• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP HASIL KECEPTAN MEMANJAT CABOR PANJAT TEBING KATEGORI SPEED : studi eksperimen pada atlet amatir FPTI Pandeglang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP HASIL KECEPTAN MEMANJAT CABOR PANJAT TEBING KATEGORI SPEED : studi eksperimen pada atlet amatir FPTI Pandeglang."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP HASIL KECEPATAN MEMANJAT CABOR PANJAT TEBING

KATEGORI SPEED

(Study Eksperimen pada Atlet FPTI Kab. Pandeglang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Pendidikan

Sarjana Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Disusun Oleh : TAOFIK HIDAYAT

0807701

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)
(3)

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP HASIL KECEPATAN MEMANAJAT PADA CABOR PAMJAT TEBING

KATEGORI SPEED

Oleh Taofik Hidayat

Sebuah skripsi yang Dibuat untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

© Taofik Hidayat2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP HASIL KECEPTAN MEMANJAT CABOR PANJAT TEBING KATEGORI SPEED

(studi eksperimen pada atlet amatir FPTI Pandeglang)

Pembimbing:

1. Drs. Sumardyanto, M.Pd. 2. Drs. Basiran, M.Pd

TAOFIK HIDAYAT* 2013

Latar belakang yang mendasari penelitian ini yaitu, melihat persoalan yang dihadapi atlet FPTI Kab. Pandeglang kategori Speed, ketika mengikuti suatu event kejuaraan prestasinya tidak maksimal. Hal ini dikarenakan tuntunan gerak tungkai yang dinamis dan eksplosif dalam olahraga panjat tebing kategori speed, jarangnya pemberian latihan power tungkai dan lengan sebagai subjek gerak yang dominan ini menyebabkan waktu tempuh pemanjatanya kurang maksimal.

Masalah penelitian adalah apakah latihan pliometrik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed?. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang melibatkan variabel bebas metode latihan pliometrik dan variabel terikat hasil kecepatan memanjat kategori speed dengan tehnik pengambilan sampel porpusive sampling. Jumah sampel sebanyak 22 orang..

Hipotesis penelitian ini adalah latihan pliometrik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed. Hasil pengolahan data uji signifikan diperoleh t-hitung (10,81) > t tabel (2,20) pada taraf kepercayaan a=0,05 dengan dk 10. Kriteria pengujian adalah, terima jika t-1-1/2 a < thitung < t1-1/2a. Dalam penelitian ini thitung berada pada daerah penolakan Ho, artinya Ho ditolak.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan latihan pliometrik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed.

(5)

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP HASIL KECEPTAN MEMANJAT CABOR PANJAT TEBING KATEGORI SPEED

(studi eksperimen pada atlet amatir FPTI Pandeglang)

Pembimbing:

1. Drs. Sumardyanto, M.Pd. 2. Drs. Basiran, M.Pd

TAOFIK HIDAYAT* 2013

Background underlying this research that is, seeing problem faced FPTI Regency athlete Pandeglang categorize Speed, when following an event championship of this achievement is not maximal. This matter because of manual move dynamic leg and explosive in athletics rock climbing categorize speed, seldom giving of practice power arm and leg as dominant motion subject cause time go through its less maximal.

Problem of research is do practice of plyometric give influence which significant to result of speed climb for a athletics rock climbing categorize speed? This research using experiment method entangling free variable of practice method plyometric variable and tied result of speed climb category of speed technics intake of sampling purposive sample. Result of sampling counted 22 people.

This Research hypothesis is practice of plyometric give influence which significant to result of speed climb of the athletics rock climbing categorize speed. Result of data processing test significant obtained t-count (10,81) > t of is tables of ( 2,20) level trust of a=0,05 with dk 10. Examination criterion is accepting if t-1-1 / 2 a < t count < t1-1 / 2a. In this research of t count reside in area deduction of Ho, its meaning of Ho refused.

Based on to result of which obtained from result of data processing and research, can of to be concluded practice of plyometric give influence which significant to result climb speed of athletics rock climbing categorize speed.

(6)
(7)

a. Latihan Lari Menaiki Tangga... D. Hubungan Power dan Prestasi ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian………..

B. Populasi dan Sampel Penelitian……….…... C. Desain Penelitian………...………. D. Waktu dan Tempat Penelitian ...

E. Instrumen Penelitian……….……….

F. Pengumpulan Data…………...……… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan olahraga dalam kehidupan manusia sangat penting karna melalui olahraga dapat di bentuk manusia yang sehat jasmani rohani serta mempunyai watak disiplin dan akhirnya terbentuk manusia yang berkualitas. Sejak dulu olahraga sudah menjadi suatu kebutuhan akan kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri yaitu kebutuhan akan sehat jasmani, rohani dan sosial.

Di Indonesia olahraga panjat tebing merupakan salah satu cabang olahraga yang ikut membentuk manusia Indonesia sehat jasmani, rohani dan sosial sekaligus ikut mengharumkan nama, harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Panjat tebing mulai dikenal di Indonesia sajak tahun 1960, dan di Indonesia panjat tebing telah cukup memasyarakat dan berkembang pesat. Ini terlihat dari banyaknya sarana dan prasaran yang sekarang berdiri di kota-kota besar maupun di daerah. Setiap orang pasti berbeda-beda dalam memilih cabang olahraganya, ada yang sekedar untuk hiburan semata, ada yang memilih untuk kesehatan, ada pula yang memilih olahraga untuk prestasi.

Panjat tebing merupakan salah satu olahraga yang saat ini mulai banyak digemari oleh banyak orang, baik pria maupun wanita mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Hal ini terlihat dari bertambah banyaknya perkumpulan atau club-club olahraga panjat tebing baik di kota maupun di daerah. Yang tergabung dalam Federasi Panjat Tebing Indonesia yang disingkat dengan FPTI.

(9)

Pada olahraga panjat tebing, terutama pada pada olahraga tebing buatan (dinding) diperlombakan tiga nomer pertandingan yaitu kategori rintisan (kesulitan/difficult), kategori kecepatan (speed) dan jalur pendek atau sering disebut dengan boulder. Setiap nomer yang diperlombakan dalam olahraga panjat tebing buatan memiliki tingkat kesulitan berbeda. Pada kategori rintisan, pemanjatan harus pandai membaca jalur pemanjatan untuk dapat mencapai puncak tertinggi tebing buatan. Pada kategori jalur pendek atau boulder, pemanjat harus pandai membaca jalur dan harus memiliki keberanian untuk melompat, atlet tidak menggunakan pengaman tubuh, pengaman hanya diberikan dengan cara menyimpan matras dibawah tebing /papan untuk pengamanan bila atlet terjatuh. Pada kategori kecepatan (speed) pemanjatan dilakukan secara top roop (tali sudah dikaitkan di top agar pemanjat sudah berada dalam posisi aman) jadi apabila pemanjat terjatuh, tali pengaman yang sudah dikaitkan di top sebagai pengaman utamanya. Untuk kategori rintisan dan speed pemanjat diatur atau dijaga oleh belayer (rekan pemanjat yang berda dibawah yang mengatur turunya pemanjat).

Dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti kategori speed. Dalam olahraga panjat tebing kategori speed, yang dinilai adalah kecepatan dalam pemanjatan dan yang diambil adalah catatan waktu yang ditempuh oleh pemanjat. Pemanjat yang paling cepat memanjat adalah pemenangnya. Namun sering sekali bagi atlit pemula ketika mengikuti suatu event kejuaraan panjat tebing kategori speed, hasil catatan waktu yang di dapatnya tidak begitu maksimal. Ini terlihat ketika atlet panjat tebing Kabupaten Pandeglang mengikuti event kejuaraan panjat tebing kategori speed, hasil waktu pemanjatannya kurang maksimal. Ini merupakan suatu masalah bagi para pelatih yang dari satu sisi perlu dicarikan upaya pemecahannya termasuk mengidentifikasi sebab-sebabnya.

Catros (www.wordpress.com) menjelaskan tentang Lima komponen dasar panjat

tebing yaitu” kekuatan, daya tahan, tehnik, kelenturan, mental dan sikap.” Pada

(10)

kaki dan tangan pada permukaan tebing, kemampuan mengatur strategi dalam mementukan jalur dan kemampuan berpikir untuk mengambil keputusan yang cepat untuk mencapai tempat yang lebih tinggi. Selain itu kondisi fisik yang baik sangat berhubungan terhadap tehnik memanjat, sehingga diharapkan dengan komponen fisik yang baik maka penampilan atlet panjat tebing akan lebih baik dalam menunjang tercapainya prestasi yang maksimal.

Berkaitan dengan tuntunan gerak dalam olahraga panjat tebing kategori speed, komponen fisik yang perlu dimiliki oleh atlet adalah komponen power tungkai dan lengan. Power tungkai dan lengan sebagai subjek gerak yang dominan dalam panjat tebing kategori speed harus dilatih sedemikian rupa sehingga memiliki power yang memadai. Hal ini didasarkan pada pergerakan tungkai yang dinamis dan eksplosif pada saat melakukan pemanjatan. Peranan power tungkai dan lengan pada saat memanjat sangat berarti pada saat melompat untuk menambah ketinggian. Daya ledak otot pada saat melompat harus cepat dan kuat.

Sebagaimana diketahui, kondisi fisik terdiri dari beberapa komponen fisik, seperti yang dijelaskan oleh Harsono (1988:50) dalam bukunya coaching dan

aspek-aspek psikologi dalam coaching, kondisi fisik terdiri dari: “daya tahan otot, daya tahan

kekuatan, kekuatan otot, kelentukan, kekuatan, stamina, kecepatan, kelincahan dan power.” Pada cabor panjat tebing kategori speed, power tungkai menjadi salah satu penunjang yang sangat penting dalam mencapai catatan waktu yang maksimal.

Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang merupakan gabungan

antara kekuatan maksimal dengan kecepatan maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bompa (1983:273) bahwa: “power is the product of two abilities, stength and speed, and is considered to be the ability to perfrom maximum force in the shortest period of time”. Kemudian menurut Harsono (1988: 200) dalam bukunya menuliskan “power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang

sangat cepat”.

(11)

masalah yang di alami atlet panjat tebing Kabupaten Pandeglang diatas, maka diperlukan upaya serius untuk meningkatkan hasil catatan waktunya tersebut. Dengan cara lebih menekankan pada latihan power tungkai dan lengan karena power ini sebagai subjek gerak yang dominan dalam olahraga panjat tebing kategori speed. Hal ini didasarkan pada pergerakan tungkai yang dinamis dan eksplosif pada saat melakukan pemanjatan.

Metode latihan untuk meningkatkan power tungkai bisa dilatih dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan beban dari luar tubuh atau dapat pula menggunakan beban tubuh sendiri. Latihan fisik untuk meningkatkan power dengan tubuh sendiri salah satunya adalah dengan latihan plyometrik. Plyometrik menurut Harsono (1992:2)

adalah: “selain latihan beban, latihan yang amat baik untuk membuat otot memiliki daya

ledak yang hebat (ekplosif) adalah latihan yang disebut plyometrics”.

Latihan plyometric merupakan salah satu bentuk latihan berbeban yang mampu memberikan keuntungan sekaligus meningkatkan baikpada kemampuan kekuatan, kecepatan, daya ledak dan kontrol motorik, dengan mengikuti prinsip latihan yang benar dan sesuai. Model gerak latihan plyometric mempunyai karakteristik yang menarik.

Latihan plyometric terdapat beberapa cara, diantaranya yaitu: pogo, squat jump, rocket jump, star jump, knee tuck jump,stair bound (lari naik tangga), split jump, singel

leg stride jump, stride jump crossover, quick leap, deft jump,pull drill, deft leap, step up

jump dan sebagainya.

Melihat persoalan diatas tentang perlunya latihan pliometrik sebagai salah satu metode latihan untuk meningkatkan power tungkai sebagai syarat untuk meningkatkan kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed, maka peneliti ingin mengetahui kebenarannya dengan melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh latihan pliometrik terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori

(12)

B. Masalah Penelitian

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, penulis mencoba menerapkan suatu bentuk latihan power, yaitu dengan cara latihan plyometric untuk meningkatkan power tungkai untuk menghasilkan waktu pemanjatan yang maksimal pada saat melakukan pemanjatan pada cabang olahraga panjat tebing kategori speed. Dengan demikian penulis

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Apakah latihan plyometric memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing

kategori speed?”

C. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:282)

yaitu sebagai berikut: “tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam

melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang

ditulis.” Mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: ”Untuk mengetahui pengaruh latihan plyometric terhadap hasil kecepatan

memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed.” D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis

a. dapat dijadikan sumbangan keilmuan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga yang berkompeten dengan pembinaan olahraga panjat tebing. b. Sebagai bahan referensi bagi para pelatih dan semua pihak yang

(13)

a. Dapat dijadikan bahan pertimbangan pedoman bagi para pelatih dan atlet dalam melaksanakan kegiatan pelatihan khususnya dalam peningkatan power tungkai.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pelatih dan atlet khususnya dalam olahraga panjat tebing.

E. Asumsi Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak bagi penulis untuk penelitian yang hendak dilaksanakan. Anggapan diperlukan untuk pegangan pokok secara umum.

Menurut arikunto (1993:19) bahwa “anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini

kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.”

Dalam penelitian ini penulisan ini dapat mengemukakan bahwa dasar untuk mencapai prestasi adalah harus mempunyai komponen kondisi fisik yang baik, selain latihan tehnik, taktik dan mental. Berkaitan dengan hal ini, Harsono (1988:153) menjelaskan bahwa ”sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stres fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik

menunjang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.” Maka

dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya.

Hal ini didasari pada tuntutan tungkai yang dinamis dan eksplosif pada saat melakukan pemanjatan speed dengan meloncat untuk menggapai point (pegangan) selanjutnya. Peran power tungkai terhadap kemampuan mamanjat adalah membantu tungkai dalam melakukan loncatan keatas secara maksimal untuk meraih point (pegangan) dengan power tungkai yang relatif besar dan eksplosif, maka hasil loncatan cendrung menjadi tinggi dan eksplosif, sehingga memudahkan atlet untuk melakukan pemanjatan.

(14)

belas besar, delapan besar, perempat final, semi final dan final. Sehingga dalam hal ini dapat menguras kondisi fisk, untuk memiliki kondisi fisik yang prima di perlukan suatu metode latihan yang cocok dan dianggap bisa meningkatkan kondisi fisik khususnya power tungkai (kecepatan eksplosif dan kekuatan maksimal).

Latihan plyometric terdapat beberapa cara, diantaranya yaitu: pogo, squat jump, rocket jump, star jump, knee tuck jump, split jump, stair bound (lari naik tangga), singel

leg stride jump, stride jump crossover, quick leap, deft jump, deft leap, pull drill, step up

jump dan sebagainya.

Pada prinsipnya keseluruhan bentuk latihan tersebut mampu meningkatkan power tungkai, karena keseluruhan gerakan yang dilakukan dominan pada bagian tungkai. Peneliti dalam kesempatan ini menetapkan latihan plyometric sebagai perlakuan penelitian ini, dengan alasan latihan tersebut dapat meningkatkan power.

Melihat pernyataan diatas latihan plyometric memegang peranan penting dalam meningkatkan power tungkai untuk menunjang kecepatan pemanjatan dalam cabang olahraga panjat tebing dalam kategori speed.

F. Hipotesis

Hipotesis menurut Arikunto (2002:67) “Hipotesis dapat dijadikan suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul.” Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sabagai

berikut: ”Latihan plyometrik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed.”

G. Batasan Penelitian

Batasan masalah sangat perlu dinyatakan sebagai pembatasan masalah penelitian itu sendiri agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu gambaran yang jelas. Oleh karena itu penulis membatasi masalah sebagai berikut:

(15)

Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka variabel penelitian dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan pliometrik (X).

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing (Y).

3. Jenis latihan pliometrik yang digunakan adalah latihan step up jump dan lari menaiki tangga.

H. Defenisi Oprasional

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka penulis membuat batasan istilah agar terhindar dari kesimpangsiuran istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Latihan. Latihan menurut Harsono (1998:101) latihan adalah”... proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dialakukan secara berulang-ulang,

dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.”

latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan progresif, yang tujuannya ialah utuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh dengan demikian prestasi atlit meningkat.

2. Plyometrik. Plyometrik menurut Harsono (1990:2) adalah: “selain latihan beban latihan yang baik untuk membuat otot daya ledak yang hebat (eksplosif) adalah latihan yang disebut plyometric.”

3. Kecepatan. Menurut Harsono (1988:216) ”kecepatan adalah kemampuan untuk

(16)

4. Memanjat menurut Poerwadarminta (1976:708), “memanjat adalah menaiki (pohon, dan sebagainya) dengan kaki dan tangan.

5. Panjat tebing. Menurut Gladian Nasional (2001:2) “panjat tebing adalah suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan, kecepatan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik menggunakan peralatan maupun tidak dalam

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah serta tujuan penelitian tersebut. Dalam hal ini metode penelitian sangat penting dalam pelaksanaan, pengumpulan dan analisis data.

Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dari suatu penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan, menyimpulakan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitiannya. Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Menurut Rusli (2007: 145) penelitian eksperimen merupakan salah satu metode yang palimg diandalkan oleh banyak peneliti, metode ini merupakan cara yang terbaik dalam menggunakan hubungan sebab akibat (cause and effect relationship) antara variabel.

Penggunaan metode bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan kata lain penggunaan suatu metode harus dilihat dari dari sudut sejauh mana efektivitas suatu metode, efesiensinya, dan relevan tidaknya. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan metode tersebut ada perubahan positif menuju pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biayadan tenaga dapat ditekan sehemat mungkin namun mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan relevan tidaknya suatu metode terlihat dari kegunaan atau manfaatnya metode tersebut.

(18)

Bagi pengujian statistik dan untuk menghasilkan rancangan yang memadai agar hasil penelitian mencerminkan hasil dari treatment kedalam populasi maka dilakukan pengontrolan terhadap kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian selain metode latihan pliometrik.

1. Validasi Internal

Validasi internal adalah pengendalian terhadap variabel-variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi terhadap hasil penelitian. Pengurangan maksimal terhadap pengaruh luar diperlukan agar hasil penelitian lebih jelas. Terhadap 10 variabel luar yang dapat mengganggu validasi internal Vockel dan Asher dalam Boyke. (2005: 78) yaitu : sejarah, pemilihan subjek, kematangan, instrumenisasi, statistik, mortalitas, tes awal, instabilitas dan pengaruh penelitian.

Sejarah yaitu berkaitan ada tidaknya kegiatan tambahan atau dalam hal ini metode latihan dan kemampuan psikomotor lain pada anggota responden pada saat eksperimen. Responden harus steril dari kegiatan lain dan hanya menggunakan metode yang diberlakukan. Pemilihan subyek yaitu repon den dipilih berdasarkan karakteristik yang relatif sama dan melakukan tes awal pada 2 kelompok subyek penelitian. Kematangan akibat sifat-sifat alamiah individu baik mental atau fisik. Untuk mengeliminir faktor kematangan maka dilakukan waktu pemberlakuan yang tidak terlalu lama. Intrumenisasi yaitu berkaitan dengan proses pengukuran yang dilakukan pada saat pengumpulan data, tes awal dan tes akhir. Langkah yang dilakukan adalah penelitian dilakukan berdasarkan petunjuk pelaksanaan tes dan testor yang sama. Statistik, yaitu terkait dengan skor tes yang terlalu tinggi atau rendah.

(19)

eksperiment. Instabilitas, yaitu terkait dengan ketidaktepatan didalam sebagia akaibat dari proses pengukuran. Upaya yang dilakukan adalah dengan car menguji validitas dan reabilitas terhadap instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian. Pengaruh peneliti yaitu terkait dengan harapan peneliti terhadap hasil yang diinginkan dari pelaksanaan eksperimen.

2. Validitas Eksternal

Dalam peneliti ini ditujukan untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat digeneralisir. Validasi eksternal dibagi menjadi dua bagian 1) validitas populasi, yaitu memilih sampel dengan karakteristik populasi dan dipilih berdasarkan metode puposive sampling, 2) validitas ekologi yaitu mendeskripsikan variabel bebas dengan jelas, menyusun program treatmen baik waktu atau tempat pelaksanaan, sampel tidak sedang dalam penelitian peneliti lain, memilih instruktur pelatihan.

Masalah yang akan diteliti adalah mengenai pengaruh latihan pliometrik terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabang olahraga panjat tebing kategori speed. Maka metode yang digunakan adlah metode eksperimen.

B. Populasi dan sampel

Untuk memperoleh pemecahan masalah dari penelitian ini diperlukan data. Data adalah bentuk jamak dari datum yang diartikan sebagai istilah umum yang mengandung sejumlah arti. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Populasi menurut Sugiyono (2009: 80) adalah: “ Wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sampel menurut Sugiyono (2009: 81) adalah ”bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh karakteristik tersebut.”

(20)

sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2009: 85) yaitu: “suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Yang diadanya tujuan tertentu. Sedangkan yang dijadikan sampel adalah atlet FPTI Pandeglang sebanyak 11 orang atlet yang mengikuti porkab IV Kab. Pandeglang.

C. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Desain penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan arah dari proses penelitian. Sehingga hal ini akan membantu peneliti dalam upaya memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan.

Desain penelitian yang digunakan adalah “desain kelompok kontrol tidak equivalen (the nonevuivalent control group design)” (Ruseffendi, 1994: 47). Pada desian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan yaitu metode latihan pliometrik, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Desain yang digunakan adalah nonequivanet control group design menurut sugiyono (2009: 116) digambarkan sebagai

berikut:

O1 X O2 O1 X O2

gambar 3.1 Desain penelitian Keterangan:

O1 : pre-test kelompok kontrol dan eksperimen

O2: post-test kelompok kontrol dan eksperimen

(21)

Pada O1 dilakukan pre-test sedangkan O2 dilakukan post-test. Adapun yang dimaksud dengan pre-test yaitu tes yang diberikan kepada atlet sebelum dilaksanakan perlakuaan eksperimen. Sedangkan post-test yaitu test yang diberikan kepada atlet setelah dilaksanakan perlakuaan tetapi untuk kelas kontrol tidak dilaksanakan pelakuaan.

Langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2

langkah-langkah penelitian

Populasi

Sampel

Tes awal

Perlakuaan Pliometrik

Tes akhir

Pengumpulan Data

Pengolahan Dan Analisis Data

(22)

Pembagian kelompok eksperiment dan kelompok kontrol sebagai berikut : KELOMPOK “A” EKSPERIMEN KELOMPOK “B” KONTROL

1 2

4 3

5 6

8 7

9 10

12 11

13 14

16 15

17 18

20 19

21 22

Bagan 3.1 Pembagian kelompok D. Waktu dan Tempat Penelitian

Untuk pelaksanaan tes diperlukan tempat yang memadai dan memenuhi syarat serta memiliki peralatan yang menunjang pelaksanaan tes. Maka dari itu penulis memilih momen pada persiapan Porkab Kab. Pandeglang sebagai tes awal dan pelaksanaan porkab Kab. Pandeglang sebagai tes akhir, karena tempat dan syarat cukup memenuhi untuk pelaksanaan peneliatian.

Adapun waktu pelaksanaan peneliatian dilakukan dari bulan oktober hingga november, untuk pelaksanaan pre-test, treatment, dan post test sebagai berikut:

(23)

2. Pelaksanaan treatment yaitu latihan pliometrik dilakukan di sekitar tempat latihan yang berada di alun-alun pandeglang dan gedung graha pancasila, dilaksanakan setiap kali latihan yang terhitung dari tanggal 4 oktober sampai 28 november.

3. Pelaksanaan tes akhir dilakukan pada saat pelaksanaan porkab kab. Pandeglang pada tanggal 28-30 november.

E. Intrumen penelitian

untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan alat ukur sebagai media pengumpul data. Instrument penelitian menurut Arikunto (2006:219) adalah: “alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data.” Menurut Sugiyono (2009:102) menjelaskan bahwa: “instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.”

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka alat ukur yang di pakai untuk mengumpukan data adalah tes pemanjatan pada olahraga panjat tebing kategori speed. Beberpa ketentuan yang digunakan sebagai alat ukur dalam pelaksanaan tes eksperimen untuk penelitian ini adalah:

1. Dinding panjat (wall climbing) 2. Stopwatch, pluit.

3. Alat tulis mencatat waktu pemanjatan

Menurut pedoman penyelengaraan kompetisi panjat tebing peraturan umum kompetisi (FPTI.2010:30), “bentuk penilaian dalam kategori speed yaitu nilai yang diperoleh berdasarkan hasil kecepatan memanjat.” Berdasarkan literatur dan studi pustaka bahwa validitas dan reliabilitas alat ukur pada olahraga panjat tebing kategori speed belum diketahui.

Pelaksanaan test:

(24)

2. Pemanggilan sampel untuk melakukan pemanjatan. 3. Sampel berdiri didepan papan panjat.

4. Sampel mengambil posisi siap di garis star yang sudah ditentukan 5. Sampel menunggu aba-aba yang diberikan oleh penguji.

6. Aba-aba yang diberikan bersedia, siap, iya.

7. Sampel memulai pemanjatan ketika sudah mendengar aba-aba, sampai ujung (top) jalur pemanjatan dan harus menghentikan alat pengukur waktu dengan cara memukul tombol dengan tangan.

8. Penguji mencatat waktu yang di tempuh oleh sampel.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, kelompok eksperimen melakukan latihan pliometrik yang meliputi latihan lari maniki tangga, step up jump dan latihan pull-up. masa latihan untuk orang coba adalah 21 kali pertemuan di mulai dari tanggal 4 Oktober dan berakhir 28 November 2012. Latihan bagi orang coba dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu minggu yaitu hari selasa, jumat dan minggu dari pukul 15.00 WIB-17.00 WIB, dilaksanakan di alun-alun Pandeglang disekitar papan panjat Kab. Pandeglang.

Banyaknya pertemuan latihan yang penulis lakukan sesuai dengan pendapat Willmore and Costill (1994: 311) bahwa: “research indicates that after training is terminated and atlethe can retain gained muscle streng and power for period up to 6 weks.” Maksud kalimat tersebut bahwa hasil dari penelitiankekuatan dan power dapat meningkat dengan melakukan latihan selama 6 minggu atau lebih. Sedangkan frekuensi ekperimen latihan yang penulis lakukan sesuai dengan pendapat Harsono (1988:194) bahwa :”.... sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu misalnya senin, rabu, jumat, dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut...”

Latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan. Uraian singkat mengenai latihannnya adlah sebagai berikut:

(25)

Sebelum melakukan latihan inti dimulai, sampel/atlet diintruksikan dahulu untuk melakukan pemanasan atau warming up dengan bimbingan pelatih selama 15 menit, pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan tubuh, menerima beban latihan intiagar lebih siap. Latihan pemansan yang diberikan berupa peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota badan secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai kaki. Selanjutnya lari kelilin sebanyak lima keliling lapangan dan diakhiri oleh peregangan dinamis, yaitu atlet melakukan gerakan dengan mengaktifkan atau menggerak-gerakan bagian badan secara berirama, seperti memantul-mantulkan (balistik).

b. Latihan inti

Latihan inti dalam penelitian ini yaitu untuk kelompok eksperimen atlet melakukan latihan ( untuk bagian tungkai) lari menaiki tangga dan latihan step up jump, dan untuk bagian lengan melakukan latihan pull up.

c. Latihan pendinginan

Setelah latihan inti berakhir, atlet di intruksikan untuk melakukan pendinginan dengan dibimbing pelatih selama 15 menit, yaitu melakukan lari satu keliling lapang, setelah itu melakukan gerakan pelemasan.

Dalam penerapan program latihan dalam penelitian ini, penulis menggunakan prinsip norma-norma latihan pliometrik, sebagaiberikut:

1.1. Intensitas

(26)

kompleks dan tekanan lebih tinggi. Chu menggambarkan skala intensitas untuk latihan pliometrik sebagai berikut

High

Depth jumps Box drills

Multiple hops and jumps Standing jumps

Low Jumps-in-place

gambar 3.3

Skala intensitas latihan pliometrik 1.2. Volume

Dalam suatu latihan biasanya berisi drill-drill atau bentuk latihan. Isi latihan atau banyaknya tugas yang harus diselesaikan itu disebut volume. Chu (19992:13) menjelaskan, “volume is the total work performed is singel work at session or cycle”. Pada latihan pliometrik khususnya bagi otot tungkai, volume latihannya adalah banyaknya perkenanaan kaki dengan tanah.

(27)

Simple volume increase

Skala Hubungan Antara Volume dan Intensitas Latihan Pliometrik

Chu menyarankan volume latihan sebagai berikut:

Level level level level

Begening Intermediate Advanced intensity

off-season 6-100 100-150 120-200

low-mode

Preseason 100-250 150-300 140-450

mod-season recovery only Recovry only

Recovery only

mod high

Bagan 3.2

(28)

1.3. Interval

Masa pulih atau recovery dari setiap penyelesaian suatu tugas adalah hal yang perlu diperhatikan karena menyangkut kesiapan tubuh umumnya dan otot-otot khususnya untuk menerima beban tugas berikutnya. Radcliffe and Farintinos (1999:34) menjelaskan bahwa: Periode istirahat satu atau dua menit antar set selalu dibutuhkan oleh system syaraf otot untuk pemulihan dalam latihan siklus peregangan pendek. Latihan dengan pengaruh yang kecil dan intensitas pendaratan atau penangkapan medicine ball mungkin hanya membutuhkan 30 sampai 60 detik, dimana digunakan untuk kembali atau berganti posisi dengan orang lain. Periode istirahat antara jadwal latihan sangat penting untuk pemulihan otot-otot, ligament dan tendon.

1.4.Densitas

Densitas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekerapan latihan dan merupakan frekuensi latihan yang dilakukan, diselangi waktu istirahat atau bisa disebut pula dengan kepadatan latihan, seperti 3 set @ 20 lompatan=60 kali lompatan, jadi kepdatannya adalah 60 kali lompatan.

radcliffe and Farentinos menjeladkan bahwa:

“frekuensi latihan pliometrik 2 atau 3 minggu hari perminggu untuk memeberikan hasil yang optimal. Penting untuk memperhatikan total latihan pembebanan, jenis jenis aktivitas dalam olahraga tertantu, dan pengaruh dari perbandingan antara frekuensi dan intensitas.”

(29)

9 10 11 3 4 5 6 7 8

1 2

Gambar 3.5

Penambahan beban latihan secara bertahap (the step type appoarch)

Setiap garis vertical menunjukan perubahan penambahan beban, sedangkan setiap garis horizontal adalah fase adaptasi terhadap beban yang baru.

Adapun program latihan yang penulis gunakan dalam penelitian ini yang tertuang dalam grafik penambahan beban latihan yang penulis lakukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut.

1111111111 11

Gambar 3.6

Grafik penambahan beban latihan

(30)

“Yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal, menurut pola sistem tertentu, metodis, darimudah ke sukara, latihan yang teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek, berulang-ulang maksudnya ialah agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakain mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya, sehingga semakin menghemat energi.”

Sebelum latihan dimulai, pemanasan (warming up) penting dilakukan sebelum berlatih. Mengenai latihan pemanasan (warming up) tersebut Chu (1992:16) mengemukakan, “warming up can star with passive streaching and walking and pogress to skiping, light jogging, and side to side movement using big arms swings to warm up the shoulders.”Maksud kalimat diatas dengan terjemahan bebas yaitu latihan pemanasan terlebih dahulu dilakukan dengan peregangan pasif dan lari ditempat kemudian lompat-lompat, lari ringan, bolak-balik dengan melakukan putaran lengan untuk memanaskan otot bahu. Tujuan dari pemanasan ialah untuk mengadakan perubahan fungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan yang lebih berat dalam hal ini adalah penyesuaian terhadap latihan inti.

F. Pengumpulan data

Pengumpulan data menurut Nazir (1999: 211) adalah:” prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.” Teknik pengumpulan data dengan menggunakan cara eksperimen yaitu penelitian dilakukan berdasarkan percobaan terhadap variabel yang akan diteliti, dengan kata lain penelitian dilakukan dengan praktek dilapangan.

Pengolahan data dilakukan setelah data hasil penelitian diperoleh. Pemgolahan data dilakukan berdasarkan metode statistika agar diperoleh hasil perhitungan akhir atau kesimpulan yang benar dengan langkah-langkah :

1. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai berikut :

̅

=

(31)

̅ = nilai rata-rata yang dicari ∑ = jumlah dari

X = skor mentah n = jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1

3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Sebelum dilakukan analisis korelasi, maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan normalitas dari setiap butir tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu dengan uji kenormalan secara non parametrik atau disebut uji Liliefors. Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ……., Zn

dengan mempergunakan rumus :

S

x

x

Z

1

1 (xdan S merupakan rata-rat dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).

b. Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku,kemudia dihitung pula F ( Zi ) = P ( Z < Zi )

c. Selanjutnya dihitung proporsi Zi , Z2 ,………, Zn yang lebih kecil atau

(32)

 

BanyaknyaZn Z Z Z

S 1, 2... n

1 

d. Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Hitung harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata  = 0.05. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji Liliefors. Dalam hal ini hipotesis diterima.

4. Menguji homogenitas dengan menggunakan rumus : F =

Terima Ho jika Fhitung≤ Ftabel

Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel

5. Uji t dengan menggunakan rumus sebagai berikut : t = ̅

√ ⁄

Keterangan rumus:

t : Nilai kritis untuk uji signifikasi beda ̅ : Rata-rata beda

(33)

t hitung < t tabel : Ho diterima

t hitung > t tabel : Ho ditolak

6. Uji kesamaan dua rata-rata satu pihak dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ho : µ1 ≤ µ2 H1 : µ1 > µ2

Pendekatan statistika ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Keterangan:

̅̅̅

̅̅̅ N1= nilai sampel

N2= nilai sampel

S1= simpangan baku

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang melibatkan variabel bebas metode latihan pliometrik, dan variabel terikat hasil pemanjatan kategori speed.

Berdasarkan hasil-hasil yang peneliti peroleh dari hasil intrumen penelitian dan pengolahan data, maka dapat penulis simpulkan latihan pliometrik secara progresif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil kecepatan memanjat pada cabang olahraga panjat tebing kategori speed.

B. Saran-saran

Adapun beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Terujinya hipotesis yaitu signifikan antara metode latihan pliometrik terhadap hasil kecepatan memanjat, disarankan kepada peneliti yang lain agar meneliti ulang tentang pengaruh latihan pliometrik tersebut terhadap hasil kecepatan mamanjat kategori speed dengan metodelogi penelitian yang sempurna. Penggunaan sampel yang lebih banyak serta instruktur yang berkualitas diharapkan menghasilkan data penelitian yang lebih akurat.

2. Penulis berharap kepada FPTI pusat khususnya FPTI Kab. Pandeglang agar membina atletnya lebih memperhatikan aspek-aspek latihan yaitu fisik, tehnik, taktik dan mental. khususnya untuk meningkatkan kecepatan memanjat pada cabor panjat tebing kategori speed perlu latihan fisik, yang didalamnya terdapat latihan untuk meningkatkan power yaitu latihan pliometrik.

(35)

4. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi lembaga-lembaga terkait untuk dapat memeperhatikan masalah kondisi fisik khusushnya untuk meningkatkan power tungkai dan power lengan salah satunya dengan metode latihan pliometrik.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi ((2006). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosuder Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ballesteros, J.M., (1979). “manua dedacito de atletismo”, Di Terjemaahkan, Pedoman Latihan Dasar Atletik. PB.PASI,Jakarta.

Bompa. Tudor O., (1990). Theory and Methodology Of Training, second Ed., Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuge, Iowa.

Chu. Donald A., (1988), Jumping Intro Plyometrics, Leisure Press, Champaighn, Illionos.

Catros. (2007). Sejarah Pendakian Gunung Dan Panjat Tebing Di Indonesia.(online). Tersedia: http://catros.wordpress.com/20/07/03/29/sejarah-pendakian-gunung-dan-panjat-tebing-di-indonesia/(29 Maret 2007)

Harsono (1989). Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: Cv Tambak Kusuma.

Michael, Doyle., (2010), A55 Sport Climb- North Walles Rock Climbing. Publishing, Pesda Press, United States Of America.

Poerwadarminta, W.J.S., (1976), Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Pyke, Frank S/Rushall., (1990), Toward Better Coaching, Australian Goverment Publishing Service, Canbera.

Radcliffe ,J.C., and R.C. Farentinos. (1985), Plyometrics Exsplosive Power Training. Champaign, Il: Human Kinetic.

Sharkey, Brian J., (1986). Coaches Guide to Sport Physiology, Human Kinetics Publisher, Inc, Champaigh.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitaian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B. Bandung: Alfabeta.

(37)

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.

Tim Penyusun FPTI. (2010). Pedoman Kompetisi Panjat Tebing Indonesia. Jakarta: FPTI.

Tim Penyusun Kamus. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Wilmore, Jack H/Costill, David L., (1994), Physiology Of Sport and Excersice, Human Kinetics, United States Of America.

Sumber lain:

http://gladiannasionalpaxivsumbar.wordpress.com/2013/01/17/sejarah-panjat-tebing/

Gambar

gambar 3.1 Desain penelitian
Gambar 3.2 langkah-langkah penelitian
gambar 3.3 Skala intensitas latihan pliometrik
gambar 3.4 Skala Hubungan Antara Volume dan Intensitas Latihan Pliometrik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli atau rekaman yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan jaminan penawaran asli untuk setiap data

Bahan yang manakah mempunyai susunan atom yang sama seperti rajah?. A keluli

Kemudian buat kolom sebanyak yang diperlukan jika pada gambar diatas ada 16 kolom maka buat anda belum tentu sama karena pasti adanya perbedaan dari perangkat desa yang ada

1511/1 © Hak Cipta JUJ Pahang 2014 [Lihat halaman sebelah 27 Maklumat berikut adalah mengenai kaedah-kaedah pembiakan yang dijalankan oleh mikroorganisma..

Karena hukum Islam tentang masalah kewarisan ini belum sepenuhnya diresapi dan diterima oleh hukum adat Jawa, maka wewenang untak mengadili perkara waris ini dialihkan dari

sampaikan kepada semua pihak yang berkepenfingan dalam penyelenggaraan kegiatan pengadaan Penyedia. Barang/Jasa kegiatan

Berdasarkan hasil analisis secara kuantitatif diperoleh gambaran kemampuan dasar fisika mahasiswa pendidikan Fisika semester I menggunakan tes diagnostik

DASUKI alias KIKI, karena saksi korban tidak terbiasa minum-minuman tuak tersebut menyebabkan kepala saksi korban terasa pusing lalu saksi korban rebahan dan berbaring