DAFTAR ISI
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah ... 4
1. Identifikasi Masalah ... 4
A. Konsep Kinerja Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia ... 12
B. Konsep Kinerja dan Kinerja profesional guru ... 16
1 Konsep Kinerja ... 16
1 Hubungan Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Profesional ... 75
2 Hubungan Kompensasi, Komitmen Organisasi dan Kinerja Profesional ... 76
Organisasi dan Kinerja Profesional ... 78
H. Langkah-langkah Pengolahan Data ... 125
I. Prasyarat Analisis ... 127
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 142
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 142
1. Kinerja profesional guru SMA di Kota Bekasi ... 142
2. Komitmen organisasi Guru SMA di Kota Bekasi ... 170
3. Kecerdasan Emosional Guru SMA di Kota Bekasi ... 181
4. Budaya organisasi Guru SMA di Kota Bekasi ... 194
5. Kompensasi Guru SMA di Kota Bekasi ... 204
6. Kepuasan Kerja Guru SMA di Kota Bekasi ... 214
B. Analisis Korelasional Variabel Penelitian ... 227
1. Kontribusi Komitmen Organisasi terhadap Profesional Guru SMA Negeri di Kota Bekasi ... 228
2. Kontribusi Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja profesional guru SMA Negeri di Kota Bekasi ... 231
3. Kontribusi Budaya Organisasi terhadap Profesional Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Bekasi ... 233
4. Kontribusi Kompensasi terhadap Kinerja profesional guru SMA Negeri di Kota Bekasi ... 235
5. Kontribusi Kepuasan Kerja terhadap Profesional Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Bekasi ... 238
6. Kontribusi Secara Bersama Komitmen Organisasi, Kecerdasan emosional, Budaya Organisasi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja profesional guru SMA Negeri di Kota Bekas ... 240
C. Analisi Regresi Variabel Penelitian ... 245
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 250
A. Komitmen Organisasi dan Profesinalisme Kinerja Guru ... 251
B. Kecerdasan Emosional dan Kinerja profesional guru ... 255
C. Budaya organisasi dan Kinerja profesional guru ... 258
D. Kompensasi dan Kinerja profesional guru ... 261
E. Kepuasan Kerja dan Kinerja profesional guru ... 266
BAB VI KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMNDASI ... 276
A. Kesimpulan ... 276
B. Implikasi ... 278
C. Rekomendasi ... 284
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Standar Kompetensi Guru SMA 38
3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pasca Uji Coba 116
3.2 Klasifikasi Hubungan 124
3.3 Test of Homogeneity of Variance 1 128
3.4 Test of Homogeneity of Variance 2 130
3.5 Tests of Normality Variabel Y 131
3.6 Tests of Normality Variabel X1 132
3.7 Tests of Normality Variabel X2 134
3.8 Tests of Normality Variabel X3 136
3.9 Tests of Normality Variabel X4 137
3.10 Tests of Normality Variabel X5 139
4.1 Deskripsi Profesionalisme kinerja Guru 169
4.2 Deskripsi Komitmen Organisasi 179
4.3 Deskripsi Kecerdasan Emosional 193
4.4 Deskripsi Budaya Organisasi 203
4.5 Deskripsi Kompensasi 213
4.6 Deskripsi Kepuasan Kerja 226
4.7 Korelasi Antar Variabel Penelitian 243
4.8 Variabel-Variabel yang Dianalisis Dalam Uji Regresi 245 4.9 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Prediktor
terhadap Variabel Dependen 246
4.10 Analisis Varians 247
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1.1 Kerangka Berfikir 5
3.1 Model Penelitian 111
3.2 Langkah-Langkah Pengolahan Data 126
4.1 Hubungan Diantara Variabel Penelitian 244
5.1 Komparasi Teori dan Hasil Penelitian
Peningkatan Profesionalisme Kinerja Guru 250
5.2 Model Pengembangan profesionalisme Guru Dalam Rangka
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
3.1 Sebaran Data Variabel Y 132
3.2 Sebaran Data Variabel X1 133
3.3 Sebaran Data Variabel X2 135
3.4 Sebaran Data Variabel X3 137
3.5 Sebaran Data Variabel X4 138
3.6 Sebaran Data Variabel X5 140
DAFTAR HISTOGRAM
Histogram Hal
4.1 Sebaran Data Profesionalisme Kinerja Guru 170
4.2 Sebaran Data Komitmen Organisasi 180
4.3 Sebaran Data Kecerdasan Emosional 194
4.4 Sebaran DataBudaya Organisasi 204
4.5 Sebaran Data Kompensasi 214
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian 300
2. Data Uji Coba Instrumen Penelitian 314
3. Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Penelitian 330
4. Data Hasil Penelitian 354
5. Total Skor Data mentah 380
6. Proses Transformasi Data Ordinal ke Data Interval 386
7. Hasil Transformasi Data Ordinal ke Data Interval 416
8. Tabel Deskripsi Variabel Y 422
9. Tabel Deskripsi Variabel X1 440
10.Tabel Deskripsi Variabel X2 448
11.Tabel Deskripsi Variabel X3 458
12.Tabel Deskripsi Variabel X4 465
13.Tabel Deskripsi Variabel X5 471
14.Analisis Jalur 479
15.Instrumen Penelitian 492
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi tidak mungkin dapat mencapai tujuan tanpa dukungan anggota
organisasi. Hal ini tidak terkecuali berlaku pula bagi organisasi pemerintahan
yang bersifat nonprofit, seperti institusi pendidikan atau sekolah. Sekolah tidak
mungkin dapat mencapai tujuannya secara optimal tanpa kontribusi dari segenap
jajaran pegawai, terutama para guru. Program kerja sekolah yang telah disusun
dalam rangka mencapai target-target tertentu bisa sia-sia apabila tidak disokong
oleh kinerja guru yang optimal. Hal itu menunjukkan bahwa kinerja merupakan
faktor yang tidak bisa ditawar dalam kehidupan organisasi, karena kinerja ádalah
prasyarat dan sekaligus modal dasar untuk membangun kinerja organisasi. Kinerja
organisasi tidak akan optimal tanpa dukungan kinerja pegawai yang optimal pula.
Salah satu faktor pokok yang dibutuhkan untuk membangun kinerja yang
optimal adalah komitmen organisasi. Hal ini diperlukan karena komitmen yang
tinggi akan mendorong individu untuk berusaha dan berjuang semaksimal
mungkin untuk kemajuan organisasi dan dirinya. Lebih dari itu, komitmen yang
tinggi juga akan mendorong tumbuhnya sikap loyal, dedikatif, inovatif, kreatif,
dan antisipatif yang sangat dibutuhkan oleh organisasi dalam usaha
mempertahankan dan menumbuhkembangkan eksistensinya. Sebaliknya, individu
withdrawal, seperti absensi tidak tertib, cepat pulang kantor, sering istirahat, dan
bekerja lambat (Newstrom & Davis, 1996 : 260).
Komitmen organisasi mencakup tiga hal penting, yaitu identifikasi atau
kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi, keterlibatan atau kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, dan loyalitas atau
keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Di samping itu, komitmen
organisasi juga merefleksikan kondisi anggota organisasi sangat tertarik terhadap
tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi.
Komitmen organisasi yang dimiliki individu tidak terjadi begitu saja,
melainkan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain: kecerdasan emosional,
budaya organisasi, kompensasi dan kepuasan kerja. Keempat faktor tersebut juga
dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja.
Kecerdasan emosional terkait dengan kemampuan individu untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina
hubungan dengan orang lain, sehingga apabila dikuasai dengan baik dapat
mendorong komitmen terhadap organisasi. Hal ini dimungkinkan karena
dimensi-dimensi yang terkandung dalam kecerdasan emosional dapat menuntun seseorang
untuk memahami posisinya secara tepat di tengah-tengah dinamika organisasi,
termasuk memotivasi diri, berempati dan membina hubungan dengan anggota
organisasi demi kepentingan organisasi.
Kemudian budaya organisasi terkait dengan nilai-nilai, asumsi-asumsi, dan
keyakinan-keyakinan dasar yang dirasakan bersama oleh setiap orang sebagai
akan menyebabkan rasa nyaman yang kemudian mendorong yang bersangkutan
memiliki komitmen terhadap organisasi.
Selanjutnya kompensasi yang meliputi gaji, tunjangan dan insentif yang
diterima individu dari organisasi sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah
dilakukan, jelas merupakan faktor penting yang diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, baik yang bersifat primer, sekunder maupun terteir. Dalam
kondisi demikian, kompensasi dapat menentukan atau mempengaruhi komitmen
organisasi seseorang. Semakin baik kompensasi yang diterima seseorang, dan
karena itu semakin berpeluang menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup, maka
makin tinggi komitmen seseorang terhadap organisasinya.
Terakhir, kepuasan kerja antara lain terkait dengan perasaan individu
terhadap kondisi kerja, kepemimpinan, teman sekerja, dan promosi. Semakin
senang perasaan individu terhadap lima aspek tersebut, maka semakin puas dalam
bekerja. Kepuasan kerja ini akan mendorong yang bersangkutan memiliki
komitmen terhadap organisasi. Semakin tinggi kepuasaan yang dirasakan, maka
akan semakin tinggi komitmen organissainya.
Dari uraian di atas tampak bahwa komitmen organisasi sangat penting dan
vital dalam membangun kinerja organisasi, tidak terkecuali bagi organisasi
sekolah. Namun dalam realitasnya masih sangat banyak para guru yang belum
memiliki komitmen organisasi yang memadai terhadap organisasi sekolah, antara
lain terjadi pada guru-guru Sekolah Menengan Atas Negeri (SMAN) di Kota
Bekasi, Jawa Barat. Indikasinya, antara lain: suka terlambat masuk kelas,
untuk kepentingan lain, malas memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan kepada
siswa, terlambat menyerahkan soal-soal ulangan atau nilai hasil ulangan.
Sikap-sikap seperti itu akhirnya menyebabkan kinerja yang dicapai oleh guru juga tidak
optimal.
Fenomena tersebut menarik untuk dikaji secara ilmiah, sehingga penulis
tertarik untuk meneliti persoalan Kinerja Profesional Guru ditinjau dari faktor
kecerdasan emsoional, budaya organisasi, kompensasi, kepuasan kerja, dan
komitmen organisasi dengan mengambil obyek penelitian pada guru SMAN se
Kota Bekasi, Jawa Barat.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Mengelola SDM dalam hal ini meningkatkan Kinerja Profesional Guru
dapat dilakukan dengan pendekatan strategi kompetitif yang melibatkan secara
kontektual analisis terhadap isue-isue yang berkembang sebagai bahan masukan
dalam menentukan program dengan menyusun dan menggali potensi strategik
sehingga pada akhirnya dapat diperoleh profil guru yang memiliki kualifikasi dan
sesuai dengan Permendiknas No. 16 Tahun 2007.
Hal yang paling pokok dari pendekatan ini adalah fakta atau kondisi
empirik. Strategi kompetitif yang berbeda mengisyaratkan kondisi eksternal dan
internal dalam mewujudkan guru yang professional harus lebih mendapat
perhatian pada aktifitas manajemen SDM seperti memperhatikan: Kondisi internal
guru ( komitmen organisasi dan kepuasan kerja) dan Kondisi eksternal ( Budaya
1. Perwujudan visi dan misi pendidikan nasional merupakan bagian yang tidak
terpisahkan Kinerja Profesional Guru;
2. Pelaksanaan 4 standar kompetensi guru (core Bussines) pendidikan masih
terdapat kesejangan/GAP antara kondisi internal dan eksternal.
Identifikasi permasalahan berdasarkan analisis kesejangan/ GAP yang
terjadi adalah bagaimana kontribusi kondisi internal dan eksternal terhadap
Kinerja Profesional Guru SMA di Kota Bekasi. Kerangka berfikir dalam
penelitian ini selanjutnya dapat dilihat pada: Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
Permendiknas No. 16/2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru
INPUT
Kebijakan
4 Standar Kompetensi Guru (Core Bussiness)
Profesional Kinerja Guru SMA
Di Kota Bekasi Kesenjangan/
GAP
Faktor Eksternal (Budaya dan Kompensasi)
Faktor Internal (Komitmen Organisasi Kecerdasan Emosional, dan Kepuasan kerja)
PROSES
Kondisi Empirik
OUTPUT
Kinerja Guru SMA VISI DAN MISI PENDIDIKAN
2. Pembatasan Masalah
Disamping faktor kebijakan, manajemen sekolah, kepemimpinan,
pembiayaan, sarana dan prasarana dan faktor-faktor lainnya, terdapat lima faktor
yang secara teoretik dan empirik terbukti mempengaruhi Kinerja Profesional Guru
SMA adalah komitmen organisasi, kecerdasan emosional, budaya organisasi,
kompensasi dan kepuasan kerja. Oleh karena itu, mengingat keterbatasan peneliti
dalam hal waktu, biaya dan tenaga, maka permasalahan penelitian dibatasi hanya
pada upaya mengungkap kontribusi komitmen organisasi, kecerdasan emosional,
budaya organisasi, kompensasi dan kepuasan kerja terhadap peningkatan Kinerja
Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) se Kota Bekasi, Jawa
Barat.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah tersebut,
dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kondisi Komitmen Organisasi, Kecerdasan emosional,
Budaya Organisasi, Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Profesional
Guru SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat?
2. Berapa besar kontribusi komitmen Organisasi terhadap Kinerja Profesional
Guru SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat?
3. Berapa besar kontribusi kecerdasan emosional terhadap Kinerja Profesional
4. Berapa besar kontribusi Budaya Organisasi terhadap Kinerja Profesional Guru
SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat?
5. Berapa besar kontribusi Kompensasi terhadap Kinerja Profesional Guru
SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat?
6. Berapa besar kontribusi Kepuasan kerja terhadap Kinerja Profesional Guru
SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat?
7. Berapa besar kontribusi secara bersama Komitmen Organisasi, Kecerdasan
emosional, Budaya Organisasi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Profesional Guru SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah tersebut
di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui:
1. Gambaran kondisi Komitmen Organisasi, Kecerdasan emosional, Budaya
Organisasi, Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Profesional Guru
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi, Jawa Barat.
2. Besarnya Kontribusi komitmen Organisasi terhadap Kinerja Profesional Guru
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi, Jawa Barat.
3. Besarnya Kontribusi kecerdasan emosional terhadap Kinerja Profesional Guru
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi, Jawa Barat.
4. Besarnya Kontribusi Budaya Organisasi terhadap Kinerja Profesional Guru
5. Besarnya Kontribusi Kompensasi terhadap Kinerja Profesional Guru Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi, Jawa Barat.
6. Besarnya Kontribusi Kepuasan kerja terhadap Kinerja Profesional Guru
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi, Jawa Barat.
7. Besarnya Kontribusi secara bersama Komitmen Organisasi, Kecerdasan
emosional, Budaya Organisasi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota
Bekasi, Jawa Barat.
5. Manfaat Penelitian
Dengan rumusan masalah seperti itu, maka hasil penelitian ini setidaknya
diharapkan dapat menyumbangkan dua manfaat, yakni:
1. Secara teoretis dapat menambah dan memperkaya studi mengenai Kinerja
Profesional Guru ditinjau dari perspektif komitmen organisasi, kecerdasan
emosional, budaya organisasi, kompensasi, dan kepuasan kerja.
2. Secara praktis dapat menjadi bahan masukan bagi guru dan Kepala SMAN se
Kota Bekasi dalam memperbaiki atau meningkatkan Kinerja Profesional Guru
dengan memperhatikan, memberikan treatment dan pertimbangan terhadap
komitmen organisasi, kecerdasan emosional, budaya organisasi, kompensasi,
dan kepuasan kerja.
C. Asumsi Penelitian
Beberapa asumsi yang dijadikan anggapan dasar dalam penelitian ini
1. Guru adalah sosok sentral dalam lingkungan pendidikan, sehingga eksistenya
sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Oleh karena itu, guru
dituntut harus dapat melaksanakan semua tugasya secara profesional, sehingga
benar-benar dapat memerankan fungsinya secara maksimal. Profesi memiliki
ciri sentral, yaitu kecakapan dan pengetahuan formal yang kompleks dan
pendekatan etis pada pekerjaannya. Pengetahuan dan kecakapan atau
pengalaman memungkinkan menemukan dan kemudian melakukan hal yang
secara moral benar.
2. Kemampuan guru untuk menghasilkan kinerja secara profesional tidak
terlepas oleh seberapa kuat komitmen guru dalam mengemban tugasnya.
Komitmen yang kuat untuk melaksanakan tugas sebagai guru harus
benar-benar ditanamkan dalam jiwanya, karena dengan kekuatan internal tersebut,
guru akan berusaha mengarahkan segala upaya demi keberhasilan tugasnya.
3. Kecerdasan emosional, budaya organisasi, kompensasi dan kepuasan kerja
merupakan faktor yang perlu ada untuk memaksimalkan komitmen para
pegawai terhadap organisasi dan kinerja profesionalnya. Faktor kecerdasan
emosional dan kepuasan kerja merupakan faktor internal yang baik secara
langsung atau tidak akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Demikian pula
dengan faktor budaya organisasi dan kompensasi, merupakan faktor eksternal
yang akan berkontribusi dalam menentukan aktivitas kerja seorang pegawai.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan acuan teoretik dan kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan
1. Terdapat kontribusi positif dan signifikan komitmen Organisasi terhadap
Kinerja Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota
Bekasi, Jawa Barat.
2. Terdapat kontribusi positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap
Kinerja Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota
Bekasi, Jawa Barat.
3. Terdapat kontribusi positif dan signifikan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi,
Jawa Barat.
4. Terdapat kontribusi positif dan signifikan Kompensasi terhadap Kinerja
Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi,
Jawa Barat.
5. Terdapat kontribusi positif dan signifikan Kepuasan kerja terhadap Kinerja
Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bekasi,
Jawa Barat.
6. Terdapat kontribusi positif dan signifikan secara bersama Komitmen
Organisasi, Kecerdasan emosional, Budaya Organisasi, Kompensasi dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Profesional Guru Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) di Kota Bekasi, Jawa Barat.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk
Budaya Organisasi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja (Variabel independen)
terhadap Kinerja Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di
Kota Bekasi, Jawa Barat (Variabel Dependen). Berdasarkan konsep, teori dan
pandangan dari para pakar di bidangnya dalam setiap variabel penelitian dibuat
penjabaran konsep, teori ke dalam konsep-konsep empirik, analisis dan
operasional yang berfungsi sebagai dasar dalam penyusunan instrumen penelitian
dalam butir-butir pernyataan.
F. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN se Kota Bekasi. Sampelnya adalah
guru yang diambil secara acak sederhana dari 514 guru SMAN se Kota Bekasi,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk
mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Pendekatan atau sifat penelitian,
umumnya dibedakan atas penelitian yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini akan lebih banyak melibatkan pendekatan kuantitatif, yakni
pencapaian tujuan-tujuan penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif. Dengan
demikian, pengolahan data penelitian akan dilakukan melalui analisis statistik
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur secara cermat terhadap
problema sosial tertentu. Menurut Surakhmad (1985:131) penyelidikan deskriptif
ditujukan kepada “pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang”, untuk
membedakan dengan penyelidikan historis. Singaribuan (1987:5)
mengungkapkan:
Penelitian pengembangan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Apabila untuk data yang sama, peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (explanatory research). Jadi perbedaan pokok antara “penelitian deskriptif” dan “penelitian penjelasan” tidaklah terletak pada sifat datanya, melainkan pada sifat analisanya.
Metode ilmiah merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan
empiris. Untuk mendapatkan data empiris dalam penelitian ini dilakukan melalui
dikumpulkan dari responden menggunakan angket atau kuesioner. Singaribuan
(1987:2) mengungkapkan bahwa,
Umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi, berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan cara yang ilmiah, diharapkan data yang didapatkan adalah data yang objektif, valid dan reliabel. Objektif berarti semua akan memberikan penafsiran yang sama, valid berarti adanya ketepatan antara data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan data yang terjadi pada objek yang sesungguhnya, dan reliabel berarti adanya ketepatan/keajegan/konsisten data yang didapat dari waktu ke waktu.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
ukur data pokok. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk (1) penjajagan
(eksploratif); (2) deskriptif eksploratory atau confirmatory, yaitu menjelaskan
hubungan kausal dan pengajuan hipotesis; (3) evaluasi; (4) prediksi; (5) penelitian
operasional dan (6) pengembangan indikator-indikator sosial.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian survey adalah
(1) merumuskan masalah-masalah penelitian dan menentukan tujuan survey; (2)
menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan; (3) menentukan
sampel; (4) membuat kuesioner; (5) melakukan pekerjaan lapangan; (6) mengolah
data; (7) analisis dan pelaporan.
Variabel penelitian terdiri dari lima variabel bebas, dengan simbol X1, X2,
X3, X4, dan dan X5, sedangkan variabel terikat diberi simbol Y. Rinciannya adalah
X1 = Komitmen Organisasi, X2 = Kecerdasan Emosional, X3 = Budaya
Profesional Guru. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut
digambarkan dalam Model Penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN se Kota Bekasi dan direncanakan
berlangsung pada bulan Juli – September 2008.
Y = Kinerja Profesional Guru
X4 = Kompensasi X2 = Kecerdasan
emosional
X5 = Kepuasan Kerja X1 = Komitmen
Organisasi
X3 = Budaya organisasi,
ε
rX5X1
r
YX5r
YX4r
YX3r
YX2r
YX1r
YX1X2X3X4X5rX4X1
rX3X1
rX4X2
rX5X2
rX5X3
rX1X2
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Suharsimi Arikunto (1996: 141) menyatakan bahwa ”Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia atau benda-benda
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.”
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka target populasi dalam penelitian ini
adalah guru SMAN di Kota Bekasi, Jawa Barat yang berjumlah 514 guru dari 15
sekolah.
Penentuan sampel penelitian dilakukan secara multistage random
sampling. Artinya, penentuan sampel dilakukan melalui beberapa tahapan yang
didasarkan pada kriteria tertentu. Untuk sampel dalam kegiatan penelitian ini
penentuannya dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. SMA yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah SMA Negeri yang
ada di Kota Bekasi berjumlah 15 SMAN.
2. Menentukan SMAN dengan status Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI), Sekolah Standar Nasional (SSN) diperoleh 4 SMAN, yakni:
SMAN 4, SMAN 6, SMAN 7 dan SMAN 11.
3. Dari 4 SMAN yang terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel
penelitian ditentukan responden penelitian, yakni para guru.
4. Guru yang dipilih sebagai responden berjumlah 156 orang guru, yakni:
SMAN 4 berjumlah 50 terdiri dari 20 Guru Laki-laki dan 30 Guru
Perempuan.
SMAN 6 berjumlah 48 terdiri dari 23 Guru Laki-laki dan 25 Guru
SMAN 7 berjumlah 30 terdiri dari 15 Guru Laki-laki dan 15 Guru
Perempuan.
SMAN 11 berjumlah 28 terdiri dari 15 Guru Laki-laki dan 13 Guru
Perempuan.
5. Selanjutnya setelah diperoleh jumlah, yakni 156 Guru dari 4 SMAN
yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: (Akdon, 2006:249)
2
dimana: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi (156 Guru SMAN)
e = Tingkat kesalahan sampel, dalam hal ini ditetapkan: 5%
2302
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
maka terdapat enam kelompok data yang dikumpulkan, yakni: (1) Data Komitmen
Organisasi, (2) data Kecerdasan Emosional, (3) data Budaya Organisasi, (4) data
Kompensasi, (5) data Kepuasan Kerja dan (6) data Profesional Guru. Keenam data
tersebut dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang didesain berdasarkan
skala lima.
Dalam skala lima, pernyataan-pernyataan yang diajukan
(skor: 5), sering/setuju (skor: 4), kadang-kadang/ragu-ragu, (skor: 3), jarang/tidak
setuju (skor: 2), dan tidak pernah/sangat tidak setuju (skor: 1).
E. Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen mulai dari penetapan definisi konseptual, definisi
operasional, indikator, sub indikator dan instrumen penelitian selanjutnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner komitmen organisasi
terlebih dahulu dikalibrasi dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas
dilakukan untuk melihat sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya (Saifuddin Azwar, 2003: 5). Rumus statistika yang digunakan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi Product Moment dari
Pearson sebagai berikut:
2
r = Koefisien korelasi
n= Jumlah contoh
Xi = Skor item pernyataan
Sedangkan uji reliabilitas untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap gejala yang sama pada saat yang berbeda. Jadi, pengukuran reliabilitas
berkenaan dengan konsistensi dan keakuratan pengukuran (Saifuddin Azwar,
1999: 87). Uji reliabilitas menggunakan formula Alpha Cronbach dengan rumus
sebagai berikut (Saifuddin Azwar, 2003: 87).
(n) (S2 – ΣS2i)
α = —————————, dimana:
(n-1) S2
α : Koefisien alpha
n : Jumlah item dalam skala
S2 : Varian total dari skor test
Si2 : Varian dari setiap item skala
Data uji validitas dan reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Lampiran 2.
Dan langkah-langkah perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Berdasarkan pada data dan perhitungan yang telah dilakukan terdapat beberapa
item yang direduksi . Item-item yang diredukdi adalah: 1) Variabel Y berjumlah
15 item, 2) Variabel X1 tidak ada yang direduksi, 3) Variabel X2 berjumlah 3
item, 4) Variabel X3 berjumlah 1 item, 5) Variabel X4 berjumlah 4 item dan 6)
Variabel X5 berjumlah 3 item. Selanjutnya, secara rinci item-item yang direduksi
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pasca Uji Coba
No Variabel Indikator Sub Indikator No Item 1. Profesional Guru (Y)
a. Definisi konseptual
Profesional adalah penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan mengajar berdasarkan
Permendiknas No 16 Tahun 2007 meliputi aspek-aspek: Kompetensi Pedagodik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional b. Definisi operasional
No Variabel Indikator Sub Indikator No dengan peserta didik.
No Variabel Indikator Sub Indikator No tua, dan masyarakat.
No Variabel Indikator Sub Indikator No
2. Komitmen organisasi (X1) a. Definisi konseptual
Komitmen organisasi guru adalah kekuatan bersifat relatif dari guru dalam mengidentifikasikan
keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi sekolah yang meliputi indikator: afektif, kontinuasi dan normatif
b. Definisi operasional
Total skor yang diperoleh dari jawaban responden (guru) terhadap kekuatan bersifat relatif dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi sekolah yang meliputi indikator: afektif, kontinuasi dan normatif.
1. Afektif 1. Rasa memiliki
terhadap organisasi
1 2 3
2. Rasa bangga terhadap
organisasi 4 5
3. Lolayalitas terhadap organisasi 6 7
8 9 10
2. Kontinuasi 1. Ketaatan terhadap
peraturan organisasi 11 12
13
2. Kepedulian terhadap ketertiban organisasi 14 15
No Variabel Indikator Sub Indikator No
3. Kecerdasan Emosional (X2) a. Definisi konseptual
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan verbal dan nonverbal yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan, mengenal, mengekspresikan, memahami, dan mengevaluasi emosi diri dan orang lain untuk tujuan membimbing pemikiran dan tindakan selaras dengan permintaan dan tekanan lingkungan, yang meliputi indikator: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri, berempati, membina hubungan dengan orang lain
b. Definisi operasional
Total skor yang diperoleh dari jawaban responden (guru)
mengenai serangkaian kemampuan verbal dan nonverbal yang
memungkinkan dirinya untuk menciptakan, mengenal,
mengekspresikan, memahami, dan mengevaluasi emosi diri dan orang lain untuk tujuan membimbing pemikiran dan tindakan selaras dengan permintaan dan tekanan lingkungan, yang meliputi indikator: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, membina hubungan dengan orang lain
2. Mengelola keinginan 9
10
5. Menggunakan humor 18
19
3. Empati 1. Berusaha memahami
perasaan orang lain 20 21
22
2. Toleransi 23
24
25
4. Memotivasi diri 1. Mengendalikan
dorongan hati 26 27
2. Menjalin persahabatan 39
40
4. Budaya Organisasi (X3) a. Definisi konseptual
1. Inovasi 1. Keleluasaan melakukan
No Variabel Indikator Sub Indikator No Item Budaya organisasi adalah
nilai-nilai, asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dasar yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi yang meliputi aspek-aspek: inovasi, orientasi hasil, dan kendali lemah versus ketat
b. Definisi operasional
Total skor yang diperoleh dari jawaban responden (guru) mengenai nilai-nilai, asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dasar yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi yang meliputi aspek-aspek: inovasi, orientasi hasil, dan kendali lemah versus ketat
3
2. Dukungan manajemen 4
5
4. Evaluasi kinerja guru 22
23
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang dilakukan baik dalam bentuk gaji, insentif, maupun tunjangan b. Definisi operasional
Total skor yang diperoleh dari jawaban responden (kepala sekolah) mengenai segala sesuatu yang diterimanya sebagai balas jasa atas pekerjaan yang dilakukan baik dalam bentuk gaji, insentif, maupun tunjangan
1. Gaji 1. Ketepatan pemberian
gaji
4. Gaji yang diterima meningkatkan motivasi kerja
8
9
5. Kenaikan gaji secara berkala
10 11
2. Insentif 1. Pemberian insentif sesuai dengan
No Variabel Indikator Sub Indikator No Item mendorong semangat
kerja
17
2. Tunjangan khusus 18 19 20 21 22
3. Tunjangan lain-lain 23
24
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan karena kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, kebijakan organisasi dan administratif, supervisi (penyelia), dan promosi b. Definisi operasional
Total skor yang diperoleh dari jawaban responden (guru) mengenai kepuasan yang menyenangkan karena kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, kesesuaian
2. Apresiasi positif 3
4
1. Kepedulian rekan kerja 9 10 11
2. Merasa bangga dengan rekan kerja
No Variabel Indikator Sub Indikator No Item 6. Promosi 1. Keadilan dalam proses
promosi
29 30 31 32
2. Promosi yang sesuai dengan kebutuhan
33 34
G. Teknik Analisis Data
Pengolahan dan analisis data adalah kegiatan melakukan
perhitungan-perhitungan berdasarkan asumsi statistik terhadap data dari variabel-variabel yang
dioperasionalkan dalam penelitian ini. Adapun asumsi statistik yang digunakan
meliputi; Analisis Deskripsi dan Analisis Korelasi Regresi
1. Analisis Deskripsi
Analisis Deskripsi atau Pengukuran Deskriptif adalah,
Prosedur umum yang digunakan untuk menggambarkan ciri-ciri serangkaian data kuantitatif sebetulnya…Prosedur sedemikian, selain meliputi penyusunan data kuantitatif menjadi distribusi frekuensi serta penyajiannya ke dalam grafik yang sesuai, juga termasuk beberapa komputasi atau pengukuran yang bersifat aritmatis guna memperoleh satu atau beberapa kuantitas pengukuran yang singkat tentang ciri-ciri dari data tersebut. (Anto Dajan, 1987:19)
Untuk keperluan pengolahan data hasil penelitian ini, salah satu perhitungan
deskriptif yang digunakan adalah aritmatic mean (rata-rata hitung) dengan
mengaplikasikan Program Computer SPSS Versi: 12.00
2. Analisis Korelasi Regresi
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik, yakni.
2
variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio dan sumber data dua
variabel atau lebih adalah sama” (Sugiyono, 2003:212). Rumus yang dipakai
adalah Product-moment Co-effisient of Correlation, yaitu:
Dimana :
rxy = Koefisien korelasi Xi = Variable Independen Yi = Variabel Dependen n = Ukuran sampel
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus:
Klasifikasi hubungan yang terjadi diantara variabel ditentukan berdasarkan
pada tabel berikut (lihat Tabel. 3.2)
Tabel. 3.2
Klasifikasi Hubungan
KLASIFIKASI (r) HUBUNGAN
0,00 − 0,20
(Sanafiah Faisal, 1982: 317)
Disamping uji korelasi, secara operasional untuk melakukan pengujian
terhadap variabel-variabel penelitian ini, juga digunakan formulasi regresi linier
yang ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor
Komitmen Organisasi, Kecerdasan Emosional, Budaya Organisasi, Kompensasi
dan Kepuasan Kerja sebagai variabel independen terhadap profesinal kinerja guru
sebagai variabel dependen. Rumus persamaan regresi ini adalah:
Y = a + bnXn + ... + bnXn
Dimana :
Y : Merupakan variabel dependen yaitu profesinal kinerja guru
X : Merupakan variabel independen yang terdiri dari:
Komitmen Organisasi, Kecerdasan Emosional, Budaya
Organisasi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja
a : Merupakan nilai konstanta
b : Merupakan koefisien regresi
Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan pengujian atas pernyataan
hipotesis penelitian yang dilakukan dengan menetapkan tingkat signifikansi α
(level of significance) sebesar 0,05. atau pada taraf interval kepercayaan 95 %.
H. Langkah-Langkah Pengolahan Data
Langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melakukan perhitungan statistik dengan matriks data mentah hasil pengumpulan
kuesioner. Penyembaran dan pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap,
yakni: 1) Penyebaran instrumen penelitian dan pengumpulan data untuk uji coba,
dan 2) Penyebaran dan pengumpulan data dengan instrumen yang telah di uji
validitas dan reliabilitasnya. Data yang sudah diperoleh diolah lebih lanjut untuk
mendapatkan hasil akhir pengujian hipotesis. Adapun langkah-langkah
Tabulasi data hasil penelitian Penyebaran dan pengumpulan data ujicoba
instrumen penelitian
Pengujian Data Uji coba instrumen Penelitian
Perbaikan, pembenahan dan penyusunan Instrumen penelitian
Penyebaran dan pengumpulan data pada responden
Ya
Item direduksi
Tidak
Analisis Deskriptif (Ukuran Tendensi Sentral)
Statistik non parametrik
Tidak Ya
Analisis korelasi ganda
Analisis regresi linier ganda
Kesimpulan dan rekomendasi
Gambar 3.2
Langkah-langkah Pengolahan Data
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji Homogenitas Data
Uji Normalitas Data
Transfer data ordinal ke Data interval
Statistik Parametrik
Pembahasan Hasil Penelitian
Tahap I
Tahap II
I. Prasyarat Analisis
Prasyarat analisis dimaksudkan untuk mengetahui: 1) Tingkat homogenitas
data, 2) Distribusi data dan 3) Transfer data ordinal ke data interval. Perhitungan
untuk prasyarat yang ketiga ini dilakukan apabila telah diketahui hasil dari uji
normalitas.
1. Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas diartikan bahwa, jika varians sama (ini yang
seharusnya terjadi), maka dapat dikatakan data homogen dan jika varian tidak
sama berarti data tidak homogen. Dalam kegiatan penelitian ini, asumsi yang
digunakan untuk uji homogenitas adalah varians variabel komitmen organisasi
(X1), kecerdasan emosional (X2), varians budaya organisasi (X3), kompensasi
(X4) dan kepuasan kerja (X5) sama atau identik dengan varians variabel
Profesional Guru (Y).
Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan melalui
rumus Levene test. Langkah pertama, menyusun data total variabel profesional
guru (Y) ke dalam ketegori, misalnya: total jawaban responden 1 adalah 261
termasuk pada kategori sering (nilai 4) atau responden 1 melakukan
komponen-komponen yang ditanyakan berkaitan dengan Profesional guru. Langkah tersebut
dilakukan terhadap 112 responden dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Kedua mengajukan hipotesis dengan dasar varians variabel profesional (Y)
kecerdasan emosional (X2), budaya organisasi (X3), kompensasi (X4) dan
kepuasan kerja (X5) atau group 2. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Data homogen (varians group 1 dan group 2 adalah identik)
H1 : Data tidak homogen (varians group 1 dan group 2 adalah tidak identik)
Dalam menentukan homogen tidaknya varians populasi dilakukan dengan
menetapkan kriteria:
Jika probalitas (SIG) > 0.05, maka Ho diterima Jika probalitias (SIG) < 0.05, maka Ho ditolak
Dengan mengoperasionalkan rumus Levene test melalui perhitungan dengan
menggunakan SPSS Vervi 12.00 terhadap data (lihat Lampiran: 5) diperoleh
hasil sebagai berikut: Tabel 3.3
Tabel 3.3
Test of Homogeneity of Variance 1
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa,
1. Dengan dasar mean 0.924 didapat angka SIG adalah 0.339. Oleh karena
angka SIG > dari 0.05, maka varians Variabel X1 dengan Y relatif sama atau
dengan kata lain data X1 dan Y homogen.
2. Dengan dasar mean 0.660 didapat angka SIG adalah 0.418. Oleh karena
angka SIG > dari 0.05, maka varians Variabel X2 dengan Y relatif sama, atau
dengan kata lain data X2 dan Y homogen.
3. Dengan dasar mean 2.452 didapat angka SIG adalah 0.120. Oleh karena
angka SIG > dari 0.05, maka varians Variabel X3 dengan Y relatif sama, atau
dengan kata lain data X3 dan Y homogen.
4. Dengan dasar mean 0.094 didapat angka SIG adalah 0.760. Oleh karena
angka SIG > dari 0.05, maka varians Variabel X4 dengan Y relatif sama atau
dengan kata lain data X4 dan Y homogen.
5. Dengan dasar mean 8.864 didapat angka SIG adalah 0.004. Oleh karena
angka SIG < dari 0.05, maka varians Variabel X5 dengan Y relatif tidak sama
atau dengan kata lain data X5 dan Y tidak homogen. Untuk varians pada
variabel data X5 dilakukan transformasi dengan dasar bahwa,
Jika ada variabel yang mengalami heteroskedastisitas… dapat dilakukan transformasi data, seperti mengubah data… menjadi bentuk logaritma natural (LN) atau yang lain. Kemudian proses pengujian dengan Levence Test dilakukan sekali lagi. (Singgih Santoso, 2002: 42)
Dengan dasar tersebut, maka selanjutnya data variabel X5 di transformasi ke
LN dan hasilnya dapat ilihat pada: Lampiran 5.
Kemudian dilakukan kembali perhitungan dengan Levence Test hasilnya
Tabel 3.4
Test of Homogeneity of Variance 2
Levene
Statistic df1 df2 Sig. Variabel Kepuasan
Kerja (X5) LN
Based on Mean 3,747 1 110 ,055
Based on Median 3,292 1 110 ,072
Based on Median and
with adjusted df 3,292 1 96,900 ,073
Based on trimmed
mean 3,519 1 110 ,063
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, dengan dasar mean
3.747 didapat angka SIG adalah 0.055. Oleh karena angka SIG > dari 0.05,
maka varians Variabel X5 dengan Y relatif sama atau dengan kata lain data
X5 dan Y homogen.
Setelah diketahui hasil uji homogenitas dimana varians X1, X2, X3, X4 dan
X5 homogen deng varians Y, maka selanjutnya dilakukan pengujian prasyarat
berikutnya, yakni uji normalitas.
2. Uji Normalitas
Untuk uji normalitas data dilakukan melalui perhitungan
Kolmogorov-Smirnov test dengan menetapkan kriteria pengujian sebagai berikut:
H0: Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, Maka data berdistribusi normal.
H1: Angka Signifikansi (SIG) < 0.05, Maka data tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS Versi 12.00, hasilnya
untuk masing-masing variable adalah sebagai berikut:
a. Variabel Profesional Guru (Y)
Hasil uji normalitas data variabel Y yang dilakukan melalui perhitungan
Tabel 3.5
Tests of Normality Variabel Y
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Profesional Guru
(Variabel Y) ,070 112 ,200(*) ,977 112 ,053
* This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai statistik 0.070 dengan nilai sig.
0.200 atau Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, maka data untuk variabel Y
berdistribusi normal (lihat keterangan di bawah Tabel 3.5).
Distribusi skor pada data Profesional Guru (Variabel Y) dapat dilihat pada
Stem-and-Leaf Plot berikut:
Frequency Stem & Leaf
2,00 24 . 88
8,00 25 . 01236778 10,00 26 . 0133457888 10,00 27 . 0001123335
16,00 28 . 0223445567777789 17,00 29 . 12235677779999999 17,00 30 . 00112245566669999 8,00 31 . 02245678
7,00 32 . 1335689 7,00 33 . 0123444 6,00 34 . 333333 4,00 35 . 0247
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
Selanjutnya untuk lebih jelasnya tentang hasil uji normalitas Profesional
Guru (Variabel Y) dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Grafik
3.1
Berdasarkan grafik 3.1 menunjukkan bahwa, sebaran data bergerombol di
225 250 275 300 325 350 375
Observed Value
-4 -2 0 2 4
E
xp
e
ct
ed
N
o
rm
al
Normal Q-Q Plot of Profesionalisme Guru (Variabel Y)
Grafik 3.1
Sebaran Data Variabel Y
b. Variabel Komitmen Organisasi (X1)
Hasil uji normalitas data variabel X1 yang dilakukan melalui perhitungan
Kolmogorov-Smirnov test adalah: Tabel 3.6 Tabel 3.6
Tests of Normality Variable X1
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Komitmen Organisasi
(Variabel X1) ,071 112 ,200(*) ,974 112 ,027
* This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai statistik 0.071 dengan nilai
sig. 0.200 atau Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, maka data untuk variabel X1
berdistribusi normal (lihat keterangan di bawah Tabel 3.6).
Distribusi skor pada data Komitmen Organisasi (Variabel X1) dapat dilihat
Frequency Stem & Leaf
4,00 10 . 7999
9,00 11 . 001222234
14,00 11 . 55566666777789
19,00 12 . 0000000011222334444 23,00 12 . 55666777788899999999999 19,00 13 . 0000113334444444444 12,00 13 . 667999999999
9,00 14 . 012244444 3,00 14 . 566
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
Selanjutnya untuk lebih jelasnya tentang hasil uji normalitas Komitmen
Organisasi (Variabel X1) dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Grafik 3.2
100 110 120 130 140 150
Observed Value
-4 -2 0 2 4
E
x
p
e
c
te
d
N
o
rm
a
l
Normal Q-Q Plot of Komitmen Organisasi (Variabel X1)
Grafik 3.2
Berdasarkan Grafik 3.2 menunjukkan bahwa, sebaran data bergerombol di
sekitar garis. Hal ini dapat diartikan data variable X1 berdistribusi normal.
c. Variabel Kecerdasan Emosional (X2)
Hasil uji normalitas data variabel X2 yang dilakukan melalui perhitungan
Kolmogorov-Smirnov test adalah: Tabel 3.7 Tabel 3.7
Tests of Normality Variable X2
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kecerdasan Emosional
(Variabel X2) ,063 112 ,200(*) ,978 112 ,058
* This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai statistik 0.063 dengan nilai
sig. 0.200 atau Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, maka data untuk variabel X2
berdistribusi normal (lihat keterangan di bawah Tabel 3.7).
Distribusi skor pada data Kecerdasan Emosional (Variabel X2) dapat dilihat
pada Stem-and-Leaf Plot berikut:
Frequency Stem & Leaf 4,00 12 . 1111 4,00 12 . 5555 3,00 13 . 144 3,00 13 . 777 7,00 14 . 0111223
20,00 14 . 55555666667777788889 11,00 15 . 00001223333
16,00 15 . 5566667777788889 8,00 16 . 00012234
11,00 16 . 55555777778 10,00 17 . 0011233334 7,00 17 . 5556666 4,00 18 . 0124 4,00 18 . 5555
Stem width: 10
Selanjutnya untuk lebih jelasnya tentang hasil uji normalitas Kecerdasan
Emosional (Variabel X2) dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Grafik 3.3
120 130 140 150 160 170 180 190
Observed Value
-4 -2 0 2 4
E
x
p
e
c
te
d
N
o
rm
a
l
Normal Q-Q Plot of Kecerdasan Emosional (Variabel X2)
Grafik 3.3
Sebaran Data Variabel X2
Berdasarkan Grafik 3.3 menunjukkan bahwa, sebaran data bergerombol di
sekitar garis. Hal ini dapat diartikan data variable X2 berdistribusi normal.
d. Variabel Budaya Organisasi (X3)
Hasil uji normalitas data variabel X3 yang dilakukan melalui perhitungan
Tabel 3.8
Tests of Normality Variable X3
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Budaya Organisasi
(Variabel X3) ,058 112 ,200(*) ,987 112 ,366
* This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai statistik 0.058 dengan nilai
sig. 0.200 atau Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, maka data untuk variabel X3
berdistribusi normal (lihat keterangan di bawah Tabel 3.8).
Distribusi skor pada data Budaya Organisasi (Variabel X3) dapat dilihat
pada Stem-and-Leaf Plot berikut:
Frequency Stem & Leaf
4,00 7 . 6668 4,00 8 . 2344 5,00 8 . 67899
14,00 9 . 00122334444444
19,00 9 . 5555566777788999999 22,00 10 . 0000111122222233333444 19,00 10 . 5555556667778899999 11,00 11 . 00022223344
6,00 11 . 888888 5,00 12 . 11134 3,00 12 . 677
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
Selanjutnya untuk lebih jelasnya tentang hasil uji normalitas Budaya
Organisasi (Variabel X3) dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Grafik 3.4
Berdasarkan Grafik 3.4 menunjukkan bahwa, sebaran data bergerombol di
70 80 90 100 110 120 130
Observed Value
-4 -2 0 2 4
E
x
p
e
c
te
d
N
o
rm
a
l
Normal Q-Q Plot of Budaya Organisasi (Variabel X3)
Grafik 3.4
Sebaran Data Variabel X3
e. Variabel Kompensasi (X4)
Hasil uji normalitas data variabel X4 yang dilakukan melalui perhitungan
Kolmogorov-Smirnov test adalah: Tabel 3.9 Tabel 3.9
Tests of Normality Variable X4
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kompensasi
(Variabel X4) ,065 112 ,200(*) ,987 112 ,353
* This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai statistik 0.065 dengan nilai
sig. 0.200 atau Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, maka data untuk variabel X4
berdistribusi normal (lihat keterangan di bawah Tabel 3.9).
Distribusi skor pada data Kompensasi (Variabel X4) dapat dilihat pada
Frequency Stem & Leaf
Selanjutnya untuk lebih jelasnya tentang hasil uji normalitas Kompensasi
(Variabel X4) dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Grafik 3.5
40 60 80 100 120
Normal Q-Q Plot of Kompensasi (Variabel X4)
Grafik 3.5
Berdasarkan Grafik 3.5 menunjukkan bahwa, sebaran data bergerombol di
sekitar garis. Hal ini dapat diartikan data variable X4 berdistribusi normal.
f. Variabel Kepuasan Kerja (X5)
Hasil uji normalitas data variabel X5 yang dilakukan melalui perhitungan
Kolmogorov-Smirnov test adalah: Tabel 3.10 Tabel 3.10
Tests of Normality Variable X5
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kepuasan Kerja
(Variabel X5) ,054 112 ,200(*) ,989 112 ,462
* This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai statistik 0.054 dengan nilai
sig. 0.200 atau Angka Signifikansi (SIG) > 0.05, maka data untuk variabel X5
berdistribusi normal (lihat keterangan di bawah Tabel 3.10).
Distribusi skor pada data Kepuasan Kerja (Variabel X5) dapat dilihat pada
Stem-and-Leaf Plot berikut:
Frequency Stem & Leaf
3,00 9 . 688 6,00 10 . 001244 9,00 10 . 667778888 13,00 11 . 0133344444444 15,00 11 . 555667789999999
20,00 12 . 00000011222222334444 15,00 12 . 555555566777789
13,00 13 . 0000001223444 8,00 13 . 56778888
6,00 14 . 001222 4,00 14 . 5688
Stem width: 10
Selanjutnya untuk lebih jelasnya tentang hasil uji normalitas Kepuasan
Kerja (Variabel X5) dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Grafik
3.6
90 100 110 120 130 140 150
Observed Value
-4 -2 0 2 4
E
x
p
e
c
te
d
N
o
rm
a
l
Normal Q-Q Plot of Kepuasan Kerja (Variabel X5)
Grafik 3.6
Sebaran Data Variabel X5
3. Transfer Data Ordinal ke Data Interval
Data yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini masih berkala data
ordinal Untuk dapat digunakan dalam analisis korelasi dan regresi, skala
pengukuran sekurang-kurangnya data harus berskala interval, oleh karena itu
untuk memperoleh tingkat pengukuran data ordinal ke tingkat pengukuran data
interval akan dilakukan pengubahan dari tingkat pengukuran data ordinal ke
Prose perhitungan atau transformasi data dari data berskala ordinal ke data
berskala interval (lihat Lampiran: 6). Adapun langkah-langkahnya adalah:
Langkah 1. Mencari Rintangan
Langkah 2. Mencari Banyak Kelas (BK) dengan rumus BK = 1+3,3 log n Langkah 3. Mencari panjang kelas
BK R p=
Langkah 4. Menyusun daftar Distribusi Frekuensi
Langkah 5. Mencari
n fx X =
∑
iLangkah 6. Mencari simpangan baku
(
)
(
1)
2 2
− −
=
∑
∑
n n
fx fx
n
s i i
Langkah 7. Mengubah data ordinal menjadi data interval dengan rumus
(
)
s X X
T i
i
− +
=50 10
Hasil transformasi atau perhitungan dengan menggunakan langkah-langkah
BAB V
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dapat dijelaskan model
komparasi antara teori T. R. Mitchel (1978:343) bahwa, Performance (P) = f
(Ability x Motivation) dengan model hasil penelitian ini. Merujuk pada temuan
penelitian menunjukkan bahwa, ada faktor lain yang perlu diperhitungkan
terutama dalam upaya meningkatkan kinerja Profesional guru, yakni: Faktor
Kecerdasan Emosional (Emotional Intelegent) dan Budaya Organisasi/ Sekolah
(Organizational Culture) sehingga untuk kinerja guru, performance dapat
diformulasikan menjadi Kinerja Profesional Guru (Performance) = f (Ability x
Motivation x Emotional Intelegent x Organizational Culture). Model
komparasi selanjutnya dapat dilihat pada gambar berikut: (Gambar 5.1)
Gambar 5.1
Komparasi Teori dan Hasil Penelitian Peningkatan Kinerja Profesional Guru
Profesional
Performance (P) = f (Ability x Motivation)
T. R. Mitchel (1978:343)
Hasil Penelitian
Kinrja Profesional Guru (Performance) =
Selanjutnya, secara rinci pembahasan hasil penelitian tentang kontribusi
Komitmen organisasi, Kecerdasan Emosional, Budaya organisasi, Kompensasi
dan Kepuasan Kerja terhadap Profesional Guru Sekolah Menengah Atas Negeri
di Kota Bekasi dikaji berdasarkan temuan penelitian dan kerangka konseptual
yang terbagi ke dalam beberapa bagian berikut ini.
A. Komitmen Organisasi dan Kinerja Profesional Guru
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, Komitmen Organisasi
dengan mengoperasionalkan indikator: afektif, kontinuasi dan normatif
Keterlibatan para Guru SMA Negeri di Kota Bekasi dalam organisasi sekolahnya
tergolong sangat baik. Dan Profesional Guru dengan mengoperasionakan
indikator: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional menunjukkan bahwa, aspek-aspek dari Profesional guru
selalu dilakukan oleh para Guru SMA Negeri di Kota Bekasi.
Selanjutnya berdasarkan hasil uji korelasi, hubungan antara Komitmen
Organisasi dengan Profesional Guru SMA Negeri di Kota Bekasi tergolong
rendah atau komitmen organisasi hanya memberikan kontribusi sebesar 10,82%,
terhadap Profesional Guru SMA Negeri di Kota Bekasi. Hal ini, mengindikasikan
bahwa, pada tataran praktis masih banyak faktor yang mempengruhi tingkat
Profesional Guru seorang guru.
Namun demikian, pada tataran konseptual sebagaimana dijelaskan oleh
beberapa pakar manajemen seperti Postner (1999:342) menyatakan bahwa,
sebab komitmen kepada satu perilaku mempunyai implikasi bagi perilaku
lainnya”. Tindakan hari ini membawa kita ke masa depan. Komitmen memberikan
pilihan kepada orang lain, menjadikan pilihan kelihatan, dan membuatorang sulit
mundur dari pilihannya. Mc. Neil dan Sheely (1996:308-309) berpendapat:
...supaya seorang pemimpin punya wewenang untuk memimpin, dia memerlukan lebih dari sekedar nama jabatan yang terpasang di pintu kantornya. Dia harus mempunyai kepercayaan mereka yang mengikutinya. Semakin dipercaya diri anda semakin besar pula kepercayaan orang lain yang ditempatkan pada diri anda, dengan demikian memungkinkan diri anda memiliki hak isitimewa mempengaruhi kehidupan mereka. Semakin kurang percaya diri anda, semakin kurang pula kepercayaan yang ditermpatkan orang lain pada diri anda, dan makin cepat anda kehilangan kedudukan untuk mempengaruhinya.
Di dalam lingkungan sekolah, komitmen mengandung pengertian adanya
kesadaran dari semua komunitas sekolah tentang sesuatu yang terbaik; berani
mengambil keputusan untuk mencapainya; berjanji pada diri sendiri dan/atau
secara bersama untuk melaksanakan keputusan; serta berani melaksanakan
keputusan secara jujur dan sungguh-sungguh. Komitmen yang dimaksud di sini
adalah komitmen untuk mutu, yang juga berarti komitmen mengembangkan
pendidikan bermutu.
Oleh karena itu, komitmen harus ada pada pimpinan sekolah, terutama
kepala sekolah. Tipologi kepala sekolah yang memiliki komitmen tinggi di era
yang rentan terhadap perubahan ini antara lain dicirikan oleh
memiliki wawasan yang baik sehingga ia dapat mengetahui kebutuhan dan
tantangan di masa mendatang. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu
meyakinkan komunitas kerjanya bahwa cara untuk mempertahankan reputasi dan
revitalisasi, refungsionalisasi, dan redinamisasi visi, misi, dan program strategik
sekolah.
kepala sekolah harus bersikap partisipatif, karena rancangan visi harus
diyakini oleh semua komunitas sekolah, sehingga terbina apa yang dikenal
sebagai sense of ownership terhadap visi tersebut
kepala sekolah harus dapat mensinergikan semua aktivitas yang terjadi di
sekolah yang dipimpinnya sehingga sekolah itu bergerak dengan arah yang pasti
dan memfokuskan pada satu tujuan;
kepala sekolah dituntut untuk dapat melakukan management of diversity,
artinya kepala sekolah yang baik harus dapat mengelola kebhineka-an. Hal ini
berarti kepala sekolah harus menghayati dan menularkan komitmen dan hasrat
besar akan peningkatan kualitas sekolahnya.
Komitmen adalah derajat kepedulian karyawan terhadap keberhasilan
organisasi (Benkhoff, 1997: 3). Shaw, Delery & Abdulla (2003: 2)
mendefinisikan komitmen sebagai hasil dari investasi atau kontribusi terhadap
organisasi, atau suatu pendekatan psikologis yang menggambarkan suatu hal yang
positif, keterlibatan yang tinggi, orientasi intensitas tinggi terhadap organisasi.
Newstrom & Davis (1996 : 260), mengatakan bahwa, komitmen organisasi
-- yang lazim pula disebut loyalitas pegawai (employee loyality) -- adalah suatu
tingkat atau derajat identifikasi diri pegawai dengan organisasi dan
keinginan-keinginannya untuk meneruskan partisipasi aktifnya dalam organisasi. Sedangkan
menurut Bishop, Scott & Burroughs (2000 : 2) komitmen organisasi merupakan
kekuatan relatif dari identifikasi individu bersama dan keterlibatannya dengan
Mayer & Allen (dalam Mowdey, Porter & Steers, 1982 : 2)
mengidentifikasi tiga komponen komitmen organisasi, yakni: komitmen afektif
(affective commitment), komitmen kontinuasi (continuance commitment), dan
komitmen normatif (normative commitment). Komitmen afektif mengacu kepada
pelekatan emosi karyawan dan keterlibatannya dengan organisasi. Perspektif dari
pendekatan ini menekankan kepada kaitan emosional dan sikap karyawan
terhadap organisasi. Kemudian, komitmen kontinuasi mengacu kepada komitmen
berdasarkan biaya dalam hubungannya dengan karyawan meninggalkan
organisasi. Sementara itu komitmen normatif mengacu kepada perasaan tanggung
jawab karyawan untuk tetap bersama dengan organisasi. Perasaan ini muncul
disebabkan oleh proses sosialisasi awal dari lingkungan keluarga maupun budaya.
Didasari oleh pemikiran-pemikiran di atas, maka komitmen organisasi di
kalangan para Guru SMA jelas merupakan bagian penting dalam menciptakan
Profesional guru. Masalahnya, bagaimana membina dan memupuk komitmen
organisasi di kalangan para Guru SMA, apabila melihat realitas kontribusi yang
terjadi masih perlu ditingkatkan. Ada beberapa hal menarik dari hasil penelitian
ini yang perlu mendapat perhatian, yakni:
− Dari sisi Afektif: perlu dipupuk rasa memiliki sekolah di kalangan para
guru, rasa bangga terhadap sekolah dimana guru yang bersangkutan
bertugas dan lolaylitas terhadap sekolah.
− Dari sisi Kontinuasi: perlu ditanamkan di kalangan para guru ketaatan