BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan dan pertumbuhan anak di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh keadan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi. Ditemukan di
Indonesia bahwa angka kejadian dan kematian karena diare pada tahun 1995
sebanyak 55 ribu balita pertahun. Hal tersebut sering terjadi akibat tidak diberikannya
ASI, terbukti anak yang diberi ASI jarang terserang diare (Media Komunikasi Bidan
dan Keluarga Indonesia, 2004).
Makanan berperan penting terhadap pertumbuhan, kesehatan dan daya tahan
tubuh balita, khususnya sebagai materi yang mengandung zat-zat khusus untuk
menangkal berbagai jenis penyakit. Umumnya anak yang tidak memperoleh makanan
yang bergizi dalam jumlah yang memadai sangat rentan terhadap penyakit, terutama
diare dan Kekurangan Energi Protein (KEP). Diare dan kekurangan energi protein
merupakan masalah kesehatan dan gizi yang umumnya dijumpai pada sebagian besar
balita di Indonesia (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
Kekurangan energi protein dan infeksi mempunyai pengaruh timbal balik,
merupakan masalah utama di Indonesia yang bila tidak ditanggulangi dengan baik
akan mengganggu pembangunan sosial ekonomi dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Kedua masalah ini pada anak di bawah umur 2 tahun sangat erat
hubungannya dengan menyusukan (Suharyono dkk, 1992).
Beradasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan
samapai anak berumur 2 tahun.
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan
oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya. Selain komposisi yang sesuai
untuk pertumbuhan bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap
saat, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai
penyakit infeksi (Suharyono dkk, 1992).
Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan,
jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang
dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak
berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat
berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian
ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
Melihat unggulnya ASI maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya
penggunaan ASI belum seperti yang kita harapkan. Pemberian ASI yang dianjurkan
adalah sejak bayi lahir sampai umur 1-6 bulan bayi hanya diberi ASI, kemudian
pemberian ASI diteruskan sampai umur 2 tahun bersama makanan tambahan yang
kuat. Untuk mencapai hal ini, World Health Organization (WHO) membuat deklarasi
dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi,
mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI deklarasi yang juga
ditanda tangani di Indonesia, salah satunya memuat hal-hal berikut, yaitu : “Sebagai
tujuan global untuk membantu kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal
maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada semua bayi sejak lahir sampai
usia 1-6 bulan, setelah berumur 1-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping atau
padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diberikan sampai 2 tahun atau lebih
(Roesli, 2000).
Pemberian ASI merupakan upaya manusia agar dapat perlindungan namun
akhir-akhir ini terutama di kota, banyak para ibu yang melupakan senjata terampuh
untuk melindungi anak dari ancaman maut, keadaan ini mungkin disebabkan karena
banyak para ibu yang terpaksa bekerja selama sehari penuh untuk menutupi keperluan
hidupnya sehari-hari, kemajuan teknologi pembuatan susu buatan dan pengaruh
iklan-iklan susu buatan (Suharyono dkk, 1992).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2002 jumlah
bayi 0–4 bulan yang diberi ASI eksklusif yaitu 68.527 orang atau 42,83% dari 159 –
987 orang. Sedangkan tahun 2003 jumlah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI eksklusif
sebesar 29,54% target tahun 2003 adalah 19,7%, pada tahun 2004 sebesar 34,53%
dari 165.656 bayi, (Dinkes Provinsi Lampung, 2004). Sedangkan untuk wilayah
Tanjung Karang Pusat jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak 69,4% dari
Kelurahan Kaliawi merupakan bagian dari 11 kelurahan yang berada di
Kecamatan Tanjung Karang Pusat, di Kelurahan Kaliawi terdapat 8 Posyandu yang
tersebar di 5 lingkungan, jumlah bidan yang ada 2 orang dan jumlah kader 24 orang,
berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dilokasi diperoleh data bahwa terdapat
27 ibu yang tidak memberikan ASI nya sampai 2 tahun.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka penulis membuat
rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Apa alasan ibu melakukan penyapihan
anak kurang dari 2 tahun di Posyandu Bintang Sembilan wilayah kerja Puskesmas
Palapa Tanjung Karang Pusat ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui alasan ibu melakukan penyapihan anaknya kurang dari 2 tahun
Posyandu Bintang Sembilan wilayah kerja Puskesmas Palapa Tanjung Karang Pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat
dari pendidikan.
b. Diketahuinya alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat
c. Diketahuinya alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat
dari pekerjaan.
d. Diketahuinya alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat
dari kehamilan.
D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Alasan ibu melakukan penyapihan anaknya kurang dari 2
tahun
3. Subjek Penelitian : Ibu yang melakukan penyapihan pada anaknya kurang
dari 2 tahun
4. Lokasi Penelitian : Posyandu Bintang Sembilan wilayah kerja Puskesmas
Palapa,Tanjung Karang Pusat.
5. Waktu Penelitian : Tanggal 24 – 04 – 2006 s.d 20 – 05 – 2006
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat bagi Posyandu Bintang Sembilan wilayah
kerja Puskesmas Palapa
Merupakan bahan masukan bagi Posyandu Bintang Sembilan wilayah kerja
2. Manfaat Bagi Ibu-Ibu
Sebagai informasi dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan ibu-ibu
khususnya yang menyusui mengenai pemberian ASI sampai dengan umur 2 tahun.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya