• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DENGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN TANPA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DI POLI UMUM PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DENGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN TANPA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DI POLI UMUM PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT TAHUN 2014."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DENGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEADAN TANPAOBSTRUCTIVE SLEEP

APNEADI POLI UMUM PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

RAHMA DIKA SAPUTRI

1010321016

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

viii UNIVERSITAS ANDALAS

Juli 2014

Nama : Rahma Dika Saputri No.BP : 1010321016

Perbedaan kualitas hidup pasien hipertensi denganObstructive Sleep Apnea

dan tanpaObstructive Sleep Apneadi Poli Umum Puskesmas Padang Pasir Kecamatan Padang Barat Tahun 2014

ABSTRAK

Obstructive Sleep Apnea/OSA atau henti nafas saat tidur dalam beberapa dekade terakhir dikaitkan dengan hipertensi. Kejadian Apnea-hypoapnea pada OSA menyebabkan naiknya tekanan darah dan penurunan pada kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien hipertensi dengan OSA dan tanpa OSA. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Pasir Kecamatan Padang Barat karena pada wilayah Padang Pasir memiliki pasien hipertensi yang terbanyak di kota Padang. Desain penelitian ini adalah Deskriptif Komparasi dengan pendengkatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 169 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesoner dan cara ukur menggunakan teknik wawancara terpimpin. Analisa univariat ketahui median, maksimum-minimum dan bivariate dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 60,4% pasien hipertensi mengalami OSA. Mean kualitas hidup pasien dengan OSA didapatkan lebih rendah daripada pasien yang tidak mengalami OSA dengan nilai p= 0,000. Terdapat perbedaan kualitas hidup pasien hipertensi dengan OSA dan tanpa OSA. Diharapkan pada petugas kesehatan untuk mengidentifikasi lebih dini OSA dan memberikan informasi tentang OSA pada pasien hipertensi sehingga morbilitas dan mortalitas akibat OSA dapat ditekan.

(3)

ix

The Differences Quality of Life Hypertensive Patients with Obstructive Sleep Apnea And without Obstructive

in Poli Umum Puskesmas Padang Pasir District of Padang West 2014

ABSTRACT

The last few decades Obstructive Sleep Apnea/OSA is associated with hypertension. Incidence Apnea- hypoapnea in OSA causes hypertension and decrease quality of life. The purpose of this research was to determine differences quality of life hypertensive patients with OSA and without OSA. This research was conducted in Puskesmas Padang Pasir because the highest numbers of hypertension patients in Padang found here. The design of this research is descriptive comparative with cross sectional approach. The samples in this research are 169 peoples. The data was collected using questionare with interview techniques. This research divided by univariate and bivariate analysis. Univariate analysis used median, minimum and maximum. Bivariate analysis used Mann-Whitney test. The results of this study found that 60.4% patients hypertension with OSA. Means quality of life patients with OSA obtained lower than in patients without OSA with p value = 0.000. There are differences the quality of life in hipertensive patients with OSA and without OSA. It is expected that the health workers to identify early OSA and provide information about OSA in hypertensive patients to reduce morbidity and mortality because OSA.

(4)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak mudah untuk mendefenisikan kualitas hidup secara tepat. Kualitas

hidup biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang

dibicarakan dan digunakan. Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan

penyakit, kualitas hidup secara umum sama diartikan dengan gambaran kondisi

kesehatan.

Kualitas hidup menurut menurut Hays, (1992) (dalam Butar-butar 2013)

merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan kepuasan dan kenikmatan

dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup tersebut menyangkut kesehatan fisik

dan kesehatan mental yang berarti jika seseorang sehat secara fisik dan mental

maka orang tersebut akan mencapai kepuasan dalam hidupnya.

Kualitas hidup yang baik pada seseorang individu sangat diperlukan untuk

mempertahankan agar seseorang tersebut mampu mendapatkan status kesehatan

terbaik dan mempertahankan fungsi atau kemampuan fisiknya seoptimal mungkin

dan selama mungkin (Rochmayanti, 2011). Pengukuran kualitas hidup perlu

dilakukan karena Pengukuran kualitas hidup mempunyai manfaat yaitu sebagai

perbandingan beberapa alternatif pengelolaan, data penelitian klinis, penilaian

manfaat suatu intervensi klinis, pengenalan dini dampak dari suatu penyakit

sehingga dapat diberikan intervensi tambahan, maupun prediktor untuk

(5)

2

2009). Ketika seseorang memiliki kualitas hidup yang tinggi maka ia akan

memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh dan dapat meningkatkan derajat

kesehatannya. Sebaliknya, ketika kualitas hidup menurun maka keinginan untuk

sembuh juga menurun.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang

diantaranya yaitu usia, jenis kelamin, penghasilan, status perkawinan, keamanan,

keadaan lingkungan dan kesehatan (Nazir, 2006; Rochmayanti, 2011). Walaupun

seseorang mempunyai keuangan yang cukup belum tentu ia mempunyai kualitas

hidup yang baik, jika orang tersebut menderita suatu penyakit begitu juga

sebaliknya.

Beberapa dekade terakhir ini banyak penelitian mengatakan bahwa

kualitas hidup dipengaruhi oleh Obstructive Sleep Apnea/ OSA. Pada tahun 2002,

Lacasse, Godbout, dan Series melakukan penelitian dengan judul Health-Related

Quality of Life in Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang bertujuan untuk

menggambarkan dampak dari OSA pada kualitas hidup pasien. Dari penelitian itu

didapatkan hasil bahwa secara signifikan OSA memberikan kontribusi terhadap

penurunan dari semua domain kualitas hidup terkait kesehatan. Domain-domain

yang ada yaitu tentang fungsi sehari-hari, fungsi emosional, interaksi sosial dan

gejala siang hari serta gejala noktural. Penelitian lain juga dilakukan oleh Dutt,

Janmeja, Mahapatra, dan Singh (2013) untuk melihat kualitas hidup pasien OSA

dinilai dari pembagian kuesoner Sleep Apnea Quality Of Life Index (SAQLI)

didapatkan hasil bahwa penderita OSA mengalami penurunan kualitas hidupnya.

(6)

dapatkan hasil bahwa pasien OSA yang menjalankan terapi Continuous Positive

Airway Pressure/CPAP (terapi utama OSA) memiliki kualitas hidup yang lebih

tinggi.

Obstructive Sleep Apnea/ OSA ialah terhentinya aliran udara di hidung

dan mulut pada saat tidur dan lamanya lebih dari 10 detik, terjadi berulang kali,

dapat mencapai 20-60 kali per jam, dan disertai dengan penurunan saturasi

oksigen lebih dari 4% (Somers, et al, 2008). OSA biasanya berhubungan dengan

timbulnya permasalahan tidur yaitu mendengkur keras, henti nafas saat tidur, dan

kantuk yang berlebihan pada siang hari. Gejala lain yang biasanya timbul yaitu

tersedak atau terengah-engah, tidur gelisah, sakit kepala dan sakit tenggorokan

pada pagi hari, serta kelelahan berlebihan pada siang hari (Parish & Somers,

2004).

OSA adalah suatu kondisi medis umum yang terjadi pada sekitar 5 %

sampai 15 % dari populasi (Parish & Somers, 2004). US Census Bureau (2004)

mengatakan sekitar 12 juta orang Amerika mengalami OSA dan pada tahun 2008,

American Heart Asociason/AHA mengatakan sekitar 15 Juta orang dewasa

Amerika juga mengalami OSA. Hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan

dalam kasus OSA. Penelitian lain juga dilakukan di berbagai negara seperti

Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Asia menggunakan studi kohort yang

dilakukan di populasi. Meskipun teknik pengukuran bervariasi, sebagian besar

penelitian ini telah menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang dewasa memiliki

(7)

4

Untuk diagnosis OSA itu sendiri alat baku yang digunakan yaitu

polisomnografi nokturnal yang dilakukan di klinis sleep apnea. Parameter yang

dihasilkan adalah hasil dari perhitungan terjadinya periode apnea dan hipopnea

yang disebut dengan indeks apnea hipopnea (Apnea Hipopnea Index, AHI)

(Sumardi, et al, 2007 dikutip dari Winarni, 2010). Perangkat diagnostik yang

lebih sederhana yang digunakan adalah Kuesioner Berlin. Kuesioner Berlin adalah

instrumen yang sudah tervalidasi untuk menentukan adanya faktor risiko OSA,

kuesioner Berlin ini terdiri dari 3 bagian yaitu bagian pertama berisi tentang

mendengkur, bagian kedua berisi tentang kelelahan setelah tidur, dan bagian

ketiga berisi tentang riwayat hipertensi, berat badan, tinggi badan, umur, jenis

kelamin dan Body Mass Index (BMI) (Antariksa, B, 2010).

Selama beberapa dekade terakhir OSA sering dikaitkan dengan Hipertensi.

The Wisconsin Sleep Cohort Study menganalisis perkembangan hipertensi dan

OSA. Didapatkan hasil bahwa kelompok dengan AHI lebih dari 15 memiliki

Rasio odds 4,5 mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak

mengalami OSA. Bila disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, indeks tubuh,

merokok, dan konsumsi alkohol, rasio odds untuk pengembangan hipertensi

adalah 2,9, ini memberikan bukti kuat bahwa OSA merupakan faktor risiko

independen untuk hipertensi (Parish & Somers, 2004).

Penelitian lain yang dilakukan oleh AHA (2008) mengatakan bahwa 30 %

pasien hipertensi memiliki OSA. Selanjutnya, Publikasi oleh Journal of

Hypertension tahun 2001 menyebutkan bahwa 80% penderita hipertensi yang tak

(8)

dilakukan di Spanyol baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan CPAP

selama 12 minggu akan menurunkan tekanan darah diastolik pada penderita

hipertensi yang resisten terhadap pengobatan. Demikian juga tekanan darah

sepanjang malam (Prasadja, 2013).

Di Negara Indonesia hipertensi berada pada tingkat ke empat dari

penambahan pasien penyakit tidak menular tiap tahunnya dan Sumatera Barat

berada pada tingkat ke 8 dari seluruh Indonesia (Riset Kesehatan Dasar, 2012). Di

Kota Padang penderita hipertensi sebanyak 9037 jiwa (Dinas Kesehatan Kota

Padang 2012). Dari banyaknya puskesmas di Kota Padang, Puskesmas Padang

Pasir memiliki tingkat yang tinggi. Dari data yang di dapatkan dari puskesmas

Padang Pasir , sebanyak 3542 pasien datang berkunjung ke puskesmas dengan

hipertensi pada tahun 2013.

Prevalensi OSA di Indonesia berdasarkan data dari Extrapolation of

Prevalence Rate of Obstructive sleep apnea to Countries and Regions, Indonesia

dengan jumlah penduduk ± 200 juta jiwa, estimasi prevalensi penderita OSA

adalah 10 juta orang (US Census Bureau, International Data Base & Population

Estimates, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2010) melihat hubungan

antara Obstructive Sleep Apnea (OSA) dengan Hipertensi di poliklinik penyakit

syaraf RSUD Dr.Moewardi, didapatkan hasil bahwa pasien OSA yang mengalami

hipertensi sebanyak 76 % lebih banyak dari pada jumlah pasien OSA yang tidak

hipertensi yaitu sekitar 24% .

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal

(9)

6

Padang Barat, peneliti melakukan wawancara dan pembagian kuesioner terhadap

10 orang pasien hipertensi, dengan rentang umur sekitar 30-60 tahun, 5 orang

laki-laki dan 5 orang perempuan, hasil studi pendahuluan tersebut didapatkan

bahwa 8 orang dari mereka memiliki obstructive sleep apnea dinilai dengan

kuesioner Berlin, dan ditemukan lebih banyak pada laki-laki yaitu 5 orang. Pada

saat studi pendahuluan tersebut peneliti juga membagikan kuesionershort SAQLI

pada responden. Dari hasil studi tersebut didapatkan median pada domain

kegiatan sehari-hari (3,625), domain interaksi social (5,5), domain fungsi

emosional (6), domain gejala (2,5) dan median total SAQLI didapatkan (4,52).

Dampak jangka panjang dari OSA dan hipertensi adalah gangguan yang

terjadi pada sistem kardiovaskular diantaranya yaitu penyakit stroke, penyakit

jantung iskemik, dan gagal jantung kongestive/CHF (Somers, et al, 2008).

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan OSA dengan gangguan

pada sistem kardiovaskular. Penelitian epidemiologi memperlihatkan hubungan

antara OSA dan Congestive Heart Failure (CHF). Pada penelitian Sleep Heart

Health Study, kejadian OSA (dengan AHI > 11) mempunyai odds ratio 2,38

sebagai faktor risiko CHF. Pada pasien dengan CHF dan disfungsi sistolik

mempunyai gangguan napas saat tidur dan 11% dari 81 pasien serta 37% dari 450

pasien ternyata mempunyai OSA (Parish & Somers, 2004). Penelitian yang

dilakukan oleh San Diego juga menunjukkan tingkat kematian untuk penyakit

jantung lebih tinggi bagi mereka dengan OSA (35 % untuk AHI < 15 , 56 % untuk

(10)

Dari fenomena-fenomena tersebut sebagai seorang calon perawat yang

berperan sebagai educator dan peran perawat sebagai pemberi asuhan serta

menjalankan fungsi independen perawat yaitu memenuhi kebutuhan dasar

manusia termasuk meningkatkan kulitas hidup pasiennya, perlu rasanya untuk

melakukan penelitian tentang perbedaan kualitas hidup pasien hipertensi dengan

obstructive sleep apnea dan tanpa obstructive sleep apne, sehingga nanti

diharapkan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dan perawat itu

sendiri.

B. Rumusan Masalah

Beberapa dekade terakhir ini penyakit henti nafas saat tidur (OSA) sering

dikaitkan dengan hipertensi, beberapa penelitianpun telah dilakukan tentang

hubungan antara OSA dan hipertensi, dari penelitian tersebut di dapatkan bahwa

30 % pasien hipertensi memiliki OSA dan 50 % pasien OSA memiliki hipertensi

(Somers, et al, 2008).

Dutt,et al (2013) juga melakukan penelitian tentang kualitas hidup pada

penderita OSA, dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa penderita

OSA mengalami penurunan kualitas hidupnya dinilai dari pembagian kuesoner

Sleep Apnea Quality Of Life Index(SAQLI).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat di ambil rumusan

masalah penelitian yaitu apakah ada perbedaan kualitas hidup pada pasien

hipertensi denganobstructive sleep apneadan tanpaobstructive sleep apnedi Poli

(11)

8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pada

pasien hipertensi dengan OSA dan tanpa OSA di Poli Umum Puskesmas

Padang Pasir Kecamatan Padang Barat.

2. Tujuan Khusus

Tujuan penelitian ini yaitu :

a. Mengetahui kualitas hidup pasien Hipertensi dengan Obstructive

Sleep Apnea berdasarkan total SAQLI dan domain aktivitas

sehari-hari, domain interaksi sosial, domain emosional, serta domain

gejala di Poli Umum Puskesmas Padang Pasir Kecamatan Padang

Barat

b. Mengetahui kualitas hidup pasien Hipertensi tanpa Obstructive

Sleep Apneaberdasarkan total SAQLI dan domain aktivitas

sehari-hari, domain interaksi sosial, domain emosional, serta domain

gejala di Poli Umum Padang Pasir Kecamatan Padang Barat

c. Mengetahui perbedaan kualitas hidup pada pasien hipertensi

dengan OSA dan tanpa OSA di Poli Umum Padang Pasir

(12)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Salah satu fungsi perawat adalah sebagai konselor dan edukator sehingga

hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memberikan

informasi kepada pasien terutama pada pasien hipertensi sehingga dapat

dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

2. Bagi Institusi

a. Memberikan gambaran perbedaan kualitas hidup pada pasien

hipertensi dengan OSA dan tanpa OSA sehingga petugas kesehatan

bisa memberikan tatalaksana yang baik pada pasien hipertensi

dengan OSA.

b. Memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada Puskesmas

Padang Pasir kecamatan Padang Barat

c. Sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi tenaga kesehatan,

staf dan pengunjung Puskesmas Padang Pasir Kecamatan Padang

Barat.

3. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam

mengembangkan pendidikan khususnya keperawatan dalam meninjau

lebih jauh serta memberikan bukti-bukti tentang kualitas hidup pasien

(13)

10

4. Bagi Penelitian Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur bidang ilmu

keperawatan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan

Referensi

Dokumen terkait

Masukkan sekitar 0,4 g kristal NaOH ke dalam gelas piala 300 mL yang telah berisi air Masukkan sekitar 0,4 g kristal NaOH ke dalam gelas piala 300 mL yang telah berisi air bebas

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU.. BUTAN

An advanced feeding management of ruminant is defined as: (1) Processing feed ingredients to improve the nutritive value; (2) Supplementing the animal with substances into

Sampel urin yang digunakan untuk urinalisa khususnya dalam pemeriksaan skrining maupun diagnosa infeksi saluran kemih tidak boleh dilakukan penundaan transport

Dalam proses tersebut akan terjadi tekanan dan suhu yang sangat tinggi, terutama pada kontak terobosannya antara magma yang masih cair dengan batuan di sekitarnya ( country rocks

Islam di Pakistam dapat berkembang dengan pesat sehingga Pakistan merupakan negara dengan penduduk Islam terbesar kedua di dunia.. 'ukum

Di situlah tempat tinggal orang yang berahi kepada Allah, berahikan surga pun tidak, dengan neraka pun dia tidak takut, karena pada orang berahi yang wasal jannah (sampai

Penggunakan sistem informasi sumber daya informasi dengan menggabungkan model DSS dan metode fuzzy logic dapat memberikan solusi bagi manajemen dalam proses pengadaan