• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MATERI FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH

ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar

Oleh Rahmat Hidayat

105 19 11013 16

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

SURAT PERNYATAAN

(2)

2

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rahmat Hidayat NIM : 105 19 11013 16

Prodi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapapun ).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 20 November 2020 Yang membuat pernyataan

Rahmat Hidayat NIM: : 105 19 11013 16

iii

(3)

ABSTRAK

Rahmat Hidayat 105 19 11013 16, 2020. Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Dibimbing Oleh Nurhidaya Muchtar dan Ya`kub.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri dari empat yahap, yaitu Perencanaan, pelaksanaan tindakan, Observasi dan Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan.

Hasil dari penelitian in,i menunjukkan bahwa 1.) pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan 22 orang atau 70,97 %. orang dan siswa yang tidak tuntas 9 orang atau 29,03 % orang sedangkan pada siklus II semua siswa yang mencapai ketuntasan yaitu 31 orang atau 100 %. Implementasi Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI Materi Fiqih, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang di inginkan peneliti pada awal peneliti sudah tercapai sehingga, peneliti ini dapat dikatakan berhasil dan tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.

Kata Kunci : Implementasi Model Problem Based Learning, Hasil Belajar,PAI.

iv

(4)

4

Moto

Dunia bukanlah akhir dari segalanya

Melainkan hanya persinggahan dari sebuah Perjalanan yang panjang untuk kembali Kepada sang pencipta…..

Kupersembahkan untuk………..

Kedua orang tuakudan saudara saudaraku yang menjadi pendorong dalam

mencapai keberhasilanku

v

(5)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Implementasi Problem Based Learning ... 7

B. Hasil Belajar ... 14

C. Tinjauan Pendidikan Agama Islam ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 24

C. Faktor yang diselidiki ... 24

D. Prosedur Penelitian... 25

E. Instrumen Penelitian... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 28

vi

(6)

6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Refleksi ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN DOKUMENTASI

vii

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000 ... 29

Tabel 4.1.Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus ... 31

Tabel 4.2 Distibusi Hasil Kemampuan Siswa Siklus I ... 32

Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 33

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II ... 34

Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Siswa siklus II ... 35

Tabel 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ... 36

Tabel 4.7 Distribusi Skor Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II ... 37

Tabel 4.8 Hasil observasi sikap siswa siklus I ... 38

Tabel 4.9 Hasil observasi sikap siswa siklus II ... 40

viii

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, sehat jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.

Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran – ukuran Islam.

1

Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama islam sehingga ia mampu mengamalkan syariat islam sesuai pengetahuan yang dimiliki.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara berbagai komponen yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lain. Masing- masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa adalah komponen yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar, karena yang harus mencapai tujuan penting dalam pembelajaran adalah siswa yang belajar. Maka pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru agar dapat menciptakan situasi yang tepat sert memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk dapat belajar dan mendaptkan hasil belajar yang maksimal. Guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan

1 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Sukses Offset, 2011), h. 23.

(9)

mengena pada tujuan yang diharapkan. Hal penting yang harus diperhatikan adalah menempatkan kelas sebagai ruang belajar yang mendidik, memberi kepuasan tersendiri, dan menghasilkan praktik pendidikan yang bermutu.

2

Berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan, salah satunya adalah memilih dan menentukan gaya belajar yang sesuai dengan materi dan tidak membuat siswa bosan dalam pembelajaran. Salah satu kendala bagi siswa saat belajar adalah kesulitan dalam menahami, mengulang atau mengingat kembali materi yang dibaca.

Karena mereka hanya membaca dan tidak mampu mengingat kembali ketika ditanyakan kembali materi yang telah dibacanya. Mereka membutuhkan sebuah cara atau jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah mereka hadapi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa keluardari masalah mereka adalah dengan menuntun belajar membaca materi dengan metode atau cara yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Karena dianggap gaya membaca materi yang biasa dilakukan oleh siswa kurang efektif jika masih diterapkan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, diperoleh hasil bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih yang disampaikan cederung dikuasai oleh guru dengan metode ceramahnya yang monoton, Siswa cenderung pasif ketika proses

2 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta : GP Press Group, 2013) h. 208.

(10)

3

pembelajaran berlangsung. Siswa mengantuk dan bosan saat guru menjelaskan materi serta hasil nilai belajar siswa yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Hal tersebut disebabkan karena kurang bervariasinya penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan kondisi siswa.

Keadaan ini sangatlah tidak menguntungkan terutama bagi peserta didik dalam pencapaian hasil belajar mereka. teruangkap juga masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru ketika proses penjelasan.

Mereka membutuhkan sebuah cara atau jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah mereka hadapi. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa keluar dari masalah mereka adalah dengan menuntun belajar membaca materi dengan model pembelajaran yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Karena dianggap gaya membaca materi yang biasa dilakukan oleh siswa kurang efektif jika masih diterapkan.

Berdasarkan kondisi tersebut siswa membutuhkan inovasi model pembelajaran baru untuk merangsang daya tarik siswa dalam meningkatkan hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih. Salah satu alternatif guru dalam proses pembelajaran di kelas dalam Penerapan Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada materi Fiqih di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Cambajawaya. Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran

dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah

(11)

autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tersebut sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul “Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dapat

ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa

Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan

Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa

(12)

5

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat SMA maupun di madrasah Aliyah dan upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran yang semakin besar serta meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih.

b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam menyusun karya ilmiyah secara sistematik, serta lebih paham tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan penerapan dalam pembelajaran. Serta kedepannya dapat dipahami tentang model yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar sehingga menciptakan suasana yang efektif.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Dapat dijadikan bahan informasi pada guru dalam memilih model

pembelajaran yang efektif dan diharapkan dapat meningkatkan hasil

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih.

(13)

b. Bagi Siswa

1) Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan proaktif dalam belajar sehingga segala permasalahan dalam proses belajar mengajar dapat dipecahkan secara bersama melalui metode pembelajaran yang digunakan.

2) Meningkatkan hasil, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam

interaksi proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam serta

dapat menjadikan siswa berfikir mandiri, kreatif dan inovatif.

(14)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Implementasi Problem Based Learning

a. Model Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran

3

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi.

4

Jadi model problem based learning dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis. Perkembangan siswa tidak

3 Nurhayati Abas. “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.2004.

4 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta : Ar – Ruzz Media, 2013) hlm 215

(15)

hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi ini sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.

Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut sesuai dengan kemampuan siswa dari hasil pembelajaran dan pengalaman yang dimiliki.

b. Karakteristik Problem Based Learning

Sebagai sebuah model pembelajaran Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik yang membedaknnya dengan yang lain. Menurut Wina Sanjaya terdapat tiga karakteristik dalam PBL yaitu:

5

1) Aktivitas pembelajaran diarahkan agar siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan,

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran,

5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 214-215

(16)

9

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai dengan dengan adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah diketahui dan apa yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang dapat dijadikan fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar kepada siswa seperti kerjasama dalam kelompok, pengalaman memecahakan masalah, dan membuat laporan.

Kerja sama dapat memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas dan meningkatakan kesempatan untuk melakukan penyelidikan.

c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan Problem Based Learning adalah kemampuan untuk berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Sedangkan menurut pendapat lain mengemukakan tujuan model

Problem Based Learning secara lebih rinci yaitu:1) membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah;2)

belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam

(17)

pengalaman nyata, dan 3) menjadikan para siswa yang otonom atau mandiri.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan tujuan Problem Based Learning adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan menjadi siswa yag otonom atau mandiri.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

Dalam hal ini terdapat 7 langkah untuk mengaplikasikan problem based learning dalam pembelajaran.

1) Langkah 1 : Mengklarifikasi istilah dan konsep belum jelas Masalah yang diberikan umumnya mengandung fenomena-fenomena yang memang belum dipelajari, barangkali hal-hal yang baru. Karena itu perlu memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang dihadirkan. Memastikan bahwa setiap anggota melihat situasi seperti apa yang ditunjukkan oleh masalah.

2) Langkah 2 : Merumuskan masalah Ingatlah ungkapan :

Merumuskan masalah dengan baik, sebenarnya sebagian dari

penyelesainnya. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut

penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena

itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara

fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas

dahulu.

(18)

11

3) Langkah 3 : Menganalisis masalah Pada tahap ini, kelompok mencoba mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Jangan hanya membatasi pada pendiskusian informasi faktual yang ada saja (yang tercantum pada problem), tetapi juga mencoba merumuskan penjelasan yang mungkin dengan nalar anda. Cobalah sekreatif mungkin, dengan meninjau dari berbagai sudut pandang. Di tahap ini, curah gagasan perlu anda lakukan.

4) Langkah 4: Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya. Apa yang dihasilkan di tahap ketiga, dianalisis lebih dalam pada tahap ini. Bagian demi bagian di analisis, dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya. Di tahap ini, anda bias merasakan ada pengetahuan anda sebelumnya yang bermanfaat, dan jadi tahu ada informasi atau pengetahuan yang belum anda miliki untuk menyelesaikan masalah.

5) Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat

merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan pada langkah keempat. Inilah yang akan

menjadi dasar untuk penugasan-penugasan idividu disetiap

kelompok. Tentu saja kelompok harus memprioritaskan dan fokus

(19)

pada pembahasan tertentu, tidak semua pertanyaan harus dijawab dengan kedalaman yang sama. Ini juga yang akan memberikan kemungkinan materi pembahasan setiap kelompok berbeda, karena setiap kelompok menaruh perhatian yang berbeda pada masalah yang berbeda.

6) Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar diskusi kelompok) Saat ini anda sudah mengeksplorasi pengetahuan terkait yang anda miliki, anda sudah tau informasi apa yang anda tidak punya, dan anda sudah punyatujuan pembelajaran. Kini saatnya anda harus cari informasi tambahan itu, dan tentukan dimana anda mencarinya.

7) Langkah 7: Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi barudari laporan-laporan individu atau subkelompok, yang dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan nformasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah mampu memahami tentang laporan yang disajikan.

Sekali lagi, pastikan apa yang disampaikan individu atau sub kelompok ada relevansinya dengan tujuan pembelajaran dan problem yang diberikan guru.

6

6 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 73-79.

(20)

13

e. Keunggulan Model Problem Based Learning

Menurut Wina Sanjaya, Problem Based Learning memiliki beberapa keunggulan yaitu:

7

1) Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran,

2) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa,

3) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,

4) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata,

5) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,

6) Pemecahan masalah (Problem Solving) diangap lebih menyenangkan dan disukai siswa,

7) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru,

7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 220

(21)

8) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, sertai. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui Problem Based Learning dapat mendorong siswa untuk melakukan

aktivitas, memberikan kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, lebih menyenangkan dan disukai siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa 2. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan para peserta didik tentunya akan terjadi perubahan dalam diri peserta didik, baik perilaku maupun hasil belajar. Hasil belajar merupakan indicator terhadap kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu mata pelajaran yang telah dipelajari.

Menurut Ahmadi mengatakan bahwa „‟Hasil belajar adalah hasil yang dapat dicapai melalui usaha-usaha belajar yang berupa pengetahuan dan keterampilan.

8

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku serta peserta didik melakukan serangkaian kegiatan belajar yang menyangkut kongnitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

8 Abu Ahmadi, Didaktif Metodik, (Toha Putra, Cetakan ke 1,1982), h.21

(22)

15

belajar dan pembelajar dari sisi pendidikan pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dari sisi peserta didik hasil belajar adalah merupakan pengalaman dan puncak hasil belajar.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Berkaitan dengan Hasil belajar, tentunya hal ini tidak akan tercapai secara maksimal, baik melalui pengalaman ataupun latihan tanpa disadari oleh diri sendiri, hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT yaitu :

Al-quran surah Ar-Rad (13) Ayat 11, adalah sebagai berikut:









































































Terjemahnya :

“Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

9

Ayat diatas menjelaskan bahwa keberhasilan belajar bisa diusahakan, atau prestasi belajar yang baik bisa dicapai dengan usaha yang gigih dan tidak pernah putus asa.

9Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan Publishing House, 2011), h.251.

(23)

b) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana dikemukakan oleh Nana Sudjana bahwa hasil belajar banyak faktor yang terdapat dalam diri individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki mminat dan perhatiannya sedangkan faktor eksternal adalah proses pendidikan dan pengajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan adalah yaitu : Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

10

Berdasarkan pada pendapat di atas maka dapat dipahami yang mempengaruhi hasil belajar itu pada dasarnya adalah faktor internal dan eksternal.

Adapun faktor yang mempengaruhi CTL dalam mencapai hasil belajar diantaranya adalah

1. Faktor internal yang meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan),

2. Faktor eksternal meliputi keluarga dan masyarakat.

Menurut Oemar Hamalik bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar itu adalah sebagai berikut :

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri

10 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru, 2001 ) h.6

(24)

17

Faktor yang bersumber dari diri sendiri, yaitu : faktor internal yang sifatnya dari kondisi individu yang bersangkutan. Hal ini dapat berupa :

a) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas b) Kurangnya minat dalam bahan pembelajaran c) Kesehatan sering terganggu

d) Kecakapan mengikuti pelajaran yang rendah e) Kebiasaan belajar yang buruk

f) Kurangnya penguasaan bahasa

Dengan demikian kondisi individu sangat mempengaruhi bagaimana tingkat hasil belajar yang dicapainya.

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

Faktor dari lingkungan sekolah dapat terjadi dimana lingkungan sekolah yang kurang terkordinir dengan baik mengakibatkan kondisi keberhasilan peserta didik dalam belajar juga terlambat. Hambatlah yang dating dari sekolah khusus guru diantaranya.

a) Cara guru memberikan pelajaran b) Kurangnya bahan bacaan

c) Kurangnya alat dalam pelaksanan pembelajaran (tulis, peraga) d) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik e) Penyelenggara pelajaran yang padat

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Keluarga adalah tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama kali

sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, keluarga

(25)

sangat berpengaruh terhadap perkembangan, sehingga pendidikan yang pertama dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua menyadari dan mengetahui bahwa tujuan akhir pendidikan yaitu dapat berdiri dengan hasil yang baik.

d. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

Pendidikan dimasyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung secara tidak sadar baik oleh masyarakat maupun anak didik itu sendiri. Lembaga masyarakat turut membentuk anak dalam mendidik sebagai usaha untuk membentuk sikap sosial, kegunaan serta menambah ilmu pengetahuan.

11

3. Tinjauan Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga menyingimani ajaran agama islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah

Suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

12

Sedangkan Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam kajian ini adalah :

Usaha Sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

11 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan kesulitan-kesulitan Dalam Belajar, ( Bandung, Tarsito,1981,) h.117

12 Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Angkasa. 1992)

(26)

19

menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional.

13

Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidkan Agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan siswa untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman kepada Allah SWT dan berakhlak dalam kehidupannya.

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

“Tujuan pendidikan agama islam terciptanya manusia yang berakhlak mulia. Itulah tujuan dasar dan utama pendidikan mesti diselenggarakan.

Adapun tujuan-tujuan lainnya hanya bersifat sekunder alias bukan pokok.

Dengan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah), sangat dimungkinkan seseorang melakukan perubahan revolusioner, tidak hanya pada dirinya sendiri, tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga terhadap lingkungannya”.

14

Dalam merumuskan tujuan Pendidikan Agam Islam (PAI) ini terdapat beberapa versi yang merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai berikut :

a) Tujuan umum Pendidikan Agama Islam (PAI) secara umum yaitu bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama islam, sebab iman yang teguh akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Ad-dzariyat: 56 yang berbunyi:

13 Ahmad Tafsir, Pengertian Pendidikan Islam dalam Konsep al-Qur`an , (Jakarta : Rineka Cipta, 1992). H. 75

14Zainal Abidin Bagir, et al., Integrasi Ilmu dan Agama: Interprestasi dan Aksi (Bandung: Mizan,2005), h.76.

(27)















Terjemahan:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

15

Sehingga diharapkan dengan adanya Pendidikan Agama Islam (PAI) bisa menjadikan muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Menurut Ali Asyraf mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk menyeimbangkan kepribadian total manusia melalui spiritual, intelektual, rasional, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek untuk mencapai kesempurnaan”.

16

Dari definisi perumusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di atas bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah berusaha mewujudkan manusia ideal menurut citra islam, yakni realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perseorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhannya seperti yang terkandung dalam firman Allah dalam Q.S. Al-an‟am: 162

 







15 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, op.cit. h. 523.

16 Ali Asyraf, Horison Baru Pndidikan Islam,terj. Sori Siregar (Bandung: Pustaka Firdaus, 1996),h. 2

(28)

21













Terjemahan:

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

17

“Pada dasarnya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh unsur pokok yaitu: al-qur-an, syari‟ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah islam) yang menekankan pada perkembangna politik.

Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi 5 unsur pokok yaitu: al- qur‟an hadits, keimanan, fiqih, dan bimbingan ibadah, akhlak, serta tarikh atau sejarah islam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan”.

18

c. Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Landasan atau dasar yang menjadi acuan Pendidikan Agama Islam harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan, nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal yang dapat diasumsikan untuk keseluruhan aspek kehidupan manusia, serta meruapakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini telahberlangsung.

Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi menjadi Tiga kategori yaitu:

a) Al-qur‟an

Pada dasarnya Al-qur‟an adalah perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Pada umumnya

17Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, op.cit, h. 150

18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 79

(29)

merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril dan spiritual.

Seorang muslim dibekali kitab Al-qur‟an sebagai kitab suci yang mana ada misi tersirat di dalamnya agar mereka menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan firman Allah dalam Qur‟an Surat Al-baqarah ayat 31 yang berbunyi:

































Terjemahan:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda- benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar!".

19

b) Hadits

“Hadits adalah (pembicaraan, periwayatan, pernyataan) secara khusu merupakan penuturan yang didasarkan pada perbuatan dan perkataan Nabi Muhammad sebagaimana yang dituturkan kembali oleh para sahabatnya”.

20

Nabi Muhammad sebagai suri teladan, telah memberikan contoh pada umatnya dalam segala aspek kehidupan, begitu juga dalam hal pendidikan danpembelajaran.

19

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit.h. 6

20Abd. Wahid, Pengantar Ulumul Hadits , (banda Aceh: PeNa BandaAceh,2017), h.5.

(30)

23

Konsepsi dasar pendidikan dicetuskan dan dicontohkan nabi Muhammad SAW pada umatnya memiliki corak sebagai berikut:

1) Disampaikan sebagai rahmatan lil‟alamin (rahmat bagi seluruh semesta alam).

2) Disampaikan secara universal.

3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran secaramutlak.

4) Perilaku nabi tercermin sebagai uswatun hasanah.

5) Masalah teknik praktek dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan penuh padaumatnya.

Dalam konteks ini merupakan fakta bahwa Islam sangat mementingkan pendidikan dan pembelajaran.

Berdasarkan dengan beberapa konsep diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pendidikan agama islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan

kegiatan mengalihkan pengalaman, pengetahuan dan kecakapannya oleh

pendidik terhadap peserta didik untuk mengarahkan menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur dan

berkepribadian yang utuh, yang mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertaqwa dan berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran-ajaran dalam

kehidupan sehahari-hari dan juga akan mengarahkan manusia dalam kehidupan

yang lebih baik, yang akhirnya dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

(31)
(32)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama

Islam pada materi Fiqih melalui Problem Based Learning. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri atas empat tahap yaiyu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang selanjutnya tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam satu siklus kegiatan.

21

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Peneliti mengambil lokasi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Adapun Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan.

C. Faktor yang diselidiki

Untuk mampu menjawab permasalahan ini, ada beberapa faktor yang diselidiki, yaitu :

1) Faktor siswa yaitu melihat persentase kehadiran siswa, siswa yang bertanya materi pelajaran, siswa yang menyelesaikan tugas dan siswa yang melakukan kegiatan lain saat proses belajar mengajar berlangsung.

21 Arikunto S, Suharjono dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta. 2006

(33)

2) Faktor proses yaitu melihat keaktifan siswa, interaksi siswa dengan guru maupun interaksi siswa dengan siswa lainnya dalam proses belajar mengajar 3) Faktor hasil yaitu melihat hasil belajar dengan menggunakan metode Problem

Based Learning.

D. Prosedur Penelitian

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I a. Perencanaan

1) Menelaah kurikulum

2) Mengidentifikasi satu pokok bahasan yang sesuai dengan pokok bahasan pada saat itu dan selanjutnya membuat rencana pembelajaran

3) Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu dilaksanakan tes awal untuk mengukur hasil belajar siswa

4) Membuat pedoman observasi

5) Membuat tes hasil belajar untuk melihat kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan

b. Pelaksanaan tindakan

1) Memulai proses belajar mengajar dengan menjelaskan kepada siswa berdasarkan materi yang diajarkan

2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun

3) Menjelaskan materi

(34)

26

4) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

5) Memberikan ulangan harian 1 pada siklus pertama c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk melihat hasil belajar siswa selama pelaksanaan siklus I, kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus kedua.

2. Siklus II

Langkah yang dilakukan pada siklus II pada umumnya sama seperti

kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan melakukan beberapa

perbaikan seperti, mengamati siswa lebih tegas dan memberikan teguran

bagi siswa yang kurang disiplin, untuk siswa yang hasil belajarnya rendah

dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal diberikan bimbingan

khusus dikelas dan diberi kesempatan untuk mengerjakan soal latihan agar

siswa dapat lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran Fiqih. Hasil

yang diperoleh dari Siklus II ini diharapkan agar lebih baik dari siklus I.

(35)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dari kegiatan penelitiannya.Instrumen penelitian ini dapat menguji atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan”.

22

Adapun yang menjadi instrumen penelitian ini yaitu:

1) Observasi atau Pengamatan

Alat yang digunakan dalam observasi adalah pedoman observasi.Pedoman observasi adalah catatan yang berisi petunjuk dalam membuat sebuah pengamatan, khususnya pengamatan proses pembelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Problem Based Learning.

2) Tes

“Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan”.

23

3) PreTes

PreTest dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa serta hasil belajar pada media yang digunakan oleh Peneliti sebelum penerapan Metode Pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih.

22M. Subhana, dkk, Statistika Pendidikan (Bandung: Putaka Setia, 2000), h. 30.

23Asep jihad dan Abdul haris Evaluasi Pembelajaran ( cet 1;Yogyakarta;Multi Pressindo,2012) h.67

(36)

28

4) Post Test

Post Test. Tes penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data penelitianya. Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1) Teknik Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dengan penggunaan metode Problem Based Learning.

2) Teknik Evaluasi tertulis digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang dilakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan.

3) Interview, dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara interview atau wawancara terpimpin atau interview dengan menggunakan pedoman wawancara

G. Teknik Analisis Data

Data tentang hasil observasi secara kualitatif, sedangkan data tes hasil

belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan

(37)

statistic deskriptif. Untuk keperluan analisis statistic deskriptif, maka digunakan table distribusi rata-rata.

Tabel 3.1

Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000.

No Nilai Kategorisasi

1 0-34 Sangat Rendah

2 35-54 Rendah

3 55-64 Sedang

4 65-84 Tinggi

5 85-100 Sangat tinggi

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua jenis,

yaitu indikator hasil belajar dan indikator proses belajar. Berdasarkan indikator

hasil belajar peneliti dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa

setelah diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning pada mata

pelajaran Fiqih. Apabila terdapat 75% siswa yang mendapat nilai minimal 75

sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang digunakan oleh Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya, maka kelas dianggap tuntas secara

klasikal. Sementara itu untuk indikator proses pembelajaran meningkat apabila

munculnya rasa ingin tahu siswa untuk bertanya, mendorong siswa secara aktif

dan kreatif, mencari informasi, data dan mencari jawaban atas pertanyaan.

(38)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penelitian mengenai Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus.

1. Analisis Kuantitatif

a. Analisis Deskriptif Siklus I

Pada Siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan

harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun analisis

deskriptif skor perolehan nilai Siswa melalui dapat dilihat pada tabel 1

berikut: Model Problem Based Learning Siswa Kelas X Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo

Selatan Kabupaten Gowa

(39)

Tabel 4.1.

Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus I

STATISTIK NILAI STATISTIK

Subyek

Skor Ideal

Skor Tertinggi

Skor Terendah

Rentang Skor

Skor Rata-Rata

31

100

85

50

85-50

70,96

Tabel 4.1 menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada akhir siklus I adalah dari skor ideal 100 Skor tertinggi 85 dan skor terendah adalah 50 dengan skor rata-rata mencapai 70,96 dengan standar deviasi 13,32 dan dengan rentang skor 85-50 yang berarti hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada Materi Fiqih yang dicapai siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya tersebar dari skor terendah 50 sampai 85 .

Apabila skor kemampuan siswa pada siklus I dikelompokkan ke dalam

lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan

pada tabel 2 berikut ini.

(40)

32

Tabel 4.2

Distibusi Frekuensi dan Persentase Hasil Kemampuan Siswa Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 31 siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa pada kategori sangat rendah tidak ada atau 0% siswa, pada kategori rendah ada 3 siswa atau sekitar 9,68%, kemudian pada kategori sedang terdapat 9 siswa atau sekitar 29,03, pada kategori tinggi terdapat 12 siswa atau sekitar 38,71 %, dan pada kategori sangat tinggi 7 siswa atau sekitar 22,58

%.

No

Interval Skor

Kategori Frekuensi Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34

35 - 54

55 - 64

65 - 84

85 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

0

3

9

12

7

0

9,68

29,03

38,71

22,58

Jumlah 31 100

(41)

Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Skor Frekuensi Persentase Kategori

0– 69 9 29,03 % Tidak tuntas

70 – 100 22 70,97 % Tuntas

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu pada kategori tidak tuntas mencapai 9 orang atau 29,03 % sedangkan pada kategori tuntas mencapai 22 orang atau 70,97 %.

b. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II

Hasil analisis deskriptif terhadap skor hasil belajar Pendidikan Agama

Islam pada materi Fiqih setelah diterapkan Model Problem Based

Learning selama berlangsungnya siklus II terdapat pada Tabel 3 berikut:

(42)

34

Tabel 4.4

Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II

STATISTIK NILAI STATISTIK

Subyek Skor Ideal Skor Tertinggi Skor Terendah Rentang Skor Skor Rata-rata

31 100 100 75 100-75

84,51

Tabel 4.4 menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar PAI Materi Fiqih siswa pada akhir siklus II adalah 84,51 dari skor ideal 100. Skor tertinggi 100 dan skor terendah adalah 75 dan rentang skor 75-100 yang berarti hasil belajar PAI yang dicapai siswa Kelas Model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tersebar dari skor 75 sampai 100.

Jika skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori,

maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 4

berikut ini:

(43)

Tabel 4.5.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa siklus II

No

Interval

Skor

Kategori Frekuensi

Persentase (%)

1 2 3 4 5

0 – 34 35 - 54 55 - 64 65 - 84 85 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 0 0 18 13

0 0 0 58,06 41,94

JUMLAH 31 100

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 31 siswa hasil belajar PAI yang dicapai melalui Model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tidak terdapat kategori sangat rendah dan pada kategori rendah tidak ada atau 0% siswa dan kategori sedang juga tidak ada atau 0%. kemudian pada pada kategori tinggi terdapat 18 siswa atau sekitar 58,06 %, dan pada kategori sangat tinggi 13 siswa atau sekitar 41,94 %.

Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus II dianalisis, maka persentase

ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6.

(44)

36

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Skor Frekuensi Persentase Kategori

0– 69 0 0 % Tidak tuntas

70 – 100 31 100 % Tuntas

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II yaitu pada kategori tidak tuntas mencapai 0 orang atau 100

% sedangkan pada kategori tuntas mencapai 31 orang atau 100 %. ini artinya terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II dan semakin menguatkan bahwa penerapan Model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dapat meningkatkan

hasil belajar PAI materi Fiqih. Selanjutnya Tabel 4.7. memperlihatkan

peningkatan hasil belajar siswa setelah digunakan Model Problem Based

Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dalam proses belajar

mengajar pada Tes Siklus I, dan Siklus II.

(45)

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil pada Siklus I dan Siklus II

No

Interval Skor

Kategori

FREKUENSI PERSENTASE

(%)

Siklus I Siklus II

Siklus I

Siklus II 1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34 35 - 54 55 - 64 65 - 84 85 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 3 9 12

7

0 0 0 18 13

0 9,68 29,03 38,71 22,58

0 0 0 58,06 41,94

Jumlah 31 31 100 100

Dari hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada Tes Akhir Siklus I adalah 70,96 dan mengalami peningkatan pada Tes Akhir Siklus II, yaitu 84,51. Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi Fiqih setelah diterapkan model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa

2. Analisis Kualitatif

Data kualitatif merupakan data sikap siswa yakni diperoleh melalui

lembar observasi dan tanggapan siswa. Lembar observasi pelaksanaan

(46)

38

pembelajaran dengan model hasil belajar PAI yang dicapai siswa Kelas Model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa terdiri atas dua, yaitu lembar observasi siklus I dan lembar observasi siklus II. Lembar observasi siklus I, merupakan gambaran sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus I. Sedangkan lembar obsevasi siklus II merupakan gambaran sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus II.

Berikut ini analisis tanggapan siswa dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan II.

a. Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I

Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Fiqih diperoleh melalui lembar observasi.

Adapun deskriptif tentang sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus I ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 4.8

Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I No Komponen yang diamati

Pertemuan

I II III Persentase

1 Jumlah siswa yang hadir pada

saat kegiatan pembelajaran 27 28 28 89,24

(47)

2 Siswa yang memperhatikan pada

saat proses pembelajaran 25 24 26 80,64

3

Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)

6 4 5 16,12

4 4

Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti.

5 5 6 16,12

5

Siswa yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan tugas

10 8 5 24,73

6

Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran

24 25 27 81.72

Pada Tabel 4.8, diperoleh bahwa pada siklus I dari 31 yang hadir pada

saat kegiatan pembelajaran sebanyak 89,24%, siswa memperhatikan pada

saat proses pembelajaran sebanyak 80,64%; Siswa yang melakukan

aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)

mencapai 16,12%; Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang

belum dimengerti adalah 16,12%, Siswa yang masih perlu bimbingan

dalam mengerjakan tugas sebanyak 24,73%; Siswa yang memperhatikan

penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran 81,72%

(48)

40

b. Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II

Data tentang sikap siswa selama mengikuti pelajaran PAI materi Fiqih pada siklus II ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.9

Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus II No Komponen yang diamati

Pertemuan

I II III Persentase

1 Jumlah siswa yang hadir pada

saat kegiatan pembelajaran 28 30 30 94,62

2 Siswa yang memperhatikan

pada saat proses pembelajaran 26 28 29 89,24

3

Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)

3 2 2 7,52

4 4

Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti.

6 4 5 16,12

5

Siswa yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan tugas

5 6 5 17,20

6

Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran

28 28 30 92,47

(49)

Pada Tabel 4.9, diperoleh bahwa pada siklus II dari 31 siswa, siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 89,24%, siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran 89,24 % Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) mencapai 7,52%; Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti adalah 16,12%; Siswa yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan tugas sebanyak 17,20%; Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran 92,47%.

B. Refleksi

Dari hasil analisis terhadap refleksi atau tanggapan siswa, dapat disimpulkan ke dalam kategori sebagai berikut:

a. Pendapat siswa tentang pelajaran PAI

Pada umumnya siswa menganggap bahwa mata pelajaran PAI sebagai mata pelajaran yang menyenangkan. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh siswa, diantaranya adalah PAI bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari..

b. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning

Secara umum tanggapan yang diberikan siswa terhadap penerapan

model problem based Instruction maka pelajaran PAI akan mudah

dipahami karena dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri, ketika siswa diperhadapkan

dengan suatu masalah maka siswa akan mampu menyelesaikan atau

(50)

42

menyikapi masalah itu sendiri. Dengan model pembelajaran ini mampu memberikan motivasi balajar siswa, baik dalam kehidupan keluarga maupun di sekolah.

c. Saran siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI sehingga menjadi lebih baik

Sebagian siswa mengusulkan sebaiknya dalam pembelajaran PAI diberikan beberapa contoh nyata yang bervariasi dalam kehidupan sosial agar mereka dapat lebih mengerti. Di samping itu, metode mengajar yang diberikan oleh guru sangat menunjang dalam memotifasi siswa untuk belajar lebih giat lagi, salah satunya dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning yang disertai dengan umpan balik.

Pada umumnya siswa menanggapinya dengan positif. Termasuk guru yang

mengajar harus bijaksana dan tidak terlalu serius agar siswa dapat

menerima pelajaran dengan baik. Data tentang tanggapan siswa diperoleh

melalui pertanyaan untuk refleksi siswa yang diberikan pada akhir

pertemuan

(51)

43 A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa:

Penerapan model pembelajaran Model Problem Based Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi Fiqih Pada siswa Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, yang indikatornya berupa peningkatan skor rata-rata dari siklus I sebesar 70,94 ke siklus II sebesar 84,51

Semangat dan motivasi siswa meningkat terlihat ketika siswa berebutan menjawab pertanyaan dan tugas, ini membuktikan ada peningkatan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan mulai dari siklus I kemudian dilanjutkan siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dan aplikasinya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka beberapa hal yang disarankan antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning sangat

mendukung untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna situasi simbolik tradisi upah tondi di kota pekanbaru terdiri dari objek fisik dan objek sosial.Objek fisik meliputi

Sebagian besar responden memiliki produktivitas lebih dari rata- rata per 7 jam kerja tetapi masih terdapat responden dengan tingkat produktivitas rendah yaitu sebanyak

Penggunaan konsep ini memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada seperti luasan lahan yang sangat terbatas dan luas fungsional bangunan yang besar,

 Prioritas akan naik jika proses makin lama menunggu waktu jatah CPU... Round

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual (persial) yakni dengan melihat pengaruh dari

yang dikembangkan kemudian akan di validasi oleh ahli materi, bahasa dan media. Bertindak sebagai ahli materi dalam evaluasi pengembangan media pembelajaran berbasis

Dari proses pembentukan suara pada teknik bernyanyi lagu daerah di SMP Negeri 12 Yogyakarta mendapat tanggapan yang positif karena pengajar merasa memperoleh ilmu pengetahuan

Melalui Program Indonesia Pintar, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) sejak tahun 2020 sebagai salah satu bentuk bantuan pendidikan