Anis Siti Wardani, 2013
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH
PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU
JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
Anis Siti Wardani
0906667
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH
PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU
JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG
Oleh
Anis Siti Wardani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Anis Siti Wardani 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Anis Siti Wardani, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
ANIS SITI WARDANI
(0906667)
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH
PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU
JENJANG SMSLB DI SLB NEGERI CICENDO
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Dr. Sima Mulyadi, M.Pd
NIP. 1960.0214.1982.03.1.003
Pembimbing II
Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd
NIP. 1963.0208.1987.03.2.001
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Sunaryo, M.Pd.
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS WAJAH
PENGANTIN SUNDA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU
JENJANG SMALB DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG
Oleh: ANIS SITI WARDANI (0906667)
Keterampilan tata rias merupakan salah satu keterampilan yang penting diajarkan kepada peserta didik tunarungu, karena keterampilan tata rias ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi dunia kerja. Keterampilan tata rias cocok diajarkan kepada anak tunarungu karena berbasis visual dan motorik. Keterampilan ini dapat melatih motorik tangan anak tunarungu. Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup, yang berorientasi pada keterampilan vokasional.
Fokus masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri
Cicendo kota Bandung?”.
Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru yaitu US dan empat orang peserta didik tunarungu SMALB yaitu C, Re, Ri dan U. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa dalam perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias guru hanya melakukan asesmen saja, sementara RPP tidak dibuat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak mengalami banyak kendala begitupun dalam media dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi, dan latihan. Evaluasi pembelajaran keterampilan tata rias menggunakan evaluasi proses dan hasil. Sarana pembelajaran tata rias sudah memadai, namun prasarana berupa ruangan kelas khusus untuk tata rias belum tersedia. Hambatan pembelajaran keterampilan tata rias yaitu tidak dibuatnya RPP, alokasi waktu yang terbatas, guru kewalahan ketika menilai evaluasi proses dan tidak tersedianya ruangan kelas khusus tata rias. Solusi yang dilakukan adalah memberikan waktu tambahan untuk alokasi waktu yang kurang, dan dalam evaluasi guru menilai proses merias peserta didik secara bergantian.
vi Anis Siti Wardani, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. ... 1
B. Fokus Masalah Penelitian ... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Keterampilan ... 8
B. Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda ... 13
C. Konsep Dasar Anak Tunarungu ... 20
D. Program Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu ... 25
E. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Subjek Penelitian ... 33
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 34
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 35
D. Pengujian Keabsahan Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Perencanaan Program Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 40
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 41
3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 42
4. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 43
5. Hambatan dalam Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 43
6. Solusi dalam Menanggulangi Hambatan Terkait Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Peserta Didik Tunarungu di SLB Negeri Cicendo ... 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 46
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 53
B. Rekomendasi ... 55
C. Penutup ... 57
DAFTAR PUSTAKA... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 60
viii Anis Siti Wardani, 2013
DAFTAR GAMBAR
2.1 Langkah-langkah Merias Wajah Pengantin Sunda ... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mendewasakan anak didik
dan memberi bekal pengetahuan agar mampu dan cakap dalam melakukan tugas
hidupnya, hal tersebut berlaku bagi setiap anak tanpa terkecuali anak tunarungu.
Hak anak tunarungu untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran
dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semua warga negara tidak terkecuali warga
negara yang tunarungu, berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang
termasuk didalamnya adalah pembelajaran keterampilan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan, peserta didik
keterampilan tata rias adalah mereka yang duduk di tingkat SMALB yang
jumlahnya ada empat orang. Keterampilan tata rias ini diberikan bagi peserta
didik di kelas besar saja. Sementara untuk keterampilan bagi kelas kecil,
disediakan keterampilan modeling.
Kenyataannya di lapangan, pembelajaran keterampilan tata rias di SLB
Negeri Cicendo telah berjalan cukup lama namun sayangnya program
pembelajarannya belum berjalan dengan baik. Pembelajaran keterampilan tata rias
di SLB Negeri Cicendo pelaksanaan pembelajarannya belum optimal, dimana
terdapat berbagai kekurangan, seperti perencanaan pembelajaran yang belum
terprogram dengan baik, belum tersedianya ruangan khusus untuk tata rias, dan
tenaga pengajar keterampilan tata rias pun bukan tenaga ahli di bidang tata rias
melainkan guru kelas yang merangkap sebagai guru keterampilan. Oleh karena itu
2
Anis Siti Wardani, 2013
Pembelajaran keterampilan bagi peserta didik tunarungu perlu
diselenggarakan melalui suatu kegiatan yang berencana, bertahap dan
bekelanjutan sebagai bekal untuk menjadi warga negara yang terampil, madiri,
dan bertanggung jawab dalam kehidupannya.
Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kehilangan
kemampuan mendengar, sehingga kondisi ini berdampak terhadap kehidupannya,
baik sebagai individu maupun insan sosial sehingga dibutuhkan suatu layanan
pendidikan khusus untuk menanggulangi keterbatasannya yang disesuaikan
dengan karakteristik ketunaannya.
Pada hakikatnya, anak tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang
memiliki fisik yang sama dengan anak normal, mereka memiliki tingkat
kecerdasan sama dengan anak normal dan memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan
anak normal seperti memasak, bermain musik, menari, berdagang, olah raga, dan
lain-lain.
Borthroyd dalam Sadja’ah (2005:1) menyatakan bahwa, “ketunarunguan memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri yang bersangkutan. Berbagai dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketunarunguannya berpengaruh dalam hal: masalah bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan, masalah sosial ekonomi bahkan masalah vokasional”.
Tujuan penyelenggaraan layanan pendidikan bagi anak tunarungu adalah
agar dapat mewujudkan penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, khususnya bagi anak tunarungu seoptimal mungkin dan dapat melayani
pendidikan bagi anak didik dengan segala kekurangan ataupun kelainan yang
disandangnya sehingga anak-anak tersebut dapat menerima keadaan dirinya dan
menyadari bahwa ketunaannya tidak menjadi hambatan untuk belajar dan bekerja,
memiliki sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani,
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukan untuk
melanjutkan pelajaran, bekerja di masyarakat serta dapat menolong diri sendiri
3
Dari tujuan pendidikan bagi anak tunarungu yang dipaparkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan
proses pendidikan menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap
anggota masyarakat dapat mengikuti proses pendidikan. Sekolah bertugas untuk
menyelenggarakan pendidikan sesuai tempat berkembangnya peserta didik.
Setelah lulus dari sekolah luar biasa, tidak semua peserta didik tunarungu dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Dengan demikian mereka harus
memiliki ketrampilan untuk memasuki dunia kerja sebagai bekal untuk hidup
mandiri dan mampu berperan dalam kehidupan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran vokasional di sekolah luar biasa untuk jenjang
SMALB mencakup 60% dari keseluruhan jam mata pelajaran dan 40% untuk
pembelajaran akademik. Pemebelajaran vokasional yang ada di sekolah luar biasa
khususnya SLB-B sudah cukup beragam, seperti: keterampilan tata boga,
komputer, otomotif, menjahit dan tata rias.
Dari berbagai macam keterampilan yang biasa diselenggarakan di SLB-B
yang telah disebutkan diatas, keterampilan tata rias sangat penting untuk diajarkan
sama halnya dengan pembelajaran keterampilan-keterampilan lain. Sejajar dengan
keterampilan lain, keterampilan tata rias merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain. Keterampilan
tata rias dapat memberikan pembelajaran kepada peserta didik untuk dapat
merawat diri terutama bagi wanita dalam mempercantik diri serta penampilan.
Dalam bukunya Wahyu (1993: 10) mengatakan bahwa “tata rias wajah adalah teknik merias wajah yang dapat mengubah bagian muka yang kurang cantik menjadi cantik. Cara yang dilakukan adalah dengan mengadakan penyempurnaan, perbaikan bentuk muka, seperti menonjolkan bagian muka tertentu serta menyamarkan dan menutupi bagian muka yang kurang menarik dengan bantuan kosmetik serta cara merias yang baik”.
Selain untuk diri sendiri, keterampilan tata rias wajah juga dapat
dimanfaatkan sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus sekolah
nanti. Kedepannya peserta didik yang telah lulus dari jenjang pendidikan SMALB
4
Anis Siti Wardani, 2013
diharapkan memiliki bekal keterampilan tata rias yang cukup sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai modal keterampilan kerja di bidang tata rias, seperti bekerja
di salon, sanggar seni, maupun menjadi make-up artist sehingga dapat dijadikan
sebagai profesi yang cukup menjanjikan untuk memperoleh penghasilan.
Dalam situasi dunia kerja seperti sekarang, dimana jumlah pencari kerja
yang sangat besar berbanding terbalik dengan lapangan pekerjaan yang terbatas
serta masih rendahnya mutu keterampilan yang dimiliki oleh para lulusan
pendidikan formal maupun non formal. Ini menyulitkan para lulusan sekolah luar
biasa untuk memperolah pekerjaan. Akibatnya, sebagian besar anak berkebutuhan
khusus akan menjadi pengangguran dan hidup mereka akan bergantung pada
orang lain. Jika keadaan tersebut terus dibiarkan sementara laju pertumbuhan
penduduk tetap tinggi, maka akan berakibat jumlah pengangguran bertambah
banyak. Sehingga akan berakibat timbulnya berbagai masalah sosial seperti
kemiskinan dan kriminalitas. Untuk itu harus ada suatu upaya agar permasalahan
di atas dapat ditanggulangi, salah satunya dengan pengayaan pembelajaran
keterampilan tata rias di sekolah luar biasa.
Anak berkebutuhan khusus harus diberikan pendidikan atau latihan agar
menjadi tenaga kerja yang mandiri dan berdaya saing, terlebih mengingat kondisi
mereka dalam meraih kesempatan kerja selalu mendapat tantangan yang lebih
besar seperti persaingan yang tidak seimbang, asumsi masyarakat yang negatif
bahwa anak berkebutuhan khusus kurang potensial dan efektif dalam bekerja
sehingga perusahaan pun enggan memperkerjakan mereka. Kalaupun ada, hanya
sebagian kecil perusahaan yang mau atau bersedia menerima mereka untuk
bekerja.
Dalam Pembukaan Undang-Undang 1945 pasal 27 ayat 2 bahwa “Tiap
-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan layak bagi kemanusiaan”. Dari pasal tersebut saja dapat disimpulkan bahwa semua warga negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh proporsi atau
5
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu Jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung”.
B. Fokus Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan permasalahannya dengan
tujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terfokus. Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah tertuju pada “Bagaimana pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik
tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?”, dengan
subfokus sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah
pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB
Negeri Cicendo kota Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin
Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo
kota Bandung?
3. Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta
didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?
4. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta
didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?
5. Hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran
keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu
jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?
6. Solusi apakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hambatan yang
6
Anis Siti Wardani, 2013
pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB
Negeri Cicendo kota Bandung?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tujuan dan kegunaan,
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara
nyata tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada
peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
a. Mendapatkan gambaran bagaimana perencanaan program pembelajaran
keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik
tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.
b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata
rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang
SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.
c. Mengetahui bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin
Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri
Cicendo kota Bandung.
d. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada
peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota
Bandung.
e. Mengetahui apa saja hambatan yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada
peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota
7
f. Mendapatkan solusi untuk menanggulangi hambatan yang muncul
dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin
Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri
Cicendo kota Bandung.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teorotis
maupun secara praktis. Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu:
a. Secara teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam
ilmu pendidikan luar biasa, khususnya tentang pembelajaran
keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik
tunarungu.
b. Secara praktis
Bagi SLB B, khususnya SLB Negeri Cicendo kota Bandung hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam
33
Anis Siti Wardani, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menyediakan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode
penelitian, pendekatan penelitian, tempat penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data yang bertujuan untuk memperoleh
hasil data penelitian yang memiliki keabsahan.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).
A. Tempat dan Subjek Penelitian
Tempat diadakannya penelitian ini adalah SLB Negeri Cicendo yang
beralamat di Jalan Cicendo No. 2 Kota Bandung. Adapun subjek yang diteliti,
yaitu:
1. Guru (US)
Guru yang mengajar keterampilan tata rias wajah di SLB Negeri Cicendo
ini berinisial US. Beliau berusia 47 tahun, sudah mengabdi sebagai pengajar
selama 29 tahun dan telah memiliki banyak pengalaman dalam menangani
pembelajaran berbagai macam keterampilan seperti menjahit dan memasak.
Namun setelah mengikuti penataran tentang tata rias, barulah pada tahun 2011
beliau betranggung jawab sebagai pengajar di bidang keterampilan tata rias.
Beliau adalah guru yang memiliki tugas rangkap, karena selain sebagai tenaga
pengajar keterampilan tata rias guru berinisial US ini bertanggung jawab pula
34
2. Peserta didik (U)
Peserta didik berinisial U ini berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas
X SMALB. Peserta didik U ini memang berparas cantik dan sangat menyenangi
bidang keterampilan tata rias. Parasnya cantik dan didukung dengan tubuh yang
proporsional. Badannya tinggi berisi dan tidak gemuk. Tak heran, peserta didik U
ini sering dijadikan photo model dan pernah pula menjadi juara di bidang
keterampilan tata rias sebagai juara pertama tingkat provinsi.
3. Peserta didik (C)
Peserta didik berinisal C ini berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas X
SMALB. Peserta didik C merupakan pindahan dari SLB di Cimahi.
4. Peserta didik (Re)
Peserta didik berinisial Re berusia 18 tahun dan duduk di bangku kelas XI
SMALB. Re merupakan peserta didik yang cukup berpotensi di bidang
keterampilan tata rias. Terbukti dengan prestasinya yang pernah menjuarai lomba
tata rias sebagai juara kedua tingkat gugus.
5. Peserta didik (Ri)
Peserta didik berinisial Ri berusia 18 tahun dan duduk di bangku kelas XI
SMALB. Ri merupakan peserta didik yang cukup pendiam namun cepat tanggap
dan mengerti apabila diberi intruksi atau arahan.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pembelajaran keterampilan tata rias, dan metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif digunakan karena data yang diperoleh bersifat apa
35
Anis Siti Wardani, 2013
didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini bermaksud untuk memahami,
mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang
ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan
data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti. Sama halnya dengan yang
dikemukakan oleh Ali (1984:120) bahwa; metode deskriptif digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara
mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:63).
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dalam penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
penelitian ini teknik pegumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong
(2012:157), “sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua imlu pengetahuan. Dalam teknik pengumpulan data ini,
peneliti melakukan pengamatan yang disebut observasi partisipatif. Dengan
observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Adapun jenis yang dilakukan peneliti dalam obeservasi partisipatif ini
adalah observasi partisipasi pasif. Dalam observasi partipasi pasif, peneliti datang
36
tersebut sehingga data yang yang diperoleh bersifat murni tanpa campur tangan
dari luar.
2. Wawancara
Moleong dalam bukunya (2012:186) mendefinisikan bahwa wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara adalah teknik wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang pewawancaraya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2012:190).
Saat melakukan wawancara selain harus membawa instrumen pedoman
wawancara, pewawancara juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder untuk merekam hasil wawancara untuk mempermudah peneliti dalam
mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh sehingga membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Jadi, dengan wawncara peneliti akan
memperoleh data-data yang lebih mendalam yang terjadi yang tidak terungkap
melalui obervasi.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono,
2012:82). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, maupun karya misalnya
karya seni berupa patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari obeservasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2012:222), “peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
37
Anis Siti Wardani, 2013
D. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data diperlukan untuk menilai kevalidan data yang
diperoleh dalam proses pengumpulan data. Pengujian keabsahan data yang
dilakukan peneliti adalah dengan penggunaan teknik triangulasi. Triangulasi yang
dilakukan bermaksud untuk mengecek atau membandingkan data yang telah
diperoleh melalui observasi pada latar penelitian.
Berkaitan dengan keabsaha data Moleong (2012:330) menyatakan bahwa: “teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan data sebagai perbandingan terhadap data itu.”.
E. Teknik Analisis Data
Bogdan dalam Sugiyono (2012:88) menyatakan bahwa, “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya
dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan
apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Bila berdasarkan data yang didapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan
teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori. (Sugiyono, 2012:89)
Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung. Apabila dalam menganalisis peneliti merasa belum puas, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai data yang diperoleh dianggap
38
“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Adapun aktifitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (reduksi data), data
display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification (menarik
kesimpulan/ verifikasi).
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,
2012:247). Melalui reduksi data akan diperoleh gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Merupakan tahap kedua setelah mereduksi data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2012:249). Miles
and Huberman dalam Sugiyono (2012:249) menyatakan bahwa, yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.
Pada tahap ini, sekumpulan data informasi yang telah diperoleh kemudian
disusun sehingga memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Verifikasi
Verifikasi adalah langkah ketiga sekaligus terakhir dalam teknik analisis
data. Kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan di awal, masih bersifat
sementara sehingga ada kemungkinana akan berubah jika bukti-bukti yang
diperoleh tidak kuat. Sebaliknya, jika kesimpulan di awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan
39
Anis Siti Wardani, 2013
Dengan demikian, seperti yang dikatakan oleh Sugiyono dalam bukunya
(2012:252) yang menyataka bahwa, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang dirimuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat memaparkan
beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tersebut sebagai jawaban dari fokus
penelitian, sebagai berikut:
1. Perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah
pengantin Sunda di SLB Negeri Cicendo perencanaannya belum
terprogram dengan baik. Asesmen sudah dilakukan, namun silabus
sebagai acuan untuk dibuatnya RPP tidak ada, sehingga RPP pun tidak
dibuat karena guru sulit menentukan standar kompetensi dan kompetensi
dasarnya. Akibatnya, kegiatan pembelajaran keterampilan tata rias tidak
terencana dengan baik karena tidak dibuatnya RPP sebagai pedoman
kegiatan pembelajaran sehingga dalam setiap pembelajaran, tidak
diketahui tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
maupun komponen-komponen lainnya. Guru hanya menentukan materi
pelajaran, media, dan metode yang akan digunakan.
2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias sudah terstruktur dengan
baik. Dalam setiap kegiatan pembelajaran terdapat tiga tahapan, yaitu
dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan akhir. Pada
kegiatan awal, guru selalu melakukan apersepsi terlebih dahulu. Ketika
kegiatan pembelajaran berlangsung, metode pembelajaran yang biasa
digunakan ada tiga, yaitu: metode ceramah, metode demonstrasi, dan
metode latihan. Pada kegiatan akhir, guru selalu memberikan kesimpulan
dari materi pelajaran yang telah diberikan.
3. Pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo lebih
mengutamakan latihan praktek daripada teori, sehingga evaluasi
54
Anis Siti Wardani, 2013
kinerja yang dilakukan oleh peserta didik. Pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan ada dua, yaitu: evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses dilakukan ketika proses merias yang dilaksanakan peserta didik
berlangsung. Sementara evaluasi hasil dilakukan untuk menilai hasil akhir
riasan peserta didik.
4. Sarana dan prasarana pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri
Cicendo belum memadai. Untuk sarana berupa peralatan kosmetik juga
alat-alat rias sudah tersedia, namun keadaannya kurang terawat dengan
baik. Sementara untuk prasarananya sendiri belum terpenuhi.
Pembelajaran keterampilan tata rias belum meiliki ruangan kelas khusus
untuk tata rias, sehingga untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan
tata rias biasanya dilakukan di ruang BKPBI atau ruang kelas lain yang
tidak dipakai.
5. Hambatan dalam pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri
Cicendo yang penulis temukan yaitu, sebagai berikut:
a. Guru tidak membuat RPP,
b. Saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung, mood peserta didik
cukup berpengaruh. Karena apabila peserta didik sedang tidak mood
untuk belajar, maka guru akan kesulitan untuk mengarahkan dan
menyampaikan materi pelajaran,
c. Waktu yang terbatas dimana alokasi yang diberikan hanya dua jam,
terkadang masih kurang. Apalagi jika dalam kegitan pembelajarannya
terdapat kegiatan latihan praktek merias yang membutuhkan waktu
lebih lama,
d. Minimnya jumlah guru yang mengajar keterampilan tata rias yang
hanya satu orang cukup menyulitkan guru ketika pelaksanaan evaluasi
proses,
e. Belum tersedianya ruangan khusus untuk keterampilan tata rias,
terkadang dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Terlebih ketika
ruangan yang biasa digunakan, juga digunakan pula oleh kegiatan
55
6. Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo
adalah, sebagai berikut:
a. Dalam menghadapi peserta didik yang moodnya kurang baik, guru
memberikan motivasi dan membujuk peserta didik hingga mau untuk
ikut belajar,
b. Guru akan memberikan waktu tambahan apabila alokasi waktu yang
diberikan dirasa masih kurang,
c. Ketika evaluasi proses, guru menilainya secara bergantian sehingga
semua peserta didik dapat terakomodasi.
B. Rekomendasi
Merujuk dari hasil kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka
penulis mengajukan rekomendasi dengan harapan melalui dibuatnya karya
tulis ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran keterampilan
tata rias di SLB Cicendo kota Bandung ke arah yang lebih baik. Berikut
rekomendasi yang penulis kemukakan, kepada:
1. Guru
Guru untuk kegiatan pembelajarannya sudah baik. Interaksi dengan
peserta didiknya pun sudah baik. Namun, untuk lebih memperkaya
wawasan di bidang tata rias sebaiknya guru tidak hanya mengikuti
pelatihan yang diselenggaran oleh dinas saja. Sebaiknya guru lebih aktif
lagi dalam mencari sumber pembelajaran baik dengan cara bekerjasama
kepada sekolah dengan pihak sekolah lain maupun melalui sumber lain
seperti buku-buku maupun majalah tentang tata rias, sehingga materi
pembelajaran yang diberikan dapat menyesuaikan dengan perkembangan
jaman. Begitupun dalam menentukan acuan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran terutama dalam menentukan perencanaan program
pembelajaran. Diharapakan kedepannya guru mampu melakukan asesmen
yang lebih terstruktur sesuai dengan tahapan-tahapan asesmennya. Juga
56
Anis Siti Wardani, 2013
keterampilan tata rias sebagai pedoman disetiap pembelajarannya
sehingga kegiatan pembelajaran lebih terprogram dengan baik, diketahui
secara jelas tujuan dilakukannya pembelajaran, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, juga komponen-komponen penting lainnya
yang ada dalam RPP.
2. Pihak Sekolah
Bagi pihak sekolah diharapkan menyediakan fasilitas berupa sarana dan
prasarana yang lebih menunjang dan layak, khususnya untuk pengayaan
ruangan kelas khusus untuk pembelajaran keterampilan tata rias sehingga
pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias dapat terselenggara
dengan lebih optimal dalam mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki
peserta didik di SLB Negeri Cicendo khususnya. Selain itu, kerjasama
dengan pihak sekolah lain maupun pihak luar yang bergerak di bidang
tata rias juga sangat penting untuk dilakukan. Baik itu sebagai rujukan
dalam menentukan materi pembelajaran, maupun sebagai wadah yang
dapat dimanfaatkan untuk lapangan pekerjaan para lulusan SLB Negeri
Cicendo.
3. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diarapkan dapat melakukan penelitian yang
sama tentang pembelajaran keterampilan tata rias di SLB dengan jenis
yang berbeda, seperti: tata rias modern, pesta, karakter, dll. Penulis
berharap di masa yang akan datang peneliti selanjutnya dapat
menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan melengkapi kekurangan
57
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT,
Alhamdulillaah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak kata
yang lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang begitu besar kepada
Sang Maha Memudahkan atas berjalannya setiap proses pengerjaan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dikarenakan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
penulis sangat terbatas. Namun, walaupun demikian penulis sangat berharap
agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi pihak-pihan
terkait khususnya, maupun masyarakat pada umumnya. Dan semoga hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.
Terimakasih penulis ucapkan sebanyak-banyaknya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua pihak yang telah membantu
mendapat balasan yang jauh lebih besar dari Allah SWT.
58
Anis Siti Wardani, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung:
ALFABETA.
Marno, M. dan Idris, M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Martha, P. (2012). Make Up 101 Basic Personal Make Up. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Sudjana, N. dan Rivai A. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP
PRESS.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
ALFABETA
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Tilaar, M. (1995). Indonesia Bersolek. Jakarta: Grasindo
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran (2002). Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
59
Tjoa, E. (2012). Instant Beauty Panduan Make Up Sehari-hari. Jakarta: Puspa
Populer
Universita Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Uno, H. B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wahyu, L. (1993). Teknologi Rias Panggung. FPBS IKIP Semarang
Wintoro, S. (2008). Kecakapan Hidup (Life Skill). [Online]. Tersedia:
http://swintoro.wordpress.com/2008/04/07/life-skill/. [1 Februari 2013]
Zakaria,L. (2011). Tata Rias Pengantin Sunda Tradisional dan Modifikasi.