• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH OLAHRAGA TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH OLAHRAGA TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... … i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ... … iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... .. iv

DAFTAR ISI ... ... … vi

DAFTAR GAMBAR ... … viii

DAFTAR TABEL ... .... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ...……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ...……… 1

B. Rumusan Masalah ………...………. 10

C. Tujuan Penelitian ………...……… 11

D. Metode Penelitian ……….. 11

E. Manfaat Penelitian ………...……… 12

F. Struktur Organisasi Tesis………. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……… 14

A.Kajian Pustaka ……….……… 14

1. Konsep Pendidikan Jasmani ………. 14

1.1. Pengertian Pendidikan Jasmani ……… 14

1.2. Tujuan Pendidikan Jasmani ……… 16

1.3. Hakikat Pendidikan Jasmani ……… 18

2. Permainan dalam Pendidikan Jasmani ……… 19

2.1. Olahraga Tradisional ……….……… 22

2.2. Permainan Bola Besar ……….………… 33

3. Kebugaran Jasmani ………. 41

3.1. Pengertian Kebugaran Jasmani ………. 41

3.2. Komponen Kebugaran Jasmani ………. 44

3.3. Tes Kebugaran Jasmani ………. 47

4. Karakteristik Kemampuan Anak Sekolah Dasar ………. 47

5. Pengaruh Olahraga Tradisional terhadap Kebugaran Jasmani … 48 B.Kerangka Berpikir ……….………….……… 50

(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...……… 53

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ….………... 53

B. Alur dan Desain Penelitian………..…………... 53

C. Metode penelitian ………..………... 54

D. Variabel dan Definisi Operasional………... 55

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Pelaksanaan Penelitian ……….………... 64

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data………... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ………... 71

B. Pembahasan .………... 77

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….………... 81

B. Rekomendasi ……….………... 81

DAFTAR PUSTAKA ……….………..… 83

LAMPIRAN ……….. 86

(3)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Permainan Bebentengan …………... 27

Gambar 2.2: Permainan Tarik Tambang ... 29

Gambar 2.3: Permainan Hadang ……….………. 31

Gambar 2.4: Permainan Yeye ………. 31

Gambar 2.5: Permainan Boy-boyan ……….. 32

Gambar 3.1: Alur Penelitian ……….……… 53

Gambar 3.2: Desain Penelitian ………. 54

Gambar 3.3 : Persiapan Lari ………..…… 57

Gambar 3.4: Sikap Permulaan Angkat Tubuh ……….. 58

Gambar 3.5: Urutan Angkat Tubuh ……….. 59

Gambar 3.6: Posisi Tangan Baring Duduk ……….….. 60

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1: Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ... 64

Tabel 4.1: Hasil Data Deskriptif ………... 72

Tabel 4.2: Uji Signifikansi ………... 73

Tabel 4.3: Uji Homogenitas …………... 73

Tabel 4.4: Hasil Uji Paired Tes T ……….. 74

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I: Program Kegiatan Olahraga Tradisional …..……… 86

Lampiran II: Program Kegiatan Bola Besar ………. 87

Lampiran III: Data Hasil Pre-Tes Kelompok Olahraga Tradisional….. 88

Lampiran IV: Data Hasil Pre–Tes Kelompok Permainan Bola Besar .. 89

Lampiran V: Data Hasil Pos-Tes Kelompok Olahraga Tradisional…. 90 Lampiran VI: Data Hasil Pos-Tes Kelompok Permainan Bola Besar ... 91

Lampiran VII: Data Hasil Perbandingan Pre-tes dan Pos-Tes Kelompok Olahraga Tradisional... 92

Lampiran VIII: Data Hasil Perbandingan Pre-Tes dan Pos-Tes Kelompok Permainan Bola besar ……….…………..……… 93

Lampiran IX: Output Hasil SPSS ………...………. 94

Lampiran X: Data Statistik Olahraga Tradisional ……... 95

Lampiran XI: Foto Kegiatan Penelitian ………... 96

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi yang demikian pesat, sangat besar manfaatnya bagi hidup dan kehidupan manusia. Segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah, lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi pula, halangan waktu dan ruang dapat diatasi. Pendek kata, manusia benar-benar “dimanjakan” oleh temuan-temuan baru dalam bidang teknologi.

Karena terus-menerus “dimanjakan”, pola hidup (lifestyle) manusia menjadi berubah. Manusia yang dulu aktif kini menjadi pasif, bahkan cenderung malas. Fenomena ini tidak hanya nampak pada kehidupan orang-orang kota besar, tetapi orang desa pun sudah mulai kerasukan gaya hidup seperti itu. Bukan orang-orang tua yang bergaya hidup “modern”, anak-anak pun, termasuk anak-anak SD mulai ikut-ikutan. Mereka lebih suka berjam-jam duduk di depan TV, video games, atau permainan elektronik lainnya daripada permainan tradisional, bermain sepakbola, berkejar-kejaran bersama teman sebaya, atau melakukan aktivitas fisik lainnya.

(7)

olahraga tradisional sendiri mengandung nilai-nilai social dan nilai gerak yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sukirman Dharmamulya (2008) mengemukakan bahwa: “realitas bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada fenomena permainan tradisional anak di Jawa, dan mungkin juga di Indonesia pada umumnya, paling tidak terdapat tiga pola perubahan, yaitu (1) menurunnya popularitas jenis-jenis permainan tradisional tertentu, (2) munculnya jenis-jenis permainan anak tertentu, dan (3) masuknya jenis-jenis permainan baru yang modern.” Selain itu juga faktor pengaruh lainnya adalah masuknya pesawat TV ke daerah-daerah pedesaan, juga keterbatasan lahan bermain anak-anak yang kian mengecil, terutama di daerah perkotaan, dan meningkatnya kualitas transportasi antara desa dan kota, yang membuat anak-anak remaja lebih suka pergi bekerja di kota, sehingga tidak banyak lagi anak-anak mememtaskan permainan tradisional. (Sukirman Dharmamulya, 2008: 28).

Kebugaran jasmani siswa dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pengetahuan, dan pola hidup (Hinson, 1995 : 4). Pola hidup kurang aktif yang terus menerus dan berlangsung lama akan merugikan diri sendiri. Dampak yang langsung dirasakan akibat pola hidup yang demikian ini adalah menurunnya kemampuan fisik (physical fitness) siswa. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Tomoliyus (1997) yang menunjukkan tingkat kebugaran jasmani siswa SD di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat rendah.

(8)

imbasnya. Siswa yang tingkat kebugaran jasmaninya rendah sangat rawan bagi terjangkitnya penyakit degeneratif. Jika penyakit datang menyerang, maka biaya kesehatan menjadi meningkat, akibatnya hidup tidak menjadi produktif. Rusli Lutan (2001 : 3) menyatakan bahwa biaya perawatan kesehatan di Belanda meningkat hingga 2,5% di Kanada meningkat menjadi 6% sedang di Amerika Serikat meningkat menjadi 8%, sebagai akibat masyarakat kurang melakukan aktivitas jasmani.

Oleh sebab itu, pola hidup kurang aktif harus ditinggalkan dan mulai dibangun pola hidup aktif. Kaitannya dengan masalah ini, guru pendidikan jasmani (penjas) mempunyai peran yang sangat strategis dan menjadi salah satu kekuatan inti dalam pembentukan sikap dan kebiasaan hidup aktif (Rusli Lutan, 2001: 26). Bangsa yang mampu mendorong masyarakatnya untuk melakukan aktivitas jasmani, akan mampu menghemat biaya kesehatan secara signifikan (Siedentop, 2002: 394).

Temuan ini menjadi pukulan bagi guru penjas yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pemeliharaan kebugaran jasmani para siswa melalui pendidikan jasmani. Dalam kurikulum Penjas 1993 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan jasmani di SD adalah “membantu siswa untuk perbaikan

derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui pengertian, pengembangan sikap positif, dan keterampilan gerak dasar serta berbagai aktivitas jasmani”.

(9)

berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dan dilakukan secara sistematis. Makmun (1983:16) menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal ataupun non formal, atau bahkan informal dalam rangka perwujudan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangan secara optimal, sehingga ia mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu.

Pendidikan jasmani, merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani dan olahraga (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Pendidikan jasmani olahraga kesehatan merupakan salah satu mata rantai kurikulum yang unik karena dalam proses pembelajarannya menggunakan media aktivitas gerak tubuh untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina dan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dalam olahraga, yang mengandung nilai-nilai sportivitas, kejujuran dan kerjasama. Selanjutnya, Rusli Lutan (2001:18) memaparkan pangertian pendidikan jasmani sebagai berikut :

(10)

Pendidikan jasmani diajarkan di sekolah mempunyai peranan penting untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Tujuan utama pendidikan jasmani adalah menghasilkan manusia yang sehat, cerdas, aktif, disiplin serta sportif dan kemandirian yang tinggi. Mata pelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesegaran siswa, dengan kesehatan yang baik diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah siswa yang banyak bergerak atau aktif dalam mengikuti pembelajaran. Maka dari itu, mata pelajaran pendidikan jasmani sangat berperan penting bagi kesehatan siswa.

Salah satu penjabaran dari tujuan pendidikan jasmani olahraga kesehatan khususnya pada tingkat sekolah dasar adalah tercapainya derajat kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih memiliki simpanan tenaga untuk mengatasi beban kerja tambahan. Berkaitan dengan hal ini Giriwijoyo, (2004:20) menjelaskan tentang pengertian kebugaran jasmani sebagai berikut:

(11)

dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efesien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

Lebih lanjut Sadoso (1989 : 9) memaparkan :

Kesegaran jasmani adalah keadaan atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.

Berdasarkan batasan tersebut, maka dapat diamati bahwa tingkat kebugaran jasmani yang dimiliki akan memberikan kemudahan pada seseorang dalam melakukan serangkaian tugas gerak tubuh yang menjadi bagian aktivitas dalam hidupnya. Rusli Lutan (2002: 9), “dengan memiliki derajat kebugaran jasmani yang baik, siswa dapat (1) meningkatkan kapasitas belajar;(2) meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan (3) menurunkan angka tidak masuk ke sekolah”.

(12)

Wuest dan Bucher (1995: 41) menyatakan pendidikan jasmani diharapkan dapat mengubah sikap siswa kearah yang positif yang ditandai dengan tumbuhnya budaya bergerak (aktivitas fisik) pada siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, disamping anak dapat mengekspresikan gerak, melalui pendidikan jasmani dia juga dibuat menjadi “gandrung” untuk beraktivitas. Anak bergerak

tidak hanya pada saat mengikuti pendidikan jasmani.

Salah satu materi yang ada dalam kurikulum penjas adalah olahraga permainan. Permainan dalam konteks pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai pembekalan pentingnya aktivitas fisik untuk meningkatkan kondisi sehat, kebugaran fisik, hubungan sosial, pengendalian emosi, dan moral.

Namun apa yang dijadikan sebagai dasar tujuan pendidikan jasmani yakni aktualisasi pendidikan via jasmani banyak terkendala oleh berbagai faktor, diantaranya sarana dan prasarana yang kurang memadai, hal ini terjadi di SDN 20 Kota Serang, ketika anak akan melakukan kegiatan pembelajaran fasilitas yang kurang mendukung sehingga tujuan aktivitas via jasmani menjadi terhambat, oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani diadakanlah olahraga tradisional yang sangat mudah dan murah. Olahraga tradisional dijadikan sebagai alternatif aktivitas dikarenakan olahraga ini mudah, murah, dan dapat dijadikan sebagai pengenalan permainan budaya bangsa indonesia.

(13)

jenjang SD/MI sampai jenjang SMA/MA, permainan olahraga tradisional merupakan salah satu materi pembelajaran Penjasorkes pada ruang lingkup aktivitas permainan dan olahraga. Gerak yang menjadi unsur Penjasorkes juga terdapat dalam permainan olahraga tradisional. Melalui permainan olahraga tradisional selain diperkenalkan pada budaya daerah, siswa juga diajak untuk bergerak dan belajar melalui gerak.

Oleh karena itu Sukirman D (2008:19) “bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat”. Lebih lanjut Cony Semiawan. (2008: 22) memaparkan :

Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengan demikian bermain suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional

Olahraga tradisional menjadi alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dasar. Olahraga ini lebih ditekankan pada upaya pelestarian budaya bangsa yang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi baru karena lebih menyukai permainan modern. Olahraga permainan tradisional ini dapat dikenalkan kembali kepada anak-anak sekolah dasar untuk dapat meningkatkan kualitas fisik juga melestarikan budaya. Lebih lanjut Uhamisastra (2010:vii) mengemukakan, bahwa :

(14)

penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan.

Pada umumnya olahraga permainan tradisional ini dilakukan oleh anak-anak, karena dunia mereka adalah bermain dan memiliki berbagai imajinasi. Anak-anak umumnya mampu berimajinasi dengan berimprovisasi dalam mengembangkan permainannya. Daya imajinasi inilah yang dikembangkan lebih lanjut untuk meningkat menjadi permainan. Biasanya permainan ini secara tidak disengaja dilakukan namun menarik perhatian. Lambat laun menjadi tradisi masyarakat yang akhirnya dipopulerkan sebagai permainan tradisional.

Sukintaka (1992: 95) menyebutkan salah satu sasaran permainan olahraga tradisional adalah sasaran jasmani yang mencakup peningkatan kekuatan otot, daya tahan otot setempat, daya tahan kardiovaskuler, kelentukan dan keterampilan gerak. Sesuai dengan pendapat di atas, permainan tradisional juga melibatkan komponen-komponen kebugaran jasmani, antara lain: kelincahan, kecepatan, daya tahan, kekuatan otot lengan, kelentukan dan keseimbangan. Terkait dengan pengembangan kebugaran jasmani, permainan tradisional dijadikan sebagai salah satu bahan ajar Penjasorkes (Matakupan, 1993: 157).

(15)

tradisional dapat meningkatkan kecepatan lari, kekuatan otot lengan, kekuatan otot perut, daya ledak otot tungkai dan kebugaran jasmani siswa SD.

Bentuk lain permainan untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani tadi yaitu dengan dengan permainan bola besar. Permainan ini biasa sering dimainkan melalui pendidikan jasmani yaitu bentuk permainan modern. Contoh bentuk permainan ini yaitu sepak bola, bola voli dan basket. Permainan modern yang ada sekarang umumnya sudah dipertandingkan dalam event resmi dan bahkan menjadi cabang olahraga yang bersifat profesional. Kondisi ini telah mendorong setiap orang untuk secara sungguh-sungguh menggeluti dalam mencapai tujuan yaitu mendapatkan uang dan kepuasaan.

Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan diatas, maka penulis melaksanakan penelitian yang berjudul pengaruh olahraga tradisional terhadap kebugaran jasmani siswa SD.

B.Rumusan Masalah

Setelah dilakukan kajian pada latar belakang masalah penelitian, selanjutnya penulis menentukan beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan olahraga tradisional terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa Sekolah Dasar?

(16)

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara olahraga tradisional dengan permainan bola besar terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh olahraga tradisional terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa SD.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh olahraga tradisional terhadap kebugaran jasmani siswa SD.

b. Untuk mengetahui pengaruh permainan bola besar terhadap kebugaran jasmani siswa SD.

c. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh olahraga tradisional terhadap kebugaran jasmani siswa SD.

D. Metode Penelitian

(17)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1) Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti yang hendak meneliti masalah yang berhubungan dengan olahraga tradisional dan permainan bola besar dalam pengajaran pendidikan jasmani

2) Sebagai bahan masukan kepada masyarakat, khususnya para guru pendidikan jasmani dan para pembina olahraga tentang cara memberikan permainan yang efektif dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

3) Sumber pengetahuan bagi peneliti sebagai manusia yang haus akan ilmu pengetahuan.

F. Struktur Organisasi Tesis

Untuk memudahkan pemahaman dalam mengikuti uraian penelitian ini, hasil penelitian yang dilakukan disusun dalam bentuk tesis, yang terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian awal berisikan halaman judul penelitian, pengesahan, abstrak, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

(18)
(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri 20 Kota Serang, Jl. Yumaga, Benggala-Serang. Sampel yang digunakan sadalah siswa kelas V sebanyak 40 siswa. Pengambilan subyek penelitian didasarkan dari hasil observasi awal yang dilakukan di kelas V SDN 20 Kota Serang.

B. Alur dan Desain Penelitian

1. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan pedoman sistematis dalam mengungkap permasalahn penelitian yang sedang di teliti :

Gambar 3.1. Alur penelitian

SAMPLE POPULASI

PRE TES

Kel Eksperimen Kel Kontrol

POS TES

(20)

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan The Pretest-Posttest Control Group Design, dengan subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Kemudian Kelompok Eksperimen diberi

perlakuan dengan “Olahraga Tradisional” sedangkan Kelompok Kontrol diberi

perlakuan dengan “Permainan Bola Besar”

Desain tersebut di atas, jika digambarkan menjadi sebagai berikut:

(E) O1 X1 O2

R

(K) O3 X2 O4

Gambar 3.2 Desain Penelitian Keterangan :

R = Random X2 = Permainan Bola Besar

E = Kelompok Eksperimen O1 dan O3 = Pretest

K = Kelompok Kontrol O2 dan O4 = Posttest

X1 = Olahraga Tradisional C. Metode penelitian

(21)

dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai pengaruh olahraga tradisional terhadap kebugaran jasmani siswa SDN 20 Kota Serang, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, olahraga tradisional (XI).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebugaran jasmani siswa Sekolah Dasar.

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu definisi operasional. Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti.

a. Olahraga Tradisional (X1) Mahendra (2001:1) : Permainan sederhana atau

permainan tradisional adalah permainan yang sebagian timbul dari permainan-permainan rakyat, permainan-permainan anak, permainan dolanan, karena manfaatnya dari segi gerak dan kebugaran fisik, permainan ini dipandang penting untuk dikembangkan dan digunakan di sekolah-sekolah, dengan dinamakan sebagai pernainan dasar atau permainan kecil.

b. Olahraga permainan bola besar (X2) Permainan bola besar merupakan

(22)

kebugaran, dan keterampilan, contoh permainan bola besar seperti sepak bola, bola voli, bola tangan, dan bola basket.

c. Kebugaran Jasmani (Y) Giriwijoyo (2004:21) Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efesien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang

sama pada esok harinya”.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Umur 10-12 tahun yang terdiri dari lim item tes yaitu: 1) lari 40 meter, 2) Gantung siku tekuk, 3) baring duduk 30 detik, 4) loncat tegak, dan 5) lari 600 meter. Tes ini mempunyai kesahihan untuk reliabilitas putra 0.942 dan validitas 0.897. Menurut Sudjana bahwa validitas dan reliabilitas tersebut adalah sangat baik. Kegunaan dari tes ini adalah untuk mengukur dan menentukan tingkat kesegaran jasmani anak umur 10 – 12 tahun. Adapun tes tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Lari 40 meter

Tujuan lari 40 meter untuk mengukur kecepatan

(23)

2) Petugas tes: a) Juru keberangkatan, b) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil

3) Prosedur Pelakanaan  Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start.  Gerakan

a). Pada aba-aba “Siap” mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari lihat gambar 3.3

Gambar 3.3 Persiapan Lari 40 meter Sumber: Depdikbud (1986:7)

b) Pada aba-aba “Ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish, menempuh jarak 40 meter

 Lari masih bisa diulang apabila : a) Pelari mencuri start

(24)

c) Pelari terganggu dengan pelari yang lain  Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari start bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 40 meter, dalam satuan waktu detik.

b. Tes Angkat Tubuh

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan otot bahu.1). Alat dan fasilitas : Lantai yang rata dan bersih, Stop watch, Serbuk kapur atau magnesium karbonat, Nomor dada, Formulir tes dan alat tulis.

2) Petugas tes: Pengamat waktu dan penghitung gerakan merangkap pencatat hasil 3) Prosedur Pelakanaan

 Sikap permulaan

Bergantung pada palang tunggal lihat gambar

Gambar 3.4

(25)

 Gerakan

a) Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau berada di atas palang tunggal.. Gerakan ini dihitung satu kali lihat gambar.

Gambar 3.5

Urutan Gerakan Angkat Tubuh Sumber: Depdikbud (1986:12-13)

b). Selama melakukan gerakan, mulai dari kepala sampai ujung kaki tetap merupakan satu garis.

 Angkatan dianggap gagal dan tidak dapat dihitung apabila :

a) Pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan gerakan mengayun. b) Pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal. c) Pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus.  Pencatat hasil

a) Yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna.

(26)

c. Baring Duduk 30 Detik

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.

1). Alat dan fasilitas: Lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih, stopwatch, nomor dada, formulir tes, alat tulis.

2). Petugas tes: Pengamat waktu dan penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

3). Prosedur Pelaksanaan  Sikap permulaan

a) Berbaring telentang di lantai atau rumput, kedua sudut ditekuk dengan sudut ± 90, kedua tangan dengan jari-jarinya berselang selip ditekan dibelakang kepala lihat gambar.

Gambar 3.6

Posisi tangan pada saat baring duduk Sumber: Depdikbud (1986:15)

(27)

 Gerakan

1) Pada aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk,sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian kembali sikap permulaan.

2) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat, selama 30 detik.

Catatan :

1) Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi.

2) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha.

3) Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuhnya. Pencatat hasil

1) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik.

2) Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, hasilnya ditulis dengan angka 0 atau nol.

d. Loncat Tegak

Tes ini bertujuan untuk mengukur tenaga eksplosif.

1) Alat dan fasilitas: Papan berskala senti meter, warna gelap berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka 0 atau nol pada skala yaitu 150 cm, Serbuk kapur, alat penghapus, nomor dada, formulir tes dan alat tulis

(28)

 Sikap permulaan

a. Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat.

b. Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya, lihat gambar .

Gambar 3.7

Sikap pengukuran tinggi raihan loncat tegak Sumber: Depdikbud (1986:19)

 Gerakan :

1) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke belakang

2) Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.

(29)

 Pencatatan hasil

1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak 2) Ketiga selisih raihan dicatat

e. Lari 600 meter

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan pernafasan.

1) Alat dan fasilitas: Lintasan lari berjarak 600 meter, stopwatch, bendera start, peluit, tiang pancang, nomor dada, formulir tes, dan alat tulis.

2) Petugas tes: Juru keberangkatan, pengukur waktu, pencatat hasil, pembantu umum

3) Prosedur Pelaksanaan  Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start.  Gerakan

a) Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap berdiri, siap untuk lari. b) Pada aba-aba “Ya” peserta lari menuju garis finish menempuh jarak 600 meter.

Catatan :

a) Lari diulang bilamana ada pelari yang mencuri start. b) Lari diulang bilamana pelari tidak melewati garis finish.

(30)

d) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik. Hasil pengukuran kelima tes tersebut dicatat dan diberikan penilaian menggunakan norma yang berlaku seperti pada lampiran, selanjutnya nilai-nilai tersebut dijumlah dan dikonsultasikan dengan norma kesegaran jasmani.

Untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani, ikuti langkah – langkah berikut:

1. Jumlahkan nilai kelima butir tes ( I s/d V )

[image:30.595.113.516.223.595.2]

2. Cocokkan hasil penjumlahan nilai tersebut dengan Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia.

Tabel 3.1

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Usia 10 -12 Tahun

No Lari 40 m Gantung siku tekuk

Baring duduk 30

detik

Loncat tegak ( cm )

Lari 600 Meter

5 Sd –6.3” 51” keatas 23 keatas 46 Sd - 2’09”

4 6.4” –7.5” 31”- 50” 18 - 22 38-45 2’10” -2’30”

3 7.6” –8.3” 15” - 30” 12 - 17 31-37 2’31”- 2’45”

2 8.4” –9.6’ 5” - 14” 4 - 11 24-30 2’46”- 3’44”

1 9.7” – dst 4” – dst 0 – 3 23-dst 3’45” – dst

F. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dan data yang akan digunakanbentuknya adalah hasil tes kesegaran jasmani siswa . Oleh karena jenis

penelitian iniadalah eksperimen dan designnya adalah “ The Pretest-posttest

(31)

sesudah eksperimen. Adapun cara pengambilan data ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan perlengkapan tes, yang meliputi : a) lapangan, b) stopwatch, c) bendera start, d) alat tulis.

2. Memberi penjelasan kepada sampel akan hal-hal yang akan dilakukan dalam tes tersebut yaitu tes kesegaran jasmani TKJI.

3. Menyiapkan siswa secara fisik untuk mengikuti tes ialah dengan siswa diberi warming–up atau pemanasan terlebih dahulu agar tidak terjadi cedera.

4. Langkah-langkah ini dilakukan pada saat sebelum dan sesudah perlakuan. 5. Tes awal untuk pengambilan data awal atau pre-test dilakukan pada hari

Sabtu, tanggal 5 Maret 2011, bertempat di SD Negeri 20 Kota Serang, mulai pukul 08.00 sampai dengan selesai.

6. Pemberian perlakuan (treatment) dilakukan selama 18 kali pertemuan, dengan frekuensi latihan tiga kali per minggu ialah: hari Senin – Rabu –

Jum’at. Durasi setiap latihan ialah 60 menit. Latihan dilaksanakan tiga kali

(32)

7. Masa eksperimen selesai maka diakhiri dengan melakukan tes akhir dengan tes kesegaran jasmani TKJI, yang dilakukan pada hari Rabu, 20 April 2011, tempat di SDN 20 Kota Serang, mulai pukul 08.00 sampai dengan selesai.

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan merupakan skor mentah yang harus diolah dengan menggunakan rumus-rumus statistik agar data dapat ditafsirkan, sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan benar. Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan rumus statistik yang disusun oleh Nurhasan dan Hasanudin (2007:104). Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil tes yang ditempuh adalah :

1.Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir dari masing-masing kelompok dengan rumus :

n

X

X

1

Keterangan :

X = Skor rata-rata

X1 = Jumlah skor mentah

n = Banyaknya sampel

2. Menghitung standar deviasi dengan rumus :

1

2 2

n

n

X

X

(33)

Keterangan:

SD = Standar deviasi atau simpangan baku yang dicari n = Banyaknya sampel

= Jumlah 2

i

X = Kuadrat skor mentah = Akar dari

3. Menguji normalitas data, apakah data tersebut berbentuk parametrik atau non parametrik dengan menggunakan uji Liliefors. Prosedur yang digunakan ialah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1,X2,...Xn dijadikan bilangan baku 1, 2...n dengan menggunakan rumus :

S

X

X

i i

( X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel )

b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian menghitung peluang.

  

Z

i

P

Z

i

Z

i

F

c. Selanjutnya dihitung proporsi 1,2....nyang lebih kecil atau sama dengan

i

 . Jika ini dinyatakan oleh S (1), maka :

 

n

yang

Banyaknya

S

n i

i

1

,

2

,...

(34)

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini adalah Lo.Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan Lo dengan nilai kritis yang diambil dari daftar untuk taraf

nyata α yang dipilih.Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi

berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar.Dalam hal lainnya hipotesis diterima.

4. Menguji homogenitas dari masing-masing kelompok dengan menggunakan rumus :

2 2

2

S

S

F

I

Keterangan:

F = Homogenitas yang dicari 2

1

S = Varians terkecil 2

2

S = Varians terbesar

Kriteria pengujian homogenitas adalah : terima H jika F hitung lebih kecil

dari F tabel dengan peluang 1/2 α

V1,V2

, dan dalam hal ini H lainnya ditolak. Derajat kebebasan pembilang dan penyebut untuk F tabel yakni n-1.

5. Uji beda kebugaran jasmani antara olahraga tradisional dan permainan bola besar, dengan rumus:

n

SB

(35)

t = Nilai t yang dicari (t hitung) SB = Simpangan baku beda B = Nilai rata-rata beda

n = Banyaknya sampel dari kelompok eksperimen Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah: Terima hipotesis jika; (H0) jika -t

(1-2

1 α )< t <t ( -2 1 α).

Dalam hal lain hipotesis (H0) ditolak.

6. Menentukan diterima atau tidaknya hipotesis. Kriteria pengujian menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (Satu pihak), rumus yang digunakan adalah:

2 1 2 1

1

1

n

n

s

x

x

t

dengan

   

2

1

1

2 1 2 2 2 2 1 1 2

n

n

s

n

s

n

s

Keterangan :

t = Nilai t yang dicari ( t hitung ) 1

x = Nilai rata-rata kelompok 1

2

x = Nilai rata-rata kelompok 2 S = Simpangan baku gabungan

1

n = Banyaknya sampel kelompok 1

2

(36)

2 1

s = Variansi kelompok 1 2

2

s = Variansi kelompok 2

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah: Terima hipotesis jika; (H0) jika t ≤ t (1-α )

Tolak hipotesis jika; (H0) jika t > t (1-α)

H0 : 1=2 : Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan olahraga tradisional dan permainan bola besar

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh olahraga tradisional terhadap kebugaran jasmani siswa SD, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berikut:

1. Kegiatan dengan menggunakan olahraga tradisional dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa.

2. Kegiatan dengan menggunakan permainan bola besar dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa.

3. Terdapat perbedaan kebugaran jasmani melalui olahraga tradisional dan permainan bola besar. Olahraga tradisional lebih baik dibandingkan dengan permainan bola besar.

B. Rekomendasi

Dengan memperhatikan simpulan dalam penelitian ini, peneliti memberikan

rekomendasi sebagai berikut:

(1) Guru Penjasorkes di sekolah dasar dalam menentukan tujuan pembelajaran

sebaiknya mengorientasikan peningkatan kebugaran jasmani siswa sebagai salah

satu tujuan pembelajarannya.

(2) Permainan sebagai salah satu ruang lingkup Penjasorkes dapat dijadikan sarana

(38)

(3) Olahraga tradisional dan permainan bola besar dapat dijadikan salah satu

alternatif model permainan yang bisa diberikan untuk meningkatkan kebugaran

jasmani siswa SD. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan hasil sangat signifikan

(4) Kepada peneliti lain yang berminat meneliti hal-hal yang berkaitan dengan

permainan dan kebugaran jasmani dapat meneliti kembali dengan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anchok, Djamaludin. (1998). Membangun Kompetensi Manusia Dalam Milenium Ketiga. Yogyakarta. UII Press

Arikunto, S. ( 2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta. Rineka Cipta

---,(1995). Prosedur Penelitian. Jakarta. RinekaTjipta

---,(2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Balitbang Kurikulum (2002). Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta.

Cony Semiawan.(2008). Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks

Damiri, Ahmad. (1985). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK-IKIP Bandung Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan

Jasmani Sekolah Dasar dan Madarasah Ibtidaiyah. Jakarta

Depdiknas, 2001, KBK: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani untuk SD, Jakarta: Balitbang-Depdiknas.

Depdikbud 1994. Kamus Besar Bahasa Indoneasia, Jakarta Balai Pustaka

Depdikbud. (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikdasman.

Dirjen Olahraga, 2002. Kumpulan Permainan Olahraga Tradisional, Jakarta: Dirjen Olahraga, Depdiknas.

--- 1995 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Umur 10 – 12 Tahun, Jakarta : Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi

Endang Sri Retno, 1989 ,. Perbandingan Pengaruh Antara Latihan Senam Kesegaran

(40)

Giriwijoyo, S (1992). Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Bahan Kuliah FPOK UPI Bandung

Hadi, Soetrisno, 1988 Metodologi Research I, II dan IV Yogyakarta : Andi Offset Harsono (1988:). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung:

CV. Tambak Kusuma.

Hinson, Curt. (1995). Fitness for Children. US: Human kinetics ---.(2000). Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI

Iwan Swadesi, Ketut Yoda dan Ketut Sudiana. 2003. ” Pengaruh Pelatihan permainan Tradisional Magoak-goakan terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Putra dan Putri Kelas 5a SD Lab. IKIP Negeri Singaraja Tahun Pelajaran 2003-2004 ”. Laporan Penelitian. IKIP Negeri Singaraja. Mahendra (2001). Permainan Tradisional. FPOK Bandung

Makmun, S (1983). Psikologi Kependidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Matakupan. 1993. Teori Bermain. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

Mayer, Dave. (2003). The accelerated learning handbook, Panduan keratif dan efektif merancang program pendidikan dan pelatihan, (Terjemahan Rahmani Astuti) New York: McGraw. Hill

Nurhasan dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Bahan Kuliah FPOK UPI. Bandung

Moeloek (1984). Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung. Tarsito

Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka.

Rusli Lutan, 1988 Belajar Keterampilan Motorik, Jakarta :Balai Pustaka

Rusli Lutan, dkk. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Siswa di Sepanjang Hayat. Jakarta: Ditjen Olahraga, Depdiknas.

(41)

Sadoso (1989). Artikel Majalah Bola. Jakarta. Gramedia.

Seaton, R, (1983). Physical Education Handsbooks, New Yersey, Prentice Hall Inc Englewood Cliff Seven edition

Siedentop, D. (2002). “Junior Sport and The Evoluof Sport Cultures”. Dalam Journal of Teaching in Physical Education. Volume 21. Number 4, July 2002.

Singgih S. (2000). Statistik SPSS Statistik Parametrik.

Singgih Santoso, 2005. Ststistik Parametrik, Jakarta , PT Elex Media Komputindo Soekirman, D, 1989. Masalah Olahraga pada Anak, Surabaya Seminar Wanita dan

Olahraga

Sudjana, M.A (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

---, 1989 Perkembangan Keterampilan pada Anak dan Remaja; Makalah Ujung Pandang Simposium Nasional

---.2004. SPSS versi 10 Mengolah. Jakarta : Elexmedia Computindo Sukintaka (1991). Permainan dan Motivasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Sunarto & Hartono, Agung. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta . Rineka Cipta

Supendi Pepen & Nurhidayat. 2007. Fun games 50 Permainan Menyenangkan di Indoor dan Outdoor. Jakarta. Penebar Plus

Surachman (1990). Pengantar Metode Ilmiah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sutrisno Hadi. 2000. Statistik Jilid II. Yogyakarta. Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi. UGM.

Tomoliyus. 1997. “Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta.” Penelitian. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Gambar

Tabel 3.1:
Gambar 3.2 Desain Penelitian
gambar 3.3
Gambar 3.4 Sikap Permulaan Angkat Tubuh
+5

Referensi

Dokumen terkait

Arab ICT Forum 2014 21-22 October 2014 Bahrain Society of Engineers.. “Adding Value to Human Lives through

Demikian Penetapan Kualifikasi dan Pengumuman Prakualifikasi ini disampaikan untuk dapat diketahui dan kepada peserta yang keberatan terhadap hasil Penetapan ini, diberikan hak

Penalaran atau yang sering dikenal dengan reasoning. Penalaran adalah salah satu kompetensi dasar matematis disamping pemahaman, komunikasi, koneksi, dan pemecahan masalah.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Abang/kakak Maniara Silaen, Tiodor Silaen, Adner Silaen, Tapian Silaen, Abdul Silaen, Renny Silaen serta keluarga yang selalu

ىطعت ةباجإ ىلع رفص ةجردك ةدحاك ةجرد ةحيحص ةباجإ

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun tumbuhan mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi dengan

Layanan Speedy merupakan layanan akses broadband internet berbasis teknologi ADSL (Assymetric Digital Subscriber Line) dengan memanfaatkan kabel tembaga yang telah digelar

Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Arab Universitas Pendidikan Indonesia |