1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah
satu masa perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan,
karena pada masa remaja mengalami berbagai permasalahan yang harus dihadapi.
Masa remaja disebut sebagai masa transisi yaitu masa peralihan dari masa
kanak-kanak menjadi dewasa.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mengembangkan
kemampuan intelektual, perkembangan intelektual yang harus dimiliki remaja
yaitu kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif, mempunyai inisiatif yang tinggi, dan kemampuan untuk
memperoleh atau menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah serta
mampu menetapkan tujuan yang hendak dicapai (Irwanto, 1994: 67). Kemampuan
intelektual tidak akan bermanfaat apabila siswa tidak mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi. Kemampuan intelektual merupakan faktor penting untuk
mencapai suatu prestasi.
Prestasi merupakan dorongan yang kuat untuk berhasil mencapai
tujuannya. Berprestasi ialah idaman setiap siswa di sekolah, baik itu prestasi
bidang belajar, pribadi, sosial, maupun karir. Prestasi yang pernah diraih oleh
siswa akan menumbuhkan motivasi baru untuk menjalani aktivitas di sekolah.
yang tinggi. Motivasi merupakan kekuatan, dorongan, keinginan yang terdapat
dalam diri siswa, yang menyebabkan siswa bertindak atau berbuat, sehingga
motivasi berprestasi yang tinggi mendorong siswa untuk fokus pada pencapaian
prestasi. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ketika menghadapi
permasalahan akan melakukan cara-cara yang positif untuk memecahkan
masalahnya, seperti bertanggung jawab terhadap pribadinya dan belajar dengan
sungguh-sungguh (Wenar&Kering, 2007 online tersedia pada
http://teknologikinerja.wordpress.com/upload/11/pengaruh -
motivasi-terhadap-peningkatan kinerja.pdf).
Djiwandono (2002: 286) menyatakan motivasi yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi dimana siswa mengelola dirinya
sendiri dengan perilaku yang bertanggungjawab dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Mc Clelland dan Atkinson (1953:78) ”Achievment motivation
should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure”
artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seseorang yang mempunyai harapan
tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Mc Clelland
(1953:78) menyatakan ”motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang
dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu
standar prestasi”. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai
kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik
akan menilai kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan kriteria yang telah
3
Menurut Clegg, Brian (2000:53) motivasi berprestasi merupakan suatu
keinginan untuk berhasil, berusaha keras, dan mengungguli orang lain
berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi
yang tinggi menurut Dinata (2009, online tersedia pada http://dinata-online.co.cc)
adalah menetapkan tujuan yang menantang dan sulit namun realistik, terus
mengejar kesuksesan dan mampu mengambil resiko pada suatu kegiatan,
merasakan puas setelah mendapatkan kesuksesan tetapi terus berusaha untuk
menjadi yang terbaik, dan tidak merasa terganggu oleh kegagalan yang
diperolehnya.
Bagi para siswa, prestasi merupakan suatu hal yang harus siswa raih, siswa
perjuangkan, dan siswa banggakan, bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi, prestasi akan didapatkannya. Namun bagi siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah, tentu sulit meningkatkan prestasi.
Anik Mukharomah (2010: 5, online tersedia pada
http://www.pustakaskripsi.com/upload/2010/11/hubungan - kecerdasan- motivasi
berprestasi-dengan kebiasaan belajar siswa.pdf.) siswa yang motivasi berprestasi
rendah memiliki sikap kurang menunjukkan potensi dan kemampuannya, prestasi
belajarnya kurang, bahkan dalam kenyataannya ciri-ciri pribadi yang belum
memiliki motivasi berprestasi adalah adanya kecenderungan dalam kenakalan
permasalahan remaja. Karakteristik remaja yang tidak memiliki motivasi
berprestasi adalah: mudah merasa kecewa dan putus asa, kurang berani dalam
menghadapi realitas, ingin segera mendapatkan yang diinginkan dengan tidak
memberontak, permusuhan yang tersembunyi, kurang percaya diri, mudah
terpengaruh; impulsif, kurang memperhitungkan resiko dari
tindakan-tindakannya. Rendahnya motivasi berprestasi remaja ditujukkan dengan nilai-nilai
prestasi siwa yang naik turun atau tidak stabil. Siswa cenderung mengabaikan
tugas jika kurang mendapatkan pengawasan dari guru. Siswa menunjukkan
kurang kesadaran dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk mencapai prestasi
yang lebih baik.
Umniyah (2008: 73) menyatakan individu yang mempunyai motivasi
berprestasi rendah, diantaranya kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam
mengerjakan suatu aktivitas, memiliki program dalam aktivitas tetapi tidak
didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik serta lemah melaksanakannya,
bersikap apatis dan tidak percaya diri, ragu ragu dalam mengambil keputusan,
tindakannya kurang terarah pada tujuan, tidak memiliki sikap inovatif dan kreatif
dalam mempergunakan cara belajar, tidak memiliki sikap gigih dan giat dengan
cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya, tidak memanfaatkan
waktu dalam belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal.
Fenomena di SMA Pasundan 8 Bandung berdasarkan wawancara dengan
guru BK dan pengamatan langsung menunjukan indikator siswa kurang memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari perilaku siswa kelas X tahun
ajaran 2010/2011 yang menunjukan yaitu : 1) sikap yang asal lulus dan naik kelas;
2) sikap kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu
aktivitas; 3) kurang menciptakan cara belajar yang efektif sehingga kurang
5
ragu-ragu dalam mengambil keputusan; 5) tindakannya kurang terarah pada
tujuan; 6) kurang memiliki disiplin pribadi dalam belajar; 7) tidak mengikuti
kegiatan belajar yang sedang berlangsung; 8) kurang memanfaatkan waktu untuk
belajar lebih keras sehingga kurang memperoleh hasil prestasi yang baik.
Fenomena yang terjadi pada siswa di SMA Pasundan 8 Bandung
menunjukan banyak siswa yang sulit untuk mengembangkan prestasinya. Hasil
Penelitian Nur Aziza (2010: 53, online tersedia pada
http://www.infoskripsi.com/upload/2010/12/ hubungan-motivasi- berprestasi-
dengan rokrastinasi akademik.pdf.) menunjukan remaja sebagai peserta didik
memiliki sikap tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran, memiliki
perasaaan bosan dalam melakukan sesuatu, kurang memiliki tujuan yang jelas
dalam pencapaian belajar, mengerjakan tugas tidak tepat pada waktunya, dan
memiliki sikap mudah putus asa. Kurangnya motivasi dalam mencapai prestasi
diduga kuat menjadi penyebab ketidakoptimalan pencapaian prestasi di bidang
akademik. Adapun indikator yang menunjukkan kurangnya motivasi berprestasi
siswa ialah kurangnya sikap bekerja keras dan mengikuti kegiatan belajar di
sekolah dengan sebaik-baiknya, kurang memiliki kesadaran dalam bertindak dan
rasa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan oleh guru, siswa kurang
bersikap mengantisipasi kegagalan yang akan terjadi, serta minimnya iklim
persaingan di dalam kelas.
Hasil penelitian di SMA Kutoharjo 5 Rembang Surakarta yang dilakukan
oleh Diah Rizkiani (2007: 65, online tersedia pada
hambatan-dalam-mencapai-motivasi-berprestasi-siswa-SMA-5-Kutoharjo-Rembang.pdf.) menunjukkan siswa tidak
melaksanakan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
(55%), siswa memiliki sikap yang pesimis dan tidak percaya diri dengan
kemampuan/potensi yang dimiliki (59%), siswa kurang menumbuhkan rasa
persaingan di dalam kelas (29%) dan kurang memiliki sikap belajar aktif di dalam
kelas dan tidak berusaha keras untuk melakukan kegiatan belajar dengan
sebaik-baiknya dalam mencapai prestasi (37%).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan kurangnya motivasi berprestasi
pada siswa dan perlu mendapatkan perhatian lebih dari layanan bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub sistem pendidikan
memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran
dengan memfasilitasi siswa agar mampu mencapai perkembangannya dengan
optimal. Salah satu perkembangan yang harus dicapai siswa di sekolah yaitu
perkembangan akademik terutama dalam mengembangkan motivasi berprestasi
siswa.
Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa mengembangkan
motivasi berprestasi ialah bimbingan akademik (belajar), karena bimbingan
belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu
dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik yang meliputi
kebiasaan belajar, mengembangkan motivasi berprestasi, cara belajar yang efektif,
dan menyelesaikan tugas-tugas (Juntika Nurihsan, 2003:21).
Bimbingan akademik (belajar) diarahkan untuk meningkatkan motivasi
7
belajar, meraih prestasi dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan
program/pendidikan. Bimbingan belajar dirasa tepat untuk membantu siswa dalam
menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai
belajar, dan cara mengatur waktu dalam belajar, khususnya ditujukkan untuk
mengembangkan potensi diri siswa agar mampu menemukan dan menciptakan
cara yang cocok dalam belajar (Dewa Ketut Sukardi, 2002: 464).
Bimbingan akademik (belajar) untuk meningkatkan motivasi berprestasi
siswa disusun dalam rancangan program bimbingan dan konseling yang
direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu sebagai upaya meningkatkan
motivasi berprestasi siswa. Program bimbingan belajar selain dapat membantu
siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi juga dapat membantu siswa
mengatasi permasalahan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, penelitian mengangkat masalah
“Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa”. (Studi Deskriptif Terhadap Siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012).
B. Rumusan Masalah
Sekolah merupakan suatu lingkungan formal tempat terlaksananya
serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka
proses belajar mengajar. Kegiatan sekolah bertujuan menghasilkan
perubahan-perubahan positif di dalam diri siswa yang sedang menuju kedewasaan. Dengan
intelektual siswa, melainkan juga bertanggung jawab dalam menumbuhkan,
mendorong, membina dan mengembangkan kepribadian siswa dalam mencapai
suatu prestasi. Pernyataan mengenai tugas sekolah sesuai dengan pendapat
Kartadinata (1983:150) bahwa “Sekolah tidak hanya menekankan kepada
pengembangan kemampuan kognitif, tetapi juga menekankan kepada
pengembangan kepribadian sebagai sesuatu yang terintegrasi dan utuh”. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencapai
tujuan pendidikan dalam mengembangkan potensi akademik siswa, agar menjadi
siswa yang mandiri, berilmu, kreatif, dan bertanggung jawab.
Di Sekolah pengembangan motivasi untuk meraih tujuan-tujuan pendidikan
yang secara langsung merupakan prestasi yang harus diraih siswa. Motivasi untuk
meraih suatu tujuan belajar, motivasi menjalankan aktivitas belajar, serta motivasi
mengerjakan tugas-tugas di sekolah, dan dapat meningkatkan suatu prestasi.
Motivasi menghasilkan prestasi dan prestasi menghasilkan motivasi. Ini
mengisyaratkan betapa pentingnya motivasi berprestasi siswa di sekolah, karena
prestasi adalah suatu kebanggaan.
Motivasi berprestasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan
dimiliki oleh setiap siswa di sekolah. Motivasi berprestasi membantu siswa
mampu mendorong tingkah lakunya untuk mencapai prestasi tertentu, mampu
mengelola dirinya sendiri, mengembangkan kreativitas, memiliki sikap mampu
menanggung resiko dan memiliki cara belajar yang efektif. Siswa yang kurang
memiliki motivasi berprestasi akan menghambat proses belajar dan sikap
9
Motivasi berprestasi siswa perlu ditingkatkan, karena apabila
permasalahan siswa kurang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan
menimbulkan permasalahan lainnya yang akan menghambat pembentukan proses
belajar dan aktualisasi siswa di sekolah. Usaha ke arah motivasi berprestasi dapat
dilakukan dengan memberikan intervensi dalam bentuk bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa yang dilakukan secara berkesinambungan agar siswa dapat memahami
dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya dan
mampu mencapai perkembangannya dengan optimal. Bimbingan yang dapat
diberikan untuk membantu siswa mengembangkan motivasi berprestasi ialah
bimbingan akademik (belajar), karena bimbingan belajar merupakan bimbingan
yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah akademik. Permasalahan siswa kurang memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi akan menimbulkan permasalahan lainn yang akan
menghambat pembentukan proses belajar dan mencapai prestasi di sekolah.
Bimbingan belajar dapat diberikan secara tepat dan menyeluruh. Tepat
dalam arti layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa,
menyeluruh dalam arti dapat melayani seluruh kebutuhan perkembangan siswa.
Bimbingan belajar dapat dilakukan dengan suasana belajar yang kondusif agar
dapat meningkatkan motivasi dalam mencapai prestasi. Para pembimbing
membantu siswa meningkatkan motivasi dalam mencapai prestasi,
terhadap tuntutan pendidikan. Bimbingan belajar dikemas dalam sebuah program
untuk meningkatkan motivasi beprestasi siswa.
Mengingat pentingnya program bimbingan belajar di sekolah sesuai
dengan kebutuhan siswa, tuntutan lingkungan masyarakan dan kebijakan lembaga
untuk membantu siswa mencapai kompetensi akademik, maka rumusan masalah
penelitian dalam pertanyaan umum adalah ”Bagaimana rumusan program
bimbingan belajar hipotetik untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa”?
Adapun pertanyaan penelitian, yaitu :
Bagaimanakah gambaran umum motivasi berprestasi siswa pada kelas X
SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian bertujuan untuk merumuskan program hipotetik
bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA
Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012.
Secara khusus tujuan dari penelitian yaitu memperoleh gambaran umum
motivasi berprestasi siswa pada kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran
2011-2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Penelitian yang dilakukan akan memberikan kontribusi dalam membuat
dasar kebijakan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa sehingga dapat
11
2. Bagi Guru Pembimbing (konselor)
Rekomendasi program bimbingan belajar yang dapat di gunakan sekolah
dalam membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Penelitian akan menjadi salah satu contoh program bimbingan belajar
untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
E. Asumsi Dasar
1. Siswa yang memiliki dorongan untuk berprestasi atau motivasi berprestasi
yang tinggi cenderung akan belajar keras dan berjuang untuk mengatasi
permasalahan yang berkaitan proses belajarnya, sehingga mencapai
prestasi baik sesuai dengan kemampuannya” (Mc Clelland (1985:134)
2. Siswa dengan Motivasi Berprestasi tinggi cenderung mendapatkan
angka-angka yang baik dalam pelajaran yang berkaitan dengan karir masa depan
mereka” (Irma Rosdiyanti 1997:33 (Ratnawulan, 2001:58)
3. Siswa yang memiliki motivasi prestasi rendah cenderung belum memiliki
cita-cita yang tinggi” (Habsari 2005:1 (Ratnawulan, 2001:86).
4. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki
prestasi belajar tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi belajar rendah
dimungkinkan karena motivasi berprestasinya juga rendah”. (Mc Clelland
1985:130).
5. Bimbingan akademik ialah bimbingan yang diarahkan untuk membantu
para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
6. Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang tepat untuk
mengembangkan motivasi siswa dalam mencapai suatu prestasi dan
membantu siswa dalam menghadapi permasalahan akademik atau belajar
misalnya menemukan cara belajar yang tepat, dalam mengatasi
kesukaran-kesukaran mengenai belajar, dan cara mengelola diri dan waktu dalam
belajar, menciptakan suasana dalam belajar kondusif (Dewa Ketut
Sukardi, 2002: 464).
7. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga individu sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat (Rochman Natawidjaya (Winkel, 1991:67).
F. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengetahui tingkatan motivasi
berprestasi siswa SMA Pasundan 8 Bandung. Profil motivasi berprestasi siswa
yang ditampilkan dapat dilihat melalui data numerikal atau angka yang diperoleh
secara statistika (analisis statistik).
Metode yang digunakan adalah deskriptif, yang bertujuan untuk
menggambarkan profil motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8
13
belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8
Bandung.
2. Populasi dan Sampel
Pertimbangan dasar dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di
SMA Pasundan 8 Bandung adalah belum adanya program bimbingan belajar yang
dikhususkan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah.
Sampel penelitian diambil dari populasi siswa kelas X SMA Pasundan 8
Bandung, Tahun Ajaran 2011-2012. Dengan asumsi kelas X merupakan bagian
dari masa pengenalan (orientasi) sehingga siswa masih dalam proses interaksi
dengan lingkungan sekolah maupun dengan teman sebayanya. Dalam mencapai
prestasi, siswa perlu memiliki motivasi berprestasi tinggi, karena siswa dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan, berkompetisi meraih prestasi dapat
memanfaatkan waktu dalam belajar untuk mencapai prestasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling), dengan
arti bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih
sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sesuai
dengan penjelasan Arikunto (2006: 112), “apabila subjek penelitian kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15%
Adapun langkah-langkah pengembangan program bimbingan belajar:
Tahap I : Studi Pendahuluan
1. Studi Literatur
2. Studi Empiris
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian diawali dengan kegiatan studi
pendahuluan di SMA Pasundan 8 bandung yang dilaksanakan dalam penelitian.
Dilanjutkan dengan kegiatan wawancara kepada guru bimbingan dan konseling
mengenai motivas berprestasi siswa dan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah dan melakukan penyebaran angket.
Alat pengumpul data berupa angket motivasi berprestasi siswa
berdasarkan konsep Mc Clelland dengan beberapa ahli sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Angket yang dikembangkan berbentuk kuesioner dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden
(Sugiyono, 2010:135). Angket yang digunakan dengan menggunakan skala likert
dengan menyediakan lima alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tahap II: Design
Program Hipotetik
Tahap III : Penelahaahan secara empiris dan Judgment
program oleh pakar bimbingan dan konseling Tahap IV :
Revisi dan Penyusunan Program
67 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena
diperlukan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi siswa. Pendekatan
kuantitatif merupakan pendekatan yang akan mengukur motivasi berprestasi
siswa. Data hasil penelitian berupa skor (angka-angka) akan diproses melalui
pengolahan statistik selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran
motivasi berprestasi siswa di sekolah. Gambaran motivasi berprestasi siswa di
sekolah diukur melalui indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan
dijadikan sumber dalam penyusunan program bimbingan belajar untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah.
Metode yang digunakan adalah deskriptif, karena diharapkan diperoleh
gambaran motivasi berprestasi siswa di sekolah beserta indikator-indikator dari
masing-masing aspek pada variable motivasi berprestasi. Gambaran
indikator-indikator dari masing-masing aspek pada variable motivasi berprestasi siswa
dianggap sebagai fenomena motivasi berprestasi siswa di sekolah yang
sesungguhnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk
memecahkan masalah ada sekarang berdasarkan data-data faktual. Motivasi
berprestasi siswa di sekolah menjadi data awal pengukuran kebutuhan
penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi
Kondisi motivasi berprestasi siswa di sekolah menjadi data awal
pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan belajar untuk
meningkatkan motivasi berprestasi.
Program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi empat tahapan
kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap pengidentifikasian, terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Identifikasi tentang motivasi berprestasi siswa. Pengidentifikasian ini
dilakukan melalui penyebaran angket kepada siswa.
b. Identifikasi tentang layanan bimbingan belajar yang dibutuhkan siswa
untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan belajar di SMA Pasundan
8 Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian
disertai terhadap konsep bimbingan belajar, maka dikembangkanlah sebuah
program hipotetik.
3. Tahap diskusi program hipotetik. Untuk menguji kelayakan sebuah program
langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru
Bimbingan dan Konseling sebagai pertimbangan dalam pengembangan
program.
4. Tahap penyempurnaan program. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan
akhirnya program disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang layak
69
B. Definisi Operasional Variabel 1. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi pada penelitian merujuk pada konsep motivasi
berprestasi yang dikemukakan oleh Mc Clelland. Motivasi berprestasi merupakan
dorongan / keinginan yang ada dalam diri individu yang ditunjukkan dalam
bentuk tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai atau
menetapkan standar unggulan, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai
cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan sebaik-baiknya.
Aspek-aspek motivasi berprestasi dituangkan ke dalam indikator sebagai
berikut:
a. Mempunyai tanggung jawab pribadi.
Mempunyai tanggung jawab pribadi merupakan keadaan siswa yang
mempunyai kemauan untuk melakukan tugas sekolah atau bertanggung
jawab terhadap tugas-tugas/ pekerjaan yang diterimanya. Siswa yang
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya akan puas dengan hasil
pekerjaannya karena merupakan hasil usahanya sendiri.
b. Menetapkan nilai yang akan dicapai.
Menetapkan nilai yang akan dicapai adalah kemampuan siswa dapat
menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai yang lebih tinggi dari nilai sendiri
atau lebih tinggi dari nilai yang dicapai orang lain. Untuk mencapai nilai yang
sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas
c. Berusaha bekerja kreatif.
Berusaha bekerja kreatif merupakan kemampuan siswa akan gigih dan giat
mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya dan cara
belajar yang kreatif sehingga menampilakan sesuatu yang berbeda/bervariasi.
d. Berusaha mencapai cita-cita
Berusaha mencapai cita-cita adalah siswa yang mempunyai cita-cita akan
rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, dan menetapkan cita-cita yang
diinginkannya. Dengan demikian siswa akan berusaha seoptimal mungkin
untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya.
e. Melakukan antisipasi
Melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang
mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua
keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah
lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban
untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca
materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya.
f. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Melakukan kegiatan sebaik-baiknya merupakan kemampuan siswa untuk
tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan, membuat jadwal kegiatan belajar dan
mentaati jadwal tersebut, berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal
latihan tanpa menunggu perintah guru, memiliki buku pelajaran dan alat tulis
71
2. Program Bimbingan Belajar
Program bimbingan merupakan serangkaian kegiatan bimbingan yang
disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya serta pada akhirnya untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari program bimbingan belajar agar siswa dapat mengembangkan
potensi diri agar mampu meningkatkan motivasi berprestasi dan menciptakan
suasana belajar yang efektif sehingga siswa dapat menguasai materi atau
mengikuti kegiatan belajar secara sungguh-sungguh di sekolah. Pada penelitian,
program bimbingan yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yaitu
perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi. Dalam program tersebut
tercakup beberapa komponen yaitu latar belakang program, tujuan program, ruang
lingkup program, kegiatan, pelaksana program, sarana, biaya dan evaluasi
program.
Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang
matang. Rochman Natawidjaya (Winkel, 1991:67) mengartikan bimbingan
sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat mernahami dirinya, sehingga
individu sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Bimbingan belajar merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam
Cara-cara dan pola belajar yang kurang tepat bagi siswa akan mengakibatkan
materi-materi pelajaran tidak dikuasai dengan baik, sehingga ketika mengikuti
pelajaran selanjutnya akan menemui kesulitan yang cukup menghambat (Winkel,
1991 : 125-126). Bimbingan akademik dilakukan dengan cara meningkatkan
suasana belajar mengajar agar terhindar dari kesulitan belajar. Bimbingan belajar
diarahkan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar,
dan memecahkan masalah akademik yang dialami siswa. Secara khusus
bimbingan belajar ditujukkan untuk mengembangkan diri siswa agar mampu
menemukan dan menciptakan cara yang cocok dalam belajar, memiliki sikap dan
kebiasaan belajar yang positif, serta mengembangkan keterampilan atau teknik
belajar yang efektif (Syamsu Yusuf, 2009:52).
Program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan serangkaian
rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya
akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan
pertanggungjawabannya. Program bimbingan dan konseling sekolah yang
komprehensif di dalamnya akan tergambar visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran
layanan, kegiatan, strategi, personel, fasilitas dan rencana evaluasinya. (Uman
Suherman 2007:59).
Pada penelitian yang dimaksud dengan program bimbingan belajar untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah adalah rancangan aktivitas
layanan bimbingan dan konseling yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi
73
berprestasi siswa yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa di
sekolah.
Struktur program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi
berprestasi mengacu kepada struktur pengembangan program berbasis tugas
perkembangan. Stuktur program yang dikembangkan dalam penelitian yaitu: a)
Rasional Program, b) Visi dan Misi, c) Deskripsi Kebutuhan, d) Tujuan, e)
Komponen Program, f) Rencana Operasional, g) Pengembangan Tema, h)
Pengembangan Satuan Layanan, i) Evaluasi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Pertimbangan dasar dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di
SMA Pasundan 8 Bandung adalah karena peneliti merasa belum ada suatu
program bimbingan konseling khususnya bimbingan belajar yang secara khusus
fokus untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana atau yang
biasa disebut dengan istilah random sampling. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak (random sampling), dengan arti setiap anggota populasi memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel pengolahan data awal pembuatan
program. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sesuai dengan penjelasan
Surakhmad (1998:100), yaitu “apabila populasi di bawah 100 dapat dipergunakan
sampel sebesar 50%, dan jika berada di antara 100 sampai 1000, maka
dipergunakan sampel sebesar 15% - 50% dari jumlah populasi”. Berdasarkan
27% dari jumlah siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran
2011/2012. Penentuan jumlah sampel di rumuskan sebagai berikut:
S = 27% + 1000 - n (50%-15%)
1000 - 100
Dimana:
S = Jumlah sampel yang di ambil.
n = Jumlah anggota populasi.
S = 27% + 1000 - 345 (50%-15%)
1000 - 100
S = 27% + 655 (35%)
900
S = 27% + (0,73) (35%)
S = 27% + 25.55 %
S = 52.55 %
Dengan demikian sampel diperoleh sebesar 52.55% X 345 =181.29
= 181 Siswa
Populasi kelas X SMA Pasundan 8 Bandung berjumlah 345 siswa.
Sehingga sampel yang diambil sebesar 52.55 % tersebut berjumlah 181 siswa/
responden.
Sampel penelitian ini diambil dari populasi kelas X dengan asumsi bahwa:
75
baik akademis maupun non akademis setelah berakhirnya masa sekolah
menengah pertama (SMP) sehingga dapat dijadikan kesempatan untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah.
2) Sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh guru pembimbing dimana
terdapat berbagai kesulitan dalam pencapaian prestasi siswa-siswi kelas X
untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang baik, hal tersebut terlihat dari
keseharian siswa di sekolah.
3) SMA Pasundan 8 Bandung belum memiliki program bimbingan khususnya
program bimbingan belajar yang dikhususkan untuk meningkatkan siswa
disekolah.
Jumlah populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung
Tahun Ajaran Kelas Jumlah
2011 - 2012
X-1 46
X-2 45
X-3 43
X-4 45
X-5 43
X-6 45
X RSBI A 29
X RSBI B 28
Tahun Ajaran Kelas Jumlah Jumlah
Keseluruhan
345
Jumlah Sampel 181
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang gambaran motivasi berprestasi siswa dan
tentang program bimbingan diperlukan alat/instrumen untuk mengungkapnya.
Penelitian menggunakan dua jenis instrument, yaitu angket pengungkap motivasi
berprestasi dan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi
berprestasi siswa. Angket yang dikembangkan berbentuk kuesioner dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh
responden (Sugiyono, 2010:135). Angket yang digunakan menyediakan empat
alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
Tidak Sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.
1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk
memperoleh gambaran tentang motivasi beprestasi siswa. Sebelum menyusun
butir pertanyaan dan pernyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi
instrumen. instrumen di buat berdasarkan indikator yang memuat aspek
mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai atau
77
cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan sebaik-baiknya.
Perumusan kisi-kisi instrumen disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Motivasi berprestasi Siswa (Sebelum Validasi)
2. Puas dengan hasil usahanya
sendiri.
3. Menetapkan nilai yang akan
dicapai.
5. Gigih/giat mencari cara untuk
menyelesaikan tugas.
7. Rajin mengerjakan tugas. 34, 35,
36
E.
9. Menetapkan cita-cita. 48, 49,
50
12.Tidak ada kegiatan yang lupa
dikerjakan.
15.Memiliki buku pelajaran dan
alat tulis yang dibutuhkan dalam
belajar.
74, 75,
76
79
Tabel 3.3
Kisi-kisi Penilaian Uji Kelayakan Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa
Variabel Aspek Indikator
Program
2. Landasan Formal yang digunakan
(landasan hukum penyelenggaraan
BK)
3. Visi dan Misi BK Sekolah
4. Tujuan Pengembangan Program
2. Materi layanan yang digunakan pada
masing-masing komponen layanan
3. Personel/pihak yang terlibat
4. Mekanisme kerja antar personel
a. Alur kewenangan antar personel
b. Alur kerjasama antar personel
5. Sarana dan Prasarana yang digunakan
(sarana dan prasarana fisik)
Evaluasi Program 1. Pendekatan konteks
a. Tujuan
b. Hasil yang diharapkan
c. Kriteria Keberhasilan
2. Pendekatan input
a. Kuantitas dan kualitas personel
b. Fasilitas yang dibutuhkan
c. Waktu yang disediakan untuk
mencapai tujuan
d. Interaksi antar komponen
3. Pendekatan proses
a. Fungsi Komponen
b. Proses pengelolaan komponen
c. Kesesuaian antara tujuan dan
hasil yang diharapkan
4. Pendekatan hasil
a. Dampak dari kegiatan layanan
b. Realisasi tujuan yang diharapkan
E. Uji Coba Alat Ukur
Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melaui
81
a. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh tiga
dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) untuk
mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Masukan dari tiga dosen ahli dijadikan
landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Instrumen
angket hasil judgement dari dosen ahli, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Judgement Angket
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai 2,3,4,915,16,18,19,21,23,24,25,27,28,
31,37,40,41,43,44,45,47,50,51,55,56,
57,58,59,61,62,64,66,70,73,74,75,77,78
40
Revisi 1,5,6,7,8,11,12,13,14,17,26,29,33,35,36,
38,39,42,43,52,53,54,60,65,67,68,71,72
27
Buang 10,20,22,30,32,49,76 7
Tambahan 4
Total 71
Hasil penimbangan menunjukan terdapat 40 item yang dapat digunakan,
27 item yang perlu direvisi dan 7 item yang harus dibuang karena tidak relevan
dengan indikator dan aspek. Berdasarkan saran dari salah seorang dosen ahli,
indikator lain dalam satu aspek tersebut. Dengan demikian, jumlah pernyataan
yang digunakan untuk uji coba instrumen ialah sebanyak 71 item.
Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat
pada tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi Siswa (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
2. Puas dengan hasil usahanya
sendiri.
3. Menetapkan nilai yang akan
dicapai.
5. Gigih/giat mencari cara untuk
83
D. Berusaha
mencapai cita-cita
7. Rajin mengerjakan tugas. 29, 30,
31
12.Tidak ada kegiatan yang lupa
dikerjakan.
15.Memiliki buku pelajaran dan
alat tulis yang dibutuhkan dalam
belajar.
b. Uji Keterbacaan Item
Sebelum instrumen motivasi berprestasi diuji validitas, instrumen tersebut
di uji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada tiga atau lima orang siswa
dari SMA Pasundan 8 Bandung atau SMA lain di Bandung, untuk mengukur
sejauh mana keterbacaan instrumen tersebut. Setelah uji keterbacaan,
pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami di revisi sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat dimengerti oleh siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung dan
kemudian dilakukan uji validitas eksternal.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan
baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang
terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item
pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh siswa kelas X SMA
Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012.
c. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji
coba instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa kelas X SMA
Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Angket diberikan kepada siswa
yang tidak termasuk sampel penelitian, sebanyak 118 orang siswa. Siswa sebelum
mengisi angket, terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai cara-cara
pengisian angket.
1) Uji Validitas Butir Item
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat
85
Uji validitas diuji cobakan pada kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran
2011-2012 18 Oktober 2011.
Pengujian validasi butir item yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
pengujian validasi konstruk seluruh item yang terdapat dalam angket yang
mengungkap motivasi berprestasi siswa. Uji validitas butir item dilakukan untuk
mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan
untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2010: 177). Semakin tinggi
nilai validasi soal menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan.
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program
SPSS 17.0 for windows. Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan
rumus korelasi product-moment dengan skor mentah.
rhitung =
(
)
(
)
rhitung : Koefisien korelasi yang dicari
∑ x : Jumlah skor item
∑ y : Jumlah skor total (seluruh item)
n : Jumlah responden
(Arikunto, 2006: 170)
Pengujian validitas dilakukan terhadap 71 item pernyataan dengan jumlah
subjek 118 siswa. Dari 71 item diperoleh 63 item yang valid dan 8 item tidak
Tabel 3.6
Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat tingkat
keterandalan atau kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian
atau sejauh mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsistensi
(Sugiono, 2010: 183).
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran
dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen
ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh
subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha dengan
memanfaatkan program SPSS 17.0 for windows. Rumus yang digunakan untuk
mencari reliabilitas alat ukur tentang motivasi berprestasi siswa adalah dengan
menggunakan rumus metode Alpha sebagai berikut :
87
(Arikunto, 2006:195)
Keterangan :
r11 = Nilai Reliabilitas
Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item
Si = Varians total
k = Jumlah item
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 17.0 for windows
untuk mencari nilai reliabilitas angket motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel
3.7 berikut:
Tabel 3.7 Hasil Uji reliabilitas Instrumen Cronbach's
Alpha
N of Items
,877 63
Hasil uji coba instrumen diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0, 877. dengan
tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat
tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat
dipercaya sebagai alat pengumpul data.
Keterangan :
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah
0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah
0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup
0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.8
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi Siswa (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
2. Puas dengan hasil usahanya
sendiri.
3. Menetapkan nilai yang akan
dicapai.
5. Gigih/giat mencari cara untuk
menyelesaikan tugas.
20, 22 24 3
6. Menampilkan sesuatu yang
89
12.Tidak ada kegiatan yang lupa
dikerjakan.
15.Memiliki buku pelajaran dan
alat tulis yang dibutuhkan dalam
belajar.
F. Penyusunan Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa
Proses penyususnan program bimbingan belajar dalam penelitian terdiri
dari tiga langkah, sebagai berikut :
1. Penyusunan Program
Penyusunan program dimulai dengan melakukan analisis terhadap data
yang diperoleh mengenai gambaran motivasi berprestasi siswa di sekolah dan
indikator-indikator motivasi berprestasi siswa. Gambaran indikator-indikator
motivasi berprestasi merupakan dasar dalam penyusunan program bimbingan
belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Penyusunan program
terdiri dari aspek-aspek antara lain landasan penyusunan program, proses
penyusunan program dan evaluasi program.
2. Validasi Program
Langkah berikutnya setelah penyusunan program adalah melakukan
validasi program yang telah disusun kepada dosen ahli program dari jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan guru Bimbingan dan Konseling SMA
Pasundan 8 Bandung. Hasil Validasi Program merupakan pedoman untuk
melakukan revisi dan perbaikan untuk menyusun program bimbingan belajar
yang tepat dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Proses validasi program diawali dengan proses penimbangan kisi-kisi
penilaian uji kelayakan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi
91
3. Penyusunan Program Hipotetik
Penyusunan rumusan program bimbingan belajar untuk meningkatkan
motivasi berprestasi siswa , dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan hasil
validasi program pada dosen. Rumusan program bimbingan belajar untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa menjadi rekomendasi bagi layanan
bimbingan dan konseling di sekolah
G. Analisis Data 1. Verifikasi data
Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang
diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data bertujuan
untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Dari hasil
verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan
cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah data sesuai dengan
subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah. Tahapan
verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang telah terkumpul harus sama
dengan jumlah angket yang disebarkan sesuai jumlah sampel.
b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan
pada saat melakukan rekapitulasi data.
c. Melakukan tabulasi data yaitu merekap data yang diperoleh dari
2. Penyekoran
Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan
empat alternatif jawaban. Peneliti menggunakan empat alternatif jawaban
untuk menentukan adanya gradasi atau peringkat dari sangat positif sampai
sangat negatif, sehingga peneliti menggunakan empat alternatif jawaban yaitu
“Sangat sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai”, “Sangat Tidak Sesuai”. Peneliti
menentukan banyak alternatif jawaban untuk mendapatkan informasi yang
lebih cermat, lebih teliti yang ditandai dengan gradasi atau berperingkat.
Dalam menganalisis data yang berasal dari angket bergradasi atau
berperingkat 1 sampai dengan 4, peneliti menyimpulkan setiap opsi alternatif
respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)
Pernyataan
Skor Lima Alternatif Respons
SS S TS STS
Favorable (+) 4 3 2 1
Un-Favorable (-) 1 2 3 4
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah :
1) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada
93
2) Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.
3) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada
pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.
4) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.
3. Pengolahan Data
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai
motivasi berprestasi siswa yang diperoleh berdasarkan angket yang telah
disebarkan pada siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran
2011/2012. Data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan dalam
pembuatan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi
siswa. Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu motivasi
berprestasi siswa yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan program
bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok siswa dengan kategori
motivasi berprestasi yang tinggi, sedang dan rendah dalam penelitian dilakukan
konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas aktual
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menghitung skor total masing-masing responden.
2) Menghitung rata-rata dari skor total responden (µ) dengan menggunakan
3) Menentukan standar deviasi dari skor total responden (ơ) dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
4) Mengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah dengan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.10
Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual Skala skor mentah Kategori Skor
X > µ + 1,0 ơ Tinggi
µ - 1,0 ơ≤ X ≥ µ + 1,0 ơ Sedang
X > µ - 1,0 ơ Rendah
(perhitungan konversi skor terlampir)
1. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program
Hasil pengolahan data motivasi berprestasi siswa yang dijadikan landasan
dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan
data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pengelompokan
data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut
Tabel 3.11
Interpretasi Skor Kategori Motivasi Berprestasi
Kategori Skor Interpretasi
Tinggi >140
(tinggi)
Siswa pada kategori tinggi telah mencapai
tingkat motivasi berprestasi yang optimal pada
95
Kategori Skor Interpretasi
yang tinggi dalam diri individu yang
ditunjukkan dalam bentuk tanggung jawab
pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai
atau menetapkan standar unggulan, berusaha
bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita,
melakukan antisipasi, melakukan kegiatan
sebaik-baiknya.
Sedang 129<
X>140
(Sedang)
Siswa pada kategori sedang telah mencapai
tingkat motivasi berprestasi yang cukup
optimal pada setiap aspeknya, yaitu dorongan /
keinginan yang sedang dalam diri individu
yang ditunjukkan dalam bentuk tanggung
jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan
dicapai atau menetapkan standar unggulan,
berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai
cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan
kegiatan sebaik-baiknya.
Rendah <128
(rendah)
Siswa pada kategori rendah telah mencapai
tingkat motivasi berprestasi yang tidak optimal
pada setiap aspeknya, yaitu dorongan /
keinginan yang rendah dalam diri individu
Kategori Skor Interpretasi
jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan
dicapai atau menetapkan standar unggulan,
berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai
cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan
kegiatan sebaik-baiknya.
Berdasarkan tabel 3.11 menunjukan dari hasil penelitian, siswa kelas X
SMA Pasundan 8 Bandung membutuhkan upaya pemberian layanan untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa yaitu berupa layanan dasar, layanan
responsif, perencanaan individual dan dukungan sistem. Pemberian layanan
difokuskan berdasarkan kualifikasi dari interpretasi skor ketegori motivasi
berprestasi.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :
1. Studi pendahuluan di SMA Pasundan 8 Bandung yang dilaksanakan pada saat
kegiatan Program Latihan Profesi (PLP), yaitu pada tanggal 17 februari 2011.
2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata
kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
3. Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah diserahkan
dengan persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi
97
4. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas.
5. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat
Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan
kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Pasundan 8 Bandung.
6. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang
dosen ahli dari jurusan PPB.
7. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada siswa kelas X SMA
Pasundan 8 Bandung Tahun ajaran 2011-2012.
8. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket yang telah disebarkan
tentang motivasi berprestasi.
9. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data
deskripsi motivasi berprestasi siswa
10. Diskusi dengan dosen dan guru Bimbingan dan Konseling mengenai
kelayakan program bimbingan hipotetik.
11. Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012
berada pada kategori sedang, artinya siswa memiliki dorongan / keinginan yang ada
dalam diri individu yang ditunjukkan dalam bentuk tanggung jawab pribadi, menetapkan
nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan, berusaha bekerja kreatif,
berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan sebaik-baiknya.
2. Pada pencapaian aspek motivasi berprestasi siswa, hasil penelitian menunjukan sebagian
besar siswa mampu:
a) Bertanggung Jawab secara pribadi pada indikasi kemampuan bertanggung jawab
terhadap tugas-tugas / pekerjaan yang diterimanya, dan puas dengan hasil usaha
sendiri.
b) Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan pada indikasi
kemampuan menetapkan nilai yang akan dicapai, dan kemampuan berusaha
menguasai materi.
c) Berusaha bekerja kreatif pada indikasi kemampuan menampilkan sesuatu yang
berbeda atau bervariasi, dan belum mampu bersikap gigih/ giat mencari cara
menyelesaikan tugas.
d) Berusaha mencapai cita-cita pada indikasi mampu bersikap rajin mengerjakan tugas,
belajar dengan keras, dan menetapkan cita-cita.
e) Melakukan antisipasi pada indikasi mampu membuat persiapan belajar, dan belum
f) Melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya pada indikasi kemampuan membuat
jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal belajar, berinisiatif untuk belajar
mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru, mempersiapkan buku
pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar, dan belum mampu
melaksanakan dan mengingat kegiatan yang akan dikerjakan.
3. Program bimbingan belajar yang disusun memuat komponen-komponen seperti rasional
program, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana
operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan layanan, evaluasi. Secara
keseluruhan setiap aspek dan indikator motivasi berprestasi siswa dijadikan landasan
pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan
yang telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas X SMA Pasundan 8
Bandung tahun ajaran 2011/2012. (Program terlampir pada lampiran 6).
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Gambaran motivasi berprestasi siswa SMA yang telah digambarkan pada bab
sebelumnya dijadikan dasar program sebagai rekomendasi dari penelitian ini untuk digunakan
di sekolah, khususnya SMA Pasundan 8 Bandung. Program yang disusun merupakan
program bimbingan belajar yang diduga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Pemberian layanan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi
dimulai dengan pemahaman konselor mengenai kebutuhan siswa (need asessment). Konselor
diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan belajar yang dilakukan melalui bimbingan
kelompok pada komponen layanan dasar sehingga guru pembimbing diharuskan membentuk
layanan responsif, perencanaan individual dan pelaksanaan kegiatan dukungan sistem
diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan siswa, guru mata pelajaran,
wali kelas dan pihak yang terkait dalam mendukung pelaksanaan program. Bimbingan belajar
dapat dilakukan di ruangan kelas atau fasilitas yang disediakan di sekolah. Pelakasanaan
program dilakukan oleh konselor yang memahami konsep bimbingan belajar dan motivasi
berprestasi.
Evaluasi program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi
dilakukan pada akhir pelaksanaan program dan konselor menyusun laporan kegiatan program
yang telah dilakukan. Jadwal pelaksaaan program yang direkomendasikan terlampir.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Program yang dirumuskan oleh peneliti bersifat hipotetik, peneliti selanjutnya
diharapkan mampu melakukan uji coba program bimbingan belajar untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa sehingga dapat diperoleh penyempurnaan
program.
b) Mengkaji lebih jauh mengenai motivasi berprestasi yang dapat dihubungkan dengan
dimensi-dimensi lainnya seperti sikap dan kebiasaan belajar, kedisiplinan, prestasi
belajar, kecerdasan emosional, latar belakang sosial-ekonomi, sehingga gambaran
penelitian yang dihasilkan dinamis dan menyeluruh.
c) Peneliti selanjutnya diharapkan mampu menguji efektivitas dalam mengembangkan
self-efficacy sebagai intervensi bimbingan dan konseling yang dapat meningkatkan
motivasi berprestasi.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Data hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk mata kuliah bimbingan
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa sehingga memiliki
172
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan. Bandung: ABKIN.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asian, Brain. 2012. Motivasi Belajar. [Online]. Tersedia http://www. anneahira.com/motivasi/index.htm).
Bahri, Zainun. (2002). Peran Bimbingan dan Konseling di Instuti Pendidikan. Jakarta: Balai Aksara.
Clegg, Brian. 2000. Instant Motivation (79 cara instant menumbuhkan motivasi), alih bahasa : Arvin Saputra. Jakarta: Erlangga.
Dinata. (2009). Pentingnya Motivasi Berprestasi. [Online]. Tersedia di: http://dinata-online.co.cc. [15 Oktober 2010].
DJiwandono. (2002). Pentingnya Motivasi Belajar. Jakarta. Penerbit: Rajagrafindo Persada.
Fitriani, Ega Wiwit. (2010).Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa dilihat dari Pola Asuh Orangtua. Skripsi. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.
Handoko, Teguh. (2009). Perhatian Orang tua dan Minat belajar dengan Prestasi Belajar siswa. [Online]. Tersedia di: http:// www. minat dan prestasi. com. [10 Oktober 2010].
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Alih bahasa: Istiwidiyati & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Irwanto. (1994). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara.
173
Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri. Tesis FIP. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Kautsar, Ilman. (2009). Program Bimbingan Belajar Untuk mengatasi Masalah Mencontek Siswa Sekolah Menengah Pertama. Skripsi. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Koeswara, E. (1995). Teori Motivasi dan Penelitiannya. Bandung: Angkasa.
Kurniasih, Ellis. 2008. Karakteristik Motivasi Belajar Jurusan IPA dan IPS Siswa Madrasah Aliyah (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas Xi IPA, Kelas XII IPA dan Kelas XII IPS MAN Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi Jurusan FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kusumadewi, Dini. (2010). Lingkungan Keluarga yang Mempengaruhi Berprestasi. [Online]. Tersedia di: http:// www. episentrum.com. [10 Oktober 2010].
Maxwell, John C. (2002). Sukses Dibangun Setiap Hari. Alih bahasa: Maicy Priskila. Jakarta: PT. Mitra Media.
Mc. Clelland, Atkinson, Clark & Lowell. (1953). The Achievment Motive. New York: Halsted Press.
Mc. Clelland, David C. (1961). The Achieving Society. New York: D. Van Nostrand Company, Inc.
Mc.Clelland, D. C (1985). Human Motivation. Illinois : Scott, Foresman & Company.
Miharja, Sugandi. (2001). Konseling Kelompok Berorientasi Keagamaan untuk Meningkatkan Motif Berprestasi (Hasil Studi Eksperimen Bersama Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kabupaten Garut). Tesis pada Prodi BK PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Moh. Surya. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Moekijat. 2001. Pengembangan manajemen dan Motivasi: Bandung: CV Pionir Jaya.
Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Pionir Jaya.
Mukharomah, Anik. (2010). Hubungan Kecerdasan Motivasi Berprestasi dengan
Kebiasaan Belajar Siswa. [Online]. Tersedia:
http://www.pustakaskripsi.com/wp-content/upload/2010/11/hubungan-kecerdasan-motivasi berprestasi-dengan kebiasaan belajar siswa.pdf. [4 November 2010].
Munandar, Utami. (1999). Kreativitas dan Keterbakatan : StrategiMewujudkan Protensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Natawidjaja, Rochman. (1979). Praktek Keguruan Buku Guru SGO Editor. Jakarta: Depdikbud.
Nur Aziza. (2010). Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik. [Online]. Tersedia: http://www.infoskripsi.com/. [12 Desember 2010].
Nurikhsan, Juntika. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.
Nurikhsan, Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
Purwanto, Ngalim. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pustaka, Familia. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Rasimin. (2001). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Ratnawulan, Teti. (2001). Pengembangan Program Pelatihan Motivasi Berprestasi Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).Tesis PPB FIP. Bandung: Tidak diterbitkan.
Raynor, Atikson J.W. 1978. Personality, Motivation and Achievment. USA: Hemisphere Publishing Corporation.
Rizkiani, Diah. (2007). Hambatan dalam Mencapai Motivasi Berprestasi Siswa
SMA 5 Kutoharjo Rembang Surakarta. [Online]. Tersedia: