(studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika
oleh NURUL AINI
0706654
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Profil Keterampilan Proses Sains (KPS)
Siswa Tunarungu SMALB Pada
Pembelajaran IPA-Fisika. (studi kasus
terhadap siswa tunarungu di SMALB
Negeri Cicendo Kota Bandung)
Oleh Nurul Aini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nurul Aini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA TUNARUNGU SMALB PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA
(studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung)
disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,
Dr. Dadi Rusdiana, M.Si NIP. 196810151994031002
Pembimbing II,
Dra. Heni Rusnayati, M.Si NIP. 196102021989012001
Diketahui oleh,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA TUNARUNGU SMALB PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA
studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung
Nurul Aini 0706654
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Profil Perkembangan Keterampilan Proses Sains Siswa Tunarungu SMALB Pada Pembelajaran IPA-Fisika” ini dilatarbelakangi oleh kurang dilatihkannya Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa tunarungu di kelas sehingga dalam mempelajari IPA, khususnya Fisika, hanya menjadikannya produk tidak menimbulkan proses dan sikap ilmiah. Akhirnya pelajaran IPA khususnya fisika tidak membuat siswa mempunyai pengalaman belajar IPA. Aspek KPS siswa tunarungu ini dapat berkembang dan dilatihkan selama kegiatan belajar mengajar. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat KPS siswa tunarungu pada pembelajaran IPA-fisika. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 orang siswa-siswi kelas XI SMALB di kota Bandung yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran dan penilaian KPS siswa pada tiap pertemuan KBM, instrumen wawancara kepada guru mata pelajaran, dan angket yang disebarkan kepada seluruh siswa tersebut. Dari pengumpulan data dapat disimpulkan bahwa aspek KPS siswa tunarungu yang dikategorikan sangat tinggi yaitu menggunakan alat dan bahan, yang dikategorikan tinggi yaitu merencanakan percobaan, mengamati, yang dikategorikan sedang yaitu menafsirkan data, meramalkan, berkomunikasi, dan yang dikategorikan rendah yaitu mengajukan pertanyaan. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan untuk melatihkan KPS siswa tunarungu haruslah mengikuti tahapan model pembelajaran berbasis KPS yang telah dibuat oleh Haryono (2006), serta prinsip pembelajaran kepada siswa tunarungu yaitu pemilihan konteks dan kekongkritan materi, strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan komunikasi antara guru dan siswa tunarungu.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C.Batasan Masalah ... 4
D.Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5
BAB II KAJIAN TEORI SISWA TUNARUNGU, PRINSIP PEMBELAJARAN KEPADA SISWA TUNARUNGU, DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ... 7
A.Siswa Tunarungu ... 7
B.Prinsip Pembelajaran Kepada Siswa Tunarungu ... 10
C.Keterampilan Proses Sains ... 12
D.Penemuan Penelitian Sebelumnya ... 16
E. Teori Penelitian Studi Kasus ... 16
F. Ringkasan dan Kerangka Pikir Peneliti ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 19
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.Definisi Operasional ... 21
E. Sumber Data ... 21
F. Instrumen Penelitian ... 22
G.Teknik Pengumpulan Data ... 22
H.Teknik Pengolahan Data ... 24
I. Teknik Analisis Data ... 26
J. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A.Pelaksanaan Model Pembelajaran ... 29
B.Analisis KPS Setiap Siswa ... 37
C.Perkembangan KPS Siswa Tunarungu dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 51
D.Karakteristik Model Pembelajaran untuk Mengembangkan KPS Siswa Tunarungu ... 62
E. Pembahasan Data ... 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 72
A.Simpulan ... 72
B.Saran ... 74
C.Rekomendasi ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN – LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 2.1 Tingkat Desibel Suara dan Taraf Kehilangan Pendengaran ... 8
Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains Dan Indikatornya ... 14
Tabel 2.3 Indikator KPS yang Diteliti ... 18
Tabel 3.1 Kriteria Persentase Pelaksanaan Model Pembelajaran ... 24
Tabel 3.2 Interpretasi Persentase Kemampuan KPS ... 25
Tabel 4.1 Persentase Pelaksanaan Model Pembelajaran ... 30
Tabel 4.2 Perkembangan KPS Alen ... 38
Tabel 4.3 Perkembangan KPS Reni ... 42
Tabel 4.4 Perkembangan KPS Risa ... 45
Tabel 4.5 Perkembangan KPS Saliha ... 49
Tabel 4.6 Rata-rata Perkembangan KPS Siswa Tunarungu ... 51
Tabel 4.7 Indikator KPS Siswa Tunarungu ... 70
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tahapan Proses Pembelajaran Pengembangan KPS Siswa ... 15
Gambar 4.1 Grafik Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 30
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan KPS Tiap Pertemuan ... 52
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pendidikan. Segala hal tentang pendidikan sudah diatur melalui undang-undang negara. Seperti undang-undang pendidikan khusus yang di dalamnya mengatur pendidikan untuk warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial. Hal ini tertulis dalam undang-undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 5 (Depdiknas, 2006: 4) tentang hak dan kewajiban warga negara, yang berbunyi bahwa:
1. Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu.
2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Undang-undang ini menguatkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan pun berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu segala peraturan telah dibuat dan dikategorikan berdasarkan tingkat kelainan tersebut.
Dalam undang-undang di atas, dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam pemberian pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan kepada siswa normal dan siswa yang tidak normal. Tidak ada perbedaan kecerdasan antara siswa normal dan siswa tunarungu, walaupun secara fisik siswa tunarungu memiliki gangguan dalam pendengaran karena terdapat kerusakan pada sistem pendengarannya.
2
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka, misalnya lebih banyak mengajak siswa dalam melakukan percobaan dan pengamatan. Hal senada juga dikemukakan oleh Sutjihati Somantri (2007: 97), bahwa:
Kerendahan tingkat intelegensi anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. Aspek intelegensi yang terhambat perkembangannya ialah yang bersifat verbal, misalnya merumuskan pengertian, menghubungkan, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Aspek intelegensi yang bersumber dari penglihatan dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru berkembang lebih cepat.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Seperti halnya di tingkat SDLB dan SMPLB, di tingkat SMALB diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMALB menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
3
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterampilan proses IPA siswa tunarungu di dalam kelas. Pada kenyataannya pembelajaran IPA khususnya fisika di kelas siswa tunarungu tidak sesuai harapan dan tujuan kurikulum. Hal ini dibuktikan dari hasil studi pendahuluan pada salah satu SMALB tunarungu dengan cara observasi terhadap proses pembelajaran fisika, pemberian kuesioner/angket ke siswa, wawancara dengan guru pelajaran IPA dan siswa yang menjadi sampel, serta hasil penelitian Reserch and Development (R&D) dari Mia Nurkanti (2011).
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran fisika diperoleh bahwa pembelajaran yang digunakan guru di kelas siswa tunarungu lebih banyak menggunakan model pembelajaran ekspositorik dengan metode ceramah. Hal ini kurang bisa memberikan pengalaman belajar dan mengembangkan keterampilan proses IPA siswa karena model ini lebih banyak berorientasi kepada guru. Model ini kurang tepat bila diterapkan kepada siswa yang memiliki kelemahan menyimak dan mendengar bahkan model seperti ini dapat membuat siswa tunarungu bertambah bingung. Kebingungan ini terlihat ketika di akhir pembelajaran guru meminta refleksi dari siswa dengan mengajukan pertanyaan seputar materi yang telah diberikan, banyak siswa yang tidak dapat menjawabnya. Maka dari itu penentuan model dan metode pengajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam menangkap makna dari materi pembelajaran. Model dan metode yang digunakan haruslah berorientasi kepada siswa sehingga siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
model-4
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model pembelajaran yang memiliki karakteristik sama dengan pendekatan keterampilan proses.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan alasan ingin mengungkap perkembangan keterampilan proses sains/IPA siswa tunarungu dalam pembelajaran IPA-fisika, sehingga pada akhirnya tujuan dan harapan dari pemerintah yaitu mengembangkan keterampilan proses dan memberikan pengalaman belajar pada siswa tunarungu dapat terlaksana.
Berdasarkan latar belakang dan alasan penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diberi judul “Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Tunarungu SMALB Pada Pembelajaran IPA-Fisika. Studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana profil keterampilan proses sains siswa tunarungu SMALB pada pembelajaran IPA-fisika?
2. Aspek KPS manakah yang berkembang baik pada siswa tunarungu? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan KPS siswa
tunarungu?
4. Bagaimana karakteristik model pembelajaran yang dapat melatih KPS siswa tunarungu?
C. Batasan Masalah
5
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jelas mengenai masalah-masalah yang akan dikaji. Maka fokus penelitian pada penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa SMALB yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa SMALB kelas XI di salah satu SMALB di kota Bandung.
2. Kemampuan keterampilan proses sains yang akan diteliti yaitu kemampuan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, merencanakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.
3. Untuk mengetahui profil kemampuan keterampilan proses menggunakan lembar observasi dan wawancara dengan guru serta sebar angket/kuesioner ke siswa tunarungu yang menjadi sampel.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan keterampilan proses pada pembelajaran IPA-fisika yang mengacu pada kemampuan aspek-aspek keterampilan proses siswa SMALB.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya:
1. Sebagai penelitian awal mengenai profil KPS siswa tunarungu dalam pembelajaran IPA-fisika, sehingga dapat menjadi bahan kajian dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
6
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Menentukan karakteristik pembelajaran yang dapat melatih KPS siswa tunarungu.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini berisi rincian urutan penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang B.Rumusan Masalah C.Batasan Masalah D.Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian
F. Struktur Organisasi Skripsi BAB II Kajian Teori
A.Teori Siswa Tunarungu
B.Teori Keterampilan Proses Sains C.Penemuan Penelitian Sebelumnya D.Teori Penelitian Studi Kasus
E. Ringkasan dan Kerangka Pikir Peneliti BAB III Metodologi
A.Lokasi, Populsi, dan Sampel Penelitian B.Metode Penelitian
C.Sumber Data
7
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A.Keterlaksanaan Model Pembelajaran
B.Analisis KPS Setiap Siswa
C.Perkembangan KPS Siswa Tunarungu dan Faktor yang Mempengaruhinya
BAB V Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan
B.Saran
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan populasi dan sampel yang diambil, metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur dan tahap penelitian serta teknik pengolahan data.
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cicendo kota Bandung yang berada di jalan Cicendo. Sekolah ini terdiri dari tingkatan sekolah dari Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Tingkat SMALB terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 10, 11, 12, yang setiap kelasnya berisi 4 sampai dengan 6 siswa.
Sugiyono (2010: 117) mengatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas XI SMALB tahun pelajaran 2012/2013 dengan sampel berjumlah empat siswa. Pemilihan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2010: 124) mengemukakan bahwa “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
20
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2009).
Studi kasus dapat didefinisikan sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula keputusan, kebijakan, proses, atau suatu peristiwa khusus tertentu (Poerwandari, 2007).
Jenis studi kasus pada penelitian ini yaitu studi kasus observasi dengan teknik pengumpulan data utamanya melalui observasi peran serta (participant observation) dan data pendukungnya dikumpulkan dengan teknik wawancara
serta pemberian angket/kuesioner ke siswa.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian studi kasus merupakan suatu penelitian atau pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case) pendidikan dalam konteksnya secara natural (alami) tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Arifin, 2010).
21
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan mendengar antara 60-90 desibel (db) yang menjadi subjek penelitiannya. Pertimbangan mengggunakan metode ini adalah bahwa dalam penelitian dengan metode kualitatif, analisis dan pencarian data bukan dalam rangka generalisasi dari berbagai eksistensi/kualitas yang biasanya disimbolkan dengan angka. Alasan kedua menggunakan metode ini adalah bahwa dalam penelitian dengan menggunakan kualitatif, jumlah subjek penelitian tidak menjadi masalah karena yang dicari adalah esensi dari gejala yang diteliti. Berapapun jumlah subjek penelitian yang diselidiki, dunianya tetap sama yaitu dunia tunarungu SMALB.
Pembelajaran fisika di kelas XI SMALB dimasukkan ke dalam rumpun IPA terpadu. Untuk melihat pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA khususnya fisika, maka perlu dilihat perkembangan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa, yaitu mengamati, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menafsirkan data, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.
Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus kualitatif, maka data-data di atas dapat lengkap didapatkan, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.
D. Definisi Operasional Profil Keterampilan Proses Sains
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional profil keterampilan proses sains sebagai variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
22
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Sumber Data
Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian, sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan data perkembangan KPS siswa tunarungu, teknik pengumpulan datanya dengan mengobservasi KPS siswa pada setiap pembelajaran (KBM).
2. Untuk melihat pelaksanaan model inkuiri terbimbing, teknik pengumpulan datanya dengan observasi aktifitas guru pada setiap KBM.
3. Untuk menguji kredibilitas data KPS siswa, teknik yang digunakan yaitu dengan wawancara kepada semua siswa, dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas XI tersebut.
F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2010: 305) menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Pernyatan ini menginformasikan bahwa peneliti lah yang menjadi instrumen utama dan mengembangkan instrumen dalam penelitian. Bila fokus penelitian sudah menjadi jelas, maka instrumen penelitian sederhana tersebut kemungkinan akan dikembangkan sehingga dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Selain hal di atas, Nasution, dari buku yang ditulis Satori dan Komariah, menegaskan alasan manusia menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif, yaitu:
Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan, dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. (Satori dan Komariah, 2013: 62)
23
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang berbeda secara serentak. Secara keseluruhan instrumen yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran C.
G. Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara.” (Sugiyono, 2010: 308).
Pada penelitian ini, setting-nya di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan yaitu guru mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Bila dilihat dari sumber datanya, sumber data primernya atau sumber data yang langsung memberikan data yaitu proses KPS yang langsung dapat dilihat saat observasi pembelajaran. Sedangkan data sekundernya atau sumber data yang tidak langsung memberikan data yaitu berasal dari angket ke siswa dan wawancara kepada guru mata pelajaran IPA. Data sekunder ini bertujuan untuk mencari tahu penyebab terjadinya data primer.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah lembar observasi, wawancara dan angket/kuesioner.
1. Lembar Observasi
24
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indikator dan rubrik nilai untuk observasi KPS dapat dilihat pada lampiran C1, C2, C3, dan C4.
Observasi ini diberikan kepada observer pertama yaitu peneliti sendiri dan observer kedua berasal dari rekan mahasiswa. Lembar observasi ini diisi selama pembelajaran di dalam kelas. Secara keseluruhan pengumpulan data melalui lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran E1, E2, dan E3.
2. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan setelah kegiatan penelitian dilaksanakan. Kegiatan wawancara ini ditujukan untuk guru mata pelajaran IPA-fisika yang berada di tempat penelitian. Tujuan dari kegiatan wawancara ini ialah untuk mengetahui beberapa hal diantaranya: kondisi siswa di sekolah tempat penelitian, nilai standar kelulusan/KKM yang ditetapkan oleh sekolah, kegiatan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru dan siswa, KPS siswa tunarungu selama ini, penyebab yang mempengaruhi KPS siswa tunarungu, cara belajar siswa di kelas, serta kondisi sekolah seperti sarana dan prasarana yang tersedia. Format wawancara secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran C5 dan C6.
3. Angket
Pengumpulan data dengan teknik angket dilakukan sebelum dan sesudah melakukan penelitian. Angket yang disebar sebelum penelitian bertujuan untuk melihat permasalahan awal yang didapat dari studi pendahuluan. Sedangkan angket yang disebar setelah penelitian atau siswa melakukan kegiatan KBM pelajaran IPA-fisika bertujuan untuk mencari penyebab yang mempengaruhi KPS siswa dari diri siswa tunarungu. Angket sebelum penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B1, sedangkan angket setelah penelitian dapat dilihat pada lampiran C.6.
25
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik pengolahan data hasil observasi model pembelajaran dan observasi aktifitas KPS siswa dapat menggunakan teknik di bawah ini:
1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah dari banyaknya skor yang dinilai dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk persentase. Adapun persentase data lembar observasi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:
Persentase (%) = x 100%
Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian diinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria persentase seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Kriteria Persentase Pelaksanaan Model Pembelajaran
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
Keterangan:
KM = persentase pelaksanaan model
2. Analisis observasi KPS siswa
Nuryani Rustaman (1992: 9) mengatakan bahwa KPS dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain dengan tes praktek, tes tertulis, dan tes lisan. Keterampilan proses juga dapat dievaluasi secara bagian demi bagian menurut jenis-jenis KPS nya dapat juga mengukur seluruh KPS secara terpadu.
26
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Menjumlahkan skor seluruh siswa
b. Menentukan persentase tiap aspek KPS dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
Persentase (%) =
c. Menentukan kriteria KPS siswa dengan cara menafsirkan persentase skor yang diperoleh siswa dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Persentase Kemampuan KPS
Persentase Kriteria
90 % - 100 % Sangat tinggi
75 % - 89 % Tinggi
55 % - 74 % Sedang
31 % - 54 % Rendah
0 % - 30 % Sangat Rendah
Penilaian observasi KPS siswa disesuaikan dengan indikator pencapaian setiap aspeknya. Nilai ketercapaian KPS dari indikator aspek KPS dapat dilihat pada lampiran C.4.
I. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa,
„analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain‟ (Sugiyono, 2010: 334).
27
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Analisis Sebelum ke Lapangan
“Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian” (Sugiyono, 2010: 336). Mengikuti perkataan tersebut, maka dalam penelitian ini analisis sebelum ke lapangan peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk melihat permasalahan yang terjadi terhadap KPS siswa tunarungu dan pembelajaran IPA-fisika selama ini.
2. Analisis Selama di Lapangan
Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2010: 337), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Jumlah data yang didapatkan banyak, kompleks, dan rumit, sehingga perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu” (Sugiyono, 2010: 338). Selama terjun ke lapangan, peneliti mendapatkan banyak data yang terjadi. Data tersebut membuat peneliti tidak fokus terhadap tujuan awal penelitian, sehingga melakukan reduksi data. Akhirnya data yang digunakan difokuskan pada Keterampilan Proses Sains siswa tunarungu dengan tujuh aspek keterampilan yang diambil.
28
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2010: 341). Penyajian data ini dapat dilihat pada BAB IV.
c. Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif pada penelitian ini yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Menurut Miles dan Huberman, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2010: 345).
Selanjutnya Sugiyono (2010: 345) menyatakan bahwa:
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan data berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori”.
Simpulan dan hasil penelitian dapat dilihat pada BAB V.
J. Prosedur dan Tahap Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
29
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Menyusun proposal penelitian.
e. Menghubungi pembimbing untuk proses bimbingan. f. Melakukan perizinan penelitian ke sekolah
g. Mengkomunikasikan kepada guru mata pelajaran tentang penelitian yang akan dilakukan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan penilaian keterlaksanaan model pembelajaran KBM dan mengobservasi KPS siswa selama sampel mengikuti KBM pelajaran IPA-Fisika.
b. Melakukan wawancara dengan siswa sampel. c. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran. 3. Tahap Akhir
a. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, secara umum dapat dikemukakan kesimpulan yang diperoleh dan saran sebagai berikut ini.
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas XI SMALB Cicendo Kota Bandung mengenai “Profil KPS Siswa Tunarungu pada Pembelajaran IPA-Fisika” dapat disimpulkan bahwa aspek KPS siswa tunarungu yang dikategorikan sangat tinggi yaitu menggunakan alat dan bahan, yang dikategorikan tinggi yaitu merencanakan percobaan, mengamati, yang dikategorikan sedang yaitu menafsirkan data, meramalkan, berkomunikasi, dan yang dikategorikan rendah yaitu mengajukan pertanyaan.
KPS siswa yang dikategorikan sangat tinggi dan tinggi sudah sangat baik berkembangnya pada diri siswa tunarungu sehingga hanya perlu diasah terus menerus agar siswa semakin piawai melakukan penelitian serta ternanam jiwa keilmuannya. KPS siswa yang dikategorikan sedang dan rendah sudah cukup baik berkembangnya pada diri siswa tunarungu sehingga masih perlu diberi bimbingan dan contoh khususnya dalam membuat kalimat hipotesis, kesimpulan, serta membuat grafik. Aspek yang dikategorikan sedang tersebut dipengaruhi oleh pelajaran yang akan dihadapi. Bila masih baru dan terbilang abstrak bagi siswa, maka perlu adanya bimbingan yang lebih khusus atau mengganti strategi pembelajaran dengan menampilkan konsep yang kongkrit.
73
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipikirannya siswa tunarungu. Hal ini ditujukan agar siswa tidak merasa takut salah dalam menyampaikan sesuatu. Penambahan kosakata pun perlu diberikan karena masih kurangnya kosakata yang dimiliki siswa sehingga siswa masih kebingungan dengan yang ingin mereka tanyakan, ungkapkan, dan simpulkan.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi alternatif untuk melatihkan KPS siswa tunarungu karena tahapan-tahapan dalam model ini serupa dengan tahapan model pembelajaran berbasis KPS yang telah dibuat oleh Haryono (2006).
Selain memilih model pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek KPS siswa tunarungu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar siswa tunarungu agar dapat mengembangkan aspek KPS siswa, yaitu:
1. Konteks dan kekongkritan materi; guru harus mengenal dan mengetahui latar belakang siswa secara lebih mendalam. Dalam proses pembelajaran penggunaan contoh-contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, serta menghindari pengulangan jika siswa sudah memahami konsepnya.
2. Strategi pembelajaran; strategi pembelajaran harus terfokus kepada siswa. Menggunakan metode diskusi, melakukan pengamatan, dan melakukan percobaan akan membuat siswa semangat dalam belajar, mempermudah mengerti pelajaran yang disampaikan, serta dapat memberikan pengalaman belajar di kelas.
3. Penggunaan media pembelajaran; membantu siswa dengan memberikan media visual. Siswa lebih memperhatikan video ataupun demonstrasi, karena gambar yang hidup ataupun gerakan bagi siswa hal itu lebih detail untuk dipahami siswa.
74
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini agar mencapai komunikasi yang efektif antara sesama tunarungu ataupun siswa tunarungu dengan guru.
B. Saran
Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:
1. Materi yang disajikan harus berbentuk kongkret sehingga dapat dengan mudah dipahami siswa. Gunakan pendekatan konsep yang sudah lazim dikenal siswa.
2. KPS siswa yang sudah berkembang masih perlu mendapatkan bimbingan bila pelajaran yang akan dihadapi masih baru dan terbilang abstrak untuk mereka. Selain bimbingan berikan suatu contoh atau model, sehingga siswa dapat melakukan apa yang guru perintahkan.
3. KPS bertanya pada siswa tunarungu perlu latihan dan bimbingan khusus. Harus ada motivasi berani bertanya agar siswa tidak takut atau malu untuk bertanya.
4. Perlu adanya penelitian khusus untuk meningkatkan aspek KPS berkomunikasi, meramalkan, dan kemampuan bertanya siswa tunarungu.
C. Rekomendasi
Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, diantaranya:
1. Aspek KPS menggunakan alat dan bahan, mengamati, dan merencanakan percobaan pada siswa tunarungu berkembang sangat baik. Sudah seharusnya pembelajaran IPA-fisika bagi siswa tunarungu sangat mudah dipahami dengan mengoptimalkan aspek siswa yang telah berkembang. 2. Perlu adanya penelitian selanjutnya terkait model pembelajaran lainnya
75
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2010). Penelitian Studi Kasus dan Aplikasinya dalam Pembimbingan di Sekolah: Kajian guru SMA dan dosen IKIP BP/BK. Makalah pdf pada Kegiatan Lokakarya Regional, Malang.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bintang bangsaku. (2010). Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusi
Tunarungu [Online]. Tersedia di:
http://www.bintangbangsaku.com/artikel/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu. Diakses 14 November 2013.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Percetakan Departemen Pendidikan Nasional.
Dahar, Ratna Wilis. (1985). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryono. (2006). Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 7 (1), hlm. 1-13.
Nurkanti, Mia. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran MIVI IPA Biologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Di SMALB-Tunarungu. Disertasi, Doktor pada bidang pendidikan IPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Poerwandari, Kristi. (2007). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Perfecta.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salim, A. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan Penerapannya). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Satori, D. dan Komariah, A. (2013). Metodologi penelitian kulaitatif. Bandung: Alfabeta
Smith, J. David. (2009). Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung: Nuansa.
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim penulis. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Percetakan UPI.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Percetakan UNM.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran
ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RIWAYAT HIDUP
Dilahirkan di Jakarta dengan nama Nurul Aini pada tanggal 28 Desember 1988. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Muhardin dan Ibu Ermiyati. Penulis yang berasal dari Pringsewu kabupaten Pringsewu Propinsi Lampung ini telah menempuh pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Pringsewu (1996-2001), pendidikan menengah di SLTP Negeri 1 Pringsewu (2001-2004), dan SMA Negeri 1 Pringsewu (2004-2007), kemudian penulis melanjutkan ke jurusan pendidikan fisika FPMIPA UPI Bandung (2007-sekarang) melalui jalur SPMB.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DATA HASIL OBSERVASI KELAS
No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus
dan RPP)
RPP meneruskan minggu lalu. Guru tidak menggunakan RPP dan Silabus dalam mengajar. 2 Kondisi Kelas Observasi dilakukan di kelas XI dengan jumlah
siswa 4 orang. Hanya terdapat 1 kelas XI dan tidak ada penjurusan.
3 Aktivitas Guru 10 menit pertama:
Memeriksa kehadiran siswa Menagih PR
Bertanya tentang materi yang diajarkan minggu lalu
Menit ke 10 s.d menit ke 50
Guru menyampaikan konsep dengan metode ceramah dibantu dengan papan tulis sebagai media.
Guru sesekali bertanya kepada siswa
Guru meminta siswa menyalin tulisan materi yang sudah ditulis guru di papan tulis.
Menit ke 50 s.d menit ke 70
Melakukan penguatan dengan cara memberikan latihan soal dan membahasnya. Menit ke 70 s.d selesai
Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan PR
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dilontarkan oleh guru.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya Siswa mengerjakan latihan soal
DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA
Nama : Alen
Kelas : XI SMALB
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?
Tidak, karena pelajaran fisika sulit.
2
Selama ini apakah kamu mengalami kesulitan
belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?
Ya, sulit karena tidak bisa.
praktikum saat pembelajaran IPA – Fisika?
Tidak pernah.
5
Apakah kamu menyenangi cara mengajar
guru dengan menggunakan percobaan?
Ya, saya menyukai belajar dengan
percobaan.
6
Apakah menurutmu secara keseluruhan
soal-soal IPA - Fisika sulit?
Ya
7
Apakah kamu lebih senang belajar
berkelompok daripada belajar sendiri?
Ya
8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas 6,5? Tidak, nilai saya 5,5
9 Apakah kamu nyaman dengan suasana
belajar di kelas?
Tidak, saya tidak nyaman.
10
Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/
masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?
Ya, ingin tahu fenomena baru yang
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA
Nama : Reni
Kelas : XI SMALB
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?
Tidak, karena IPA sulit.
2
Selama ini apakah kamu mengalami
kesulitan belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?
Ya, belajar IPA sulit tapi sudah mencoba.
3
Apakah kamu merasa takut untuk
bertanya kepada guru apabila ada konsep
yang belum mengerti?
Ya, saya tidak berani bertanya kepada
guru.
4
Selama ini apakah kamu pernah
melakukan praktikum saat pembelajaran
IPA – Fisika?
Tidak pernah, guru hanya
memperlihatkan alat.
5
Apakah kamu menyenangi cara mengajar
guru dengan menggunakan percobaan?
Ya, guru mengajak kami melakukan
percobaan membuat saya sedikit lebih
mengerti.
6
Apakah menurutmu secara keseluruhan
soal-soal IPA - Fisika sulit?
Ya, karena caranya yang banyak jadi
membingungkan.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 berkelompok daripada belajar sendiri? belajar.
8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas
6,5?
Ya, pernah mendapat nilai 7,5
9 Apakah kamu nyaman dengan suasana
belajar di kelas?
Tidak, saya nyaman belajar di kelas.
10
Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/
masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?
Ya, saya ingin tahu fenomena baru.
DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA
Nama : Risa
Kelas : XI SMALB
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?
Tidak, saya sedikit suka pelajaran
IPA-Fisika.
2
Selama ini apakah kamu mengalami
kesulitan belajar konsep dalam pelajaran
IPA – Fisika?
Ya, saya mengalami kesulitan dalam
belajar IPA-fisika.
3
Apakah kamu merasa takut untuk bertanya
kepada guru apabila ada konsep yang
belum mengerti?
Tidak, saya akan bertanya bila ada hal
sedikit yang saya kurang mengerti.
4
Selama ini apakah kamu pernah
melakukan praktikum saat pembelajaran
IPA – Fisika?
Tidak.
5
Apakah kamu menyenangi cara mengajar
guru dengan menggunakan percobaan?
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6
Apakah menurutmu secara keseluruhan
soal-soal IPA - Fisika sulit?
Ya, karena saya tidak tahu apa-apa tentang
IPA-fisika.
7
Apakah kamu lebih senang belajar
berkelompok daripada belajar sendiri?
Ya, saya lebih senang belajar
bersama-sama teman.
Ya, saya lebih suka belajar di luar kelas.
10
Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/
masalah yang diberikan guru saat
pembelajaran IPA – Fisika?
Ya, saya sering ingin tahu tentang
fenomena baru.
DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA
Nama : Saliha Kelas : XI SMALB
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?
Tidak, saya sulit belajar IPA karena
saya tidak paham.
2
Selama ini apakah kamu mengalami kesulitan
belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?
Ya, saya mengerti sedikit soal-soal
praktikum saat pembelajaran IPA – Fisika?
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5
Apakah kamu menyenangi cara mengajar
guru dengan menggunakan percobaan?
Ya, saya lebih mengerti dengan cara
belajar praktikum.
6
Apakah menurutmu secara keseluruhan
soal-soal IPA - Fisika sulit?
Ya. Saya banyak tidak tahu jawaban
dari soal-soal yang diberikan.
7
Apakah kamu lebih senang belajar
berkelompok daripada belajar sendiri?
Ya. Saya lebih mengerti belajar
dengan berkelompok.
8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas 6,5? Ya. Saya pernah mendapatkan nilai di
atas 6.
9 Apakah kamu nyaman dengan suasana belajar
di kelas?
Tidak, saya lebih senang belajar di
kelas daripada di laboratorium.
10
Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/
masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?
Ya. Ingin tahu fenomena yang baru
yang ada disekitar lingkungan.
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
1. Apakah pendidikan Bapak/Ibu berasal dari jurusan pendidikan Fisika? Jawaban: Tidak, dari jurusan pendidikan kimia.
2. Apakah metode pembelajaran yang Ibu terapkan di sekolah selama ini?
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Apakah ada alat peraga yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung? Sebutkan!
Jawaban: Ada, tapi sebagai demonstrasi tidak digunakan sebagai percobaan.
4. Bagaimana kondisi siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung?
Jawaban: Beragam, ada yang aktif dan pasif. Biasanya siswa aktif jika dihadapkan pada fenomena sehari-hari.Aspek mengamati siswa sangat tinggi setiap kali KBM.Antusias dalam pembelajaran baru.
5. Apa saja kendala yang dihadapi ketika mengajar siswa tunarungu?
Jawaban: Siswa kesulitan saat pembahasan IPA/fisika yang berhubungan dengan konsep abstrak dan pada penambahan kosa kata baru dalam konsep pembelajarannya. Tidak adanya buku paket yang sesuai dengan materi IPA SMALB untuk dibagikan kepada siswa. Guru pun menggunakan buku materi IPA SMP karena kurikulum SMP tidak berbeda dengan SMALB, itu pun ada cakupan konsep di SMP yang tidak diberikan kepada siswa SMALB karena dirasa aka nada kesulitan.
6. Menurut Ibu bagaimanakah solusi untuk menangani kendala-kendala yang ada pada proses pembelajaran berlangsung?
Jawaban: Kendalanya pada komunikasi dan materi yang diberikan.
Solusinya, komunikasi lebih diperjelas.Terhadap konsep yang abstrak terkadang guru harus mencari kesamaan konsep tersebut dengan fenomena atau konsep yang sudah tertanam pada diri siswa.Untuk materi agar siswa dapat memahami, dilakukan lah pengulangan materi tersebut beberapa kali sampai siswa faham dan mengerti.Sesekali belajarnya diselingi dengan eksperimen agar siswa juga dapat menggunakan alat dan bahan praktikum.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jawaban: Ya, saya mengenalnya tapi belum pernah menggunakannya karena merasa belum siap. Model inkuiri terbimbing pun belum pernah digunakan sehingga saat pertemuan pertama penelitian saya mengalami kesulitan.
8. Bagaimanakah dengan hasil belajar fisika/ IPA yang diperoleh siswa? Apakah nilai rata-rata seluruh siswa sudah memenuhi KKM?
Jawaban: KKM tiap pelajaran, sub BAB, bahkan ulangan selalu berbeda-beda. Rata-rata KKM yang diberikan kurang dari atau sama dengan 6. Standar ini diberikan karena melihat kemampuan siswa yang berbeda dari siswa normal yang biasa ditetapkan dengan nilai KKM 7 meskipun bobot materinya jauh lebih rendah dibandingkan siswa normal.
9. Terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu mengenai keterampilan proses sains (KPS) siswa tunarungu, apakah ibu mengenal pendekatan KPS tersebut?
Jawaban: Ya, saya mengenalnya tapi belum pernah menggunakannya karena merasa belum siap.
10.Menurut ibu, model pembelajaran seperti apakah yang dapat melatih KPS siswa tunarungu ini?
Jawaban: yang saya tahu model inkuiri terbimbing dapat mengembangkan keterampilan ilmiah yang terarah baik kognitif maupun psikomotor dan dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa.
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jawaban: Selama ini saya tidak menekankan atau pun terlalu mengamati KPS siswa, tapi yang teramati secara umum dari ke 8 aspek KPS siswa tunarungu memiliki aspek yang bagus dalam mengamati, menggunakan alat, Mereka lebih memahami pelajaran bila pelajaran tersebut memicu psikomotorik mereka, contohnya menari, TIK, menjahit, dsb.
12.Diantara ke 4 siswa, bagaimana keseharian nilai ujian pelajaran IPA?
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ANALISIS HASIL STUDI PENDAHULUAN
1. Analisis Data Angket
Setelah data dari angket di analisis ke dalam bentuk persentase untuk setiap jawabannya, diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
No Hal yang ditanyakan Alternatif Jawaban Respon/jawaban
1 Mengapa kamu tidak menyukai kamu kesulitan dalam belajar IPA-Fisika?
Apakah setiap pelajaran IPA-fisika guru sering mengajak melakukan praktikum?
6 Mengapa menurutmu soal-soal fisika itu sulit?
Tidak mengerti dengan materinya
25%
Terlalu banyak caranya 50%
7
Mengapa kamu lebih suka belajar berkelompok dari pada belajar sendiri? ketika guru memberikan fenomena yang terkait materi IPA-fisika?
Iya 100%
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Analisis Data Hasil Wawancara
Setelah menganalisis hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut.
1. Guru yang mengajar IPA khusunya fisika bukan berlatar belakang pendidikan fisika ataupun pendidikan luar biasa, sehingga guru terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan seluas apa materi yang akan disampaikan dan dengan menggunakan metoda apa yang tepat untuk mengajarkannya.
2. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk melakukan praktikum. Penggunaan alat peraga pun hanya digunakan sebagai media demonstrasi. Sehingga kebermaknaan belajar siswa kurang.
3. Siswa terkadang antusias dan aktif bertanya ketika diberikan fenomena sehari-hari dan mengamatinya tinggi ketika demonstrasi.
4. Tidak adanya buku paket khusus untuk siswa tunarungu menjadikan guru kesulitan dalam menentukan keluasan dan kedalaman materi yang akan disampaikan, siswa pun tidak memiliki buku pegangan untuk mereka baca. 5. Konsep yang abstrak menjadi permasalahan dalam menyampaikan materi.
Terkadang guru mencari kesamaan konsep yang abstrak tersebut dengan fenomena atau konsep yang sudah tertanam pada siswa. Bila hal ini masih membuat siswa kebingungan, pengulangan/review materi dilakukan beberapa kali sampai siswa benar-benar faham.
6. Penurunan KKM dari standar yang diharapkan (KKM standar biasanya 70,0) memang tercapai oleh beberapa siswa. Meskipun batas KKM telah diturunkan seharusnya bobot materinya pun tidak direndahkan.
3. Analisis Hasil Observasi Kelas
Dari hasil observasi kelas, peneliti mendapatkan informasi bahwa:
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi
kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru sering meminta siswa menyalin tulisan materi yang sudah ditulis guru di papan tulis.
2. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan pengetahuan awalnya. 3. Guru lebih menekankan pada penyampaian materi pembelajaran secara utuh
Lampiran C.1
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota
bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DAN SISWA SELAMA KBM
Pertemuan ke- :
Hari/tanggal :
Pukul :
Teknik penelitian :
Tempat :
Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Catatan
Tahap Pendahuluan
Tahap Inti/penyajian
Tahap Penutup
Lampiran C.2.a
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota
bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR OBSERVASI GURU DAN SISWA
PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBELAJARAN PERTEMUAN I
Petunjuk : Berilah tanda cheklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang telah dilakukan.
No Aktivitas Guru Keterlaksanaan Aspek KPS Aktivitas Siswa Keterlaksanaan Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
Pendahuluan (10’)
1 Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
2 Memeriksa kehadiran siswa Merespon ketika namanya
disebutkan
3 Kemudian guru melakukan
apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang getaran dan memperlihatkan fenomena gempa bumi.
Mengamati Memperhatikan dan mengamati apersepsi yang diberikan guru melalui gambar yang diberikan Memberikan tanggapan dari pertanyaan apersepsi yang diberikan guru
4 Kemudian guru melakukan
konsepsi awal dengan mengajukan pertanyaan dan demonstrasi serta menggambar lintasan getaran penggaris.
Lampiran C.2.a
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota
bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran hari ini.
Kegiatan Inti (75’)
6 Membimbing siswa dengan
melakukan demonstrasi bandul sederhana.
Mengamati Mengamati dan memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru.
7 Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan demonstrasi.
Berkomunikasi Memberikan tanggapan dari pertanyaan yang diberikan guru.
8 Membimbing siswa dengan
melakukan demonstrasi kedua bandul sederhana.
Mengamati Ikut melakukan demonstrasi yang dicontohkan guru.
9 Membimbing siswa untuk
menentukan perkiraan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru dengan beberapa pertanyaan arahan.
Membuat hipotesis.
Memberikan perkiraan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru.
10 Menuliskan contoh perkiraan jawaban pada papan tulis.
Memprediksi Menjawab perkiraan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. 11 Membagi siswa menjadi 2
kelompok.
Membentuk kelompok.
12 Menginformasikan tentang kegiatan
percobaan yang akan dilakukan.
Merencanakan percobaan. Menggunakan
alat dan bahan.
Melakukan percobaan sesuai dengan langkah- langkah percobaan.
Lampiran C.2.a
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota
bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu guru membimbing dan mengokersi
siswa apabila terdapat kesalahan dalam melakukan percobaan.
percobaan. Menggunakan
alat dan bahan.
pertanyaan dari LKS.
14 Memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk menjelaskan laporannya di depan kelas.
Interpretasi data
Berkomunikasi
Salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil dari percobaan kelompoknya.
15 Memberikan kesempatan kepada
kelompok lainnya untuk
menanggapi dan bertanya kepada kelompok yang berada di depan kelas.
Mengajukan pertanyaan
Kelompok lainnya menanggapi dan bertanya tentang penjelasan dari kelompok yang maju ke depan kelas
17 Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan, dan memberi contoh membuat kesimpulan.
Berkomunikasi Membuat kesimpulan seperti yang dicontohkan.
16 Pada akhir diskusi dan penjelasan, guru dapat memberikan koreksi dan pengarahan terhadap kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan percobaan yang telah dilakukan. Penutup (5’)
Lampiran C.2.a
Nurul Aini, 2014
Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota
bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ingin bertanya. pertanyaan tentang pelajaran hari ini.
18 Membimbing siswa untuk
merefleksikan pembelajaran hari ini.
Berkomunikasi Menyebutkan kesimpulan/ refleksi pembelajaran hari ini.
19 Memberi tugas mandiri dan menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Bandung, 2013 Observer