• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI

SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh :

FRIDA NOER SYAFAAT 0900968

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

▸ Baca selengkapnya: contoh program kerja ekstrakurikuler seni tari sd doc

(2)

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI

SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

Oleh

FRIDA NOER SYAFAAT

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© FRIDA NOER SYAFAAT 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

FRIDA NOER SYAFAAT

0900968

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI

SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Drs. Endang Rusyani, M.Pd NIP. 195705101985031002

PEMBIMBING II

dr. Euis Heryati, M.Kes NIP. 197711132005012002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

(4)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. ... 1

B. Fokus Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Pembelajaran ... 11

B. Konsep Dasar Anak Tunarungu ... 12

1. Pengertian Anak Tunarungu ... 12

2. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu ... 18

3. Perkembangan Emosi dan Sosial Anak Tunarungu ... 21

4. Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Tunarungu ... 23

5. Perkembangan Motorik Anak Tunarungu ... 25

C. Konsep Dasar Ekstrakurikuler ... 27

D. Konsep Dasar Seni Tari ... 29

1. Pengertian Seni ... 29

2. Pengertian Seni Tari ... 31

(5)

vii

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Pelaksanaan Pembelajaran Seni Tari Jaipong Bagi Siswa

Tunarungu Dalam Ekstrakurikuler Menari SLB B Negeri

Cicendo Bandung ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 44

B. Tempat dan Subjek Penelitian ... 45

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

D. Pengujian Keabsahan Data ... 47

E. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Wawancara ... 50

a. Perencanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 51

b. Proses pelaksanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 53

c. Proses evaluasi kemampuan menari siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 56

2. Hasil Observasi ... 57

(6)

viii

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Proses pelaksanaan pembelajaran tari jaipong pada

siswa tunarungu tingkat SMALB dalam

ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo

Kota Bandung ... 59

c. Proses evaluasi kemampuan menari siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

1. Perencanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler Seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 64

2. Proses pelaksanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 66

3. Proses evaluasi kemampuan menari siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ... 68

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Rekomendasi ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(7)

ix

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggolongan dan ciri-ciri ketunarunguan ... 16

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Penilaian Kemampuan Gerakan Tari Jaipong ... 63

(8)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI

SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG

Frida Noer Syafaat (0900968) Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Setiap peserta didik memiliki potensi yang perlu dikembangkan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki olehnya. Anak tunarungu yang mengalami hambatan dalam indera pendengaran pun seharusnya mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya termasuk dalam bidang seni tari. Melalui pelayanan sekolah yang menyelenggarakan ekstrakurikuler seni tari diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya secara optimal. Fokus masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam

ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ?”.Penelitian

(9)

ii

Kata kunci : pembelajaran tari jaipong, ekstrakurikuler seni tari, anak

(10)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEARNING THE JAIPONG DANCE AT THE SMALB FOR THE DEAF STUDENTS IN THE EXTRACURRICULAR DANCE AT

SLB NEGERI CICENDO BANDUNG Frida Noer Syafaat (0900968) Indonesia University Of Education

ABSTRACT

Every pupil has the potential to be developed in accordance with the interests and talents possessed by them. Deaf children who have problems with the sense of hearing were supposed to have equal opportunities to develop their potential, including the field of dance. Through the school ministry of dance extracurricular we are expect to students can develop their potential optimally. Focus of this research is "How to learn Jaipong dance for the deaf students at the extracurricular dance in SLB Negeri Cicendo Bandung?” Research conducted on one teacher advisor extracurricular dance that is BK and coaches of extracurricular dance NS and two deaf students namely RS and SN. The purpose of this study was to get an illustration of learning the Jaipong dance at the SMALB for the deaf students in the extracurricular dance at SLB Negeri Cicendo Bandung. The research used a qualitative approach with descriptive methods. Data collected through with the observation, interviews and documentary. Way of checking the validity of the data by using the technique of triangulation.The result of research is overview the

program planning Jaipong dance that the teacher hasn’t conducted an assessment,

and the plan of learning arranged in extracurricular program for one semester whereas implementation is organized at the simple semester program. In the

implementation of learning, teachers didn’t experience by many difficulties as

well as in using the media and methods of learning. The learning method used is demonstration. Evaluation of learning the Jaipong dance is consists of the evaluation process and results. A tool of art dance is adequate, but the infrastructure in the form of a mirror in the room is still lacking. Activities of learning can be changed at any time caused by the presence of school activities; allocation of limited learning time can make the process of evaluation be hanged up. To overcome this, the students are grouped into several groups.

(11)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan UUSPN No.20 tahun 2003 dalam Sagala (2011:3) yang menyatakan bahwa :

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan khusus adalah pendidikan yang dirancang untuk merespon

atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak

dapat dipenuhi oleh kurikulum sekolah yang standar (biasa). Sekolah luar

biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan yang khusus melayani

anak-anak yang mempunyai hambatan. Sekolah luar biasa ini, terus berupaya

untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Pendidikan khusus

membutuhkan pola layanan tersendiri baik dalam pembelajaran maupun

dalam bimbingan perilaku dalam memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan

khusus. Layanan khusus diadakan karena adanya karakteristik yang berbeda

pada setiap anak yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian hak bagi

individu dengan kebutuhan khusus selalu diperjuangkan, termasuk hal

dalam bidang pendidikan.

Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa : “Warga negara yang memiliki

kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus”.

Pasal di atas menjelaskan bahwa pendidikan adalah hak bagi seluruh

warga Indonesia termasuk bagi Anak Berkebutuhan Khusus.

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

(12)

2

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal,

non-formal dan innon-formal.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari

pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil

pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan. Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan

pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan

sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi

peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan

dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan

Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis

taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal

diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik

(13)

3

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan khusus dalam

pendidikan. Dengan demikian tujuan pendidikan untuk pengembangan

aspek kognitif, afektif dan psikomotor seorang anak dapat terlaksana dengan

baik.

Gangguan pendengaran yang dialami oleh anak tunarungu berdampak

pada aspek kebahasaan, intelegensi, emosi-sosial, motorik dan kepribadian

anak tunarungu.

Kemampuan anak tunarungu dalam membentuk, memahami dan

memiliki pembendaharaan kata-kata yang terbatas menjadi sebuah kesulitan

bagi mereka untuk melakukan interaksi dan komunikasi yang berdampak

pada perkembangan emosi-sosial anak tunarungu.

Kemampuan kognitif anak tunarungu yang dipandang rendah

merupakan hal yang tidak benar. Jika dilakukan tes non verbal pada anak

tunarungu maka dapat dilihat bahwa mereka memiliki intelegensi normal

dan rata-rata. Kemampuan motorik anak tunarungu tidak memiliki

hambatan yang cukup berarti, mereka dapat melakukan aktifitas fisik seperti

anak pada umumnya. Mereka mengalami gangguan dalam motorik halus

yang erat hubungannya dengan pendengaran.

Anak tunarungu cenderung memiliki sifat ingin tahu, menunjukan

sikap-sikap curiga terhadap lingkungannya, agresif, mementingkan diri

sendiri,kurang memiliki empati, kurang mampu mengontrol diri sendiri, dan

emosi yang kurang stabil bahkan memiliki kecemasan yang cukup tinggi.

Anak tunarungu merupakan individu yang unik, setiap individu

memiliki karakter yang berbeda namun dengan potensi serta kekuatan yang

dapat dikembangkan untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan selaras

sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungan, baik dilingkungan rumah,

sekolah, maupun masyarakat pada umumnya. Potensi-potensi yang dimilki

dapat dikembangkan seoptimal mungkin dalam rangka mempersiapkan

hidupnya di masa mendatang dengan penuh ketenangan dan kebahagian.

Potensi yang dimiliki anak tunarungu dapat dikembangkan dan

(14)

4

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek kognitif saja, akan tetapi sangat banyak kreativitas anak tunarungu

yang dapat digali. Anak tunarungu memiliki keinginan untuk

mengekspresikan minat dan bakat yang dimilikinya melalui seni.

Arthur S. Nahlan (2007:4) menjelaskan bahwa “pendidikan seni sejak

dini sesungguhnya sangat diperlukan , walaupun hanya berbentuk paresisasi

seni dan keterampilan terbatas pada seni-seni tertentu

(tari-musik-karawitan-teater). Akan tetapi akan berbekas di dalam batin anak didik”.

Sejalan dengan pendapat diatas Anak tunarungu memiliki keinginan

untuk mengekspresikan minat dan bakat yang dimilikinya melalui seni

seharusnya dapat mendapatkan fasilitas guna memenuhi kebutuhannya.

Dengan keterbatasan yang dimilikinya anak tunarungu tentu mengalami

kesulitan dalam memilih bidang seni yang akan dijadikan sarana

pengembangan diri.

Banyak sekali bidang seni yang dapat ditekuni oleh anak tunarungu

terutama yang hanya melibatkan aktivitas secara fisik dan visual seperti seni

lukis dan seni kriya yang termasuk kedalam seni rupa. Bidang seni tarik

suara (vokal) tidak memungkinkan untuk ditekuni oleh seoarang anak tuna

rungu yang disebabkan hambatannya, namun anak tunarungu tetap dapat

mengembangkan dirinya melalui seni drama atau pantomime. Sedangkan

pengembangan diri anak tunarungu melalui seni music dan seni tari anak

tentu dapat dikembangkan secara optimal melalui pendidikan yang tepat.

Sesuai dengan pendapat Yuke Siregar yang dapat disimpulkan bahwa

anak tunarungu tidak mengalami hambatan motorik kasar, maka anak

tunarungu dapat mengembangkan minat dan bakatnya di bidang seni tari.

Kemampuan menari yang dimiliki oleh seseorang baik anak tunarungu

maupun anak normal pada umumnya sangat dipengaruhi oleh bakat dan

pengalaman yang dimiliki oleh mereka, tetapi dengan tidak melihat adanya

bakat atau pengalaman yang dimiliki oleh seseorang bahwa bidang seni tari

dapat diberikan kepada anak tunarungu bagi yang memiliki bakat ataupun

(15)

5

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengembangan diri jika mereka memiliki motivasi dan minat untuk

mengembangkan dirinya melalui seni tari.

Pengembangan diri anak tunarungu melalui seni tari diharapkan dapat

mengembangkan nilai positif yang terkandung dalam sebuah tarian, melatih

ingatan karena dalam proses latihan menari anak perlu hafal setiap

gerakannya, melatih perasaan dan ekspresi sesuai dengan tarian yang

dibawakan, melatih kelenturan dan keseimbangan, melatih komunikasi

dalam tim serta mengembangkan potensi lainnya seperti dalam bidang

tatarias dan tatabusana.

Banyak sekali yang mengira bahwa anak tunarungu tidak dapat

melakukan gerakan dari sebuah tarian dikarenakan gangguan dalam

pendengarannya. Padahal gangguan tersebut tidak membatasi semua potensi

yang dimiliki anak tersebut termasuk keterampilan dalam menari. Akan

tetapi guru pembimbing atau pelatih harus dapat membuat program latihan

yang sesuai dan memahami teknik mengajar sebuah tarian bagi anak yang

memiliki hambatan pendengaran. Sesuai dengan pernyataan yang sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa anak tunarungu pada umumnya tidak

memiliki hambatan dalam mengingat dan dalam motorik kasar. Namun

dengan hambatan yang dimiliki anak tunarungu dalam pendengarannya

bagaimana mereka dapat mempelajari dan menampilkan sebuah tarian

dengan iringan musik serta gerakan-gerakan tarian yang indah berbentuk

ritmis yang tersusun bukan gerakan yang tanpa aturan, namun gerakan indah

yang dapat memberikan informasi sebuah tarian melalui gerakan yang

ditampilkan. Dengan demikian para penikmat sebuah pertunjukan seni tari

dapat mengerti pesan yang hendak disampaikan melalui ekspresi gerak tari

dalam sebuah tarian.

Anak tunarungu dapat membawakan berbagai tarian dengan ritme

yang beragam baik tarian modern maupun tarian tradisional. Sebagai salah

satu contoh anak tunarungu dapat mempelajari tari jaipongan dan dapat

membawakan tariannya. Tarian jaipong berbeda dengan tarian tradisional

(16)

6

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa pakem atau ketentuan mengenai setiap gerakannya. Perbedaan

keduanya terletak pada ketentuan gerakannya, dimana gerakan tari jaipong

dapat dimodifikasi dan dikreasikan sehinga dapat disesuailkan dengan

kemampuan anak, berbeda dengan tarian tradisional lainnya yang memiliki

pakem dan tidak bisa diubah pada setiap gerakannya.

Tari jaipong yang merupakan modifikasi tari ketuk tilu karya Gugum

Gumbira, merupakan jenis tarian yang gerakannya sangat beragam dimana

beberapa gerakannya lincah dan dinamis tetapi memiliki beberapa gerakan

gemulai/lemah lembut serta biasanya diiringi oleh musik yang didominasi

oleh kendang dan iringan musik gamelan sebagai musik pengiring. Tari

jaipong merupakan tarian tradisional kreasi yang dapat dimodifikasi tanpa

meninggalkan ciri khas tari jaipong. Dengan modifikasi dan kreasi baru,

maka gerakan dapat disesuaikan dengan kondisi anak sehingga anak dapat

membawakan tarian jaipong dengan kreasi baru yang mana dapat

memudahkan dalam proses latihan serta memberikan pengalaman tersendiri

bagi anak. Sehingga tujuan pendidikan dalam upaya pengembangan bakat

anak dapat terakomodir.

SLB Negeri Cicendo Kota Bandung sebagai penyelengara pelayanan

pendidikan khusus memiliki sarana dan prasarana guna mendukung upaya

pengembangan minat dan bakat peserta didik agar dapat dikembangkan

secara optimal.

Beberapa sekolah luar biasa, salah satunya SLB Negeri Cicendo

memiliki kegiatan ekstrakurikuler seni tari sebagai wadah untuk

mengembangkan kreativitas peserta didik melalui gerak tari. Setiap peserta

didik yang ingin mengembangkan potensi di bidang keterampilan seni tari

dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni tari yang sudah memiliki

program latihan yang dilakukan secara rutin. Bukan tidak mungkin jika anak

tunarungu mengikuti sanggar seni tari di luar kegiatan sekolah untuk

mengembangkan potensinya, akan tetapi pandangan mengenai kemampuan

anak tunarungu memiliki potensi dalam seni tari masih dipatahkan karena

(17)

7

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tunarungu, sehingga untuk mengikut sertakan anak tunarungu di sanggar

seni tari diluar kegiatan ekstrakurikuler yang sudah disediakan sekolah

nampaknya memiliki beberapa hambatan. Fasilitas yang dimiliki oleh SLB

Negeri Cicendo sebagai penyelengara kegiatan ekstrakurikuler seni tari

sudah cukup memadai dengan tenaga pengajar yang berkompeten di bidang

seni tari. Penyusunan program ekstrakurikuler oleh tenaga pengajar

memiliki perbedaan dengan penyusunan pembelajaran di kelas, sehingga

pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni tari di ekstrakurikuler menjadi

berbeda.

Dengan mengikuti ekstrakurikuler seni tari diharapkan setiap peserta

didik dapat menyalurkan minat dan bakatnya serta dapat menumbuhkan rasa

percaya diri, kreativitas, dan munculnya sikap apresiatif terhadap suatu

karya seni dengan didapatkannya pengalaman estetik yang terkandung

dalam seni tari.

Pendidikan seni tari yang diberikan dalam program ekstrakurikuler

diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan baru bagi setiap peserta

didik dan dapat membantu mereka untuk membangun pribadi yang lebih

kreatif, optimis dan percaya dengan segala keterbatasan yang mereka miliki,

akan tetapi fakta di lapangan menunjukan belum adanya pedoman sebagai

bahan acuan pelaksanaan pembelajaran seni tari bagi anak tunarungu yang

membutuhkan layanan khusus baik dari segi perencanaan pembelajaran,

langkah-langkah pembelajaran serta proses evaluasi pembelajaran seni tari.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung”.

B. Fokus Masalah Penelitian

Pada penelitian ini, masalah berfokus pada bagaimana pembelajaran

(18)

8

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Negeri Cicendo Bandung., yang secara rinci dijabarkan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa

tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri

Cicendo Kota Bandung ?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa

tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri

Cicendo Kota Bandung ?

3. Bagaimana proses evaluasi kemampuan menari siswa tunarungu

dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Penelitian Secara Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB

dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota

Bandung..

b. Tujuan Penelitian Secara Khusus

1. Untuk mengetahui persiapan secara sistematik mengenai

perencanaan pembelajaran serta tujuan yang akan dicapai

dalam pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat

SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo

Kota Bandung..

2. Untuk mengetahui tahapan pembelajaran tari jaipong pada

siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni

tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung..

3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran tari jaipong pada

siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni

(19)

9

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tari jaipong pada

siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni

tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.

5. Untuk mengetahui proses evaluasi pembelajaran tari jaipong

pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler

seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat di ambil

baik secara teoritis maupun secara praktis, adapun kegunaan dari

penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis

1. Sebagai karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan

bagi lembaga pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus, serta pada khususnya bagi anak tunarungu.

2. Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai

permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran

pengembangan keterampilan pada siswa tunarungu.

b. Secara praktis

1. Bagi Penulis

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan

pemahaman mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dalam meningkatkan kemampuan keterampilan seni tari

jaipong bagi siswa tunarungu dalam ekstrakurikuler seni tari

tingkat SMALB di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

2. Bagi Guru

Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai

perkembangan kemampuan menari siswa tunarungu, juga

sebagai masukan dalam memfasilitasi aspek perkembangan

(20)

10

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi Orang tua

Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan, wawasan

dan pemahaman tentang perkembangan kemampuan menari

jaipong anak dan mengetahui upaya yang dapat dilakukan

dalam meningkatkan kemampuan menari anak.

4. Bagi Sekolah

Sebagai pertimbangan untuk memperhatikan pelayanan dan

fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tari

jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam

ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

(21)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,

2011:2), sehingga dalam sebuah penelitian, penggunaan metode

merupakam hal yang sangat penting karena berperan dalam memperoleh

data-data yang diperlukan untuk pemecahan masalah dari permasalahan

yang sedang diteliti agar tujuan penetlitian yang diharapkan dapat

tercapai.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. John W.

Cresswell dalam Hamid Patilima (2011:61) menyatakan bahwa

Metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi. Secara bertahap peneliti berusaha memahami fenomena social dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogkan, dan mengelompokan objek studi. Peneliti memasuki dunia informan dan melakukan interaksi terus menerus dengan informan, dan mencari sudut pandang informan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variable-variabel bebas, tetapi

menggambarkan suatu kondisi apa adanya”(Nana Syaodih, 2012:73).

Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian bertujuan untuk

memperoleh gambaran pembelajaran tari jaipong pada anak tunarungu

serta mengungkap fenomena-fenomena yang yang ada disekitarnya.

Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menyajikan data yang diperoleh kedalam sebuah penjelasan berupa

(22)

45

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjelaskan serta mengungkapkan berbagai gamabaran serta

fenomena-fenomena yang muncul dilapangan secara alamiah.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Tempat diadakannya penelitian ini adalah SLB Negeri Cicendo

yang beralamat di Jalan Cicendo No. 2 Kota Bandung. . Dipilihnya SLB

Negeri Cicendo sebagai lokasi penelitian dikarenakan sekolah ini

memiliki ekstrakurikuler tari dengan sarana dan prasarana yang cukup

representative. Adapun subjek yang diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Inisial Nama

Jenis

Kelamin Jabatan

1. BK P Guru pembina Ekstrakurikuler

seni tari

2. NS P Pelatih seni tari

3. SN P Siswa tunarungu tingkat SMALB

di SLB Negeri Cicendo

4. RS P Siswa tunarungu tingkat SMALB

di SLB Negeri Cicendo

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif semua data diperoleh secara alamiah

sesuai fenomena yang terjadi, Sugiyono(2012:63) menjelaskan bahwa “

pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),

sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam

(in depth interiview) dan dokumentasi”. Disebutkan oleh Hamid Patilima

(23)

46

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semakin konsisten menggunakan/menerapkannya, maka semakin mudah

bagi kita untuk menganalisis”.

Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2011:226) menyatakan bahwa,

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Pengamatan

dilakukan dengan menggunakan teknik observasi pasitipasi pasif,

dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang

akan diamati, akan tetapi peneliti hanya datang di tempat kegiatan

berlangsung untuk melakukan pengamatan.

Dalam teknik pengumpulan data ini, data yang diperoleh

akan lebih lengkap, jelas dan menyeluruh serta bersifat murni tanpa

adanya campur tangan orang lain karena peneliti yang bertindak

sebagai instrumen yang tidak terlibat secara langsung.

2. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2011:231) mendefinisikan

wawancara “merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui wawancara adalah teknik wawancara terstruktur,

artinya pewawancara sebelumnya menentukan dan menyiapkan

pertanyaan-pertanyan sesuai dengan permasalahan yang akan

diungkap.

Saat melakukan wawancara peneliti sebagai pewawancara

membawa pedoman wawancara serta dapat dibantu dengan

alat-alat wawancara seperti buku cacatan, tape recorder atau alat-alat

(24)

47

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil wawancara yang dilakukan. Dengan demikian data yang

diperoleh dan tidak terungkap sebelumnya dalam observasi akan

lebih lengkap dan mendalam.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu

(Sugiyono, 2012:82). Dalam Samiaji Sarosa (2012:61) disebutkan

bahwa “dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web,

foto dan lainnya”.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono

(2012:222), “peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya”.

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

melengkapi hasil temuan dari observasi dan wawancara yang telah

dilakukan dalam penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh

dari dokumen dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap.

D.Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dilakukan untuk menilai data yang telah

diperoleh, sehingga dapat dinyatakan bahwa dapat yang telah diperoleh

meupakan data yang valid. Pengujian keabsahan data yang digunakan

oleh peneliti adalah teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan

bertujuan untuk menguji dengan melakukan pengecekan dan

membandingkan data yang sudah diperoleh dari lapangan.

Terkait pengujian keabsahan data, Sugiyono (2011:273)

(25)

48

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu”.

E.Teknik Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono (2011:244) menyatakan bahwa, “analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain”.

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011:244) mmenyatakan

bahwa “Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian

kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep

dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dapat di

evaluasi”.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan

data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang

sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan

data yang didapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik

triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut

berkembang menjadi teori. (Sugiyono, 2011:335)

Pada penelitian kualitatif, proses analisis berlangsung pada saat

data diperoleh, artinya apabila peneliti merasa belum puas dengan data

yang diperoleh maka peneliti melanjutkan pengamatan untuk

memperoleh data yang lebih lengkap dan mendalam dan dianggap

kredibel. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2011:337)

(26)

49

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh”. Adapun aktifitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan

conclusion drawing/ verification (menarik kesimpulan/ verifikasi).

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya (Sugiyono, 2011:338).

Dengan mereduksi data, data yang diperoleh dari lapangan

dengan jumlah yang cukup banyak akan memudahkan peneliti

untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas atas data yang telah

diperoleh serta memudahkan peneliti untuk melakukan

pengumpulan data pada tahap berikutnya.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap kedua setelah dilakukannya

reduksi data. Sugiyono (2011:341) menjelaskan bahwa “dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2011:341) Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada tahap kedua, data-data yang telah diperoleh kemudian

disusun lalu disajikan agar dapat memudahkan peneliti dalam

memahami apa yang terjadi terkait fenomena atau permasalahan

yang sedang diteliti tersebut.

3. Verifikasi

Verifikasi merupakan tahap ketiga sekaligus proses analisis

data terakhir dalam teknik analisis data. Dalam tahap ini dilakukan

penarikan kesimpulan atau proses pengambilan intisari dari

(27)

50

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bentuk pernyataan yang singkat dan padat akan tetapi dapat

(28)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari apa

yang menjadi fokus masalah dalam Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa

Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri

Cicendo Kota Bandung. Adapun pembahasan hasil penelitian mengenai

perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan serta proses evaluasi. Dari

hasil penelitian yang dilakukan di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung,

maka kesimpulan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat

SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota

Bandung menunjukan bahwa guru dan pelatih belum menyusun

asessmen dan belum melakukan asessmen kepada siswa sebagai

bagian dari sebuah perencanaan pembelajaran. Untuk mengetahui

kemampuan awal siswa, guru dan pelatih hanya melakukan

pengamatan untuk mengukur kemampuan awal siswa. Rencana

pelaksanan pembelajaran yang telah disusun belum memenuhi

kriteria sebagaimana sebuah perencanaan pembelajaran yang dapat

dijadikan sebagai pedoman pengajaran. Perencanaan pembelajaran

disusun dalam program ekstrakurikuler selama satu semester.

Kegiatan ekstrakurikuler ini didukung oleh tenaga ahli dibidangnya

serta fasilitas yang cukup memadai. Adapun kendala terkait sarana

pendukung adalah ruangan kesenian yang sudah dimiliki oleh

sekolah tergabung dengan ruangan BKBPI dan ruangan

ekstrakurikuler lainnya, sehingga, untuk mengatasi kegiatatan yang

(29)

71

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Proses pelaksanaan pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu

tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo

Kota Bandung sudah cukup baik, sesuai dengan proses pelaksanaan

pembelajaran pada umumnya. Pelaksanaan pembelajaran memiliki

urutan yang terstruktur dan alur yang jelas. Peserta didik dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik. Guru dapat menanggulangi

hambatan hambatan yang muncul pada saat proses pembelajaran.

Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah

ditentukan, akan tetapi sewaktu-waktu mengalami perubahan yang

disebabkan oleh adanya kegiatan sekolah.

3. Proses evaluasi kemampuan menari siswa tunarungu tingkat

SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota

Bandung dilaksanakan dalam dua sesi, yakni pada saat proses

pembelajaran dengan melakukan pengamatan dan pada akhir

kegiatan yang disebut dengan evaluasi hasil dengan melakukan tes

perbuatan. Adapun aspek yang dievaluasi oleh guru merupakan

gerak tari yang terintegrasi kedalam tiga aspek yakni wiraga,

wirahma dan wirasa. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam melakukan gerak tari serta kelayakan siswa

dalam melakukan pementasan tari. Dalam mengevaluasi siswa guru

belum menentukan kriteria minimal untuk mengukur kemampuan

siswa sehingga proses evaluasi yang dilakukan dapat disimpulkan

belum memberikan hasil evaluasi yang pasti atau terukur.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan rekomendasi

bagi pihak sekolah, bagi guru, bagi orangtua dan bagi peneliti selanjutnya

agar dijadikan sebagai masukan dan tindak lanjut dari penelitian yang telah

dilaksanakan ini.

(30)

72

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Diharapkan sekolah dapat menyediakan dan menambah fasilitas

pendukung yang belum ada, terutama fasilitas pendukung yang

sangat menunjang pembelajaran.

2. Bagi Guru

a. Diharapkan guru dapat membuat program perencanaan sesuai

dengan prinsip-prinsip dalam menyusun program perencanaan

yang telah ada, agar dapat dijadikan sebagai acuan pada saat

kegiatan belajar mengajar.

b. Hendaknya guru dapat meningkatkan kompetensi sesuai bidang

yang sedang digelutinya agar terwujud pembelajaran yang efektif

dan efisien, karena peningkatan kompetensi ini dapat menambah

penguasaan pengetahuan serta profesinalisme guru dalam

mengajar.

c. Pada proses evaluasi diharapkan guru/pelatih dapat menentukan

kriteria penilaian agar hasil pembelajaran dapat terukur seperti

pada tiga aspek penilaian wiraga, wirahma, dan wirasa yang dapat

dinilai dengan ukuran baik, cukup atau kurang. Sehingga

pengambilan keputusan sebagai bagian dalam proses evaluasi

dapat sesuai dengan informasi yang sudah didapatkan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat meneliti hal lain yang

berkaitan dengan keterampilan menari jaipong pada siswa

tunarungu, dengan merubah subjek penelitian atau fokus

permasalahan yang berbeda.

b. Diharapkan peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian

mengenai pembelajaran tari jaipong disekolah lain sebagai

pembanding dari pembelajaran tari jaipong di SLB Negeri

(31)

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, R. dan Rusliana.(1979). Pendidikan Kesenian Seni Tari. Jakarta: PT Rais Utama

Badan Standar Nasional Pendidikan.(2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Boeree, C.George.(2008). Metode Pembelajaran Dan Pengajaran. Yogyakarta : Ruzz Media

Bunawan, Lani & Cecilia Susila Yuwati.(2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama

Caturwati, Endang.(2007). Tari di Tatar Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press – STSI Bandung

Dimyati & Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Libal, Autumn.(2009).Samudra di Dalam Diriku: Pemuda Penyandang Tunarungu dan Cacat Pendengaran. Sleman : Intan Sejati Klaten

Majid, Abdul.(2012).Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nahlan, Arthur S. dkk.(2007). Gugum Gumbira dari Chacha ke Jaipongan. Bandung : Sunan Ambu Press – STSI Bandung

Narawati, Tati & R. M. Soedarsono.(2005). Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI)

(32)

74

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Purwanto, M. Ngalim.(2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Rusliana, Iyus.et al. (2009). Kompilasi Istilah Tari Sunda. Bandung: Jurusan Tari STSI

Sadjaah, Edja.(2013). Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung : Refika Aditama

Sadjaah, Edja. (2003) . Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran

Dalam Keluarga. Bandung : San Grafika

Sagala, Syaiful.(2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sarosa, Samiaji.(2012). Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar. Jakarta : Indeks

Setiawati, Rahmida.(2008). Seni Tari untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,Departemen

Pendidikan Nasional. Tersedia [online] :

http://ftp.lipi.go.id/bse/SMK/Kelas%20X/Kelas%20X_SMK_seni-tari_rahmida.pdf.pdf . [28 Juni 2014]

Setiawati, Rahmida.(2008). Seni Tari untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,Departemen

Pendidikan Nasional. Tersedia [online] :

http://ftp.lipi.go.id/bse/SMK/Kelas%20XI/Kelas%20XI_smk_seni-tari_rahmida.pdf.pdf . [28 Juni 2014]

Somantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sopiatin, Popi.(2010). Manajemen Berbasis Sekolah Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor : Ghalia Indonesia

(33)

75

Frida Noer Syafaat, 2014

Pembelajaran Tari Jaipong Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Dalam Ekstrakurikuler Seni Tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABETA

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih.(2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sumardjo, Jakob.(2000). Filsafat Seni. Bandung : ITB

Suparno, A. Suhaenah.(2001). Membangun kompetensi belajar. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Universitas Pendidikan Indonesia.(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan

Gambar

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran ekstrakurikuler seni tari merupakan pelajaran tambahan, yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari bertujuan untuk

Sistem Pengelolaan Pengetahuan SLB Negeri Cicendo Bandung yang dibangun dapat membantu guru yang berhalangan hadir dengan mengunggah materi ajar yang akan disampaikan, kemudain

Pengaruh Metode Total Physical Response Storytelling dalam Meningkatkan Perbendaharaan Kata Kerja Bahasa Inggris Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Kelas X di SLB Negeri Ciamis

RIWAYAT HIDUP.. PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG. Penelitian ini mengkaji peranan orang tua dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan- kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran keterampilan seni tari kreasi pada siswa tunarungu ini dihadapi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © FRIDA NOER SYAFAAT 2014 Universitas

Kegiatan inti pada pembelajaran ekstrakurikuler kesehatan reproduksi bagi anak tunarungu di SLB Negeri 2 Bantul menerapkan beberapa metode dan media dalam

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia