• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLITA 5 Analisis Wacana dalam Pelatihan Penerjemahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOLITA 5 Analisis Wacana dalam Pelatihan Penerjemahan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KONSTRUKSI

RESULTATIF DALAM

BAHASA ROTE

Jermy Imanuel

Balukh

ANALISIS WACANA DALAM PELATIHAN PENERJEMAHAN

Donald J. Nababan

[R] EPENTHESIS

IN MINANGKABAUNESE:

AN

OPTIMALITY

THEORY

ANALYSIS

Refnaldi

206

2tt

OPERATIONALIZING COMMUNICATIVE DYNAMISM

INLITTLE-TEXTCONSTRUCTION

220

E. Stmarto

KOMPUTERISASI

BAHASA

PEMANF'AATAN

TEKNOLOGI BAGI OTONOMI PEMBELAJARAN:

PENGALAMAN SALLC DI

UNIVERSITAS

BINA

NUSANTARA

227

Risa

R.

Simanjuntak

INTRODUCTION

TO THE MYSTERIOUS

CELEBIC

STEM FORMERS

Phil Quick

KLAUSA STATIF

SEBAGAI PENGUNGKAP

PERISTIWA

DALAMTEKSNARATIF

24I

Nurhayati

EDUCATIONAL TECHNOLOGY

AND

THE

ENGLISH

LANGUAGE

246

TEACHING

AND

LEARNING

Tina

Mariany Kariman

dan

Azizah

Hanim

Nasution

IIEDGES

IN "YOURLETTERS"

OF

THE JAKARTA POST

Sri

Mulatsih

and

Yusnita S)tlvia

Ningrum

216

(3)

ANALISIS WACANA DALAM PELATIHAN PENERJEMAHAN

Donald

J. Nababan niullernababan@Jahoo.co.id

Discourse anarysis

;onsiderab,,

""ru,of,3itfii"

produaion of

a quarity transration.

A

comprehensive understanding

of

a source text to translate is

Iikely

to provide a translator

with

insightful and defendab-ie bases,of decision making'io

orO",

to

fulfill

the stopos

ofa

translated

text

in

target language. However, discourse

uruiysis

in

this

sense shourd be

oriented at the translation

activity

that

is

t"

U.ag"

""rr.rirication

barrier between the producers and receivers

who

have

aiff"."nt

jis"?uo"

"rtlrr".,

inrt"ua

of

a

discourse

analysis

on its

own. Thus,

translation

activity is

ui*

-"'irur.u"tion

of

two

differing

discourse sysrems between source language and target Ianguage. Moreover,

all

attemDts made by the translaror should

ual"r.

r-o u'.onria.'r-a'rio,

"i"*lr?

if,.

i".i.,

ffi;r:;:r;

the clients being mediated. Based on the

"U",,"

,rgri"ri"ff"n,

this

paper discusses why

discourse analysis is needed in_

translati",

p;";;'il;;;"o,r"ouo"

analysis

is carried

out in,translation training in order to

impr"li"

,t

"ii"*i"iio"

*mpetence ofthe

students.

Key words: discourse analysis,

tr"nrl"tio,

pro""ss,'u,iJi.un.iufion

t*iring

l.

Pendahuluan

studi

Penerjemahan sebagai

disiorin irmu

interdisipliner

(sner-Homby,

r992)

dikenar dengan sebuatan a

house

of

manv rooms. Dikarakan aemir,ian

kar"ni

li;;i;;;;o#;-

rahir

dari

berbagai

disiprin

iimu seperti

.linguistik.

anrropotogi, budaya

dan

fir"r.. to,npi*iif

is.frrff*.

zOOO,ri;r.

6il

*;Pril"

;til:

perkembangan-perkembansan datam ilmu.

linguis,lt

C".i"rp"t'i"i"

srai

aun

t.giurui

;;r;.;;:

walaupun

studi penerjenra-han sudah menjadi

irmu

y-g

,n"'"aiiii

r."rrep-konsep

yang digunakan untuk

membahasnya adarah konsep-konsep

.yang'berasar

a".i

r"ingui.tit

a"'aisiprin

irmu

Iainnya

(ibid).

Karena penerjemahan adalah keBiaran

kosnitii

ar; r"rirr

d;;

.kh;-;ilii

ii':rg,

sudah dipahami

sebagai bagian

dari

transaksi budaya

(Venuti

zo'or). pen.,le.nrt un

;;;i ;;;'

d;il.kan

dengan hanya menggunakan konsep-konsep

linguistik

strukturar

t.-u,u,

t.,upi;rgu

;.ng-'

,."!g;r.k*

konsep-konsep irmu rainnya.

Namun seirinp

waktu. disoitin tinguistik.

,.p"ni

iliru,

HufltauliiSef_l Au;

i;r;;r*h i;;;;

;;1,;

meninjau

bahasa

dari

semiorikr.

;"ri;i.

.;;;

;;;;;#"';.iJ;bansan

jusa.

Densan

demikian.

pendekatan

tinguistik

dan

tekstual

khususnya

i.rg;;r;;r;"il'i"'t"r-i"tt"ii,"""I;,'-r;;r;;iit;

sosial memainkan perar pentine daram p.rati't an pen-.r;.ra't'-"n

iiliir#var"ra

zoo0:258. Adab 2000; 246).

Dengan pendekatan-pendekatai

t....u,ll ii.*u

;i;ril ;";.rj'#il'ii

un

,"rukin

sadar dan

jeri

bahwa bahasa adalah perangkat

komunikatif

sebagairunu

p"n"6!-'u-i'-

ii, *rairi.

serain

itu,

merekajuga akan lebih selektifdalam menggunakan bahasa d-alam terl'em"r,.i""'n,,"."i."

L",.

uerterima bagi konteks dan norma budaya sasaran.

2.

Apa

Anatisis

Wacana?

Analisis wacana adarah kajian rerhadap peristiwa-kebahasaan yang sedang bertugas unruk mencapai sebuah

tujuan

sosiat oreh pemakainva. sahasa bukan

l"gi

r.kJ;;';?;;i

aturan

terapi

sudah rerpakai unruk

melayani

aktifitas

komunikasi anrar penggunanya- Beberapa

pakaimerihat

anarisis wacana sebagai kajian kebahasaan

di

atas karimat

fNunan r993,6ook,'r995

a- ir6r

ilsij.

erarisis

diarahkan pada keterkaitan antara karimat yang satu denean vang rainnya untuk

,".u."i*

r.irrr]

teks yang kohesif.

Akan

terapi. teks selalu muncul dengan t<

oiteki:

,

siiuasi

.da n

uro"y"

,.u"gri

;r*

iitrk

,"r"hu.i

makna yang sedanq

dipertukarkan.

Kajian

wacana bukan

saja

di"r"hl;

;;;'

iuiiui"

proporiri dan

untaiannya hingga

membentuk sebuah teks tetapi

juga

morivasi dan

piriir[

u.rtrr.-al,

srrukrur generiknya sesuai densan konteks

di

mana

perisliwa

bahasa

iru

berlangsung

O,

U..op.rrri S"i"i" i,r,

U&rir"rJp","

,,

Oi'r;l.

para peserta

tutur

berhasir atau paoar mencapai rujuannya daram peristiwa

t"uuiuruunyu"*.r;

"ai

lrr

""

anatisis.wacana sehingga rercipra*slbuah

p;#r;;;;il;;:.,i;J;:ilrr,*"

mempunyai karateristik unik sesuai dengan konteksnya. Berdasarkan

hisir

ini,

penurur

dap"i

,lriiii',

bentuk dan pora yang sesuai agar

tercapai komunikasi yang baik dan lancar. Berdasirkan

pemiiiran

i;i.

Nrn",

(1993: 6) mengatakan bahrva

analisis wacana adalah interpretasi peristiwa komunikatii

a"f"_

["ri"'t..

Bahasa sebagai teks adalah realisasi verbal interaksi komunikasi. Realisasi verbal di sini, baik tulis

maupun lisan, adarah sekumpuran makna yang

disimbortr,

n-."rutui

tuiu,

frase, krausa

a",

t}rr"ii,i"gg,

(4)

teks yang

kohesif

Kajian

wacana dapat dilakukan melalui dua pendekatan

yakni

pendekatan bawah-atas

dan atas bawah. Pendekatan nertama dilakukan dengan melihat bahasa sebagai teks yang berisi tata-

fraJ,

klausa dan

kalimat

hingga teks. Analisis realisasi v=erbal

ini

kemudian digunakan untuk menginterpretasi register teksnya. Kemudian analisis struktur generik dilakukan

untuk

me'iihat maksud dan

t":;;;;;;r;

sosial yang dilakukan melalui kebahasaan. Sementara, pendekatan,kedua adalah kebalikan

a".i

p""alt"ir"

pertama

yakni

dengan merihat konteks

di

mana teks

ini

beroperasi dan bertugas

rrtut *"n"lfuit;uun

yang dikehendaki penggunanya.

3.

Mengapa

Analisis

Wacana?

Para pengajar.maupun praktisi penerjemahan sepakat bahwa pemahaman teks sumber dengan baik

adalah

syarat utama

bagi

siswa maupun

prakisi

penerjemahan sebelum mengalihkannya

kedarair

t"tr

r^a-n.

Mengambil

sari

makna

dari

sekian makna potensiar dan mengidentifikasi pesan sebuah

t"rc

"aui"r,

Jru

TflITg"l

dan .penangkapan gagasan teks

itu

sendiri (Ztateva zOO0:2At7. Kedua kemampuan ini

qroangun pada pondasi kemampuan

untuk

mengkaji struktur

linguistik

sebagai realisasi mairna dan

maksud yang dibawa oleh teks. Dalam

praktik diskuisif

dan

praktif

sosial,

teki

atau komunikasi selalu hadir dengan makna

implisit

di

samping yang eksplisit. Keada'an

ini

tentunya bisa dipahami karena tidak

mungkin

bagi

penulis

atau penutur.untuk mengungkapkan segalanya dalam satu

titil

waktu.

s.i"i.

it

,

kajian pragmatik

juga

mempercayai bahwa manusia-sering n.en"grngl"pkan

I"bih du.i

yung

di;";;il;;l

Menurut Fairclough

(1992)'

ada

tiga

dimensi

*u"unu

y"ukni

iet{

prattik

aiskursif-dan-

prakik

sosiai.

Dimensi wacana

ini

yang tentunya termaktub dalam barisan-barisan Lata, ftase trrngga kalimat,

menuniut seorang penerjemah

untuk

memiliki

kompetensi

diskursif (Ohler

2004:73)

sebagiisalah

satu

dari

sub kompetensi penerjemahan

(Bell, l99l).

Akan tetapi, memahami dan menangkap

isi

pesan teks sumber

tidak

lantas membuat penerjemah dapat mengaiihkannya kedalam teks sasaran karena dalam kegiatan penerjemahan ada dua

titik';;;;j;;;

masalah-masalah

yakni ketika

proses menganarisis teks

suriber yang menurut zratew (2000:26t)

iuga

sebagai proses penerjemahan

dan ketika

proses mengarihkan.

oatarir trar

ini,

HaI

(19i6)

,n.ngu,"r.in

bahwa penerjemahan adarah

juga

proses inierpretasi. ln-terpretasi

ini

bukan hanya paau

t"t,

irrue", t"t

pi juga. pada

hasil

terjemahan; apakah terjemahan

yang dihasilkan

sudah sesuai

a.ngun

urauyu

*r"u,iu

pembaca sasaran sebagai pihak yang dimediasi.

-.

-?"ngun demikian, kegiatan .menerj emahkan adarah

juga

kegiatan mengkaji resiko. seriap strategi

yang

dipilih

untuk mengatasi masalah dan menerjemahkan

seuiat

tita

atau kalimat ke dalam teks sasaran

akan memberikan dampak pada terjemahan. Untuk mengeliminir ketidaktepatan daram pengarihan makna

atau pesan, penerjemah harus mengkaji setiap resiko

dari

opsi terjemahan yang ada

(pymloo4).

Sudah suatu kesepahaman umum bagi penerjemah maupun pengajar penJrjemahan bahwa penerlemahan identik dengan proses pengambilan keputusan

(Hatim

and'Mion

i99o):

Keputusan-keputusan yang diambil dipengaruhi

oleh

faklor

kompetensi mene{emahkan

si

penerjemair,

tujuan

penerjemahan,

iun"p"*bu"u

sasaran'

Hal

ini

sering terjadi dalam kelas penerjemahan. satu teks sumber yang sama diterjemahian oleh siswa.yang berbeda akan menghasirkan terjemahan yang berbeda pula

(Nababai

zool:2).

i,lasing-masing

penerjemah mempunyai alasan

terserdiri

mengenai interpretasi yang dibuatnya

baik itu ;aat

meriganalisil dan mengalihkan pesan ke dalam teks sasaran. Tampaknya

fakt;

in;lah yang membuat pym deng-an tegas

mergatakan bahwa

penerjemahan

jangan

dipahami

sebagai

kegiatan

uniuk

menghaiilkan

ot,

,.rri

te{emahan, melainkan

berbagai versi

.yang

nantinya

p"n"4"rJ

harus

memirih yang terbaik

dengan

harapan bahwa terjemahan tersebut

telah

.ne.r"nri,i

nor.u

brduyu

sasaran,

tujuan

pinerjemahan

ian

pembaca sasaran (2003: 489).

Berikut

ini

adalah fakta-fakta

di

kelas penerjemahan tempat siswa membuat kesalahan-kesalahan

sebagai hasil dari lemahnya analisis wacana saat melaiukan

praktel

penerjemahan. Akan tetapi keadaan ini tidaklah selalu

dimiliki

oieh siswa, penerjemah profesionar sekaripun'terkaiang masih melakuiannya.

(a)' This PaPer basicaly emba :

tom

a reltectian on lrahslation practtce course given

in

tvo semesters in a gfaduate prugrat v,here the vriter tookfurther degree.

Tampaknya sudah suatu kebiasaan bahwa pemura cenderung kurang hati-hati dalam merakukan

kegiatan

penerjemahan.

saat siswa

semester

vI

FKIP

buhasu

lriggris

ying

menempuh

matakuliah

Ttanslation

Il

liminta

untuk menerjemahkan sebuah abstrak

berbahasilnggii,

k"dulu1n bahasa Indonesia,

mereka menerjemahkan kata yang dicetaktebar dengan program

h

u,san, program penyeresqiqn studi, dan bahkan ada siswa yang

tidak

menerjemahkannya. Hanya dua siswa

aari

io

iiswa yuni

."n"4.ruttunyu

(5)

dengan.

tepat

program

pasca

sarjana.

setelah melakukan

diskusi,

l.erungkaplah

bahwa siswa

tidak

melakukan analisis terlebih dahulu

ian

tidak m_eng elran"i

aai*i

g;iiuate program

adalah istilah tingkatan

pendidikan

tinggi

di

dalam

bahasa sasaran. Kebanyakan meri'ahami

kata

tersebut secara harfiah dan peroaya dengan solusi yang diberikan kamus.

(b) The traditional nethod ofteaching translation practice seeds lo remain .,ruling the wa.w,,_

untuk

menerjemahkan kata dengan tanda kuotasi

di

atas

(b),

mereka memberikan

terjemahan

di'

antarunya :peraturan yang

bak,,

mengacu pada suatu

auran,

mengair

pusaran

air

atau

angii,

mengatur

yzlomban9 Dua

terjemahan

pettami

tampaknya sudah mela*uka"n analisis

teks

walauoun belum tenar

rementara terJemahan yang terakhir adalah terjemahan harfiah. Kembali diskusi menunjukkan Uatr*a siswa

tidak mengetahui bahwa kata tanda kutip.terseiur aaul"r, r"uuutr

unlk"pan

metaforik dengan 1atar belakang

pranata kehidupan masyarakat

Inggris ketika

lnggris

Raya.eniusai

""mude*

y;d;;.k";;il"rg";

kekuatan armada lautnya.

.

Dari

kedua contoh

ini

jelaslah bahwa siswa

tidak

sadar bahwa intertekstualitas diperlukan

untuk

menginterpretasi teks yang dihadapinya. pada teks

(a)

para siswa

belum

mempunyai

p"ig;a;h;;"-i;;

belakang bahwa graduate

program idatah

sebuah

Liif"f,

p""aiii[r,

tinggi

di

teis

;_;".. i;;;;;;

padanannya

pun

akan diarihkan

dengan

istilah

pendidikai

tinggi

tang

sepadan

dalam

teks

sasaran,

sementara

untuk

teks

(b)

siswa

tidak memiriki

pingetahuun

n,,"["nui litar

telakang brd"y"

."rg";;i

ungkapan "England rules the wave,,.

Akan tetapi masalah-masarah di atas

lidak

hanyalerjadi pada pemura. peneqiemah profesionar pun terkadang masih melakukannya. seperti pada kasus

subtidng

di

Metio'rv

pada

acai

oprai

wiryr"y

sii*

pada

l0

Februari 2007 pukul 2O.00.WIB

(c) Cofi ection I ns ti tuti on Institust Koreksi

-..

.

-F.*9

ini

diucapkan oleh seorang.istri (tamunya Oprah) yang dianiaya oleh suaminya.

Si

suami

dimasukkan

kedalam per{ara

karena perbuatanny".

r".putnyu,

si

p"ne..ii-utr

profesionar

ini

tidat

mengetahui bawah

correction

Institution

adarah Lembaga

pe."ryu.u["tun

lle;

atau rumah tahanan

di

Amerika

la menerjemahkannya secara harfiah sehingga teijemahannya

menimiurkan

kebingungan.

4,

Analisis wacana yang bagaimana?

Anna. Trosborg (2000:185) mengatakan bahwa pendekatan analisis wacana

bertujuan untuk menghasilkan pemahaman

yang

dalam akan teks sumter dengan melakukan anarisis yang terpe;inci. Dengan mimahami

f5-:fl::1"

:"1,.rllhn,.*01,

penerjemah

akan

mempersenjatai

air,iyu

i"ngun

p"rn'ur,urn*

yung Kompretensit

- sehingga

dia,

dengan dasar

yang kuat,

mendapatkan pijatan-pi.1-akan'untuk setia

atai

mengadapatasi teks sumber sesuai dengan tuntutan tel(s sasaran,

boleh ditoleransi atau

harus dipertahankan karena t'eks sumber

itu

adatah sebuah tawaran

'infirmasi.

Dengan

demikian,

selayaknya anarisis wacana harus didasarkan

pada

anarisis

teks yang

u".oa"ria"i

penerjemahan

(Nord

I997).

Anarisis wacana

ini

bukan hanya mengacu pada terjemahan sJbagai produk yakni.terjemahan yang akurat, berterima dan mempunyai keterbacaan' yang baik

titapi

juga

."baiai

proses.

Penerjemah melakukan penyelesaian-penyelesaian berdasarkan

info#asilinformasi

yuri

aia"p""tti"

a"i

kajian

wacana

teks

sumber.

Namun demikian,

anarisis wacana

ini

jangan

hanya

iidiarkan

pada

tek

sumber semata tetapi dikaitkan dengan anarisis wacana yang

berorientsi-penerjerut

*

ugu,

tulJ"n uturu

penerjemahan

yakni

mencari padanan yang tepat

di

tenga-h+engah

perblaaan

bahasa d-an uuauvu

yurr

melatari kedua pihak

Dengan kata

lain,

anarisis wacana bukan hanya digunakan sebagai perangkat

untuk

membedah

teks-sumber tetapi

juga

untuk

membedah bagaimana

i"ks

isarun

atau tirjemahan-

bagi

budaya rvacana pembaca sasaran. Dengan analisis seperti

ini,

analisis wacana menjadi

alat uagi

srs*;;il;

p;ili

fi-.1]",1.1r,"

untuk

membuat keuputusan-keputusan yang kuat

teriadap struktur linguistik

ieks sasaran

oaram kont€ks dan budaya

yang

baru bagi pembaca sasaran (Schaffner

2000: rg2).-selain

itu,

anarisis wacana

menjadi

pintu

untuk

strategi penerjemahan dalam mengatasi permasalahan_permasalahan yang timbul karena penerjemahan identik dengan masalah.

Dengan demikian' rerevansi anarisis wacana daram proses dan pelatihan penerjemahan tidak

bisa

dipertanyakan

lagi.

Di

tahap analisis,

penerjemah berusaha
(6)

makna'

malsud

dan morivasi Denuris atau penulur akan proposisi

yang dibuatnya. Kemudian anarisis ini

akan

dikaitkan

densan storzos

TSa

rrtuk

m.nduf^ikJn

fi;;#;g

repat sehingga sebuah terjemahan

iHilitr

sesuai dengan parameter vang ada dar'am

"riti,irr'

ii"1v^ng

disampaikan oreh komisioner

5.

.

Anatisis

Wacana Dalam

pelatihan

penerjemahan Sudah kesepahaman

umum

basi

py\-hh

F';;#,;;;il#f

:

;:ffi

;'fl-,

IlHJ,""X1'I;'ffi

,?:l?;T;f;,0*;:,

j:Hff*:

telah d.ibahas sebelumnya. OIeh karena

itu.

penerjemah

p..i,

,iip".i*gi"pi;;;;ffiil;n.jtil #:

solid

datam petarihan peneriemahan. Nord

ireeel

a.ng'u,

i;g;;;;;;r-,J;;-U;;;;;#;:d;;:

mediator harus

memiliki

komoerensi teks yang

*la

i"rgfgr,

,.nerlemahkan

adalah kegiatan untuk menghasilkan sebuah teks. Denpan demikian. Jrngutrur, f.n'tin"g

uniut

menaiait

dan membiasakan caron penerjemah untuk menghadapi ierbagai. macam

,ri. r.t.i p.r.?:.rrt

di

masa mendatang dirunlut bukan hanya unruk mengarihkan teks sumber kedaram teks

r*u*n,

i.'opilugu

memperbaiki teks

sumber vane

kurang baik. Namun semua unava.

ini

harus

aii"r.rr.", a.rg"i,

ii,i'.ri,^i

a""e;

p;r;iffi;

k#t.i#::

terlebih

dahuru apauira

memunsrink.;,

'u

;;;.;#;";l;i':ho^

..burung

di

rangit.,,

justru

dia

berada

dianrara.dua

gajah besal,dengan bahasa dan

ira"rr

r"*

U_t"A".

Analisis

wacana yang dicoba murai diterpakan

"iJ

p.r',

rir'i*rr"arp

anak didiknya daram keras

penerjemahan adalah densan ana

1""r',1,

*".1,"

y*,e'o*"ffi,#l'r,H:':i,"r,fl-,,l,.ff,fJ,,tr:f#:,ff3,,:i:l"TlTf*ffin#lii

secara mendalam sesuai densan tujuan.kegiatan

pen".:"."t

u"

it,,""iirl

y"ng

aia*"li

a"n;;;;.;#;

penerjemahan (tentang

wakir

u-g

dib"riiur,

p"-u"*

r*"r""i.

r"i

penting dirakukan agar siswa rebih

reflektifdan

tebih hati-hari datam metakukan

an;f

."

i",

,."L"iifrt

,

teks sumber.

Setelah mendapatkan

teks

sumber

dan

pengarahan"perugur"n,

,i.*u

wajib

untuk

melakukan

analisis

tels

setiap

anarisis vans dirakukan

rr-rJ

airil"i

a.rig;riilruri

,"ntung

masarah dan keputusan vang dibuatnva

ru"t

n,,"ngunuiirirl

Nrr*i.

i"ip.",l"e

tr;;;;ffrft-

mengerahui masarah yang tet'adi apabila ada analisis

teks

sumber

yarg

kurang tep'ar

ri",ip,iGg

irr,"n.

Dengan narasi anarisis

tek

r"l.r_Y-.lt:

diharapkan.akan te4aai ais-tus;

yrr'g

r.uit

;;";'k

;;;"r,;."

siswa dan pengajar.

oteh

karena

*u.

narasr proses anarisis teks sumber diberikan bobor

nirai 50 % dari penugasan penerjemahan. Kemudian

siswa

juga

diminta untuk

membuat narasi proses pengarihan dengan menceritakan semua masalah dan

keputusan vane dibuar saat menoarihkan

p.i."-p.J;

;;;i';r-rffi..

u"

daram ter;s sasaran yang juga diberikan bobot

nilai

50 % dari p."nugrrun.

Memang pola pengaiaran

ini

akan menuntut tenaga e*stra bagi siswa tetapi hasir yang didapatkan

akan lebih

baik

pertama, siswa akan terkondisi untuk

[br;

,;il;ffii",

merakukan tugas pene{emahan

dan

lebih

terdorong untuk

merakukan pendekatan

"i*-l'"*"i'

i"r"*

menerjemahkan

teks.

sarah satu kecenderu.ngan

pene{emah

pemula ialah

rn"r"rJ"*ur,[un-t"t;';;;;;'i"rg.rrg

tanpa melakukan refleksi akan analisis teks sumber dan oengarahan

p.n"r;.ruf,un.

i.a*

p"r"prf*

percaya bahwa proses yang

li]l1lii.rr"*n*irkan

produk vang baik.'sara'h saru a.ses

,nir[ i"ng.,ur,ri

proses

iru

adarah dengan

memrnta siswa untuk menarasikannya pada waktu analisis dan

p"nguiii,;n.

Seperti yang

dise;;rk*;i;?;;

kedua

titik ini

adalah

titik

dimana seorang penerjemah menemui m-asalah-masarah dan menuntutnya untuk

mencari strategi

.untuk

mengatasinya-

Dingan

anarisis

*"rur"

r"u"g"r

arat bantu

untuk

menyeresaikan penugasan penerjemahan' komoetensi penerjemahan

siswa

diharapkir

akan semakin

baik

dan membuat

mereka

lebih

reflektif

bukan

oion,atif

dalam

,n.rrrr"n,i

"r,.'rrrtu.,

dan mengarihkannya kedaram teks

sasaram.

6.

Penutup

Analisis

teks

.yang-

berorientasi pada

kegiatan penerjemahan

melalui

analisis

wacana

adalah

untuk meningkatkan kesadaran siswa akan proses yang terribat saat penugasan penerjemahan. Anarisis teks akan

membantu

siswa untuk

berefleksi

akan

i.riu

tina"tun'

i;;-il;;;rr^"

yang

mereka

rakukan saat

melakukan proses

penugasan penerjemahan.

Tentunya. semua

kegiatan

ini

akan

bermuara pada

peningkatan kompetensi penerjemahan siswa di samping peningLui"n

p.r.ror.han

bahasa sumber.
(7)

a-Daftar

Acuan

Adab, B. 2000. Discourse Analysis as

Part

of Translator

Training:

Does

lt

Work? How

Do

lve Set About

It?

A

Response to Anna Trosborg, Current Issues in Language and

Society

Volume 7, No 3. 2000.

Multi-lingual

Mauers

Bell,

R.T. 1991. Translation and Translating:Theory qnd Practice, London ar.d New

York:

Longman

cook.

G.

1997.

Discourse qnd

Literature:

The

lnterplTy of Form and

Mind, oxford: oxford

University

Press.

Fairclough,

N.

1992. Discourse and Social Change, Cambridge: Polity Press

Hall, K.

R.

1996. Cognition and Translation Didactics, Meta

XLI,I.

P.l

l4-117

Hatim, B.

&

I.

Mas on. 1990. Discourse and the Translqtor,London

& New York:

Longman.

Metro

TV.

The Oprah Winfrey Show. 10 Februari 2007. Jam 20

WIB.

Millan-Varela,

C.2OOO. On Models,

yisibility

qnd Trqnslation Pedagogt:

A

Response to Anna Trosborg,

Current Issues in Language and Society Volume 7, No 3. 2000.

Multi-lingual

Matters

Nababan,

D.J.

2007.

A

Process

or

Productbased

Approach

to

Translation Translation:

A

glance on

Translation Prqctice C/ass,

A

paper presented at

FIT

5th Asian Translato6 Forum

At

Hotel Salak

Bogor, I

t-l2

April

2007.

Nord,

c.

1997. Translating as Purposeful

Activity:

Functionalist Approaches Explained, Manchester:

st

Jerome Publishing

-.1999.Translating

as

a

Text-Production

Activity

in

INNOVATION IN

TRANSLATOR AND

INTERPRETER

TRAINING:

Symposium Homepage.

Nunan,

D.

1993. An Introduction to Discourse Analysu, London: Penguin Group.

ohler, R.s.

2004. Translation

&

Discourse, Acta scientiarum. Human and

social

sciences Maring6,

v.26,

no.

I, p.73-79,2004

Pym,

A.

2\O3-Redefining

Translation

Competence

in

an

Electronic

Age:

ln

Defence

of

a

Minimalist Approach', Meta, 48(4): 48 l -497.

-.2004.

Text and Risk

in

Translation. hlto

/lwyw.fvl.esl-apvm/

S"h"ffr*,

C.

2OOO.

Editoriol

Discourse Analysis

for

TransLation

andTrqnslator Training:

Status, Needs,

Methods,

cu$ent

lssues in Language and

society

Volume 7, No

3.2000. MultiJingual

Matters

snell-Hornby,

M.,

Pochhacker,

F. and Kaindl,

K.

(eds).

1992.

Translation

studies.

An

InterdisciPline, Amsterdam and Philadelphia: Benjamins.

Stubs,

M.

1983.

Discourse

Anatl,sis:

The Sociolinguistic

Analysis

of Natural

Language Oxford:

Basil

Blackwell.

Trosborg,

A.

2000.

Discourse Analysis as

Part

of

Translator

TraininS, C\lrrent

lssues

in

Language and

Society

Volume 7, No 3. 2000.

Multi-lingual

Matters

Venuti, L. 2001. The Translator Reqder, Manchester: Jerome.

Zlateva,

P.2000.

Text Analysis

as

a

Tool

in

Translation

Troining: ll/hy,

How and

to

lY'hqt Exten-t?

-A

Response

to

Anna TrosborS, Current Issues

in

Language and

Society

Volume

7,

No

3'

2000'

Multilingual

Matters

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini!.. Ditinjau dari judul dan istilah perbandingan dalam ilmu

[r]

Tetapi pada penelitian pengeringan tepung tapioka dengan menggunakan pengering unggun terfluidisasi ini, semakin cepat laju alir (4,5 m/s) kadar air produk tidak

Masalah-masalah sosial nyata adalah masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan yang disebabkan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang

Hasil produksi padi organik mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 untuk meramalkan produksi padi organik tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dan

FM 2.4, 3.3, 4.3 Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol,seimbang dan lincah Anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata melalui kegiatan melipat KOG

Salah satu media yang memiliki kekuatan dalam menanamkan pesan adalah film, sedangkan salah satu film layar lebar Indonesia yang banyak menampilkan unsur

Proses ini bertujuan untuk memekatkan larutan campuran sorbitol (kondisi operasi di evaporator tekanan 1 atm dan suhu 110 o C), dimana pada tahap ini air yang terkandung di