• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Organisasi Sekolah pada Staff Pengajar Sekolah Dasar Alam "X" Kota Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Organisasi Sekolah pada Staff Pengajar Sekolah Dasar Alam "X" Kota Bogor."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini bertujuan memeroleh gambaran tipe iklim organisasi sekolah pada staf pengajar Sekolah Dasar Alam “X” kota Bogor. Teori yang digunakan adalah teori iklim orgnisasi sekolah yang dikemukakan oleh Hoy Miskel (1987).

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Terdapat jumlah populasi penelitian sebanyak 28 staf pengajar yang semuanya adalah responden.Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data adalah OCDQ-Re yang merupakan hasil revisi dari OCDQ yang disusun oleh Halpin dan Crofit (1962).Alat ukur ini telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh peneliti. Alat ukur ini terdiri dari 56 item yang mengukur dimensi-dimensi yang ada dalam Iklim Organisasi Sekolah. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan expert judgement yang terdiri dari 2 expert yang menguasai teori ini, yang menyatakan bahwa setiap item dalam alat ukur ini valid dan reliabel.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research was conducted in order to describe the type organizational climate of school on “X” Natural Elementary School, in Bogor City. Theory used in this research is organizational climate of school, from Hoy Miskel (1987).

This research methodology is a desctiptiveresearch utilizing survei method. The research population was consisted from 28 teaching staffs. The instrument that was used is OCDQ-Re that has been revised from the OCDQ questionnaire that has been developed by Halpin and Crofit (1962). The questionnaire has been translated and modified by the researcher. The measurement is consisted of 56 items that measures the dimension of the school organizational climate variable. Validity and Reliability from the research was using expert judgementfrom 2 expert that has an adequate expertise of the theories. The items was considered valid and reliable.

(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... iii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN. ... iv

HALAMAN ABSTRAK. ... v

(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Dimensi Iklim Organisasi Sekolah ... 19

2.1.3Tipe Iklim Organisasi Sekolah ... 21

2.1.4 Faktor yang memengaruhi Iklim Organisasi Sekolah ... 24

2.2 Guru ... 24

2.2.1 Hakekat Guru ... 25

2.2.2 Peran Guru Sekolah Dasar ... 26

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Guru Sekolah Dasar ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 31

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 32

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. ... 32

3.3.1 Variabel Penelitian ... 32

3.3.2 Definisi Operasional ... 32

3.4 Alat ukur ... 36

3.4.1 Alat Ukur Iklim Sekolah ... 36

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuisioner ... 38

3.4.3 Sistem Penilaian ... 39

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 40

3.5 Validitas dan Reliabilitas. ... 40

3.6 Populasi Penelitian ... 40

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden. ... 42

4.2 Hasil Penelitian. ... 45

4.2.1 Gambaran Tipe Iklim Organisasi Sekolah. ... 45

4.2.2 Gabaran Dimensi Iklim Organisasi Sekolah. ... 46

4.3 Pembahasan. ... 47

(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan. ... 55

5.2 Saran. ... 55

5.2.1 Saran Teoretis. ... 56

5.2.2 Saran. ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(6)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Kisi-kisi Alat Ukur ... L-1

LAMPIRAN 2 : Kuesioner ... L-7 Bagian I: Letter of Consent ... L-8 Bagian II: Identitas ... L-9

Bagian III: Kuesioner ... L-10 LAMPIRAN 3 : Validitas dan Reliabilitas ... L-15

LAMPIRAN 4 : Data Mentah ... L-16 LAMPIRAN 5:Tabulasi Silang... L-22 LAMPIRAN 6 : Profil Sekolah ... L-24

LAMPIRAN 7 : Biodata Peneliti ... L-28 LAMPIRAN 8 : Lembar Pengesahan Pengambilan Data ...

(8)

xii

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan, seseorang dapat menentukan tingkat sosial, dan tingkat ekonominya di masa mendatang. Pada

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sisdiknas,2003). Pendidikan mempunyai

tujuan mengusahakan suatu lingkungan dimana setiap anak didik diberi kesempatan untuk mawujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Utami

Munandar, 2002).

Sumber pendidikan sebenarnya tidak terbatas. Salah satu dari sumber pendidikan adalah

sekolah. Sekolah memang dirancang khusus untuk pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Tingkat pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah

sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan pendidikan awal penanaman karakter anak dalam pengembangan diri. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang menjadi fondasi penting bagi setiap peserta didik, karena pada saat berada di sekolah dasar siswa mulai ditanamkan

(10)

Universitas Kristen Maranatha memaksimalkan potensi dalam dirinya (Chatib, 2009). Melalui sekolah dasar, pertama kalinya

anak belajar untuk berinteraksi dan menjalin hubungan yang lebih luas dengan orang lain yang baru dikenalnya. Ibarat sebuah bangunan diperlukan suatu fondasi yang kuat dan kokoh, begitu

pula peran penting sekolah dasar bagi siswa sebagai peserta didik (Wilkinson, 1994). Dalam buku yang dikeluarkan Kemendiknas (2001:7) menjelaskan bahwa “Melalui Sekolah Dasar (SD) anak didik dibekali dengan kemampuan dasar dan keterampilan dasar agar mampu

mengantisipasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan berolahraga serta keterampilan hidup lainnya (life skill) “. Dengan demikian, sekolah dasar merupakan tingkatan sekolah yang penting bagi para siswa untuk memelajari keterampilan yang dibutuhkan di tahap selanjutnya.

Salah satu bentuk sistem pendidikan yang saat ini mulai berkembang di Indonesia adalah

pendidikan sekolah alam (Sudirman,1991:111). Sistem pendidikan sekolah ini berbeda dari sekolah formal pada umumnya. Sistem pendidikan dan pembelajaran di sekolah memadukan teori dan penerapannya, bahkan dalam metode mengajar banyak dan bermacam-macam,

masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penggunaanya, maka metode satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sekolah alam ini didirikan sebagai reaksi terhadap sistem sekolah di

Indonesia yang hanya memersiapkan siswa sebagai calon-calon pekerja, siswa dipaksa “menelan” materi sebanyak-banyaknya, dan diseragamkan seperti yang tertulis dalam kurikulum dari Depdiknas. Padasekolah dasar alam kurikulum yang diterapkan disusun oleh staf pengajar agar

sesuai dengan kemampuan siswanya. Pakar Sekolah Alam, Lendo Novo mengemukakan bahwa, sistem pendidikan selama ini hanya terfokus pada prestasi akademik, sehingga melupakan sisi

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha diungkapkan Djohar bahwa pendidikan moral hanya sebatas moral kognitif bukan moral

learning(Djohar,2003:138). Akibatnya yang dihasilkan adalah generasi yang tidak mempunyai karakter untuk berkompetisi secara sehat. Sekolah Alam telah menggabungkan dan

menggembangkan aspek intelektual, emosional, spiritual serta berbagai keterampilan hidup siswa. Loula Maretta dari Green Education mendukung dengan menyatakan bahwa, pemerintah lebih banyak mengembangkan hal-hal fisik. Pengembangan Sekolah Standar Nasional atau

Sekolah bertaraf Internasional lebih direpotkan pada ketersediaan bangunan-bangunan fisik daripada mutu guru dan proses belajar yang menyenangkan (kompas.com, 2015), sedangkan pada

sekolah dasar alam lebih mementingkan peningkatan kualitas guru, pengembangan metode pembelajaran yang efektif serta penyediaan sumber dan media belajar yang memadai bagi peserta didiknya.

Sekolah alam adalah sekolah formal, dengan mengintegrasikan tiga pilar pendidikan yang diyakini menjadi faktor kunci keunggulan umat manusia, yaitu pilar iman, ilmu, dan kepemimpinan. Terdapat perbedaan paradigma pada sekolah alam dengan sekolah konvensional,

antara lain yaitu jika di sekolah konvensional menempatkan guru sebagai sumber ilmu yang pasti

sehingga tugasnya hanya “mengajar” dan siswa “belajar” saja, sedangkan di sekolah alam menempatkan siswa “belajar” dan guru juga melakukan “pembelajaran” yang artinya guru harus mendorong siswa untuk selalu belajar dan hal ini akan mungkin apabila guru juga belajar dan mengembangkan ilmu serta kemampuan yang dimilikinya. (tentangsekolahalam.wordpress.com)

Sekolah Alam “X” berdiri pada tahun 2006, kemudian berkembang menjadi sekolah inklusi yang menyediakan tempat bagi siswa yang berkebutuhan khusus dan merupakan salah

satu sekolah yang paling banyak diminati di Kota Bogor. Hampir setiap tahun ajaran baru,

(12)

Universitas Kristen Maranatha waiting list. Para pendaftar memilih sekolah ini karena percaya dapat menghasilkan lulusan yang baik dalam pengetahuan dan karakter serta memiliki sistem pembelajaran yang menarik serta staf pengajar yang terpercaya (detik.com). Sekolah Alam “X” Kota Bogor ini menerapkan proses pembelajaran dalam suasana Fun Learning dan didukung dengan metode Spider Web. Fun learning merupakan belajar di alam terbuka secara naluriah yang akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Konsep fun learning ini memusatkan perhatian pada

siswa, dan guru tidak lagi menjadi yang utama. Kurikulum sains yang disusun secara holistik menggunakan Spider web agar logika ilmiah siswa berkembang dan mampu mengamati

fenomena alam, mencatat data, melakukan eksperimen, dan membentuk sebuah teori, karena dengan metode ini siswa tidak hanya belajar dengan mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap

pembelajaran. Dengan metode ini diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran bersifat integratif, komprehensif dan lebih membumi (dalam greenschool.org, 2014).

Salah satu komponen utama dalam pembelajaran di Sekolah Alam “X” Kota Bogor ini yaitu staf pengajar berkualitas yang dihasilkan dengan melakukan tahap recruitment dan training, memiliki latar belakang pendidikan S1 jurusan eksak, lancar membaca Al Quran, mencintai

lingkungan, mencintai anak-anak, mampu bekerja dalam tim, mampu berbahasa Inggris aktif, dan menguasai bahasa ibu. Para staf pengajar juga mengikuti training untuk tetap menjaga dan terus meningkatkan kualitas pengajaran dan pendidikan di sekolah. Guna menjaga dan meningkatkan

profesional staf pengajar, selama satu tahun ajaran staf pengajar mendapatkan evaluasi berupa

observasi menagajar dan kegiatan keseharian. Sekolah Alam “X” Kota Bogor ini percaya bahwa

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha

baik. Jumlah guru yang bekerja di Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor adalah sebanyak

28orang. Setiap kelas memiliki 25 siswa dan dibimbing oleh minimal 2 fasilitator. Fasilitator bertanggung jawab atas semua siswa, kegiatan pembelajaransemua pelajaran, kecuali komputer,

perpustakaan, greenlab, musik, agama Islam, dan bahasa Inggris yang ditangani oleh spesialis. Tugas fasilitator adalah menentukan tema, menyiapkan materi dan fasilitas yang dibutuhkan, menyampaikan rencana belajar untuk seminggu kedepan kepada kepala sekolah pada acara rapat

akhir minggu. Kepala sekolah bertugas mengevaluasi dan memutuskan dapat tidaknya dilaksanakan rencana belajar tersebut, menyiapkan fasilitas yang yang dibutuhkan, dan

mengevaluasi hasil belajar seminggu sebelumnya. Konsep fun learning dan metode spider web menuntut para staf pengajar untuk mengembangkan logika ilmiah dalam menguasai teori, kreatifitas dalam mengembangkan tema belajar dan membangun suasana belajar, kemampuan

berkomunikasi sehingga dapat memahami karakteristik dan memfasilitasi perkembangan potensi yang dimiliki siswa.

Staf pengajar dipandang sebagai fokus kualitas pendidikan sekaligus sebagai fasilitator

bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Riset ini dilakukan oleh badan pendidikan di Amerika yang menunjukkan 90% kontribusi kualitas pendidikan berasal dari kualitas staf pengajar, metode

belajar yang tepat, dan buku sebagai gerbang ilmu pengetahuan (dalam perspektifbaru.com, 2015). Sekolah alam “X” di Kota Bogor beranggapan bahwa staf pengajar dituntut untuk memiliki kompetensi dalam mengelola seluruh kegiatan belajar mengajar, mananamkan

kedekatan emosional dengan peserta didik sekaligus peka dalam mengidentifikasi dan mengakomodir segala kebutuhan peserta didik. Sebagai suatu organisasi, dalam sekolah terdapat

(14)

Universitas Kristen Maranatha merupakan bagian yang integral, artinya walaupun dalam kegiatannya melakukan pekerjaan

sesuai demgam tugas dan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah.Freiberg (1998) menegaskan bahwa iklim

kerja yang sehat di suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran yang efektif. Ia memberikan argumen bahwa pembentukan lingkungan kerja sekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah melakukan tugas dan peran secara

optimal (duniahafis.blogspot.co.id).

Fraser & Fisher (1986, dalam Githa, 2005) membuktikan bahwa guru dapat menampilkan kinerja secara maksimal apabila merasa berada dalam lingkungan yang disukai. Kemudian Hoy

dan Miskel (1987, dalam Soetopo, 2010) menyatakan apabila iklim organisasi tidak mencerminkan situasi yang kondusif maka akan berdampak terhadap menurunnya dorongan

individu dan atau kelompok untuk memberikan kepercayaan serta berupaya efektif dalam menjalankan roda organisasi. Perilaku kerja dari staf pengajar dipengaruhi oleh iklim organisasi sekolah. Iklim organisasi sekolah adalah set karakteristik internal yang membedakan satu sekolah

dengan yang lainnya dan memengaruhi perilaku anggotanya. Dalam istilah lebih spesifik, iklim organisasisekolah adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan sekolah yang dialami oleh

para anggotanya dan hal ini dapat memengaruhi perilaku mereka, dan didasarkan pada persepsi mereka tentang perilaku kolektif di sekolah (Hoy & Miskel, 1987; Tagiuri, 1968). Iklim sekolah ini dipengaruhi oleh struktur formal dan informal sekolah, kepribadian para guru, dan prilaku

kepemimpinan kepala sekolah. Iklim sekolah ini dipahami sebagai kepribadian sekolah, yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Iklim organisasi sekolah memiliki

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha terbagi menjadi tiga dimensi yaitu, perilaku staf pengajar collegial, intimate, dan

disengaged.Untuk melihat lebih dalam lagi, Hoy and Miskel (1987) berdasarkan dimensi perilaku dari kepala sekolah dan guru di atas membagi lagi iklim sekolah menjadi empat tipe iklim

sekolah yaitu yaitu Open Climate, Engaged climate, Disengaged Climate, dan Closed Climate.

Menurut survei awal yang dilakukan peneliti untuk mengetahui persepsi staf pengajar terhadap lingkungan kerjanya di Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor, sebanyak 3 orang (37,5%) staf pengajar menilai bahwa kepala sekolah memberikan dukungan, perhatian, dan terbuka terhadap saran dari para staf pengajar. Sebanyak 3 orang (37,5%) staf pengajar menilai selalu memberikan pengawasan sehingga para staf tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat.

Sedangkan sebanyak 2 orang (25%) menilai kepala sekolah membebani staf pengajar dengan tugas dan tuntutan yang berat dan mengganggu tugas staf pengajar yang lainnya. Sebanyak 6

orang (75%) staf pengajar menilai bahwa perilaku guru yang terjadi di sekolah ini adalah saling mendukung, sering bersosialisasi bersama, dan saling membantu dalam menjalankan tugas masing-masing. Sebanyak 2 orang (25%) staf pengajar menilai perilaku staf pengajar lainnya

hanya sebatas profesionalitas, dan saling menghormati.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana Tipe Iklim Organisasi Sekolah pada staf

(16)

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh gambaran mengenai tipe iklim organisasi sekolah pada staf pengajar Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan dimensi iklim organisasi sekolah dan tipe iklim organisasi sekolah, serta faktor yang memengaruhi iklim organisasi

sekolah pada staf pengajar Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi khususnya dalam bidang

Psikologi Pendidikan mengenai iklim organisasi sekolah pada staf pengajar

Sekolah Dasar Alam “X” di Kota Bogor.

2) Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk

meneliti mengenai iklim organisasi sekolah dan mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan

topik tersebut.

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha 1) Memberikan informasi kepada Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor tentang iklim organisasi sekolah para staf pengajar, sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dan cara berinteraksi,

cara berkomunikasi di dalam sekolah tersebut.

2) Memberikan informasi kepada staf pengajar Sekolah Dasar Alam “x” Kota Bogor tentang iklim organisasi sekolah para staf pengajar lainnya,

sehingga para staf pengajar bisa mengintrospeksi diri masing-masing dan berkembang menjadi lebih baik.

1.5 Kerangka Pikir

Guru merupakanelemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah

(Depdiknas, 2008:1). Hal ini disebabkan karena guru nerupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan pendidikan, serta terwujunya pendidikan yang bermutu. Seorang guru merupakan sumber daya paling utama yang berperan sebagai subjek terdepan, baik dalam rangka

meningkatkan kualitas pribadi maupun memanfaatkan dan melestarikan lingkungan di sekitarnya, termasuk siswa (Djuju Sudjana,1996). Pada Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor, guru disebut sebagai staf pengajar. Peran staf pengajar dalam proses pengajaran di sekolah alam yaitu sebagai mediator, evaluator, pengelola kelas, dan sebagai model. Staf pengajar dituntut untuk memiliki

kompetensi kreatif, komunikatif dalam mengelola seluruh kegiatan belajar mengajar, mananamkan kedekatan emosional dengan siswa sekaligus peka dalam mengidentifikasi dan mengakomodir segala kebutuhan siswa. Staf pengajar berperan membimbing siswa untuk

(18)

Universitas Kristen Maranatha penyelesaiannya. Sebagai salah satu anggota dari suatu sekolah, tugas tersebut memang terlihat

mudah, namun dalam prosesnya tugas seorang staf pengajar Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor terbilang berat, sehingga butuh kerja sama dengan anggota sekolah yang lainnya agar

mencapai keefektifan dalam proses belajar mengajar. Menurut Miner (1988, dalam Soetopo, 2010), iklim organisasi memengaruhi perilaku dan sikap anggota organisasi. Sehingga perilaku staf pengajar di Sekolah Dasar Alamdipengaruhi oleh Iklim Organisasi Sekolah yang mereka

hayati.

Menurut Hoy & Miskel, 1987; Tagiuri, 1968, Iklim Organisasi Sekolah adalah set karakteristik internal yang membedakan satu sekolah dengan yang lainnya dan memengaruhi

perilaku anggotanya. Dalam istilah lebih spesifik, iklim sekolah adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan sekolah yang dialami oleh para anggotanya dan hal ini dapat memengaruhi

perilaku mereka, dan didasarkan pada persepsi mereka tentang perilaku kolektif di sekolah. Iklim organisasi sekolah memilki enam dimensi dalam dua aspek. Aspek perilaku kepala sekolah yang

dinilai dalam tiga dimensi, yaitu sejauh mana kepala sekolah Sekolah Dasar Alam “X” di Kota Bogor berperilaku supportive, directive, dan restrictive dan aspek perilaku guru di Sekolah Dasar

Alam “X” Kota Bogor diidentifikasikan ke dalam tiga dimensi yaitu: collegial, intimate, disengaged. Dari enam dimensi tersebut menghasilkan empat tipe iklim sekolah yaitu Open Climate, Engaged Climate, Disengaged Climate, dan Closed Climate. Artinya, Iklim Organisasi sekolah merupakan bentuk interaksi antara keenam dimensi tersebut, kombinasi dimensi yang

berbeda akan memunculkan penghayatan para staf pengajar mengenai iklim organisasi sekolah yang berbeda.

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha

Alam “X” Kota Bogor. Iklim ini ditandai dengan perilaku supportiveyang tinggi, yaitu perilaku kepala sekolah yangmaumendengarkan masukan rencana kegiatan dari staf pengajar. Perilaku directive yang rendah, yaitu perilaku kepala sekolah yang memberikan kebebasan kepada staf pengajar ldalam melakukan kegiatan pembelajaran sehari-hari.Perilaku restrictive yang rendah, yaitu perilaku kepala sekolah yang tidak membebani staf pengajar dengan pekerjaan yang mengganggu tugasnya sebagai pengajar, contohnya dengan memberikan tugas administrasi

kepada staf pengajar sehingga mengganggu jam mengajarnya. Perilaku collegial yang tinggi, yaitu perilaku staf pengajar yang sering mendukung terjadinya interaksi profesional diantara para

staf pengajar Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor sebagai kolega. Perilaku intimate yang tinggi, yaitu perilaku staf pengajar yang menggambarkan kualitas pribadi diantara para staf pengajar, seperti sering bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Perilaku disengaged yang rendah, yaitu

perilaku staf pengajar yang saling bekerja sama dan merasa dalam suatu kesatuan di sekolah. Secara singkat pada iklim ini staf pengajar menghayati memiliki hubungan yang terbuka dengan

kepala sekolah mapun dengan staf pengajar yang lain.

Bentuk iklim organisasi sekolah yang kedua adalahEnggaged Climate dengan ciri khasnya adalahusaha-usaha yang tidak efektif kepala Sekolah Alam “X” Kota Bogor untuk memimpin, dan di sisi lain, dengan kinerja tinggi profesional para staf pengajar di Sekolah Dasar

Alam “X” di Kota Bogor. Iklim ini ditandai oleh perilaku supportive yang rendah, yaitu perilaku kepala sekolah jarang mendengarkan dan menerima ide-ide guru dalam menentukan tema

outbond. Perilaku directive yang tinggi, yaitu perilaku kepala sekolah yang sering membatasi kebebasan guru dalam memandu berjalannya kegiatan outbond. Perilaku restrictive yang tinggi,

(20)

Universitas Kristen Maranatha berkegiatan outbond yang sering membagi tugas mereka masing-masing sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki masing-masing staf pengajar. Perilaku intimate yang tinggi, yaitu perilaku staf pengajar yang sering saling membantu dan mendukung dalam berjalannya kegiatan

outbond ini. Perilaku disengaged yang rendah, yaitu perilaku staf pengajar yang jarang menolak untuk bekerja sama dan berkomitmen dalam menjalankan kegiatan outbond ini. Secara singkat dalam iklim ini staf pengajar menghayati bahwa hubungan dengan staf pengajar yang lain

terbuka, namun hubungan dengan kepala sekolah tertutup.

Bentuk iklim organisasi sekolah yang ketiga adalahDisengaged climate dengan ciri khasnya adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah kuat, mendukung, dan khawatir. Ditandai

oleh perilaku supportive yang tinggi, yaitu perilaku kepala sekolah yang sering memberikan kebebasan dan mendukung staf pengajar untuk menentukan kegiatan dalam mengaplikasikan

tema setiap harinya. Perilaku directive yang rendah, yaitu perilaku kepala sekolah yang jarang ikut campur dalam menentukan tema dan mengatur seluruh prosedur dalam kegiatan belajar mengajar setiap harinya. Perilaku restrictive yang rendah, yaitu perilaku kepala sekolah yang

jarang memberikan tugas yang mengganggu kegiatan mengajar dengan menyerahkan laporan kegiatan dalam waktu yang singkat. Perilaku collegial yang rendah, yaitu perilaku staf pengajar

yang jarang saling membantu dan mendukung satu dengan yang lain dalam kegiatan kelasnya masing-masing. Perilaku intimate yang rendah, yaitu perilaku staf pengajar yang tidak saling memiliki kedekatan dan jarang memiliki perkumpulan untuk satu dengan yang lain dengan saling

bertukar pikiran dan saling mendukung sesama staf pengajar. Perilaku disengaged yang tinggi, yaitu perilaku staf pengajar yang sering menganggap pertemuan antar staf tidak berguna. Secara

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha Bentuk iklim organisasi sekolah yang terakhir, adalahClosed climate, yang merupakan

antitesis dari open climate. Iklim ini ditandai oleh perilaku supportive yang rendah, yaitu perilaku kepala sekolah yang jarang memberikan pujian pada staf pengajaran atas hasil kerja yang sudah

dilakukannya. Perilaku directive yang tinggi, yaitu perilaku kepala sekolah yang sering memeriksa rencana kegiatan dengan detil dan mengawasi kegiatan dengan kaku. Perilakurestrictive yang tinggi, yaitu perilaku kepala sekolah yang sering memberikan staf

pengajar tuntutan yang berat dari staf komite. Perilaku collegial yang rendah, yaitu perilaku staf pengajar yang jarang saling menghargai kompetensi profesional dari rekan kerja mereka dengan

tidak mau menerima pendapat atau kritikan dari staf pengajar lain. Perilaku intimate yang rendah, yaitu perilaku staf pengajar yang jarang saling ikut campur dengan kegiatan kelas lain, dan hanya mementingkan kegiatan kelasnya masing-masing. Perilaku disengaged yang tinggi, yaitu perilaku

staf pengajar yang sering saling menjelek-jelekan dan adanya sebuah minoritas yang selalu menentang kelompok mayoritas. Singkatnya, pada closed climate ini memiliki kepala sekolah

yang tidak mendukung, tidak fleksibel, menghambat, dan mengendalikan, dan guru di Sekolah

Dasar Alam “X” di Kota Bogor yang berprilaku apatis dan tidak toleran. Dalam iklim ini staf pengajar menghayati bahwa hubungan dengan kepala sekolah dan staf pengajar lain tertutup.

Iklim Organisasi Sekolah dipengaruhi oleh struktur formal dan informal sekolah, kepribadian para guru dan kepemimpinan kepala sekolah. Struktur formal dan informal pada staf pengajar membahas mengenai semakin puas staf pengajar terhadap hubungan persahabatan di

dalam organisasi secara formal yang utamanya pada kelompok kerja dan informal sebagai kelompok persahabatan atau kesamaan minat, maka akan menghasilkan iklim sekolah yang

(22)

Universitas Kristen Maranatha berkomunikasi antar staf pengajar menentukan keberhasilan atau gagalnya hubungan antar staf

pengajar, maka akan menghasilkan iklim sekolah yang semakin positif pada staf pengajar dan sebaliknya. Kepemimpinan kepala sekolah membahas mengenai semakin puasnya staf pengajar

akan aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah-masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan, interaksi

antara manajemen dan kelompok, interakasi antar kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki staf pengajar dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan

para staf pengajar yang diberikan oleh kepala sekolah, maka akan menghasilkan iklim sekolah yang semakin positif pada staf pengajar dan sebaliknya.

Dengan demikian, bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dibuat dalam

(23)
(24)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

1. Setiap staf pengajar di Sekolah Dasar Alam “X” di Kota Bogor memiliki penilaian terhadap Dimensi Iklim organisasi sekolah

2. Setiap staf pengajar di Sekolah Dasar Alam “X” di Kota Bogor akan menghayati perilaku kepala sekolah sebagai perilaku yang Supportive, Directive, dan Restrictive

3. Setiap staf pengajar di Sekolah Dasar Alam “X” di Kota Bogor akan menghayati perilaku rekan guru sebagai perilaku yang Collegial, Intimate, dan Disengaged.

4. Adanya interaksi antara keenam dimensi iklim organisasi sekolah, akan memunculkan

Iklim organisasi sekolah dengan bentuk yang berbeda, yaitu Open, Engaged, Disengaged,

dan Close Climate pada staf pengajar di Sekolah Dasar Alam “X” di Kota Bogor.

(25)

55

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 28 orang responden, maka peneliti telah mendapatkan hasil penelitian yang telah ditampilkan pada bagian sebelumnya.

Pada bagian ini, peneliti akan menyampaikan simpulan yang ditemukan, sebagai berikut:

1) Peneliti menemukan bahwa tipe Iklim Organisasi Sekolah yang paling banyak dihayati

muncul dalam aktivitas belajar mengajar oleh staf pengajar Sekolah DasarAlam “X” di Kota Bogor adalah Open Climate.

2) Bentuk Iklim Organisasi lain yang ditemukan dalam lingkungan Sekolah dasarAlam

“X” adalah Engaged Climate dan Disengaged Climate.

3) Sebagian besar responden menghayati bahwa faktor-faktor yang memengaruhi Iklim

Organisasi Sekolah yang antara lain, Struktur Formal dan Informal, Kepribadian guru, dan kepemimpinan kepala sekolah sudah cukup memuaskan, dan menghayati Open Climate sebagai iklim Organisasi Sekolah yang muncul dalam aktivitas belajar mengajar.

4) Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang memiliki kecenderungan

(26)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 SARAN

5.2.1 Saran Teoretis

1) Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada 28 orang responden.

Untuk itu, peneliti menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk dapat mencari sampel dengan jumlah yang lebih besar, untuk dapat meningkatkan kemampuan generalisasi dari hasil perhitungan yang dibuat.

2) Sebagai sebuah penelitian deskriptif, peneliti menyarankan pada peneliti

selanjutnya untuk dapat menguji hubungan atau pengaruh yang dapat

memunculkan Iklim Organisasi Sekolah. Dengan demikian, peneliti dapat melihat bagaimana faktor-faktor dalam lingkungan sekolah dan kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi Iklim Organisasi Sekolah.

3) Sampel Sekolah Alam, merupakan sampel yang unik, dan belum banyak

ditemui. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat

melakukan penelitian pada Iklim Oganisasi pada sekolah-sekolah dengan metode pengajaran yang lebih umum, untuk dapat juga melihat Iklim sekolah pada kurikulum yang lebih umum ditemui dalam kegiatan belajar mengajar. 4) Bagi peneliti lain yang akan menggunakan alat ukur iklim organisasi sekolah

dalam penelitian ini, disarankan untuk melakukan terjemahan ulang dengan gaya peneliti masing-masing dengan mengacu pada teori orisinil dari

OCDQ-RE.

5) Penelit imenyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

(27)

57

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis

1) Peneliti menyarankan kepada pihak kepala sekolah, untuk tetap dapat

mempertahankanp erilaku yang supportive, yang membuat para guru merasa

nyaman dalam aktivitas bealjar mengajar yang dilakukan. Dengan demikian,

sekolahAlam “X” dapat terus mempertahankan adanya penghayatan bahwa

Kepala Sekolah dapat mendorong munculnya Iklim Organisasi yang Open,

yang ternyata memberikan kenyamanan bagi para staf pengajar dalam melaksanakantugas-tugasnya.

2) Peneliti menyarankan kepada para staf pengajar, untuk untuk tetap dapat

mempertahankan perilaku Collegial dan Intimate, yang dihayati secara positif oleh para staf pengajar lain. Dengan memiliki lingkugnan kerja yang

bersahabat dan akrab, maka para guru dapat mendorong munculnya Iklim Organisasi yang Open, yang ternyata memberikan kenyamanan bagi semua

staf dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar.

3) Kepala sekolah dan staf pengajar dapat mendorong munculnya kecenderungan

para staf pengajar dengan mempertahankan hubungan yang memuaskan dalam

bentuk struktur formal maupun informal, kepribadian dalam berkomunikasi yang baik, dan kebijakan-kebijakandanaturan yang membantu aktivitas kerja para staf pengajar. Dengan demikian, dapat memunculkan Iklim

(28)

i

SEKOLAH PADA STAF PENGAJAR SEKOLAH DASAR ALAM

“X” DI KOTA BOGOR

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menepuh Ujian Sarjana di Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha

Oleh:

Amanda Premita Irawan

0830176

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(29)
(30)
(31)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA, sehingga peneliti

dapat meyelesaikan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama menyusun penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai Tipe

Iklim Organisasi Sekolah pada staf pengajar sekolah dasar alam ‘X’ di Kota Bogor”, peneliti banyak menemukan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, serta

dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi oleh peneliti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis inginmengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si.,Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Pimpinan Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor yang telah memberikan izin

penelitian, dan banyak informasi kepada peneliti.

3. Para Staf Pengajar Sekolah Dasar Alam “X” Kota Bogor, selaku responden

dalam penelitian ini yang sudah banyak memberikan informasi kepada peneliti. 4. Dosen penguji seminar usulan penelitian dan siding skripsi yang telah

memberikan banyak masukan untuk penelitian ini.

5. Seluruh dosen dan staf tata usaha fakultas psikologi Universitas Kristen

(32)

vi

banyak meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan, serta dukungan kepada peneliti.

7. Eveline Sarintohe M.Si, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan, serta dukungan kepada peneliti.

8. M. Yuni Megarini C., M.Psi., Psikolog, selaku konsulen yang telah meluangkan

banyak waktunya untuk memberikan masukan, serta dukungan kepada peneliti. 9. Dr. Irene Tarakanita, Psikolog, selaku dosen wali peneliti yang telah

memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

10. Papa Benny Irawan, Mama Ety Rianti, Adik Andhika Primasatya yang selalu

menjadi sumber semangat dan kekuatan, serta selalu memberikan doa dan dukungan kepada peneliti setiap saat.

11. Keluarga besar Dharmodjo & keluarga besar Otjid Tje Ading selaku keluarga

yang selalu memberikan dukungan, doa, serta semangat kepada peneliti.

12. Harry Setyo Nugroho yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat

kepada peneliti.

13. Zwageri Sembiring, Angger Prakoso, Agung Nugroho, Andrew Junior, Shak

Hosea, Riyad ARA, Lady Noviane, Suci Shintia, Fauziah Febriyanti, Sri Mardiani,selaku teman dekat peneliti yang selalu mendampingi peneliti, serta

memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada peneliti.

(33)

vii

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka terhadap adanya kritik dan saran sehingga peneliti data memperbaikinya di masa yang akan datang.

Akhir kata, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.

Bandung, Agustus 2016

(34)

58

Universitas Kristen Maranatha Daftar Pustaka

Djohar, Masalah Pendidikan Strategik; Alternatif Untuk Masa Depan, Editor: Andy Dermawan, Yogyakarta: LESFI,2003.

Hoy, W.K., Tarter, C.J., & Kottkamp, R. B. (1991). Open School/Healthy School; Measuring Organizational Climate. Thousand Oaks, CA: Sage.

McGregor, Douglas. 1960. Measuring Organizational Climate; The Human Side of Enterprise. New York: Mc-Hill.

Nazir, Moh., Ph.D. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Gahlia Indonesia.

Santoso, Satmoko Budi, Sekolah Alternatif, Mengapa tidak? Yogyakarta: Diva Press,2010.

Septriana, Lendonovo Sebuah Novel Tentang Dia. Pengagas Sekolah Alam. Bogor: SoU Publisher, 2009.

Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi: Teori dan Praktik Di Bidang Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(35)

59

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Fitriana, Desy Noor Indah. 2013. PengaruhIklimSekolah Dan KepuasanKerjaTerhadapKinerja Guru SD Di KecamatanMuntilanKabupatenMagelang.SkripsiFakultasIlmuPendidikan, UniversitasNegeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Gunbayi, Ilhan. 2007. School Climate and Teachers’ Perceptions on ClimateFactors: Research Into Nine Urban High Schools. The Turkish Online Journal of Educational

Technology(TOJET). Vol. 6 (3).

I WayanGitha. (2005). “KontribusiIklimSekolah,

KonsepDiridanMotivasiBerprestasiBelajarPerawatanKesehatanMasyarakat”. JurnalPendidikandanPengajaranIkipNegeriSingaraja,Oktober 2005.

Karyana, Nana. 2014. BudayadanIklimSekolahdalamPengembanganSekolah. http://www.lpmpjabar.go.id/index.php/rubrik/artikel/160-budaya-dan-iklim-sekolah-dalam-pengembangan-sekolah. (diakses,oktober 2015).

Mawardi, Dodi. 2015. LagiSekolahAlamCikeasRaih Indonesia Green Award.

http://m.kompasiana.com/penuliskreatif/lagi-sekolah-alam-cikeas-raih-indonesia-green-Ratnawati, Yuni. 2012. KompetensiPedagogik Guru SekolahDasar Se

KecamatanKretekKabupatenBantul. SkripsiFakultasIlmuPendidikan, UniversitasNegeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Sasongko, Agung. 2015. Belajar di Sekolah yang Menyenangkan.

(36)

60

Universitas Kristen Maranatha Thohir, Agus. Implementasi Model Sekolah Alam Di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridho

Semarang Dalam Tinjauan Pendidikan Islam. Skripsi Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.

https://lifesupportalchemist.worpress.com/pengertian-pendidikan-dan-belajar/fenomena-sekolah-alam-dan-teori-paulo-freire/

www.dodimawardi.wordpress.com/tag/sekolah-alam-cikeas www.blogcikeas.blogspot.com

www.sacikeas.com

www.duniahafis.blogspot.co.id www.indoeduworld.blogspot.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengumpulan data dengan metode wawancara, peneliti menetapkan beberapa narasumber yang menjadi informan penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini yaitu

pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ?”.Penelitian dilakukan terhadap satu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Risiko Usaha Bank baik secara parsial maupun simultan terhadap Return On Assets pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko usaha bank (Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Net Interest Margin) berpengaruh

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011:244) mmenyatakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami

peranan pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja (studi terhadap siswa sma negeri di kota bandung). Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Terima kasih atas dukungan dan doa yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan semoga kita sukses semua dan dapat berkumpul kembali..

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA MENGEJAR IMPIAN DALAM NOVEL BIRU KARYA AGNES JESSICA: KAJIAN PSIKOLOGI.. SASTRA Oleh Bima