Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun
Pelajaran 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran
Oleh :
ANGGA CATHOR PRIYANTO
0607944
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE ARCS
(ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, KELAS X
ADMINISTRASI PERKANTORAN SMKN 11 BANDUNG TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Drs. Endang Supardi, M.Si
NIP. 195905081987031002
Pembimbing II
Drs. Budi Santoso, M.Si
NIP. 196008261987031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran
Dr. Rasto, M.Pd
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Kelas X
Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012
Oleh :
ANGGA CATHOR PRIYANTO
0607944
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaPendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Angga Cathor Priyanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012
Oleh :
Angga Cathor Priyanto
Skripsi ini dibimbing oleh :
Drs. Endang Supardi, M.Si dan Drs. Budi Santoso, M.Si
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa pada standar kompetensi memahami prinisp-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMKN 11 Bandung, yang ditandai dengan tingkat absensi yang naik turun serta hasil ujian yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar adalah dengan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction). Model pembelajaran ARCS ini dipilih karena adanya
penekanan aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi guna mencapai hasil yang optimal. Model ARCS juga memberikan kesempatan siswa untuk berbicara dan mendengarkan pemikiran anggota kelompoknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode experimental research. Bentuk desain eksperimen yang dipilih adalah pretest-posttest non equivalent
control group desain. Ada dua kelas yang dipilih secara sengaja, yaitu kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran ARCS dan kelas control menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes (pre-test dan post-test) dan observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran di kelas.
ABSTRACT
Application of Learning Kooperatif Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Increasing Student Motivation, class X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012
By :
Angga Cathor Priyanto
This script cosultan are :
Drs. Endang Supardi, M.Si dan Drs. Budi Santoso, M.Si
Issues that were examined in this study is the low motivation to study the standard of competence to understand the principles of the administration prinisp office SMKN 11 Bandung, which is marked by absenteeism up and down as well as the test results that declined from year to year. One way to increase the motivation to learn is by teaching model ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction). ARCS learning model was chosen because of the
suppression of activity and interaction among students to motivate each other and help each other in the mastery of the material in order to achieve optimal results. ARCS model also gives students the opportunity to talk and listen to members of the group thought.
This study aims to determine the application of learning models ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) in improving student motivation on standardized competency to understand the principles of the administration office at SMK Negeri 11 Bandung.
The method used is the method of experimental research. Forms of experimental design chosen was pretest-posttest non-equivalent control group design. There are two classes chosen deliberately, the experimental class using the ARCS model of learning and classroom control using conventional learning models. Data collection techniques used in this study is in the form of test (pre-test and post-(pre-test) and observation to observe classroom activities.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……….... i
PERNYATAAN ……….. ii
ABSTRAK ………... iii
ABSTRACK ……….... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……….. xii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ...………. 9
1.3 Tujuan Penelitian ………. 9
1.4 Kegunaan Penelitian ……… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Pembelajaran ………. 11
2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran ……….. 12
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ARCS ……….. 15
2.1.5 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ARCS ……… 25
2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian Motivasi ………. 27
2.2.2 Motivasi Belajar ………... 35
2.3 Kerangka Pemikiran ……… 36
2.3 Hipotesis ……….. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ……… 40
3.2 Populasi dan Sampel ………... 42
3.3 Instrumen Penelitian ………... 42
3.4 Prosedur Penelitian ………... 44
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 45
3.6 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ……… . 46
3.7 Teknik Analisis Data ………. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah 4.1.1.1 Sejarah Singkat SMK Negeri 11 Bandung ……….. 55
4.1.1.2 Visi dan Misi SMK Negeri 11 Bandung ……… 56
4.1.2 Deskripsi Hasil Pengujian Instrumen
4.1.2.1 Uji Validitas ………. 59
4.1.2.2 Uji Reliabilitas ……….. 60
4.1.2.3 Uji Daya Pembeda ……… 60
4.1.2.4 Uji Tingkat Kesukaran ………. 61
4.1.3 Deskripsi Data 4.1.3.1 Gambaran Variabel Penelitian ……… 62
4.1.3.2 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ……….. 70
4.1.3.3 Gambaran Data Hasil Tes ……… 72
4.1.3.4 Analisis Data dan Uji Hipotesis ………... 73
4.1.3.5 Uji Normalitas Data ………. 74
4.1.3.6 Uji Homogenitas ……….. 75
4.1.3.7 Uji Hipotesis Statistik ……….. 76
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Motivasi Belajar Siswa ……….. 78
4.2.2 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran ARCS Terhadap Motivasi Belajar Siswa ……… 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 81
5.2 Saran ……… 82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah adanya dugaan
tentang rendahnya motivasi belajar siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa ini
mengakibatkan adanya pandangan buruk terhadap kualitas (mutu) pendidikan di
Indonesia, begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk turut membantu
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari pembangunan gedung–
gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana sekolah, sampai kepada perbaikan
kualitas tenaga kependidikan melalui program sertifikasi. Kemudian UU Nomor
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen juga merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu pendidikan tanah air. Salah satu poin penting dari undang–
undang tersebut adalah jabatan guru sebagai profesi.
Guru profesional harus memiliki kompetensi akademik dan kompetensi
profesional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian dan sosial yang dirumuskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 harus
dilihat sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan dari kompetensi penguasaan
bahan ajar yang terkandung di dalam kurikulum, sehingga dapat terwujud harapan
yang baik bahwa seorang guru ataupun dosen dapat betul– betul memiliki
kemampuan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma–norma tertentu. Salah satu kemampuan
kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan strategi
pembelajaran. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang studi
yang akan diajarkannya saja, tetapi juga harus menguasai dan mampu
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik.
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran
tersebut, guru diharapkan bisa menerapkan strategi pembelajaran seperti apa yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya strategi
pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : (1) strategi
pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan (Degeng,
1989). Strategi pengorganisasian berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi,
penataan isi, pembuatan diagram; strategi penyampaian berkaitan dengan cara
penyampaian pembelajaran pada siswa; dan strategi pengelolaan berkaitan
dengan penataan interaksi antara siswa dengan variabel strategi pengorganisasian
serta strategi penyampaian.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai
pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru pun harus
mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran agar
motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
Oleh karena itu, motivasi belajar harus selalu diperhatikan dengan baik
oleh seorang guru sebagai tenaga pengajar, agar siswa dapat belajar dengan giat
dan semangat agar tercapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu hasil
Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis memilih untuk menjadikan
rendahnya motivasi di SMK Negeri 11 Bandung sebagai masalah dalam penelitian
ini. Masalah ini salah satunya dapat dilihat dari turun naiknya kehadiran siswa
yang seharusnya tidak terjadi di SMK Negeri 11 Bandung. Hal ini sejalan dengan
pendapat Nitisemito (1994:165) bahwa tingkat motivasi dapat dilihat dari
beberapa indikasi seperti : tingkat absensi yang naik atau turun. Adapun tingkat
absensi atau kehadiran siswa ditampilkan dalam tabel kehadiran siswa di SMK
Negeri 11 Bandung berikut ini:
Tabel 1.1
Presentasi Absensi siswa SMK Negeri 11 Bandung
Bulan April 2012 – Juli 2012
Tingkat Kehadiran Bulan Keterangan
April Mei Juni Juli
Jumlahrata-rata ketidakhadiran 4,5% 10,5% 7,5% 12,5% 8,75%
Jumlah rata-rata kehadiran 95,5% 89,5% 92,5% 87,5% 91,25%
Jumlah 100% 100% 100% 100% -
Sumber : Bagian Tata usaha SMKN 11 Bandung
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat absensi siswa dari bulan April
sampai dengan bulan Juli mengalami turun naik, hal ini kemungkinan disebabkan
oleh rendahnya motivasi belajar siswa di SMK Negeri 11 Bandung. Dengan
adanya masalah seperti ini tentunya akan menghambat pencapaian tujuan akhir
dalam proses pembelajaran.
Permasalahan lain yang mencerminkan rendahnya motivasi belajar yaitu
“permasalahan motivasi belajar dapat berdampak pada hasil belajar, karena tinggi
rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi belajar
siswa”. Adapun hasil belajar siswa yaitu ujian kompetensi (ujikom) dan ujian
nasional siswa program keahlian administrasi perkantoran di SMK Negeri 11
Bandung mengalami kenaikan dan penurunan sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 1.2
Hasil Ujian Akhir Produktif kelas XII SMKN 11 Bandung
Tahun Ajaran 2010/2011 dan 2011/2012
Jurusan Tahun 2008/2009 Tahun 2009/2010
Ujikom U.N Ujikom U.N
Administrasi Perkantoran 7.56 7.43 7.45 6.83
Akuntansi 7.35 6.97 7.23 6.36
Pemasaran 7.23 6.31 7.31 5.98
Rekayasa Perangkat Lunak 7.02 6.33 7.13 5.24
Multimedia 7.69 6.23 7.56 7.9
Jumlah rata - rata 7.37 6.59 7.33 6.46
Sumber : Bagian Tata usaha SMKN 11 Bandung
Dari data di atas dapat dilihat bahwa jurusan Administrasi Perkantoran
pada tahun ajaran 2008/2009, rata – rata ujian kompetensi (ujikom) yaitu 7.56
sedangkan nilai nilai ujian nasional produktifnya yaitu 7.43, namun pada tahun
selanjutnya yaitu tahun ajaran 2009/2010 nilai ujian kompetensi (ujikom)
mengalami penurunan sebesar 0.11 poin menjadi 7.45 sedangkan nilai ujian
nasional produktifnya mengalami penurunan sebesar 0.60 poin menjadi 6.83. Hal
tersebut adalah motivasi belajar siswa administrasi perkantoran mengalami
penurunan. Jika hal ini dibiarkan, maka tujuan akhir dari pembelajaran tidak akan
tercapai. Karena hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 104), motivasi
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar siswa, tanpa
adanya motivasi, maka proses pembelajaran akan sulit berjalan dengan lancar.
Menurut Donald (Sardiman, 1990: 73) motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya rasa dan didahului dengan
adanya tanggapan tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1990: 75). Selanjutnya
Sardiman mendefinisikan motivasi dalam kegiatan pembelajaran sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
Dari pendapat – pendapat diatas bisa dikatakan bahwa kegiatan belajar akan
berlangsung baik apabila adanya motivasi untuk belajar. Selain itu, sejalan dengan
pendapat Sagala (2007: 104), motivasi merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya pada proses belajar siswa, tanpa adanya motivasi, maka proses
pembelajaran akan sulit berjalan dengan lancar. Adanya motivasi dalam kegiatan
belajar sangatlah penting karena motivasi akan mempengaruhi proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dengan adanya motivasi yang kuat proses
pembelajaran akan berlangsung lancar, begitu pula dengan adanya motivasi, hasil
belajar siswa akan lebih baik. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan
75). Selain itu, menurut Purwanto (Sagala. 2007: 104), jika seseorang mendapat
motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapailah
hasil – hasil yang semula tak terduga. Oleh karena itu proses pembelajaran, siswa
hendaknya diberi motivasi yang tepat agar mereka belajar dan mengeluarkan
potensi belajar dan memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dalam proses pembelajaran aspek motivasi sering kali terabaikan.
Sardiman (1990, 84) menyatakan hasil belajar akan menjadi optimal apabila
adanya motivasi, semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil
pula pembelajaran itu.
Pada tahun 1993 John Keller mensintesis penemuan yang ada tentang
psikologi motivasi dan membuat sebuah model pembelajaran yang berlandaskan
prinsip – prinsip motivasi, model itu disebut ARCS (Small, 1997). ARCS
mencakup empat prinsip motivasi yang harus diperhatikan guru dalam upaya
menghasilkan pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberi tantangan bagi
siswa. Keempat prinsip motivasi itu adalah Attention (perhatian), Relevance
(relevansi), Confidence (keyakinan) dan Satisfaction (kepuasan). Keempat prinsip
ini mewakili kondisi yang diperlukan seseorang untuk menjadi penuh motivasi.
Menurut Keller (Made Wena, 2009), syarat pertama dalam pembelajaran
adalah mendapat perhatian dari peserta didik. Syarat kedua adalah membangun
relevansi, meskipun rasa ingin tahu telah muncul namun motivasi akan hilang jika
konten yang disajikan dianggap tidak memiliki nilai bagi peserta didik. Ketiga,
kondisi yang dibutuhkan adalah keyakinan. Hal ini akan tercapai dengan cara
tidak yakin karena mereka tidak faham apa yang diharapkan dari mereka. Dengan
menyampaikan tujuan yang jelas dan memberikan contoh prestasi yang dapat
diterima, lebih mudah untuk membangun keyakinan. Selanjutnya Keller (2000),
menyatakan bahwa jika peserta didik telah menunjukkan adanya perhatian,
tertarik pada konten maka mereka akan termotivasi untuk belajar. Tetapi untuk
mempertahankan motivasi ini, diperlukan adanya kepuasan. Hal ini merujuk pada
perasaan positif tentang pengalaman belajar. Ini berarti siswa menerima
pengakuan dan bukti keberhasilan yang mendukung kepuasan intrinsik mereka.
Imbalan nyata secara simbolis juga penting untuk memberikan kepuasan.
Prinsip – prinsip motivasi dalam model pembelajaran ARCS ini dapat
dicoba diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada prinsip
Attention (perhatian), guru dituntut untuk menarik perhatian siswa dengan cara
menciptakan rasa ingin tahu, meningkatkan rasa ingin tahu dan mempertahankan
rasa ingin tahu siswa dengan cara merangsang siswa secara sensorik maupun
inkuiri. Berdasarkan prinsip ini kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk
melatih kemampuan siswa dalam mata pelajaran produktif.
Prinsip kedua adalah relevance (relevansi), dalam prinsip ini guru perlu
menunjukkan hubungan bahan ajar dengan kebutuhan siswa baik dalam
kehidupan sehari – hari ataupun hubungan dengan materi lain. Berdasarkan
prinsip ini kegiatan pembelajaran dimanfaatkan untuk melatih kemampuan siswa
dalam menjelaskan ide, situasi dan relasi mata pelajaran produktif secara lisan dan
Prinsip ketiga adalah confidence (keyakinan), dalam prinsip ini guru harus
mengembangkan harapan positif untuk sukses berprestasi, berdasarkan prinsip ini
kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa mempresentasikan
suatu uraian dalam mata pelajaran produktif.
Prinsip keempat adalah satisfaction (kepuasan), dalam prinsip ini guru
perlu memberi penguatan kepada siswa. Berdasarkan prinsip ini kegiatan
pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa mengungkapkan kembali
suatu uraian dalam mata pelajaran produktif dengan bahasa mereka sendiri.
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami
setiap pelajaran mata pelajaran produktif. Menurut Galton dalam Ruseffendi
(Saragih, 2007: 19) dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu
dijumpai siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah, hal ini
disebabkan karena kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal. Masih
menurut Ruseffendi (Saragih, 2007: 19), perbedaan kemampuan yang dimiliki
siswa bukan semata – mata merupakan bawaan lahir, tetapi juga dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar
sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran
harus dapat mengakomodasikan motivasi belajar siswa yang heterogen sehingga
dapat memaksimalkan hasil belajar siswa (Saragih, 2007: 19). Oleh karena itu,
kebijakan untuk menerapkan model dalam proses pembelajaran di kelas perlu
mempertimbangkan perbedaan kemampuan siswa.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
motivasi belajar siswa sehingga diputuskan untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Penerapan Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Di SMKN 11 Bandung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang akan diteliti adalah
“bagaimana pengaruh penerapan strategi pengelolaan motivasional ARCS dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di SMKN 11 Bandung”. Rumusan masalah
ini secara terinci diuraikan dalam pertanyaan penelitian berikut:
1. Apakah ada perbedaan peningkatan motivasi belajar dalam mata pelajaran
produktif administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi
pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS ?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran produktif
administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi pembelajaran
dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah menerapkan strategi
pengelolaan motivasional ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran produktif. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang:
1. Perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
produktif administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi
2. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran produktif administrasi
perkantoran setelah mendapatkan strategi pembelajaran dengan model
strategi pengelolaan motivasional ARCS .
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu
memberikan alternatif metode dan model mengajar bagi guru dalam mata
pelajaran produktif sekaligus membantu siswa dalam meningkatkan motivasi
belajar. Secara rinci, manfaat penelitian ini baik bagi peneliti maupun guru
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui alternatif pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan
kompetensi dalam mata pelajaran produktif administrasi perkantoran.
2. Tambahan pengetahuan dalam menyusun strategi pembelajaran
3. Tambahan pengetahuan sebagai bahan rujukan bagi pengembangan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
penelitian, karena “metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh
peneliti dalam merancang, melaksanakan pengolahan data dan menarik
kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu” (Sayodih, 2007: 317).
Para peneliti dapat memilih berbagai macam metode penelitian yang ada
seperti metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), metode
penelitian eksperimen (experimental research), metode penelitian ekspos fakto (ex
post facto research), metode penelitian deskriptif, metode penelitian dan
pengembangan (research and development) dan lain sebagainya. Pemilihan
metode penelitian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti.
Metode yang akan peneliti pakai dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen (experimental research) merupakan
kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan /
tindakan pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk
meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok
tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang
berbeda. Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pretes-Posttest non equivalent control Group Design yang disajikan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Desain control group pretes - postes
Group Pre Test Treatment Post Test
E
K
T1
T1
X1
X0
T2
T2
Sumber: Suryabrata (1998:45)
Keterangan:
E : Group Eksperimen
K : Group Kontrol
T1 : Soal Pre Test
T2 : Soal Post Test
X1 : Perlakuan dengan menggunakan Metode Pembelajaran ARCS
X2 : Perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional
Oleh karena itu, dalam penelitian ini sampel didesain menjadi dua
kelompok penelitian yaitu kelompok yang diberi perlakuan metode pembelajaran
ARCS sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang diberi perlakuan model
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data
yang digunakan. Sugiyono (2008:17) menjelaskan bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP di SMKN 11
BANDUNG yang berjumlah 76 siswa.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 dan X AP 2 di
SMKN 11 BANDUNG. Pengambilan sampel berdasarkan teknik Simple Random
Sampling yaitu suatu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
tersebut (Sugiyono, 2009:120). Selanjutnya kelas pertama dijadikan kelas
eksperimen yang akan diberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran
ARCS dan kelas kedua dijadikan kelas kontrol dan akan diberikan pembelajaran
konvensional.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Suharsimi Arikunto, 1998:151).
1. Instrumen Tes
Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana perbedaan hasil belajar yang
terjadi ketika sebelum perlakuan diberikan dan setelah perlakuan diberikan
setidaknya ada dua tes yang akan digunakan pada penelitian ini:
a. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum sampel diberikan pembelajaran
b. Postes yaitu tes yang dilakukan sesudah diberikan pembelajaran
Rincian kisi-kisi soal pretes dan postes dapat dilihat pada lampiran. Untuk melihat
kualitas soal tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan indeks kesukaran.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa
adalah instrumen yang di adaptasi dari instrumen yang telah dibuat oleh John
Keller (1990) dan disesuaikan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Instrumen
ini dibuat untuk mengukur tingkat motivasi siswa setelah melaksanakan
pembelajaran dengan model ARCS.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data mengenai gambaran proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Data ini menjadi acuan mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran dikelas
pembelajaran ini dinilai oleh dua orang observer yang mengamati seluruh tingkah
laku guru. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:203) yang menyatakan bahwa
teknik pengumpulan data observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja dan gejala-gejala alam.
3.4 Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan, yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian
b. Membuat proposal penelitan
c. Membuat instrumen penelitian
d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar
penelitian
e. Melakukan ujicoba instrumen penelitian
f. Merevisi instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal kepada kelas eksperimen
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ARCS
c. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen
d. Memberi tes akhir pada kelas eksperimen
e. Membagi angket untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data kuantitatif maupun data kulitatif
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh berupa data
kuantitatif (pretes dan postes)
c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa angket dan hasil
observasi.
3.5 Teknik pengumpulan data
1. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data mengenai gambaran proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Data ini menjadi acuan mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran dikelas
sampel yang diberi perlakuan metode pembelajaran ARCS. Keterlaksanaan
proses pembelajaran ini dinilai oleh dua orang observer yang mengamati seluruh
tingkah laku guru. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:203) yang
menyatakan bahwa teknik pengumpulan data observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan gejal-gejala alam.
2. Instumen tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mendapatkan data
penilai (Syambari munaf, 2001:6). Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah
tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda.
3. Instrumen non tes
Instrumen non tes digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa
adalah yang di adaptasi dari instrumen yang telah dibuat oleh John Keller (1990)
dan disesuaikan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Instrumen ini dibuat
untuk mengukur tingkat motivasi siswa setelah melaksanakan pembelajaran
dengan model ARCS. Instrumen ini dikenal dengan (Instructional Materials
Motivation Survey) / IMMS. Instrumen ini memuat 36 butir soal yang mengukur
tingkat perhatian (attention), relevasi (relevance), keyakinan/percaya diri
(confidence), dan kepuasan (satisfaction). Setiap respon di beri skala pengukuran
dari 1 sampai 5, artinya dari 36 butir, skor minimum adalah 36, skor maksimum
adalah 180 dengan skor pertengahan 108. Derajat reliabilitas instrumen ini secara
keseluruhan tergolong tinggi, namun secara parsial derajat reliabilitas untuk butir
pernyataan perhatian (attention) adalah 0,89 (reliabilitas tinggi), butir pernyataan
relevansi (relevance) adalah 0,81 (reliabilitas tinggi), butir pernyataan keyakinan /
percaya diri (confidence) adalah 0,90 ( reliabilitas sangat tinggi), dan butir
pernyataan kepuasan (satisfaction) adalah 0,92 (reliabilitas sangat tinggi).
3.6 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian
Setelah diperoleh data penelitian dari hasil pretes dan postes maka untuk
kali ini peneliti menggunakan bantuan software spss 17.0 for windows. Adapun
langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Suatu alat evaluasi dikatakan valid atau sah jika alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi (Suherman, 2003:102-103), oleh
karena itu untuk mengetahui instrumen penelitian ini valid atau tidak maka
dilakukan analisis validitas empirik untuk mengetahui validitas tiap butir soal
menggunakan bantuan software spss 17.0 for windows.
Pada program SPSS digunakan uji Bivariate Pearson (Produk Momen
Pearson) dan correct item total correlation (koefisien korelasi item total).
Koefisien korelasi item total dengan Bivariate Pearson dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
Persamaan 3.1 Rumus Untuk Mencari Bivariate Pearson
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rix : Koefisien korelasi item total (bivariate pearson)
i : Skor item
n : Banyaknya subyek
Adapun kriteria acuan untuk validitas menggunakan kriteria nilai validitas
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria nilai validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ≤ ≤ 0,80 Tinggi
0,40 ≤ ≤ 0,60 Cukup
0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2008:75
b. Uji Reliabilitas
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut tidak
berubah ketika digunakan pada subjek yang berbeda. Untuk mengetahui
windows. Untuk mengukur reliabilitas, pada program SPSS digunakan rumus
Cronbach Alpha (Priyatno D, 2008) sebagai berikut:
Persamaan 3.2 Persamaan Reliabilitas
[ ] [ ∑
]
Keterangan:
= Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya pernyataan
∑ 2
= Jumlah varian butir
2
= Varian total
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba
diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Kriteria nilai reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 ≤ ≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi
0,40 ≤ ≤ 0,60 Reliabilitas Cukup
0,20 ≤ ≤ 0,40 Reliabilitas Rendah
0,00 ≤ ≤ 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah
(Suherman, 2003:139)
c. Daya Pembeda
Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai
berikut:
Persamaan 3.3 Persamaan Daya Pembeda
DP = ̅ ̅
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
̅ = Rata-rata skor siswa kelompok atas
̅ = Rata-rata skor siswa kelompok bawah
SMI = Skor Maksimum Ideal
Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan
dengan menggunakan kriteria sesuai dengan tabel dibawah ini (Suherman,
Kriteria interpretasi yang digunakan untuk daya pembeda adalah sebagai
[image:30.595.112.509.241.622.2]berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 ≤ ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(H.Erman S.Ar, 2003:161)
d. Indeks Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat/indeks kesukaran dari tiap butir soal, digunakan
rumus sebagai berikut:
IK = ̅
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
̅ = Rata-rata skor tiap soal
SMI = Skor Maksimum Ideal
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan dengan
[image:31.595.105.510.244.676.2]menggunakan kriteria sesuai dengan tabel 3.5 di bawah ini (Suherman, 2003:171):
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 ≤ ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 ≤ ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ ≤ 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
(Suherman, 2003:170)
Teknik analisis data untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa
menggunakan model pembelajaran ARCS.
a. Analisis data angket
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk
mengetahui persentase dan frekuensi masing-masing alternatif jawaban serta
untuk memudahkan dalam membaca data. Selanjutnya setiap nomor/ item soal
dilihat persentasenya kemudian diinterpretasikan.
Berikut ini merupakan salah satu cara menganalisis data angket
berdasarkan skala Likert. Misalkan dalam sebuah pengumpulan data angket
instrumen disebarkan kepada responden (siswa), kemudian direkapitulasi dan
memperoleh data, dua orang menjawab “sangat setuju” (5), delapan orang
menjawab “setuju” (4), lima belas orang menjawab “netral” (3), lima belas orang
menjawab “tidak setuju” (2), dan sepuluh orang menjawab “sangat tidak setuju”
(1).
Cara menghitung skor dalam penelitian:
Jumlah skor untuk 2 orang penjawab : 2 × 5 = 10
Jumlah skor untuk 8 orang penjawab : 8 × 4 = 32
Jumlah skor untuk 15 orang penjawab : 15 × 3 = 45
Jumlah skor untuk 15 orang penjawab : 15 × 2 = 30
Jumlah skor untuk 10 orang penjawab : 10 × 1 = 10 +
Jumlah = 127
Jumlah skor terendah = 1 × 50 = 50
Berdasarkan data dicari persentasenya sebagai berikut:
Kriteria Interpretasi Skor menurut Ridwan (2004: 89)
Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi
Persentase Kriteria
0 % < x ≤ 20% Sangat Rendah
20 % < x ≤ 40% Rendah
40 % < x ≤ 60% Cukup
60 % < x ≤ 80% Tinggi
80 % < x ≤ 100% Sangat Tinggi
Untuk contoh diatas diperoleh persentase sebagai berikut:
127/250 x 100% = 50,8 % menunjukkan bahwa kriteria cukup.
b. Analisis Data Observasi
Lembar observasi yang digunakan berupa daftar isian yang diisi oleh
pengamat atau peneliti selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
[image:33.595.112.508.243.623.2]dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan menggunakan model
ARCS.
Data hasil observasi dijadikan data pendukung penelitian dan disajikan
dalam bentuk tabel untuk memudahkan membaca data.
c. Analisis Data Wawancara
Data yang terkumpul dari hasil wawancara ditarik kesimpulan
mengenai tingkat motivasi belajar siswa setelah menggunakan model
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil pembahasan tentang
penerapan metode pembelajaran ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji-t sebelum dan sesudah diberi Strategi pembelajaran
ARCS , tampak bahwa hasil uji rata-rata 2 sampel berpasangan atas hasil tes siswa kelas
kontrol dan kelas eksperimen sebelum dengan sesudah diberi strategi pembelajaran
model pengelolaan motivasional ARCS untuk kelas kontrol sebesar 28,08 sedangkan
kelas eksperimen sebesar 37,79 ini menunjukkan perbedaan/perubahan yang signifikan.
Hal ini berdasarkan pada nilai thitung pada hasil pengujian tersebut yang lebih besar dari
nilai ttabel. Nilai thitung atas pengujian hipotesis untuk kelas kontrol adalah sebesar 11,475 >
thitung (2,026) sedangkan untuk kelas eksperimen Nilai thitung atas pengujian hipotesis
untuk kelas kontrol adalah sebesar 20,648 > thitung (2,026) . Dengan demikian maka H0
ditolak yang berarti terdapat peningkatan yang signifikan pada motivasi belajar siswa atas
dari sebelum dengan sesudah diberi strategi pembelajaran model pengelolaan
motivasional ARCS.
2. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan awal (pretes),, tampak bahwa rata-rata hasil tes
siswa kelas kontrol sebesar 28,1 dengan simpangan sebesar 10,1 sedangkan kelas
eksperimen sebelum diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa
Ardhana. (1992). Atribusi Terhadap Sebab-sebab Keberhasilan dan Kegagalan
serta Kaitannya untuk Motivasi Berprestasi. Malang : IKIP Malang.
Boeree, George. (2009). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta : DepDikBud.
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Airlangga.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajara Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta.
Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan (kuantitatif dan kualitatif). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Gintings, Abdorrahman. (2010). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humaniora.
Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Prayitno, Elida. (1989). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : DepDikBud.
Priyono, Andreas. (2000). Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kantor Wilayah Kelas (Classroom Action Research). Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Depdiknas Provinsi Jawa Tengah.
Rahardjo. (1985). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gramedia.
Siagian, Sondang P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (1989). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suhardjono. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.