• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN TINGGI KEPARIWISATAAN BERBASIS PELANGGAN : Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN TINGGI KEPARIWISATAAN BERBASIS PELANGGAN : Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA…... 16

A. Konsep Administrasi dan Manajemen Pendidikan ... 16

1. Administrasi Pendidikan ... 16

2. Manajemen Pendidikan ... 20

3. Hubungan Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan... 23

4. Manajemen Sekolah Tinggi Pariwisata…………... 25

B. Manajemen Strategik………... 28

1. Manajemen Strategik dalam Lembaga Pendidikan Non Profit ………... 38

2. Keunggulan dan Manfaat Manajemen Strategik bagi Organisasi Pendidikan... 44

3. Konsep Kepemimpinan ……….. 50

4. Manajemen Mutu Pendidikan Tinggi ………. 58

C. Nilai Kelembagaan sebagai Acuan Kebijakan …... 67

1. Mutu………. 68

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

(2)

2. Akuntabilitas……….... 70

3. Keseimbangan ….……… 71

4. Efisiensi ……….. 72

5. Kinerja…….……… 72

6. Kompetisi...………. 73

D. Daya Saing Perguruan Tinggi ……….. 77

E. Balance Scorecard dalam manajemen strategik di lembaga pendidikan …………... 86

F. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 96

G. Alur Pikir Penelitian……….. 100

H. Pendekatan dan Paradigma Penelitian……….. 108

BAB III METODE PENELITIAN……….. 109

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 109

1. Lokasi Penelitian ... 109

2. Subyek Penelitian... 110

B. Desain Penelitian….. ... 111

C. Pendekatan Penelitian ... 116

D. Teknik Pengumpulan Data ... 118

1. Wawancara ... 119

2. Observasi ... 122

3. Studi Dokumentasi ... 122

E. Keabsahan Data ... 127

F. Teknis Analisis Data ... 130

1. Analisis dan Pentafsiran Data ……….. 130

2. Metode Balanced Scorecard ……… 132

G. Waktu dan Tahapan Penelitian ……….. 135

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 138

A. Hasil Penelitian ... 138

1. Profil STP Bandung……….. 138

(3)

4. Strategi STP Bandung dalam Mewujudkan Visi dan

Misi sebagai Institusi Pendidikan Tinggi Kelas Dunia... 147 5. Implementasi Manajemen Strategik STP Bandung…….. 148 6. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP

Bandung……… 156

a. Perspektif pelanggan ………. 157

b. Perspektif proses internal……… 185 c. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran…………. 194

d. Perspektif keuangan……… 199

B. Pembahasan ... 202 1. Maksud dan Tujuan Didirikannya STP Bandung………. 202 2. Nilai –nilai yang Dianut oleh STP Bandung…………... 203 3. Strategi yang Digunakan untuk mencapai Nilai-nilai dan

Tujuan STP Bandung……….. 211

4. Implementasi Proses Manajemen Strategik STP

Bandung 214

5. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP

Bandung 219

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 250

A. Kesimpulan ... 250 1. Pelaksanaan Management Strategis STP Bandung…….. 250 2. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP

Bandung dalam Penyelenggaraan Perguruan Tinggi

Kepariwisataan Berbasis Pelanggan………. 252 B. Saran dan Rekomendasi... 255

1. Saran………. 256

2. Rekomendasi Konsep Penyelenggaraan Pendidikan

Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan Pendidikan.. 264

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Framework for The Evaluation of Higher Education ………... 77

3.1 Bauran Perspektif Balanced Scorecard dalam Penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan………... 133

4.1 Jumlah Pendaftaran dan Penerimaan Mahasiswa STP Bandung……... 158

4.2 Sebaran Lulusan STP Bandung Tahun Wisuda 2008/2009…………... 161

4.3 Serapan Lulusan STP Bandung Tahun Wisuda 2008………. 165

4.4 Jumlah Pendaftaran dan Penerimaan serta Proyeksi……….. 166

4.5 Jumlah Kelulusan Mahasiswa STP Bandung Tahun 2006-2010……... 185

4.6 Perbedaan Kependidikan Program Khusus dan Program Reguler di STP Bandung……….. 187

4.7 Jumlah Target dan Realisasi Lulusan STP Bandung Tahun 2006 – 2010……… 189

4.8 Alokasi dan Anggaran STP Bandung Tahun 2006-2009………... 200

4.9 Jumlah dan Persentase PNBP dari Mahasiswa STP Bandung terhadap Anggaran Tahun 2006-2010………... 201

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1 Pendekatan WCU ……… 5

2.1 Bidang Kegiatan Administrasi………. 19

2.2 Matriks Pola Dasar Administrasi Pendidikan……….. 22

2.3 Determinant of Competitiveness in Tourism ……… 25

2.4 Kebijakan Pengembangan SDM Pariwisata Indonesia ………... 27

2.5 Manajemen Strategik ……….. 36

2.6 The Process of Strategic Management……… 38

2.7 Manajemen Strategik sebagai Sistem ... 42

2.8 Membangun Keunggulan Bersaing ……… 59

2.9 Balanced Scorecard untuk Organisasi Lembaga Pendidikan……… 89

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran A 293

a. SK. Promotor, Ko Promotor dan Anggota b. SK. Perpanjangan Promotor, Ko Promotor dan Anggota c. Surat izin observasi 23 Maret 2010 d. Surat izin observasi 18 Oktober 2010 e. Surat keterangan hasil ujian komprehensif 2.12 Alur Pikir Penelitian……… 107

3.1 Desain Penelitian ……… 116

3.2 Kunjungan ke Akademi Pariwisata Makasar ………. 124

3.3 Penjelasan Direktur Makasar tentang Struktut Organisasi Akpar Makasar……… 125

3.4 Mewawancarai Mahasiswa dan Mahasiswi STP Bali………. 126

3.5 Proses Analisis Data Kualitatif……… 131

4.1 Program Studi STP Bandung, Bali dan Akademi Pariwisata Medan dan Makasar……… 141

4.2 Balanced Scorecard STP Bandung……….. 150

4.3 Komposisi Sebaran Lulusan Berdasarkan Jabatan Tahun 2009………… 161

4.4 Penyebaran Lokasi Lulusan Tahun Wisuda 2006 yang Bekerja di Dalam Negeri (Berdasarkan Provinsi) ……… 162

4.5 Penyebaran Lokasi Lulusan STP Bandung Tahun 2009 yang Bekerja di Luar Negeri (Berdasarkan Negara)……….. 164

4.6 Pembangunan Gedung Ruang Kelas STP Bandung Tahun 2010……….. 169

4.7 Simulasi Ruang Praktek STP Bandung Tahun 2010……….. 173

4.8 Simulasi Ruang Praktek Jurusan MTB STP Bandung Bulan Agustus 2010………. 175

4.9 Sarana Praktek STP Bandung Bulan Agustus Tahun 2010……… 182

4.10 Perkembangan Nama STP Bandung dari Tahun 1959-1993... 186

4.11 Sejarah STP Bandung……….. 187

4.12 Nilai bagi Pelanggan………... 221

4.13 Kerangka Ukuran Pespektif Pertumbuhan……….. 241

(6)

2. Lampiran B 301 a. Kisi-kisi instrument penelitian

b. Pertanyaan penelitian

3. Lampiran C 322

a. Rekapitulasi jawaban kisi-kisi instrumen penelitian b. Hasil wawancara dengan Puket bidang akademik STPB c. Hasil wawancara dengan Mantan Ketua STP Bandung d. Hasil wawancara dengan Ketua STP Bandung

e. Hasil wawancara dengan Ketua jurusan pariwisata STPB

4. Lampiran D 371

a. Renstra STP Bandung b. Renstra STP Bali c. Dokumentasi penelitian d. Riwayat Hidup

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan pendidikan merupakan hal prioritas dalam memasuki era kompetisi globalisasi.

Nandika et al.(2006:1) mengutip laporan World Education Forum (WEF) dokumen The Dakar Framework for Action di Dakar Sinegal April 2000 mengemukakan bahwa kemajuan pendidikan di dunia mengalami peningkatan. Di beberapa negara berkembang siswa yang melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnya naik sebesar 80%, jumlah siswa tidak melanjutkan sekolah menurun, dan jumlah orang yang melek huruf juga meningkat.

(8)

sedangkan tujuannya adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UUSPN 20/2003). Dalam UUSPN tersebut juga terlihat adanya perubahan pengelolaan pendidikan dari pengelolaan sentralistik menjadi desentralistik yaitu adanya perubahan orientasi pada “kepuasan pelanggan” dengan mengedepankan mutu pendidikan.

Peranan pelanggan pendidikan menjadi titik sentral dalam melakukan pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan proses dan tahapan layanan pendidikan. Untuk menjaga kepuasan pelanggan sebuah lembaga pendidikan tinggi dalam pengelolaan kelembagaannya mengacu pada kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria pokok dalam penyelenggaraan pendidikan, diantaranya berkaitan dengan (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar Penilaian Pendidikan.

(9)

pendidikan tinggi kepariwisataan kelas dunia.

Dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan berbagai tantangan yang dihadapi muncul secara kompleks karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang tidak mampu menghasilkan dan berdampak seketika, oleh karena itu peran dan kedudukan pendidikan tinggi di Indonesia diharapkan mampu mengemban peran dan menjadi momentum dalam menghadapi era globalisasi seiring perkembangan industrialisasi pendidikan tinggi yang telah terlaksana dan jauh berkembang di negara industri.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian yang mampu meningkatkan kehidupan masyarakat pada tingkat nasional maupun lokal. Penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan tidak dapat terlepas dari ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang kepariwisataan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Tujuan pengembangan pembangunan kepariwisataan nasional bidang SDM adalah meningkatkan kualitas, kuantitas, profesionalisme, dan daya saing yang adaptif terhadap pemangku kepentingan, melalui penerapan standarisasi, sertifikasi dan akreditasi.

Penandatanganan ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia bersama dengan menteri pariwisata dari negara-negara ASEAN pada bulan Januari 2009 memunculkan implikasi kemudahan lintas negara ASEAN bagi pekerja pariwisata. Penerapan MRA ini secara otomatis akan memberlakukan Asean Common Competency

Standard for Tourism Professional (ACCSTP) yang merupakan standar

(10)

Bertolak dari tuntutan global tersebut, Indonesia dilihat dari tingkat daya saing sumber daya manusia pariwisata berada pada peringkat 34 dari 130 negara, dari aspek kualitas pendidikan dan pelatihan kepariwisataan berada pada peringkat 39, sedangkan untuk aspek ketersediaan tenaga kerja di bidang pariwisata berada pada peringkat 28 dari 130 negara. Hal ini menunjukan bahwa sumber daya manusia pariwisata Indonesia masih bersaing atau memperebutkan pada posisi pelaksana baik di dalam maupun di luar negeri, dan belum mampu bersaing pada posisi manajer, bila dibandingkan dengan SDM dari Philippina, India, China dan Thailand, sedangkan Singapura dan Malaysia sudah mulai memunculkan SDM-nya pada tingkat menengah. Di tingkat top management, SDM dari Amerika Serikat, Australia dan Eropa masih menduduki peringkat yang pertama.

Sekolah Tinggi Pariwisata memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia kepariwisataan yang profesional dan kompeten di bidang kepariwisataan. Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan tinggi kepariwisataan khususnya STP Bandung diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada upaya tersebut melalui peningkatan kualitas lulusannya.

(11)

keterampilan disamping pengetahuan kepada peserta didik.

Tuntutan tingginya kualifikasi SDM pada industri kepariwisataan di tingkat nasional dan internasional, menjadikan STP Bandung harus mampu mengimplementasikan manajemen strategik melalui peningkatkan tata kelola lembaga pendidikan kepariwisataan bertaraf internasional yang berbasis pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk memahami, mengantisipasi dan mengelola kebutuhan pelanggan yang ada serta pelanggan potensial dari lembaga pendidikan. Dan sekaligus sebagai salah satu strategi pemasaran yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan, mengurangi biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pembinaan komunitas pendidikan dan pembelajaran.

Dalam memenuhi tuntutan pelanggan akan standar pendidikan global, pemerintah melalui berbagai kebijakan, mendorong pendidikan tinggi menjadi perguruan tinggi berkelas dunia. Hendarman (2009) mengemukakan pendekatan untuk menuju perguruan tinggi berkelas dunia adalah dapat dilihat pada gambar 1.1 dihalaman berikutnya;

Gambar 1.1: Pendekatan WCU

Sumber: Hendarman (2009) Gambar 1.1 Pendekatan menuju WCU

(12)

mewujudkan perguruan tinggi kelas dunia, salah satunya adalah kualitas mengajar yang mempunyai peran terhadap proses pembelajaran apabila diterapkan akan mempengaruhi percepatan menjadi salah satu lembaga pendidikan kelas dunia. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung sebagai perguruan tinggi pendidikan pariwisata di Indonesia dianggap belum memenuhi standar perguruan tinggi kelas dunia bila mengacu kepada pendekatan perguruan tinggi kelas dunia yang tergambarkan pada gambar 1.1 diatas. Dua permasalahan utama STP Bandung untuk mencapai perguruan tinggi kelas dunia adalah kualitas dan kuantitas penelitian yang dihasilkan oleh tenaga pendidik serta citra STP Bandung dalam pandangan dunia internasional yang masih dinilai hanya memenuhi batas tenaga pelaksana (craft level) bagi lulusan STP Bandung.

(13)

mengkemas penyelenggaraan pendidikan yang responsif dengan mengimplementasikan manajemen strategik, hal ini perlu dilakukan karena manajemen strategik secara umum merupakan suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya, dengan kata lain organisasi dapat selalu tanggap terhadap perubahan di dalam lingkungannya yang bersifat internal maupun eksternal. Sedangkan secara khusus manajemen strategik merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di lembaga untuk menggunakan atau menangkap peluang yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan kemampuan manajer pendidikan untuk mengambil sebuah keputusan dari beberapa alternatif dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki melalui fungsi manajemen guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam konteks persaingan global bagi STP Bandung, diantaranya sebagai berikut:

1. Sekolah Tinggi Pariwisata di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dihadapkan pada persaingan global dengan institusi pendidikan tinggi pariwisata lainnya yang secara terus menerus melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas, baik pada sisi masukan, proses, maupun kualitas lulusan;

(14)

3. Sebagian besar kualifikasi dosen masih berpendidikan S1 dan masih sedikitnya jumlah dosen yang mempunyai latar belakang pendidikan S3; 4. Belum mempunyai dosen tetap yang mempunyai jabatan fungsional dosen

guru besar maupun profesor, hal ini disebabkan karena status kelembagaan yang masih berstatus Sekolah Tinggi;

5. Pendanaan yang merupakan faktor penting dalam pengembangan mutu pendidikan dialokasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tidak sesuai dengan kebutuhan perencanaan pendanaan pendidikan dan dalam penggunaannya tidak fleksibel;

6. Ratio dosen terhadap mahasiswa sangat tinggi, hal ini mengakibatkan rendahnya pengawasan dosen terhadap mahasiswa yang pada akhirnya dapat menurunkan mutu pendidikan dan pelayanan terhadap mahasiswa;

7. Rendahnya kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para dosen sehingga mengakibatkan tidak berjalannya majalah jurnal;

8. Belum memiliki rencana induk pengembangan sekolah tinggi pariwisata yang terencana sebagai pedoman dalam menjalankan perguruan tinggi pariwisata.

Melihat berbagai permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menganggap perlu untuk mengangkat masalah ini yang dirumuskan ke dalam judul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN TINGGI KEPARIWISATAAN BERBASIS PELANGGAN”

B. Fokus Penelitian

(15)

tersebut terkait pengelolaan penyelenggaraan pendidikan yang belum optimal dan efektivitas implementasi manajemen strategik.

Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini, sebagai berikut: 1. Maksud dan tujuan didirikannya Sekolah Tinggi Pariwisata

2. Nilai-nilai yang dijadikan acuan penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata

3. Strategi yang digunakan untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan sekolah tinggi pariwisata

4. Implementasi proses manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata

5. Analisis dampak implementasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata 6. Alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di

sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan perguruan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan, selanjutnya dirumuskan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa maksud dan tujuan didirikannya sekolah tinggi pariwisata?

2. Nilai-nilai apa yang dijadikan acuan penyelenggaraan sekolah tinggi pariwisata?

(16)

4. Bagaimana implementasi proses manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata?

5. Bagaimana analisis dampak implementasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata?

6. Bagaimana alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauhmana penerapan manajemen strategik sebagai pedoman pengelolaan pendidikan tinggi kepariwisataan yang dilaksanakan di STP Bandung, dan untuk mengetahui efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan berbasis pelanggan dengan memperhatikan nilai-nilai, maksud dan tujuan, serta proses dan dampaknya yang dijadikan acuan sekolah tinggi pariwisata serta memberikan alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan sebagai strategi solusi.

b. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1) Memperoleh gambaran misi dan visi sesuai maksud dan tujuan didirikannya sekolah tinggi pariwisata.

(17)

3) Menganalisis strategi penyelenggaraan pendidikan yang digunakan untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan sekolah tinggi pariwisata

4) Menganalisis implementasi proses manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata.

5) Mengevaluasi dampak implementasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata.

6) Merumuskan alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan yang tepat sebagai strategi solusi.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dari penelitian di atas, maka temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada nilai akademis dan nilai praktis.

a. Nilai akademis:

1) Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan di dalam konteks efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan.

2) Menghasilkan temuan-temuan tentang nilai-nilai strategis yang dijadikan landasan penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan.

(18)

b. Nilai praktis

1) Bagi penyelenggara pendidikan di bidang kepariwisataan, hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu referensi alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan dalam rangka menghadapi persaingan global.

2) Bagi seluruh civitas akademik, hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai media evaluasi diri untuk penyempurnaan maupun mengembangkan program pendidikan kepariwisataan berbasis pelanggan.

3) Bagi pelanggan pendidikan, hasil penelitian ini memberikan informasi yang dapat dijadikan referensi dan media dalam memberikan masukan positif yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kepercayaan pelanggan pada mutu pendidikan kepariwisataan.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Dalam penelitian implementasi manajemen strategik penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan ini, berikut dijabarkan sistematika penulisan disertasi ini dengan rincian urutan penulisan penelitian yang memuat hasil kajian, sebagai berikut:

(19)

tingkat nasional dan internasional sehingga STP Bandung perlu mengimplementasikan manajemen strategik melalui peningkatan tata kelola lembaga pendidikan bertaraf internasional berbasis pelanggan, gejala-gejala kesenjangan yang memunculkan permasalahan dan mendasari dilakukannya penelitian, serta penjelasan singkat mengenai kedudukan masalah yang diteliti dalam ruang lingkup manajemen pendidikan. Kedua, fokus dan perumusan masalah yang mencakup analisis dan rumusan masalah serta pertanyaan-pertanyaan penelitian. Ketiga, tujuan penelitian yang memaparkan hasil yang ingin dicapai atas penelitian yang dilakukan. Keempat, manfaat penelitian yang meliputi aspek akademis dan praktis atas hasil penelitian. Kelima, struktur organisasi yang berisi rincian urutan penulisan disertasi ke dalam bab per bab.

2. BAB II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan konsep dasar Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Konsep manajemen strategik perguruan tinggi, Manajemen Sekolah Tinggi Pariwisata, Manajemen Mutu Pendidikan Tinggi, Nilai Kelembagaan Sebagai Acuan Kebijakan, Daya Saing Peguruan Tinggi, dan Balanced

Scorecard. Bagian ini dilengkapi dengan paparan singkat mengenai

penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya diuraikan tentang premis dan alur pikir penelitian.

(20)

pendekatan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melaksanakan penelitian, teknik pengumpulan serta analisis data dalam upaya menarik kesimpulan penelitian guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini memaparkan tentang data hasil penelitian lapangan, pembahasan mengenai hasil-hasil penelitian, menarik kesimpulan pembahasan, mendiskusikan temuan penelitian dengan teori dan implikasi hasil penelitian, dan membuat rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini memaparkan penarikan kesimpulan oleh peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang dipaparkan dalam bentuk uraian padat, sehingga mampu dilakukan penelaahan mengenai kesimpulan dan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan dan para peneliti berikutnya yang berminat dalam mengkaji masalah-masalah yang sama atau sejenis mengenai manajemen strategik perguruan tinggi kepariwisataan.

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat berlangsungnya aktivitas manajemen yang dilakukan oleh subyek penelitian. Ketiga komponen tersebut membentuk situasi sosial tertentu (Sugiono, 2007: 49) yang menjadi obyek penelitian ini. Adapun justifikasi penentuan lokasi dan subyek penelitian tersebut sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian sebagai obyek peneliti adalah pada empat unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata yang terletak di Bandung, Bali, dan Akademi Pariwisata yang berada di Makasar dan Medan. Namun subyek penelitian yang dikaji lebih difokuskan pada STP Bandung, pemilihan STP Bandung sebagai fokus penelitian didasari oleh beberapa alasan, yaitu:

a. STP Bandung merupakan sekolah tinggi kepariwisataan pertama dan tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih dijadikan barometer atau percontohan sekolah pariwisata lainnya di Indonesia.

(23)

2. Subyek Penelitian

Sebelum subyek penelitian ditentukan, peneliti melakukan kegiatan penjajagan lapangan sebagai kegiatan pra survey sebelum penyusunan proposal. Pengamatan awal dilakukan untuk melihat dari dekat keberadaan STP Bandung yang selama ini telah melakukan kegiatan penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan dengan mengimplementasikan manajemen strategik sebagai pedoman dalam menjalankan operasional penyelenggaraan pendidikannya. Sejak pengamatan awal hingga pemilihan subyek penelitian, peneliti menemui dan melakukan pendekatan secara langsung, baik pada situasi formal maupun informal kepada para sumber data dan sekaligus sebagai subyek penelitian di bawah ini sebagai berikut:

a. Para ketua Sekolah Tinggi Pariwisata dan Direktur Akademi Pariwisata b. Para Pejabat fungsional yaitu pembantu ketua, pembantu direktur dan para

kepala jurusan dan para kepala program studi

c. Para Pejabat struktural yaitu kepala bagian administrasi umum, kepala administrasi kemahasiswaan, dan para kepala sub bagian.

d. Para mantan ketua, alumni, mahasiswa, pengguna lulusan, stakeholder, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

(24)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini, terkait paradigma naturalistic yang digunakan peneliti, tidak dapat ditentukan sebelumnya (Sarwono, 2003). Ia baru diketahui setelah peneliti selesai (retrospektif) melakukan proses penelitian (Nasution, 1996: 28). Hal ini terkait dengan sifat penelitian kualitatif yang fleksibel,

emergent, serta berkembang (Sugiyono, 2008), antara lain mengenai tujuan,

subyek, sampel dan sumber datanya.

Peneliti memililih peristiwa atau kegiatan, orang-orang yang akan diwawancara, dan dokumen yang akan di baca, disesuaikan dengan subjek penelitian yang akan dipilih. Teknik sampling yang dipilih dalam proses penelitian ini adalah purposive sampling dan snowball sampling dikarenakan sifat dari penelitian ini yaitu kualitatif, hal tersebut dikarenakan pertanyaan penelitian kualitatif tidak terfokus pada berapa banyak atau berapa sering, tapi menemukan jawaban dalam masalah.

(25)

Proses penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kasus, membatasi sistem, dan unit analisis untuk diselidiki. Dalam setiap kasus, peneliti memilih peristiwa atau kegiatan yang akan diamati, orang-orang yang akan diwawancarai, dan dokumen yang akan dibaca. Penggunaan sampling non-probabilitas dan

snowball sampling lebih cocok dalam penelitian ini. Hal ini didukung oleh

pernyataan Sinthubana (2009), jika pertanyaan penelitian tidak berfokus pada berapa banyak atau seberapa sering, tapi untuk menemukan jawaban dalam masalah kualitatif, maka metode sampling non-probabilitas lebih cocok untuk digunakan.

Rencana semula mengenai fokus penelitian ini adalah implementasi manajemen strategik STP Bandung dalam kebijakan penyelenggaraan perguruan tinggi bertaraf internasional, bukan berbasis pelanggan. Sehingga penentuan sampel awal untuk dilakukan wawancara adalah Ketua STP Bandung, sebagai

emergent sampling design, yaitu orang yang dipertimbangkan dapat memberikan

data yang diperlukan, dalam prosesnya penulis melakukan observasi dan melakukan penelusuran informasi tentang STP Bandung

(26)

pelanggan. Berdasarkan informasi tersebut, orientasi penelitian bertambah, dari implementasi kebijakan dalam penyelenggaraan perguruan tinggi, kepada evaluasi atas hasil-hasil pencapaian manajemen STP Bandung dengan menggunakan teknik pengukuran Balanced Scorecard guna memperoleh informasi terkait pencapaian, isu, permasalahan seputar manajemen strategik STP Bandung.

(27)

STP Bandung akan dinilai kinerjanya dengan menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sehingga didapatkan penilaian yang komphrehensif pada sistem tersebut.

Dalam mendapatkan informasi yang mendetail, hal yang dilakukan oleh peneliti adalah continous adjusment atau focusing of the sample, yaitu memilih sampel yang terarah sesuai dengan fokus penelitian. Langkah penentuan sampel ini disesuaikan dengan kebutuhan penggalian informasi yang dibutuhkan. Beberapa kali peneliti mendatangi dan mewawancari para penjabat struktural dari sekolah tinggi pariwisata dan akademi pariwisata yang berada di bawah Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai implementasi dari manajemen strategik dilingkungan sekolah tinggi pariwisata dan akademi pariwisata, selain itu juga peneliti melakukan observasi langsung dan langsung mewawancari para mahasiswa, tenaga kependidikan, para alumni dan juga para stake holders lainnya dari sekolah tinggi pariwisata tersebut, khususnya STP Bandung yang menjadi fokus dari penelitian ini.

Desain penelitian ini mengikuti proses penelitian diatas, yang secara berkelanjutan, proses ini sering dinamakan desain sirkuler (nasution, 1996). Mengacu kepada uraian dari Nasution (1996) di atas, proses tahapan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

(28)

2. Menyusun sejumlah pertanyaan pendahuluan untuk mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan waktu dan kemampuan dalam melakukan penelitian.

3. Menentukan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

4. Melakukan penelitian dilapangan dengan mengumpulkan informasi/data yang diperlukan dalam penelitian terkait dengan topik yang diteliti.

5. Untuk mendapatkan keabsahan data, baik dari sisa kepercayaan dan juga kebenaran data yang diperoleh, peneliti menentukan subyek penelitian secara

purposive sampling. Dilanjutkan dengan menggali informasi dari beberapa

pihak (triangulasi) untuk mengecek kebenaran dari informasi yang di dapat tersebut.

6. Data yang diperoleh segera diolah dan dianalisis. Hal tersebut guna menghindari hilangnya data tersebut dari memori/ingatan dan data yang didapat bisa disusun secara rapi sehingga memudahkan dalam penyampaian dan proses analisis dalam penelitian ini.

(29)

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Diadopsi dari Nasution, 1996:27)

C. Pendekatan Penelitian

(30)

Djaman Satori dan Aan Komariah (2009:219) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif yaitu suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, prilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.

Penelitian kualitatif mempunyai pengertian yang berbeda-beda untuk setiap penelitian, meskipun demikian definisi secara umum : penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam struktur yang alami, yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual: yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln,1994:2).

Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, lebih mendalam dan dapat dipercaya sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dengan baik. Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental, dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas.

(31)

berfikir sintetik melalui proses pembuktian kebenaran yang bersifat aposteriori. Oleh karena itu peneliti berangkat dari data lapangan untuk membuat kategorisasi atau konsep-konsep penelitian. Kemudian data-data yang diperoleh dari lapangan akan direduksi sesuai dengan kisi-kisi penelitian sehingga dapat dihasilkan konsep penelitian. Untuk menjaga validitas penelitian, peneliti menggunakan triangulasi data untuk memverifikasi setiap temuan di lapangan sehingga dapat memastikan konsep yang muncul adalah fakta di lapangan bukan sekedar persepsi informan tentang realitas yang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti mengeksplorasi dan memahami objek penelitian sebagai subjek realitas alamiah tanpa mencoba diintervensi dan dicampurtangani oleh peneliti sekalipun peneliti adalah bagian dari civitas akademika STP Bandung dan berperan aktif dalam proses manajerial lembaga pendidikan tersebut, peneliti berupaya sebisa mungkin memposisikan diri hanya sebagai peneliti dan bersikap netral.

Penelitian ini tidak dirancang untuk menguji hipotesis, tetapi lebih mengarah pada upaya pendeskripsian data, fakta dan keadaan atau kecenderungan yang ada serta melakukan analisa apa yang ada dalam lokus penelitian. Kondisi nyata lapangan diangkat berdasarkan hasil studi kasus kualitatif dan dikemas dengan teknik penyajian deskriptif analitik.

D. Teknik Pengumpulan Data

(32)

mengenai efektifitas implmentasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan yang berkaitan dengan kualitas/mutu, daya saing pendidikan tinggi menuju kelas dunia.

Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth

interview), yaitu suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan

penelitian dengan cara dialog antar peneliti sebagai pewawancara dengan partisipan dalam konteks observasi partisipatif (Satori dan Komariah, 2010 : 130-131). Pertanyaan yang diajukan kepada informan disesuaikan dengan posisi dan juga kapasitas dari masing-masing informan terhadap implementasi manajemen stratejik di STP Bandung, berikut daftar informan dan pembahasan singkat hasil wawancara pada penelitian ini :

a. Drs. Djoko Susyono, M.Si ; Pembantu Ketua Bidang Akademik STP Bandung.

Waktu Wawancara : 6 Januari 2011, Pukul 10.00 WIB Pertanyaan utama yang diajukan :

Sejalan dengan persaingan dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan, bagaimana pandangan Bapak terhadap implementasi manajemen stratejik dalam penyelenggaraan pendidikan di STP Bandung bila dikaitkan dengan kurikulum dan pelanggan pendidikan.

(33)

b. Dr. Upiek Haeryah Sadkar, M.Sc ; Dosen pengajar dan Mantan Ketua STP Bandung

Waktu Wawancara : 4 Februari 2011, pukul 09.00 WIB Pertanyaan :

Setiap sekolah tinggi mempunyai nilai-nilai yang ingin disampaikan dalam setiap visi dan misi sekolah yang diaplikasikan terhadap kegiatan sehari-hari, bagamana cara Ibu mensosialisasikan itu?

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Nilai-nilai yang dijadikan oleh STP Bandung, budaya kerja, serta keberhasilan dan hambatan yang dialami oleh STP Bandung dinilai dari perspektif informan selama menjadi Ketua STP Bandung.

c. Drs. Joni Sofyan Iskandar, M.M. ; Ketua STP Bandung periode 2009 – 2011.

Waktu Wawancara : 4 Oktober 2010, pukul 13.00 WIB Pertanyaan :

Bagaimana menurut Bapak desain manajemen stratejik dalam penyelengaraan pendidikan kepariwisataan berbasis pelanggan dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, strategi dan kebijakan. Apakah dapat mengantarkan STP Bandung menjadi perguruan tinggi yang mempunyai daya saing internasional.

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Eksitensi STPB dalam penyelenggaraaan pendidikan tinggi pariwisata, ancaman dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan khususnya STP Bandung yaitu banyaknya pertumbuhan sekolah tinggi kepariwisataan dan kejuruan di bidang kepariwisataan yang pesat, kelemahan-kelemahan STP Bandung dalam beberapa bidang kerja internal.

d. Drs. Rachmat Syam, M.M.Par ; Ketua Jurusan Pariwisata di STP Bandung.

Waktu Wawancara : 16 Mei 2011, pukul 15.00 WIB Pertanyaan :

(34)

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Pencapaian target STP Bandung dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan di Indonesia berserta target-target yang akan diraih di masa depan, mitra STP Bandung dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pendidikan baik di dalam negeri maupun luar negeri, pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh STP Bandung dan

kontribusinya terhadap pertumbuh-kembangan institusi pendidikan

kepariwisataan.

e. Drs. Anang Sutoro, M.M.Par ; Pembantu Ketua Bidang Umum STP Bandung.

Waktu Wawancara : 4 Juni 2011, pukul 09.00 WIB Pertanyaan :

Bagaimana Analisis dampak dari evaluasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata berbasis pendidikan pelanggan Customer Education Management yang dapat mengantarkan pada Perguruan Tinggi Kelas Dunia?

Informasi utama yang diberikan oleh informan : bentuk sistem layanan pendidikan yang diterapkan oleh STP Bandung, budaya pelaksanaan pendidikan kepariwisataan, dan hasil capaian yang diraih dalam melaksanakan sistem dan budaya layanan pendidikan di STP Bandung.

f. Mahasiswa/mahasiswi STP Bandung,

Waktu Wawancara : Dilakukan secara spontan, lebih dari satu kali dalam lokasi yang berbeda dan waktu yang berbeda dengan informan yang berbeda.

Pertanyaan :

Bagaimana kualitas pendidikan, layanan pendidikan, sarana pendidikan, biaya pendidikan serta lingkungan pendidikan yang dirasakan selama menempuh pendidikan pariwisata di STP Bandung.

Informasi utama yang diberikan oleh informan : kesan dan harapan informan terhadap pelayanan pendidikan pariwisata di STP Bandung serta layanan pendidikan lainnya. Informan menyatakan bahwa secara keseluruhan layanan akademik yang diberikan oleh STP Bandung telah sesuai dengan harapan.

g. Alumni STP Bandung,

Waktu Wawancara : Dilakukan secara spontan, lebih dari satu kali dalam lokasi yang berbeda dan waktu yang berbeda dengan informan yang berbeda.

(35)

masa yang akan datang terkait dengan pelayanan akademik di STP Bandung.

Informasi utama yang diberikan oleh informan : pengalaman dalam menempuh pendidikan pariwisata di STP Bandung, informan berpendapat bahwa secara keseluruhan citra STP Bandung di dalam dunia industri pariwisata sudah cukup baik dan memberikan manfaat kepada alumni dalam mencari pekerjaan di dunia industri pariwisata, baik dalam maupun luar negeri. Informan juga beranggapan bahwa STP Bandung perlu selalu membina hubungan kerjasama dengan alumni dan memfasilitasi dalam suatu wadah.

2. Observasi

Observasi adalah cara yang memungkinkan peneliti berhubungan secara langsung dengan subyek penelitian. Dengan berada dilapangan langsung, peneliti bisa lebih memahami konteks data dalam penelitian ini secara menyeluruh. Peneliti bisa melihat hal-hal yang sebelumnya terlewat atau tidak diketahui oleh pastisipan yang lain, khususnya oleh orang yang berada di lingkungan itu, karena telah dianggap hal yang wajar dan mengakibatkan tidak terungkap pada saat melakukan wawancara. Selain itu dengan menggunakan teknik observasi langsung ke lapangan peneliti dapat menggunakan hal-hal diluar persepsi informan sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.

Varian observasi yang digunakan tersebut dinamakan observing

participation (Satori dan Komariah , 2010 :118). Dengan varian ini, maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai pada pengetahuan tingkat makna dari setiap perilaku yang muncul.

3. Studi Dokumentasi

(36)

Tahap pertama ; Dalam penelitian ini proses pencarian data primer dan

informasi dilakukan dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam. Peneliti langsung ke lapangan untuk dapat mengumpulkan data dari sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu

tape recorder untuk memudahkan melakukan proses transkip data, namun

sebelum melakukan kegiatan wawancara peneliti mempersiapkan terlebih dahulu kisi-kisi instrumen agar penggalian data melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam tidak keluar dari fokus penelitian.

Selain dari wawancara yang dilakukan terhadap informan, dalam penelitian ini juga dilakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang ada pada sekolah tinggi pariwisata yang berlokasi di Bandung, Bali, dan Makasar. Agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat, maka setiap permasalahan yang berkaiatan dengan hasil pengamatan selalu dicatat. Proses penulisan ini diusahakan tidak mengganggu pengamatan yang sedang dilakukan. Penulisan dilakukan dengan cara membuat catatan lapangan yang berisi kata-kata kunci secara singkat dalam bentuk skema.

(37)

selanjutnya disusun dalam suatu transkip wawancara guna memudahkan penyajian data dan pembahasan dalam analisis.

Tahap kedua; Peneliti melakukan pengecekan data primer yang telah

diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian . Hal ini dilakukan untuk mengetahui reaksi tentang efektifitas implementasi manajemen strategik pada pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan menuju perguruan tinggi yang bermutu terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan.

Tahap ketiga; Peneliti kemudian menganalisis data-data yang telah diperoleh

secara kualitatif, sehingga mudah dibaca dan diinterprestasikan. Kemudian data yang telah dianalisis diintegrasikan kedalam seluruh fenomena yang ditangkap melalui tahapan-tahapan analisis fenomenologi. Gambar dibawah ini salah satu kegiatan kunjungan dan wawancara dengan Direktur Akademi Pariwisata Makasar beserta jajarannya.

(38)

Gambar 3.3. Penjelasan Direktur Akpar Makasar tentang struktur organisasi Akpar Makasar

Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data adalah:

a. Data kepegawaian sekolah tinggi pariwisata, yang dijadikan sumber data adalah manajemen sekolah tinggi pariwisata yang diperkuat dengan dokumen Rencana Strategik. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa para alumni dan para pengusaha industri usaha jasa pariwisata yang menggunakan alumni sekolah tinggi pariwisata.

(39)

jurusan dan ketua program studi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi.

d. Data fakultas, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Umum, ketua jurusan dan ketua program studi.

e. Data infrastruktur aktual di STP Bandung, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Umum dan KaSubag Rumah Tangga. f. Data mengenai manajemen, yang dijadikan sumber data adalah para struktural/pengelola yang ada di STP Bandung, yaitu Ketua STP Bandung, Pembantu Ketua I, II, III, dan IV Selain itu juga Kepala Bagian Administrasi Umum dan Kepala Bagian Administrasi Akademik.

Gambar 3.4. Mewawancari mahasiswa dan mahasiswi STP Bali.

(40)

digunakan untuk menarik kesimpulan tentang aktivitas, tujuan, dan ide dari pembuatnya atau organisasi yang dipresentasikannya. Beberapa dokumen yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini antara lain: Rencana Strategis Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2005-2009, Rencana Strategis Sekolah Tinggi Pariwisata Bali tahun 2010-2014, daftar anggota HILDIKTIPARI, Rencana Kerja Tahunan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2006, dan dokumen-dokumen yang memuat data tentang SDM, keuangan, dosen, Kemahasiswaan.

E. Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjaga keterpercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

1. Keterpercayaan

Kredibilitas atau derajat kepercayaan adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Untuk memperoleh kredibilitas data yang diperolah dari lapangan peneliti melakukan cara: memperpanjang masa pengamatan, pengamatan dan pengumpulan data secara terus menerus, triangulasi data, membicarakan dengan orang lain, menggunakan bahan referensi, dan mengadakan cek member, sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

(41)

b. Triangulasi Data

Triangulasi data dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode, artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti melakukan kegiatan triangulasi dengan cara:

1) Melakukan pengecekan data, yaitu melakukan wawancara mendalam dengan dua orang atau lebih pada subyek penelitian yang berbeda dengan pertanyaan yang sama.

2) Melakukan cek ulang data, yaitu melakukan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada informa yang sama dalam waktu yang berlainan.

3) Melakukan pengecekan silang, yaitu menggali keterangan tentang keadaan subyek penelitian yang satu dengan yang lainnya pada waktu berbeda.

c. Mengadakan cek member

(42)

ini dilakukan pada saat wawancara formal maupun informal selama penelitian berlangsung.

2. Keteralihan

Keteralihan ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya, Oleh karena itu, untuk meningkatkan transferabilitas data peneliti melakukan penelitian di beberapa lokasi, guna pengambilan data pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Bali, Medan Dan Makasar. Selanjutnya transferabilitas data diperiksa melalui keteralihan dari sumber data yang berkembang di lapangan dengan menggunakan catatan lapangan sehingga dapat ditransformasikan inti pokoknya dan juga menggunakan foto sebagai bukti kegiatan pengambilan data di lapangan.

3. Kebergantungan

Kebergantungan adalah apabila hasil penelitian memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diuji pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sulit untuk dapat diulang oleh pihak lain, karena desainnya yang seketika. Untuk dapat membuat penelitian kualitatif memenuhi kebergantungan, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal ini dikerjakan dengan cara melacak kembali yang dilakukan oleh pembimbing yang berhak memeriksa kebenaran data dan penafsirannya. Kemudian secara aplikatif dijelaskan bahwa kebergantungan data diperiksa melalui pengecekan ulang dari sumber yang berbeda dengan menggabungkan kelengkapan observasi dan wawancara.

4. Kepastian

(43)

melalui cek member, triangulasi, pengamatan ulang atas rekaman, pengecekan kembali, melihat kejadian yang sama di lokasi yang berbeda sebagai bentuk konfirmasi.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari nilai kebenaran, penerapan aplikasi atau keteralihan, konsistensi, dan obyektivitas atau netralitas.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis dan Pentafsiran Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema yang ada di dalam data tersebut (Patton, M. Q. 1990). Dalam pendekatan penelitian kualitatif, analisis data pada dasarnya sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, termasuk pada saat wawancara mendalam kepada para informan yang dilakukan secara formal maupun informal, peneliti sudah melakukan analisis terhadap pandangan para informan yang diwawancarai.

(44)

Gambar 3.5. Proses Analisis Data Kualitatif Sumber: Miles and Huberman (1992:20)

Setelah melakukan tahap pengumpulan data atau koleksi data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian, maka langkah-langkah yang dilakukan berikutnya adalah:

a. Reduksi Data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.

b. Penyajian Data

Penyajian data dimasudkan mempermudah peneliti untuk melihat Data

Collection

Data Reduction

Data Display

(45)

bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Kemudian data-data tersebut dipilah-pilah dan disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Selanjutnya peneliti merencanakan kerja kembali berdasarkan apa yang telah dipahami dan diamati dari hasil kesimpulan sementara.

c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif. Oleh karena itu setiap kesimpulan akan selalu terus dilakukan verivikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti sampai didapat suatu kesimpulan yang benar. Apabila ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka perlu diadakan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data lagi di lapangan, dicoba untuk diinterpretasikan dengan fokus yang lebih terarah. Dengan begitu, analisis data tersebut merupakan proses interaksi antara ke tiga komponen analisis dengan pengumpulan data, dan merupakan suatu proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai.

2. Metode Balanced Scorecard

(46)

masyarakat umum dan pengguna lulusan dari lembaga pendidikan. Tujuan utama organisasi lembaga pendidikan bukanlah memaksimalkan hasil-hasil finansial, tetapi membuat keseimbangan pertanggung jawaban finansial melalui program-program pelayanan jasa pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Maka ukuran pertama dalam mengukur kinerja manajemen strategik pada lembaga pendidikan adalah perspektif pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, selanjutnya diikuti oleh perspektif keuangan, dan perspekti proses bisnis internal yang menunjang bagi ukuran utama tersebut (Indrajit dan Djokopranoto, 2006:135).

Berikut tabel 3.1, gambaran perspektif dalam balance scorecard yang dilakukan untuk mengukur implementasi manajemen strategik di Sekolah Tinggi Kepariwisataan berbasis pelanggan:

Tabel 3.1

Bauran Perspektif Balanced Scorecard dalam Penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Perspektif Atribut Parameter

(47)

Perspektif Atribut Parameter

Citra dan reputasi kepopuleran nama universitas, jumlah

Hubungan pelanggan tingkat kepuasan, tingkat pengenalan, dan tinggan

Perspektif Proses Internal Proses Inovasi pembukaan program studi atau jenjang baru, program kelas jarak jauh, program kampus jarak jauh, dan program gelar ganda

(48)

Perspektif Atribut Parameter

Perspektif Keuangan perencanaan dan realisasi

anggaran, dan juga kecukupan dana untuk melaksanakan kegiatan organisasi

BSC memiliki tujuan utama sebagai sebuah pendekatan untuk mengorganisasi dan menyajikan informasi pengukuran kinerja yang merupakan kombinasi antara ukuran hasil yang terbatas dengan ukuran kinerja organisasi yang telah diseleksi dalam konteks memberikan manager informasi yang relevan dan efektif dibandingkan para manager tersebut menerima informasi melalui laporan manajemen yang masih bersifat tradisional, terutama berkaitan dengan kunci tujuan strategis (Kaplan & Norton: 2, 1992).

G. Waktu dan Tahapan Penelitian

(49)

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam. Adapun tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap pertama, yaitu persiapan dimana peneliti melakukan kegiatan pengamatan awal untuk memantapkan permasalahan penelitian dan menentukan subyek penelitian. Pelaksanaan tahap ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Februari 2010.

(50)

c. Tahap ketiga, peneliti melakukan pengkajian terhadap beberapa literatur, jurnal internasional, publikasi, studi dokumentasi dan hasil penelitian terdahuluserta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

d. Tahap keempat, peneliti melakukan pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, pengumpulan dokumen, dan mencari informasi yang berhubungan dengan fokus dan permasalahan penelitian ini. Melakukan pengecekan data yang telah diperoleh, seperti membandingkan, mencocokkan dengan dokumen, untuk memperkuat hasil penelitian. Pelaksanaan tahap dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2010.

e. Tahap Kelima, peneliti melakukan analisis data yang telah didapatkan dilapangan. Pelaksanaan tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2010 dengan cara mendiskusikan kembali analisis yang diperoleh untuk menyimpulkan hasil akhir penelitian ini.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil penelitian dan pembahasan kepada pertanyaan di dalam rumusan masalah penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan maka dapat ditarik simpulan bahwa penyelenggaran implementasi manajemen strategik di STP Bandung belum berjalan secara optimal baik dilihat dari aspek penyelenggaraan pendidikan, sarana dan prasarana, layanan akademik, keuangan, serta kemampuan penguasaan teknologi informasi. Maka dari itu diperlukan suatu alat ukur kinerja manajemen strategik untuk dapat memetakan permasalahan yang ada pada aspek-aspek tersebut sehingga dapat dihasilkan suatu saran dan rekomendasi guna memaksimalkan kinerja manajemen pendidikan di STP Bandung. Alat ukur yang kinerja manajemen dalam penelitian ini digunakan balanced scorecard.

1. Pelaksanaan Manajemen Strategis STP Bandung

(52)

dikatakan bukan sekolah kedinasan murni akan tetapi hanya status kelembagaannya saja yang dinas dan seluruh kebijakan mulai dari penganggaran, SDM, sarana prasarana, kurikulum dan kuantitas penerimaan mahasiswa baru ditetapkan dari pusat atau masih bersifat sentralisasi. Kondisi tersebut membentuk keterbatasan manajemen STP Bandung dalam melakukan pengembangan diri baik dalam segi keilmuan maupun dalam segi manajemen, hal tersebut karena sifatnya sentralistik dalam arti bahwa kebijakan pusat merupakan harga mutlak bagi manajemen STP Bandung yang harus dipatuhi.

(53)

Pelaksanaan implementasi manajemen strategik di STP Bandung dalam rangka menuju perguruan tinggi pariwisata berkelas dunia secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum dapat mengantarkan STP Bandung menuju perguruan tinggi kelas dunia. Beberapa permasalahan yang menghambat pencapaian STP Bandung menuju perguruan tinggi pariwisata berkelas dunia adalah produktivitas tenaga pendidik dalam penelitian pariwisata dalam bentuk jurnal dan publikasi ilmiah, serta pemanfaatan teknologi informasi yang menunjang kegiatan akademik oleh tenaga pendidik dan kependidikan.

2. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP Bandung dalam

Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

Berdasarkan kepada hasil pengukuran pencapaian kinerja STP Bandung dengan menggunakan Balanced Scorecard dari empat perspektif, yaitu pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan serta keuangan menghasilkan simpulan terkait implementasi manajemen strategik STP bandung, sebagai berikut:

a. Perspektif Pelanggan

(54)

Strategi pengembangan produk yang dilakukan STP Bandung telah mampu meningkatkan nilai kegunaan jasa layanan pendidikan tinggi bagi masyarakat. Nilai kegunaan tersebut terkait dengan kebutuhan masyarakat/mahasiswa STP Bandung dalam mencari pekerjaan dan mengembangkan minat mereka, hal tersebut dapat ditinjau dari target dan realisasi lulusan STP Bandung yang cukup baik, jumlah mahasiswa putus kuliah yang sangat minim, daya serap lulusan STP Bandung di industri pariwisata yang cukup tinggi baik dalam dan luar negeri, serta jumlah alumni STP Bandung yang telah menempati posisi manajerial. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap reputasi dan kesan masyarakat serta industri pariwisata kepada STP Bandung yang cukup baik. Mutu pendidikan yang diberikan oleh STP Bandung juga didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang cukup baik dan lengkap bagi kegiatan teori maupun praktikum. Di samping itu, salah satu aspek positif dari sisi harga perkuliahan relatif terjangkau oleh mahasiswa dikarenakan adanya subsidi yang dilakukan oleh pemerintah. Mutu pendidikan yang diberikan oleh STP Bandung kepada pelanggan dinilai cukup baik.

b. Proses Internal

(55)

mahasiswa 80% sesuai dengan target waktu yang diberikan, serta rendahnya tingkat putus kuliah mahasiswa dinilai cukup baik. Pemanfaatan teknologi informasi dan efisiensi manajemen telah dilaksanakan oleh STP Bandung dan mampu memberikan peningkatan secara akademik. Kinerja dosen STP Bandung dalam mengajar cukup baik, tetapi perlu diimbangi dengan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi serta produktivitas dalam bidang keilmuan dan pengabdian masyarakat berupa penelitian kepariwisataan yang sangat rendah.

Fasilitas alumni dan pencarian pekerjaan serta kesempatan rekrutmen yang difasilitasi oleh STP Bandung bagi alumni STP Bandung dalam mencari pekerjaan cukup baik dengan keberadaan unit PRODEC-STP Bandung yang mampu memberikan kesempatan rekrutmen dan informasi ketersediaan lowongan pekerjaan bagi alumni STP Bandung. Event rekrutmen lowongan pekerjaan dalam industri pariwisata selalu dilakukan secara regular dalam setiap tahun dan diselenggarakan di STP Bandung, sehingga memudahkan alumni STP Bandung untuk mencari pekerjaan yang diinginkan.

c. Pertumbuhan dan Pembelajaran

(56)

jurnal maupun dalam menerbitkan buku, dosen STP Bandung dinilai sangat rendah. Jumlah dosen pengajar di STP Bandung yang bergelar S3 berjumlah 5 orang, hal ini dinilai sangat rendah, dan untuk dosen yang sedang melanjutkan pendidikan di jenjang S3 berjumlah 8 orang. Untuk tenaga pengajar dengan gelar S2 berjumlah 72 orang.

Kondisi di atas memberikan gambaran bahwa perspektif pertumbuhan dan pembelajaran di STP bandung masih dinilai kurang memenuhi standar. Sehingga masih perlu adanya peningkatan dari segi kualitas dan kuantitas SDM.

d. Keuangan

(57)

B. Saran dan Rekomendasi

Untuk menjadi perguruan tinggi pariwisata berbasis pelanggan sebagai salah satu langkah untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan manajemen strategik secara berkesinambungan. Untuk dapat mengimpelementasikan manajemen perguruan tinggi pariwisata berbasis pelanggan, terdapat saran yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Saran

a. Otonomi Pengelolaan Pendidikan Pariwisata di STP Bandung

(58)

kurikulum kuantitas penerimaan mahasiswa baru serta anggaran termasuk menentukan biaya kuliah permahasiswa per tahun. Otonomi pengelolaan pendidikan di STP Bandung dapat dimulai dari perubahan kebijakan pengelolaan, antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara bersama-sama melakukan kolaborasi pengelolaan. Kemendikbud dalam pengelolaan STP Bandung diarahkan dalam kebijakan pengelolaan yang berhubungan dengan layanan pendidikan, dari tahapan planning, organizing, actuating dan controlling serta evaluasi, sedangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan arahan dalam pengelolaan terkait dengan pembiayaan dan budaya organisasi serta kemampuan inti yang harus dikembangkan. STP Bandung di bawah pengelolaan Kemdiknas dan Kemenparkraf, menentukan standarisasi yang berbasis internasional dengan melakukan analisis dari lingkungan eksternal dan internal.

b. Reposisi STP menjadi Badan Hukum (BLU)

(59)

otonomi, (b) akuntabilitas, (c) transparansi, (d) penjaminan mutu, (e) layanan prima, (f) akses yang berkeadilan, (g) keberagaman, (h) keberlanjutan) dan (i) prinsip partisipasi atas tanggung jawab negara. Prinsip yang terakhir ini, misalnya, menyuratkan tentang tanggung jawab negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan keterlibatan pemangku kepentingan.

c. Sosialisasi Nilai-nilai STP Bandung pada Civitas Akademika

Sosialisasi nilai-nilai STP Bandung yang terdiri dari Kejujuran, Kepedulian, Komitmen, Kolektivitas, Keselarasan diarahkan untuk memberikan kerangka bagi sivitas akademika di STP Bandung untuk mengembangkan wacana keilmuan melalui sosialisasi, koordinasi dan komunikasi yang berkelanjutan dengan seluruh civitas akademika guna menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dalam rangka berdaya saing internasional yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tepat. Nilai-nilai STP Bandung tersebut menjadi kerangka yang akan membentuk akuntabilitas pendidikan pariwisata di STP Bandung.

d. Peningkatan Kualifikasi Pendidikan dan Penguasaan Teknologi

Informasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan STP Bandung

(60)

2009: 36). Pengembangan SDM tidak hanya berfokus pada pegawai yang baru direkrut, pengembangan terhadap pegawai yang sudah ada atau lama berkerja di STP Bandung juga perlu diperhatikan. Perguruan tinggi khususnya dalam hal ini STP Bandung tidak dapat terlepas dari Tridahrma Perguruan Tinggi, yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam prosesnya, pengembangan sumberdaya manusia di STP Bandung ditekankan kepada tenaga pendidik dan kependidikan dengan masing-masing proporsi yang berbeda sesuai dengan kendala yang dihadapi oleh STP Bandung, khususnya yang terkait dengan penelitian ilmiah dan pemanfaatan teknologi oleh tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan dan pendidikan.

1) Meningkatkan Kualifikasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan di

STP Bandung

(61)

pekerjaan yang diharapkan. Dengan alasan ini, mereka yang sudah memenuhi kualifikasi-pun hendaknya terus didorong untuk melanjutkan pendidikannya. Peningkatan kualifikasi pendidikan di STP Bandung dapat dilaksanakan melalui:

(a) Memberikan motivasi kepada tenaga pengajar maupun tenaga kependidikan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(b) Memberikan status tugas belajar/ijin belajar

(c) Memberikan dispensasi waktu bagi tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses menempuh pendidikan

(d) Memberikan kompensasi kepada tenaga pendidik dan kependidikan dalam melanjutkan pendidikan tinggi.

2) Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bagi Tenaga

pendidik dan kependidikan dalam Bidang Penguasaan Teknologi

Informasi

(62)

mengajar, administrasi, dsb. Disamping itu, instruktur diklat dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan. Mereka dapat dipilih dari kalangan akademisi, teknisi, maupun praktisi sehingga diklat dapat bersifat teoritis, teknis, maupun praktis. STP Bandung secara berjangka sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang diperoleh selalu mengikutsertakan tenaga pendidik dan kependidikan dalam diklat.

(63)

3) Turut serta secara aktif dalam Mail List

Mail list adalah group e-mail yang biasanya diikuti oleh orang-orang

dalam kelompok minat tertentu. Para dosen dan tenaga kependidikan di perguruan tinggi akan mendapatkan keuntungan besar jika mereka aktif dalam mail list yang beranggotakan sejawat baik dari dalam maupun luar lembaga pendidikan tersebut, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan ikut aktif dalam kelompok mail list tertentu akan membantu dosen memperoleh banyak pengetahuan baru di bidang tugasnya. Melalui kelompok ini banyak informasi dapat di sebar luaskan dan banyak masalah mungkin dapat dicarikan jalan keluarnya. Jika ingin membuat mail-list sendiri, diperlukan fasilitator yang berdedikasi tinggi dan tegas dalam menyaring arus informasi yang layak untuk di up-load dalam mail list. Disamping itu, diperlukan pula keaktifan masing-masing anggota dalam membagi informasi, masalah dan jalan keluarnya.

4) Berbagi Ilmu, Pengalaman dan Pandangan secara Naratif

(Formal maupun Informal)

Gambar

Gambar                                                                                                              Halaman DAFTAR GAMBAR
Gambar Konsep Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan Pendidikan…………………………………………..
Gambar 1.1: Pendekatan WCU
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Diadopsi dari Nasution, 1996:27)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum Nama : Taufik Ardiansyah.. NIM

Sahabat MQ/ Pengamat komunikasi politik -Effendi Ghazali- mengingatkan/ masyarakat agar tidak gampang terkecoh dengan pencitraan yang dibangun pasangan

Sahabat MQ/ meski banyak yang menginginkan Pilpres hanya berlangsung satu putaran/ diprediksikan hal tersebut akan sulit terjadi// Sebab persaingan antara SBY/ JK/ dan

Proses pendidikan yang berkualitas dan kesempatan untuk dapat menikmati pendidikan seluas - luasnya bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dapat memberikan harapan

pemimpin yang bijaksana dan pemberani. 5) Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Gubernur Madinah) adalah salah seorang ulama besar yang terpercaya. 6) Abdul Aziz bin

Sementara yang dimaksud dengan laporan lengkap PAR adalah narasi yang memaparkan lengkap tentang alasan pemilihan fokus/topik dan lokasi dampingan, kondisi

Selama praktik mengajar, praktikan di beri 3 kelas untuk mengajar, yakni X A, XI IPA 2, dan XII IPS 1. Di awal praktik mengajar, praktikan menggunakan 1 RPP, dan

Analisis data merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama berada dilapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Untuk