Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
Hermawan,A.(2007)”Teori Mengajar”,dalam Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan.Jakarta:Grasindo
Kantor penanaman modal.(2009).Ragam Hias batik Jawa Barat.Makalah Disajikan Dalam Seminar Pelatihan Desain Motif Batik.Cimahi
Krisna.19Oktober2009.Pengertiandanciripembelajaran.http://krisna1.blog.uns.ac. id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri pembelajaran.Diakses tanggal 13 Agustus 2012
Lembur batik.(2011).Kegiatan kerjasama keterampilan membatik.Cimahi. hal 1-14
Moleong,Lexy J.(1998).Metodologi Penelitian Kualitatif.Jakarta:PT Remaja Rosda Karya
Munandar.(1996).Program Bimbingan Karir Di Sekolah.Jakarta:Depdikbud Dikti
Nurseha,Ratna.(2009).Pendidikan Vokasional memicu Kreatifitas.Diakses tanggal 13 Agustus 2012
Puskur.(2007).Kajian Kebijakan Kurikulum Keterampilan.Depdiknas
Sa’du,A.(2010).Panduan Mengenal&Membuat Batik.Yogyakarta:Harmoni
Saputra,W.(2009).Pendidikan-Vokasional:Lewat-Penguasaan-keterampilan- Peluang-Berkembang-Pun-Makin-Pesat. Diakses tanggal 13 Agustus 2012
Somad-Tati,P.(1995).Ortopedagogik Anak Tunarungu.Bandung: Depdikbud Dikti
Sudjana,N.(1987).Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosda karya
Sugiyono.(2009).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:ALFABETA
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mengembangkan potensi anak tunarungu secara optimal diperlukan
pelatihan yang terus menerus terutama dalam pembelajaran bidang studi
keterampilan yang bersifat vokasional, salah satunya adalah melalui
keterampilan membatik. Istilah batik berasal dari kosakata bahasa Jawa, yaitu
amba dan titik. Amba berarti kain, dan titik adalah cara memberi motif pada kain
menggunakan malam cair dengan cara dititik-titik. Cara kerja membuat batik
pada dasarnya adalah menutup permukaan kain dengan malam cair (wax) agar
ketika kain dicelup ke dalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam tersebut
tidak ikut terkena warna. Teknik seperti ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan
nama wax-resist dyeing.
Bagi siswa normal pada umumnya pembelajaran membatik tidaklah terlalu
sulit untuk di ajarkan, namun bagi siswa tunarungu yang mengandalkan
kemampuan visualnya dengan kondisi yang disandangnya sulit untuk menerima
perintah, maka mereka mempunyai hambatan dalam pembelajarannya. Salah satu
kendala yang dihadapi mereka dalam latihan keterampilan membatik adalah
adanya miss komunikasi dengan guru ketika guru menyampaikan perintah
kepada siswa.
Ketika guru menerangkan sesuatu hal, maka terkadang akan ditangkap lain
maksudnya oleh siswa. Namun demikian, walaupun mempunyai kendala dalam
pembelajaran keterampilan tersebut mereka tetap berhak untuk mengembangkan
potensi dirinya dalam hal pembelajaran keterampilan, salah satunya adalah
pengembangan potensi dalam keterampilan membatik. Dengan pembelajaran
keterampilan membatik ini diharapkan dapat melatih dan mempersiapkan mereka
untuk memasuki dunia pekerjaan setelah lulus nanti, sehingga mereka bisa
mendapatkan pekerjaan dengan modal keterampilan yang diberikan selama
mendapatkan pendidikan di sekolah.
Untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada diri anak tunarungu,
maka mereka berhak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya, yaitu melalui layanan pendidikan luar biasa. Dalam PP 72 tahun
1991, bab 2 pasal 2 disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah
… membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan anak tunarungu jenjang SMALB
ditekankan pada pematangan keterampilan berkomunikasi, keterampilan
menerapkan kemampuan dasar di bidang akademik yang mengerucut pada
pengembangan kemampuan vokasional yang berguna sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup, dengan tidak menutup kemungkinan mempersiapkan siswa
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
Fakta di lapangan yang di temui saat observasi awal tentang kegiatan
belajar mengajar membatik pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo adalah
dalam pengerjaan pengecapan pada kain, cap yang digunakan siswa terkadang
melenceng dari pola yang seharusnya di buat. Hal ini di sebabkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam pengerjaan dan kurang fokusnya perhatian siswa
terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Pelajaran keterampilan membatik yang
secara teoritis sangat sulit dipahami oleh siswa tunarungu karena adanya
keterbatasan dalam menerima informasi yang bersifat abstrak mengakibatkan
terkadang terjadinya miss komunikasi ketika guru sedang menyampaikan teori
dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), sehingga kurang lancarnya
pembelajaran keterampilan membatik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
keterampilan membatik para siswa tunarungu harus lebih banyak menerima
pembelajaran yang bersifat konkrit seperti lebih banyak melakukan praktik
dibandingkan mendapat pembelajaran yang bersifat teori.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Siswa
Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.”
B. Fokus Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik pada siswa
tunarungu jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung?”.
Dengan sub fokus masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan membatik
pada siswa tunarungu?
2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membatik
pada siswa tunarungu?
3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan membatik
pada siswa tunarungu?
4. Hambatan apa saja yang dialami siswa tunarungu dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan membatik?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan
tersebut?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian Secara Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu
jenjang SMALB di SLB-B Negeri Cicendo Kota Bandung.
b. Tujuan Penelitian Secara Khusus:
1. Untuk mengetahui perencanaan program pembelajaran keterampilan
membatik yang dibuat guru untuk siswa tunarungu.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan program pembelajaran keterampilan
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
3. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan
membatik pada siswa tunarungu
4. Untuk mengetahui hambatan yang dialami siswa tunarungu dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik.
5. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan tersebut.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini adalah :
a. Sebagai salah satu pilihan untuk pendidikan keterampilan bagi siswa
tunarungu.
b. Sebagai masukan bagi sekolah agar dapat mengadakan pembelajaran
keterampilan membatik yang proporsional sesuai dengan kebutuhan
siswa.
c. Bahan pertimbangan bagi para guru lainnya dalam mengantisipasi
kesulitan-kesulitan yang ada dalam keterampilan membatik.
d. Menambah wawasan ilmu PLB tentang keterampilan membatik pada
anak tunarungu.
D. Konsep Dasar
Untuk mempermudah memahami istilah yang digunakan dalam judul
ini, selanjutnya diuraikan penjelasan istilah-istilah tersebut :
1. Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis melalui tahapan
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru.
2. Keterampilan adalah suatu usaha untuk memperoleh kompetensi cekat,
cepat, dan tepat, dalam menghadapi permasalahan belajar.
3. Membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam
secara berulang-ulang di atas kain.
4. Tunarungu adalah seseorang yang kehilangan seluruh atau sebagian
daya pendengarannya , sehingga mengalami gangguan berkomunikasi
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini bermaksud
memahami, menggambarkan, atau mengungkap fenomena yang ada di
lapangan sebagai suatu keutuhan dari masalah yang ingin diketahui. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai pembelajaran
keterampilan membatik pada siswa tunarungu jenjang SMALB di SLB B
Negeri Cicendo Kota Bandung.
Dengan pendekatan kualitatif dalam mengungkapkan
kenyataan-kenyataan yang terjadi pada subjek penelitian, dideskripsikan melalui
kata-kata.Bukan melalui angka-angka. Seperti yang dijelaskan oleh Nasution
(1988:18)
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian yang bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi diatur dengan eksperimen ataupun tes.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penulis menggunakan metode tersebut atas dasar permasalahan yang diangkat
berkaitan dengan fenomena yang ada dan berlangsung pada saat ini. Pemecahan
masalah melalui metode deskriptif ini dapat dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah sistematis, sehingga dapat menggambarkan deskripsi situasi
secara objektif, seperti yang dijelaskan oleh Ali (1993:132):
Metode deskriptif digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis/laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.
B. Teknik penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian.
Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan
dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian
berlangsung. Teknik pengumpulan data menitikberatkan kepada
perekaman situasi yang terjadi dalam konteks masalah yang dibahas.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti bertindak ganda yaitu sebagai peneliti
dan sebagai instrumen penting dalam penelitian. Peneliti merupakan
perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan
menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
a. Observasi
Dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak, sehingga
hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam
wawancara akan menjadi terungkap.
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan.Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Sedangkan menurut Arikunto (1987:128): “Observasi atau disebut
pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan suatu objek dengan
menggunakan alat indera.”
Hal-hal yang di observasi dalam penelitian ini yaitu mengenai
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik pada anak tunarungu
jenjang SMALB di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung. Dengan
observasi, peneliti memiliki kesempatan untuk memahami secara lebih
jelas dan rinci tentang kegiatan yang berkenaan dengan pelaksanaaan
keterampilan membatik di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung. Selain
itu, observasi dilakukan untuk mengecek kebenaran informasi yang
diperoleh melalui wawancara
b. Wawancara
Wawancara digunakan pada saat peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan
membatik pada siswa tunarungu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus
mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan data.
Menurut Moleong (2009:186) wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (intervieweer), yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
Dalam peneltian ini, pedoman wawancara terdiri dari 2 buah
pedoman yaitu pedoman wawancara untuk peserta didik dan pedoman
wawancara untuk guru mata pelajaran vokasional batik. Adapun
aspek-aspek yang ingin di ungkap antara lain:
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan
membatik pada siswa tunarungu?
2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membatik
pada siswa tunarungu ?
3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan
membatik pada siswa tunarungu?
4. Hambatan apa saja yang dialami siswa tunarungu dalam
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan
tersebut?
c. Studi Dokumentasi
Pengertian studi dokumentasi menurut Arikunto (1993:202)
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,
transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya.
Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari
bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada
responden ketika responden melakukan kegiatan sehari-harinya. Studi
dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung dan mempertegas data
hasil observasi dan wawancara. Studi dokumentasi dalam penelitian ini
berupa foto-foto kegiatan pembelajaran keterampilan membatik juga
dokumen-dokumen dalam membuat program perencanaan
pembelajaran keterampilan membatik.
Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya
dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat
dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan
orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Bogman dan
Biklen, 1982:102)
2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
a. Perpanjangan Pengamatan
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih
dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang
diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak
yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti
mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini
merupakan data yang sudah benar atau tidak. Peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, melakukan wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui ataupun dengan sumber yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan
nara sumber akan semakin baik, semakin akrab (tidak ada jarak lagi)
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang tersebunyikan lagi. Bila data yang diperoleh selama ini setelah
dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata
tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas
dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan akan
tergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data. Kedalaman
artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai pada tingkat makna.
Bila setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar berarti
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud "menentukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan dari pada hal-hal
tersebut dengan rinci (Moleong, 2005 : 329). Meningkatkan ketekunan
berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Pengamatan sangat dibutuhkan dalam pendekatan
penelitian kualitatif dengan tujuan untuk menghindari data yang tidak
benar yang diperoleh dari responden yang bisa jadi obyek akan
menutup diri terhadap fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu
ketekunan peneliti dalam mengamati sangat dituntut lebih serius.
Ketekunan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan
pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu jenjang
SMALB, diharapkan mampu memberikan informasi yang sesuai.
c. Triangulasi
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik
triangulasi, yaitu suatu teknik untuk mencek kebenaran data tertentu
kemudian membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber
lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Moleong (2008:330) bahwa:
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Menurut Sugiyono (2009:372) “dalam pengujian kredibilitas terdapat
berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu.
Untuk menilai data yang diperoleh dari lapangan sahih atau valid,
maka perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti.Teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik
triangulasi sumber, yaitu membandingkan hasil observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Dengan demikian derajat kepercayaan informasi
yang diperoleh dalam penelitian akan terjamin.
Berikut ini adalah gambar bagan triangulasi sumber :
Dalam penelitian ini, teknik triangulasi dilakukan dengan cara:
a. membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b. membandingkan data hasil wawancara dengan studi dokumentasi
yang berkaitan.
c. melakukan member check, pada akhir wawancara disebutkan garis
besarnya dengan maksud agar responden dapat memperbaiki apabila
OBSERVASI
WAWANCARA STUDI
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
terdapat kekeliruan dalam mengumpulkan informasi atau
menambahkan apa yang masih kurang.
C. Penentuan Subjek Penelitian
Objek dan subjek penelitiannya adalah siswa SLB B Negeri Cicendo
Kota Bandung jenjang SMALB dari berbagai klasifikasi yaitu tunarungu
sedang sampai tunarungu berat yang mengikuti keterampilan vokasional
membatik. Berjumlah 8 orang, yang terdiri dari 5 orang siswa putra dan 3
orang siswa putri.
D. Proses Pencatatan Data
1. Pencatatan Awal
Pencatatan awal dilakukan melalui pengumpulan data yang masih
berupa data mentah dan catatan kecil di lapangan yang belum rinci, baik
melalui observasi sebagai data primer maupun wawancara dan
dokumentasi sebagai data sekunder. Bentuk pencatatan dilakukan masih
dalam bentuk data mentah dan tidak tersusun secara sistematis.
2. Pencatatan Formal
Di dalam tahapan pencatatan formal, peneliti menyusun seluruh
data mentah yang ada dalam bentuk sususan yang lengkap dan sistematis
berdasarkan informasi yang didapatkan dari lapangan dan sesuai dengan
permasalahan penelitian. Pencatatan formal disusun ke dalam beberapa
tahap yaitu :
a. Mengorganisasikan data
b. Mengabstraksikan data kedalam matrik
c. Memilah temuan-temuan tambahan
Temuan tambahan adalah data yang didapat dari lapangan yang tidak
menunjukan korelasi dekat dengan permasalahan penelitian, namun
dapat dijadikan rujukan rekomendasi penelitian selanjutnya.
3. Penambahan Catatan Sepanjang Waktu
Penambahan catatan ini terjadi pada saat perolehan data atau
informasi yang baru hingga penilitian ini berakhir.Pelaksanaan tahap ini
tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan member cek atau koreksi terhadap
langkah-langkah yang telah dilalui sebelumnya.
E. Analisis Data
Alat pengumpul data dipergunakan untuk memperoleh sejumlah data
dari masing-masing data yang diperlukan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan analytical induction, artinya setelah data
terkumpul, peneliti langsung mengolahnya dengan melakukan penafsiran
dan menganalisis secara kritis terhadap keseluruhan pembelajaran
keterampilan membatik pada siswa tunarungu jenjang SMALB di SLB B
Negeri Cicendo Kota Bandung.
Berkaitan dengan analisis data, Moleong (2000:103) menyatakan
bahwa : Analisis data dalam proses mengorganisasikan dan mengurutkan
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
ditemukan suatu tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja yang
disarankan dalam data, Data hasil penelitian akan dianalisis secara
kualitatif dengan melakukan :
1. Reduksi Data
Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal- hal yang penting guna memberikan gambaran yang jelas dan
tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan. Adapun tujuan dilakukannya reduksi data dalam
menganalisis data adalah untuk mempermudah pemahaman terhadap data
yang sudah dikumpulkan. Data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik
dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. Laporan ini akan terus
menerus bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera
dianalisis sejak memulainya. Laporan-laporan tersebut perlu direduksi,
dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting.Jadi, laporan lapangan
sebagai bahan mentah disingkatkan dan disusun lebih sistematis. Data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan.
2. Display Data
Langkah yang selanjutnya dilakukan setelah data direduksi adalah
membuat rangkuman temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek
yang diteliti. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
display data, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan sehingga dapat memudahkan dan memahami gambaran
keseluruhan dari aspek-aspek yang diteliti. Seperti yang disebutkan oleh
Miles (1992:17) “Penyajian data merupakan kegiatan analisis merancang
deretan dan kolom-kolom sebuah matrik untuk data kualitatif dan
menentukan jenis dan bentuk data yang dimasukkan ke dalam
kotak-kotak matrik.”
3. Verifikasi Data
Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
mencari arti, makna, dan penjelasan terhadap data yang telah dianalisis.
Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pertanyaan singkat dengan
mengacu pada permasalahan yang diteliti. Kegiatan verifikasi dilakukan
dengan cara mempelajari kembali data-data yang sudah terkumpul
kemudian meminta pertimbangan dari pihak-pihak yang terkait. Misalnya
guru. Kesimpulan itu mulanya masih sangat tentatif dan diragukan, akan
tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan itu akan menjadi lebih
“grounded” (tidak ngawang-ngawang)
Analisis merupakan kegiatan yang kontinu dari awal sampai akhir
(Nasution 2002:130). Ketiga macam kegiatan analisis tersebut saling
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil hasil
penelitian. Hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah. Adapun
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Program pembelajaran keterampilan membatik di buat oleh guru
berdasarkan pada mata pelajaran seni dan budaya untuk tingkat SMALB.
Guru sudah membuat program pembelajaran yang tertuang dalam program
semesteran, silabus, dan RPP pembelajaran membatik. Penentuan standar
kompetensi dan kompetensi dasar diambil dari kurikulum yang ada. Tujuan
pembelajaran di sesuaikan dengan materi yang diajarkan dengan tetap
memperhatikan kemampuan individu. Sumber belajar di ambil dari
buku-buku tentang membatik dan sebagian di ambil dari download internet.
Metode, pendekatan, dan media pembelajaran di gunakan secara beragam
sehingga dalam pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan siswa.
2. Pelaksanaan program pembelajaran membatik telah terstruktur, dengan
penjadwalan hari yang sudah jelas. Dalam proses pelaksanaannya,
pembelajaran membatik diikuti siswa dengan penuh antusias karena
pelaksanaannya banyak praktik dibandingkan dengan teori.
3. Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran membatik selalu dilakukan
belajar dan mengajar selesai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana siswa dapat menyerap pembelajaran yang sudah diberikan.
Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran membatik menggunakan
teknik tugas individu dengan bentuk instrumen unjuk hasil kerja.
Kemampuan siswa tunarungu jenjang SMALB dalam pembelajaran
keterampilan membatik terbagi dalam beberapa bagian yaitu kemampuan
siswa dalam mengenal dan menyebutkan peralatan membatik,
menggunakan peralatan membatik, membuat pola batik, menjiplak motif
batik, mengecap batik sesuai pola, mencetak dengan canting, proses
pewarnaan/pencelupan, dan proses pengeringan batik. Secara keseluruhan
siswa dapat melaksanakan keterampilan membatik dengan baik dan
antusias.
4. Hambatan atau permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran membatik
diantaranya hasil yang di kerjakan masih ada yang kurang maksimal, hal
ini disebabkan karena kondisi siswa yang tidak memungkinkan seperti
pemahaman komunikasi siswa dari guru yang kurang berjalan lancar,
siswa mudah lelah, keterbatasan daya tangkap siswa, kesempatan yang
diberikan guru pada siswa dalam menggunakan peralatan membatik agak
kurang dan suasana mood yang selalu berubah-ubah dari diri siswa. Namun
demikian tidak menjadikan suatu halangan untuk melanjutkan
keterampilan membatik bagi siswa, dan guru selalu mengupayakan solusi
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
mengajar dalam keterampilan membatik dapat berjalan sesuai dengan
tujuan yang telah di tetapkan.
5. Upaya mengatasi hambatan yang datang dari diri siswa saat pelaksanaan
pembelajaran keterampilan membatik, guru membangun komunikasi yang
lebih efektif dengan memberikan arahan-arahan kembali tentang materi
yang kurang dipahaminya, memberikan motivasi kepada siswa, dan
memberikan kegiatan dalam bentuk lainnya seperti menyuruh istirahat dulu
bila capai, dan memberi kesempatan untuk mengulang kembali materi
yang kurang di pahami siswa.
B.Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas,penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi pihak sekolah
a. Bagi guru keterampilan membatik, hendaknya guru lebih komunikatif
lagi dalam memberikan teori maupun perintah-perintah pengerjaan
membatik, sehingga perintah tersebut dapat dengan jelas di mengerti
oleh siswa.
b. Guru hendaknya memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa,
baik dalam menggunakan peralatan membatik ataupun dalam proses
membuat batik, sehingga siswa tidak hanya mahir dalam menguasai satu
peralatan membatik saja tetapi pengalaman belajar yang di rasakan
siswa dalam membatik adalah harus satu kesatuan utuh atau tidak
terpisah-pisah dalam pembelajaran.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama
tentang pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu
jenjang SMALB, dan penelitian berikutnya dapat memberikan hasil
penelitian yang lebih sempurna agar siswa tunarungu jenjang SMALB
mempunyai keahlian untuk bekal masa depannya.
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya
penulisan penyusunan hasil penelitian ini dapat di selesaikan dengan
tepat waktu. Tiada kata yang dapat terlukiskan hanyalah rasa syukur
yang tiada tara dan tak putus-putus penulis mengucapkan rasa syukur
tersebut dalam doa di setiap kesempatan.
Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh
dari sempurna, dikarenakan pengetahuan dan ilmu yang penulis miliki
masih terbatas. Namun demikian penulis berharap agar tulisan ini ada
guna dan manfaatnya terutama bagi pihak-pihak terkait dan dapat
dijadikan sebagai bahan pengembangan penelitian selanjutnya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dan mendorong penulis hingga terselesaikannya laporan penelitian ini.
Akhirul kata penulis mendoakan kepada semua pihak agar segala
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
proses penyelesaian penulisan penelitian ini, dapat menjadikan amalan
sholeh bagi semua pihak sehingga di jadikan catatan amal untuk
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... . ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... . iii
DAFTAR ISI ... . vii
DAFTAR BAGAN ... . ix
DAFTAR GAMBAR ... . xi
DAFTAR LAMPIRAN ... . xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Konsep Dasar ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Keterampilan ... 7
1. Pengertian Pembelajaran Keterampilan ... 7
B. Membatik ... 8
1. PengertianMembatik ... 8
2. Landasan-landasan ... 9
3. Teknik Membatik ... 9
4. Peralatan dan BahanMembatik ... 12
5. Langkah Kerja Membatik ... 18
C. Tunarungu ... 21
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012
Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung
2. Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Siswa Tunarungu ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28
B. TeknikPenelitian ... 29
C. Penentuan Subjek Penelitian ... 36
D. Proses Pencatatan Data ... 36
E. Analisis Data ... 37
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 65
B. Rekomendasi ... 67
C. Penutup ... 68