• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SUNDA PUTRI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN KETERAMPILAN TISAGA CATERIAS KOTA CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SUNDA PUTRI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN KETERAMPILAN TISAGA CATERIAS KOTA CIMAHI."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...iii

MOTTO... iv

ABSTRAK... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... .. 6

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... .. 8

F. Manfaat Penelitian ...12

G. Kerangka Berfikir ...13

BAB II LANDASAN TEORETIK...14

A. Konsep Pelatihan... 14

B. Konsep Efektivitas ... ..27

C. Konsep Pembelajaran dalam PLS... 32

D. Konsep Pemberdayaan Masyarakat... 41

E. Konsep Kewirausahaan ...52

F. Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin sebagai Bentuk Pembelajaran PLS... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 63

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... . 63

B. Subjek Penelitian... 66

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... ... 68

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 82

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 85

A. Gambaran Objek Penelitian………..………….……... 85

B. Pelaksanaan Pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri ………102

C. Efektivitas Pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri ………..111

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ... 115

E. Pembahasan Hasil Penelitian ………..………136

F. Temuan Hasil Penelitian ……….164

G. Keterbatasan Hasil Penelitian ...166

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...167

A. Kesimpulan...167

B. Rekomendasi...170

DAFTAR PUSTAKA ...173

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 178

(3)

Tabel

3.1 Responden Penelitian ………... ... ....66

3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... ..68

3.3 Pedoman Observasi ………. 70

3.4 Pedoman Wawancara ……….. 72

3.5 Pedoman Studi Dokumentasi ……….. 79

4.1 Kurikulum Pelatihan TRP Sunda Putri Putri ………...86

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1Kerangka Berfikir Efektivitas Pelatihan ... 16

2.1 Hubungan Fungsional antara Komponen, Proses dan Tujuan PNF...40

2.2 Ciri-Ciri dan Watak Wirausahawan...52

4.1 Struktur Organisasi LPK Tisaga Caterias ...94

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Keputusan Direktur Program Pasca Sarjana tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis ………...………..178

2. Surat Permohonan Izin mengadakan Studi Lapangan/Penelitian …..………180

3. Surat Izin Mengadakan Studi Lapangan/Penelitian dari LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi ………...………..……….181

4. Foto-Foto LPK Tisaga Caterias dan Kegiatannya ………...… 182

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijaksanaan peningkatan peranan perempuan dalam persfektif gender telah

disadari oleh Pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1980-an. Kebijaksanaan

tersebut dilaksanakan melalui program yang khusus diperuntukkan bagi perempuan

untuk mengejar ketinggalannya, pengintegrasian peranan, kepentingan dan aspirasi

perempuan dalam program umum. Kebijaksanaan umum tentang peningkatan

kedudukan dan peranan perempuan dalam pembangunan, yaitu: perlu memperhatikan

keanekaragaman perempuan Indonesia serta kebutuhan, kepentingan dan aspirasinya.

Program peningkatan peranan perempuan perlu menjangkau semua kelompok

perempuan, tetapi perhatian utama akan ditujukan kepada perempuan golongan

ekonomi lemah dipedesaan, daerah rawan sosial ekonomi diperkotaan serta daerah

nelayan, perempuan yang menjadi kepala keluarga serta generasi muda perempuan.

Secara psikologis perempuan, sebagaimana laki-laki, membutuhkan aktualisasi

diri demi pengembangan dirinya dan sesuatu yang pada akhirnya juga berdampak

positif terhadap pengembangan umat manusia pada umumnya. Berdasarkan proyeksi

BPS (Anwar, 2007: 7), ”perempuan Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 105.266.200

jiwa (50.23%) dari total penduduk 210.485.600 jiwa”.

Berdasarkan pernyataan itu, dapat dilihat bahwa secara umum kaum perempuan

mendominasi kuantitas penduduk Negara Republik Indonesia ini. Hal ini menunjukkan

akses perempuan untuk lebih terlibat dalam lapangan kerja di bidang publik, juga

(7)

Masih cukup kentara adanya diskriminasi dalam akses publik. Kita bisa berasumsi bahwa setelah menamatkan sekolah, maka perempuan menikah dan lebih sibuk dengan urusan-urusan domestik. Ini menjadi lebih parah jika dihubungkan dengan semakin terbatasnya akses penguasaan sumber daya di tingkat domestik dengan semakin memudarnya nilai-nilai kultural masyarakat pada masa lalu (Khaidir, A., 2005: 3).

Keadaan lain memperlihatkan, telah terjadi rendahnya otonomi perempuan.

Otonomi perempuan dimaksudkan sebagai perempuan yang otonom, independen, dan

mandiri dalam segala hal termasuk tentang tubuh dan kesehatannya. Rendahnya

otonomi perempuan terhadap tubuhnya tampak pada besarnya jumlah kematian ibu

melakirkan (AKI) di Indonesia. Naqiyah, N., (2005: 2), dengan mengutif dari

http/www.yahoo.com. 14 Februari 2003 menyebutkan bahwa: ”...Penyebab tingginya

AKI, antara lain: (1) kurangnya akses kesehatan bagi perempuan, (2) kurangnya

informasi, (3) aborsi yang tidak aman, (4) pendarahan, (5) pendidikan rendah, (6)

kurangnya kesadaran hak reproduksi, dan (7) 50% ibu hamil terkena anemia dan

kurang gizi”.

UNESCO merekomendasikan pentingnya persamaan hak dan kesempatan bagi

perempuan pada bidang pendidikan memasuki abad XXI. Menurutnya:

”beberapa tujuan fundamental masyarakat internasional tentang persamaan akses oleh perempuan atas pendidikan untuk menghapuskan illiteracy bagi perempuan dan perbaikan akses untuk perempuan terhadap pelatihan keterampilan, sains dan teknologi pendidikan, serta pendidikan berkelanjutan.” (Delors dalam Anwar, 2007: 93)

Strategi pengembangan perempuan, meliputi perhatian ditujukan untuk

peningkatan kesejahteraan perempuan yang tergolong dalam kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah, untuk mendapat kesempatan yang lebih besar dalam menuntut

pendidikan pasca pendidikan dasar, mendorong makin ikut berperannya perempuan

dalam mengembangkan dan memafaatkan kemajuan ilmu dan teknologi bagi

(8)

penyusunan rencana dan pelaksanaan program peningkatan kedudukan dan peranan

perempuan secara lintas sektoral, menyusun program khusus yang diperuntukkan bagi

perempuan, agar dapat mengejar ketinggalannya dari kaum pria di berbagai bidang,

meningkatkan kegiatan pendidikan bagi perempuan baik kegiatan sektoral maupun

kegiatan khusus peranan perempuan, dan mengupayakan perluasan kesempatan kerja

dan berusaha di sektor formal dan informal dengan meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, kesejahteraan dan produktivitas kerja serta peningkatan perlindungan

kerja bagi perempuan.

Beberapa program pengembangan perempuan yang telah dilakukan di Indonesia diantaranya PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) yang dikenal dengan sepuluh programnya: (1) penghayatan dan pengamalan Pancasila, (2) gotong royong, (3) pangan, (4) sandang, (5) Perumahan dan tata laksana rumah tangga, (6) pendidikan dan keterampilan, (7) kesehatan, (8) pengembangan kehidupan berkoperasi, (9) kelestarian lingkungan hidup, dan (10) Perencanaan sehat. Selain program PKK, juga terdapat POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) untuk BALITA, juga terdapat kegiatan pendidikan bagi perempuan (ibu-ibu) berupa pembinaan anak dan pola hidup sehat. Organisasi Dharma Wanita yang menghimpun istri pegawai negeri sipil, yang tersebar diseluruh instansi pemerintah dari pusat sampai ke Kecamatan. Organisasi Dharma Pertiwi yang menghimpun istri para pajurit TNI, Organisasi Patayat Nahdatul Ulama, Aisiyah. Bagi generasi muda terdapat Nasyiatul Aisiyah, IPPNU, KOHATI, dan berbagai organisasi kepemudaan lainnya yang anggotanya juga terdapat perempuan. Dalam bidang media massa, juga diadakan siaran pedesaan yang diperuntukan bagi masyarakat tani, mahasiswa KKN. Di tingkat desa sendiri ada kelompok akseptor, dan kelompok arisan yang dibentuk atas prakarsa dan swadaya masyarakat setempat (Anwar, 2007: 96).

Dalam mengantisipasi rendahnya tarap hidup keluarga, maka selain perlunya

motivasi peran serta perempuan untuk meningkatkan upaya penanggulangan

permasalahan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga, juga perlunya ditingkatkan lagi

bantuan teknik keterampilan dan pengetahuan yang berkaitan dengan usaha-usaha

pemberdayaan perempuan. Dalam hal ini pendidikan luar sekolah dengan komponen

latihan dan bimbingan dapat berperan sebagai upaya peningkatan pengetahuan,

(9)

sosial ditingkat desa. Beberapa kajian mengungkapkan bahwa faktor ekonomi

merupakan alasan yang dikemukakan perempuan untuk mencari nafkah, dan semakin

rendah status sosial perempuan maka semakin besar kemungkinan mereka untuk

bekerja. Dalam hal ini lebih parah lagi bagi istri golongan berpenghasilan rendah

cenderung lebih berperan dalam memperoleh penghasilan keluarga.

Pemerintah Indonesia melalui program-programnya di bidang Pendidikan Luar

Sekolah (PLS), yang semakin hari semakin dipacu untuk tumbuh dan berkembang,

berupaya mengadakan pelatihan-pelatihan di berbagai bidang keterampilan sebagai

usaha untuk membuka seluas-luasnya kesempatan belajar bagi masyarakat khususnya

bagi mereka yang kurang beruntung yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah

lebih tinggi / anak-anak putus sekolah.

Kursus dan pelatihan-pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk

mengermbangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau

melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Salah satu usaha sektor jasa yang

potensial untuk berkembang dan tampaknya selalu dibutuhkan dari waktu ke waktu

seiring kemajuan zaman dan kompleksitas kehidupan masyarakat adalah usaha jasa

Tata Rias Pengantin.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwasanya keterampilan dibidang Tata

Rias Pengantin mempunyai prospek yang marketable dan dibutuhkan semua kalangan

masyarakat, hal ini berkaitan erat dengan fungsi Tata Rias Pengantin sebagai kebutuhan

utama bagi keluarga yang menyelenggarakan syukuran pesta pernikahan

putra-putrinya. Dimana diketahui bahwa pernikahan pasangan manusia (pasangan pengantin)

(10)

Pelatihan Profesi Bidang Tata Rias Pengantin merupakan salah satu bentuk

pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur PLS dengan mengutamakan

pembekalan keterampilan guna meningkatkan kecakapan hidup bagi masyarakat, yang

berguna untuk kepentingan diri pribadinya maupun bisa di manfaatkan bagi

kepentingan dunia kerja dan profesinya.

Standarisasi dan sertifikasi suatu keterampilan untuk mendapatkan legalitas atau

pengakuan sudah menjadi keharusan bagi masyarakat diera global ini. Untuk itu

Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) yang berperan aktif didalamnya selayaknya

mengikuti persyaratan ini. Lembaga-lembaga yang bersangkutan harus menyiapkan

dan membekali warga belajarnya dengan keterampilan yang bersertifikasi dan

mendapat pengakuan global, termasuk dalam bidang keahlian keterampilan Tata Rias

Pengantin sebagai modal untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat agar lebih baik

dengan membuka lapangan kerja atau berusaha hidur secara mandiri.

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap warga belajar pelatihan Tata Rias

Pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi diketahui bahwa mereka

merupakan warga masyarakat yang benar-benar berminat dan membutuhkan pelatihan

Tata Rias Pengantin termasuk dari kalangan pegawai, pelajar, mahasiswa dan lain

sebagainya.

Penyelenggaraan pelatihan keteramplan Tata Rias Pengantin di Sunda Putri

LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi dimaksudkan: (1). Memberi bekal pengetahuan,

keterampilan dan sikap kemandirian serta jiwa kewirausaan warga belajar menjalankan

kehidupannya, atau berusaha mandiri membuka lapangan kerja. (2). Memberi bekal

(11)

memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang layak dan akhirnya memberi danpak

meningkatkan kesejahteraan kehidupan warga belajar secara ekonomi dan sosial.

B. Identifikasi Masalah

Dunia kerja pada umumnya tak mudah untuk diraih tanpa perjuangan dan tanpa

memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan yang diidamkan oleh seseorang.

Tentunya seseorang dituntut untuk memiliki kompetensi yang mumpuni agar mampu

meraih peluang kerja yang sangat kompetitif.

Sehubungan dengan itu banyak macam kursus/pelatihan termasuk bagi kaum

perempuan diantranya kursus/pelatihan Tata Rias Pengantin. Kursus ini terbentuk di

berbagai daerah oleh berbagai sentra pelatihan yang telah menghasilkan banyak lulusan

dalam berbagai gaya pengantin. Data sementara yang dapat dijaring melalui penelitian

PLS, para lulusan cukup banyak tetapi dalam persentase kecil mampu memanfaatkan

untuk hasil kursus/pelatihan dengan alasan belum merasa mampu, sehingga tak berani

berusaha, selain daya dukung fasilitas yang diperlukan belum dimiliki. Hal ini diduga

erat kaitannya dengan proses pelatihan/ kursus itu sendiri yang belum efektif. Indikasi

inilah yang mendorong adanya minat untuk meneliti tentang efektivitas pelatihan,

khususnya yang diselenggarakan LPK Tisaga Caterias.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Bersandarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan

diatas, maka penulis membuat rumusan masalah secara global sebagai berikut: Apakah

benar pelatihan keterampilan tata rias pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias

(12)

Untuk merinci masalah yang dirumuskan diatas, maka disertakan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif LPK Tisaga Caterias sebagai penyelenggara

pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri Putri?

2. Bagaimana program pelaksanaan pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri di

LPK Tisaga Caterias?

3. Bagaimanakah efektivitas penyelenggaraan pelatihan keterampilan tata rias

pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias dalam rangka pemberdayaan

perempuan?

4. Apakah faktor pendukung dan penghambat efektivitas penyelenggaraan

pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, dengan merujuk pada

perumusan masalah diatas, maka terbagi pada dua katagori yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Tujuan Umum,

Secara umum kegiatan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

deskriptif tentang efektivitas penyelenggaraan pelatihan keterampilan Tata Rias

Pengantin Sunda Putri yang dilakukan LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi dalam

kaitannya dengan konsep pemberdayaan perempuan.

b. Tujuan Khusus,

Adapun secara terperinci, tujuan yang ingin diwujudkan dalam penelitian ini

(13)

1. Peneliti ingin mengetahui kondisi objektif LPK Tisaga Caterias Kota

Cimahi sebagai lembaga yang melakukan program pelatihan Tata Rias

Pengantin Sunda Putri dalam rangka pemberdayaan perempuan,

2. Peneliti ingin mengetahui proses pelaksanaan program pelatihan Tata Rias

Pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias,

3. Peneliti ingin mengetahui efektivitas penyelenggaraan pelatihan

keterampilan tata rias pengantin Sunda Putri yang dilaksanakan oleh LPK

Tisaga Caterias dalam korelasinya dengan pemberdayaan perempuan,

4. Peneliti ingin mengetahui faktor penghambat dan pendukung proses

penyelenggaraan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias,

yang selanjutnya dapat memberi wawasan kepada berbagai pihak terkait

dalam membantu keberhasilan penyelenggaraan pelatihan-pelatihan yang

relevan.

E. Definisi Operasional

Dalam Kegiatan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa istilah yang

perlu dijelaskan definisinya, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan adalah ”serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan

keahlian-keahlian tertentu atau pengetahuan tertentu” (Simamora, H., 1995:

287). Sementara Khemani dalam Nurdin, S., (2005: 8) mengartikan ”pelatihan

dengan proses komunikasi yang terencana yang menghasilkan perubahan atas

sikap, pengaruh dan keterampilan dalam hubungannya dengan sasaran didik,

(14)

Dalam penelitian kali ini, pelatihan yang dimaksudkan adalah pelatihan

keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda Putri yang dilaksanakan LPK Tisaga

Caterias dengan maksud warga belajar belajarnya mempunyai keahlian dan

keterampilan yang menjadi sumber pekerjaan dan mata pencaharian mereka

dalam menjalankan kehidupannya.

2. Efektivitas menurut Emirson dalam Handayaningrat, S., (1981: 16) adalah

”pengukuran dalam arti tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan,

dan sebaliknya kalau sasaran atau tujuan itu tidak tercapai maupun tidak sesuai

dengan waktu yang ditentukan maka dikatakan tidak efektif”. Sedangkan

Siagian, S., (2003: 151) mengemukakan bahwa: ”Efektivitas berarti

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan, artinya apakah

pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak baik sangat tergantung kepada,

bilamana, cara melakukan dan berapa biaya yang dikeluarkan”.

Efektivitas dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu keadaan yang

berhubungan dengan keberhasilan sebuah pengajaran. Sudjana, N., (2008:

34-38), menyimpulkan bahwa keberhasilan pengajaran dapat ditinjau berdasarkan

dua keberhasilan kriteria berikut, yaitu:

a. Kriteria keberhasilan dari segi proses pengajaran (by process), terdiri dari:

1) Perencanaan yang sistematik

2) Kegiatan belajar yang diikuti secara wajar, tanpa paksaan.

3) Penggunaan metode dan media yang sesuai

4) Kemampuan warga belajar mengontrol diri sendiri (self control)

5) Keterlibatan semua warga belajar

(15)

7) Keberadaan sarana belajar yang memadai

b. Kriteria keberhasilan dari segi hasil pengajaran (by product), tediri dari:

1) Perubahan tingkah laku warga belajar secara menyeluruh

(komprehensif)

a) Aspek kognitif

b) Aspek Afektif

c) Aspek psikomotor

2) Hasil pembelajaran berdaya guna bagi warga belajar untuk

diaplikasikan dalam kehidupannya

3) Hasil pembelajaran tahan lama diingat oleh warga belajar

4) Proses perubahan diyakini berasal dari proses pengajaran.

3. Keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda Putri mengandung pengertian sebagai

keterampilan merias terhadap calon pasangan pengantin yang akan

melangsungkan pesta pernikahan berdasarkan gaya tradisi Suku Sunda.

Dalam penelitian ini, Keterampilan tata rias pengantin Sunda Putri diperoleh

warga belajar melalui suatu paket pelatihan yang dilaksanakan LPK Tisaga

Caterias Kota Cimahi untuk memberikan bekal hidup (life skill) bagi wajib

belajar yang berhubungan dengan kecantikan/ tata rias pengantin dan diberikan

dalam kurun waktu tiga bulan, mulai tanggal 1 juli 2007 sampai dengan 30

september 2007.

4. Pemberdayaan (empowering), dengan mengutif pendapat Mulyana, E., (2007:

68) adalah:

(16)

sehingga masyarakat belajar yang peduli ke dunia luar, kompetitif yang dibangun dengan kolaboratif. Pemberdayaan tidak sekedar menghasilkan nilai tambah tetapi nilai manfaat yang berorientasi kebutuhan masyarakat.

Kindervatter dalam Mulyana, E., (2007: 48), Memberikan batasan

pemberdayaan dipandang dari hasilnya yaitu; “people gaining an understanding

of and control over social, economic, and or political forces in order to improve

their standing in society“. Batasan ini lebih menekankan pada produk akhir dari

proses pemberdayaan, yaitu masyarakat memperoleh pemahaman dan mampu

mengontrol daya-daya sosial, ekonomi dan pilitik agar bisa meningkatkan

kedudukannya dalam masyarakat.

Pemberdayaan, dalam penelitian ini dimaksudkan adalah, upaya menumbuhkan

kekuatan-kekuatan warga belajar baik secara individu maupun kelompok untuk

dapat mengantisipasi kelemahan-kelemahan dibidang sosial, ekonomi, politik,

dalam rangka eksistensinya dimasa depan.

5. Warga Belajar (WB) adalah sebutan bagi orang yang terlibat belajar dalam

dunia PLS. Dalam penelitian ini WB adalah perempuan peserta pelatihan tata

rias pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias, yang bermodalkan semangat

dan kemauan dengan keadaan awalnya tidak mempunyai pengetahuan dan

keterampilan sama sekali tentang tata rias pengantin dan atau hanya sebatas

tahu tetapi tidak bisa mempraktekan keterampilan itu, atau telah mempraktekan

keterampilan itu tapi tanpa didukung dengan ilmu tata rias pengantin yang

sesuai petunjuk teknis standar nasional.

6. Faktor pendukung dan faktor penghambat adalah dua faktor yang saling

bertolak belakang. Dalam penelitian ini, faktor pendukung adalah faktor yang

(17)

pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias, sedangkan faktor penghambat

adalah sebaliknya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat terhadap dua hal, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis, yang dapat dijelaskan berikut ini:

a. Manfaat Teoritis,

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat terhadap pengembangan Ilmu

PLS, terutama berkaitan dengan pengembangan konsep pelatihan, konsep

pembelajaran, dan konsep pemberdayaan (empowerment).

b. Manfaat Praktis,

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti lebih lanjut, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber

inspirasi untuk melakukan penelitian topik sejenis yang lebih mendalam,

dengan konsep pendekatan yang berbeda.

2. Instansi terkait pemegang kebijakan Program PLS, sebagai masukan

dalam konsep, perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangan

program-program PLS.

3. Pengelola, penyelenggara LPK Tisaga Caterias sebagai masukan

pengembangan program keterampilan kearah yang lebih baik dan

bermanfaat.

4. Bagi masyarakat luas, sebagai informasi dan pembuka wawasan bahwa

keterampilan Tata Rias Pengantin adalah salah satu keterampilan

(18)

G. Kerangka Berfikir

Gambar 1.1.

Kerangka Berfikir Efektivitas Pelatihan Sumber Acuan : Mulyana, E., (2007: 16)

(Dimodifikasi)

Pelatihan Efektif

• Faktor Pendukung • Faktor Penghambat

Outcome Output Proses Input Alumni warga belajar (Perempuan yang mandiri) Proses Pelatihan:

1) Perencanaan yang sistematik 2) Kegiatan belajar

yang diikuti secara wajar, tanpa paksaan. 3) Penggunaan

metode dan media yang sesuai 4) Kemampuan

warga belajar mengontrol diri sendiri (self kontrol) 5) Keterlibatan

semua warga belajar 6) Suasana

menyenangkan 7) Keberadaan

sarana belajar yang memadai

Produk-alumni warga belajar: 1) Perubahan

tingkah laku warga belajar menyeluruh (komprehensif) a) Aspek kognitif b) Aspek Afektif c) Psikomotor 2) Hasil

pembelajaran berdayaguna untuk diaplikasikan dalam kehidupan 3) Hasil

pembelajaran tahan lama diingat oleh warga belajar 4) Proses perubahan

diyakini berasal dari proses pengajaran. WB Pelatihan Keterampilan Tata rias pengantin (Kaum Perempuan)

Modal semangat dan kemauan:

• Tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang tata rias pengantin • Hanya sebatas

tahu tetapi tidak bisa

mempraktekan. • Telah terlibat

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

dimana peneliti bermaksud mendeskripikan tentang proses penyelenggaraan suatu

program pelatihan keterampilan berikut faktor-faktor pendukung dan penghambatnya

dalam menjalankan efektivitas kegiatannya. Dengan pendekatan kualitatif ini

diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran objek yang akan diteliti secara utuh

dan menyeluruh. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution, S.,(1996: 9) yang

menyatakan bahwa: ”salah satu ciri penelitian naturalistik kualitatif adalah mencari

makna dibelakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat memahami masalah atau

situasi”, dan pendapat Moeleong, LJ., (1995: 22) yang menyebutkan: ”apabila

variabel-variabel yang ditemukan untuk diteliti merupakan sesuatu yang hanya dapat distudi

dalam konteks alamiah, maka penelitian naturalistik merupakan sesuatu yang layak

dipilih”.

Pendekatan kualitatif naturalistik ini dipilih dengan beberapa pertimbangan

yang mengacu pada pendapat Sudjana, N., dan Ibrahim, (2009: 197-198), yaitu:

(a) Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data

langsung.

(b) Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh dari

penelitian kualitatif seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil

pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti

di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik.

(20)

data aslinya. Hasil analisis berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang

diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan pada umumnya

menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, bagaimana suatu fenomena itu

terjadi dalam konteks lingkungannya.

(c) Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Dalam

penelitian kualitatif, data dan informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan

pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Pertanyaan-pertanyaan di atas

mengungkap suatu proses bukan hasil dari suatu kegiatan. Apa yang ia lakukan,

mengapa hal itu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, memerlukan

pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak bisa dilakukan dengan

ukuran frekuensi atau perhitungan enumirasi.

(d) Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Peneliti memulai dari dari lapangan,

mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat,

menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta

menarik-kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut

(e)Penelitian Kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar

pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang mengenai hidupnya.

Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan deskripsi secara alamiah,

menyeluruh dan utuh mengenai kondisi objektif suatu penyelenggaraan pelatihan

keterampilan dan mengungkap factor-faktor pendukung dan penghambat

penyelenggaraan didalamnya, maka karena dasar inilah, metode penelitian bersifat

studi kasus. Trisnamansyah, S., (2008:14), yang mengatakan bahwa, “dalam penelitian

pendidikan, studi kasus (case study) sering dipergunaan manakala seorang peneliti

memilih pendekatan kualitatif”. Studi kasus bertujuan untuk mempelajari secara

(21)

kelompok, lembaga. Penelitian kasus ini adalah penelitian yang mendalam mengenai

unit kehidupan sosial tertentu seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau

masyarakat yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisasi secara baik

mengenai unit tersebut. Dalam kaitan ini Sudjana, N., dan Ibrahim, (2009:69),

mengemukakan pengertian studi kasus sebagai berikut :

Pada dasarnya studi kasus (case study) mempelajari secara intensif seseorang individu yang dipandang mempunyai suatu kasus tertentu. Terhadap kasus-kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang ia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Pengertian tersebut, secara khusus ditujukan kepada individu sebagai objek

perhatian dari studi kasus tersebut, tetapi pada dasarnya studi kasus ini menyelidiki

banyak aspek, namun sedikit objek. Studi kasus usaha menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya waktu sekarang, sehingga dapat dijadikan dasar untuk penyelidikan

selanjutnya terhadap keadaan tersebut. Metode ini bertujuan untuk pelaporan hasil

proses data yang objektif tentang masalah yang diteliti dan dilengkapi dengan

kesimpulan deskriptif secara kualitatif.

Selanjutnya, langkah-langkah Penelitian yang ditempuh peneliti mengacu pada

pendapat Sudjana dalam Dameira, R., (2007: 60-61), yaitu sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah Penelitian apapun harus dimulai dengan adanya masalah,

yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya dicari

peneliti di lapangan.

2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menetapkan

informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan masalah yang telah

(22)

informasi yang berhubungan dengan kondisi, peristiwa dan gejala yang ada

pada saat penelitian dilakukan.

3. Menentukan prosedur pengumpulan data; setelah penentuan informasi yang

dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah menentukan cara-cara pengumpulan

data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yaitu instrument atau alat

pengumpul data dan sumber data.

4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data; data dan informasi yang

telah diperoleh merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data

tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Prosedur yang dilakukan antara lain: a) pemeriksaan data; b)

klasifikasi data; c) tabulasi data; d) menghitung frekuensi data; e) perhitungan

lebih lanjut; f) memisualisasikan data; dan g) menafsirkan data sesuai dengan

pertanyaan penelitian.

5. Menarik kesimpulan; berdasarkan hasil pengolahan data, peneliti

menyimpulkan hasil penelitian dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian dan mensistensikan semua jawaban dalam satu kesimpulan yang

merangkum permasalahan-permasalahan secara keseluruhan.

B. Subjek Penelitian

Arikunto, S., (1993: 102) mendenifisikan bahwa : "subjek penelitian adalah

benda, hal atau orang, tempat dan data untuk variabel penelitian yang dipermasalahkan

mereka. Agar pengamatan terhadap individu dapat lebih mendalam, maka subjek yang

diteliti dibatasi". Subjek penelitian adalah sangat penting kedudukannya, karena

merupakan sumber informasi dalam penelitian, dan dapat dipergunakan sebagai

(23)

informan didasarkan pada asumsi bahwa mereka memiliki cukup informasi tentang

fokus penelitian. Sebagian dari mereka dipilih sebagai informan utama (key informan).

Sedangkan dalam penjaringan responden selanjutnya mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih, sesuai dengan teknik sampling purposif.

Data utama atau data primer dalam penelitian ini, sebagaimana lazimnya

pendekatan kualitatif bersumber dari manusia (human subject), berupa informasi verbal

dalam wujud tanggapan, pendapat, maupun pandangan (persepsi) dan tindakan/ prilaku

subjek sesuai dengan konteksnya. Data lainnya berupa kumpulan fenomena yang dapat

memberikan kontribusi pemahaman terhadap penelitian dan informan atau responden.

Dalam penelitian ini responden atau informan ditentukan melalui subjek penelitian.

Selain data primer, peneliti juga menjaring data yang bersifat nonhuman data

sebagai data sekunder melalui studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Yang menjadi

perhatian peneliti dalam teknik ini adalah catatan-catatan maupun dekumen resmi atau

dokumen-dokumen tak resmi berkenaan dengan berbagai aktivitas kreatif dan

tulisan-tulisan kepustakaan lain yang dapat memberikan infomasi terhadap fokus penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah penyelenggara pelatihan keterampilan tata

rias pengantin di LPK Tisaga Caterias, sumber belajar dan warga belajarnya. Diambil

delapan orang responden sebagai subjek penelitian, yakni; satu orang penyelenggara,

satu orang sumber belajar dan enam orang warga belajar. Dengan ini akan

mendeskripsikan kondisi objektif penyelenggaraan pelatihan, efektifitas pelatihan, dan

(24)

Tabel 3.1. Responden Penelitian

No Responden Jumlah Inisial Ket.

1. Penyelenggara 1 orang Deni Daniman (GDD)

2. Sumber Belajar 1 orang Neneng Rifa (HNR) 3. Warga belajar 6 orang • Siti Sa’adah (ASS)

• Elida Hafni (BEH)

• Jemiyem (CJM)

• Nafsijah (DNF)

• Tia Pratiwi (ETP)

• Wiwin Novianty (FWN)

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif memfokuskan perhatian pada upaya untuk memahami

prilaku, persepsi, dan sikap dari sasaran penelitian. Dalam penelitian kualitatif atau

naturalistik, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun kelapangan

serta berusaha sendiri mengumpulkan imformasi yang dibutuhkan berkenaan dengan

fokus penelitian. Peneliti langsung terjun melakukan observasi dan pengamatan kepada

subjek penelitian dan melakukan rangkaian aktivitas untuk mendapatkan kelengkapan

data yang dibutuhkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,

dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting

alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dan lain-lain.

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber

primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,

dan sumber sekunder , yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila

(25)

dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara (interview), dokumentasi,

dan gabungan (triangulasi) Sugiono, A., 2005 : 62-63)

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam natural setting

(kondisi yang alamiah) yaitu menemui subjek penelitian secara langsung , sumber data

primer yaitu peserta pelatihan dan tutor, dan didukung oleh sumber data sekunder yaitu

melalui data-data yang tersedia di LPK Tisaga Caterias. Teknik-teknik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam (in-depth interview), studi

dokumentasi, dan gabungan (triangulasi).

Langkah-langkah yang diambil pada saat pengumpulan data kualitatif dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan [ada kegiatan pengumpulan data.

Kemudian merumuskan situasi penelitian, lokasi yang dipilih serta informan-informan

sebagai sumber data.

2. Memuali Pengumpulan Data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha untuk menciptakan

hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan akrab dengan

individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara

dengan beberapa informan yang telah dipilih untuk kemudian dilanjutkan dengan

teknik bola salju atau sumber check. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi

(26)

3. Pengumpulan Data Dasar

Pada tahap ini, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang

lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam

pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca dan

merasakan “apa yang ada. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data

mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan.

4. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan

tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bias ditentukan

sebelumnya, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait

dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti mengakhiri

pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan.

Adapun teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah merujuk pada pendapat Trisnamansyah, S., (2008:57) dapat

digambarkan menurut tabel berikut ini:

Tabel 3.2.

TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Pendekatan Jenis Data Teknik

Pengumpulan Data

Instrumen Bentuk

Instrumen Kualitatif Deskriptif,

Naratif

• Observasi

• Wawancara

• Studi Dokumenter

• Pendekatan observasi tak berstruktur

• Pendekatan wawancara tak berstruktur

• Pendekatan studi

dokumentasi tak berstruktur

• Catatan lapangan

• Catatan lapangan

• Catatan lapangan

(27)

a. Observasi

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, untuk

memperoleh data atau informasi tentang kondisi subjek penelitian dan lokasi

pelaksanaan pembelajaran pelatihan seperti: kondisi kelas, penggunaan waktu, kondisi

laboraturium pelatihan, juga kondisi pelaksanan pelatihan dan termasuk kondisi

informasi yang telah lulus dan sudah berhasil mandiri.

Observasi ini digunakan untuk mengetahui dari dekat kegiatan dan peristiwa

yang berkenaan dengan kegiatan pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK

Tisaga Caterias Kota Cimahi. Obsaervasi dilakukan dengan cara mengamati,

mendengarkan atau bahkan merasakan apa yang dialami oleh subjek pelatihan.

Adapun alasan penggunaan teknik observasi dalam penggunaan teknik ini,

dengan merujuk pendapat Moeleong, LJ., (1996: 126) adalah sebagai berikut: (1)

Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

perhatian, dan perilaku lainnya, (2) Pengamatan memungkinkan pengamat untuk

melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjel penelitian, menangkap arti fenomena dari

segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan panutan

para subjek pada keadaan waktu, (3) Pengamatan memungkinkan peneliti untuk

merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, (4) Pengamatan

memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik pihaknya

maupun dari pihak subjektif .

Observasi yang peneliti lakukan di LPK Tisaga Caterias ini adalah sebagai

berikut:

1. Keberadaan fasilitas kelengkapan yang dimiliki LPK Tisaga Caterias, hal ini

menyangkut sarana dan prasarana, dokumentasi kelengkapan media administrasi,

(28)

rangka memperoleh kelengkapan informasi untuk menunjang data yang berkorelasi

dengan topik bahasan penelitian

2. Proses penyelenggaraan pelatihan keterampilan tata rias pengantin yang dilakukan

di LPK Tisaga Caterias, hal ini dimaksudkan untuk mengamati indikasi

penyelenggaraan yang berkaitan dengan konsep efektifitas dalam proses (efektifitas

by proses).

3. Orang yang terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan keterampilan tata rias

pengantin, yang terdiri dari penyelenggara, sumber belajar dan warga belajar

belajar, dengan maksud mengamati indikator efektivitas pelatihan yang

berhubungan dengan hasil pelatihan (efektifitas by product).

Tabel 3.3.

PEDOMAN OBSERVASI

Pokok-Pokok Data Objek Pengamatan Keterangan

1.Kondisi LPK Tisaga Caterias

2. Kondisi Pelaksana Belajar Mengajar

3. Pelaksanaan Pelatihan

4. Kondisi Penunjang

1. Lokasi keberadaan LPK Tisaga Caterias Tisaga Caterias

2. Kondisi Sarana Dan Prasarana

• Ruang Kelas

• Media dan alat peraga pembelajaran

• ATK

• Barang-barang lain

1. Sumber belajar/ instuktur 2. Warga belajar/ peseta didik

1. Pendekatan Pelatihan 2. Materi Pelatihan

3. Metode, teknik dan media pelatihan

4. Waktu pelatihan 5. Evaluasi Pelatihan

1. Lingkungan masyarakat sekitar

(29)

b. Wawancara

Wawancara dilakukan pada penyelenggara, sumber belajar serta peserta

pelatihan yang sedang melaksanaan kegiatan pelatihan maupun alumni warga belajar.

Wawancara dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab,

dilakukan dengan sistematik berdasarkan tujuan penelitian, dilakukan langsung pada

subjek penenelitian dan informan terdiri dari orang-orang yang dianggap mengetahui

hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, hasil dan

pengaruh program pelatihan.

Moleong, LJ., (1998), menyatakan ada 6 (enam) jenis pertanyaan yang dapat

diajukan dalam wawancara yaitu: (1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman

atau perilaku, (2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai, (3) Pertanyaan

yang berkaitan dengan perasaan, (4) Pertanyaan tentang pengetahuan, (5) Pertanyaan

yang berkaitan dengan indera, dan (6) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang

atau demografi.

Bertolak dari ciri-ciri penggunaan pertanyaan dalam wawancara dalam

penelitian ini, wawancara ditujukan kepada informan (sumber informasi utama), untuk

memperoleh data tentang perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, hasil dan

pengaruh pelatihan tata rias pengantin berbasis pemberdayaan perempuan di LPK

Tisaga Caterias Kota Cimahi yang berhubungan dengan konsep efektivitas.

Wawancara dilakukan dalam bentuk interviu formal dan informal, yang

berpedoman pada pedoman wawancara, sebagaimana terlampir dalam lampiran.

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan berusaha menangkap informasi

secara alamiah, apa adanya tanpa direkayasa dari subjek penelitian. Pertanyaan dalam

wawancara berkisar pada pendapat sunjek penelitian tentang kondisi objektif

penyelenggaraan pelatihan, efektifitasnya dan faktor pendukung dan penghambatnya

(30)
[image:30.595.80.525.142.746.2]

Tabel 3.3.

INSTRUMEN WAWANCARA

RESPONDEN POKOK-POKOK DATA

PERTANYAAN PENELITIAN Penyelenggara

• GDD

1. Kondisi Objektif LPK Tisaga Caterias

2. Proses Pelaksanaan Pelatihan

1. Apa yang menjadi tujuan umum dan khusus pelaksanaan pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

2. Bagaimana kemampuan LPK Tisaga Caterias? 3. Bagaimana rancangan struktur pembelajaran dan

manajemen kelas ?

4. Apa nilai, aspirasi dan visi LPK Tisaga Caterias ? 5. Bagaimana latar belakang kehidupan peserta warga

belajar?

6. Sumber pembiayaan kegiatan pelatihan keterampilan tata rias pengantin berasal dari mana ?

7. Alokasi pembiayaan digunakan untuk kegiatan apa saja ?

8. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki LPK Tisaga?

9. Bagaimana keadaan sarana yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

10. Bagaimana keadaan ruangan yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

11. Apakah media yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

12. Apakah keadaan ruang belajar yang digunakan mendukung kegiatan pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

13. Apakah keadaan lingkungan masyarakat mendukung kegiatan pelatihan keterampilna tata rias pengantin ? 1. Bagaimana penyusunan materi program pelatihan

keterampilan tata rias pengantin ?

2. Apa materi/ isi pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

3. Apa pendekatan yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

4. Apa metode yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengangtin ?

5. Apa teknik yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

6. Bagaimana suasana pembelajaran, dilihat dari fisik, psikologis dan kelembagaan?

7. Materi apa yang diberikan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

8. Materi penunjang apakah yang diberikan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

9. Bagaimana cara melakukan penilaian pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

(31)

3. Hasil Pelatihan 1. Aspek Kognitif

2. Aspek Afektif

3. Aspek Psikomotor

1. Pengetahuan apa yang telah dimiliki alumni warga belajar setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

2. Bagaimana perbandingan pengetahuan alumni warga belajar tentang keterampilan tata rias pengantin sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan di LPK Tisaga Caterias?

1. Apakah alumni warga belajar telah memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan usaha setelah mengikuti poelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

2. Apakah alumni warga belajar telah memiliki orientasi pada tugas dan hasil setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

3. Apakah alumni warga belajar telah memiliki kemampuan dalam mengembangkan usaha tata rias pengantin ?

4. Apakah alumni warga belajar telah memiliki sikap keorisinilan untuk mengembangkan usaha tata rias pengantin ?

5. Apakah alumni warga belajar telah memiliki orientasi ke masa depan dalam mengembangkan usaha tata rias pengantin ?

1. Setelah memahami pengetahuan tentang tata rias pengantin, tindakan apa yang akan dilakukan alumni warga belajar?

2. Apakah alumni warga belajar dapat mempraktekan pengetahuan tentang menjahit setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

3. Apakah alumni warga belajar dapat mengembangkan lebih lanjut bekal keterampilan tata rias yang telah dimilikinya ?

4. Keterampilan apa saja yang dimiliki alumni warga belajar setelah mengikuti kegiatan pelatihan tata rias pengantin?

5. Apakah manfaat lain yang alumni warga belajar peroleh setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

(32)

Sumber Belajar 1. Aspek Perencanaan

2. Aspek Pelaksanaan

3. Aspek Hasil

1. Apakah yang menjadi tujuan umum dan khusus pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

2. Bagaimana penyusunan materi pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

3. Apa materi/isi pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

4. Bagaimana cara menentukan kriteria keberhasilan pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

5. Bagaimana keadaan ruangan yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

1. Bagaimana bobot materi yang diberikan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ini ? 2. Materi penunjang apa yang diberikan dalam

pelatihan keterampilan tata rias pengantin ini ? 3. Bagaiamana urutan langkah pelaksanaan pelatihan

keterampilan tata rias pengantin ini ?

4. Pendekatan apakah yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

5. Metode dan teknik apakah yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

6. Sarana apakah yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

7. Bagaimana keadaan sarana yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

8. Media apakah yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

9. Bagaimana cara melakukan penilaian pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

10. Siapakah yang melakukan penilaian hasil pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

11. Aspek-aspek apa saja yang dinilai dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

12. Apakah hasil pelatihan keterampilan dapat dikembangkan dan dijadikan sumber mata pencaharian bagi alumni warga belajarnya ?

13. Apakah keadaan ruang belajar yang digunakan di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi mendukung proses belajar?

14. Apakah keadaan lingkungan masyarakat mendukung kegiatan pelatihan keterampilan tata rias pengantin ini ?

15. Apakah lingkungan masyarakat mendukung pasar kerja lulusan pelatihan keterampilan tata rias pengantin ?

1. Pengetahuan apa saja yang dimiliki alumni warga belajar setelah mengikuti pelatihan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

(33)

pengantin, tindakan apa yang telah dilakukan alumni warga belajar LPK Tisaga Caterias ?

3. Apakah alumni warga belajar LPK Tisaga Caterias pernah memperoleh pengetahuan dan keterampilan tata rias pengantin sebelum mengikuti pelatihan? 4. Apakah alumni warga belajar telah memiliki

orientasi pada tugas dan hasil setelah mengikuti pelatihan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias ?

5. Apakah alumni warga belajar LPK Tisaga Caterias telah memiliki orientasi ke masa depan dalam mengembangkan kemampuan dibidang tata rias pengantin ?

6. Apakah alumni warga belajar LPK Tisaga Caterias dapat menerapkan teori dalam praktek keterampilan tata rias pengantin ?

7. Apakah alumni warga belajar warga belajar LPK Tisaga Caterias mampu mengembangkan lebih lanjut tentang keterampilan tata rias pengantin yang diperolehnya ?

8. Apakah pengetahuan dan keterampilan tata rias pengantin yang telah diperoleh dapat meningkatkan kehidupan / penghasilan alumni warga belajar LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi ?

9. Apakah manfaat lain yang dapat diperoleh alumni warga belajar setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi ?

Warga belajar A. Aspek Latar Belakang

Kehidupan Warga Belajar

B. Aspek Perencanaan Pelatihan

1. Bagaimana hubungan warga belajar dengan keluarganya?

2. Bagaimanakah cara memperoleh pendapatan keluarga sehari-hari? Apakah yang melatarbelakangi minat untuk mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

3. Bagaimana hubungan dengan tetangga di lingkungan sekitar?

4. Kegiatan dan profesi apakah yang dilakukan warga belajar sebelum mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi?

1. Kapan dan dari mana warga belajar mengetahui adanya program pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Cateria di Cimahi? 2. Apakah yang menjadi alasan warga belajar

mengikuti program pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

3. Apakah yang menjadi tujuan dan motivasi warga belajar mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

4. Apa tanggapan warga belajar terhadap pelaksanaan program pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi?

5. Apakah harapan warga belajar setelah mengikuti program pelatihan keterampilan tata rias pengantin? 6. Bagaimanakah cara yang dilakukan LPK Tisaga

(34)

C. Aspek Pelaksanaan Pelatihan

D. Aspek Hasil Pelatihan • Aspek kognitif

• Aspek afektif

Caterias untuk menjadi calon peserta pelatihan? 8. Apakah LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi bekerja

sama dengan pihak lain dalam merekrut calon peserta pelatihan?

1. Materi apa yang diberikan instruktur dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

2. Bagaimana bobot materi yang diberikan instruktur dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin? 3. Materi penunjang apakah yang diberikan instruktur

dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin? 4. Bagimanakah langkah yang dilakukan instruktur

dalam melaksanakan pelatihan?

5. Pendekatan apakah yang digunakan instruktur dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

6. Metode dan teknik apakah yang digunakan instruktur dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

7. Sarana apakah yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

8. Bagaimana keadaan sarana yang digunakan dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

9. Bagaimana keeadaan ruangan yang disediakan LPK Tisaga Caterias dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

10. Apakah media yang di gunakan instruktur dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

11. Bagaimana cara instruktur dalam mengadakan penilaian dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

12. Aspek-aspek apa sajakah yang dinilai oleh instruktur dalam pelatihan keterampilan tata rias pengantin? 1. Apa saja pengetahuan yang telah warga belajar

peroleh setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

2. Apakah yang akan dilakukan warga belajar belajar setelah memahami materi pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

3. Apakah warga belajar juga memperoleh pengetahuan tentang tata rias pengantin, selain dari LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi?

4. Apakah warga belajar memiliki pengetahuan tentang tata rias pengantin sebelum mengikuti pelatihan di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi?

5. Bagaimana perbandingan pengetahuan keterampilan tentang tata rias pengantin warga belajar, sebelum dan sesudah mengikuti program pelatihan keterampilan di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi? 6. Bagaimana pengetahuan tentang kewirausahaan

yang telah warga belajar peroleh di LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi?

1. Apakah warga belajar telah memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk mengembangkan usaha tata rias pengantin setelah mengikuti pelatihan di LPK Tisaga Caterias?

(35)

• Aspek psikomotorik

tugas dan hasil setelah mengikuti pelatihan tata rias pengantin di LPK Tisaga Caterias?

3. Apakah warga belajar telah memiliki kemampuan untuk mengembil resiko dalam mengembangkan usaha tata rias pengantin?

4. Apakah warga belajar telah memiliki kemampuan kepemimpinan dalam mengembangkan usaha tata rias pengantin?

5. Apakah warga belajar telah memiliki orientasi ke masa depan untuk mengembangkan usaha tata rias pengantin?

6. Apakah warga belajar telah mampu mempraktekan pengetahuan tentang keterampilan tata rias pengantin?

7. Apakah warga belajar siap untuk mengembangkan keterampilan tata rias pengantin?

8. Apakah warga belajar dapat mengembangkan lebih lanjut usaha tata rias pengantin?

1. Setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin ,apakah warga belajar telah merasa memiliki keterampilan dimaksud?

2. Apakah manfaat lain yang warga belajar peroleh setelah mengikuti pelatihan keterampilan tata rias pengantin?

3. Apakah warga belajar sudah dapat bekerja sama dengan orang lain, sesama profesi penata rias pengantin?

c. Studi dokumentasi

Untuk melengkapi kedua teknik yang telah dikemukakan diatas, maka dalam

pengumpulan data ini dipergunakan pula teknik studi dokumentasi, hal ini dilakukan

untuk melacak berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan dan

dokumen-dokumen lain yang dimilki oleh LPK Tisaga Caterias Kota Cimahi. Tujuan

dari studi dokumentasi ini yaitu untuk mendapatkan data-data bukti fisik yang berupa

informasi tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumentasi yang diteliti

berupa bahan-bahan tertulis atau laporan-laporan yang menyangkut data peserta dan

kondisi secara keseluruhan mengenai pelatihan keterampilan tata rias pengantin di LPK

Tisaga Caterias Kota Cimahi.

Data yang ingin didapat melalui studi dekumentasi ini adalah berhubungan

(36)

dikaitkan dengan konsep efektivitas, faktor pendukung dan penghambat

penyelenggaraan.

Analisa SWOT akan digunakan dalam penelitian ini, sehingga diharapkan akan

mengungkap deskripsi data secara lengkap namun terkelompokkan secara akurat

sehingga memudahkan penganalisaan dan pembahasannya. Penerapan analisa ini

adalah dengan dirumuskan faktor kekuatan, kelemahan yang dimiliki dan peluang dan

tantangan yang dihadapi, dan disusun pola dasar penyusunan rencana kegiatan/

program. Apabila faktor kekuatan dikaitkan dengan peluang, maka akan dapat dilihat

tiga kemungkinan, yaitu: (1) faktor kekuatan lebih besar dari peluang yang ada. Pada

situasi ini program/ kegiatan dapat mengkonsentrasikan diri pada pemantapan program

dan menghindari penurunan kualitas. (2) Faktor kekuatan lebih kecil dari peluang.

Disini program/ kegiatan dapat memanfaatkan peluang dengan mengadakan

penyeragaman garis program dan penganekaragaman mutu program. Sehingga

peluang-peluang yang terbuka dapat dimanfaatkan. (3) Faktor kekuatan sama dengan

faktor peluang. Dalam situasi ini program/ kegiatan memfokuskan diri pada

peningkatan kualitas dan mencari peluang yang baru.

Apabila kekuatan dikaitkan dengan tantangan, situasi yang dihasilkan akan

menggambarkan: (1) Fakor kekuatan lebih besar dari faktor tantangan. Disini program/

kegiatan dapat memperkenalkan program-program baru karena tidak akan ada

hambatan yang berarti. (2) Faktor kelemahan lebih sedikit dari faktor tantangan. Pada

situasi ini program/ kegiatan akan memperhemat programnya agar mampu mengubah

tantangan menjadi peluang; (3) Faktor kekuatan sama dengan faktor tantangan. Disini

dapat diperkenalkan program baru, karena tantangan harus dikendalikan dengan

program-program yang berkualitas.

(37)

kemungkinan yang akan terjadi: (1) faktor kelemahan lebih menonjol dan peluang.

Disini program/kegiatan harus berusaha mengurangi kalau tidak dapat menghapuskan

kelemahan-kelemahan yang ada, dengan cara meneliti dimana sebenarnya kelemahan

tersebut, kemudian diperbaiki. Perbaikan dapat dengan cara tambal sulam atau

mengganti dengan yang baru yang lebih mampu memanfaatkan peluang; (2) Faktor

kelemahan lebih kecil dari peluang. Disini peluang harus dimanfaatkan seoptimal

mungkin sambil memperkuat program; (3) Faktor kelemahan sama dengan kuatnya

peluang. Disini seluruh kekuatan harus dikerahkan untuk memperkuat program agar

peluang dapat dimanfaatkan.

Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan tantangan, juga akan ditemukan

keadaan sebagai berikut: (1) faktor kelemahan lebih kuat dari faktor tantangan. Disini

harus ada penggantian program; (2) Faktor kelemahan lebih kecil dari tantangan.

Dalam keadaan ini faktor tantangan harus dihilangkan, kecuali dapat diubah atau

dimanfaatkan menjadi peluang; (3) Faktor kelemahan sama kuatnya dengan tantangan.

[image:37.595.89.519.213.761.2]

Dalam situasi ini kelemahan harus segera diperangi.

Tabel 3.5.

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

Pokok-Pokok Data Jenis Pedoman Keterangan

A. Administrasi pendidik

B. Buku Administrasi Pembelajaran C. Buku pengelolaan

Keuangan

D. Pengorganisasian

E. Daftar inventaris sarana prasarana F. Daftar orang tua

1. Garis Besar Program jar 2. Rencana Pelaksanaan m 1. Absen Siswa

1. Buku penerimaan 2. Buku Pengeluaran 1. SK Organisasi

2. Tugas dan tanggung jawab pendidik

1. Data sarana program 2. Data perlangkapan

(38)

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini merupakan riset deskriptif yang bersifat eksploratif, dimana

peneliti ingin mencari gambaran keadaan dan status fenomena, dalam hal ini fenomena

penerapan hasil pelatihan tata rias pengantin dalam pemberdayaan warga belajar di

Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) Tisaga Caterias Kota Cimahi.

Data dalam penelitian ini umumnya berupa narasi deskriptif kualitatif, karena

itu analisisnya bersifat naratif kualitatif dengan mencari kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan informasi.

Analisis data dilakukan tidak menunggu sampai semua data terkumpul,

melainkan dilakukan secara berangsur selesai mendapatkan sekumpulan data dari

observasi, atau wawancara, atau studi dokumenter. Penafsiran dilakukan tidak bersifat

menggeneralisasikan atau mencari jawaban terbanyak, tetapi diarahkan untuk

menemukan esensi atau realita mendasar dari kenyataan sebenarnya tentang fenomena

penyelenggaraan pelatihan tata rias pengantin dalam pemberdayaan warga belajar di

Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) Tisaga Caterias Kota Cimahi.

Dalam proses analisis juga dilakukan kegiatan mencari kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan, baik dalam persepsi, rencana, dan pelaksanaan pada pimpinan

lembaga maupun antara pimpinan dengan warga belajarnya.

Setelah data terkumpul, maka peneliti segera melakukan pengolahan data,

dengan cara sebagai berikut:

(39)

b. Disusun secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah penelitian.

a. Dilakukan triangulasi yaitu pengecekan data hasil wawancara dari informan

dicek dengan pengamatan dan dicek lagi dengan data dokumenter.

b. Apabila data masih belum lengkap, maka pengumpulan data diulangi lagi

deangan observasi, wawancara dan studi dukumen lain. Hal ini dalam

rangka menemukan kenyataan yang sesungghnya (validitas).

c. Data dicek dari informan ranking pertama, informan ranking kedua dan

seterusnya, sesuai dengan prosedur yang dilakukan pada informan rangking

pertama (member check).

d. Kalau diperlukan, maka dilakukan proses cek dan cek, analisis dan

re-analisis sehingga ditemukan hasil yang akurat.

e. Pembuatan kesimpulan, dilakukan dengan membuat jawaban atas

pertanyaaan-pertanyaan sebagaimana diungkapkan pada bagian identifikasi

dan perumusan masalah diatas. Dalam pembuatan kesimpulan proses

analisis data ini dilanjutkan dengan mencari hubungan antara apa yang

dilakukan (what), bagaimana melakukan (how), dan bagaimana hasilnya

(how is the effect) Prosedur Penelitian.

E. Kredibilitas Data

Kredibilitas data diperlukan untuk mengukur keakuratan data yang diperoleh,

maka memerlukan pengamatan dan keikutsertaan peneliti dalam situs penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat

(40)

Ketekunan pengamatan, perpanjangan waktu pengamatan akan memperoleh

keadaan dan informasi yang sebenarnya dan bukan merupakan hal yang semu, sehingga

jika perpanjangan waktu pengamatan akan makin nampak keadaan yang sebenarnya

tentang keaslian objek penelitian. Maka dalam melaksanakan penelitian ini

memerlukan ketekunan pengamatan secara langsung pada totalitas penyelenggaraan

terkait di LPK Tisaga Caterias. Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk

menemukan faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam penyelenggaraan pelatihan

keterampilan tata rias pengantin terhadap warga belajar sehingga tergambar konsep

efektivitasnya.

Pengecekan melalui diskusi dengan teman sejawat yang mengetahui keadaan

penelitian dan juga nara sumber yang berperan dalam kegiatan sehari-hari tentang

keadaan penelitian, hal ini bertujuan agar dalam penilitian tetap mempertahankan

kejujuran dan sikap terbuka untuk menerima masukan-masukan sehingga tidak

menimbulkan penafsiran yang berbeda antara peneliti dengan sumber informasi, selain

itu pemeriksaan data melalui diskusi berfungsi untuk memantapkan peneliti dalam

mengungkapkan data dan informasi yang berkaitan dengan keadaan penelitian.

Kecukupan referensi, berfungsi sebagai pembanding teroritis terhadap

kebenaran data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan

melalui penyajian data dan informasi yang dilakukan oleh nara sumber pelatihan tata

rias pengantin. Pengecekkan informan, sebagai instumen kunci, tetap dipelihara untuk

memperoleh data perkembangan warga belajar, oleh karena itu pengecekan informan

yang terlibat sangat menentukan kebenaran dan informasi pelatihan keterampilan tata

rias pengantin. Kriteria uraian secara rinci merupakan paparan analisis dari data

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini secara umum telah mencapai tujuannya yaitu memperoleh

gambaran pelatihan keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda Putri, sebagai upaya

pemberdayaan perempuan di LPK Tisaga Caterias. Pelatihan ini dikembangkan

mengacu pada teori dan metode program PLS. PLS sebagai proses pemberdayaan,

mengandung makna bahwa program-program pendidikan ini harus ditunjukan untuk

mendidik masyarakat agar mampu mendidik diri mereka sendiri atau membantu

masyarakat agar mampu menbantu diri mereka sendiri dalam rangka menciptakan

masyarakat yang mandiri, berswadaya, dan berdaya.

Kesimpulan akhir, yang merupakan jawaban dari perumusan masalah

sebagaimana dikemukaan pada bagian awal tesis ini, adalah dapat dikemukakan

jawaban berkut ini:

1. LPK Tisaga Caterias adalah suatu lembaga yang bergerak dalam penyelenggaraan

kursus dan pelatihan tata rias pengantin, dengan segala kekuatan (strengths),

kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), ancaman (threats) didalamnya,

dapat diukur dalam kapasiatas yang sesungguhnya. Kekuatan LPK Tisaga Caterias

adalah faktor-faktor yang menjadi daya tahan berdiri kokohnya keberadaan

lembaga, sedangkan kelemahannya adalah merupakan faktor-faktor sebaliknya dari

kekuatan. Peluang LPK Tisaga Caterias adalah faktor-faktor yang menjadi potensi

daya dukung untuk bisa menjadikan lembaga berkembang dan maju, sementara

ancaman merupakan faktor-faktor sebaliknya dari peluang yakni faktor-faktor yang

(42)

2. Pelaksanaan program pelatihan keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda Putri di

LPK Tisaga Caterias, merupakan suatu program pelatihan yang diselenggarakan

berdasarkan predural yang terukur. Perencanaan dilakukan sebulan sebelumnya

secara matang dengan melibatkan berbagai pihak terkait, baik pihak internal

lembaga maupun pihak eksternal pendukung, seperti Subdin PLS Kota Cimahi.

Perencanaan proses pembelajaran pelatihan menyangkut komponen-komponen

pembelajaran menyangkut tujuan pembelajaran, materi ajaran, metode mengajar,

media dan sumber belajar, evaluasi pembelajaran, dan lain-lain. Upaya pelatihan

yang diselenggarkan Tata Rias Pengantin Sunda Putri merupakan upaya yang dapat

dijadikan model pelatihan untuk peningkatan kemandirian dan pemberdayaan bagi

kaum perempuan. Pelaksanaan pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri dilakukan

dengan jadwal yang telah diperhitungkan diawali dari jam 09.00 WIB dengan

instruktur yang berada pada kualifikasi ketat. Keahlian instruktur dalam

memberikan pelatihannya dengan membawakan metode yang tepat dan media yang

sesuai menjadikan pelaksanaan pelatihan berjalan lancar dan penuh kekeluargaan,

hal ini dibuktikan oleh absensi tingkat kehadiran warga belajar yang rata-rata 95%

tiap pertemuan. Evaluasi pelatihan walaupun tidak secara khusus dipersiapkan

sebelumnya, namun ternyata berlangsung efektif dengan penilaian secara

spontanitas, baik berupa pemberian apresasi dengan pertanyaan langsung maupun

berbentuk pemantauan yang lainnya.

3. Efektifitas pelatihan berhasil diwujudkan dalam proses penyelenggaraan pelatihan

keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias. Hal ini

diketahui dengan terpenuhinya kriteria keberhasilan dalam sebuah konsep

Gambar

Tabel 3.1 Responden Penelitian …………………... .........................................................
Gambar  1.1 Kerangka Berfikir Efektivitas Pelatihan ................................................................
Gambar 1.1.
Tabel 3.1.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Seni Ulin Kobongan di SMPN 1 Pasawahan Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Guru sebagai peneliti melakukan analisis dan refleksi hasil tindakan pembelajaran, untuk keperluasan analisis dilakukan dengan memeriksa lembaran- lembaran pengamatan

Secara umum yang dimaksud dengan peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk / jasa dalam periode waktu tertentu

KONTRIBUSI TINGKAT VO 2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS (studi deskriptif pada atlet sekolah bulutangkis kelompok usia 11 – 13 tahun).. Universitas

Dalam hal menghadapi persaingan yang ketat di bidang rental studio musik maka pihak Callista Music Studio harus tanggap terhadap hal apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam

kegunaan.html diakses pada tanggal 29 Agustus 2012. http://adiprakosa.blogspot.com/2007/11/uses-gratification.html diakses

Dalam perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dan penulis ada perbedaan hal ini disebabkan karena biaya depresiasi, biaya listrik dan telpon, biaya asuransi dan biaya reparasi