mengalihkan pengalaman, pengetahuan dan kecakapannya oleh
pendidik terhadap peserta didik untuk mengarahkan menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur dan
berkepribadian yang utuh, yang mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertaqwa dan berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran-ajaran dalam
kehidupan sehahari-hari dan juga akan mengarahkan manusia dalam kehidupan
yang lebih baik, yang akhirnya dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam pada materi Fiqih melalui Problem Based Learning. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri atas empat tahap yaiyu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang selanjutnya tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam satu siklus kegiatan.
21B. Lokasi dan Objek Penelitian
Peneliti mengambil lokasi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Adapun Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan.
C. Faktor yang diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan ini, ada beberapa faktor yang diselidiki, yaitu :
1) Faktor siswa yaitu melihat persentase kehadiran siswa, siswa yang bertanya materi pelajaran, siswa yang menyelesaikan tugas dan siswa yang melakukan kegiatan lain saat proses belajar mengajar berlangsung.
21 Arikunto S, Suharjono dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta. 2006
2) Faktor proses yaitu melihat keaktifan siswa, interaksi siswa dengan guru maupun interaksi siswa dengan siswa lainnya dalam proses belajar mengajar 3) Faktor hasil yaitu melihat hasil belajar dengan menggunakan metode Problem
Based Learning.
D. Prosedur Penelitian
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I a. Perencanaan
1) Menelaah kurikulum
2) Mengidentifikasi satu pokok bahasan yang sesuai dengan pokok bahasan pada saat itu dan selanjutnya membuat rencana pembelajaran
3) Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu dilaksanakan tes awal untuk mengukur hasil belajar siswa
4) Membuat pedoman observasi
5) Membuat tes hasil belajar untuk melihat kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan
b. Pelaksanaan tindakan
1) Memulai proses belajar mengajar dengan menjelaskan kepada siswa berdasarkan materi yang diajarkan
2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun
3) Menjelaskan materi
26
4) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
5) Memberikan ulangan harian 1 pada siklus pertama c. Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk melihat hasil belajar siswa selama pelaksanaan siklus I, kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus kedua.
2. Siklus II
Langkah yang dilakukan pada siklus II pada umumnya sama seperti
kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan melakukan beberapa
perbaikan seperti, mengamati siswa lebih tegas dan memberikan teguran
bagi siswa yang kurang disiplin, untuk siswa yang hasil belajarnya rendah
dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal diberikan bimbingan
khusus dikelas dan diberi kesempatan untuk mengerjakan soal latihan agar
siswa dapat lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran Fiqih. Hasil
yang diperoleh dari Siklus II ini diharapkan agar lebih baik dari siklus I.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dari kegiatan penelitiannya.Instrumen penelitian ini dapat menguji atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan”.
22Adapun yang menjadi instrumen penelitian ini yaitu:
1) Observasi atau Pengamatan
Alat yang digunakan dalam observasi adalah pedoman observasi.Pedoman observasi adalah catatan yang berisi petunjuk dalam membuat sebuah pengamatan, khususnya pengamatan proses pembelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Problem Based Learning.
2) Tes
“Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan”.
233) PreTes
PreTest dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa serta hasil belajar pada media yang digunakan oleh Peneliti sebelum penerapan Metode Pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih.
22M. Subhana, dkk, Statistika Pendidikan (Bandung: Putaka Setia, 2000), h. 30.
23Asep jihad dan Abdul haris Evaluasi Pembelajaran ( cet 1;Yogyakarta;Multi Pressindo,2012) h.67