• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA EDUKATIF IKIP JAKARTA : Suatu Studi Deskriptif Analitis tentang Produktivitas Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Dosen IKIP Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA EDUKATIF IKIP JAKARTA : Suatu Studi Deskriptif Analitis tentang Produktivitas Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Dosen IKIP Jakarta."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS KERJA

TENAGA EDUKATIF IKIP JAKARTA

(Suatu Studi Deskriptif Analitis tentang Produktivitas

Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Dosen IKIP Jakarta)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

syarat memperoleh Magister Kependidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

DRA. UNIFAH ROSYIDI NIM: 9032202

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(2)

DISETUJUI SEBAGAI BAHAN UJIAN TAHAP II OLEH TIM PEMBIMBINQ:

PROF. DR. ACHMAD SANUSI, S.H., MPA.

PEMBIMBINQ I

'^tt^Y"

DR. ABDUL AZIS WAHAB, M.A.

(3)

ABSTRAK

PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA EDUKATIF IKIP JAKARTA:

Studi tentang Produktivitas Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Tenaga Edukatif IKIP Jakarta

Oleh:

Unifah Rosyidi

Pendidikan memiliki peran sangat strategis dalam

pengembangan sumber daya manusia, untuk itu peningkatan

kualitas pendidikan terutama pendidikan tinggi merupakan sarana kunci bagi pembangunan bangsa; sebab jenjang

pendidikan ini berorientasi pada penyiapan tenaga kerja

yang berkemampuan akademis dan atau profesional.

Pada kenyataannya, pendidikan tinggi sebagaimana pendidikan lainnya menghadapi berbagai masalah yang inti-nya bertumpu pada produktivitas pendidikan yang masih

rendah. Produktivitas pendidikan ini tidak dapat

dilepas-kan dari produktivitas kerja personilnya, dalam hal ini adalah tenaga edukatif yang berperan sangat nyata dalam peningkatan kualitas output pendidikan tersebut. Berdasar

kan pemikiran.ini, penulis tertarik untuk meneliti apa dan

bagaimana produktivitas kerja tenaga edukatif IKIP Jakarta

beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sesuai dengan sifatnya sebagai studi deskriptif analitis, penelitian ini menggunakan pendekatan

kualita-tif dengan studi kasus pada tenaga edukatif IKIP Jakarta. Adapun yang dijadikan sebagai nara sumber adalah: (1) Rek

tor dan Pembantu Rektor I IKIP Jakarta, (2) Dekan dan

(4)

X I

Pembantu Dekan I, (3) Ketua Lembaga Penelitian, (4) Ketua

Pusat Pengabdian Pada Masyarakat, (5) Kepala Biro

Kepega-waian, (6) Kepala Biro Administrasi Umum dan Akademik,

(7) dosen dari tiap fakultas berjumlah 4 orang dan maha

siswa .

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi; yang dilakukan dari

ori-entasi hingga eksplorasi berlangsung secara intensif dari

bulan Februari hingga September 1992. Alat pengumpul

datanya adalah peneliti sendiri (human instrument) dibantu dengan tape recorder, kamera foto dan buku catatan.

Se-dangkan analisis datanya dilakukan melalui prosedur:

(a) reduksi data, (b) display data, (c) verifikasi dan

(d) pengambilan kesimpulan.

Hasil analisis data ditemukan bahwa, produktivitas

kerja tenaga edukatif IKIP Jakarta baik secara

kuantita-tif maupun kualitatif dalam menjalankan keseluruhan bidang

tugasnya, yakni: pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sangat beragam, namun secara keseluruhan

belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut

dapat dilihat melalui: produktivitas mengajar, penelitian

dan pengabdian pada masyarakat, kualifikasi akademik dan

pengembangan profesional.

Dalam pengajaran, secara kuantitatif tenaga eduka

tif IKIP Jakarta telah menunjukkan produktivitasnya, hal

(5)

X l l

yakni di atas beban minimal 12 SKS; jumlah kehadiran dalam

kuliah di atas 75 %, membuat SAP dan melaksanakan PBM

dan

evaluasi

sebagaimana terjadwal. Sayangnya hal

ini

belum

dibarengi dengan produktivitas mengajar secara kualitatif.

Indikatornya

dilihat dari: kesiapan

mengajar,

kemampuan

penguasaan

materi,

pemilihan

referensi

yang

memadai,

penguasaan

metodologi, pelaksanaan evaluasi dan

teramati

melalui

profil penampilan mengajar.

Tugas

penelitian meliputi: penelitian, menulis

dan

menerjemahkan

buku dan artikel yang dipublikasikan,

ber-peran

aktif sebagai pemrasaran dalam

berbagai

pertemuan

ilmiah;

secara kuantitatif maupun kualitatif

produktivi

tas

kerjanya sangat variatif, tetapi

secara

keseluruhan

masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah karya

ilmiah yang dihasilkan selama tiga tahun terakhir. Khusus

nya

dalam

penelitian, kualitasnya

dapat

dilihat

dari:

permusan

masalah,

kemampuan metodologis

dan

pembahasan

hasil penelitian.

Produktivitas kerja tenaga edukatif dalam pengabdi

an pada masyarakat secara kuantitatif dan kualitatif

juga

masih kurang. Hal tersebut ditandai dengan: jumlah

kegiat-tan

yang

dihasilkan selama tiga

tahun

terakhir,

serta

bentuk kegiatannya belum sepenuhnya meraperhatikan

standar

mutu

seperti: relevansi bentuk kegiatan dengan

kebutuhan

masyrakat, sikap dan tanggung jawab dosen dan kebermaknaan

(6)

X l l l

Hingga pertengahan tahun 1992 komposisi

kualifi-kasi akademik dosen IKIP Jakarta lulusan SI = 66,63 %, S2

= 24 % dan S3 = 9,47 %. Artinya IKIP Jakarta belum

mampu memenuhi target pendidikan minimal dosen yakni S2. Hal ini berimplikasi pada upaya peningkatan produktivitas

kerja dosen yang secara kualitatif masih tersendat.

Dalam pengembangan profesional tenaga edukatif yang

meliputi: studi lanjut, studi non gelar dan pengembangan pribadi belum dapat menjangkau keseluruhan tenaga eduka

tif. Dari berbagai fakta di atas, dapat diartikan bahwa

produktivitas kerja tenaga edukatif IKIP Jakarta baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat bervariasi,

belum menyeluruh dan masih rendah.

Adapun faktor yang mendukung dan menghambat produk tivitas kerja tenaga edukatif diidentifikasi dalam faktor

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: tingkat

pendidikan, motivasi, kepuasan kerja, keluarga, komitmen

dan etos kerja. Sedangkan faktor eksternal _ mencakup:

tingkat penghasilan, iklim kerja, fasilitas, hubungan

interpersonal dan kep.emimpinan.

Untuk meningkatkan produktivitas kerja tenaga eduka

tif IKIP Jakarta disarankan untuk: (1) Untuk jangka

pan-jang, diberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi tenaga

(7)

X I V

pengembangan sumber daya, dalam hal ini dosen secara

terprogram, jelas dan berorientasi pada peningkatan mutu

akademik, (3) program jangka pendek, memberikan kesempa

tan yang merata dan sedapat mungkin menjangkau keseluruhari

tenaga edukatif untuk meningkatkan kemampuan dirinya

melalui berbagai kursus, penataran dan latihan ketrampi

Ian, (4) pengawasan dan pembinaan yang lebih ketat dalar'i

pelaksanaan pengajaran, terutama standarisasi pembuatan

SAP, penguasaan materi dan metodologi dan kemampuan

mengembangkan alat penilaian yang mencerminkan penguasaan

hasil belajar mahasiswa dan obyektivitas penilaian, (5/

diciptakan iklim yang kondusif dan kompetitif untuk me

rangsang tumbuhnya budaya akademik melalui pengadaan

fasilitas yang memadai, kepemimpinan yang aspiratif,

pertalian kolegial yang memungkinkan kerja sama, diskus.

dan pertukaran informasi dan (6) adanya program yan^

jelas, distribusi yang merata, serta mekanisme pengawasar,

yang memadai dalam pelaksanaan tugas pengabdian pad-;

masyarakat. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untu/ meneliti lebih jauh f aktor-f aktor yang mendukung da.-. menghambat produktivitas kerja dosen dan membandingkanny;;

dengan produktivitas kerja tenaga edukatif di perguruar.

tinggi lain.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .

1

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...

111

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

vi

ABSTRAK

XI

DAFTAR ISI . . .

x v

DAFTAR TABEL ..

x v m

DAFTAR GAMBAR ....

x i x

DAFTAR LAMPIRAN

x x

BAB I

: PENDAHULUAN

±

A. Latar Belakang

2

B. Permasalahan

-j_q

C. Pertanyaan Penelitian

14

D. Fokus Penelitian

20

E. Tujuan Penelitian

20

F. Kegunaan Penelitian

21

BAB II : PRODUKTIVITAS TENAGA EDUKATIF

22

A. Konsep Produktivitas Secara Umum

22

(9)

X V 1

B.

Produktivitas Pendidikan

26

C.

Produktivitas Tenaga Edukatif

29 v

D.

Pengukuran Produktivitas

36 ^

E.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Produktivitas Kerja

58 v/

F. Pengembangan Sumber Daya Manusia

dalam Administrasi Pendidikan

80

G.

Penelitian yang relevan

85

BAB III : PROSEDUR PENELITIAN

g0

A.

Metode Penelitian

go

B.

Sampel Penelitian

go

C.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

...

92

D.

Langkah-langkah Penelitian

g5

E.

Prosedur Analisis Data

gg

F.

Validasi Temuan Penelitian

100

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

105

A. Produktivitas Kerja Dosen IKIP JAKARTA .. 105

1.^Produktivitas Pendidikan dan

Peng-*aj aran

105

2. Produktivitas Penelitian 147

4.

Produktivitas Pengabdian Pada Masya

rakat ig]_

5. Kualifikasi Akademik 172

6. Pengembangan Profesional 175

B.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produk

tivitas Kerja 18g

1. Faktor Internal 186

(10)

X V 1 1

t

BAB

)V : KESIMPULAN DAN SARAN

211

A. Kesimpulan 211

B. Saran 225

V DAFTAR PUSTAKA 236

LAMPIRAN-LAMPIRAN 241

RIWAYAT HIDUP PENULIS 255

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Jumlah tenaga akademik IKIP Jakarta menurut menurut Fakultas dan Pendidikan Tertinggi

keadaan Maret 1992. 9

1.2. Jumlah tenaga akademis IKIP Jakarta menurut Fakultas dan Golongan/Ruang keadaan oktober

1992. 10

4.1. Jumlah Dosen yang mengikuti program Pendi

dikan Pasca Sarjana keadaan Juni 1992. 172

4.2. Penelitian yang dilaksanakan tenaga eduka

tif IKIP Jakarta keadaan tahun 1989-1992. 150

4.3. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat tenaga

edukatif IKIP Jakarta keadaan tahun

1989-1992. 163

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ruang lingkup Penelitian 20

2. Underdevelopment Trap 73

3. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 83

4. Kerucut Produktivitas Pendidikan 148

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagaimana negara lain, tidak dapat

melepaskan diri dari pengaruh globalisasi yang melanda dunia, terutama dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Globalisasi ini menyebabkan kehidupan manusia lebih dinamis dan penuh tantangah, cepat berubah dan bahkan penuh ketidakpastian. Untuk itu diper-lukan manusia yang mempunyai kemampuan untuk mengerti dan

mengatasi situasi, mengantisipasi perkembangan berdasarkan

ilmu pengetahuan, mengakomodasi dalam pengertian

mengem-bangkan

suatu sikap untuk tetap bisa menguasai

perubahan

dan tidak tenggelam dalam perubahan serta mereorientasi

sikap

dan

nilai-nilai budaya

yang

berkembang

demikian

cepat sebagai pengaruh dari globalisasi tersebut

(Maka-giansar,

1990: 5). Dengan kata lain kunci untuk menghadapi

era globalisasi tersebut adalah kualitas sumberdaya manu

sia yang harus terus ditingkatkan. Oleh karena itu men

jadi tuntutan yang wajar apabila kualitas sumberdaya manusia dijadikan prasyarat pembangunan jangka panjang

kedua (Soeharto, 1991).

Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sum

berdaya

manusia

tersebut

adalah

pendidikan

(Sayidiman

(14)

pengembangan sumber daya manusia, yang merupakan faktor

paling penting dalam pembangunan nasional. Bahkan pen

didikan dapat dikatakan sebagai wahana yang paling

strate-gis karena diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda yang sadar iptek, kreatif dan memiliki solidaritas-etis sebagai gambaran manusia Indonesia masa depan (Oetama,

1990: 110).

Isu peningkatan kualitas manusia juga menjadi sorot-an dalam SISDIKNAS, yang sesungguhnya merupakan suatu mata rantai dari upaya pemerintah untuk meningkatkan produk

tivitas nasional. Hal itu karena dalam memasuki dinamika

pembangunan masa mendatang, menuntut perbaikan produktivi

tas kerja di segala bidang, yang hanya mungkin dipenuhi

dengan perbaikan berbagai profesi, yang dihasilkan dari

lembaga pendidikan.

Adapun makna filosofis dari peningkatan produktivi

tas itu adalah usaha untuk mempersiapkan sikap mental

bangsa yang tercermin dalam keinginan dan upaya manusia

t

untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan

peng-hidupan di segala bidang (Aigners, dalam Hidayat, 1991: 5); juga sebagai sikap mental yang berpandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini (Simanjuntak, dalam Ravian-to, 1985: 12). Dengan kata lain upaya peningkatan produk

tivitas nasional tersebut merupakan upaya untuk menumbuh-kan semangat optimistik, yaitu melihat kesempatan dalam

(15)

Manusia Indonesia yang berkualitas, merupakan cermin

kepribadian yang baik, yang pada dasarnya manifestasi dari

manusia Indonesia yang produktif.

Biasanya ditandai dengan

kreatifitas

yang tinggi dan mempunyai

kemampuan

mandiri

untuk

menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya

dan

atau orang lain, juga tidak tergantung pada prasarana

dan

lapangan kerja yang tersedia.

Usaha untuk mewujudkan manusia produktif seperti di atas tidak dapat lepas dari peran pendidikan, terutama

jenjang

pendidikan tinggi. Sebab jenjang

pendidikan

ini

berorientasi pada penyiapan tenaga kerja yang berkemampuan

akademis dan atau profesional (UU No. 30/1990 Bab II Pasal

2

ayat

1).

Dengan demikian

pendidikan

tinggi

menjadi

sarana

kunci bagi pembangunan bangsa; dan untuk

itu

ke-pedulian terhadap peningkatan kualitas jenjang

pendidikan

ini

menjadi

keharusan yang mendesak agar

keluaran

yang

dihasilkan menjadi investasi sumberdaya manusia yang

benar-benar bernilai.

Dalam proses mewujudkan keluaran pendidikan tinggi

yang

berkualitas,

perguruan tinggi dengan berbagai

unsur

di dalamnya mempunyai peran yang strategis karena

lembaga

ini

merupakan

pelaksana

operasional

pendidikan

tinggi

tersebut.

Tetapi

pada

kenyataannya,

perguruan

tinggi

sebagaimana lembaga pendidikan lainnya menghadapi berbagai

masalah

yang

intinya bertumpu

pada

produktivitas

pen

didikan yang masih rendah. Hal itu ditandai,

antara

lain,

(16)

(2) pendidikan yang belum relevan dengan kebutuhan pem bangunan akan tenaga terampil, dan (3) manajemen pendidik

an yang belum tertata secara efisien (Tilaar, 1991: 5). Engkoswara (1992: 1-2) juga mengemukakan bahwa

permasalahan pokok pendidikan di Indonesia dewasa ini dan masa mendatang berkisar pada kualitas produktivitas pen didikan nasional yang masih harus ditingkatkan, baik dari

segi prestasi maupun dari segi proses atau kemampuan untuk

bertumbuh yang belum mantap. Permasalahan ini sebenarnya

sudah diidentifikasi oleh Ditjendikti dengan laporan hasil

evaluasinya yang menyatakan bahwa salah satu masalah yang

dihadapi perguruan tinggi di Indonesia adalah rendahnya

produktivitas pendidikan tinggi (Amirudin, 1978: 14).

Seperti diketahui, perguruan tinggi sebagai suatu

sistem terdiri dari unsur-unsur: masukan, proses, keluar

an, dan balikan. Unsur masukan penting yang perlu

di-perhatikan dalam perguruan tinggi antara lain adalah:

personil, fasilitas dan dana.

Suatu kenyataan bahwa tanpa dana yang cukup akan

susah untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu,

apalagi untuk pendidikan tinggi yang memerlukan banyak

fasilitas. Meskipun disadari bahwa dana yang cukup

bukan-lah suatu jaminan bagi peningkatan mutu pendidikan (Gaf-far, 1991: 61). Akan tetapi suatu prinsip yang perlu

dipegang, apabila bertekad untuk melancarkan kebijakan atau program-program pendidikan yang lebih bermutu, lebih

(17)

(Sanusi, 1989). Hal ini selaras dengan studi yang dilaku

kan Suryadi (1990: 10), yang melaporkan bahwa guru,

fasi-litas/alat pelajaran dan dana merupakan indikator mutu pendidikan. Dengan kata lain untuk mecapai produktivitas keluaran pendidikan, baik kualitatif maupun kuantitatif sangat dibutuhkan antara lain: tenaga pengajar yang

profesional, fasilitas yang memadai dan dana yang cukup.

Dari ketiga komponen tersebut, bagaimanapun tenaga pengajar merupakan komponen yang paling strategis dalam pengembangan pendidikan tinggi. Fasilitas yang lengkap sekalipun, dana yang banyak dan program pendidikan yang berkualitas menjadi tidak bermakna tanpa didukung oleh pengajar yang cakap dan produktif. Dalam hal ini Oteng

Sutisna (1983: 109) melukiskan pentingnya tenaga pengajar dalam pendidikan seperti berikut:

Kualitas program pendidikan bergantung tidak saja pada konsep-konsep program yang cerdas tapi juga pada personil pengajar yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang cakap dan efektif, program pendidikan yang dibangun atas konsep-konsep yang cerdas serta dirancang dengan

teli-tipun dapat tidak berhasil.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Kubr (1986: 17-18), yang secara kritis memandang kualitas berbagai sektor dalam organisasi pada kenyataannya secara intrinsik bertumpu pada kualitas manusiawinya. Jadi perlu disadari,

untuk mencapai keluaran pendidikan yang berkualitas dan produktif perlu didukung oleh pengajar yang cakap, profe

(18)

Personil pengajar yang produktif seperti di atas bahkan menjadi syarat mutlak bagi IKIP, sebab IKIP merupa

kan lembaga yang berfungsi mendidik tenaga-tenaga yang berkecimpung dalam bidang pendidikan; suatu bidang yang

langsung berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya

manusia.

Hal tersebut disadari benar oleh IKIP Jakarta, yang

pada tanggal 1 Mei lalu genap berusia 28 tahun. Sebagai

lembaga pendidikan tinggi, usia itu seperti gadis muda yang beranjak dewasa, yang berusaha bersolek dan berbenah diri untuk menghadapi tantangan kehidupan masa depan. Sehubungan dengan ini, ada dua hal yang terus diupayakan

kemajuannya, yaitu : (1) pembinaan sistem dari keseluruhan unit-unit pelaksana tri dharma perguruan tinggi dan (2) pembinaan personil. Keduanya dituangkan dalam

garis-garis besar Rencana Induk Pengembangan IKIP Jakarta.

Selanjutnya dalam mengantisipasi dinamika dan per ubahan terdapat 3 prioritas pengembangan yakni: (1) jangka pendek (1-3 tahun), yang ditujukan untuk mengantisipasi dan menampung program kerja keseluruhan unit pelaksana teknis Tri Dharma IKIP Jakarta, (2) jangka menengah (3-5 tahun), lebih menekankan pada pengembangan program akade mik pada strata tertentu, penataan fakultas, jurusan dan

program studi dan pembenahan kurikulum serta pengembangan

kerja sama, dan (3) jangka panjang, difokuskan pada pe-nyusunan kaidah dasar institusi dengan rumusan kebijakan Mendikbud c.q. Dirjen Dikti dengan kebutuhan pembangunan

(19)

Misi yang diemban IKIP Jakarta yaitu untuk meng

hasilkan tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan

akademik dan profesional yang relevan dengan tuntutan

pelaksanaan fungsi sistem pendidikan nasional yang selalu

berkembang, serta mengembangkan ilmu pendidikan baik

sebagai hasil ilmu pengetahuan maupun sebagai landasan pendidikan dan keguruan (Pidato Rektor, 1992: 2-7).

Selanjutnya, sesuai dengan arah dan misi itu, IKIP

Jakarta secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan

mutu pendidikan, terutama melalui peningkatan kualitas pengajarnya, melalui berbagai program yang antara lain: (1) menyiapkan tenaga pendidik yang memiliki kemampuan

akademik dan atau profesional untuk melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan, (2) melaksanakan penelitian untuk menghasilkan

berbagai temuan bermakna teoritis dan praktis di bidang

pendidikan, baik untuk jalur pendidikan sekolah atau luar

sekolah dan (3) mengembangkan program pengabdian pada masyarakat dalam rangka mengamalkan hasil penelitian,

ilmu, teknologi dan seni guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Langkah nyata untuk merealisasikan tujuan tersebut adalah melakukan program pembinaan ke dalam dan ke luar, yakni: (a) membuka kesempatan seluas-luasnya bagi dosen

untuk belajar S-2 dan S-3 di dalam atau di luar negeri,

(b) program alih kepakaran yang diharapkan dapat

(20)

trans-8

formasi ilmu pengetahuan antara dosen senior atau yang kompeten dalam bidangnya dengan mereka yang masih

memerlu-kan pembinaan, (c) program penggalangan semangat kompeten-si untuk berprestakompeten-si, misal melalui sayembara ilmiah yang melibatkan mahasiswa, dosen dan masyarakat luas, (d) ber

bagai program penataran di dalam kampus,

misalnya

applied

approach,

penataran penelitian tingkat pemula dan

lanjut-an, (e) program pembinaan Bahasa Inggris agar IKIP Jakarta tetap memiliki tradisi pengembangan akademik yang maju dan

kontributif terhadap pembentukan masyarakat ilmiah,

(e) program studiun generale sebagai forum mimbar akademik terbuka yang menghadirkan para tokoh, negarawan dan ilmu-wan yang dimaksudkan untuk memperluas perspektif akademik

dosen dan mahasiswa dan (f) menjalin kerja sama dengan

berbagai fihak.

Sedangkan tugas pokok dosen IKIP Jakarta menyangkut: (a) pendidikan dan pengajaran, (b) penelitian dan pe ngembangan ilmu, (c) pengabdian pada masyarakat, (d) pembinaan civitas akademika dan (e) administrasi dan manajemen. Beban tugas tersebut dinyatakan dalam

Ekiva-lensi Waktu Mengajar Penuh (EVMP) yang setara dengan 33

jam kerja per-minggu atau 12 SKS dihitung dalam tiap

semester.

Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan sejauh

nana produktivitas dosen IKIP Jakarta dalam melaksanakan tugas di atas, baik dilihat dari kuantitas ataupun kuali-tasnya dan kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(21)

edukatif dan tugasnya, perlu disampaikan untuk mendapat-kan gambaran faktual, seperti berikut.

Tabel 1.1

JUMLAH TENAGA AKADEMIK IKIP JAKARTA MENURUT FAKULTAS DAN PENDIDIKAN TERTINGGI

KEADAAN MARET 1992

FAKULTAS

PENDIDIKAN TERTINGGI

JUMLAH

S-l S-2 S-3

FIP FPBS FPMIPA FPIPS FPTK FPOK PGSD 124 128 80 160 123 57 21 31 24 11 15 11 6 14 10 5 3 9 9 169 162 96 178 143 72

JUMLAH 672 98 50 820

Sumber : Diolah dari Laporan Tahunan IKIP JAKARTA 1 April 1991 sampai 21 Maret 1992

Apabila ditinjau secara keseluruhan, maka komposisi

tenaga edukatif yang berpendidikan SI masih sangat

men-dominasi, yakni 672 dosen atau 81,95 %. Adapun yang ber

pendidikan S2 .berjumlah 98 dosen atau 11,95 % dan yang berpendidikan S3 hanya 50 dosen, atau 6,09 %.

Komposisi dosen tersebut apabila ditinjau dari segi

(22)

Tabel 1.1

JUMLAH TENAGA AKADEMIS IKIP JAKARTA

MENURUT FAKULTAS DAN GOLONGAN/RUANG KEADAAN OKTOBER 1991

FAKULTAS

GOLONGAN/RUANG

JUMLAH

III IV

a b c d a b c d e

FIP 40 22 18 18 20 30 9 5 2 164

FPTK 54 18 28 6 17 7 4 2 - 136

FPIPS 24 21 23 22 55 21 11 - 2 179

FPBS 39 24 28 19 24 13 11 4 1 163

FPMIPA 26 8 13 13 15 14 6 1 - 96

FPOK 27 7 7 3 5 7 14 1 1 72

PGSD 4 13 6 3 5 — — — — 31

JUMLAH 214 113 123 84 141 92 55 13 6 841

1 0

Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan IKIP JAKARTA Tahun 1991

Data dalam tabel di atas mencerminkan bahwa sebanyak

63,50 % dosen IKIP Jakarta mempunyai golongan I I I , dan

sebanyak 36,50 % bergolongan IV. Artinya komposisi dosen

yang lebih banyak di sekitar golongan III, memerlukan

pembinaan yang sungguh-sungguh dari golongan di atasnya,

agar mereka dapat meningkatkan kemampuan akademisnya yang

berimplikasi terhadap produktivitas kerja dosen yang

semakin meningkat.

B. Permasalahan

Isu tentang produktivitas pendidikan tinggi yang

rendah menunjukkan adanya sesuatu yang kurang dalam

pe-nyelenggaraan perguruan tinggi, terutama berkaitan dengan

(23)

• 11

Helmut Weber menunjukan kualitas dosen di Indonesia rata-rata masih rendah dan mereka belum sanggup bersaing. Hal

ini

disebabkan jumlah pengajar berpendidikan S2/S3

hanya

20

%

dan sebagian besar belum memenuhi kebutuhan

terhadap

pengetahuan

dan pemikiran yang bersifat

ilmiah

(Kompas,

1992: VI).

Gejala

tersebut

juga terjadi dalam

lingkup

mikro

seperti

IKIP Jakarta. Dari studi pendahuluan terhadap

27

dosen

menunjukkan

bahwa

produktivitas

tenaga

pengajar

belum memuaskan atau belum mempunyai sikap dan laku budaya

produktif

yang mantap. Hal ini tampak dalam

bidang

pen

didikan

dan

pengajaran,

yang

mencakup

proses

belajar

mengajar dan pemanfaatan fasilitas; sebagian besar

(57,15

%)

berproduktivitas sedang sampai rendah, hanya

28,57

%

yang

berproduktivitas tinggi. Sementara itu dalam

bidang

penelitian

menunjukkan sebanyak 57,14 %

berproduktivitas

rendah,

28,57%

sedang dan hanya 14,29%

yang

produktif.

Dalam bidang pengabdian pada masyarakat didapat skor 28,57

%

berproduktivitas

rendah,

57,14 % sedang

dan

14,29

%

tinggi. Fenomena di atas menggambarkan bahwa produktivitas

tenaga edukatif IKIP Jakarta masih menemui berbagai

masa-lah.

Adapun

dari hasil

wawancara dengan mahasiswa

juga

menunjukan,

bahwa banyak dosen yang kurang

memahami

isi

pengetahuan

yang

disampaikan, sehingga

pengajaran

yang

(24)

berbeda dengan pendapat atau pemikirannya. Hal ini sejalan

dengan pendapat Taufik Abdullah (1978: 41) bahwa pengajar

an di universitas kurang merangsang kreativitas, bergaya otoriter karena dosen lemah pada penguasaan ilmu dan tidak

percaya diri. Kondisi demikian diperkuat oleh banyaknya ketidak-puasan mahasiswa terhadap kemampuan dan cara

mengajar dosen.

Dalam kegiatan penelitian, berdasarkan data yang ada

menunjukkan masih terdapat dosen yang kurang memiliki

kemampuan konseptual maupun metodologis. Hal ini terlihat dari kurang bervariasinya teknik analisis data dan keter-lambatan penyelesaian penelitian. Laporan Tengah Tahunan Lembaga Penelitian IKIP Jakarta pada September 1991 menun

jukkan dari 211 penelitian SPP/DPP yang baru selesai hanya

120 penelitian (56,87 %); dan dari 60 penelitian OPF yang

selesai baru 40 atau 66,66 %.

Sementara itu, menurut SK MENPAN No. 59 Tahun 1987 menyebutkan bahwa untuk naik pangkat, dosen harus mengum-pulkan angka kredit (Cummulative Credits Points, atau CCP

atau kum) minimal 25 % dari keseluruhan angka kredit yang dibutuhkan. Sehingga penelitian yang dilakukan lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan angka kredit tersebut ,

atau lebih merupakan konsumsi panitia penilai angka kredit yang hanya berguna bagi kenaikan pangkat, sehingga dinilai penelitian tersebut sebagai sesuatu yang mubazir (G.

Moedjanto dalam Kompas, 7 Oktober 1992: 12). Dengan demi kian penelitian yang dilakukan dosen cenderung kurang

(25)

13

Pengabdian pada masyarakat sebagai salah satu unsur tri dharma perguruan tinggi boleh dikatakan paling kurang mendapat perhatian, karena sifatnya yang hanya sebagai

pelengkap,

dan dengan satu point saja sudah

cukup

untuk

naik pangkat.

Sehingga dosen cenderung untuk

mengabaikan-nya;

apalagi

kegiatan ini lebih sering

dilakukan

dalam

bentuk bakti sosial yang bukan merupakan aplikasi dari hasil penelitian ataupun ilmu kependidikan.

Dari hasil studi pendahuluan di atas mengisyaratkan bahwa IKIP Jakarta masih menghadapi banyak permasalahan

produktivitas kerja tenaga edukatif. Berkenaan dengan

itu

maka permasalahan itu perlu diidentifikasi dengan

merujuk

pada

pertanyaan pokok penelitian yang dirumuskan

seperti

berikut: sejauh manakah produktivitas tenaga edukatif IKIP

Jakarta ?. Pertanyaan pokok ini menyangkut beberapa pokok

persoalan yaitu:

1. Apa yang dilakukan dosen IKIP dalam melaksanakan tugas

nya ?

2. Bagaimana produktivitas kerja tenaga edukatif IKIP

Jakarta ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas dosen

IKIP Jakarta ?

Permasalahan pokok tersebut merupakan acuan pe

nelitian yang perlu dibahas secara rinci, sehingga dapat memberikan gambaran tentang produktivitas dosen secara

(26)

14

C. Pertanyaan Penelitian

Dari

pertanyaan

pokok

di

atas

dapat

diuraikan

pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, seperti dibawah ini:

1. Produktivitas Kerja Tenaga Edukatif IKIP Jakarta

1.1. Apakah

tenaga edukatif IKIP Jakarta produktif

dalam

Bidang Pendidikan dan Pengajaran ?

a. Apa

yang dilakukan tenaga edukatif

IKIP

Jakarta

berkenaan dengan tugas pendidikan dan pengajaran ?

b. Bagaimanakah

produktivitas kerja tenaga

edukatif

dalam pendidikan dan pengajaran ?

1.2. Apakah tenaga edukatif IKIP Jakarta produktif dalam

melaksanakan tugas karya ilmiah ?

a. Karya ilmiah apakah yang dihasilkan tenaga

eduka

tif IKIP Jakarta ?

b. Bagaimanakah

cara

tenaga edukatif

IKIP

Jakarta

menghasilkan karya ilmiah tersebut ?

1.3. Apakah

tenaga edukatif IKIP Jakarta produktif

dalam

melaksanaka'n tugas pengabdian pada masyarakat ?

a. Kegiatan

apakah

yang dilakukan

tenaga

edukatif

IKIP Jakarta untuk membantu masyarakat ?

b. Bagaimanakah cara kegiatan pengabdian pada masya

rakat yang dilakukan tenaga edukatif IKIP Jakarta?

2. Faktor-faktor yang nenpengaruhi produktivitas kerja

2.1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas

(27)

a.

Keadaan pribadi (internal) apa saja yang mendorong

atau menghambat produktivitas tenaga edukatif

IKIP Jakarta ?

b. Hal-hal apa saja yang secara eksternal dapat men dorong atau menghambat produktivitas tenaga eduka

tif IKIP Jakarta ?

Rincian pertanyaan penelitian tersebut dijadikan

arah

yang

diharapkan dapat

memberikan

kejelasan

ruang

lingkup penelitian yang mencakup:

1. Produktivitas kerja tenaga edukatif IKIP Jakarta

Untuk melihat produktivitas kerja tenaga edukatif tidak bisa dilepaskan dari pemahaman tentang karakteristik

produktivitas

kerja

dosen

itu sendiri. Untuk

itu

perlu

dijelaskan dimensi,

unsur,

indikator dan kriteria

produk

tivitas tenaga edukatif dalam keseluruhan bidang tugasnya,

yakni: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdi

an masyarakat.

Dimensi produktivitas mencakup aspek input,, proses, dan produk. Input merujuk kepada aktor/pelaku produktivi tas, yakni tenaga pengajar; proses merujuk kepada bagaima na pencapaian produktivitas (cara); sedangkan produk

berkaitan dengan hasil yang dicapai dosen dalam

menjalan-kan tugasnya.

Indikator

yang menyatakan apakah

pekerjaan

tenaga

edukatif produktif atau tidak, dikembangkan dan

dimodifik-asi

dari individu yang produktif, yaitu:

(a)

tindakannya

(28)

bertang-16

gung jawab, (d) memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan, (e) mempunyai pandangan ke depan, (f) mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri, (f) mempunyai kontribusi positif pada lingkungannya (kreatif, imaginatif

dan inovatif), (g) dan memiliki kekuatan untuk mewujudkan

potensinya (Gilmore : 1974, Erich From: 1975, Fakry

Gaffar: 1987 dan Sanusi: 1992).

Indikator di atas dijadikan pegangan dalam mengukur

tingkat produktivitas kerja dosen, yang secara eksplisit ditinjau dari unsur produktivitas, yakni: kuantitas dan

kualitas pelayanan dosen dalam menjalankan tugasnya. yang

meliputi, (a) pendidikan dan pengajaran, (b) penelitian, (c) pengabdian pada masyarakat, (d) kualifikasi akademik-dan dan (e) pengembangan profesional. Sedangkan kriteria pengukurannya dikembangkan dari masing-masing bidang

tugas dosen, yang diuraikan berikut ini.

;b./Produktivitas dalam Pendidikan dan Pengajaran

Kriteria yang dijadikan tolok ukur produktivitas dalam bidang ini meliputi:

(1) Perencanaan/persiapan pengajaran mencakup: pembuatan

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan persiapan tertulis lainnya, tujuan pengajaran, referensi yang relevan,

metoda yang digunakan, dan evaluasi hasil belajar. (2) Pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi: jumlah

kehadiran, penguasaan materi, metodologi, media pen

(29)

(3) Pelaksanaan evaluasi hasil belajar meliputi: pemberian

tugas,

penilaian kemampuan sehari-hari, ujian

tengah

semester dan ujian akhir semester.

(4) Pelaksanaan tugas bimbingan, yakni bimbingan

akademis

dan bimbingan pembuatan karya ilmiah.

(5) Pelaksanaan

administrasi

akademik,

tanggung

jawab

adminsitratif

dosen dalam pengajaran,

karya

ilmiah,

pengabdian pada masyarakat dan bimbingan.

Melalui

kriteria di atas dan didasarkan

data

yang

ditemukan di lapangan, terungkap profil yang menggambarkan

produktivitas tenaga edukatif dalam bidang pendidikan

dan

pengajaran.

c. Produktivitas dalam Penelitian

Kriteria

yang

dijadikan tolok

ukur

produktivitas

pembuatan

penelitian

secara

kuantitatif

dilihat

dari

berbagai kegiatan yang dilaksanakan tenaga edukatif selama

tiga

tahun

terakhir,

yakni:

jumlah

penelitian,

buku,

makalah dan artikel yang dipublikasikan atau dibuat

untuk

kalangan sendiri, intensitas mengikuti berbagai

pertemuan

ilmiah di dalam dan di luar negeri, baik sebagai

pemrasa-ran maupun sebagai peserta.

Adapun untuk melihat kualitas produktivitas

peneli

tian

adalah ditinjau dari karakteristik penulisan

ilmiah

yang baik dan benar, yang didalam penyusunannya terkandung

adanya: 1) perumusan masalah, kejelasan

tema, tujuan

dan

(30)

dengan permasalahan; dan 3) pembahasan hasil peneliti

a n

d. Produktivitas dalam Pengabdian Pada Masyarakat

Kriteria

yang

dijadikan tolok

ukur

produktivitas

kegiatan pengabdian pada masyarakat tenaga edukatif selama

tiga

tahun

terakhir

ini

secara

kuantitatif

meliputi:

berbagai kegiatan dalam bentuk menatar, latihan

ketrampi-lan,

penyuluhan,

undangan ceramah atau

bentuk

kegiatan

pengabdian

yang

lain. Adapun tolok

ukur

kegiatan

yang

bersifat

kualitatif

adalah: relevansi

bentuk

kegiatan,

sikap

dan tanggung jawab dan kebermaknaan kegiatan

untuk

kebutuhan masyarakat.

d. Kualifikasi akademik

Kualifikasi

akademik dijadikan kriteria

pengukuran

produktivitas

kerja

dosen dengan asumsi

semakin

tinggi

kualifikasi akademik, maka makin produktif tenaga edukatif

dalam

melaksanakan

tugasnya. Hal

tersebut

dikarenakan:

makin

tingginya penguasaan ilmu, wawasan dan

pengalaman

akademik.

e. Pengembangan Profesional

Produktivitas

kerja

tenaga

edukatif

tidak

dapat

dilepaskan dari pengembangan profesional dosen, baik

yang

dilakukan

secara lembaga maupun individual. Dilihat

dari

sudut lembaga, pengembangan profesional meliputi kegiatan:

1)

studi lanjut pada program Pasca Sarjana untuk

tingkat

(31)

me-19

liputi berbagai penataran, kursus, training, program

alih

kepakaran dan pengiriman ke berbagai pertemuan ilmiah yang

bersifat

nasional

maupun internasional, dan

3)

pengem

bangan

pribadi meliputi: disiplin, obyektif,

menumbuhkan

sikap

positif mahasiswa dan memiliki komitmen moral

yang

tinggi.

2. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

produktivitas

kerja

tenaga edukatif IKIP Jakarta.

Produktivitas

kerja

seseorang

tidaklah

berdiri

sendiri,

ia akan terkait pada keadaan dan kemampuan

diri

nya

dalam

bekerja dan juga diwarnai oleh

lingkungan

di

sekitarnya. Dua hal tersebut diidentifikasi sebagai faktor

internal

dan eksternal yang diduga

berpengaruh

terhadap

produktivitas

kerja

dosen. Dengan

demikian

kriterianya

diturunkan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Indikator dari faktor ini dapat dilihat dari tingkat

pendidikan,

motivasi, kepuasan kerja,

komitmen

dan

etos

kerja.

b. Faktor Eksternal

Faktor

ini

ditinjau

dari

tingkat

penghasilan,

keluarga,

fasilitas,

iklim kerja, hubungan antar

manusia

(32)

D. Fokus Penelitian

Dari latar belakang, permasalahan dan pertanyaan

penelitian di atas maka fokus penelitian ini dapat

di-ambarkan dalam bentuk bagan seperti berikut ini.

1

FAKTOR INTERNAL '

PRODUKTIVITAS TENAGA EDUKATIF

IKIP JAKARTA

* Mengajar

* P e l a k s a n a a n P e n e l i t i a n

* Pengabdian pada Masyarakat

T7AJTTnD TTITQT'PRHAT.

i I.

Gambar 1

RUANG LINGKUP PENELITIAN

PRODUKTIVITAS TENAGA EDUKATIF IKIP JAKARTA

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Studi ini bertujuan untuk mengetahui secara des

kriptif dan analitis produktivitas kerja tenaga edukatif

IKIP Jakarta beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(33)

2. Tujuan Khusus

Untuk memdapat gambaran yang lebih rinci maka tujuan di atas dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan khusus

berikut ini:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis bentuk produktivitas

kerja tenaga edukatif di lingkungan IKIP Jakarta.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis proses atau cara

produktivitas kerja tenaga edukatif IKIP Jakarta.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas kerja dosen IKIP Jakarta.

d. Memberikan sumbangan praktis bagi perbaikan produktivi

tas kerja tenaga edukatif IKIP Jakarta.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini secara teoritis ditujukan

untuk memperkaya kajian tentang Administrasi Pendidikan

pada umumnya, dan produktivitas kerja khususnya. Hasilnya

secara praktis dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam

rangka meningkatkan produktivitas kerja tenaga edukatif

IKIP Jakarta. Hal ini selaras dengan misi dan tujuan IKIP Jakarta, yaitu peningkatan mutu pendidikan melalui tenaga

pengajarnya.

(34)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

„A.

Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

produkti

vitas

tenaga edukatif IKIP Jakarta beserta faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Dengan kata lain fokus kajian

pene

litian ini yaitu perilaku manusia) Metode yang tepatuntuk

itu adalah metode kualitatif; yakni metode yang ditujukan

untuk

memahami

perilaku

manusia dari

sudut

si

pelaku

sendiri (Guba, 1987: 19-20; Nasution, 1988: 10).

Karakteristik penelitian kualitatif, menurut

Bogdan

dan Biklen (1982: 27-30), meliputi: (a) sumber data lang

sung dalam situasi yang wajar, dimana peneliti

sebagai

instrumen utama, (b) bersifat deskriptif, (c) mengutamakan

Proses

daripada

produk

atau hasil,

(d)

analisis

data

secara induktif, dan (e) mengutamakan makna.

Sementara

itu Nasution (1988:

9-U)

mengungkapkan

karakteristik

tersebut

lebih terperinci

lagi,

yakni:

(a)

sumber data ialah situasi yang wajar

atau

"natural

setting", (b) peneliti sebagai instrumen utama, (c) sangat

deskriptif,

(d) mementingkan proses maupun produk,

(e)

mencari makna, (f) mengutamakan data langsung atau

"first

hand",

(g) triangulasi, (h) menonjolkan rincian

konteks-tual, (i) subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama

(35)

ve-91

rifikasi, (1) sampling yang purposive, (m) menggunakan "audit trail", (n) partisipasi tanpa mengganggu, (o) mengadakan analisis sejak awal penelitian.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disarikan bahwa metode penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri pokok:

(1)

pengambilan

data

dilakukan

dalam

suasana

sewajar

mungkin tanpa manipulasi situasi;

dengan peneliti

sebagai

instrumen utama, (2) sampel bersifat purposive yakni diambil sesuai dengan fokus kajian, yang dapat memberikan

informasi setuntas mungkin (redundant) dengan tidak

me-mentingkan jumlahnya, (3) hasil penelitian berupa

deskrip-si,

yang

lebih

mengutamakan

proses

daripada

produk,

(4)

analisis

data dilakukan secara terus

menerus

untuk

mencari makna yang bersifat kontekstual atau sesuai dengan

persepsi

subjek

yang diteliti,

(5)

kesimpulan

ditarik

melalui proses verifikasi dan triangulasi.

Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat

dikemuka-kan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan peneli

tian ini, antara lain: (1) sampel atau nara sumber,

(2)

teknik

dan instrumen pengumpul

data,

(3)

langkah-langkah penelitian,

(4) prosedur analisis data,

(5)

vali-dasi temuan penelitian.

B. Sampel Penelitian

(36)

karak-92

teristik

yang berkaitan dengan produktivitas

dosen

ter

sebut. Untuk itu sampel yang cocok bersifat purposif,

yakni

berdasarkan tujuan penelitian dan mampu

memberikan

ketuntasan informasi tentang produktivitas dosen yang

dibutuhkan.

Untuk memenuhi kriteria di atas, terlebih dahulu

penulis

mengadakan

studi

pen^ajagan

dengan

observasi-,

penyebaran

angket

dan wawancara pendahuluan

dengan

se

jumlah

dosen, yang merupakan titik awal.

untuk

penarikan,

sampel.

Akhirnya sampel yang memenuhi

tujuan

penelitian

r/-^-dipilih

dari tenaga edukatif seluruh fakultas

(SI)

yang

ada

di lingkungan IKfP~ Jakarta, yaitu: FIP, FPBS,

FPIPS,

FPMIPA, FPOK dan FPTK.

Untuk mempertajam analisis,

setiap

fakultas dipilih tiga orang tenaga pengajar, yang mem

punyai

kecenderungan sangat produktif, sedang

dan

tidak

produktif.

Untuk kepentingan triangulasi digunakan pula nara

sumberyang

meliputi:

(a) Unsur

Pimpinan:

Rektor

dan

Pembantu Rektor, (b) Unsur Pembantu Pimpinan: Para Kepala

Biro,

(c) Pimpinan Fakultas,

(d) Pimpinan

Lembaga

dan

(e) Mahasiswa.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan

teknik

pengumpulan data yang sesuai dengan karakteristik

peneli

tian kualitatif. Dalam hal ini teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah studi dokumentasi,

wawancara,

dan

(37)

93

observasi. Ketiga teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan

data yang saling melengkapi dan menunjang.

Studi dokumentasi digunakan untuk melacak berbagai hal yang berkaitan dengan produktivitas tenaga pengajar, misalnya- kebijakan tentang pengembangan tenaga edukatif,

Rencana Induk Pengembangan (RIP), beberapa pidato rektor

dalam aeara wisuda, buku panduan tentang pelaksanaan dan

hasil tri dharma perguruan tinggi, kertas kerja dan

lapo-ran kegiatan mengajar dosen serta berbagai buletin dan

penerbitan ilmiah yang tersebar di berbagai fakultas.

Studi dokumentasi ini sangat penting sebagai produk nyata

yang dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang produk

tivitas tenaga pengajar -i&IP Jakarta, sekaligus dapat

digunakan sebagai bahan trianggulasi dan member check

terhadap kebenaran dari keterangan responden.

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 1990: 112) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Kata-kata ini terungkap melalui se-rangkaian wawancara yang telah dipersiapkan secara matang, dari wawancara yang bersifat terbuka hingga wawancara yang

lebih terstruktur (lihat lampiran). Wawancara dengan

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka ditujukan

untuk medapatkan data atau informasi selengkap mungkin; sedangkan wawancara terstruktur lebih ditujukan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada

konteks permasalahan penelitian- dan untuk meyakinkan kebenaran data yang bersifat spesifik. Wawancara yang

(38)

94

responden

sampai jemrh, dalam-penger-tian telah

menemukan

pola produktivitas dan faktor-faktor yang mempengaruh^nya*

sehingga

kalau

wawancara itu diteruskan tidak

ada

lagi

informasi yang mampu memperkaya data penelitian tersebut.

Untuk

keperluan

pengamatan

tindakan-tindakan

yang

mencerminkan

produktivitas

dan faktor-faktor

yang

mem-pengaruhinya, diperlukan observasi atau pengamatan

secara

langsung. Cara ini.dimaksudka^untuk mendapatkan data yang

cermat, faktual dan sesuai dengan konteksnya^ M-rQ.

Patton

menguraikan

manfaat pengamatan bagi peneliti adalah:

(a)

mampu

memahami

konteks

data secara

holistik,

(b)

me-mungkinkan peneliti menggunakan metoda induktif yang tidak

terpengaruh

konsep atau pandangan sebelumnya,

(c)

dapat

mengungkapkan

hal-hal yang sensitif yang tidak

terungkap

dalam

wawancara* dan (d) mampu merasakan

situasi

sosial

yang

sesungguhnya

(Nasution,

1992:

59-60;

lihatjuga

iMoleong, 1990 : 117-120). Dengan demikian dapat

disimpul-i /

kan bahwa pengamatan baik langsung ataupun tidak

langsung

akan

sangat bermanfaat untuk mengungkapkan

situasi

yang

sebenarnya.

Dalam hal ini peneliti

melakukan

pengamatan

tidak

langsung

dan

sesekali

mengadakan

pengamatan

langsung,/"misalnya ikut texlifca* dalam kontrak penelitian,

pengabdian pada masyarakat ataupun~j4iga. jiengajar.

Menurut Bogdan dan Biklen (1982: 73-74),

"keberhasil-an

suatu penelitian naturalistik atau

kualitatif

sangat

tergantung

kepada

ketelitian

dan

kelengkapan

catatan

(39)

95

dalam penelitian ini, peneliti melengkapi diri dengan buku

catatan,

tape

recorder dan

kamera.

Peralatan-peralatan

tersebut

digunakan

agar dapat merekam

informasi

verbal

maupun non-verbal selengkap mungkin. Penggunaan

peralatan

tersebut dibicarakan terlebih dahulu dengan nara sumber

agar tidak menggangu proses pengumpulan informasi.

Sementara itu instrumen penelitian ini adalah peneli

ti

sendiri

(human instrument)^

karena manusia

mempunyaiJ

adaptabilitas

yang tinggi serta responsif dengan

situasi

yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian.

Manusia

juga mempunyai imajinasi dan kreativitas

untuk

memandang

dunia

secara utuh, riil dan dalam

konteksnya.

-Disamping

itu manusia juga mempunyai kemampuan untuk

mengklasifika

si,

dalam arti menjelaskan kepada responden

tentang

se

suatu

yang

kurang difahaminya, serta berkemampuan

idio-sinkratik;

yakni

mampu

menggali

sesuatu

yang

tidak

direncanakan,

tidak diduga atau yang tidak lazim

terjadi

yang

dapat memperdalam makna penelitian (Nasution,

1990:

55-56; Lincoln dan Guba dalam Moleong,

1990:

121-124).

D. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian kualitatif terdapat banyak

pendapat

yang berkaitan dengan langkah atau tahapan dalam

pelaksa

naan

penelitian,

kesemuanya belum ada

kesepakatan

yang

tegas

tentang ini. Bogdan dan Biklen (1982)

menyarankan

tiga tahapan: (1) pra lapangan, (2) kegiatan lapangan

dan

(40)

96

(1986) mengemukakan empat langkah yakni: (1) invensi,

(2)

temuan, (3) penafsiran dan (4) eksplanasi (dalam Moleong, 1990: 85). Sedangkan Nasution (1992: 33) mengelompokannya dalam (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3)

tahap

member

check

(lihat juga-/Lincoln dan

Guba,

1985:

234-235).

Kerrdatipttn-- pendapat beberapa ahli di atas berbeda-beda, tetapi sebenarnya terdapat tiga tahapan yang secara

garis

besar

dapat mewakili pendapat dari

berbagai

ahli

tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan terminologi

yang

dipakai

Nasution, dengan alasan

tahapan

yang

di-kemukakannya dapat mewakili keseluruhan gagasan di atas.

Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan seperti berikut.

Tahap

orientasi

merupakan

penelitian

awal

untuk

memperoleh gambaran permasalahan yang lebih lengkap guna memantapkan fokus penelitian. Setelah berkonsultasi dengan

pembimbing dan disain penelitian telah disetujui,

penulis

mengadakan studi penjajagan

dengan melakukan

serangkaian

wawancara yang bersifat informal, observasi tidak langsung

dan menyebarkan angket. Hal itu dilakukan sejak awal April

hingga Mei 1992.

Wawancara secara informal dilakukan dengan sejumlah

dosen yang diusahakan mewakili dari tiap fakultas, dan beberapa unsur pimpinan seperti: Kabag Kepegawian, Kepala BAU danJlflJltan Kepala Lembaga Penelitian. MesMpun disain

telah disetujui, pada saat ini peneliti masih terus

me-nerus melakukan konsultasi secara intensif dengan pembim

(41)

97

sumbangan pemikiran yang berkaitan dengan studi ini.

Selanjutnya

pada

tahap

eksplorasi

dilakukan

pe

nelitian

yang

sebenarnya, yakni

pengumpulan

data

yang

berkenaan

dengan

fokus dan

tujuan

penelitian.

Setelah

segala

persyaratan perizinan terpenuhi,

secara

intensif

sejak pertengahan Mei hingga akhir Oktober penulis

berada

di

lapangan.

Dalam tenggang waktu

ini

penulis

menemui

berbagai

hambatan karena terbentur juga libur

pergantian

semester

dan

kesibukan

para

pimpinan

dengan

berbagai

rapat.

Pengumpulan

data

dan

informasi

dilakukan

melalui

wawancara

dengan

para dosen yang

telah

ditentukan

dan

berdasarkan perjanjian, dan ini dapat dilakukan

berulang-ulang

hingga mendapatkan tingkat keajegan data

yang

di

butuhkan.

Untuk memperkuat kebenaran data dari

responden

dilakukan

serangkalan wawancara dengan para

nara

sumber

yang

representatif

yakni para Dekan, Pembantu

Dekan

I,

Pembantu Rektor I dan Rektor. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan

pedoman

agar pembicaraan

dapat

berlangsung

terarah, tetap pada konteks yang menjadi fokus penelitian.

Selain

itu

untuk

melengkapi

data

yang

terkumpul

sekaligus

untuk mengecek atau triangulasi, peneliti

juga

melakukan observasi dan studi dokumentasi; dan untuk dapat

merekam

data atau informasi selengkap

mungkin

digunakan

buku catatan, alat perekam dan kamera foto.

Setiap hasil dari wawancara peneliti membuat

(42)

98

hal

ini dimungkinkan untuk mempermudah analisis data

dan

menemukan pola jawaban yang diperoleh dengan cara

mereduk-si data atau informasi, yakni dengan menyeleksi catatan

lapangan

yang

ada

dan merangkum

hal-hal

yang

penting

secara lebih sistematis. Selanjutnya menuliskan laporan

secara deskriptif berdasarkan pandangan responden

(emic).

Berkaitan

dengan deskripsi ini, secara

terpisah

penulis

juga

membuat

catatan

refleksi,

yang

mencoba

melihat

permasalahan

dari sudut pandang peneliti sendiri.

Dengan

cara ini semua dapat mempermudah peneliti untuk

memperta-jam gambaran tentang fokus penelitian.

Pada

tahap

terakhir dilakukan

member

check,

yakni

memverifikasi

dengan

mengecek keabsahan

atau

validitas

data. Jadi ttahap ini dimaksudkan untuk mengecek

kebenaran

informasi-informasi

yang

telah dikumpulkan,

agar

hasil

penelitian dapat lebih dipercaya. Pengecekan informasi ini

dilakukan

setiap kali peneliti selesai

wawancara,

yakni

dengan mengkonfirmasikan catatan-catatan hasil

wawancara.

Dalam wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan

bersama-sama

dengan responden.

Hal itu dimaksudkan

untuk

mengurangi

kesalah

fahaman dalam

menafsirkan

informasi.

yang disampaikan. Selain itu, catatan lapangan yang

telah

diketik, dalam kesempatan yang lain,

hasilnya

dimintakan

koreksi dari nara sumber yang bersangkutan. Dan untuk

lebih memantapkan lagi dilakukan pula observasi dan

studi

dokumentasi serta triangulasi kepada responden maupun nara

sumber lain yang berkompeten. Dengan demikian waktu pelak

(43)

99

eksplorasi

E. RcaSgdar Analisis Data

/

fy±nktBT±Bt±k

/analisis dalam penelitian

kualitatif.,,

sebagaimana dijelaskan di atas, berlangsung secara

induk-tif dan dilakukan secara terus menerus. Dengan kata lain

analisis data

ini dilakukan dalam suatu

proses.

Proses

berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan semenjak

pengumpulan data dan dikerjakan secara lebih intensif lagi

sesudah meninggalkan lapangan (Moleong, 1990: 104). Anali

sis data ini dilakukan dengan mengikuti prosedur

sebagai-Mna disarankan

oleh Nasution (1988:

129-130),

yaitu:

(1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil

kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi

data dilakukan dengan menelaah

kembali

se

luruh catatan lapangan yang diperoleh dari hasil

wawanca

ra,

pengamatan dan studi dokumentasi. Telaah ini dilaku

kan untuk menemukan hal-hal yang pokok atau penting,

yang

berkenaan

dengan

fokus penelitian,

yakni

produktivitas

tenaga edukatif IKH?1 Jakarta. Selanjutnya hal-hal pokok

tadi

dirangkum

dalam susunan yang lebih

sistematis

se

hingga dapat dengan mudah diketahui tema atau polanya.

Pekerjaan

ini disebut sebagai display data.

Dari pola

yang tampak dalam display data itu selanjutnya dapat

ditarik suatu kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan

(44)

100

Untuk memantapkan kesimpulan maka dilakukan

verifika-si. Verifikasi ini dilakukan dengan member check maupun

triangulasi. Oleh karena itu proses verifikasi

kesimpulan

ini berlangsung selama dan sesudah data dikumpulkan.

F. Validasi Temuan Penelitian

Tingkat

kepercayaan

hasil

penelitian

kualitatif

ditentukan oleh kriteria: a) kredibilitas (validitas

internal),

2) transferabilitas

(validitas eksternal) ,

c)

dependabilitas

(reliabilitas),

dan

d)

konfirmabilitas

(obyektivitas)

(Nasution, 1988:

114-124). Untuk

itu

pe

nelitian ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria

tersebut.

1. K r e d i b i l i t a s

Kredibilitas merupakan salah satu ukuran tentang

kebenaran

data

yang dikumpulkan, yang

dalam

penelitian

kuantitatif disebut validitas internal. Kredibilitas dalam

penelitian

kualitatif

menggambarkan

kecocokan

konsep

peneliti

dengan konsep yang ada pada responden atau

nara

sumber.

Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian

ini

dilakukan, antara lain:

a. Triangulasi,

yakni

mengecek

kebenaran

data

dengan

membandingkannya

dengan data dari sumber

lain.

Hasil

dari serangkaian wawancara, pengamatan dan studi

doku

mentasi dari produktivitas dosen perlu dicek

(45)

101

hal ini adalah para pejabat di lingkungan IKfP~Jakarta.

Pada

saattrianggulasi dilakukan,

baru

saja

terjadi

penggantian dekan secara serempak, sehingga

diperlukan

wawancara dengan dekan

lama dan baru. Pada

kenyataannya

kadang

terjadi perbedaan sudut pandang dalam

memaknai

pertanyaan

tertentu,

sehingga

kembali

dibutuhkan

recheck kepada nara sumber yang juga dapat dipercaya;

dalam hal ini peneliti melakukan juga wawancara

dengan

para Pembantu

Dekan I yang menangani persoalan

akade

mis. Pengecekan data ini dapat dilakukan secara

verti-kal,

maupun

horisontal. Oleh karena

itu

pada

waktu

mencari data atau informasi dari seorang nara sumber,

sekaligus dilakukan pula pengecekan data atau informasi

pada sumber yang lain. Demikian dilakukan secara

terus

menerus,

untuk menjaga tingkat objektivitas dari

data

yang

diperoleh.

Terkadang juga

terdapat

suatu

per-nyataan

negatif atau bertolak belakang dari

informasi

yang

didapat

pada

umumnya. Hal

ini

sangat

menarik

sebagai

suatu

upaya verifikasi dalam

pencarian

ke

benaran

yang lebih dapat dipercaya, yang

sesungguhnya

sangat dibutuhkan dalam penelitian kualitatif.

b. Pembicaraan dengan kolega

(peer debriefing).

Dalam

hal

ini

peneliti membahas catatan-catatan lapangan

dengan

kolega,/ teman

kuliah atau tidak jarang

para

pejabat

yang- k-redib-ilitas akademisnya tidak diragukan.

Mereka

-samjja

"*4dscR

mempunyai kepentingan

dengan

penelitian

yang

sedang

dilakukan,

sehingga

dapat

memberikan

(46)

102

hal-hal yang bersifat kritis terhadap catatan atau

temuan

lapangan bahkan kepada

persoalan

metodologis—

j

Hal

ini

sangat

memperkaya

wawasan

penulis,

bahkan

kritik dan pertanyaan-pertanyaan kritis sangat

me-nantang untuk dikaji lebih jauh yang sangat

bermanfaat

bagi tingkat kebenaran penelitian ini.

c. Penggunaan bahan referensi, digunakan untuk mengamankan

berbagai

informasi yang didapat dari

lapangan.

dalam

kaitan ini penulis memanfaatkan penggunaaan tape re corder untuk merekam hasil wawancara, dan kamera - f-oto.

/Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang

lengkap

tentang

informasi yang

diberikan

oleh

nara

\

sumber sekaligus dapat memahami konteks pembicaraannya,

sehingga kemungkinan kekeliruan""dapat diperkecil.

d.

Mengadakan member check,

yakni pada setiap akhir wawan

cara atau pembahasan satu topik diusahakan untuk

menyimpulkan secara bersama,

sehingga perbedaan

persep-si dalam suatu masalah dapat dihindarkan, juga dilaku

kan konfirmasi dengan nara sumber terhadap laporan

hasil wawancara; sehingga apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada kekurangan dapat xiitambah

-c I ', -,

* ** \ -.c

dengan

informasi baru. D«ngan demikian data

yang

di

peroleh

sesuai

dengan

yang

dimaksudkan

oleh

nara

sramhej;-.

2. Transferabilitas A

Ap^bJJl^____jdjJnj^un^gkan dengan penelitian

kuantitatif,

(47)

io:

sejauh manakah hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan di tempat dan dalam situasi lain. Dengan kata

lain transferabilitas disebut juga sebagai generalisasi.

Menurut Nasution (1992: 118), bagi penelitian kualitatif, transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam

konteks dan situasi tertentu. Untuk itu transferabilitas

hasil

penelitian

baru ada,

apabila pemakai

melihat

ada

situasi

yang

identik dengan

permasalahan

produktivitas

ditempatnya,

meskipun diakui bahwa tidak ada situasi

yang

sama persis pada tempat dan kondisi yang berlainan.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas adalah salah satu kriteria

kebenaran

dalam

penelitian

kualitatif yang

pengertiannya

sejajar

dengan

reliabilitas dalam penelitian

kuantitatif,

yakni

mengupas

tentang

konsistensi hasil

penelitian.

Artinya

sebagai kriteria untuk menguji apakah penelitian ini dapat

diulang atau dilakukan di tempat yang lain dengan temuan

hasil

penelitian yang sama. Adapun

konfirmabilitas

ber-kenaan dengan obyektivitas hasil penelitian.

Seperti diketahui situasi sosial pada hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya

seperti semula. Oleh karena itu sesungguhnya sangat

sulit

untuk

mengukur

tingkat dependabilitas

dalam

penelitian

kualitatif

ini.

Agar kebenaran

dan

obyektivitas

hasil

penelitian

dapat dipertanggungjawabkan,

dapat

dilakukan

(48)

pemerik-104

saan ulang sekaligus dilakukan konfirmasi untuk meyakinkan

bahwa hal-hal yang dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai

d-engan~s-ifeu-asi-yang—n-ya-ta serta apa adanya. Dalam hal

ini

pembimbing

berfurtgsT melaksanakan audit

trail

tersebut.

Untuk memehuhi kriteria di atas, maka peneliti melakukan

up-aya-upaya:

if !;

.,

\-.. ••->••''•.

+;

,,

!;\r>,

••••••<

a'. Qjata mentah yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi direkapitulasi dalam laporan

lapangan yang lengkap dan cermatp

b. Data

mentah

di

atas^ disusun

dalam

hasil

analisis

dengan cara menyeleksi, kemudian merangkum atau menyu-sunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang lebih

siste-matistfc ,i, ,

c. Membuat hasil sintesa data berupa kesesuaian thema

dengan tujuan penelitian, penafsiran dan kesimpulan; d. *Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra-survey

dan penyusunan disain pengolahan data, hingga penulisan

laporan akhir penelitian,. iai .

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan pada Bab IV di muka, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Produktivitas Kerja Tenaga Edukatif IKIP Jakarta

a. Produktivitas Pendidikan dan Pengajaran

Tenaga edukatif IKIP Jakarta dalam melaksanakan

tugas pendidikan dan pengajaran secara kuantitatif telah

menunjukkan produktivitasnya, meskipun secara kualitatif masih kurang. Hal ditunjukkan dengan hal-hal berikut:

(1) Beban mengajar tenaga pengajar IKIP Jakarta banyak yang di atas beban minimal; terutama Dosen MKDK dan

MKDU. Beban mengajar ini berpengaruh terhadap kualitas

penampilan mengajar, yakni bagi dosen yang beban menga

jarnya banyak cenderung menurun kualitas mengajarnya karena kesempatan untuk mempersiapkan diri juga berkurang. Disamping itu adanya spesialisasi mengajar mata kuliah

tertentu, menyebabkan dosen merasa memiliki keahlian

mengajar bidang tersebut, sehingga merasa tidak memerlukan

persiapan khusus. Dengan demikian pencapaian produktivitas

kerja dosen dalam mengajar masih bersifat kuantitatif,

dan

secara keseluruhan belum diikuti oleh produktivitas kerja

(50)

secara kualitatif.

(2)

Perencanaan

mengajar,

sudah

dilakukan

oleh

tenaga edukatif

IKIP Jakarta dengan menggunakan SAP. Namun

demikian tidak semua SAP itu dibuat sendiri, ada juga yang

menggunakan

SAP yang diperoleh dari dokumentasi

jurusan.

Struktur penulisannya pun berbeda-beda tetapi unsur

esen-sialnya tetap dipertahankan. Kualitas SAP yang dibuat juga

sangat beragam, tergantung kepada bobot akademik dosen

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel bebas promosi media sosial instagram yang terdiri dari context , communication ,

nleinbawa surat tugas dari instansi masing-inasing dan mempersiapltan data. pendaftar seinentara PPG tahun

Dari hasil analisis GMCR didapatkan bahwa kondisi terbaik yang stabil dan mampu diterima oleh semua pihak yang berkonflik adalah state 7 dimana PEMKOT tidak

Ini artinya, kita menyatakan bahwa barang yang dikirimkan ke masing-masing daerah baik dari pabrik maupun gudang harus sama atau lebih besar dari permintaan

Dalam setiap usaha yang memiliki karyawan harus ada pengendalian internal yang memadai untuk menjamin keamanan kekayaan yang dimiliki perusahaan atau unit usaha, tapi hal ini

a) Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai, meliputi kurang lebih 15% luas areal Kota Pasuruan. Tanah jenis ini terbentuk

Characterization of the M2e antibody response following highly pathogenic H5N1 avian influenza virus infection and reliability of M2e ELISA for identifying infected

Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pupuk organik kompos jerami padi dengan perlakuan dosis 10 ton ha -1 menunjukkan hasil terbaik pada parameter pertumbuhan