• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab bab penelitian desain psb didik 2008 final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bab bab penelitian desain psb didik 2008 final"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan adalah salah satu dari tiga pilar utama yang menjadi standar ukur kualitas suatu bangsa, selain tingkat mutu kesehatan serta tingkat ekonomi masyarakat. Sebagaimana hal ini dikemukakan badan internasional yang bernaung di bawah organisasi PBB, United Nations Development Program’s (UNDP) yang mengeluarkan laporan negara-negara menurut peringkat Human Development Index (HDI) 2007. Negara kita ada di peringkat 107 dari 175 negara.1 Naik empat tingkat dari peringkat 111

menurut laporan HDI tahun 2004.2

Standar kualitas ini diperlukan bagi bangsa Indonesia yang sadar akan potensi serta tanggung jawabnya sebagai bagian dari warga dunia, dalam usaha meningkatkan derajat dan martabat bangsa di mata dunia. Hal ini telah termaktub dalam Pembukaan UUD RI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya negara Republik Indonesia adalah ”...mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”3

1 United Nations Development Program's, Human Development Report 2007/2008, compiled on the basis of 2005

data and published on November 27, 2007 (http://www.smso.net/List_of_countries_by_Human_Development_Index)

2 Muhammad Zulkifli Mochtar, Artikel:Kita Wajib Pilih Presiden yang Peduli Pendidikan

(http://re-searchengines.com/art05-20.html)

(2)

Terkait peningkatan mutu pendidikan masih merupakan isu sentral beberapa tahun ke depan.4 Pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan

terhadap mutu pendidikan ini. Hanya saja, perbaikan yang dilakukan lebih banyak pada sisi makro, yaitu pada kurikulum dan manajemen sekolah.

Ada beberapa unsur yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan selain kurikulum. Di antaranya yaitu buku pelajaran, pengelolaan persekolahan, administrasi, biaya, guru, peranan orang tua, dan siswa sendiri.

Sistem pendidikan di sekolah perlu ditata dan dikembangkan serta dimantapkan secara terus menerus. Pemantapan sistem pendidikan di sekolah diupayakan dengan melengkapi atau menyempurnakan berbagai perangkat-perangkat pendidikan baik perangkat keras maupun perangkat lunak guna peningkatan mutu pendidikan.

Secara khusus dalam Pasal 35 ayat (1) UU RI No.20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa :

Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.5

Pada sisi lain dalam Pasal 45 ayat (1) UU RI No. 20 tahun 2003, disebutkan bahwa

4 Keterangan Pemerintah Tentang Kebijakan Pembangunan Daerah Di Depan Sidang Paripurna Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia 23 Agustus 2006 (http://www.indonesia.go.id/)

5 Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal.1, 2008

(http://www.jakartateachers.com/821.htm)

(3)

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.6

Dari kedua pasal tersebut, terkait pengelolaan sarana dan prasarana sebagai bagian dari standar nasional pelaksanaan pendidikan menjadi hal yang penting dalam aspek penyelenggaraannya sehingga dapat sinergis dengan komponen yang lain dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam lampiran penjelas Pasal 35, disebutkan bahwa standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.7

Pusat Sumber Belajar (PSB) merupakan sarana/unit yang secara ideal harus ada di sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Pentingnya PSB di setiap jenjang pendidikan atau sekolah karena unit atau lembaga ini merupakan tempat bagi tenaga kependidikan untuk mengembangkan bahan-bahan pembelajaran dengan bantuan multimedia yang terpadu, seperti laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, dan sebagainya.

6 Ibid, hal.1

(4)

Penerapan inovasi perintisan PSB oleh pemerintah di sekolah, baik di tingkat sekolah menengah maupun di tingkat sekolah dasar, mengindikasikan usaha pemerintah untuk mempopulerkan penerapan konsepsi PSB sebagai bagian integral dalam pengembangan sistem pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah di masa depan.

Pentingnya pusat sumber belajar dengan segala fasilitasnya sebagai sarana/unit yang secara ideal harus ada di sekolah dalam menunjang kelancaran proses pembelajaran, maka penelitian dan pengembangan perlu diadakan dalam rangka pengembangan sistem dan tata pengelolaan PSB di lingkup sekolah.

Bila dikaitkan dengan kebutuhan pengembangan sekolah masa depan yang harus secara aktif merespon perubahan arus teknologi, terutama teknologi informasi serta harus mampu memberikan bekal kepada anak didik berupa kemampuan dalam bertindak, belajar, dan mengatur masa depannya sendiri secara kreatif dan mandiri, maka pihak sekolah terdorong untuk dapat mengembangkan sistem pembelajaran menuju pencapaian kualitas dan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien melalui pengelolaan sumber belajar yang terpadu.

(5)

sumbangsih inovasi dan pemikiran dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia.

II. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang diperlukan adalah sebagai berikut,

1. Bagaimana kebijakan sekolah terkait keberadaan dan pengelolaan pusat sumber belajar dalam struktur sekolah?

2. Bagaimana penggunaan fasilitas dan fungsi pusat sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah?

3. Bagaimana mengembangkan pusat sumber belajar dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran di sekolah dasar?

III. Pembatasan Masalah

(6)

Untuk itu, maka penelitian ini akan difokuskan antara lain pada:

a. Jenis Masalah

Jenis masalah yang diambil yaitu usulan pengembangan model pusat sumber belajar di sekolah dasar.

b. Tempat Penelitian

Penelitian akan berlangsung di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri, beralamat di Jalan Situ Indah (RTM) No.116 Rt. 06/110, Kelapa Dua, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

c. Pengertian

Sumber belajar sebagai semua sumber yang digunakan peserta didik dalam proses belajar sehingga kompetensi atau tujuan belajar dapat tercapai.

Pusat Sumber Belajar adalah lingkup pengelolaan aneka sumber belajar baik cetak maupun non cetak dalam suatu tempat secara terorganisasi dan terstruktur melalui fungsi-fungsi yang dikembangkan untuk memfasilitasi pendidikan.

(7)

IV. Rumusan Masalah

Guna memfokuskan penelitian, rumusan masalah yang penulis pilih adalah bagaimana usulan pengembangan model pusat sumber belajar sekolah dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.

V. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tentang usulan pengembangan model pusat sumber belajar ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritik

a. Sebagai suatu acuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut tentang pusat sumber belajar.

b. Sebagai suatu studi perbandingan untuk penelitian sejenis.

c. Sebagai bahan masukan dan referensi tentang

pengembangan desain model pusat sumber belajar sekolah yang sesuai diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sekolah di Indonesia, khususnya di Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

(8)

e. Sebagai sumbangan pemikiran dan referensi bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

1) Sebagai bahan masukan guna perbaikan dan

pengembangan sarana pusat sumber belajar yang menunjang strategi pembelajaran di sekolah.

2) Mengkaji kembali kelemahan-kelemahan yang

ada pada pengembangan dan pengelolaan sumber belajar, dan mencoba mencari alternatif perbaikan.

b. Bagi Mahasiswa

1) Sebagai salah satu rujukan untuk kajian studi literatur yang dapat digunakan untuk riset dan pengembangan selanjutnya mengenai peningkatan pendidikan dan pembelajaran.

2) Penelitian ini berguna sebagai bahan pelaksanaan

penelitian berikutnya yang lebih luas dan mendalam.

c. Bagi Penulis

(9)
(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian

B. Hakikat Sumber Belajar

a. Pengertian Sumber Belajar

Pada hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang masa. Jadi, konsep sumber belajar memiliki makna yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagat raya ini. Edgar Dale, sebagaimana dikutip Robinson S. dalam Desain Pembelajaran (2006), menyatakan bahwa pengalaman adalah juga sumber belajar. Pengalaman yang dapat menjadi sumber belajar tersebut diklasifikasikannya menurut jenjang tertentu yang membentuk kerucut pengalaman (Cone of Experience). Kerucut pengalaman dapat digambarkan sebagai berikut.1

1 Robinson S, M. A. Suparman, Rudi S. , Desain Pembelajaran ( Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka, 2006) hal.

7.21

(11)

Oemar Hamalik (1994) memberikan penjabaran pengertian sumber belajar berdasarkan definisi ”sumber”. Sumber diartikan sebagai suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja diciptakan atau disiapkan dengan maksud memungkinkan memberi kesempatan siswa belajar. Sedangkan sumber belajar didefinisikan semua sumber yang dapat dipakai oleh siswa baik sendiri-sendiri maupun bersama dengan para siswa lainnya untuk memudahkan belajar.2

Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah meliputi semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat dipakai oleh pemelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi (gabungan), biasanya dalam situasi

2 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994) hal. 195

P e n g a l a m a n l a n g s u n g b e r t u j u a n

Gambar 1 KerucutPengalaman Edgar Dale

Sumber : Edgar Dale, Audio-Visual Methods in Teaching (New York : Dryden Press, 1946) hal. 39,

dikutip oleh Seels dan Richey, Instructional Technology : The Definition and Domains of the Field. terjemahan Dewi Salma P., dkk (Jakarta : Unit percetakan UNJ, 1994) hal. 15

dikutip ulang oleh Robinson S, M. Atwi & Rudi S. Desain Pembelajaran (Jakarta : penerbit UT, 2006) hal. 7.22

Abstrak

(12)

informal, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, material, alat, teknik dan lingkungan. 3

Menurut penetapan istilah Departemen Pendidikan Nasional dalam Pedoman Merancang Sumber Belajar (2004), sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.4

Dari pemaparan definisi para ahli tersebut, secara umum tinjauan sumber belajar mencakup keterkaitan hubungan aneka sumber (data, orang, benda), proses belajar (secara terpisah ataupun kombinasi), peserta didik, dan pencapaian kompetensi atau tujuan belajar. Oleh karena itu dapat disimpulkan, sumber belajar sebagai semua sumber yang digunakan peserta didik dalam proses belajar sehingga kompetensi atau tujuan belajar dapat tercapai.

b. Macam Sumber Belajar

Pada dasarnya, sumber belajar yang dipakai dalam pendidikan atau latihan adalah suatu sistem, yang terdiri dari sekumpulan bahan

3 Association for Education and Communication and Technology, The Definition of Educational Terminology (1977)

Diterjemahkan oleh Yusufhadi Miarso, dkk dengan judul Definisi Teknologi Pendidikan / Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT (Jakarta : Rajawali, 1986), hal. 9

4 Akhmad Sudrajat. Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa. hal. 1. 2008

(13)

atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Sumber belajar seperti inilah yang disebut media pendidikan atau media pembelajaran. 5

Diistilahkan sebagai Komponen Sistem Pembelajaran (KSP) bila sumber belajar diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem pembelajaran yang lengkap sehingga mengakibatkan belajar yang bertujuan dan terkontrol. 6

Sumber belajar atau komponen sistem pembelajaran tersebut meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar. 7

Pesan adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.

Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Contohnya guru, dosen, tutor, siswa, pembicara, pustakawan, laboran, instruktur, pelatih olahraga. Tidak termasuk tim kurikulum, peneliti, produser, teknisi, dan lain-lain yang tidak langsung berinteraksi dengan siswa.

Bahan merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan-pesan belajar yang biasanya disajikan melalui alat tertentu. Contohnya, buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio,

5 Fred Percival dan Henry Ellington, A Handbook of Educational Technology, Diterjemahkan oleh Sudjarwo dengan

judul Teknologi Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 1988), hal. 125

6 Iskandar Wiryokusumo dan Mustaji, Pengelolaan Sumber Belajar (Surabaya : University Press IKIP Surabaya,

1989) hal. 2

(14)

kaset program video, program slide suara, CAI (pembelajaran berbasis komputer), film, dan lain-lain.

Alat adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya, OHP, proyektor slide, tape recorder, video/CD player, komputer, proyektor film, dan lain-lain.

Teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya, pembelajaran terprogram, belajar sendiri, dicovery learning, simulasi, dan lain-lain.

Latar/lingkungan adalah situasi di sekitar terjadinya proses pembelajaran di mana peserta didik menerima pesan belajar. Lingkungan fisik contohnya, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan non fisik contohnya, tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, suasana lingkungan belajar dan lain-lain.8

(15)

VI. Hakikat Pusat Sumber Belajar

a. Pengertian PSB

Menurut AECT (1979) pusat sumber belajar didefinisikan sebagai berikut:

The area informal educational setting used primarily for the storages, supply and utilization learning resources which have been organized into the integrated collection of material of all types (print, auditory, visual, kits, games), along with any devices and special setting. (e.g. carrels) needed to use the materials” 9

Menurut AECT (1979), PSB adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penyediaan dan pemanfaatan sumber belajar dari berbagai jenis yang disusun secara terpadu sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Merrill dan Drob dalam buku Criteria for Planning the College and University Learning Resources Centre (1977) sebagaimana dikutip oleh Mudhoffir (1992:8) mendefinisikan PSB sebagai berikut.

“An organized activity consisting of a director, staff, and equipment housed in one or more specialized facilities for the production, procurement, and presentation of instructional materials and provision of developmental and planning services related to the curriculum and teaching on a general university campus.”10

Definisi di atas mengemukakan bahwa PSB merupakan suatu kegiatan terorganisasi yang terdiri dari seorang direktur, staf, dan

9 Association for Education and Communication and Technology, Glosorry of Term Educational Technology

( Washington, D.C. : AECT, 1979), Hal. 237

10 Irving R. Merrill dan Harold A. Drob, Criteria for Planning the College and University Learning Resources Centre

(16)

peralatan yang ditempatkan dalam sebuah atau beberapa fasilitas khusus untuk produksi, pengadaan dan penyajian bahan pembelajaran dan pemberian pelayanan pengembangan dan pelayanan perencanaan yang berhubungan dengan kurikulum dan pengajaran untuk kampus khusus dengan tujuan untuk menyimpan, merawat, mengembangkan dan memanfaatkan koleksi sumber belajar baik bahan cetak maupun non cetak oleh pelajar baik secara individu maupun kelompok.”11

Lebih jauh Richard N. Tucker dalam buku The Organization and Management of Educational Technology (1979) sebagaimana dikutip dalam Mudhoffir (1992:13) mendefinisikan PSB dengan istilah media center, dengan pengertian suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, transparansi overhead, filmstrip, videotape, film 16 mm, dan lain-lain) dan pemberian pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan katalog, dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar pada perpustakaan). Definisi ini mencerminkan fungsi dan isi dari PSB.12

11 Fred Percival dan Henry Ellington, Op.Cit, hal. 126

12 Richard N. Tucker, The Organisation and Management of Educational Technology (London : Croom Helm, 1979)

(17)

Yusufhadi Miarso, dkk (1980) menyatakan bahwa pusat sumber belajar menunjukkan adanya suatu kombinasi yang terpadu dari berbagai sumber yang meliputi orang, bahan-bahan, peralatan, fasilitas, dan lingkungan serta tujuan dan proses.13

Dari beberapa definisi ahli terhadap pusat sumber belajar, penulis mengidentifikasi keterkaitan hal-hal yang berhubungan dalam pengembangan dan pengelolaan PSB, yaitu adanya tempat, fungsi-fungsi PSB (seperti, penyediaan, penyimpanan, pelayanan, pemanfaatan, produksi, penyajian, pengembangan kurikulum, dan pelatihan), aneka sumber belajar bahan cetak non cetak, serta kegiatan yang terorganisasi dan terstruktur yang memfasilitasi pendidikan.

Terkait definisi pusat sumber belajar terbaru, penulis belum menemukan dalam beberapa literatur lokal, asing, maupun internet. Namun dikaitkan dengan definisi terbaru bidang studi Teknologi Pembelajaran yang disampaikan AECT (2004) kiranya dapat disimak sebagai berikut.

Definisi Teknologi Pembelajaran yang dikeluarkan AECT pada tahun 2004 adalah sebagai berikut.

Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.

13 Yusufhadi Miarso, dkk, “Learning Resources Center” makalah disampaikan pada Lokakarya P3G, Jakarta, Hotel

(18)

Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja.14

Penulis menyimpulkan PSB sebagai lingkup pengelolaan aneka sumber belajar baik cetak maupun non cetak dalam suatu tempat secara terorganisasi dan terstruktur melalui fungsi-fungsi yang dikembangkan untuk memfasilitasi pendidikan.

b. Perkembangan PSB

Pusat sumber belajar merupakan suatu hasil perkembangan secara bertahap yang dimulai dari perpustakaan yang memberikan penekanan kepada media cetak sampai kepada suatu lembaga yang mengelola berbagai sumber belajar baik cetak maupun non cetak.

Menurut Gary T. Peterson, perkembangan PSB mengalami beberapa tahap (Peterson, 1975). Pertumbuhan pusat sumber belajar merupakan suatu kemajuan bertahap dimulai dari perpustakaan yang hanya terdiri dari media cetak.

14

(19)

Dalam melaksanakan kegiatannya perpustakaan menanggapi permintaan-permintaan dan memberikan pelayanan kepada para konsumen yang bervariasi secara luas. Dengan semakin luasnya kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi, dinamika proses belajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penekanan pada bahan pengajaran yang baru melalui produksi audiovisual digabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak, maka timbul pusat multi media.

Timbulnya pusat sumber belajar dimungkinkan pula oleh pertumbuhan berikutnya yang berupa pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar nontradisional yang membutuhkan ruangan belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya belajar mandiri dengan modul, simulasi dan permainan, dan sebagainya.

(20)

ini menimbulkan perkembangan selanjutnya terhadap pusat sumber belajar.15

Apabila digambarkan tentang perkembangan PSB mulai muncul istilah perpustakaan sampai adanya pengembangan sistem pembelajaran, dipaparkan dalam bagan sebagai berikut:16

15 Yusufhadi Miarso, dkk, Op.Cit. hal. 3

(21)

Perpustakaan Perpustakaan

Gambar 1 Bagan Perkembangan PSB

Sumber : Gary T. Peterson, Conceptualizing the Learning Center,

(22)

Dengan memperhatikan gambar perkembangan PSB mulai dari perpustakaan sampai bentuk yang terakhir, menunjukkan adanya suatu kombinasi yang terpadu antara unsur-unsur yang ada melalui perkembangan yang berjalan secara bertahap, yaitu perpustakaan, pelayanan program audio visual, pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara non tradisional, dan pentingnya pengembangan sistem pembelajaran (instructional development). Pada tingkat perkembangan yang demikian ini PSB memberikan penekanan pada belajar peserta didik, baik sebagai hasil yang dicapai maupun proses yang dilalui untuk mencapai hasil tersebut.17

Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis dan terus-menerus yang akan membantu para pendidik dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan partisipasi aktif siswa di dalam proses pembelajaran. Di dalam proses ini dapat diidentifikasikan berbagai variasi pilihan kegiatan pembelajaran, di mana pilihan ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

Di sinilah letak hubungan yang penting antara pusat sumber belajar dengan pengembangan sistem pembelajaran. Segala sumber dan bahan, segala macam peralatan audiovisual, segala jenis personil yang ada di dalam pusat sumber belajar dimaksudkan untuk membantu

17

(23)

mewujudkan pengembangan sistem pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.18

c. Fungsi PSB

Fothergill (1973) mengidentifikasi fungsi pusat sumber belajar sebagai berikut.

1. Memberikan informasi dan penyimpanan katalog, penyimpanan bahan, lingkungan belajar.

2. Pelayanan produksi : suara, perekaman. 3. Konsultasi, kepenasehatan dan penelitian.19

Sementara itu Burlingame dan Field (1975) mengidentifikasi fungsi pusat sumber belajar sebagai berikut :

1. Memberi layanan kepada staf fakultas dan mahasiswa

2. Menyediakan pengalaman-pengalaman belajar individual, melalui pelayanan buku-buku, tutor dan lain-lain.

3. Menyediakan aneka ragam dukungan terhadap program-program kegiatan akademis.

4. Menyediakan pedoman tentang media, evaluasi terhadap seleksi media serta penggunaan media bagi staf sesuai dengan kebutuhan belajar yang bermacam-macam.

5. Memperhatikan proses dan produk, tidak hanya belajar dalam kelas-kelas tradisional, tetapi juga belajar individual.20

Fungsi PSB menurut Merril dan Drob dalam Criteria for Planning Learning Resources Center (1977) sebagaimana dikutip oleh Iskandar W. dan Mustaji (1989) meliputi:

18 Yusufhadi Miarso, dkk, Op. Cit. hal 3

19 Fothergill, Resources Center in College of Educational Counsil for Educational Technology (London : 1973) hal.40

dikutip tidak langsung dan diterjemahkan oleh Iskandar W. dan Mustaji dalam Pengelolaan Sumber Belajar (Surabaya : University Press IKIP Surabaya, 1989) hal.44

20 John Bulingame dan D. Field, The College (New York : Mc. Millan Publ., 1975) hal. 46 dikutip dan diterjemahkan

(24)

1. Produksi (Production Services)

2. Pelayanan Penyajian secara Kelompok (Group Presentation Services)

3. Pelayanan Penyajian Belajar Sendiri (Self Instructional Presentation Services)

4. Pelayanan Pengembangan Pembelajaran (Instructional Development Services)

5. Pelayanan Perencanaan Pendidikan (Educational Planning Services)21

Oemar Hamalik (1994) memberi jabaran fungsi pokok yang umumnya dibebankan kepada PSB, yakni,

1. Pengembangan Kurikulum

2. Pengembangan Sistem Instruksional 3. Pelayanan Teknologi Pendidikan 4. Produksi Media Pendidikan

5. Pembinaan Administrasi Media Pendidikan22

Menurut Yusufhadi Miarso (1980), fungsi PSB dikembangkan berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus pengembangan PSB. Fungsi PSB menurut Miarso adalah sebagai berikut.

1. Fungsi Pengembangan Sistem Pembelajaran 2. Fungsi Pelayanan Media Pembelajaran 3. Fungsi Produksi

4. Fungsi Administrasi23

Terkait fungsi di atas, Miarso memberi keterangan, bahwa fungsi tersebut merupakan fungsi dan kegiatan ideal dari suatu PSB. Seberapa besar idealnya suatu kegiatan PSB akan sangat tergantung

21 Merrill dan Drob, Criteria for Planing the University Learning Resources Center. (Washington D.C. :AECT, 1977)

hal.40 dikutip tidak langsung oleh Iskandar W. dan Mustaji (1989), Ibid, hal. 42

(25)

pada tujuan program pembelajaran, fasilitas, peralatan dan bahan atau media yang dimiliki, serta staf pengelola PSB yang bersangkutan.24

Berdasarkan fungsi-fungsi PSB yang disebutkan para ahli, Penulis menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi yang tercakup dalam pengelolaan PSB dikembangkan berdasarkan tujuan penyelenggaraan PSB. Khususnya dalam penyelenggaraan PSB di lingkup sekolah, perlu disesuaikan dengan tujuan program pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah, fasilitas, peralatan dan bahan atau media yang dimiliki sekolah, serta ketenagaan staf pengelola PSB yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah.

d. Aspek-aspek Tinjauan dalam Pengembangan Pusat Sumber Belajar

Dalam perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan pusat sumber belajar di sekolah pada tingkat pendidikan yang beragam, diakui akan adanya peninjauan terhadap beberapa aspek kendala, organisasi dan manjemen, serta konsiderasi pendidikan yang berlaku setempat. Percival dan Ellington (1988) merumuskan berapa hal yang perlu ditinjau dalam pengembangan PSB, di antaranya, yaitu

(1). Aspek Kendala

(26)

Pengembangan pusat sumber belajar sering dihambat oleh sejumlah faktor yang antara lain meliputi keuangan, ruangan, tenaga kerja, sikap, dan kebijakan pendidikan secara umum.

(2). Aspek Organisasi dan Manajemen

Beberapa faktor lain yang juga perlu diperhatikan di sini meliputi struktur manajemen pusat sumber belajar, sumber belajar itu sendiri, peralatan dan administrasi umum pada pusat sumber belajar tersebut.

(3). Aspek Konsiderasi Sekolah

Dengan adanya rencana/pendapat yang sudah mantap untuk mendirikan pusat sumber belajar di sekolah, maka sejumlah faktor tambahan harus diperhatikan sehubungan dengan berbagai aspek pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan dan fungsinya. Termasuk di dalamnya, yaitu, integrasi dengan sistem pembelajaran, peranan guru, karakteristik siswa, serta umpan balik dan evaluasi.25

Mudhoffir dalam buku Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (1992) mensadur penjelasan William S. Schmid dalam Media Center Management: A Practical Guide (1980) terkait ketentuan pengaruh lingkungan dan pola organisasi dalam pengembangan dan pengelolaan pusat sumber belajar. Apabila dihubungkan dengan

(27)

kawasan teknologi pendidikan, maka tampak bahwa pusat sumber belajar itu dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan yang erat hubungannya dengan kawasan tersebut. Lingkungan yang mempengaruhi tersebut dapat berupa klien, pengelolaan, staf, politik, fasilitas, peralatan dan dana.26

Sedangkan, pola organisasi pusat sumber belajar pada umumnya dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu, (1). Pola Terpisah (Independent and Decentralized), (2). Pola Terpusat (Centralized), dan (3). Kombinasi dari kedua pola tersebut (Hybrid).27

(28)

Kepala PSB

e. Model-model Pusat Sumber Belajar di Sekolah

Dalam materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V Buku III-C, dijabarkan model pengembangan struktur dan pengintegrasian perpustakaan ke dalam PSB dengan penanggung jawab dan tugasnya dalam tiap bagian. Bagan struktur dapat disimak dalam bagan berikut ini.28

28 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi

Pendidikan Tinggi, MateriDasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Buku III-C, Teknologi Instruksional, 1982/1983), hal. 126

Gambar 2

Struktur Pusat Sumber Belajar

(29)

Direktur

Pimpinan PSB

Sekretaris

Bagian Sirkulasi dan

Pelayanan Bagian Pengembangan Pembelajaran Bagian Produksi dan Latihan

Audio Visual Grafis Cetak

Berdasarkan definisi PSB yang dikemukakan Tucker (1979) yang menyebutkan istilah PSB dengan Media Center, model struktur PSB terdiri dari fungsi-fungsi yang dapat dijabarkan dalam skema berikut.29

29

Mudhoffir, Op. Cit, hal.13-14

Gambar 3

Struktur PSB versi Tucker (1979)

(30)

Berdasarkan kompleksitas dan keluasan fungsi, struktur, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta bahan ajar yang ada pada PSB, maka Aristo (2005) mengkategori tipe PSB sekolah menjadi 4 tipe, yaitu tipe A, B, C, dan D.30

1. PSB Berbasis Sekolah Tipe A

PSB Tipe A merupakan PSB yang memiliki fungsi–fungsi yang paling lengkap sehingga PSB ini memiliki struktur organisasi yang paling besar dibandingkan dengan ketiga Tipe PSB lainnya. Di samping itu, PSB Tipe A memiliki kualifikasi ketenagaan paling tinggi dengan sarana/prasarana dan koleksi bahan ajar yang paling lengkap.

a) Fungsi PSB Berbasis Sekolah Type A PSB Tipe A memiliki 5 fungsi, yaitu:

1) Fungsi administrasi yang meliputi kegiatan: penyusunan rencana dan program PSB; inventarisasi sarana dan prasarana PSB; pengadaan koleksi sumber belajar; pengelolaan sistem informasi PSB; supervisi dan evaluasi layanan PSB; dan penyusunan laporan kegiatan PSB.

2) Fungsi pengembangan sistem pembelajaran yang meliputi: pelayanan konsultasi dalam perencanaan

30

(31)

pembelajaran; pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan pembelajaran; pelayanan konsultasi dalam evaluasi belajar; pelatihan dalam penyusunan rencana pembelajaran; pelatihan dalam pengembangan media pembelajaran; pelatihan dalam pemanfaatan media; dan Pelatihan dalam evaluasi hasil belajar.

3) Fungsi pelayanan dan pemeliharaan yang meliputi kegiatan: pelayanan dalam pemanfaatan bengkel kerja, misalnya otomotif, bangunan, listrik, tata boga, tata busana, kesekretariatan, perhotelan, kesenian, keolahragaan; pelayanan dalam pemanfaatan perpustakaan, baik cetak, maupun non cetak; pelayanan dalam pemanfaatan laboratorium IPA, IPS, Bahasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi; pemeliharaan peralatan bengkel kerja, perpustakaan, laboratorium; dan pemeliharaan peralatan produksi media.

4) Fungsi pengembangan media yang meliputi kegiatan: penyusunan bahan ajar cetak; penyusunan program multimedia pembelajaran; produksi program audio; produksi program visual; dan produksi program audio-visual.

(32)

Kepala Sekolah

Koordinator PSB

Administrasi/Kesekretariatan

Unit Pengembangan

Sistem Pembelajaran Unit Pelayanan danPemeliharaan Unit PengembanganMedia

Konsultasi Pelatihan Cetak Media TV Multi Media

Bengkel Media Perpustakaan Laboratorium

Siswa, Guru, Karyawan

Ceta k

Non Ceta

k

Gambar 4

Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe A

Sumber : Aristo Rahadi (2005)

Unit Pelatihan

(33)

b) Ketenagaan PSB Berbasis Sekolah Tipe A

Berdasarkan fungsi dan struktur PSB berbasis Sekolah Tipe A sebagaimana yang telah dikemukakan maka jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk menyelenggarakan PSB berbasis Sekolah Tipe A :

1) 1 orang Penanggung jawab PSB (kepala sekolah)

2) 1 orang Koordinator PSB, kualifikasi sebagai guru yang menguasai bidang pengembangan pembelajaran atau pengembangan media, minimal berpendidikan S1 bidang pendidikan.

3) 1 orang tenaga administrasi, berkemampuan mengelola administrasi ketatausahaan, minimal berpendidikan D3 Sekretaris.

(34)

dan pernah mengikuti diklat tentang perpustakaan dan pengelolaan media pembelajaran.

5) 1 orang Ketua Unit Pengembangan Sistem Pembelajaran yang dibantu oleh beberapa tenaga minimal berkompetensi di bidang desain pembelajaran, materi pembelajaran, dan media.

Ketua Unit ini dipersyaratkan memiliki kemampuan dalam :  Mendesain dan mengembangkan sistem pembelajaran,

menganalisis kebutuhan, merumuskan tujuan pembelajaran yang baik, menentukan prosedur evaluasi dan menyusun tes, mengembangkan strategi pembelajaran, dan mengembangkan bahan pembelajaran.

 Merevisi program pembelajaran yang dinilai kurang

efektif untuk meningkatkan kemampuan tenaga pembelajaran.

 Melakukan penelitian untuk meningkatkan proses

pembelajaran.

(35)

6) 1 orang Ketua Unit Pengembangan Media yang dibantu oleh beberapa tenaga yang memiliki keahlian atau kompetensi di bidang media cetak, audiovisual, audio, grafis, dan multimedia.

Ketua Unit Pengembangan Media merupakan orang yang mampu mendesain, memproduksi, dan mengevaluasi media pembelajaran. Kualifikasi yang harus dimiliki adalah kemampuan di bidang pengembangan media, perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi, grafis, dan komputer. Berkualifikasi pendidikan minimal S-1 sesuai bidangnya.

c) Sarana dan Prasarana PSB Berbasis Sekolah Tipe A

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan PSB Sekolah Tipe A adalah sebagai berikut.

Ruangan

1) Ruangan Katalog / Resepsionis. 2) Ruangan Pimpinan atau Koordinator. 3) Ruangan Sekretariat.

4) Ruangan Informasi.

5) Ruangan Pengembangan Pembelajaran (Instruksional)

6) Ruangan Pengembangan Media.

7) Ruangan Evaluasi Produksi Media.

8) Ruangan Peminjaman dan Penyimpanan. 9) Ruangan Laboratorium.

(36)

12)Ruangan Pelatihan. 13)Ruangan Perpustakaan

14)Ruangan Presentasi Media Audiovisual (media cetak, baca, media non cetak, pemanfaatan media non cetak).

Peralatan pendukung

1) Rak-rak buku 2) Lemari katalog 3) Meja dan kursi baca 4) Meja peminjaman

5) Meja pelayanan pengguna (front office) 6) Meubeler berupa sofa

7) Meja dan kursi untuk petugas

Peralatan Media

1) Peralatan produksi media: 2) Kamera Video

3) Kamera Foto 4) Video Editing

5) Komputer Multimedia editing dan desain grafis 6) Peralatan perekam audio

7) Peralatan produksi untuk media grafis

Peralatan penyaji (hardware) : 1) TV monitor

2) VCD/DVD Player 3) Radio Tape Recorder 4) OHP

5) LCD

6) Komputer desktop / laptop 7) Proyektor slide

8) Peralatan laboratorium untuk Biologi, Fisika, Kimia, dan Bahasa

9) Peralatan bengkel (untuk SMK):

(37)

Bahan Ajar

1) media cetak (buku, jurnal, hasil penelitian, dan lain-lain) 2) media non-cetak (audio, video, CD pembelajaran, CAI) 3) media realia, model/tiruan,specimen

4) media grafis.

2. PSB Berbasis Sekolah Tipe B

(38)

Kepala Sekolah

Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe B

(39)

Kepala Sekolah

Wakil Ka Sek

Ka TU

SARANA KURIKULUM KESISWAAN

Siswa, Guru, Karyawan PSB

Unit Pelayanan dan Pemeliharaan

Unit Pengembangan Media

Unit PSP

3. PSB Berbasis Sekolah Tipe C

PSB berbasis sekolah Tipe C memiliki tiga fungsi, yaitu a). fungsi pelayanan dan pemeliharaan; b) fungsi pengembangan media, dan c) fungsi pengembangan sistem pembelajaran. Cakupan kegiatan untuk melaksanakan fungsi ini meliputi kegiatan pelayanan perpustakaan, laboratorium, pemanfaatan media audio visual, dan pemeliharaan/perawatan perangkat lunak dan keras.

Gambar 6

Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe C

(40)

Staf Administrasi

Siswa, Guru, Karyawan Koordinator

PSB

Unit Pelayanan

Perpustakaan (cetak) Perpustakaan (non cetak)Unit Pelayanan

Kepala Sekolah

Waka. Sekolah

Unit Pengembangan Media

4. PSB Berbasis Sekolah Tipe D

PSB Sekolah Tipe D merupakan PSB yang memiliki fungsi yang paling sedikit sehingga PSB ini memiliki struktur organisasi yang paling kecil, kualifikasi ketenagaan yang tidak terlalu tinggi, serta sarana/prasarana, dan koleksi bahan ajar yang paling sedikit.

PSB berbasis sekolah Tipe D hanya memiliki dua fungsi, yaitu pelayanan dan pemeliharaan, serta fungsi pengembangan media. Cakupan kegiatan untuk melaksanakan fungsi ini meliputi kegiatan pelayanan perpustakaan cetak dan non cetak.

Gambar 7

Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe D

(41)

VII. Hakikat Penelitian Pengembangan Desain Model

a. Desain Model

Abdul Gafur dalam Desain Pembelajaran (1989:21) menjelaskan pengertian ”desain”. Desain berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan.31

Definisi desain, dijelaskan oleh Seels dan Richey (1994), merupakan proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul.32

Model bisa diartikan sebagai penggambaran sesuatu sehingga menjadi lebih jelas memahaminya, misalnya

pembuatan maket 3 dimensi, seperti pada gambar disamping ini. 33

Di dalam model bentuk keseluruhan disebut sistem. Model juga berarti penyederhanaan, karena tidak semua

komponen penyusun sistem mampu tergambarkan oleh model.

31 Abdul Gafur, Desain Pembelajaran : Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar dan Mengajar (Jakarta : Tiga Serangkai, 1989), hal. 21

32 Ibid, hal. 32

33Permodelan Lingkungan, hal.1.2007 (http://www.kitada.eco.tut.cut.ac.jp/pub/member/asep/plo/model.htm) Gambar 9 Contoh Model Maket 3 Dimensi

(42)

Model dapat digambarkan dengan diagram dua dimensi, misalnya diagram rantai makanan atau siklus air, miniatur tiga dimensi, misalnya maket, ataupun model matematika, misalnya persamaan reaksi kimia.34

Model, menurut M. Sobry Sutikno dalam Menuju Pendidikan Bermutu (2005) diistilahkan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model juga bisa diartikan sebagai gambaran tentang keadaan nyata. Dikaitkan dengan kegiatan mengajar, Sobry mengartikan istilah model mengajar sebagai pola atau rencana yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk kepada guru/pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.35

Berdasarkan penggalan definisi istilah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini yang dimaksud dengan desain model adalah suatu proses membuat atau menyusun sebuah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan atau menciptakan strategi atau produk.

f. Pengertian Penelitian dan Pengembangan

Menurut Seels dan Richey (1994), penelitian pengembangan (development research) merupakan studi sistematis tentang desain,

34 Ibid, Hal.1

(43)

pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk yang harus memenuhi kriteria konsistensi internal dan efektivitas.36

Borg dan Gall (1983: 772) sebagaimana dikutip kembali oleh Anik Ghufron (2005) mengatakan "educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational production". Dengan pengertian tersebut maka serangkaian langkah penelitian dan pengembangan dilakukan secara siklis, yang mana pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya hingga pada akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru. 37

Theresia (2004) menyebutkan bahwa dalam penelitian pengembangan, hasil akhir yang ingin didapat adalah terciptanya suatu model, sistem atau produk yang dapat digunakan atau diterapkan. Penelitian pengembangan bertujuan untuk mengerjakan/mencipta suatu pemecahan baru yang sesuai dengan teori-teori yang ada dan standar kinerja yang diakui. Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan tindakan/proses dengan mengedepankan isu efektivitas/efisiensi sebagai paradigma penelitian.38

36 Barbara B. Seels dan Rita C. Richey, op. cit, hal 137

37 Borg, Walter, R & Gall, Meredith, D,. 1983. Educational research: An introduction, hal. 775, dikutip langsung oleh

Anik Ghufron,“Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Bagi Penyiapan Sumber Daya Manusia Era Informasi,” Artikel disampaikan pada Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, Pustekkom-Diknas, Jakarta, 5-6 Desember 2005 hal. 6

38 Theresia Kristianty, Metode Penelitian Kualitatif dan Enam Tradisi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Balai Pustaka,

(44)

Berdasarkan uraian definisi dari beberapa ahli tersebut, penulis menyimpulkan istilah penelitian pengembangan sebagai suatu studi sistematis dalam menghasilkan suatu model, sistem atau produk yang dapat digunakan atau diterapkan melalui serangkaian langkah siklis.

b. Model Penelitian dan Pengembangan

Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus ditempuh dalam pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R & D), yaitu "research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product

revision, main field testing, operational product revision, operational field

testing, final product revision, and dissemination and implementation". Apabila langkah-langkah tersebut diikuti dengan benar, diasumsikan menghasilkan suatu produk pembelajaran yang siap dipakai pada tingkat sekolah.39

Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan Borg dan Gall adalah sebagai berikut.40

1. Studi Pendahuluan

Merupakan kegiatan research and information collecting memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan.

39 Ibid, hal. 7

(45)

2. Perencanaan

Sebagai gabungan dari tahap planning and development of the preliminary form of product mengandung kegiatan-kegiatan seperti; penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan (misalnya; peneliti dan guru), merumuskan bentuk partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan.

3. Uji Coba

Mengandung tahap-tahap preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan product revision memiliki kegiatan utama yaitu uji coba, baik uji coba terbatas (preliminary field test) maupun uji coba lebih luas (main field test). Di samping itu, tahap ini mengandung pula kegiatan untuk merevisi terhadap hasil setiap uji coba model sistem pembelajaran tersebut.

4. Validasi

Terdiri atas kegiatan operational field testing dan final product revision dengan tujuan untuk menguji model melalui eksperimentasi model kepada sejumlah sekolah.

5. Pelaporan

(46)

Uji

Lapangan

bentuk sosialisasi terhadap produk hasil pengembangan kepada calon pengguna dan pihak-pihak yang terkait di bidang pendidikan.

Skema langkah-langkah penelitian dan pengembangan dijabarkan sebagai berikut.41

41 Ibid, hal.9

Gambar 8

Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

(47)

A. Penelitian yang Relevan

Dari hasil telaah kepustakaan dan penelitian yang relevan dengan kajian sumber belajar, pusat sumber belajar maupun kajian penelitian pengembangan, terdapat beberapa penelitian yang pernah dilaksanakan. Berikut akan dijabarkan judul penelitian, tahun penelitian dan hasil yang diperoleh dari penelitian. Sumber pustaka dipusatkan di database Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta.

1. Beberapa sumber jurnal penelitian mencatat penelitian terkait program pengembangan PSB di sekolah. Rincian penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

a. Abdul Salam, peneliti dari FIP Universitas Negeri Makassar, melakukan penelitian ”Pengadaan Pusat Sumber Belajar pada SMA Negeri”.

(48)

motivasi/komitmen guru, kebijakan kepala sekolah, dan tenaga yang tersedia.42

b. Marmin, Kepala Bid. Dikmenum Kanwil Depdikbud Prop. Lampung, menyampaikan studi ilmiah ”Perintisan PSB untuk SLTP di Kanwil Depdikbud Prop. Lampung.” Bersama konsultan pendidikan dan tim pengembang, melakukan studi kelayakan guna penentuan lokasi PSB. Berdasarkan langkah-langkah dalam studi kelayakan ini berikut penetapan kriteria penyelenggaraan PSB di sekolah, ditarik kesimpulan tentang kemunculan beberapa variasi pola PSB, antara lain: 1). PSB khusus untuk satu mata pelajaran, 2). PSB untuk beberapa mata pelajaran, dan 3). PSB yang lengkap untuk beberapa mata pelajaran yang mencakup praktikum.43

c. Robinson (2005) mengungkapkan hasil temuan lapangan Pustekkom Diknas tahun 2005 terkait identifikasi perkembangan dan keberadaan PSB di SLTP dan SMA pada sepuluh wilayah di Indonesia, diantaranya yaitu, Sebagian besar (70%) sekolah telah menjalankan fungsi PSB, khususnya fungsi pelayanan yaitu pelayanan media

42

Abdul Salam, “Pengadaan Pusat Sumber Belajar pada SMA Negeri,” Jurnal Edukasi, Februari 2004, Volume 5 No. 1, hal. 38-45

(49)

pembelajaran bagi guru-guru; Hanya 15 % sekolah yang telah mencantumkan PSB dalam struktur sekolah atau lembaganya; Ada 60% sekolah telah memiliki ruangan yang dilengkapi dengan fasilitas PSB (disebut ruang audio-visual); Hampir 90 % sekolah memiliki peralatan PSB, khususnya peralatan penampil seperti VCD dan Televisi; dan lebih dari 70 % sekolah telah memiliki program-program VCD/DVD pembelajaran. 44

2. Penelitian skripsi di UNJ dalam ranah Pemanfaatan dan Pengelolaan/Manajemen PSB di sekolah masih terfokus di sekolah yang memiliki PSB, yaitu PSB SMP Al Azhar Rawamangun dan SMA Al Azhar Kebayoran Baru, dan Media Resources Center (MRC) SMA Labschool Rawamangun. Penelitian tersebut dilakukan oleh Nurhayatun (2000), Anwar Khairul Siregar (2002), Amelia Rizqi (2005), dan Desi (2007). 3. Hasil tinjauan sumber surat kabar dan sumber media internet,

ditemukan laporan penelitian dan pengembangan PSB di sekolah dengan rincian sebagai berikut.

a. Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2007 adalah melakukan pengembangan pusat sumber belajar (PSB)/learning resource

44 Robinson Situmorang,“Peranan Pusat Sumber Belajar dalam Pencapaian Kompetensi Belajar dan Prospek

(50)

center (LRC) secara nasional, antara lain melalui pembelajaran berbasis web (web based learning/WBL).

Studi Pengembangan didasarkan pada pengamatan lapangan, laporan sekolah dan hasil supervisi pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tahun 2006 di sejumlah sekolah yang mengikuti program pengembangan TIK. Prioritas pengembangan dilaksanakan pada sekitar 108 sekolah terseleksi.45

b. Terkait pengembangan PSB di tingkat sekolah dasar, perintisan dilakukan melalui kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Jerman. Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Gerhard Fulda, bersama-sama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, Dr. Indra Djati Sidi, meresmikan pembangunan 511 pusat sumber belajar yang secara simbolik dilakukan di SDN 02 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (16/2/2004).

Pembangunan 511 pusat sumber belajar itu, merupakan implementasi dari debt to education swap (penghapusan utang ditukar dengan pendidikan) dan akan membantu meningkatkan kemampuan empat juta pelajar di 33.000 sekolah dasar pada akhir tahun 2005.46

45 Bandono, SMAN 7 Yogyakarta Peringkat 3 SMA Calon Rintisan Pusat Sumber Belajar (PSB)/Learning Resources Center (LRC), hal.1 (http://koran.seveners.com/topik/seputar-sman7/berita/)

(51)

Dari analisis perkembangan penelitian mencakup pembahasan pengembangan dan pengelolaan sumber belajar di sekolah, penulis cenderung mengarahkan studi pengembangan pada aspek pengembangan model pada lingkup pengelolaan sumber belajar sekolah dasar. Khususnya di sekolah dasar yang masih perlu diidentifikasi dan dikembangkan pola pengelolaan sumber belajarnya.

B. Rasional Pengembangan

Pusat Sumber Belajar (PSB) merupakan sarana/unit yang secara ideal harus ada di sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Pentingnya PSB di setiap jenjang pendidikan atau sekolah karena unit atau lembaga ini merupakan tempat bagi tenaga kependidikan, khususnya pengelola satuan pendidikan dan teknisi sumber belajar, untuk mengembangkan bahan-bahan pembelajaran dengan bantuan multimedia yang terpadu, seperti laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, dan sebagainya.

Tenaga kependidikan disini diartikan sebagai anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.47 Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan

Harian Sore Sinar Harapan. Jerman Bantu Membangun 511 Pusat Sumber Belajar, 17 Februari 2004 (http://www.sinarharapan.co.id/nasional/index.html)

47 Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (6),

(52)

pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.48 Tenaga kependidikan

bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.49

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.50

Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri adalah sekolah dasar swasta yang penulis pilih sebagai tempat pengembangan model pusat sumber belajar sekolah. Sekolah dasar yang telah berdiri semenjak tahun 1993 ini memiliki beberapa fasilitas penunjang pembelajaran yang diadakan berdasarkan kebutuhan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan, seperti ruang kelas, laboratorium IPA, perpustakaan, ruang multimedia, dan ruang audiovisual.

Sebagai sekolah berstatus swasta (penuh/mandiri), SDIT Nurul Fikri menempati area gedung milik sendiri, dengan ketersediaan jumlah pengajar sekitar 63 orang, dan rata-rata menyerap sekitar 125 peserta

48 Ibid, Lampiran penjelas pasal 39 ayat (1) 49 Ibid, pasal 39 ayat (1)

(53)

didik setiap tahunnya. Sekolah ini membutuhkan adanya tata pengelolaan sistem pembelajaran yang efektif dan menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tujuan, visi dan misi penyelenggaraan pendidikan yang ditetapkan.

Pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran sangat diperlukan di sekolah ini. Dengan penggunaan sarana pusat sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran diharapkan memberikan dampak yang luas dalam meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran di SDIT Nurul Fikri.

Dalam usaha pengembangan model pusat sumber belajar di SDIT Nurul Fikri, diperlukan adanya tahapan penelitian dan pengembangan, melalui serangkaian langkah-langkah yang secara terencana dan sistematis dapat mewujudkan model pusat sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di SDIT Nurul Fikri.

(54)

Sistematika penelitian dalam studi pengembangan ini mengikuti serangkaian tahap yang harus ditempuh berdasarkan pendekatan model Penelitian dan Pengembangan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Pendekatan penelitian dan pengembangan (R&D) dipilih dikarenakan model R&D dianggap memiliki langkah-langkah atau tahapan-tahapan prosedur penelitian pengembangan yang dapat dijalankan secara praktis dan fleksibel oleh praktisi pendidikan baik senior maupun pemula. serta dimungkinkan sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengembangkan model PSB di Sekolah Dasar.

Dalam studi pengembangan model pusat sumber belajar di SDIT Nurul Fikri ini penulis menggunakan standar model / tipe pengembangan pusat sumber belajar sekolah yang dirumuskan Aristo Rahadi (2005).

Mengingat keterbatasan akses kebijakan birokrasi dikarenakan status penulis sebagai peneliti ekternal (bukan termasuk dalam struktur kerja dalam sistem organisasi sekolah). Selain itu terkait faktor pendanaan, waktu dan tempat, dalam penelitian ini penulis melaksanakan langkah-langkah dalam studi pengembangan hanya sampai pada tahap kedua dari kelima tahap R&D yang dirumuskan Borg dan Gall. Tahap-tahap itu meliputi kegiatan sebagai berikut.

(55)

Meliputi kegiatan studi literatur dan analisis kebutuhan lapangan (sekolah). Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya profil implementasi sistem pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan obyek pusat sumber belajar di Sekolah Dasar Nurul Fikri.

2. Perencanaan Pengembangan

Meliputi kegiatan-kegiatan seperti; penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan , merumuskan bentuk partisipasi, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya draft desain model yang siap untuk diusulkan untuk dikembangkan.

3. Uji Coba dan Revisi

Berdasarkan langkah pengembangan model Borg dan Gall terdapat tahapan untuk melakukan uji coba model desain yang dikembangkan berdasarkan data analisis lapangan dan studi pendahuluan. Setelah di ujicoba dan mendapat saran dan evaluasi, termasuk review dari ahli dan pihak terkait pengguna PSB, diadakan revisi dan penyempurnaan desain sampai didapatkan desain final.

Dalam penelitian ini, penulis mempertimbangkan untuk tidak dapat meneruskan tahapan ini karena keterbatasan waktu studi dan keterbatasan akses tempat area pengembangan PSB Sekolah.

(56)

Tahap diseminasi dan sosialisasi diadakan setelah model desain final telah divalidasi dan siap diterapkan di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis mempertimbangkan untuk tidak dapat meneruskan tahapan ini karena keterbatasan waktu studi kampus dan keterbatasan dana pengembangan PSB Sekolah.

Skema langkah-langkah studi pengembangan desain model PSB di SDIT Nurul Fikri yang dapat penulis laksanakan adalah sebagai

Skema Langkah-langkah Studi PengembanganModel

(57)

BAB III

METODOLOGI

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengajukan usulan dalam mengembangkan model pusat sumber belajar sekolah dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri.

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

1. dapat mengidentifikasi kebutuhan dalam mengembangkan

desain model pusat sumber belajar di SDIT Nurul Fikri,

2. dapat merumuskan tujuan, fungsi, kualifikasi dan partisipasi pihak-pihak serta prosedur kerja dalam mengembangkan model pusat sumber belajar di SDIT Nurul Fikri,

3. dapat menyusun rancangan desain model pusat sumber belajar di SDIT Nurul Fikri yang siap dikembangkan.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Sebagai penelitian pengembangan, penelitian ini menghasilkan suatu usulan desain model pusat sumber belajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri. Prosedur pengembangan dalam penelitian pengembangan ini merupakan modifikasi

(58)

dari langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) Borg dan Gall (1983).

E. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam studi pengembangan ini adalah model pusat sumber belajar.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam hal penetapan lokasi penelitian, penulis melakukan penelitian di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri, beralamat di Jalan Situ Indah (RTM) No.116 Rt. 06/110, Kelapa Dua, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret s.d. Juni 2008.

VIII. Target Penelitian

Target untuk studi pengembangan ini adalah tersusunnya usulan model pusat sumber belajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri.

IX. Sumber Data

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek penelitian dari mana data dapat diperoleh. Menurut Suharsimi (1996:115), Sumber data yang dimaksud adalah dapat berupa orang (person), tempat (place), benda/simbol (paper).1

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi III, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,

(59)

Berdasarkan sumber data yang diambil, penelitian ini termasuk kategori penelitian kasus. Sebagai penelitian pengembangan, subjek penelitian sebagai unit analisis dalam penelitian adalah sekolah dasar. Sumber data dalam penelitian mencakup struktur kebijakan sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, meliputi pimpinan sekolah, dan guru yang bertugas sebagai pengelola sumber belajar sekolah. Termasuk sumber data adalah sarana sumber belajar yang teridentifikasi dimilik pihak sekolah.

Untuk menguji kelayakan produk yang dihasilkan maka dilakukan review. Review atau peninjauan desain tersebut dilaksanakan melalui review ahli yang akan melihat kelayakan produk hasil pengembangan model PSB sekolah dan memberikan saran-saran perbaikan. Dalam penelitian ini, review ahli mencakup ahli dalam bidang pengelolaan PSB, ahli bidang desain pembelajaran, ahli bangunan dan arsitektur.

X. Teknik Pengumpulan Data

Dalam studi pengembangan model PSB di SDIT Nurul Fikri, khususnya pada tahap studi pendahuluan, guna mendapatkan data yang diperlukan dalam analisis kebutuhan dan pengembangan model PSB, penulis menyusun pedoman teknik pengumpulan data.

(60)

observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pedoman ceklis observasi dipakai pada saat studi observasi sarana dan prasarana di sekolah. Pedoman wawancara dipakai pada saat studi pendahuluan guna mengidentifikasi kebutuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan model PSB SDIT Nurul Fikri.2

Hal-hal yang tidak terekam pada ketiga instrumen tersebut dicatat dalam catatan lapangan yang berisi temuan-temuan pada saat pengembangan desain model PSB. Hasil kegiatan berupa usulan model pusat sumber belajar sekolah akan menjadi dokumentasi penelitian.

Terkait pengembangan instrumen, penulis merujuk pengembangan kisi-kisi instrumen penelitian pada kriteria model PSB Sekolah yang dirumuskan Aristo (2005).

(61)

Kisi-kisi instrumen penelitian dalam studi pengembangan ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Kisi-kisi Pengembangan Instrumen

No. Variabel Sub

variabel Indikator Sumber datautama Metode Instrumen

1 Model PSB

Fungsi-fungsi PSB Fungsi Administrasi Petugas pengelolasumber belajar

sekolah

Jawab PSB Pimpinan sekolah Wawancara Pedoman wawancara

Koordinator PSB

Pimpinan sekolah Wawancara Pedoman

wawancara Tenaga

Administrasi Pimpinan sekolah Wawancara Pedoman wawancara

Unit pelayanan dan

pemeliharaan

Pimpinan sekolah Wawancara Pedoman

wawancara

Unit

pengembangan sistem

pembelajaran

Pimpinan sekolah Wawancara Pedoman

wawancara

Unit

pengembangan media

Pimpinan sekolah Wawancara Pedoman

wawancara

Sarana dan

Prasarana Ruangan Sarana sumber belajar Observasi Ceklis observasi

Peralatan

pendukung Sarana sumber belajar Observasi Ceklis observasi

Bahan Media cetak Sarana sumber

belajar Observasi Ceklis observasi

Non cetak Sarana sumber

belajar

(62)

Grafis Sarana sumber belajar

Observasi Ceklis

observasi

XI. Teknik Analisis Data

Semua data yang ada akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan klasifikasi penelitian deskriptif menurut proses sifat dan kriteria atau standar yang sudah ditetapkan terlebih dahulu pada waktu penyusunan desain penelitian.3

Terkait studi analisis lapangan, penulis melakukan kegiatan-kegiatan yang mencakup : mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan desain pengembangan, pengolahan dan analisis data, dilanjutkan penyusunan desain yang mencakup rekomendasi dalam pengembangan PSB di sekolah yang bersangkutan (SDIT Nurul Fikri).

Karena instrumen yang penulis gunakan dalam studi analisis lapangan ini adalah wawancara, dan observasi, analisis data akan dibuat berdasarkan catatan yang tertera dalam lembar wawancara dan

(63)

observasi. Wawancara penulis targetkan kepada empat orang narasumber, yaitu : kepala sekolah SDIT Nurul Fikri, kepala PSB SDIT Nurul Fikri, salah satu staf PSB SDIT Nurul Fikri (staf perpustakaan) dan satu orang guru pengajar komputer yang sekaligus bertugas rangkap sebagai staf PSB SDIT Nurul Fikri, sub koordinator ruang multimedia.

XII. Hasil Perolehan Data

1. Deskripsi Data

Dalam studi pengembangan model PSB sekolah ini salah satu profil sekolah dasar yang penulis pilih, yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri. Sekolah ini berlokasi di desa Tugu, Kelapa Dua, Kodya Depok, Provinsi Jawa Barat.

Dengan luas tanah sekitar 5.500 m2, SDIT Nurul Fikri memiliki

bangunan milik sendiri sejumlah tiga bangunan utama permanen dengan pembagian sebanyak 33 ruangan. Sejak awal berdiri tahun 1993, status pendirian SD Islam ini adalah swasta penuh dengan registrasi terdaftar.

(64)

2. Analisis Karakteristik Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari biro administrasi dan tata usaha sekolah didapatkan keterangan: jumlah siswa di SDIT Nurul Fikri yaitu 749 anak didik, dengan jumlah siswa putra 372 anak dan siswa putri 377 anak.

Setiap tahun ajaran baru, rata-rata sekolah dasar ini menerima siswa sekitar 128 siswa baru. Dibagi dalam empat ruang kelas di setiap angkatan (siswa yang diterima) dengan perkelas ditempati sekitar 30 orang siswa.

Pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan selama lima hari jam belajar efektif. Dimulai sejak pukul. 07.30 hingga pukul 16.00 WIB.

3. Analisis Potensi Sumber Daya Sekolah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan nara sumber yaitu Bapak Ahmad Sukarya, selaku kepala sekolah SDIT Nurul Fikri, diperoleh informasi dan data sebagai berikut.

(65)

Sumber pendukung dalam pengembangan dan pengadaan inventarisasi alat, bahan, dan prasarana diatur sekolah dan diajukan pengadaan barang dan bahan kepada yayasan, sehingga sekolah tidak disibukkan dengan urusan pembelanjaan barang.

Penyelenggaraan SDIT Nurul Fikri secara aturan ditetapkan oleh ketentuan yayasan yang kemudian diterapkan di sekolah. Hal ini berdasarkan pertimbangan kepala Litbang Yayasan NF. Setelah disetujui ketua yayasan, maka kebijakan bisa diterapkan di sekolah dan lini lembaga Nurul Fikri yang terkait.

Khususnya di SDIT Nurul Fikri, program pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) diterapkan mulai tahun ajaran ini (2007/2008). Penanggung jawab pelaksanaan diserahkan kepada bapak Nurdin sebagai kepala PSB SDIT Nurul Fikri.

(66)

Tabel 2

Daftar Ruang dan petugas PSB SDIT Nurul Fikri

No. Ruangan Petugas Jabatan Keterangan

1. Laboratorium

sains Bu Aan PJ Labs dan Guru IPA

-2. Laboratorium

Musik

Bu Rosdiana PJ Lab dan

(67)

Struktur kerja pada bidang pengelolaan Pusat Sumber Belajar di SDIT Nurul Fikri adalah sebagai berikut.

Gambar 9 Struktur PSB SDIT Nurul Fikri tahun 2007/2008

Dalam hal ini kepala PSB SDIT NF diberikan kewenangan untuk mengembangkan hingga sejauh mana PSB bisa berfungsi efektif. Dalam pelaksanaan tugas pengembangan ini kepala PSB dapat mengajukan prosedur pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana kepada kepala sekolah.

Kepala Sekolah

A. Sukarya, S. Pd.

PJ Qur’an Wali Kelas 1-6

Kepala Pusat Sumber

Belajar

Nurdin, S.Pd.

Wakasek Bid. Akademik

H.M. Furqon, S.Pd.

PJ Lab. Sains

Rosdiana PJ. MultimediaEko PerpustakaanKepala

Gambar

Gambar 4Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe A
Gambar 5Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe B
Gambar 6Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe C
Gambar 7Struktur Organisasi PSB Berbasis Sekolah Tipe D
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut saya, konsep yang benar ketika kita ingin membuat sesuatu adalah dengan kita mencari orangnya terlebih dahulu yang kemudian kita didik mereka.. Namun kita

Kuadran II merupakan atribut-atribut yang pelaksanaannya dilakukan dengan sangat baik oleh pihak perusahaan, namun dinilai kurang penting oleh customer ,

menyampaikan file penawaran tersebut kepada LPSE untuk mendapat keterangan bahwa file yang bersangkutan tidak dapat dibuka dan bila dianggap perlu LPSE dapat. menyampaikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan program bimbingan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal melalui permainan kelompok di kelas

Nilai lain yang dapat kita pelajari dari film Negeri 5 Menara adalah ketika teman Alif yang. bernama Baso selalu menyempatkan membaca Al-quran dimanapun

[r]

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu Madrasah Tsanawiyah Al-Wasliyah Medan Krio menggunakan analisis

Berdasarkan uraian pada bab pendahuluan, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya dialog dua arah antara sekolah dan siswa dalam