• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMP DAN HASIL BELAJAR SISWA SETELAH DITERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEVEL OF INQUIRY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMP DAN HASIL BELAJAR SISWA SETELAH DITERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEVEL OF INQUIRY."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

G. Definisi Operasional ………...9

BAB II MODEL PEMBELAJARAN LEVEL OF INQUIRY, KEMAMPUAN BERINKUIRI, DAN HASIL BELAJAR ………... 12

A. Model Pembelajaran Level of Inquiry ……….………... 12

B. Kemampuan Berinkuiri ……….. 19

C. Hasil Belajar ………... 22

D. Hubungan Model level of inquiry, Kemampuan Berinkuiri dan hasil belajar ………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ………. 31

A. Metode Penelitian ……….. 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 32

C. Prosedur Penelitian ……… 33

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 35

E. Teknik Pengolahan Data ……… 36

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 47

A. Pelaksanaan Penelitian ………... 47

B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Level of Inquiry ………. 48

C. Kemampuan Berinkuiri Siswa ………... 50

D. Hasil Belajar Siswa ……… 59

1. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ………. 59

2. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ……… 66

3. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Psikomotor ………. 70

E. Hasil Temuan dari Pengolahan Data ……….…. 74

F. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurang Maksimalnya Penelitian …. 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 77

A. Kesimpulan ……… 77

B. Saran ……….. 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN .………. 82

A. Perangkat Pembelajaran ……… 82

B. Instrumen Penelitian ……….. 105

C. Analisis Data ……….. 137

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Model Level of Inquiry ……..…………...19

Tabel 2.2 Kemampuan-kemampuan yang ditingkatkan Model Level of Inquiry ……… 20

Tabel 2.3 Hubungan Kegiatan Pembelajaran dengan Model Level of Inquiry terhdap Hasil Belajar Siswa ………... 29

Tabel 3.1 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ………. 37

Tabel 3.2 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok ……… 38

Tabel 3.3 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok ……… 39

Tabel 3.4 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok ……… 40

Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal……….. 41

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ……… 42

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran ……… 43

Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda ……… 43

Tabel 3.9 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ………. 44

Tabel 3.10 Hasil Ujicoba Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif ……….... 45

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran.. 48

Tabel 4.2 Nilai IPK Kemampuan Beinkuiri Siswa Pada Level Discovery Learning ……… 50

Tabel 4.3 Nilai IPK Kemampuan Beinkuiri Siswa Pada Level Interactive Demonstration ……… 51

Tabel 4.4 Nilai IPK Kemampuan Beinkuiri Siswa Pada Level Inquiry Lesson ………. 53

Tabel 4.5 Nilai IPK Kemampuan Beinkuiri Siswa Pada Level Inquiry Lab………. 54

Tabel 4.6 Nilai IPK Kemampuan-kemampuan yang Terlihat Selama Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Model Level of Inquiry ……..……… 55

Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai IPK Kemampuan Berinkuiri Siswa ……… 57

(4)

Tabel 4.9 Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif Pertemuan Pertama ……….. 60 Tabel 4.10 Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Tabel 4.13 Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Hafalan ….… 64 Tabel 4.14 Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Pemahaman

(C2) ………. 65

Tabel 4.15 Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Penerapan

(C3) ……… 65

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Urutan Pelaksanaan Model Pembelajaran Level of

Inquiry……… 13

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ……….. 82

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………. 83

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ……….. 105

B.1 Lembar Observasi Kemampuan Berinkuiri Siswa ………. 106

LAMPIRAN C ANALISIS DATA ……….. 137

C.1 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ………. 138

LAMPIRAN D DOKUMENTASI PENELITIAN ……… 151

D.1 Dokumen Studi Pendahuluan ………. 152

D.2 Foto-foto Penelitian ……… 154

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan (science as products) yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (science as process) yang mempelajari bagaimana suatu pengetahuan itu diperoleh dengan meliputi beberapa tahap yaitu mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, interpretasi data, dan menyimpulkan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA secara keseluruhan mempelajari prinsip-prinsip ilmiah baik proses, produk, maupun sikap ilmiah. Salah satu upaya untuk menyajikan IPA khususunya pada pembelajaran fisika sebagai produk dan proses penemuan adalah dengan dilaksanakannya inkuiri ilmiah (BSNP, 2006).

(8)

membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan rasa keingintahuannya, sehingga berupaya untuk mencari jawabannya.

Walaupun demikian, temuan peneliti dilapangan selama melakukan observasi langsung terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru fisika di salah satu SMP Negeri Kota Bandung, menunjukan bahwa proses pembelajaran fisika masih didominasi oleh guru dan lebih menekankan proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa sehingga tidak menempatkan siswa sebagai pengkontruksi pengetahuan. Peranan siswa lebih banyak sebagai penerima informasi apa yang disampaikan, kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mendengarkan informasi, mencatat penjelasan guru, membaca buku dan latihan soal. Dengan sistem pembelajaran seperti ini, guru tidak melatihkan kemampuan berinkuiri siswa.

(9)

learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical

inquiry. Kegiatan siswa dengan menggunakan model pembelajaran level of

inquiry menuntut siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa melakukan

pengamatan langsung terhadap fenomena yang diberikan guru sehingga menemukan permasalahnnya sendiri, menemukan variabel penelitian melalui diskusi kelompok, merumuskan hipotesis, merancang kegiatan penyelidikan, melakukan penyelidikan, mendapatkan data, menganalisis data, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasahannya sendiri. Melalui tahapan-tahapan tersebut diharapkan siswa dapat bersifat aktif pada proses pembelajaran sehingga dapat melatihkan kemampuan berinkuiri siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu SMPN kota Bandung dengan menerapkan model pembelajaran level of inquiry didapatkan informasi sebagai berikut :

1) Pada level discovery learning, aktivitas siswa bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru harus memberikan pertanyaan pembimbing agar siswa dapat membentuk pengetahuannya.

2) Pada level interactive demonstration, aktifitas siswa mulai aktif, siswa mulai berani untuk mengajukan pertanyaan, melakukan diskusi sesama anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil demonstrasi yang ditampilkan oleh guru dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.

(10)

4) Pada level inquiry lab, siswa bersifat aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa mampu merancang penyelidikan dan mengumpulkan data, tetapi siswa masih belum bisa menyimpulkan hasil penyelidikan sehingga peran guru pada level ini menuntun siswa dengan pertanyaan pembimbing dalam menyimpulkan hasil penyelidikan.

5) Pada level hypothetical inquiry, siswa cenderung diam dan kesulitan dalam melanjutkan kegiatan belajar sehingga guru harus kembali memberikan pertanyaan pembimbing agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa masih belum bisa menerapkan pengetahuan yang didapat dari level sebelumnya untuk menyelesaikan permasalahan baru yang diberikan guru.

Berdasarkah hasil observasi di atas dapat diidentifikasi adanya pergeseran aktifitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran level of inquiry. Pada level discovery learning siswa bersifat pasif dan guru banyak memberi pertanyaan membimbing, ketika melanjutkan ke tahap yang lebih tinggi yaitu level interactive demonstration, inquiry lesson dan inquiry lab terjadi pergeseran aktivitas dengan berkurangnya kegiatan guru dalam

(11)

inquiry berlangsung diidentifikasi juga adanya kemampuan siswa yang muncul

seperti kemampuan mengajukan pertanyaan, kemampuan menyimpulkan, kemampuan merancang penyelidikan, kemampuan mengumpulkan data, dan kemampuan menyimpulkan hasil penyelidikan. Selain melatihkan kemampuan berinkuiri, hasil belajar siswa pada ranah kognitif siswa meningkat, hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil ulangan harian siswa setelah menggunakan model pembelajaran level of inquiry, hasil belajar siswa pada ranah kognitif ini ditunjang oleh hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor karena siswa terlibat aktif dalam serangkaian proses penyelidikan selama menggunakan model level of inquiry.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan selain dapat melatihkan kemampuan berinkuiri siswa, dengan menggunakan model pembelajaran level of inquiry juga dapat melatihkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: “Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Level of Inquiry?”.

Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kemampuan berinkuiri siswa SMP pada level discovery learning?

2. Bagaimana profil kemampuan berinkuiri siswa SMP pada level interactive demonstration?

3. Bagaimana profil kemampuan berinkuiri siswa SMP pada level inquiry lesson?

4. Bagaimana profil kemampuan berinkuiri siswa SMP pada level inquiry lab? 5. Bagaimana profil hasil belajar siswa SMP pada ranah kognitif setelah

diterapkan dengan model pembelajaran level of Inquiry?

6. Bagaimana profil hasil belajar siswa SMP pada ranah afektif setelah diterapkan dengan model pembelajaran level of Inquiry?

(13)

C. Batasan Masalah

Penggunaan model pembelajaran level of inquiry dibatasi dari level discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson sampai inquiry lab

dan dikemas dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti memfokuskan proses pembelajaran menggunakan level discovery learning dan level interactive demonstration, pada pertemuan ke dua peneliti memfokuskan

proses pembelajaran menggunakan level inquiry lesson, sedangkan pada pertemuan ke tiga peneliti memfokuskan proses pembelajaran menggunakan level inquiry lab. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dilihat dari rata-rata skor gain

ternormalisasi berdasarkan hasil pretest dan posttest. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif hanya dilihat dari aspek C1 sampai aspek C4, Dalam penelitian ini hasil belajar pada ranah afektif yang diamati meliputi: A1 (receiving), A2 (responding), A3 (Valuing), A4 (Organitation), A5 (Characterization). Sedangkan hasil belajar pada ranah psikomotor yang dilihat dalam penelitian meliputi: P2 (Manipulation), P3 (Precission), P4 (Articulation), dan P5 (Naturalization).

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kemampuan berinkuiri siswa SMP dan hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran level of inquiry.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(14)

2. Menganalisis profil hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkan dengan model pembelajaran level of inquiry.

3. Menganalisis profil hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkan dengan model pembelajaran level of inquiry.

4. Menganalisis profil hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkan dengan model pembelajaran level of inquiry.

E. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat terutama untuk:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran level of inquiry sebagai salah satu model yang dapat melatihkan kemampuan

berinkuiri siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang dijadikan alternatif dalam upaya mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar berinkuiri.

(15)

F. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Variabel bebas : model pembelajaran level of inquiry.

2. Variabel terikat : kemampuan berinkuiri siswa dan hasil belajar siswa.

G. Definisi Operasional

1. Level of inquiry merupakan pendekatan hierarkis untuk mengajar ilmu

dengan cara yang mungkin untuk meningkatkan pemahaman konseptual siswa serta mengembangkan pemahaman mereka tentang penyelidikan ilmiah dan sifat ilmu pengetahuan (Wenning, 2005). Wenning mengelompokkan kedalam lima level kesulitan menerapkan inkuiri. Kelima level inkuiri tersebut adalah discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry. Pada pertemuan pertama guru

menggunakan level discovery learning, guru memberikan sebuah fenomena kelistrikan dalam kehidupan sehari-hari untuk memunculkan permasalahan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menggunakan level interactive demonstration dalam menampilkan percobaan listrik sederhana, guru

(16)

guru merancang pembelajaran ini dengan kegiatan eksperimen rangkaian seri dan pararel. Keterlaksanaan model pembelajaran level of inquiry dapat diukur dengan lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Kemampuan berinkuiri merupakan kemampuan-kemampuan yang dilatihkan kepada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model berbasis inkuiri. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran level of inquiry pada level discovery learning dapat melatihkan kemampuan

mengamati, merumuskan konsep, memprediksi, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, dan mengelompokkan hasil. Pada level interactive demonstration dapat melatihkan kemampuan memprediksi, menjelaskan,

(17)

siswa yang terlihat selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat dari nilai Indeks Prestasi Kelompok (Panggabean, 1996)

3. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Blom mengklasifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah/domain yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Hasil belajar pada ranah kognitif meliputi C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi). Pencapaian hasil belajar pada ranah kognitif dapat dilihat dari soal pilihan ganda (objektif). Meningkatnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif dapat diketahui dari rata-rata gain yang dinormalisasi yaitu selisih antara hasil skor pretest dan posttest siswa (Hake, 1998). Hasil belajar siswa ranah afektif

yang akan diukur meliputi: merapihkan dan membersihkan kembali alat-alat percobaan (receiving), ikut serta dalam kelompok diskusi (responding), mengkomunikasikan hasil penyelidikan (Valuing), bertanggung jawab terhadap tugas (Organitation), kerjasama dalam melakukan percobaan (Characterization). Sedangkan hasil belajar siswa ranah psikomotor yang

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment (Eksperimen Semu) karena dalam penelitian ini, pengontrolan variabel tidak dilakukan terhadap seluruh variabel, tetapi hanya pada variabel tertentu yang dianggap paling dominan berpengaruh dalam penelitian, sehingga kemampuan berinkuiri yang muncul pada siswa dan peningkatan hasil belajar siswa seolah-olah hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran level of inquiry yang diterapkan pada pembelajaran fisika. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah One group Pretest-Posttest Design. Dalam desain ini, kelompok yang menjadi subjek

penelitian merupakan kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol. Sebelum diberi perlakuan, kelompok ini diberi pretest (tes awal) dan setelah diberi perlakuan, kelompok ini diberi postest (tes akhir). Desain ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Keterangan :

T1 : Pretest (tes awal)

(19)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2011).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di salah satu SMPN di Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian di sekolah tersebut dikarenakan beberapa hal:

1. Peneliti sudah pernah melakukan observasi dan menerapkan model pembelajaran level of inquiry pada salah satu kelas di sekolah tersebut.

2. sekolah tersebut memiliki sarana laboratorium yang lengkap yang menunjang penelitian yang fokus pada pembelajaran inkuiri di laboratorium.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu kelas IX dengan siswa berjumlah 36 orang yang diambil dengan metode sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil

(20)

C. Prosedur Penelitian

a. Tahap Perencanaan

Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan. 2. Memilih solusi dari masalah dalam hasil studi pendahuluan melalui studi

literatur.

3. Merancang skenario pembelajaran yang menekankan penggunaan model pembelajaran level of inquiry.

4. Menyusun instrumen penelitian seperti lembar observasi kemampuan berinkuiri siswa, lembar observasi kinerja siswa, lembar observasi lembar aktivitas guru dan nstrumen tes hasil belajar siswa.

5. Pengembangan instrumen lembar observasi kemampuan berinkuiri siswa, lembar observasi kinerja siswa, lembar observasi lembar aktivitas guru dan tes hasil belajar siswa.

6. Penimbangan (judgement) instrumen oleh pakar. 7. Revisi instrumen.

8. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

(21)

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama 3 kali penelitian. Pada tahap ini dilakukan implementasi model pembelajaran level of inquiry. Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dengan :

1. Pemberian tes awal untuk mengetahui skor awal siswa sebelum mengikuti pelajaran.

2. Implementasi model pembelajaran pembelajaran level of inquiry.

3. Observasi untuk melihat kemampuan berinkuiri yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Pemberian tes akhir untuk mengetahui skor akhir setelah diterapkannya model pembelajaran level of inquiry.

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menskor tes awal dan tes akhir.

2. Menghitung gain yang dinormalisasikan dari skor tes awal dan akhir siswa.

d. Tahap penarikan kesimpulan

Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan, dan menyusun laporan penelitian.

(22)

Gambar 3.2. Alur Penelitian data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh berupa data hasil tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif. Sedangkan untuk data kualitatif, diperoleh dari lembar keterlaksanaan model pembelajaran,

(23)

lembar observasi kemampuan berinkuiri, lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat hasil belajar ranah afektif dan psikomotor.

E. Teknik Pengolahan Data 1) Data kualitatif

a. Pengolahan Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Level of Inquiry Keterlaksanaan model pembelajaran level of inquiry dalam setiap tahap pembelajaran dapat diketahui dengan cara mencari persentase keterlaksanaan pembelajaran tersebut. Untuk menghitung persentase keterlaksanaan model level of inquiry dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

% = ℎ �

ℎ ℎ 100%

Langkah–langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah jawaban “YA” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran.

2. Menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajaran level of inquiry pada setiap levelnya.

(24)

Tabel 3.1. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran No % Kategori

Keterlaksanaan Model Interpretasi

1. KM=0 Tidak satupun kegiatan terlaksana 2. 0<KM≤25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 3. 25<KM≤50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

4. KM=50 Setengah kegiatan terlaksana

5. 50<KM≤75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75<KM<100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM=100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Budiarti dalam Koswara : 2009)

b. Pengolahan lembar observasi kemampuan berinkuiri siswa.

Pengolahan data untuk mengukur kemampuan berinkuiri diolah secara kualitatif yang dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung indeks prestasi kelompoknya (IPK) adalah sebagai berikut:

i. Menghitung skor rata-rata aspek kemampuan berinkuiri siswa dari setiap kelompok yang diamati.

ii. Menentukan skor ideal (SMI)

iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:

� =

� 100%

(25)

Tabel 3.2. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok No Kategori IPK Interprestasi

1 0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil 2 31,00% - 54,00% Kurang terampil 3 55,00% - 74,00% Cukup terampil 4 75,00% - 89,00% Terampil 5 90,00% - 100,00% Sangat terampil

(Panggabean, 1996)

c. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif Pengolahan data untuk mengukur aspek afektif diolah secara kualitatif yang dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung indeks prestasi kelompoknya (IPK) adalah sebagai berikut:

i. Menghitung skor rata-rata aspek afektif siswa dari setiap kelompok yang diamati.

ii. Menentukan skor ideal (SMI)

iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:

� =

� 100%

(26)

Tabel 3.3. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok No Kategori IPK Interprestasi

1 0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil 2 31,00% - 54,00% Kurang terampil 3 55,00% - 74,00% Cukup terampil 4 75,00% - 89,00% Terampil 5 90,00% - 100,00% Sangat terampil

(Panggabean, 1996)

d. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Psikomotor

Pengolahan data untuk mengukur aspek psikomotor diolah secara kualitatif yang dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung indeks prestasi kelompoknya (IPK) adalah sebagai berikut:

i. Menghitung skor rata-rata aspek psikomotor siswa dari setiap kelompok yang diamati.

ii. Menentukan skor ideal (SMI)

iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus

� =

� 100%

(27)

Tabel 3.4. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok No Kategori IPK Interprestasi

1 0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil 2 31,00% - 54,00% Kurang terampil 3 55,00% - 74,00% Cukup terampil 4 75,00% - 89,00% Terampil 5 90,00% - 100,00% Sangat terampil

(Panggabean, 1996)

2) Data Kuantitatif

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penyusunan instrumen ini didasarkan pada indikator hasil belajar yang hendak dicapai. Setelah dibuat innstrumen berupa tes, maka diadakan ujicoba instrumen, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen sehingga ketika instrumen diberikan pada kelas eksperimen, instrument tersebut telah valid dan reliabel. Uji instrument ini dilakukan pada kelas yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas eksperimen yang akan diberi treatment. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis. Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran.

a) Analisis validitas instrumen

(28)

� �� =� − �

Dengan:

� : koefisien korelasi biserial.

: rerata skor yang menjawab benarbagi item yang dicari validitasnya. : rerata skor total

St : standar deviasi yang menjawab benar p : proporsi siswa yang menjawab benar q : proporsi siswa yang menjawab salah

Tabel 3.5. Klasifikasi Validitas Butir Soal Nilai r Interpretasi 0,80 – 1,00 Sangat tinggi 0,60 – 0,80 Tinggi 0,40 – 0,60 Cukup 0,20 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

(Guilford dalam Erman, 2003) b) Analisis reliabilitas instrumen

Reliabilitas merupakan kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama, ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Rumus yang digunakan untuk mengetahui koefisien reliabilitas adalah dengan menggunakan persamaan K-R 20, sebagai berikut:

= �

� −

(29)

Keterangan :

r11 : reliabilitas yang dicari

p : proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar q : proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah n : banyaknya soal

s : standar deviasi

Standar deviasi dapat dicari dengan rumus :

1

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi e. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Analisis tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong kedalam soal mudah atau sukar. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut:

�= �

(Du Bois dalam Sudijono, 2009) Keterangan:

P = indeks kesukaran

(30)

Tabel 3.7. Kriteria Tingkat Kesukaran

(Thorndike dan Hagen dalam Sudijono, 2009)

f. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

=

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.8. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D≤ 0,20 Jelek

0,20 ≤ D ≤ 0,40 Cukup

0,40 ≤ D ≤ 0,70 Baik

0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali Bertanda negatif Jelek sekali

(31)

Menghitung nilai gain yang dinormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan gain maksimum untuk melihat apakah hasil belajar siswa pada ranah kognitif pada setiap pertemuannya meningkat. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a) Menghitung gain ternormalisasi untuk setiap siswa

b) Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk setiap siswa.

c) Menentukan kriteria efektivitas model pembelajaran berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 3.9. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi <g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7

3 ,

0  g   Sedang

3 , 0

 Rendah

(32)

F. Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif

Tabel 3.10. Hasil Ujicoba Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif No Soal Validitas Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Keterangan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(33)

Adapun hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,827 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten atau relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, serta pembahasan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMP Negeri di Kota Bandung kelas IX, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan berinkuiri siswa yang terlihat pada level discovery learning sebesar 51,08%. Kemampuan berinkuiri yang memiliki nilai IPK paling tinggi adalah kemampuan siswa dalam mengamati, sedangkan kemampuan berinkuiri yang memiliki nilai IPK paling rendah adalah kemampuan mengkomunikasikan hasil.

2. Kemampuan berinkuiri siswa yang terlihat pada level interactive demonstration sebesar 28,7%. Kemampuan berinkuiri yang memiliki nilai

IPK paling tinggi adalah kemampuan siswa dalam memprediksi, sedangkan kemampuan berinkuiri yang memiliki nilai IPK paling rendah adalah kemampuan mengenali dan menganalisis penjelasan pergantian dan model.

(35)

berinkuiri yang memiliki nilai IPK paling rendah adalah kemampuan mendeskripsikan hubungan.

4. Kemampuan berinkuiri siswa yang terlihat pada level inquiry lab sebesar 26,16%. Kemampuan berinkuiri yang memiliki nilai IPK paling tinggi adalah kemampuan siswa dalam merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, sedangkan kemampuan berinkuiri yang memiliki nilai IPK paling rendah adalah kemampuan menetapkan hukum empiris berdasarkan bukti dan logika.

5. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkannya model level of inquiry berada pada katgori sedang dengan nilai gain ternormalisasi

sebesar 0,55.

6. Hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkannya model level of inquiry memiliki nilai IPK sebesar 69% dan termasuk dalam kategori

cukup terampil.

7. Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkannya model level of inquiry memiliki nilai IPK sebesar 62,33% dan termasuk dalam

kategori cukup terampil.

B. Saran

(36)

a) Untuk meningkatkan kemampuan berinkuiri siswa memerlukan waktu cukup lama. Oleh karena itu siswa perlu dilatihkan kemampuan berinkuiri dalam pembelajaran fisika dengan membiasakan siswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses penyelidikan secara terus menerus dan kontinyu. Dalam melatih kemampuan berinkuiri siswa, guru sebagai fasilitator harus memberikan pertanyaan membimbing kepada siswa dalam melakukan penyelidikan.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2012. Teori Inkuiri. [Online] tersedia:

http://agusasiyahahmad.wordpress.com/2012/01/08/

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Arikunto. Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT. BUMI AKSARA.

DEPDIKNAS. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: DEPDIKNAS.

Erman. S. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Bandung.

Fajarudin, M.Fauzi. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak dipublikasikan

Hake, Richard R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan FIsika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

(38)

Sudijono. Anas. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RAJAGRAFINDO PERSADA.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Wenning, C.J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science classroom: A new model for solving the improvement-of-practice problem. Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15

Wenning, C.J. (2005a). Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry process. Journal of Physics Teacher Education Online, 3-11

Gambar

Gambar 3.2. Alur Penelitian
Tabel  3.1. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Tabel 3.2. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok
Tabel 3.3. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok
+6

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini telah banyak hasil penelitian yang berusaha mengkaji secara empiris dengan cara mengeksplorasi indikator-indikator yang lebih spesifik untuk menjelaskan

Berdasarkan data angket pascakegiatan yang diisi 15 peserta menunjukkan keterserapan akhir tentang pembuatan soal interaktif menggunakan aplikasi komputer wondershare Quiz

APLIKASI PHOTOSHOP D ALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN ED ITING FOTO PAD A ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan.. fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Daerah1. Pemprovsu Medan Kode

[r]

Penulisan ilmiah ini penulis membahas mengenai Pariwisata khususnya pariwisata jogjakarta yang berbentuk animasi yang dititikberatkan untuk masyarakat menengah kebawah dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016.. Jenis