Terobosan Baru
Tol Laut
Pembaca budiman,
P
rogram tol laut sejak dioperasikan sejak akhir 2015 lalu, mampu memberi kontribusi positif bagi masyarakat. Khususnya di daerah terpencil, terdalam dan terluar, harga-harga kebutuhan utama menunjukkan penurunan. Disparitas harga antara wilayah barat dan timur Indonesia juga bisa ditekan. Harga semen di Pulau Sabu Nusa Tengagara Timur (NTT), ayam ras di Namlea (Maluku) dan beberapa komoditas utama lainnya di Wanci Wakatobi Sulawesi Tenggara , Natuna, dan Tahuna tidak jauh berbeda dengan di Pulau Jawa.Pengembangan infrastruktur transportasi di sejumlah wilayah yang dilayani 6 trayek Tol Laut di 31 pelabuhan singgah itu, mulai merasakan manfaatnya.
Keberhasilan program Tol Laut tak lepas dari peran pemerintah mengawal pendistribusian barang-barang kebutuhan pokok hingga ke tangan konsumen (masyarakat). Pemerintah terus mencari cara agar proses pendistribusian logistik,-- setelah diturunkan dari kapal Tol Laut di pelabuhan,-- tidak hanya menguntungkan beberapa pihak saja. Pendistribusian logistik di darat membutuhkan pengawalan dan pemantauan secara terus menerus agar subsidi yang diberikan pemerintah, tepat sasaran.
Pelaksanaan Program Tol Laut memasuki tahun kedua berjalan menunjukkan sejumlah tantangan yang masih perlu penanganan. Pemerintah terus melakukan strategi khusus dengan membentuk konsorsium yang melibatkan sejumlah perusahaan BUMN di bidang logistik agar pendistribusian barang tidak mengalami hambatan. Kementerian Perhubungan menginisasi pembentukan program Tol Laut Logistik dengan memprioritaskan kerjasama beberapa BUMN yang terlibat dalam satu konsorsium bersama untuk mendistribusikan dan menyediakan muatan balik kapal tol laut.
Langkah ini dilakukan agar subsidi Tol Laut dengan memberi kemudahan angkutan kapal barang yang murah, bisa dinikmati oleh masyarakat di daerah. Harapannya, angkutan barang yang lancar dan murah akan menciptakan harga barang di beberapa daerah khususnya Indonesia bagian timur, tidak jauh berbeda dengan di Pulau Jawa.
Pemerintah juga berencana menambah trayek Tol Laut baru menjadi 11 rute dan merevisi rute yang ada (rerouting). Program Tol Laut Logistik,-- dengan tujuan untuk mendekatkan gudang ke masyarakat -- merupakan terobosan baru Kementerian Perhubungan dalam upaya lebih mengoptimalkan penyelenggaraan Tol Laut yang sudah berjalan baik hingga akhir 2016 ini. (*)
EDITORIAL
Majalah Kementerian Perhubungan No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976 ISSN : 0853179X
PEMBINA :
Menteri Perhubungan RI PENASEHAT :
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Direktur Jenderal Perkeretaapian
Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kepala Badan Litbang Perhubungan
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek PENANGGUNG JAWAB :
Bambang S Ervan PEMIMPIN REDAKSI : Dwiyekti Windayani REDAKTUR PELAKSANA : Tinitah S. Amrantasi Muhammad Pamungkas REDAKSI :
Franky Houtman Simatupang, Gatut Aribowo S, Romauli Fransiska, Revi Yohana, Daniel Pietersz, Yosephin Parsaulian, Muhammad Mifdhal, R. Achmad Herdin, Hari Supriyono, Hariyadi Dwi Putera H, Christanto Agung TIM REDAKSI :
Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti, Prayogie, Syarifah Noor Hidayati REDAKSI FOTO :
Muhamad Nurcholis, Okto Berbudi, Nur Fitrianto Alfian, Chairudi Bharata Dharma, Abdullah Baraja, Dyota Laksmi Tenerezza
ALAMAT REDAKSI :
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419 Fax (021) 3504631, 3511809
E-MAIL :
transmedia@dephub.go.id PENERBIT :
Kementerian Perhubungan RI EDISI 07 I 2016 44Dorong Pariwisata,
Sejumlah Pelabuhan Dikembangkan 62
Revolusi Curitiba Sebagai Kota Hijau di Negara Berkembang 22Kapal Ternak KM. Camara Nusantara 1
Mewujudkan Konektivitas, Menurunkan Harga
EDISI 07 I 2016
Mengawal Kelancaran Logistik Tol Laut
Cover :
DAFTAR ISI
TRANSMEDIA I EDISI 07 I 2016TRANS DARAT TRANS LAUT TRANS UDARA TRANS PERKERETAAPIAN
18 Penataan Terminal Tipe A
Agar Kontrol Keselamatan Bisa Ditingkatkan
22 Kapal Ternak
KM. Camara Nusantara 1 Mewujudkan
Konektivitas, Menurunkan Harga
28 Memperkuat Konektivitas Udara di Papua
32 Wujudkan Layanan Kereta Luar Jawa
10
TRANS UTAMAMengawal Kelancaran Logistik Tol Laut
3 EDITORIAL 6 INFOGRAFIS 8 MATA
Rehat sejenak memandang lautan. Foto : Gatut
68
TRANS WISATA
Pantai Nihiwatu, Kepingan Surga di Sumba 36 Mewujudkan SDM Andal Melalui STCW
SUMBER DAYA MANUSIA
54
POTRET
Keindahan di Ujung Selatan Sulawesi
64
INTERNASIONAL
Storseisundet, Jembatan Ilusi 43 Gandeng BPPT
Kemenhub Dorong Teknologi Transportasi 44 Dorong Pariwisata,
Sejumlah Pelabuhan Dikembangkan 46 Kembangkan
Pendidikan Vokasi SDM Laut 38 Kemenhub Dorong
Peningkatan Keselamatan Melalui Penelitian
39 Bandara AA Bere Tallo Perkuat Konektivitas 40 Bangun Pelabuhan
Memajukan Komoditas Daerah 42 Kemenhub Sapu
Bersih Praktik Pungli KILAS BERITA
TRANSPORTASI HIJAU 62 Revolusi Curitiba
Sebagai Kota Hijau di Negara Berkembang
PERSPEKTIF
TEKNOLOGI SENGGANG
66 Revitalisasi Pelayaran Rakyat untuk Mendukung Implementasi Tol Laut
70 Coradia iLint, Kereta Bertenaga Hydro Pertama di Dunia
72 Water Sport!
SEJARAH SEHAT
74 Pelabuhan Tertua di Dunia
INFOGRAFIS
JENIS MUATAN BALIK DARI DAERAH YANG
DILALUI TRAYEK TOL LAUT
Sumber : Data Kementerian Perdagangan
LEWOLEBA - Ikan beku - Kelapa gelondongan - Rumput laut - Kemiri - Asam - Kopra NATUNA
- Rumput laut kering - Jengkol
FAKFAK - Ikan cakalang,
tenggiri, kakap, - Biji pala, bunga pala, buah pala WANCI
- Rumput laut
KAIMANA - Ikan beku
DOBO - Ikan beku SAUMLAKI
- Kayu jati - Ikan beku WAINGAPU
- Daging sapi
SABU - Garam - Rumput laut
1. Trayek Tol Laut pada awalnya hanya ditujukan untuk mengurangi disparitas harga melalui ketersediaan barang di daerah terpencil, terluar dan perbatasan.
2. Dalam perkembangannya terdapat muatan balik, muatan antar pelabuhan yang diangkut oleh Kapal Tol Laut yang pada umumnya merupakan produk unggulan dan potensial daerah .
JENIS MUATAN TOL LAUT
Sesuai Perpres No. 71/2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting
Barang kebutuhan
Pokok Hasil Pertanian :
1. Beras2. Kedelai Bahan Baku Tahu dan Tempe
3. Cabe
4. Bawang Merah
Barang kebutuhan
pokok hasil Industri :
1. Gula2. Minyak Goreng 3. Tepung Terigu
Barang Kebutuhan
Pokok Hasil Peternakan
dan Perikanan :
1. Daging Sapi2. Daging Ayam Ras 3. Telur Ayam Ras 4. Ikan Segar meliputi
Bandeng, Kembung, Tongkol, Tuna, Cakalang
Barang penting
1. Benih yaitu benih padi,jagung dan kedelai 2. Pupuk
3. Gas Elpiji 3 Kg 4. Triplek 5. Semen
6. Besi Baja Konstruksi 7. Baja Ringan
GAS
SUGARINFOGRAFIS
PETA JARINGAN TRAYEK TOL LAUT TA.2016
Pelaksanaan TOL LAUT saat ini melayani 6 Trayek
dengan 31 Pelabuhan Singgah.
PROGRAM TOL LAUT
DALAM KONSTELASI PERAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
PROGRAM/KEGIATAN TA. 2015-2016
ANGKUTAN LAUT
1. Penyelenggaraan 6 trayek tol laut (angkutan tetap dan teratur)
melalui pola subsidi 2. Penyelenggaraan 96 rute
angkutan laut perintis
3. Penyelenggaraan 1 rute angkutan kapal ternak
4. Penyelenggaraan 26 rute kapal PT. Pelni melalui pola PSO 5. Pembangunan Kapal Perintis
termasuk kapal ternak dan kapal semi kontainer sebanyak 103 unit
KEPELABUHANAN
1. Pembangunan/lanjutan/ penyelesaian/rehabilitasi 398 pelabuhan non komersial
KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN
1. Pembangunan 324 unit Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (Menara Suar, Rambu Suar dan Pelampung Suar)
2. Pembangunan 44 unit
Telekomunikasi Pelayaran (SROP, GMDSS & VTS)
3. Pembangunan 20 unit kapal Kenavigasian
4. Pembangunan 53 Unit kapal patroli KPLP
Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. AL.108/4/16/DJPL-2016, Tanggal 28 September 2016
Sumber : Bahan Paparan Capaian Program Poros Maritim Dunia
TRAYEK T-1 TANJUNG PERAK - WANCI (WAKATOBI) - NAMLEA - FAKFAK
- KAIMANA - TIMIKA PP
TRAYEK T-2 TANJUNG PERAK - KALABAHI
- MOA - SAUMLAKI - DOBO - MERAUKE PP
TRAYEK T-3
TANJUNG PERAK - LARANTUKA - LEWOLEBA - ROTE - SABU - WAINGAPU PP
TRAYEK T-4 MAKASSAR - MANOKWARI
- WASIOR - NABIRE - SERUI - BIAK PP
TRAYEK T-5
MAKASSAR - TAHUNA - LIRUNG - MOROTAI - TOBELO - TERNATE - BABANG PP
TRAYEK T-6
1
2
MATA
3
4
MATA
1. Penumpang Kapal Penyeberangan Foto. Gatut) 2. Kereta Api Logistik
di Pelabuhan Tanjung Priok (Foto. Zaki Humas PT KAI) 3. Terminal Bandara
I Gusti Ngurah Rai Bali (Foto. Cholis) 4. “Menyapa” Ternak
I
plementasi program Tol Laut yang dilakukan terbukti mampu menurunkan disparitas harga antara wilayah barat dan timur Indonesia. Setiap pembangunan infrastruktur transportasi diharapkan bisa memberi manfaat nyata kepada masyarakat.Hasil evaluasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan November 2016 menyebutkan harga sejumlah komoditas di daerah mengalami penurunan karena program Tol Laut ini. Secara umum load factor (muatan) Tol Laut juga mengalami peningkatan dari voyage ke voyage. Realisasi muatan rata-rata 60% bahkan untuk kapal rute T3 mencapai 80%.
Mengawal
Kelancaran
Logistik
Tol Laut
Sejak dioperasikan 2015 hingga 2016 ini,
penyelenggaraan program Tol Laut telah membuahkan
hasil nyata. Selain konektivitas semakin meningkat,
harga-harga komoditas utama di beberapa daerah
menunjukkan penurunan. Beberapa daerah yang
dilayani 6 trayek Tol Laut di 31 pelabuhan singgah itu,
mulai merasakan manfaatnya.
TRANS
UTAMA
Foto : Gatut
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan keberhasilan program Tol Laut tak lepas dari peran pemerintah mengawal pendistribusian barang-barang kebutuhan pokok hingga ke tangan konsumen (masyarakat). Pemerintah terus mencari cara agar proses pendistribusian logistik,-- setelah diturunkan dari kapal Tol Laut di pelabuhan,-- tidak hanya menguntungkan beberapa pihak saja tapi juga masyarakat daerah secara keseluruhan. Pendistribusian logistik di darat membutuhkan pengawalan dan pemantauan secara terus menerus agar subsidi yang diberikan pemerintah tepat sasaran.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menilai penyelenggaraan Tol Laut mampu meningkatkan konektivitas dan menekan disparitas harga antarwilayah Nusantara. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Pemerintah menemukan beberapa dermaga pelabuhan yang belum dilengkapi dengan peralatan yang memadai sehingga proses bongkar muat barang belum optimal. Selain itu ada indikasi terjadinya monopoli perdagangan di daerah oleh beberapa pelaku usaha saja. Kondisi ini mengakibatkan sasaran pemberian subsidi Tol Laut untuk menekan harga barang di daerah, belum terpenuhi. Kebijakan pemerintah untuk menekan harga komoditas utama di daerah terpencil, pelosok dan terluar masih perlu peningkatan.
Pemerintah kini terus berupaya mengambil langkah-langkah strategis agar subsidi Tol Laut yang diberikan, bisa dinikmati oleh masyarakat melalui pelayanan angkutan kapal laut yang murah dan harga-harga barang di daerah tidak jauh berbeda dengan di Pulau Jawa.
Terobosan Baru Tol Laut Logistik Selain menambah rute baru Tol Laut dan merevisi rute yang ada (rerouting), Kementerian Perhubungan menerapkan sistem pendistribusian logistik melalui program Tol Laut Logistik.
Program Tol Laut Logistik didukung dengan pembentukan konsorsium perusahaan BUMN yang menyiapkan penyediaan barang dan jaringan pemasaran di daerah yang disinggahi kapal tol laut.
Menhub Budi Karya menjelaskan, pembentukan Tol Laut logistik
merupakan jawaban atas implementasi kebijakan Tol Laut di lapangan yang menghadapi banyak tantangan. Pelaksanaan Tol Laut Logistik telah dimulai melayani rute Tanjung Priok - Natuna pada Akhir Oktober 2016 lalu. Konsorsium ini merupakan gabungan sejumlah perusahaan BUMN bidang logistik. Konsorsium ini bertugas menyediakan muatan balik kapal Tol Laut dari daerah yang disinggahi. Konsorsium juga bertanggungjawab pada pemasaran logistik setelah diturunkan dari kapal Tol Laut di pelabuhan. Program Tol Laut Logistik dengan dukungan konsorsium merupakan terobosan baru pemerintah dalam mengoptimalkan penyelenggaraan Tol Laut pada tahun kedua 2016.
Tol Laut Logistik merupakan program yang digagas Kemenhub dengan skema kerja sama sinergi BUMN dengan menggunakan metode mendekatkan gudang ke masyarakat. Konsorsium yang merupakan gabungan perusahaan BUMN itu menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk mengirim
barang kebutuhan pokok sampai ke gudang yang ada di Natuna. Distributor di Natuna dapat menjual barang kebutuhan pokok kepada masyarakat dengan batas harga maksimal 10% dari harga di Jakarta. Sementara, PT Perinus akan menyediakan muatan balik bagi kapal yang kembali ke Jakarta. Model Tol Laut Logistik diyakini dapat menjadi solusi untuk menekan disparitas harga-harga di daerah atau pulau terluar, terdalam, dan terdepan seperti di Pulau Natuna. “Ini merupakan terobosan besar, Tol Laut Logistik akan menekan disparitas harga sehingga masyarakat Natuna bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau,” ujar Menhub Budi Karya Sumadi di Jakarta.
Indikator keberhasilan dari model Tol Laut Logistik ini, secara jangka pendek diharapkan dapat menurunkan waktu bongkar muat yang sebelumnya bisa mencapai 10 hari, menurunkan harga barang, dan menjamin ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok.
Proyek Tol Laut Logistik ke Natuna juga mampu meningkatkan kecepatan waktu pengiriman barang dari 21 hari menjadi 15 hari. Setiap 15 hari ada 300 – 500 ton lebih muatan yang disuplai ke Natuna. Dengan menyuplai logistik 300 – 500 ton secara terjadwal dan rutin, harga di daerah Natuna akan stabil dan diharapkan tercipta keseimbangan ekonomi, efisiensi dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Langkah pemerintah memangkas distribusi logistik menjadi 15 hari dilakukan dengan menyediakan kepastian angkutan kapal mengirim muatan meski kondisi gelombang laut
besar. Selama ini layanan distribusi logistik ke Natuna dilakukan dengan kapal ukuran kecil. Setiap gelombang besar datang, tidak ada kapal yang berani berlayar untuk mengirim muatan. Dengan pengoperasian kapal Tol Laut KM Caraka Jaya III-4 dengan bobot 3000 DWT, maka gangguan alam seperti gelombang besar tidak menjadi halangan.
Langkah Mantapkan Program Tol Laut
Model tol laut logistik akan dikembangkan di beberapa daerah dengan model konsorsium yang mensinergikan BUMN transportasi sesuai dengan karakteristik daerah tersebut.
Untuk memantapkan keberhasilan program Tol Laut yang dicanangkan Pemerintah, Kementerian Perhubungan akan melakukan 4 (empat) strategi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengingatkan strategi pertama memberikan stimulus ekonomi kepada para pelaku-pelaku agrikultur di wilayah timur, agar ada suatu produk dari wilayah tersebut yang dapat mengisi muatan balik kapal-kapal dari wilayah timur ke wilayah barat.
“Hal itu perlu dilakukan agar ada daya dobrak dari wilayah timur untuk menghasilkan barang produktif yang bisa dibawa kembali oleh kapal-kapal ke wilayah barat,” ujarnya.
Strategi kedua, merevitalisasi pelabuhan-pelabuhan dengan melibatkan peran BUMN dan Swasta. “Kami banyak mengelola pelabuhan tapi masih kurang sinergi. Untuk itu kami ajak swasta dan BUMN untuk turut serta mengembangkan dan merevitalisasi agar lebih sinergi, sehingga lebih bisa memberikan nilai tambah bagi daerah tersebut,” ungkapnya.
TRANS
UTAMA
Salah satu
langkah dalam
merevitalisasi
pelabuhan yang
dapat dilakukan
adalah dengan terus
memperbaiki kinerja
kepelabuhanan. Proses
bongkar muat di
pelabuhan membantu
memperlancar
distribusi logistik
ke daerah-daerah.
Beberapa pelabuhan
di daerah yang
menjadi titik distribusi
logistik lewat laut,
memiliki tingkat
produktivitas
yang masih
perlu
peningkatan.
1. Kapal Tol Laut2. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan Strategi ketiga, melibatkan semua pelaku industri perkapalan, agar perusahaan pelayaran yang bekerja di sistem yang ada lebih produktif dan dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan keempat, memberikan ruang yang lebih besar bagi galangan kapal untuk ikut serta membangun kapal.
“Kami sedang perjuangkan yaitu agar proses pembelian kapal tidak lagi dilakukan Kemenhub, tapi oleh swasta. Untuk itu, kami meminta ijin kepada Kemenkeu agar bisa berikan kontrak jangka panjang antara 5 sampai 10 tahun kepada perusahaan pelayaran, agar bisa hidup. Jadi, Swasta beli kapal ke galangan, kami (Kemenhub) tinggal memberikan subsidi ke masing-masing pihak dan mengontrol apakah uang subdisidi itu manfaatnya sampai ke masyarakat,” tuturnya.
Mengintegrasikan Jaringan logistik Melalui “Rumah Kita”
Langkah menginisiasi Program Tol Laut Logistik di Natuna akan diterapkan di daerah lain yang dilintasi Tol Laut. Melalui pembentukan konsorsium beberapa BUMN yang diberi nama “Rumah Kita”, upaya Pemerintah dalam mewujudkan integrasi dalam hal pendistribusian logistik diharapkan bisa lebih cepat.
Menurut Menhub, penerapan sistem pemasaran logistik melalui “Rumah Kita” merupakan langkah lanjutan dari keberhasilan Tol Laut Logistik di Natuna. “Rumah Kita” merupakan gabungan dari Sejumlah BUMN seperti PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), PT MTI (Multi Terminal Indonesia, PT Pelni dengan anak perusahaan PT Pelni Logistik dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Perikanan Nusantara (Perinus) dan BUMN logsitik lain yang tergabung dalam satu badan tunggal. Selain memasarkan barang Tol laut, Konsorsium “Rumah Kita” bertugas mencari dan mengumpulkan komoditas unggulan dari daerah untuk dijadikan muatan balik angkutan kapal Tol Laut. 1
Foto : Gatut
TRANS UTAMA
Para pelaku usaha perdagangan di daerah ikut menentukan kebijakan di bidang logistik ini.
Rencananya, pemerintah melibatkan perusahaan logistik BUMN, seperti Bulog ikut menunjang program Tol Laut secara lebih aktif. Khusus untuk daerah Papua, dukungan angkutan udara diharapkan menunjang pendistribusian barang ke daerah pedalaman seperti di pedalaman Papua, yang secara geografis sulit dijangkau. “Semua pihak yang terlibat dalam logistik termasuk
Pemerintah terus melanjutkan pemberian subsidi angkutan udara perintis untuk membantu pengiriman muatan ke daerah pelosok. Pelayanan yang baik mampu mengurangi tingginya biaya transportasi dan sejumlah daerah telah mengalami penurunan harga barang-barang kebutuhan pokok. Melalui kebijakan baru pelayanan sistem logistik nasional dengan jaringan transportasi yang terintegrasi, maka konektivitas di seluruh Wilayah Papua bisa terwujud dan disparitas harga menunjukkan angka penurunan.
Perbaikan Manajemen Kepelabuhanan
Salah satu langkah pemerintah menunjang kegiatan tol laut adalah pembangunan pelabuhan. Pemerintah terus merevitalisasi pelabuhan dan memperbaiki kinerja pelayanan kepelabuhanan. Proses bongkar muat di pelabuhan membantu memperlancar distribusi logistik ke semua daerah. Beberapa pelabuhan di daerah yang menjadi titik distribusi logistik lewat laut, memiliki tingkat produktivitas yang masih perlu peningkatan.
Kementerian perhubungan telah meminta semua operator pelabuhan termasuk PT Pelindo I, II, III dan IV untuk mempercepat proses dwelling time pelabuhan yang mereka kelola. Semua pihak telah sepakat untuk menurunkan waktu tunggu dwelling time di semua pelabuhan besar di tanah air.
Banyak hal yang menyebabkan proses kepelabuhanan berjalan lama. Kemenhub telah melakukan deregulasi terkait hal itu dan meminta kementerian lain yang telibat dalam proses kepelabuhanan melakukan hal serupa. Deregulasi masing-masing kementerian dan lembaga diharapkan bisa mempercepat bongkar muat kapal sehingga kapal laut tidak lagi banyak yang bersandar di sejumlah pelabuhan. Menteri Perhubungan Budi Karya mengharapkan adanya percepatan proses pemeriksaan oleh masing-masing instansi yang berwenang di pelabuhan. Proses clearance sebagai misal, tidak perlu dilakukan berulangulang, kecuali ada indikasi barang itu berbahaya. Namun, jika barang yang akan diperiksa jauh dari indikasi berbahaya maka tak perlu lagi diperiksa ulang. “Kalau sistem bisa diperbaiki dan proses bongkar bisa cepat, maka dwelling time tak lagi jadi beban. Penerapan sistem yang berhasil bisa dikloning untuk pelabuhan yang lain,” tuturnya.
Kementerian Perhubungan telah menargetkan ketentuan dwelling time untuk Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta hanya 2,5 hari saja. Di pelabuhan lain luar Jakarta, seperti di Surabaya, Medan, dan Makassar, Menhub menargetkan dwelling time 3,5 hari.
maskapai penerbangan, akan membuat proses distribusi logistik menjadi lebih efektif dan efisien,” tutur Budi. Kedepan tentunya diperlukan insentif khusus bagi maskapai yang berkomitmen membantu memperlancar distribusi barang pangan dan kebutuhan primer ke daerah terpencil, terdalam dan terluar. Selama ini pengiriman barang logistik ke Papua hanya terbatas di kawasan pantai atau pelabuhan. Sedangkan distribusi ke kawasan pegunungan dan daerah pedalaman masih perlu dukungan agar biaya transportasi terjangkau. Kementerian Perhubungan telah menetapkan pelabuhan dan bandara di Timika dan di Jayapura sebagai titik konektivitas antara dua moda angkutan logistik, yakni laut dan udara.
Program Tol laut di Papua memang memerlukan perhatian khusus mengingat secara geografis moda angkutan utama masyarakat masih mengandalkan angkutan udara. Selama ini penerapan program integrasi Tol Laut dan Udara berhasil menjembatani kesenjangan pelayanan sistem transportasi penumpang dan barang yang lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat Papua bisa mendapatkan pelayanan angkutan Tol Laut yang mudah dan murah dengan ditunjang oleh pelayanan angkutan udara perintis yang disubsidi oleh pemerintah. Pemberian subsidi telah mengurangi beban biaya transportasi udaya yang mahal khususnya untuk menjangkaui daerah-daerah pedalaman Papua.
Foto : Gatut
TRANS
UTAMA
3-4. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan. 3
Foto : Abdullah
Tidak hanya kloning sistem, pemerintah terus mengupayakan peningkatan kapasitas dermaga, perluasan lapangan petikemas, penambahan peralatan pelabuhan dan ketentuan operasional pelabuhan 24 jam perhari. “Peningkatan kualitas SDM di sektor ini juga perlu penanganan,” tandas Budi.
Peningkatan pelayanan distribusi logistik juga dilakukan dengan pembangunan sejumlah pelabuhan baru di sejumlah daerah agar akses transportasi bagi masyarakat daerah semakin meningkat. Kemampuan kapal-kapal besar dengan muatan besar juga bisa masuk pelabuhan tersebut sehingga ongkos transportasi bisa diturunkan. Pengembangan
sistem jaringan antar pelabuhan sebagai hub dan feeder di sejumlah daerah diharapkan bisa mewujudkan konektivitas antar daerah dalam satu jaringan transportasi yang terpadu. Keterpaduan sistem transportasi yang baik dengan dukungan infrastruktur yang memadai mampu menunjang kebijakan pemerintah mewujudkan Indonesia dalam satu konektivitas antarwilayah yang terpadu. Outcome Tol Laut Secara Keseluruhan
Penyelenggaraan program Tol Laut selama ini mampu berperan sebagai trigger pembangunan ekonomi lokal dan nasional. Peran ini menekankan pada konsep Tol Laut untuk memperkuat jalur pelayaran yang dititikberatkan pada Indonesia bagian timur. Tol Laut telah mengkoneksikan jalur pelayaran dari barat ke timur Indonesia, dan mempermudah akses
niaga dari negara-negara Pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian Timur. Program Tol Laut yang menjadi prioritas Kementerian Perhubungan juga berjalan sesuai harapan dengan jadwal yang tetap dan teratur melalui penyelenggaraan pelayanan angkutan laut bersubsidi. Pemerintah juga telah membangun sejumlah pelabuhan sebagai bagian dari kebijakan bidang transportasi melalui pembangunan infrastruktur transportasi
Pola jaringan angkutan Tol Laut menghubungkan simpul pelabuhan utama (hub) dan pelabuhan-pelabuhan pengumpannya (feeder) di seluruh perairan nusantara menunjukkan indikasi kemanfaatan nyata dengan adanya perkembangan perekonomian di sejumlah daerah dan secara mandiri menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.
TRANS UTAMA
Diharapkan
pola jaringan
angkutan Tol
Laut menghubungkan
simpul pelabuhan
utama (hub) dan
pelabuhan-pelabuhan
pengumpannya
(feeder) di
seluruh perairan
nusantara mampu
menunjang kegiatan
perekonomian daerah
dan secara mandiri
menggerakkan sektor
strategis
ekonomi
domestik.
4Foto : Gatut
Sumber : Pelaksanaan Program Tol Laut Sesuai Perpres 106/2015 (Kemenko Maritim, 13 September 2016
PETA HARGA KOMODITAS TURUN KARENA TOL LAUT
WANCI
- Beras : -11% - Tepung Terigu : -3% - Gula : -9% - Semen : -3% - Triplek : -11% - Baja Ringan : -11%
TAHUNA - Beras : -5% - Terigu : -6% - Semen : -5%
SABU
- Beras : -12% - Tepung Terigu : -7,7% - Minyak Goreng 1 Lt : -10% - Semen : -13,8 %
NAMLEA
- Triplek 16 Mm : -10,5% - Beras : -22% - Bawang Merah : -20% - Gula : -28% - Minyak Goreng : -15% - Tepung Terigu : -29% - Daging Ayam Ras : -49% - Triplek : -17% - Semen : -2%
Implementasi Program Tol Laut sesuai Perpres Nomor 71 Tahun 2015 terbukti telah menjamin ketersediaan barang dan mulai mengurangi disparitas harga secara signifikan.
Beberapa barang kebutuhan pokok yang diangkut dengan kapal Tol Laut mampu membantu ketersediaan
barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat daerah tujuan. Ketersediaan barang yang cukup menciptakan keseimbangan harga antardaerah. Beberapa harga komoditas yang telah mengalami penurunan harga terjadi di Wanci Sulawesi Tenggara, Tahuna Sulawesi Utara, Namlea (Maluku), dan Sabu (NTT).
Hingga saat ini pelaksanaan 6 trayek Tol Laut melayani 31 Pelabuhan Singgah menunjukkan adanya penurunan harga yang signifikan.
TRANS
UTAMA
6
Foto : Gatut
Dalam pelaksanaannya angkutan tol laut tidak hanya mendistribusikan angkutan barang secara terjadwal dan teratur saja, tetapi juga berhasil mengangkut muatan balik dengan komoditas unggulan masing-masing daerah.
Sebagai contoh, produk unggulan dari Pulau Natuna adalah rumput laut kering, dan jengkol, dan dari Wanci ada rumput laut, dan daging sapi. Beberapa komoditas muatan balik Tol Laut juga mengangkut daging sapi dari Waingapu, NTT, garam dan rumput laut (Sabu), ikan cakalang, tenggiri, kakap, biji pala, bunga dan buah pala (Fakfak), serta kayu jati dan ikan beku dari Saumlaki. Sedangkan dari Lewoleba ada muatan ikan beku, kelapa gelondongan, rumput laut, kemiri, asam, dan kopra. Muatan dari Kaimana dan Dobo umumnya juga komoditas ikan beku. Dalam rangka mengoptimalkan pengangkutan dengan kapal tol laut, pemerintah merencanakan penambahan 5 trayek tambahan pada Tahun Anggaran (TA) 2017.
Rencana penambahan 5 trayek Tol Laut pada 2017 (T-7,T-8, T-9,T-10 dan T-11) mencakup 3 trayek baru dan 2 trayek crossing. Berikut rencana trayek Tol Laut TA 2017. (lihat tabel)
Kebijakan penambahan trayek Tol Laut menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebagai langkah lanjutan dari upaya peningkatan pelayanan distribusi barang.
Pemerintah juga menyelenggarakan 107 angkutan laut perintis, dan
satu rute angkutan kapal ternak. Kebijakan tersebut didukung dengan pembangunan kapal perintis termasuk kapal ternak dan kapal semi kontainer sebanyak 70 unit.
Selain pengembangan sarana angkutan, Kementerian Perhubungan terus melanjutkan pembangunan pelabuhan di sejumlah daerah.
Pembangunan dilakukan di 215 pelabuhan non komersial. Tak ketinggalan, pengembangan fasilitas
5
Foto : Gatut
TRANS UTAMA
5. Pasar tradisional 6. Kapal Patroli KPLP
Tabel Rencana Trayek Tol Laut TA 2017
(3 Trayek Baru dan 2 Trayek Crossing)
Sumber : Bahan Paparan Evaluasi Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang di Laut (Tol Laut) TA 2016
No Pangkalan Distribusi Trayek Kode Jaringan Trayek Jumlah Jarak (MIL)
1 Tg. Perak T-1
Tanjung Perak - 700 - Wanci - 290 - Namlea - 326 - Fak Fak - 182 -Kaimana - 215 - Timika - 215 - Kaimana - 182 - Fak Fak - 326 -
Namlea - 290 – Wanci - 700 - Tanjung Perak
3426
2 Tg. Perak T-2
Tanjung Perak - 731 - Kalabahi - 232 - Moa - 224 - Saumlaki - 240 - Dobo - 510 - Merauke - 510 - Dobo - 240 - Saumlaki - 224 -
Moa - 232 - Kalabahi - 731 - Tanjung Perak
3874
3 Tg. Perak T-3
Tanjung Perak – 581 – Maumere - 81 - Larantuka - 32 - Lewoleba - 152 - Rote - 80 - Sabu - 119 - Waingapu - 119 - Sabu - 80 - Rote
- 152 - Lewoleba - 32 - Larantuka – 81 – Maumere - 581- Tanjung Perak
2090
4 Tg. Perak T-4
Tanjung Perak – 622 – Bau Bau – 893 - Manokwari -120- Wasior -110- Nabire -100- Serui -120- Biak -120- Serui -100- Nabire -110-
Wasior -120- Manokwari – 893 - Bau Bau – 622 - Tanjung Perak
3930
5 Makassar T-5
Makassar - 780 - Tahuna - 100 - Lirung - 152 - Morotai - 27 - Tobelo - 150 - Tidore - 149 - Babang - 149 - Tidore - 150 - Tobelo
- 27 - Morotai - 152 - Lirung - 100 - Tahuna - 780 – Makassar
2716
6 Tg. Priok T-6 Tanjung Priok – 570 - Tarempa - 130 - Natuna - 264 - Pontianak - 427 – Tanjung Priok 1391
7 Tg. Priok T-7
Tanjung Priok – 286 – Enggano – 340 – Mentawai – 174 – Pulau Nias – 113 – Sinabang – 113 – Pulau Nias – 174 – Mentawai – 340 –
Enggano – 286 – Tanjung Priok
1826
8 Tg. Perak T-8 Nunukan – 325 – Sangatta – 207 – Belang Belang – 433 – Tanjung Tanjung Perak – 433 – Belang Belang – 207 – Sangatta – 325 – Perak
1930
9 Tg. Perak T-9
Tanjung Perak – 896 – Kisar – 308 – Namrole – 299 – Gebe – 93 – Maba – 93 – Gebe – 299 – Namrole – 308 – Kisar – 896 – Tanjung
Perak
3192
10 Tg. Perak
T-10 (Crossing
T-1)
Tanjung Perak - 700 - Wanci - 290 - Namlea - 326 - Fak Fak - 182 -Kaimana - 215 - Timika - 215 - Kaimana - 182 - Fak Fak - 326 -
Namlea - 290 – Wanci - 700 - Tanjung Perak 3426
11 Tg. Perak
T-11 (Crossing
T-2)
Tanjung Perak - 731 - Kalabahi - 232 - Moa - 224 - Saumlaki - 240 - Dobo - 510 - Merauke - 510 - Dobo - 240 - Saumlaki - 224 -
Moa - 232 - Kalabahi - 731 - Tanjung Perak
3874
keselamatan dan keamanan pelayaran tetap dilakukan dengan pembangunan 69 unit Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (Menara Suar, Rambu Suar dan Pelampung Suar), Pembangunan 8 unit Telekomunikasi Pelayaran (SROP, GMDSS & VTS), pembangunan 15 unit kapal kenavigasian, dan pembangunan 71 Unit kapal patroli KPLP.
Penyelenggaraan program angkutan kapal ternak pada Tahun 2015 – 2016 dilakukan menggunakan kapal khusus KM Camara Nusantara I. Kebijakan
ini untuk mendukung ketersediaan kebutuhan pokok dan membantu pendistribusian ternak lokal khususnya dari NTT yang dilakukan secara profesional dengan kapasitas ruang muat yang besar serta kepastian jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal yang melayani 8 pelabuhan dengan sistem port to port.
Program Tol Laut yang berhasil menurunkan harga di beberapa daerah merupakan wujud keseriusan pemerintah menyediakan layanan
TRANS
DARAT
D
engan adanya penataan sekaligus pengelolaan terminal yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, diharapkan dapat menjadi lebih baik karena koordinasi menjadi terpusat. Selama ini Kementerian Perhubungan menghadapi tantangandalam melakukan penataan terminal supaya memenuhi standar pelayanan minimum. Sebelumnya, Peraturan Menteri (PM) Perhubungan belum dapat sepenuhnya diimplementasikan mengingat masing-masing daerah juga memiliki kewenangan terhadap pengelolaan terminal yang berada di
wilayahnya. Oleh karena itu, aturan dan ketetapan dari Pemerintah Pusat belum sepenuhnya bersifat mengikat. Setelah Terminal Tipe A dikelola Pemerintah Pusat, maka proses penataan terminal akan dititikberatkan pada proses yang lebih menekankan fungsi kontrol baik terhadap aspek keselamatan, keamanan maupun kenyamanan.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan proses penataan Terminal Tipe A oleh Pemerintah Pusat dijalankan untuk memenuhi aturan perundangan yang berlaku. Mandat UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan pengelolaan Terminal Tipe A bisa dijalankan dengan sistem desentralisasi, dekonsentrasi maupun tugas pembantuan. Meski Terminal Tipe A telah menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, UU ini masih memberi ruang untuk pengelolaan terminal oleh daerah. “Setelah diperbaiki dan ditata oleh Pemerintah Pusat, pengelolaan Terminal Tipe A ini bisa dilakukan lagi oleh Pemerintah Daerah,” ujar Menhub.
Penataan Terminal Tipe A
Agar Kontrol
Keselamatan
Bisa Ditingkatkan
Pemerintah Pusat akan segera melakukan penataan Terminal
Tipe A yang mencapai 93 terminal atau sekitar 64% dari
total 143 Terminal Tipe A yang ada secara keseluruhan.
Kondisi ini diharapkan dapat memudahkan Kementerian
Perhubungan dalam mengembangkan Terminal Tipe A,
dengan menerapkan Peraturan Menteri Perhubungan No
26/2015 Tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Selain itu pengembangan bisa dilakukan
dengan menerapkan PM 40/2015 tentang Standar Pelayanan
Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan.
1
Foto : Gatut
TRANS
DARAT
Saat ini Kementerian Perhubungan tengah mempersiapkan langkah-langkah lanjutan agar pengembangan terminal sesuai kebijakan bisa terpenuhi. Salah satunya, perlunya perubahan mendasar terkait fungsi kontrol keselamatan lalu lintas jalan yang bisa dilakukan di terminal. Selain menerapkan ketentuan untuk keselamatan, Kementerian Perhubungan juga tengah
mengembangkan sistem pelayanan terminal berdasarkan sistem zona sebagaimana stasiun maupun bandara. Perbaikan terminal minimal bisa mencontoh stasiun dan bandara, dengan pelayanan fasilitas yang nyaman, dan dengan sistem ticketing yang baik. Dengan sistem ticketing yang baik, maka penumpang bisa mengetahui secara pasti jadwal kedatangan maupun keberangkatan bus secara cepat dan tepat.
Pembagian zona di terminal dilakukan dengan memisahkan zona publik, zona tengah untuk orang perjalanan dan zona steril untuk pemberangkatan. Semua terminal ke depan akan dibangun dengan standar tersebut.
Menurut Direktur Prasarana Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan Yuyun E Wahyuningrum, pengembangan sistem zonasi akan memudahkan proses pengawasan yang dilakukan petugas terhadap bus-bus yang melewati terminal. Dari pengawasan tersebut, diharapkan tingkat keselamatan perjalanan menggunakan moda angkutan bus akan meningkat. Meski demikian, Pemerintah Daerah tetap memiliki peran dalam menentukan keberhasilan penataan sistem transportasi di daerah melalui terminal. “Jadi, jika nanti sudah diperbaiki oleh Pemerintah Pusat, maka pengelolaan Terminal Tipe A bisa dikembalikan lagi ke Pemerintah Daerah melalui sistem dekonsentrasi ataupun tugas pembantuan,” ujar Yuyun.
Pengalihan terminal juga akan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui perbaikan fasilitas terminal. Sesuai PM 40/2015 tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan
Terminal Penumpang Angkutan Jalan, lingkup pembangunan mencakup rehabilitasi restroom (toilet),
penyediaan papan petunjuk (signage), pengaturan pencahayaan (lighting), estetika utilitas, fasilitas penyandang cacat (diffable), boom gate, dan pagar sterilisasi.
terlebih dahulu. Penyerahan data pegawai terminal juga dilakukan dengan melibatkan Kementerian PAN RB (Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi).
Peran Pemkab dan Pemkot dalam pengawasan sistem transportasi di daerah mereka akan tetap dilakukan sejalan dengan proses pengembangan terminal oleh Pemerintah Pusat. Dukungan Pemerintah Daerah menentukan keberhasilan proses penataan agar perubahan sistem manajemen yang lebih baik bisa dicapai. Dukungan daerah juga penting dalam menyeragamkan aturan terkait standar pengelolaan terminal secara nasional. Peran Pemerintah Daerah ikut menentukan kelancaran sistem transportasi pendukung seperti penetapan trayek, dukungan infrastruktur jalan, dan penyiapan sarana transportasi lokal. Penataan ini membuka peluang terjadinya peningkatan integritas, kapasitas dan kapabilitas SDM, sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa transportasi dan beragam aturan pemenuhan standar keselamatan, keamanan maupun pelayanan yang lebih baik. Ini karena transportasi berperan penting dalam mewujudkan kelancaran mobilitas penduduk lintas daerah kabupaten dan lintas provinsi yang membutuhkan koordinasi yang baik antardaerah maupun antarprovinsi dengan Pemerintah Pusat.
Target ini pula yang menjadikan alasan Pemerintah Daerah kooperatif terhadap proses penataan terminal yang akan berpengaruh positif terhadap perbaikan sistem transportasi di daerah.
Kendati kebijakan tersebut berpotensi memangkas pendapatan daerah yang berasal dari retribusi di terminal, tetapi sejumlah daerah tidak keberatan adanya penataan oleh Pemerintah Pusat. Salah satu pemda yang menyatakan sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk penataan terminal adalah Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Pengembangan
sistem
zonasi akan
memudahkan proses
pengawasan yang
dilakukan petugas
terhadap bus-bus yang
melewati terminal.
Dari pengawasan
tersebut, diharapkan
tingkat keselamatan
perjalanan
menggunakan moda
angkutan
bus akan
meningkat.
Dalam waktu dekat lima terminal yang jadi percontohan Kementerian Perhubungan akan segera diselesaikan. Diantara terminal itu, Terminal Cilacap, Purabaya Surabaya dan Arjosari Malang. Selain itu juga terdapat terminal Tirtonadi Solo dan Klaten di Jawa Tengah yang terintegrasi dengan stasiun. Fasilitas pelayanan di terminal-terminal tersebut, juga tak jauh berbeda dengan pelayanan yang ada di stasiun-stasiun kereta api.
Road Map Penataan
Pembuatan Road Map penataan Terminal Tipe A, diawali dengan penyusunan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Rapat kerja teknis Kementerian Perhubungan dengan Dinas Perhubungan Kabupaten dan Kota telah dilakukan untuk inputing Personil, Pendanaan, Prasarana dan Dokumen (P3D) dan data Terminal Tipe
TRANS
DARAT
Menurut Kepala Bidang Angkutan Umum Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi (Dishubkominfo) Tangerang Selatan Wijaya Kusuma mengatakan bahwa jikalau perbaikan oleh Pemerintah Pusat bertujuan untuk perubahan yang lebih baik, maka hal itu akan menguntungkan daerah sendiri. “Sebagian besar Pemerintah Daerah tidak akan menolaknya,” ujarnya. Pemkot Tangsel pun, menurutnya, sudah mempersiapkan proses penataan Terminal Pondok Cabe ke Pemerintah Pusat.
Bagi daerah persoalan menata infrastruktur terminal memang membutuhkan koordinasi yang baik.
aksesibilitas, trayek serta sistem penataan transportasi di daerah yang bersangkutan.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Pemkot Surakarta, Herman mengungkapkan Pemerintah Daerah memiliki pengalaman panjang dalam menata dan mengelola sistem transportasi di wilayahnya. Termasuk bagaimana mengelola Jembatan Timbang dan Terminal Tipe A sebagai aset-aset mereka.
Kesalahan dalam menata sistem transportasi akan mengubah tatanan yang baik menjadi buruk. Meski mandat UU tak bisa mereka tolak, tetapi
tepat maka pengelolaan terminal tidak menutup kemungkinan akan di kelola oleh daerah.
Tantangan Penataan
Dalam kerangka pengelolaan, sebagian besar daerah menyatakan tidak keberatan Pemerintah Pusat menata Terminal Tipe A, karena selain memang mengikuti aturan undang-undang, mereka juga berharap penataan oleh Pemerintah Pusat bisa lebih cepat dan tepat.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan segera melakukan penataan Terminal Tipe A dan Jembatan Timbang. Kementerian Perhubungan akan terus
2-3. Terminal bus Tirtonadi Solo
dibutuhkan kerja sama yang baik agar proses penataan dan pengelolaan Jembatan Timbang dan Terminal Tipe A berjalan sesuai harapan.
Oleh karena itu, keterlibatan
Pemerintah Daerah dalam menunjang pelayanan di terminal yang akan ditata Pemerintah Pusat tetap akan dilakukan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sendiri pernah mengatakan jika penataan terminal oleh Pemerintah Pusat sudah berjalan pada koridor yang
melaksanakan perintah Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut secara bertahap.
Bagi daerah Jakarta, pengelolaan Terminal ada pengecualian. Selain itu, pengelolaan terminal di Jakarta memiliki aturan tersendiri. Apalagi bagi ibukota, pengelolaan terminal mesti dikaitkan dengan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) yang tengah dirampungkan 2
Foto : Gatut
Lalu lintas jalan meniscayakan mobilitas angkutan umum lintas daerah, kota, kabupaten, hingga provinsi. Dengan demikian. untuk menetapkan aturan keselamatan, maka koordinasi lintas daerah bersama Pemerintah Pusat merupakan kebijakan yang tepat. Kendati begitu, Pemerintah Pusat juga mesti perhatian pada faktor
TRANS
DARAT
oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).Nantinya, semua terminal di kawasan Jabodetabek akan dikoordinasikan oleh BPTJ sehingga diharapkan ada integrasi kewenangan dan pelayanan untuk mengatasi kepadatan dan kemacetan. Respons pengusaha
Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia menyambut baik langkah pemerintah yang akan melakukan penataan Terminal Tipe A yang ada di daerah-daerah. Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menuturkan, dengan dilakukan penataan Terminal Tipe A yang ada di daerah-daerah Indonesia, akan membuat terminal-terminal tersebut lebih baik lagi. “Tidak ada tumpang tindih aturan karena petugasnya mengerti undang-undang atau peraturan,” kata Kurnia. Dengan berada di bawah pengelolaan Pemerintah Pusat, disiplin kendaraan akan menjadi lebih baik dan
pengawasan berdasarkan regulasi akan lebih baik lagi.
Dengan semakin baiknya pengawasan, dia menuturkan, akan membuat banyak perusahaan otobus yang kena sanksi oleh para petugas karena masalah trayek yang tidak sesuai. Pelanggaran trayek oleh perusahaan-perusahaan otobus, menurutnya, saat ini banyak dilakukan oleh para pengusaha.
Menurutnya, regulasi harus disesuaikan karena faktor keterisian penumpang
berpindah-pindah. Dia mengungkapkan yang terpenting adalah titik-titik yang dilayani diatur. Dengan begitu, dia menuturkan, pengusaha bisa menjalankan armadanya dengan baik dan tidak melanggar. “Melanggar sudah jadi rahasia umum dan lumrah dilakukan PO untuk melayani penumpang dan bertahan hidup,” tambahnya. Pengelolaan terminal oleh Pemerintah Pusat diharapkan dapat menjadikan jauh lebih efektif dan efisien.
Persiapan Regulasi dan SDM Beragam persiapan telah dilakukan Kementerian Perhubungan dalam rangka mempercepat rencana penataan dan pengelolaan prasarana oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat harus mempersiapkan proses penataan itu agar berjalan baik sesuai harapan. Pemerintah Pusat harus menyiapkan personel yang akan mengelola terminal dan juga aset-asetnya. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri juga sudah menyebutkan ketentuan batas waktu pada Oktober 2016 untuk penyerahan akhir Personel, Pendanaan, Prasarana dan Dokumen (P3D). Oleh karena itu, mulai Januari 2017 semua prasarana sudah dikendalikan Pemerintah Pusat. Penataan pengelolaan terminal ke pusat juga untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Terkait keselamatan dan pelayanan, pengelolaan Terminal Tipe A akan dilakukan revitalisasi dan dibuat zonasi.
Penataan
pengelolaan
terminal ke
pusat juga untuk
peningkatan
pelayanan kepada
masyarakat. Terkait
keselamatan
dan pelayanan,
pengelolaan Terminal
Tipe A akan dilakukan
revitalisasi
dan dibuat
zonasi.
Dengan konsep pengembangan zonasi secara teknis bus yang masuk terminal nantinya diarahkan masuk holding area, di cek standar keselamatannya dan kalau tidak sesuai ketentuan keselamatan tidak lolos, maka harus balik ke tempat asal. Bus-bus yang bermasalah di holding area tidak boleh masuk ke pelayanan terminal. Perusahaan bus juga harus punya dipo masing-masing. Untuk keperluan itu pemerintah perlu sosialisasi kepada pemilik angkutan bus. Sementara di jembatan timbang, untuk mengontrol angkutan barang oleh truk agar menerapkan aturan keselamatan. Pembangunan terminal sudah semestinya lebih baik seperti halnya pelayanan di stasiun. Dasar hukum untuk pengelolaan terminal tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Tentu saja, payung hukum pengelolaan oleh Pemerintah Pusat bersandar pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; serta UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (*)
3
TRANS
LAUT
1Foto : Abdullah
TRANS
LAUT
H
arapan keberadaankapal ternak selain untuk memperlancar pemenuhan kebutuhan konsumsi daging juga untuk membantu masyarakat khususnya peternak dalam mendistribusikan ternak mereka ke kota-kota besar di Tanah Air. Keberadaan sarana angkutan khusus ternak ini dapat berjalan efektif jika muatan sapi yang diangkut sesuai dengan kebutuhan.
Peran Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan dalam menyediakan stok sapi yang cukup di daerah produsen sapi, ikut menentukan keberhasilan program kapal ternak ini. Di sisi lain Kementerian Perhubungan terus meningkatkan sinergi dan koordinasi dengan instansi lain dalam pendistribusian ternak.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, A Tonny Budiono mengingatkan Kementerian Perhubungan telah menyiapkan sarana angkutan ternak dengan pengadaan KM Camara Nusantara I untuk membantu pendistribusian sapi dan kerbau di dalam negeri.
Pengadaan kapal ini adalah untuk mengurangi impor sapi dan daging sapi sekaligus meningkatkan distribusi sapi dan kerbau agar lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut juga dilatarbelakangi oleh angkutan laut ternak sapi antarpulau yang sebelumnya masih perlu ditingkatkan.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri mengakui stok sapi di NTT cukup memenuhi kebutuhan kuota yang diperlukan daerah lain dalam rentang waktu lima tahun. Namun, jika tidak ada upaya pengembangan peternakan sapi secara memadai, bisa jadi stok sapi di daerah mereka akan habis. “Oleh karena itu, Pemprov NTT menetapkan kuota pengiriman komoditas sapi melalui kapal ternak ini,” ujar Kepala Dinas Peternakan Pemprov NTT di Kupang, belum lama ini.
Oleh karena itu, hal utama yang diprioritaskan pemerintah daerah adalah peningkatan swasembada ternak terlebih dahulu dengan dibarengi peningkatan moda transportasi yang lebih banyak. Jika swasembada tercapai maka impor bisa dikurangi.
Pemerintah akan melakukan evaluasi terkait data stok sapi di NTT terutama progres jumlah sapi yang bisa diangkut. Data terkait pasokan sapi yang ada selama ini perlu dilakukan update secara terus menerus. Hal ini penting dilakukan karena data semua sapi yang tercatat di pemerintah daerah maupun Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, harus mencerminkan kondisi riil di lapangan.
Kapal Ternak KM. Camara Nusantara 1
Mewujudkan Konektivitas,
Menurunkan Harga
Program Kapal Ternak dari pemerintah, perlu implementasi kebijakan lanjutan agar
berjalan secara optimal. Keberadaan kapal ternak berhasil memangkas biaya dan
mempercepat pengiriman sapi dari daerah penghasil pasokan ke kota-kota besar
di Indonesia, khususnya Jabodetabek dengan tingkat konsumsi daging tertinggi.
Pemerintah terus menggiatkan koordinasi dan sinergi baik antar kementerian
maupun Pemda agar mencapai target sesuai harapan.
KM Camara Nusantara I lanjutnya, berkapasitas 500 sapi. Di dalam kapal dengan panjang 68 meter dan lebar 14 meter tersebut, 500 sapi akan dibagi ke dalam 4 dek. Dengan kecepatan 12 knot, dan type 750 DWT, 500 sapi di atas kapal akan mendapatkan sejumlah fasilitas khusus sepanjang perjalanan, seperti dokter hewan, ruang isolasi, tempat minum otomatis, hingga layanan petugas yang memantau kondisi sapi selama perjalanan. Beragam fasilitas tersebut, tentu menunjang kenyamanan ternak hingga tiba ke tempat tujuan.
Pemerintah juga terus berupaya memudahkan transportasi ternak dari wilayah timur Indonesia yang diprediksi akan meningkatkan pendistribusian ternak lokal. Melalui pelayanan yang diberikan, diharapkan para peternak lokal bisa memiliki alternatif yang lebih baik bagi pemasaran komoditas sapi yang mereka budidayakan.
Oleh karena itu, Kementerian Perhubungan berharap peran sektor lain bagi pengembangan budi daya ternak sapi di daerah-daerah tersebut dapat dilakukan agar stok sapi yang akan diangkut cukup melimpah. Saat ini produksi ternak lokal masih mengandalkan peternakan tradisional yang meskipun jumlahnya cukup untuk didistribusikan secara rutin ke kota-kota besar, namun berpotensi menipis jika tidak ada upaya pembudidayaan secara besar-besaran.
TRANS
LAUT
Bagi para pelaku usaha, kebijakan pemerintah menyediakan layanan angkutan kapal ternak memberikan banyak kemudahan. Selain harga angkutan lebih murah, sapi yang diangkut dengan kapal ternak rata-rata hanya mengalami penyusutan sekitar 8 kg per ekor. Ini berbeda dengan pengangkutan sapi menggunakan kapal kargo yang bisa menyusut hingga 18 kg per ekor. “Jumlah kapal khusus ternak perlu ditambah 3 – 4 kapal lagi dengan kapasitas yang lebih besar,” saran pelaku usaha perdagangan sapi, Tono Sutami kepada Trans Media di Kupang, NTT.
Saat ini stok sapi yang bisa didistribusikan di NTT masih cukup melimpah. Kepala Cabang PT Pelni Kupang, Adrian, mengakui antusias pengusaha memanfaatkan jasa kapal ternak cukup besar. Ini karena biaya angkut menggunakan kapal ternak kurang dari setengah jika dibandingkan biaya menggunakan kapal kargo yang mencapai Rp 500 ribu per ekor. Hingga akhir Oktober 2016 kemarin, jumlah sapi yang telah diangkut dengan kapal ternak menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, sudah mencapai 10 ribu lebih. Sementara stok sapi yang siap diangkut dari NTT masih cukup banyak. Dari kuota 65 ribu sapi yang ditetapkan Pemerintah Provinsi NTT pada 2016 ini, sudah 53 ribu sapi yang terdistribusikan ke luar NTT baik dengan menggunakan kapal ternak maupun dengan kapal kargo. Jumlah sapi yang diangkut kapal kargo lebih besar. Rata-rata satu kapal kargo bisa mengangkut 1.000 ekor sapi. “Umumnya pengiriman sapi oleh kapal kargo menuju Kalimantan,” ujar Adrian. Setiap tahun rata-rata pengiriman sapi ke luar NTT mencapai 65 ribu ekor. Jumlah itu belum mencakup pendistribusian kerbau yang rata-rata mencapai 5 ribu ekor dan kuda 6 ribu ekor per tahun.
Pembatasan pengiriman dengan kuota dilakukan agar stok sapi di NTT bisa tetap terjaga. Pemerintah daerah juga terus menggalakkan program pengembangan industri peternakan 2-5. Kegiatan pengangkutan ternak
2
3
4
Foto : Abdullah
Foto : Abdullah
Foto : Abdullah
TRANS
LAUT
sapi secara besar-besaran. Salah satu langkah Pemerintah Provinsi NTT untuk menjaga stok sapi adalah dengan pembudidayaan bibit yang melibatkan investasi swasta. Selain itu kerja sama dengan instansi lain mutlak dilakukan agar program swasembada daging secara nasional bisa tercapai. Sinergi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian sektoral lainnya memegang peran penting pada program swasembada daging. Peran Kementerian Perhubungan, menurut Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan A Tonny Budiono, sudah optimal dengan penyediaan layanan angkutan kapal ternak ini. Melalui penyediaan kapal ternak, Kementerian Perhubungan telah memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya untuk mempermudah pendistribusian sapi-sapi yang selama ini memang perlu dukungan. Pengadaan kapal ternak
juga merupakan salah satu fokus kerja Kementerian Perhubungan terkait peningkatan kapasitas dan pengembangan konektivitas nasional melalui program tol laut.
Kapal Ternak Menunjang Program Tol Laut
Tujuan kapal ternak secara spesifik adalah untuk mendukung distribusi daging sapi/kerbau nasional dalam upaya mencapai swasembada daging sekaligus mengimplentasikan prinsip animal welfare (kesejahteraan hewan). Selain itu juga untuk mengurangi biaya transportasi pengadaan sapi dari pusat-pusat peternakan sapi yang dibawa ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung. Dengan kelancaran pendistribusian sapi dari berbagai sentra sapi di Indonesia timur, diharapkan harga sapi di Jawa dan sekitarnya akan lebih terjangkau. Pelayanan angkutan khusus ternak, menurut Dirjen Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan A Tonny Budiono, merupakan bagian dari pengembangan tol laut yang bertujuan mendistribusikan barang-barang secara mudah agar disparitas harga antardaerah dapat teratasi. Melalui pengembangan sarana dan prasarana tol laut termasuk pengadaan kapal ternak, maka konektivitas antar daerah produsen daging dengan daerah konsumen daging bisa terjalin. Program tol laut, mencakup
pendistribusian barang-barang konsumsi termasuk daging, menjadi bagian tak terpisahkan dari pendistribusian barang-barang kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Keberadaan kapal ternak, diharapkan bisa menciptakan pemerataan ekonomi secara lebih baik. Pelayanan angkutan dari daerah penghasil sapi, memungkinkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat menjadi lebih baik. Sementara daerah-daerah lain yang membutuhkan daging sapi, juga akan mendapatkan keuntungan dengan harga daging yang terjangkau, berkat transportasi yang lancar dan murah. Biaya Angkut Kapal Ternak Dengan adanya kapal ternak, maka ada harapan biaya angkutan untuk komoditas sapi atau daging menjadi terjangkau. Kapal tersebut juga diharapkan dapat mengurangi risiko
Tujuan kapal
ternak secara
spesiik adalah
untuk mendukung
distribusi daging
sapi/kerbau
nasional dalam
upaya mencapai
swasembada
daging sekaligus
mengimplentasikan
prinsip animal
welfare
(kesejahteraan
hewan).
5
TRANS LAUT
kematian sapi dan penyusutan bobot sapi. Peternak dari NTT, bisa memanfaatkan kapal khusus ternak yang disediakan pemerintah. Pengangkutan sapi menggunakan kapal khusus ternak diharapkan dapat memangkas biaya transportasi. Penurunan biaya angkut, diharapkan bisa menekan harga daging sapi di daerah tujuan. Program kapal ternak ini akan menguntungkan konsumen sekaligus juga menguntungkan peternak di NTT.
Dengan daya tampung kapal sekitar 450-500 ekor sapi, dan jarak tempuh perjalanan sekitar 2 minggu sekali, maka diperkirakan satu kapal ternak
mampu mengangkut sapi sebanyak 1.000 ekor per bulan. Jika selama 2016 – 2019 nanti rencana pembangunan kapal terealisasi semua, maka daya angkut maksimal semua kapal ternak bisa mencapai 6.000 ekor sapi per bulan.
Kementerian Perhubungan kini tengah mempersiapkan pengadaan kapal ternak lainnya untuk menunjang kebutuhan angkutan sapi yang akan diselesaikan hingga akhir 2019 nanti. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah terus dilakukan agar pengiriman ternak dari tangan petani ke tempat pengumpulan di karantina untuk selanjutnya dimuat di atas kapal bisa berjalan lancar.
Kepala Bidang Agribisnis dan Kelembagaan Peternakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) A Kornelius Here Wila mengakui proses pengumpulan dari peternak ke kapal membutuhkan waktu yang tidak singkat. Pengangkutan sapi dari 5-6. KM. Camara Nusantara 1
para peternak di desa-desa umumnya menggunakan truk bak terbuka sehingga rentan terserang gangguan kesehatan. Belum lagi, selama proses menunggu pengiriman para peternak mesti mengeluarkan biaya pakan dan perawatan sapi sehingga hal ini menimbulkan biaya tinggi.
Belum lagi mekanisme pengumpulan sapi-sapi dari berbagai pelosok NTT yang juga membutuhkan pengaturan khusus dan perlu persiapan sebelum proses pengangkutan sapi melalui pelabuhan.
Perlunya Pengembangan Industri Peternakan
Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang
menyarankan agar pemerintah bisa membangun industri peternakan sapi berskala besar. Kalau hanya mengandalkan peternakan sapi tradisional, harapan Indonesia bisa menjadi negara swasembada daging sapi menghadapi tantangan besar. 5
Foto : Abdullah
TRANS
LAUT
Program
kapal ternak
merupakan
implementasi
dari fokus kerja
pemerintahan Joko
Widodo – Jusuf
Kalla untuk terus
meningkatkan
kapasitas dan kualitas
pelayanan transportasi
kepada masyarakat.
Kementerian
Perhubungan
menargetkan
pembangunan kapal
ternak sebanyak
5 unit yang akan
selesai
pada 2019
mendatang.
Mengacu data Badan Pusat Statistik(BPS) sampai akhir 2015, terdapat 14 juta ekor sapi. Sementara tingkat kelahiran anak sapi hanya 20% dari jumlah tersebut. Sementara konsumsi sapi untuk tahun 2016 ini Sebanyak 3,9 juta ekor. Jadi jika hanya mengandalkan peternakan tradisional, maka dalam waktu kurang lebih 5 tahun, populasi sapi di daerah-daerah akan langka. “Ini karena yang dipotong jauh lebih banyak dibanding sapi baru yang lahir," ujarnya. Oleh sebab itu ia mendesak pemerintah segera membuka keran investasi untuk sektor industri peternakan sapi. Jika perlu, pemerintah menetapkan pulau-pulau khusus di antara puluhan ribu pulau di Indonesia yang tak berpenghuni untuk dijadikan lokasi peternakan sapi bagi perusahaan tertentu. "Ditambah dengan insentif lain seperti pajak yang murah dan sebagainya. Maka akan banyak investor asing dari dalam maupun luar negeri. Sebab Indonesia butuh 40-50 juta ekor sapi dalam negeri kalau memang ingin berhenti total mengimpor daging sapi," jelas Sarman.
Jika populasi sapi dalam negeri melimpah, maka pasokan daging sapi dalam negeri juga akan membanjiri pasar. Dengan adanya pasokan yang cukup, gejolak harga daging sapi seperti sebelumnya terjadi tidak akan terjadi lagi. Apalagi dengan adanya kesiapan kapal pengangkut ternak yang sudah disediakan pemerintah, maka distribusi pemasaran sapi ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia bisa berjalan lancar. Kapal Ternak Terus Dioptimalkan Upaya pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi nasional akan terus dilakukan. Kapal ternak KM Camara Nusantara 1 akan terus dioperasionalkan seiring dengan peningkatan tata kelola industri ternak di sektor hulu hingga hilir. Pemerintah akan mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi agar kapal yang mengangkut sapi sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ke daerah dengan permintaan daging sapi tinggi seperti Jakarta, Kalimantan dan daerah lain bisa berjalan lancar.
Pada pelayaran pertama, KM Camara Nusantara I telah mengangkut 299 ekor sapi yang berasal dari Kupang dan 200 ekor sapi dari Waingapu. Sebanyak 33 ekor sapi diturunkan di Surabaya, 167 ekor sapi diturunkan di Cirebon, sedangkan sisanya sebanyak 299 ekor sapi diturunkan di Tanjung Priok. Sapi-sapi yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, kemudian dibeli oleh pemerintah melalui Perum Bulog dengan harga Rp 35.000 per kilogram timbang hidup. Kendati berhasil membantu proses pendistribusian sapi-sapi dari daerah ke Jakarta dan sekitarnya dengan baik, namun sejumlah kalangan memberi masukan agar pengoperasian kapal ternak ditambah jumlah dan kapasitas muatannya, agar distribusi sapi bisa lebih lancar dan sesuai harapan. Program kapal ternak merupakan implementasi dari fokus kerja pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan transportasi kepada masyarakat. Kementerian Perhubungan menargetkan pembangunan kapal ternak sebanyak 5 unit yang akan selesai pada 2019 mendatang. (*) 6
TRANS
UDARA
D
engan adanya peningkatan kapasitas bandara, diharapkan konektivitas nasional dapat terwujud. Konektivitas di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari ujung barat hingga timur, utara hingga ke selatan, akan menunjang pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Strategiitulah yang kini tengah dijalankan Kementerian Perhubungan agar transportasi udara menjadi pilar penting dalam menghubungkan nusantara. Pembangunan Bandara Dalam kerangka mengembangkan konektivitas itulah, pemerintah terus melanjutkan pembangunan bandara-bandara yang ada dengan peningkatan pelayanan terminal maupun peningkatan kapasitas landasan pacu. Salah satunya, Presiden RI Joko Widodo telah meresmikan pengoperasian terminal baru Bandara Ranai, Natuna, pada awal Oktober 2016 lalu. Peresmian ini sebagai wujud implementasi program
Nawacita untuk membangun Indonesia dengan memperkuat konektivitas di wilayah utara Indonesia khususnya di perbatasan Kepulauan Riau.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya mengembangkan bandara di wilayah terdepan agar maskapai nasional bisa
Memperkuat
Konektivitas
Udara di Papua
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
berkomitmen untuk membangun transportasi udara sesuai
dengan konsep Nawacita. Sesuai dengan pembangunan
Nawacita, Kementerian Perhubungan memprioritaskan
pembangunan, pengembangan, dan peningkatan kapasitas
transportasi udara pada kawasan pinggiran, perbatasan,
terisolasi, dan terluar.
1-2. Bandara Wamena, Papua 1
Foto : dok. Bandara Wamena
TRANS
UDARA
beroperasi secara rutin dan terjadwal. Kementerian Perhubungan telah melakukan langkah kongkret dengan mendorong konektivitas penerbangan sipil dari dan menuju Natuna. Menurutnya, peresmian ini sekaligus menjadi jawaban atas program pengembangan infrastruktur transportasi yang tidak hanya memperhatikan peningkatan aksesibilitas wilayah, tetapi juga memperhatikan konektivitas antar wilayah dan antar moda.
Kementerian Perhubungan telah melakukan peningkatan kapasitas jumlah penumpang di Bandara Ranai dengan mengembangkan terminal baru dengan luas 3.868 m2 yang dapat menampung calon penumpang sebanyak 385 orang.
Bandar Udara Ranai merupakan Bandar Udara Enclave Sipil yang berfungsi sebagai bandara pengumpan penerbangan domestik. Saat ini rute penerbangan yang beroperasi di Bandara Ranai adalah rute Batam-Natuna yang dioperasikan oleh maskapai Sriwijaya Air dengan frekuensi penerbangan 3 kali dalam seminggu, dan maskapai Wings Air dengan frekuensi 4 kali penerbangan dalam seminggu. Ke depan, frekuensi penerbangan Wings Air yang beroperasi menggunakan pesawat ATR 72 akan ditambah menjadi 7 kali dalam seminggu yang akan disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain peresmian Bandara Ranai di Kepulauan Natuna, Presiden RI juga meresmikan Bandara Miangas, Bandara Wamena, Bandara Labuan Bajo, dan beberapa bandara lainnya di Papua. Termasuk peresmian Bandara Nop Goliat Dekai di Yahukimo, Papua. Dengan telah selesainya pengembangan Bandar Udara Nop Goliat Dekai, upaya mewujudkan konektivitas Papua semakin cepat. Pemerintah menetapkan bandara di wilayah tengah Papua ini menjadi salah satu titik pendistribusian logistik baru selain Wamena dan Jayapura. Akses dan Konektivitas
Salah satu titik konektivitas transportasi udara dan laut bagi pendistribusian logistik di Papua ada di Timika, Papua Barat. Kota ini bisa dijadikan titik untuk
tol laut karena akan menghemat 36 jam. Dari Timika diharapkan pengakutan barang akan dapat disuplai ke semua kota di Papua, melalui angkutan udara. Konektivitas antara tol laut dan tol udara bisa dilakukan untuk menghemat waktu pendistribusian logistik di wilayah Indonesia Timur. “Kita berharap Presiden RI juga mencanangkan tol udara yang diperlukan untuk mendukung konektivitas serta pelayanan logistik melalui tol laut,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta.
Budi juga berpesan agar Pemerintah Daerah (Pemda) berperan aktif melakukan pengawasan dalam proses distribusi logisitik. Mata rantai logistik
harus dijaga untuk memastikan distribusi logistik bisa secara langsung tanpa transit.
Sebagai langkah peningkatan kapasitas layanan udara, Kemenhub melaksanakan pengembangan transportasi udara melalui pendekatan pelayanan kebutuhan dasar
transportasi, peningkatan produktivitas, serta peningkatan daya saing, baik sebagai tujuan investasi maupun pariwisata. Dalam memenuhi layanan akan kebutuhan dasar, Kemenhub berupaya untuk menyediakan akses transportasi yang terjangkau masyarakat melalui penurunan biaya per unit transportasi.
Layanan kebutuhan dasar transportasi tersebut juga dipenuhi dengan cara mendorong penurunan disparitas
Kementerian
Perhubungan
telah melakukan
peningkatan
kapasitas jumlah
penumpang di
Bandara Ranai dengan
mengembangkan
terminal baru dengan
luas 3.868 m2
yang dapat
menampung calon
penumpang
sebanyak
385 orang.
angkutan, salah satunya dengan mengembangkan jalur penerbangan perintis. Untuk itu, sepanjang tahun 2015 lalu, Kemenhub telah membangun dan mengembangkan 132 bandara di daerah terisolasi, perbatasan, dan rawan bencana. Sementara, kebutuhan layanan dasar transportasi udara di wilayah yang telah berkembang, seperti Jawa dan sebagian Sumatera, difokuskan pada perbaikan daya dukung layanan dan dunia usaha transportasi udara. Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas, Kemenhub membangun infrastruktur transportasi udara yang akan memperkuat sistem logistik nasional (sislognas).
2