Dwi Nurosita Dewi,2013
Nomor: 015/Skripsi/PKH-FIP-S1/Oktober 2013
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SENI TARI KREASI
PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT MENENGAH
DI SLB B-C PAMBUDI DHARMA 2 KOTA CIMAHI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Dwi Nurosita Dewi 0800892
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dwi Nurosita Dewi,2013
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SENI TARI KREASI
PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT MENENGAH DI
SLB B-C PAMBUDI DHARMA 2 KOTA CIMAHI
Oleh
Dwi Nurosita Dewi
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendididkan Jurusan Pendidikan Khusus
© Dwi Nurosita Dewi 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dwi Nurosita Dewi,2013
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SENI TARI KREASI PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT MENENGAH
DI SLB B-C PAMBUDI DHARMA 2 KOTA CIMAHI Dwi Nurosita Dewi (0800892)
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I
Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 195809071987031001
Pembimbing II
Dr. H Musjafak Assjari, M.Pd NIP. 195505161981011001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Dwi Nurosita Dewi,2013
Pembelajaran Keterampilan Seni Tari Kreasi Pada Siswa Tunarungu Tingkat Menengah Di SLB B-C
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SENI TARI KREASI PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT MENENGAH DI SLB B-C PAMBUDI
DHARMA 2 KOTA CIMAHI
Dwi Nurosita Dewi
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti dalam melihat pembelajaran keterampilan seni tari kreasi pada siswa tunarungu, bagaimana cara guru dalam memberikan pembelajaran keterampilan seni tari kreasi pada siswa tunarungu tingkat menengah. Seorang guru dituntut untuk memecahkan persoalan bagaimana cara untuk memberikan pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa tunarungu terutama dalam pembelajaran keterampilan seni tari kreasi ini.. Tari kreasi digunakan karena gerakan-gerakannya yang mudah ditiru dan diingat oleh siswa. Selain itu, gerakan tari kreasi lebih sederhana dan tidak membahayakan bagi siswa. Untuk itu, pembelajaran tari dengan materi tari kreasi ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan minat, bakat, kreativitas dan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran tari bisa lebih bermakna bagi diri siswa itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mencari gambaran bagaimana pembelajaran keterampilan seni tari kreasi pada siswa tunarungu tingkat menengah di SLB B-C Pambudi Dharma 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran keterampilan seni tari kreasi pada siswa tunarungu ini dihadapi guru seni tari dengan bekerjasama dengan guru kelas dan membuat perencanaan program pembelajaran, strategi pembelajaran, serta melakukan pendekatan untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembelajaran serta upaya dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam setiap pembelajaran.
Dwi Nurosita Dewi,2013
Pembelajaran Keterampilan Seni Tari Kreasi Pada Siswa Tunarungu Tingkat Menengah Di SLB B-C
LEARNING SKILLS STUDENT ART AT THE DEAF DANCE CREATION OF MEDIUM IN SLB B-C PAMBUDI DHARMA DHARMA 2
CIMAHI
Dwi Nurosita Dewi
Indonesia University of Education
ABSTRACT
This research is motivated by the researcher's interest in seeing the creation of learning dance skills in deaf students, how teachers provide learning skills in the art of dance creations at the intermediate level deaf students. A teacher is required to solve the problem of how to provide learning that is considered difficult by deaf students learning skills, especially in the creation of dance with dance material creations. Used for the creation of dance movements are easily imitated and remembered by students. In addition, the creation of dance movement is simpler and not harmful to the students. To that end, learning dance with dance material creations can be used as an alternative to increase the interest, talent, creativity and abilities of students, so that learning can dance more meaningful for the student's own self. The study was conducted using a qualitative approach. This study aimed to explore the idea of how learning creative dance skills in deaf students at the intermediate SLB BC Pambudhi Dharma 2. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques used is by observation, interview and documentation. The results showed that the difficulties faced by teachers in teaching creative dance skills in deaf students dance teacher is faced with in collaboration with classroom teachers and make learning program planning, instructional strategies, and approaches to find out what the contributing factors and inhibiting factor in learning as well as efforts to overcome the obstacles that appear in every lesson.
Dwi Nurosita Dewi,2013
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Fokus Masalah 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Keterampilan 8
B. Seni Tari 9
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 39
D. Pengujian Keabsahan Data 42
E. Analisis Data 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dwi Nurosita Dewi,2013
Daftar Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Gerak Ukel Penuh Tangan Kanan 15
2.2 Gerak Ukel Penuh Tangan Kiri 17
2.3 Gerak Ukel Kembar 18
2.4 Gerak Ukel Kembar Samping Lurus 20
2.5 Gerak Ukel Kembar Samping Bawah 21
2.6 Gerak Ukel Kembar Samping Atas 23
2.7 Gerak Kaki Masekon 24
2.8 Gerak Kaki Keupat Hanca 25
2.9 Gerak Keupat Hanca Gabungan 26
2.10 Gerak Keupat Gancang/Cepat 27
Dwi Nurosita Dewi,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan tidak terkecuali
dengan anak berkebutuhan khusus. Mengenai hak pendidikan bagi warga Negara yang
berkebutuhan khusus pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 15 ayat 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang didalamnya menyatakan bahwa “Warga Negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan intelektual dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.” Atas dasar hukum tersebut, dibuat bentuk suatu sistem pendidikan oleh berbagai lembaga pemerintah dan swasta yang mengarah pada pelayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus Heward (2009) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka
memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat. Salah satu karakteristik ABK yang akan dibahas lebih
mendalam mengenai pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tunarungu.
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengarannya. Berdasarkan berbagai penelitian, Myklebust dalam Permanarian
Somad dan Tati Hernawati (1996:13) berpendapat bahwa ”daya abstraksi yang kurang
2
Dwi Nurosita Dewi,2013
suatu keadaan mental retardation/ terbelakang mental”. Pada umumnya inteligensi anak
tunarungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan
informasi, dan kiranya daya abstraksi anak.
Kemampuan anak dalam menerima atau menyerap apa yang disampaikan dalam
proses pembelajaran sangatlah berbeda-beda. Begitupun dengan anak berkebutuhan
khusus, maka dari itu diperlukan layanan pendidikan khusus untuk anak yang disesuaikan
dengan kemampuan anak agar dapat mengembangkan potensinya seoptimal
mungkin.Lembaga pendidikan menyelenggarakan berbagai bidang pengajaran atau mata
pelajaran.Salah satu dari mata pelajaran tersebut adalah seni tari.Pengetahuan dasar
tentang seni tari serta keterampilan penggunaannya merupakan hal yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, karena anak tunarungu dengan keterbatasannya lebih banyak
menggunakan gerakan-gerakan sebagai isyarat dalam berkomunikasi.
Seni tari dapat dikatakan sebagai kesenian universal maksudnya adalah kesenian
ini terdapat dan dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia.Seni tari juga
sering dikatakan sebagai cabang kesenian yang sangat tua dan menari merupakan
aktivitas yang paling dekat dan lekat dengan kehidupan manusia. Alasannya, materi baku
dari kesenian ini adalah gerak dan alat ungkap yang paling penting dari kesenian ini
adalah manusia itu sendiri. Tari dalam banyak hal, menampilkan sekaligus memperkokoh
cara hidup bermasyarakat, sebagai perwujudan ekspresi, termasuk keberagaman etnisitas
yang ada didalam lingkup sosialnya.
Secara umum, pembelajaran keterampilan seni tari bagi anak/siswa penyandang
tunarungu tidak jauh berbeda dengan pembelajaran keterampilan seni tari bagi anak
normal.Perbedaannya yaitu pelajaran yang diberikan bisa memerlukan waktu yang lebih
lama daripada anak normal pada umumnya.Hal ini disebabkan karena daya dengar siswa
tunarungu yang kurang.Sehingga para siswa kurang maksimal dalam menangkap
instruksi yang diberikan oleh guru.
Selain itu, guru juga sebagai pendidik memiliki kesulitan dalam memberikan
3
Dwi Nurosita Dewi,2013
belajar seni tari tersebut membuat pengajar dituntut untuk memecahkan persoalan
bagaimana cara untuk memberikan pembelajaran yang dianggap terasa sulit oleh
sebagian siswa tunarungu. Upaya tersebut dapat berupa perencanaan program
pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan untuk mengetahui apa yang menjadi
faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran. Selain itu, guru dituntut untuk
lebih focus serta harus mampu membina dan mengembangkan sisi positif dari
kemampuan mereka, dan memberikan kompensasi pada kekurangannya.Guru juga
dituntut untuk memiliki kesabaran yang tinggi dalam mengajarkan keterampilan seni tari
pada siswa tunarungu.
Dalam pembelajaran seni tari ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan
kreatif.Seorang guru bertugas sebagai pemberi arahan dan sumber belajar kepada siswa.
Untuk itu, seorang guru harus memilih bahan ajar yang tepat agar dalam pembelajaran
seni tari ini tidak bersifat monoton dan siswa dapat memahami materi apa yang diberikan,
sehingga interaksi antara siswa, guru dan lingkungan dapat berjalan dengan baik.
Jika kita melihat tari yang ada di Indonesia, khususnya Jawa, kita dapat melihat
perbedaan jenis-jenis tari yang ada.Adapun jenis-jenis tari itu adalah tari rakyat, tari
klasik, tari kreasi dan tari modern.
Sebelum menentukan tarian apa yang akan diajarkan pada siswa, seorang guru
harus mengetahui bagaimana karakteristik dari setiap tarian. Tentunya dalam hal ini tidak
sembarang orang tahu bagaimana karakteristik dari setiap tarian, diperlukan seorang ahli
di bidangnya. Hal yang menarik dari penelitian ini yaitu bagaimana seorang guru tari
yang bukan ahli di bidangnya akan tetapi dapat memberikan pembelajaran tari bagi siswa
tunarungu dengan hasil yang cukup baik. Dilihat dari hasil bagaimana siswa melakukan
tarian dan prestasi yang pernah diraih oleh siswa ketika mengikuti perlombaan –
perlombaan baik yang diadakan antar sekolah Kota Cimahi maupun antar sekolah di
Jawa Barat.
Dalam kaitan ini dipandang perlu menerapkan suatu materi pembelajaran yang
dapat meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa yaitu melalui tari kreasi. Tari
4
Dwi Nurosita Dewi,2013
dan diberi nafas Indonesia baru. Tari kreasi ini digunakan pada pembelajaran siswa
karena gerakan-gerakannya yang mudah ditiru dan diingat oleh siswa.Selain itu, gerakan
tari kreasi lebih sederhana dan tidak membahayakan bagi siswa.Untuk itu, pembelajaran
tari dengan materi tari kreasi ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan
minat, bakat, kreativitas dan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran tari bisa lebih
bermakna bagi diri siswa itu sendiri.Melalui tari kreasi ini siswa diharapkan memiliki
rasa cinta terhadap seni dan mampu mengembangkan kemampuannya dalam menguasai
tari daerah setempat serta dapat memiliki nilai-nilai yang bermanfaat, selain itu siswa
juga lebih mengenal budayanya dibandingkan dengan budaya luar.
Sekolah Luar Biasa B-C Pambudi Dharma 2 merupakan salah satu sekolah luar
biasa di kota Cimahi yang menyediakan layanan pendidikan khusus bagi anak tunarungu
dan tunagrahita. Sekolah Luar biasa B-C Pambudi Dharma 2 ini memberikan layanan
bagi anak tunarungu dan tunagrahita mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah
menengah umum.
Program pembelajaran di SLB B-C Pambudi Dharma mengacu pada kurikulum,
isi dimana materi pembelajarannya tidak jauh berbeda dan diupayakan sama dengan
materi pembelajaran di sekolah dasar biasa. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu
dimodifikasikan seperti yang menyangkut teknik penyampaian materi pelajaran, serta
metode mengajar yang digunakan oleh tenaga pengajar.Mengingat keterbatasan yang
dimiliki anak tunarungu, maka materi yang diberikan pada anak-anak tunarungu di SLB
B-C Pambudi Dharma ini cenderung pada tari kreasi.Tari yang digunakan yaitu tari
Linggapaksi.
Kemampuan anak dalam menciptakan sebuah tarian belum bisa tergali dengan
baik, kemampuan gerak mereka masih terbatas, mereka hanya bisa mengikuti gerakan
yang diberikan atau bisa dikatakan dengan peniruan serta belum ada keberanian dalam
mengungkapkan gerak tari.Dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran tari kreasi ini
seorang guru harus dapat memotivasi siswa agar dapat mengembangkan bakat dan
5
Dwi Nurosita Dewi,2013
bahan ajar, tetapi guru juga dituntut untuk bisa menggali bakat dan kemampuan yang
dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
tentang pembelajaran seni tari kreasi di SLB B-C Pambudi Dharma 2 serta faktor
penghambat dan bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan yang muncul pada
saat pembelajaran.Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pembelajaran Keterampilan
Seni Tari Kreasi Pada Siswa Tunarungu Tingkat Menengah di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Kota Comahi”.
B. Fokus Masalah Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran pada latar belakang penelitian, maka focus
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran seni tari kreasi pada siswa
tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?.” Agar dalam pelaksanaannya tidak
terlalu meluas, maka fokus masalah ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan
penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu
di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di SLB
B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
3. Bagaimana evaluasi yang diberikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari
kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
4. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari
kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
5. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan yang muncul pelaksanaan
pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2
Cimahi?
6
Dwi Nurosita Dewi,2013
Dalam penelitian ini selain penulis memiliki tujuan penelitian, penulis juga beharap
agar penelitian ini memiliki kegunaan. Rincian dari tujuan penelitian :
a. Tujuan penelitian secara umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
pembelajaran keterampilan tari bagi siswa tunarungu tingkat menengah di SLB B-C
Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi.
b. Tujuan penelitian secara khusus
1. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan pembelajaran seni tari
kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi
2. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana evaluasi yang diberikan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C
Pambudi Dharma 2 Cimahi
3. Untuk mendapatkan gambaran apa yang menjadi faktor penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C
Pambudi Dharma 2 Cimahi
4. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan
yang muncul pelaksanaan pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di
SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi.
Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu :
1. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan dalam Ilmu
Pendidikan Luar Biasa yaitu beberapa alternatif yang dapat digunakan dalam
usaha penyampaian materi pada siswa tunarungu khususnya dalam metode
pembelajaran seni tari bagi siswa tunarungu dan pemahaman serta bagian dari
penelitian selanjutnya.
7
Dwi Nurosita Dewi,2013
penelitian ini dapat dijadikan masukan terhadap guru dan sekolah untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar guna meningkatkan kemampuan seni
tari pada peserta didik.
3. Bagi calon pendidik, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang layanan pendidikan bagi siswa tunarungu, sehingga dapat
memberikan layanan pendidikan yang sesuai dan berkualitas bagi siswa
tunarungu guna meningkatkan kemampuan pada peserta didik dalam layanan
Dwi Nurosita Dewi,2013
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi yang
beralamat di Jalan Sumur Bor No. 79 Cimahi.Pemilihan tempat penelitian berdasarkan
pada kebutuhan data penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam kelancaran penelitian ini.Yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah guru (LM).Subjek guru dalam penelitian ini berinisial
LM berusia 36 tahun dan sudah hampir 13 tahun mengajar.LM adalah seorang guru yang
cukup mahir dalam bidang seni tari, beliau juga merangkap sebagai guru kelas pada kelas
autis. Beliau sangat antusias dalam kemajuan siswa tunarungu dan mengerti akan
pentingnya kebutuhan siswa tunarungu untuk keterampilan dan kemandirian.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari gambaran bagaimana pembelajaran
keterampilan seni tari kreasi pada siswa tunarungu tingkat menengah di SLB B-C
Pambudi Dharma 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif artinya prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, ucapan atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dan
orang-orang atau subyek itu sendiri (Furchan 1992:21). Metode ini disebut juga sebagai
metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut
metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang ditentukan di lapangan.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang disebut pendekatan investigasi
karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan
berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian (MC Millan & Schumacher, 2003).
39
Dwi Nurosita Dewi,2013
Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menelitipada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis dan
bersifat induktif, data hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan
fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok tertentu secara akurat.
Dengan kata lain, penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan seperangkat
peristiwa atau kondisi populasi saat ini. Penelitian deskriptif merupakan cara untuk
menemukan makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan, menentukan frekuensi
kemunculan sesuatu, dan mengkategorikan informasi. Penelitian deskriptif dilakukan
dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan
hubungan antara berbagai variabel.
Dengan menggunakan metode ini peneliti mencoba untuk mengetahui
pembelajaran keterampilan seni tari kreasi tingkat menengah di SLB B-C Pambudi
Dharma 2.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian Kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306), “peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya”.
Dalam metode ini digunakan teknik-teknik pengumpulan data, yaitu:
40
Dwi Nurosita Dewi,2013
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti.
Observasi diartikan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan
disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidik
(Hendrarto 1987:76). Teknik observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan
data yang lebih, diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang
tampak pada objek penelitian, langsung ditempat dimana suatu peristiwa, keadaan
dan situasi yang sedang terjadi. Adapun aspek-aspek yang diobservasi dalam
penelitian ini adalah: Kondisi fisik SLB dan Proses pembelajaran tari bagi anak-anak
SLB B-C Pambudi Dharma 2 Kota Cimahi apakah sesuai atau tidak antara
perencanaan dan pelaksaan. Observasi yang dilakukan untuk mengetahui dan
mengamati secara lebih jelas dan rinci yang berkenaan dengan kegiatan belajar seni
tari di lingkungan sekolah dengan menggunakan alat bantu berupa kamera foto dan
daftar cek. Observasi dilakukan untuk mengecek kebenaran informasi yang diperoleh
melaui wawancara.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan
muka dengan orang yang memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 1999:64).
Menurut Moleong (1990:135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan narasumber yaitu pihak yang diwawancarai dan yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara yang digunakan adalah dengan
pembicaraan informal artinya pertanyaan yang diajukan tergantung pada wawancara
dengan mempertimbangkan pokok-pokok yang akan dipertanyakan. Wawancara untuk
memperoleh informasi dilaksanakan dengan melihat situasi dan kondisi guru-guru
serta karyawan SLB, sehingga hubungan antara pewawancara dengan yang
diwawancarai berlangsung biasa dan wajar.Pertanyaan dan jawabannya berjalan
seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara yang dilakukan
41
Dwi Nurosita Dewi,2013
1) Bagaimana perencanaan program pembelajaran seni tari kreasi pada siswa
tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di
SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
3) Bagaimana evaluasi yang diberikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari
kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
4) Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari
kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma 2 Cimahi?
5) Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan yang muncul pelaksanaan
pembelajaran seni tari kreasi pada siswa tunarungu di SLB B-C Pambudi Dharma
2 Cimahi?
Wawancara yang dilakukan untuk mengungkap permasalahan yang dibahas
yang sifatnya mendalam
c. Dokumentasi
Goba dan Lincholn dalam Moleong (1990: 161) menyatakan bahwa teknik
dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang berupa pertanyaan tertulis yang
disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa
seperti sumber tertulis, film, data. Teknik dokumentasi ini dilaksanakan untuk
memperoleh data sekunder guna melengkapi data yang belum ada, yang belum
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar pendidikan seni tari berupa satuan pelajaran, daftar siswa, kurikulum,
daftar nilai, foto kegiatan di SLB B-C Pambudi Dharma 2.
A. Pengujian Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai pengecekan data dari
42
Dwi Nurosita Dewi,2013
pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata
lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Validasi data
dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi
metode.
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan
observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau
data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Sedangkan Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam
penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan
survei.Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas
dan wawancara terstruktur.Peneliti juga menggunakan wawancara dan obervasi atau
pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut.Melalui berbagai perspektif atau pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran.Karena itu, triangulasi tahap ini
dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan
43
Dwi Nurosita Dewi,2013
misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi
tidak perlu dilakukan.Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan:
1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,
2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data,
3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
Dalam hal ini yang penting adalah bisa mengetahui adanya alas an-alasan
terjadinya perbedaan-perbedaan yang terjadi selama dilapangan baik ketika observasi
ataupun wawancara.
B. Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.Dengan pengamatan terus menerus
tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.Data yang diperoleh pada umumnya
data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data
yang digunakan belum ada polanya yang jelas.Oleh karena itu sering mengalami
kesulitan dalam melakukan analisis. Seperti dinyatakan Nasution, dalam buku Sugiyono
bahwa:
“ Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis
memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yg tinggi. Tidak ada cara tertentu
yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari
sendiri metode yang dirasakan cocok dangan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa
diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda “
Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip
44
Dwi Nurosita Dewi,2013
meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan
semuanya kepada orang lain (Bogdan & Biklen, 1982).
Yang dimaksud dalam proses analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.Dalam
menyajikan data dapat berbentuk table, grafik dan sejenisnya. Melalui penyajian
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga data
akan mudah dipahami.
c. Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles and Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif akan bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian yang
Dwi Nurosita Dewi,2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran keterampilan seni tari kreasi di SLB B-C Pambudi
Dharma ini yaitu dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Perencanaan dilakukan dengan adanya kerjasama antara guru seni tari dan guru kelas
dalam pembuatan RPP. Penentuan standar kompetensi dan kompetensi dasar
disesuaikan dengan kurikulum yang ada dan digunakan di sekolah tersebut. Tujuan
pembelajaran disesuaikan dengan indikator yang telah disusun dan tetap
memperhatikan kemampuan yang dimiliki siswa. Materi-materi yang akan diajarkan
disesuaikan dengan kemampuan siswa dan metode yang dipilih sesuai dengan
pembelajaran yang diberikan bagi siswa tunarungu. Materi yang digunakan yaitu
jenis tarian Tari Kreasi, hal ini dilihat dari kemampuan siswa dan tari kreasi dianggap
lebih mudah dan monoton. Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan
seni tari kreasi ini yaitu dengan pengulangan dan pendekatan secara individual.
Sumber belajar diambil dari buku pelajaran Seni untuk sekolah menengah atas,
internet, pengalaman dan kreasi guru. Media yang digunakan yaitu tape dan kaset seni
tari kreasi.
2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan seni tari di SLB B-C Pambudi Dharma ini
57
Dwi Nurosita Dewi,2013
memperhatikan dalam penyampaian tujuan pembelajaran dan apersepsi. Pada
kegiatan inti, guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi karena
keterbatasan guru dalam menguasai bahasa isyarat, sehigga guru lebih banyak
memberikan gerakan langsung dibandingkan menjelaskan dalam bentuk teori. Dalam
kegiatan inti ini siswa lebih bersemangat karena dalam pelaksanaannya lebih banyak
praktik dibandingkan dengan teori. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran ini yaitu dengan menggunakan pengulangan dan demonstrasi,
sedangkan pendekatan yang dilakukan secara individual. Dalam kegiatan akhir guru
melakukan evaluasi dengan seluruh siswa untuk melakukan gerakan yang telah
diajarkan oleh guru, akan tetapi disini tidak terlihat guru dalam melakukan penilaian /
memberikan skor untuk siswa.
3. Kegiatan evaluasi pembelajaran dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan
setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa dalam menerima dan menyerap apa yang telah diajarkan
oleh guru. Evaluasi yang digunakan yaitu menggunakan tes praktik dengan cara
meminta siswa untuk melakukan gerakan yang telah diajarkan secara bergantian.
Penilaian ini dilihat dari daya tangkap siswa, keluwesan dan penghayatan siswa
dalam melakukan gerakan tari kreasi ini.
4. Hambatan yang ditemukan dilapangan yaitu kesulitan guru dalam penyampaian
materi yang akan diajarkan kepada siswa yang disebabkan terbatasnya kemampuan
guru dalam penguasaan bahasa isyarat, sehingga lebih menggunakan gerakan
langsung dalam penyampaian materi. Kesulitan guru menghadapi siswa yang kurang
58
Dwi Nurosita Dewi,2013
terhadap siswa lainnya. Dalam melaksanakan evaluasi guru mengalami kesulitan
dalam waktu penilaian dan penskoran karena tidak ada standar yang pasti. Selain itu,
hambatan pengayaan sarana dan prasarana, hambatan mengenai SDM yang
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan tenaga pengajar.
5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang muncul selama pembelajaran
yaitu memilih materi dan jenis tari yang sesuai dengan kemampuan siswa sehingga
dalam penyampaian materi pun tidak akan terlalu sulit meskipun memiliki
keterbatasan dalam berbahasa isyarat. Selain itu, guru memberikan motivasi dan
kesempatan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang kurang dipahami
oleh siswa. Dalam menghadapi siswa yang kurang termotivasi, guru memberikan
motivasi kepada siswa misalnya akan diikut sertakan dalam kegiatan lomba. Upaya
yang dilakuan guru dalam memberikan penilaian yaitu dengan cara membuat rentang
nilai yang kriterianya disesuaikan dengan kemampuan siswa.
B. Rekomendasi
1. Bagi Tenaga Pendidik (Guru)
Dalam setiap pembelajaran sebelum membuat program pembelajaran bagi
siswa, pihak pendidik hendaknya melakukan assesmen terlebih dahulu untuk
mengetahui kemampuan siswa sehingga memudahkan untuk para pendidik dalam
membuat program pembelajaran bagi siswa. Dalam memberikan pembelajaran
terhadap siswa tunarungu, hendaknya guru menguasai bahasa isyarat dengan tujuan
untuk membantu guru agar lebih mudah dalam penyampaian materi dalam proses
pembelajaran. Selain itu, penyediaan fasilitas dan sarana belajar bagi siswa yang lebih
59
Dwi Nurosita Dewi,2013
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama
mengenai pembelajaran keterampilan seni tari, tidak hanya pembelajaran
keterampilan seni tari kreasi saja, misalnya seni tari klasik, seni tari modern dan seni
tari tradisional pada jenjang yang berbeda. Peneliti berikutnya dapat memberikan
Dwi Nurosita Dewi,2013
DAFTAR PUSTAKA
Astono, Sigit. Margono. Sumardi. Dan Murtono, Sri. 2006. Apresiasi Seni, Seni Tari dan Seni
Musik 1. Ghalia Indonesia Printing.
Dibia, I Wayan. , Widaryanto, FX. dan Suanda, Endo. 2006. Tari Komunal. Jakarta:
Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
Direktorat PLB (2003) Informasi Pendidikan Anak Tunarungu.[online]
Tersedia:htpp://www.ditplb.or.id
http://kuliah-seni.blogspot.com/2012/09/pengertianfungsijenisdan-peran-seni-tari.html
diakses hari senin tanggal 11 februari 2013 pukul 23:10
http://fathiiyahzulfahnea.blogspot.com/2012/02/jenis-jenis-tari-di-indonesia.html, diakses hari
selasa tanggal 12 februari 2013 pukul 23:46
http://huderi.wordpress.com/tag/jenis-jenis-tarian/ ,
diakses hari selasa tanggal 12 februari 2013 pukul 23:53
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus , diakses hari jum’at tanggal 22 februari
2013 pukul 1:11 am
Ikatan Guru Taman Kana-kanak – PGRI. 2006. Tari Kreasi Baru. Provinsi Jawa Barat.
Laelasari, Elly. Dan Sabaria, Ria. Praktis Belajar Seni Tari. Kementrian Pendidikan Nasional
Dwi Nurosita Dewi,2013
Khusmiyani, Yani (2006). Pembelajaran Tari Sulanjana Bagi Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29
Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI: Tidak diterbitkan.
Moleong, Lexy J. 2012. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Somad, P. dan Hernawati, T. 1995. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung:
Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.