• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan, Pertumbuhan, dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan, Pertumbuhan, dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI

OLIGOCHITOSAN

,

VITAZYME

, DAN

BIOFERTILIZER

DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI

PEMUPUKAN, PERTUMBUHAN, DAN PRODUKSI PADI

(

Oryza sativa

L.)

VELICIA DESYANA RAKHMADINA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Oligochitosan,

Vitazyme, dan Biofertilizer dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan,

Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

VELICIA DESYANA RAKHMADINA. Potensi Oligochitosan, Vitazyme, dan

Biofertilizer dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan, Pertumbuhan dan

Produksi Padi (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh ISWANDI ANAS dan FAHRIZAL HAZRA.

Efisiensi penyerapan unsur hara oleh tanaman padi sampai saat ini masih rendah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan hara agar pupuk yang ditambahkan tidak terbuang percuma, mencemari lingkungan dan menghemat pengeluaran petani. Penggunaan Oligochitosan,

Vitazyme, dan Biofertilizer dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya

meningkatkan efisiensi penyerapan hara pada tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Oligochitosan, Vitazyme, dan

Biofertilizer dalam meningkatkan efisiensi pemupukan serta pertumbuhan dan

produksi tanaman padi. Penelitian ini terdiri atas penelitian pot dan lapang. Penelitian pot menggunakan pupuk NPK, Oligochitosan Jepang, Oligochitosan

BATAN, Biofertilizer Azozo, dan Vitazyme; sementara penelitian lapang hanya menggunakan pupuk NPK, Oligochitosan Jepang dan Biofertilizer Azozo. Hasil penelitian pot di Desa Cihideung Udik menunjukkan bahwa perlakuan NPK 100% nyata meningkatkan produksi padi (GKG) dibandingkan dengan NPK 50%. Kombinasi perlakuan antara pupuk NPK 50% dengan Oligochitosan, Vitazyme,

dan Biofertilizer, nyata meningkatkan produksi padi (GKG) dibandingkan dengan

penggunaan NPK 50% saja. Peningkatan produksi padi pada perlakuan kombinasi ini menunjukkan bahwa Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer mampu meningkatkan efisiensi pengambilan hara oleh tanaman melebihi pemberian pupuk NPK 100%. Aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer pada penelitian lapang di Desa Cihideung Udik dan Desa Situ Gede tidak nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi, kecuali pada parameter panjang malai padi di Desa Situ Gede. Pertumbuhan dan produksi pada seluruh perlakuan disetiap ulangan sama baiknya. Hal ini disebabkan oleh aplikasi pupuk dasar pada percobaan lapang yang kurang tepat, sehingga menyebabkan pengaruh setiap perlakuan sulit untuk dievaluasi.

(6)

ii

ABSTRACT

VELICIA DESYANA RAKHMADINA. The Potential of Oligochitosan, Vitazyme, and Biofertilizer to Improve Fertilization Efficiency, Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.). Supervised by ISWANDI ANAS and FAHRIZAL HAZRA.

Efficiency of nutrient uptake by rice plants is still low. Various attempts have been made to improve the efficiency of nutrient absorption so that fertilizers are added are not wasted, pollute the environment and save farmers’s expenditures. Oligochitosan, Vitazyme, and Biofertilizer can be an alternative way in order to improve the efficiency of nutrient uptake in rice plants. This study aimed to evaluate the ability of Oligochitosan, Vitazyme, and Biofertilizer in improving fertilization efficiency, growth, and yield of rice plants. This study consisted of pot and field research. The treatments used in pot research were using NPK fertilizer, Oligochitosan Japan, Oligochitosan BATAN, Biofertilizer Azozo and Vitazyme, while field research only used NPK fertilizer, Oligochitosan Japan and Biofertilizer Azozo as treatments. The results showed that pot study at Cihideung Udik Village on 100% NPK treatment, significantly increased the yield of rice compared with 50% NPK. Combinations treatment between 50% NPK fertilizer with Oligochitosan, Vitazyme, and Biofertilizer, significantly increased the yield of rice compared with 50% NPK use only. The yield improvement on these treatment combinations showed that Oligochitosan, Vitazyme, and Biofertilizer were able to increase the efficiency of nutrient uptake by plants more than 100% NPK fertilizer. Oligochitosan and Biofertilizer application on field research in the Cihideung Udik and Situ Gede Village were not significantly different in supporting the growth and production of rice, except on rice panicle length parameter in Situ Gede Village. The growth and production in all treatments at each replication showed the same result. This was apparently due to the lack appropriate of basis fertilizer application on field trials, so that causing the effect on each treatment hard to be evaluated.

(7)

POTENSI

OLIGOCHITOSAN

,

VITAZYME

, DAN

BIOFERTILIZER

DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI

PEMUPUKAN, PERTUMBUHAN, DAN PRODUKSI PADI

(

Oryza sativa

L.)

VELICIA DESYANA RAKHMADINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Potensi Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan, Pertumbuhan, dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)

Nama : Velicia Desyana Rakhmadina NIM : A14080013

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Iswandi Anas, M.Sc Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc Ketua Departemen

(10)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga November 2012 ini

adalah peningkatan produktivitas padi, dengan judul “Potensi Oligochitosan,

Vitazyme, dan Biofertilizer dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan,

Pertumbuhan, dan Produksi Padi (Oryza sativaL.)”.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Iswandi Anas, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama sekaligus penyandang dana dalam penelitian ini yang telah memberikan arahan, nasehat, dan masukan yang berharga selama berlangsungnya penelitian hingga penyelesaian skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada Bapak Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan, saran, dan kritik yang berharga selama berlangsungnya penelitian hingga penyelesaian skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Suwarno, M.Sc selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan demi perbaikan skripsi ini. Penghargaan penulis berikan kepada kedua orang tua, adik, serta Robi Novrizanjaya, Rosinta Br Sitepu dan Ulfika Isrory Artha atas doa, motivasi, saran, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2013

(11)

DAFTAR ISI

Plant Growth Regulator (Zat Pengatur Tumbuh Tanaman) 3

Plant Growth Promoter (Zat Pendukung Tumbuh Tanaman) 3

Oligochitosan (Chitosan Teriradiasi) 4

Vitazyme 6 Pelaksanaan Penelitian Pot 13 Pelaksanaan Penelitian Lapang 14 Penetapan Variabel Pertumbuhan, Variabel Produksi, dan

Komponen Hasil 16

Analisis Data 17

Analisis Tanah 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Pertumbuhan dan Produksi Padi di Desa Cihideung Udik 19 Hasil Penelitian Pot 19

Pertumbuhan dan Produksi Padi di Desa Situ Gede 23 Hasil Penelitian Lapang 23

(12)

viii

DAFTAR ISI (lanjutan)

Jumlah Anakan per Rumpun 23 Jumlah Anakan Produktif 24

Produksi 24

Pembahasan 25

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 33

(13)

DAFTAR TABEL

1. Bentuk dan peranan beberapa Plant Growth Promoter terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Anonim 2007) 4 2. Uji efektivitas Vitazyme di berbagai negara pada tanaman padi tahun

2004-2009 (Anonim 2009) 6

3. Uji efektivitas Vitazyme di berbagai negara pada tanaman jagung

tahun 2004-2009 (Anonim 2009) 7 4. Analisis awal sifat kimia tanah yang digunakan dalam penelitian di

Desa Cihideung Udik 17 5. Analisis awal sifat kimia dan fisik tanah yang digunakan dalam

penelitian di Desa Situ Gede) 18 6. Pengaruh Oligochitosan, Biofertilizer dan Vitazyme terhadap tinggi

padi umur 2-8 MST pada pot 19 7. Pengaruh Oligochitosan, Biofertilizer dan Vitazyme terhadap jumlah

anakan per rumpun umur 2-8 MST pada pot 19 8. Pengaruh Oligochitosan, Biofertilizer dan Vitazyme terhadap jumlah

anakan produktif pada pot 20 9. Pengaruh Oligochitosan, Biofertilizer dan Vitazyme terhadap bobot

gabah kering panen, gabah kering giling, gabah isi, dan presentase

gabah hampa pada pot 21

10. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap tinggi padi umur

2-8 MST di Desa Cihideung Udik 21 11. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan

per rumpun umur 2-8 MST di Desa Cihideung Udik 22 12. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan

produktif di Desa Cihideung Udik 22 13. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap bobot gabah

kering panen, gabah kering giling, gabah isi, dan presentase gabah hampa ubinan di Desa Cihideung Udik 23 14. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap tinggi padi umur

4 dan 8 MST di Desa Situ Gede 23 15. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan

per rumpun umur 4 dan 8 MST di Desa Situ Gede 24 16. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan

produktif di Desa Situ Gede 24 17. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap panjang malai,

jumlah gabah per malai, gabah isi, presentase gabah hampa, dan bobot seribu butir gabah di Desa Situ Gede 24 18. Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap bobot gabah

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

1 Tata letak petak penelitian lapang di Desa Cihideung Udik 15 2 Tata letak petak penelitian lapang di Desa Situ Gede 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kandungan analisis pupuk 34 2 Spesifikasi Oligochitosan BATAN 34 3 Hasil analisis biologi Biofertilizer Azozo di Desa Cihideung Udik

dan Desa Situ Gede 34

4 Kandungan Growth Promoter Vitazyme (Anonim 2009; Sugiyanta

dan Amilia 2011) 34

5 Kebutuhan pupuk per perlakuan pada percobaan pot di Desa Cihideung Udik (4 Ulangan) 35 6 Kebutuhan pupuk per perlakuan pada percobaan lapang di Desa

Cihideung Udik (4 Ulangan) 35 7 Kebutuhan pupuk per perlakuan pada percobaan lapang di Desa Situ

Gede (2 Ulangan) 36

8 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman contoh pada penelitian pot di Desa Cihideung Udik 36 9 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap jumlah

anakan tanaman contoh pada penelitian pot di Desa Cihideung Udik 37 10 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel

produksi pada penelitian pot di Desa Cihideung Udik 37 11 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap tinggi

tanaman contoh pada penelitian lapang di Desa Cihideung Udik 38 12 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap jumlah

anakan tanaman contoh pada penelitian lapang di Desa Cihideung

Udik 38

13 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel produksi pada penelitian lapang di Desa Cihideung Udik 39 14 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan

vegetatif tanaman contoh pada penelitian lapang di Desa Situ Gede 39 15 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel

(15)

19 Pertumbuhan tanaman padi pada penelitian lapang di Desa Situ Gede (8 MST) : (a) NPK 100%, (b) NPK 50%, (c) NPK 50% +

Oligochitosan (J), (d) NPK 50% + Biofertilizer (A) 44

20 Pertumbuhan tanaman padi pada penelitian lapang di Desa Situ Gede (12 MST) : (a) NPK 100%, (b) NPK 50%, (c) NPK 50% +

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan tanaman pangan utama bagi sekitar 96,87% penduduk Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan per kapita dan pergeseran menu dari non-beras menjadi beras menyebabkan permintaan beras terus mengalami peningkatan sebanyak 2% per tahun (Arafah dan Sirappa 2003). Pemerintah telah berupaya dalam memenuhi kebutuhan beras nasional dengan menggagas program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang dimulai pada tahun 2007 hingga saat ini. Program P2BN menetapkan target produksi padi pada tahun 2013 naik sekitar 5% dibandingkan dengan tahun 2012 dan mendukung pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 (Anggoro 2012).

Program P2BN menitikberatkan pada peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, dan pengurangan serangan OPT. Perluasan areal tanam relatif lebih sulit dilakukan karena tingginya angka konversi dan degradasi lahan di Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan produksi padi. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penerapan teknologi (pemupukan, S.R.I., dan penanganan pasca panen) serta pendampingan masyarakat (SL-PTT dan GP3K) (Rohela 2008).

Penerapan teknologi melalui pemupukan hingga saat ini hanya terbatas dalam bentuk subsidi pupuk. Alokasi anggaran subsidi pupuk terus mengalami peningkatan berupa tambahan subsidi dari Rp 13.9 triliun pada 2012 menjadi Rp 16.2 triliun pada 2013 (Anonim 2012). Pemberian subsidi pupuk yang terus meningkat akan mendorong penggunaan pupuk anorganik yang semakin tinggi, sejalan dengan upaya perluasan tingkat intensifikasi pertanian. Penggunaan pupuk anorganik dalam dosis tinggi dan jangka waktu yang lama akan menimbulkan fenomena leveling off, sehingga pemupukan menjadi tidak efisien dan efektif dalam mencapai peningkatan hasil pertanian. Ancaman penurunan kualitas fisik, kimia, biologi tanah akibat ketidakseimbangan penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik serta kerusakan lingkungan juga merupakan dampak dari penggunaan pupuk anorganik yang tidak tepat.

Fenomena leveling off yang dihadapi pertanian Indonesia mencerminkan bahwa teknologi pemupukan yang dilaksanakan belum cukup dalam mencapai efisiensi produksi. Hal ini telah memberikan suatu gagasan dalam menggunakan

Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer sebagai bentuk inovasi teknologi

pemupukan. Oligochitosan dan Vitazyme tidak digolongkan ke dalam pupuk maupun substansi yang mampu mensubstitusi penggunaan pupuk. Kedua substansi ini bertindak sebagai agen yang dapat meningkatkan efisiensi penyerapan hara oleh tanaman. Pemberian Oligochitosan dan Vitazyme dapat memperbaiki proses fisiologis tanaman agar adaptif dalam mempergunakan hara yang tersedia di dalam tanah. Oligochitosan merupakan chitosan yang di-iradiasi dengan sinar gamma dari Co-60 dan kaya akan asam amino serta plant growth

promoter seperti IAA, giberelin dan sitokinin (El-Tahany et al. 2012). Vitazyme

(18)

2

(Anonim 2009). Biofertilizer merupakan inokulan mikrob tanah yang menguntungkan pertumbuhan tanaman melalui berbagai mekanisme seperti peningkatan penyerapan hara, peningkatan kelarutan hara, dan menghambat perkembangan patogen serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.

Aplikasi Oligochitosan, Vitazyme dan Biofertilizer diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan yang diberikan dan dapat mendukung tanaman untuk tumbuh dan berproduksi optimum. Hal ini juga dapat dijadikan dasar dalam penelitian guna memberikan rekomendasi penerapan inovasi teknologi pemupukan pada program P2BN ke depannya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Oligochitosan,

Vitazyme, dan Biofertilizer dalam meningkatkan efisiensi pemupukan serta

pertumbuhan dan produksi tanaman padi.

Hipotesis

(19)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Plant Growth Regulator (Zat Pengatur Tumbuh Tanaman)

Zat Pengatur Tumbuh tanaman merupakan senyawa alami maupun buatan yang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman dengan mengubah proses biokimia atau fisiologis dari tanaman tersebut. Zat pengatur tumbuh tanaman dapat disebut juga sebagai fitohormon, muncul dalam konsentrasi yang rendah dan mengatur proses selular dengan keseimbangan tertentu. Keseimbangan tersebut bergantung pada tahap perkembangan tanaman serta respon terhadap kondisi lingkungan sekitar. Zat Pengatur Tumbuh tanaman tidak digolongan ke dalam hara, tetapi senyawa kimia yang mampu mendorong, menghambat atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi sel dan jaringan. Zat ini merupakan molekul sinyal yang memengaruhi pembentukan bunga, batang, daun, dan perkembangan serta pemasakan buah.

Zat pengatur tumbuh pertama kali ditemukan sekitar tahun 1930. Substansi tersebut kini digunakan untuk memodifikasi tingkat dan pola pertumbuhan tanaman dalam berbagai stadia, mulai dari perkecambahan hingga penanganan pasca panen. Fitohormon dihasilkan oleh jaringan meristematik dan menyebar ke seluruh bagian tanaman melalui ruang antar sel. ZPT tidak memiliki target jaringan tertentu dalam menjalankan fungsinya, sehingga tidak memiliki efek khusus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ZPT dapat dihasilkan sendiri oleh tanaman yang bersangkutan (endogen) maupun diberikan dari luar (eksogen). Efektivitas pemberian ZPT secara eksogen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : cara pemberian, konsentrasi, dan waktu pemberian.

Secara umum, ZPT dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan pada kesamaan fungsinya pada tanaman. Kelompok pertama adalah ZPT yang berperan dalam meningkatkan aktivitas pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel, pembungaan, pembuahan, dan pembentukan biji. Kelompok ini disebut juga sebagai Plant Growth Promoter yang terdiri atas auksin, sitokinin, dan giberelin. Selain bentuk-bentuk tersebut, terdapat pula Plant Growth Promoter lainnya seperti brasinosteroid. Sebaliknya, terdapat kelompok ZPT yang berfungsi dalam respon tumbuhan terhadap stres lingkungan berupa faktor biotik maupun abiotik. Asam absisat tergolong ke dalam kelompok kedua yang dapat disebut sebagai

Plant Growth Inhibitor. Etilen dapat bekerja sebagai promoter sekaligus inhibitor

bagi tumbuhan pada konsentrasi tertentu (Anonim 2007).

Plant Growth Promoter (Zat Pendukung Tumbuh Tanaman)

Plant Growth Promoter adalah substansi yang mampu mendukung

(20)

4

telah dilaporkan mampu memberikan beberapa dampak positif pada tanaman kapas, seperti : peningkatan perkecambahan benih, perkembangan akar, mobilisasi dan translokasi hara, pendewasaan, resistensi terhadap penyakit, dan peningkatan hasil serta kualitas panen (Clouse dan Jenneth 1998).

Tabel 1 Bentuk dan peranan beberapa Plant Growth Promoter terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Anonim 2007)

Kelas

Pemanjangan sel, inisiasi akar adventif, dominasi tunas membran sel, dan diferensiasi xilem.

Plant Growth Promoter dilaporkan dapat menstimulasi peningkatan hasil

tanaman bayam cabutan (Amarathus tricolor L.) pada konsentrasi Dharmasari 5 EC sebesar 0.10 ml/L air. Aplikasi growth promoter juga mampu meningkatkan bobot kering oven bibit kakao hingga 20.56%, menggunakan Atonik dengan konsentrasi optimum sebesar 1 ml/L. Kombinasi beberapa jenis growth promoter

seperti 2,4-D, kitenin, dan 24-epibrasinolida memicu peningkatan pembelahan dan diferensiasi protoplasma pada kubis cina dan petunia dengan mekanisme akselerasi dari regenerasi dinding sel sebelum proses pembelahan sel berlangsung. Efektivitas penggunaan PGP dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi: cara aplikasi (pasta, larutan, tepung, dan penyemprotan), konsentrasi PGP, serta waktu pemberian. Plant Growth Promoter hanya efektif pada jumlah tertentu. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak atau menghambat perumbuhan tanaman, seperti pembelahan sel dan kalus yang tak terkendali serta pencegahan tunas dan akar untuk tumbuh. Akan tetapi, pemberian konsentrasi growth

promoter di bawah batas optimum menjadi tidak efektif dan efisien

(Winten 2009).

Oligochitosan (Chitosan Teriradiasi)

Chitosan adalah polisakarida linier yang terbentuk dari chitin, komponen

(21)

5

molekuler yang beraneka ragam, seperti : primer, struktur tak beraturan, kristalin, dan semi-kristalin (Sorlier et al. 2001). Beberapa tahun belakangan ini, chitosan

telah diakui sebagai produk yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti: pelapis benih, agen pengkhelat, plant growth promoter, dan lain sebagainya. Chitosan dilaporkan memiliki berbagai macam fungsi biologis, seperti anti-mikrob yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa patogen.

Pemberian Chitosan pada tanaman dapat memberikan efek positif sebagai

growth promoter dengan penyediaan senyawa amino, walaupun mekanisme dari

interaksi tersebut belum diketahui secara pasti. Chitosan dapat menstimulasi tahap pertumbuhan awal parameter tinggi tanaman, luas area daun, dan bobot kering tanaman pada selada, kedelai, serta padi dataran tinggi. Peningkatan kandungan nitrogen dan klorofil pada daun cowpea yang diberikan Chitosan juga ditemukan dan mungkin disebabkan oleh komponen amino yang terdapat di dalam Chitosan

(El-Tahany et al. 2012). Menurut Mawgoud et al. (2010), efektivitas aplikasi

Chitosan ditentukan oleh bobot molekul dan jenis tanamannya. Pemberian

Chitosan pada tanaman strawberry dengan konsentrasi 2 ml/L dengan interval

penyemprotan selama 1 bulan sekali, dilaporkan meningkatkan luas area daun, jumlah buah, bobot buah, dan kandungan gula pada buah.

Isolasi Chitosan yang berasal dari limbah cangkang/kulit crustacea dimulai dengan mengisolasi Chitin terlebih dahulu. Chitin yang telah diperoleh selanjutnya ditransformasikan menjadi Chitosan melalui proses yang dinamakan deasetilasi (Srijanto et al. 2006). Polisakarida seperti Chitosan dapat dengan mudah didegradasi dengan menggunakan iradiasi. Keuntungan utama dari proses iradiasi polisakarida adalah : (1) reaksi degradasi dapat dilakukan pada suhu ruang, (2) polisakarida yang terdegradasi dapat langsung digunakan tanpa dilakukan pemurnian, (3) kemudahan dalam mengontrol semua proses radiasi yang berlangsung, dan (4) aplikasi hasil iradiasi yang dapat diterapkan secara luas. Proses iradiasi dapat mengubah bobot molekul, sifat hidrofilik dan mekanik dari

Chitosan. Proses radiasi juga memberikan metode yang mudah dan cepat dalam

mendegradasi Chitosan untuk penggunaan tertentu. Chitosan yang telah mengalami radiasi atau disebut juga Oligochitosan, diperoleh dari irradiasi dengan Co-60 sebagai sumber sinar gamma (Tamikazu 2006).

Oligochitosan merupakan gula amino dengan bobot molekul rendah dengan

derajat depolimerisasi 20.3 dan memiliki berat molekul rataan sekitar 2.000 g/mol.

Oligochitosan merupakan campuran oligomer dari D-glukosamin yang terbentuk

melalui proses depolimerisasi Chitosan dengan memutus ikatan β-glikosidik. Bobot molekul yang rendah dari Oligochitosan tersebut akan menyebabkan sifat kelarutan yang semakin besar (Srijanto et al. 2006). Oligochitosan dapat menginduksi berbagai aktivitas biologis seperti Plant Growth Promoter, anti-mikrob, induksi fitoaleksin dan meniadakan efek logam berat yang dapat menyebabkan stres pada tanaman (Rekso 2005).

(22)

6

Rekso (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat 46.4% dan bobot kering tanaman meningkat 96% dibandingkan kontrol pada konsentrasi 50 ppm, volume semprot 300 L/ha, dan frekuensi penyemprotan tiga kali seminggu.

Vitazyme

Vitazyme merupakan konsentrat cair yang berasal dari tumbuhan dan hasil

sintesis secara hayati. Vitazyme mengandung aktivator hayati hasil dari proses fermentasi yang terdiri atas vitamin, enzim, dan plant growth promoter seperti brasinosteroid, triakontanol, dan forfirin. Produk ini memperbaiki kondisi tanah dengan menggiatkan populasi predator alami, fiksasi nitrogen secara intensif dan menstimulasi kondisi mikrob di rizosfer agar menghasilkan faktor pertumbuhan bagi tanaman. Selain itu, Vitazyme dapat memperbaiki struktur dan porisitas tanah melalui produksi polisakarida, sintesis glomalin, peningkatan massa akar, dan penggiat aktivitas mikoriza.

Berdasarkan komposisi bahan penyusunnya, Vitazyme dapat menstimulasi simbiosis di daerah rizosfer atau perakaran. Mekanisme tersebut dipicu oleh kandungan serupa metabolit yang mampu mendorong proses fotosintesis berjalan dengan lebih aktif. Perbaikan proses fotosintesis akan meningkatkan pembentukan senyawa karbon seperti karbohidrat, protein dan substansi pertumbuhan lainnya sehingga perkembangan tanaman, terutama perakaran dan eksudat akar akan bertambah. Oleh karena itu, hal ini akan memicu bertambahnya populasi mikrob menguntungkan disekitar zona perakaran dan terjadilah stimulasi simbiosis tanaman dengan mikrob lokal.

Vitazyme memungkinkan tanaman untuk mengekspresikan potensi

genetiknya dengan mengurangi tekanan faktor luar. Vitazyme harus digunakan dalam sistem pengelolaan tanaman lengkap dan terintegrasi, sehingga memungkinkan tanaman untuk tumbuh dengan baik dan meningkatkan produktivitas (Syltie 1998). Uji efektivitas Vitazyme pada berbagai komoditas diketahui mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengujian

Vitazyme yang dilakukan pada tanaman padi serta jagung dengan konsentrasi

1 Liter/ha disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

(23)

7

Tabel 3 Uji efektivitas Vitazyme di berbagai negara pada tanaman jagung tahun 2004-2009 (Anonim 2009)

Berdasarkan penelitian pada Tabel 2, Vitazyme mampu meningkatkan hasil panen padi rata-rata hingga 14.86% dibandingkan dengan kontrol. Tabel 3 juga menyajikan peningkatan hasil panen jagung melalui aplikasi Vitazyme hingga 20.43% dibandingkan dengan kontrol (Anonim 2009). Selain padi dan jagung, uji efektivitas Vitazyme juga dilaksanakan pada tanaman pakchoy dengan dosis yang berbeda-beda, yakni 0.5-1.5 kali dosis yang dianjurkan (1 dosis Vitazyme yang dianjurkan adalah 2.5 liter/ha dengan volume semprot 500 liter/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 0.5-1.5 dosis Vitazyme menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan produksi pakchoy yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (Sugiyanta dan Amilia 2011).

Biofertilizer (Pupuk Hayati)

Pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikrob tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati juga dapat didefisnisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Penyediaan hara ini terjadi melalui hubungan simbiotik dengan tanaman tertentu maupun secara nonsimbiotik (Suriadikarta dan Simanungkalit 2006).

(24)

8

organik. Lain halnya dengan mekanisme secara tidak langsung, seperti penurunan atau pencegahan dari efek yang tidak diinginkan oleh mikrob patogenik melalui sintesis antibiotik dan siderofor (Rodriduez dan Fraga 1999).

Menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006), pupuk hayati mampu meningkatkan efisiensi serapan hara, memperbaiki pertumbuhan dan hasil serta meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk hayati juga berperan dalam memengaruhi ketersediaan unsur hara makro dan mikro, kinerja sistem enzim, meningkatkan metabolisme, pertumbuhan dan hasil tanaman. Teknologi pupuk hayati kedepannya memiliki prospek yang menjanjikan, disamping pengaruhnya yang nyata dalam meningkatkan produktivitas tanaman juga lebih ramah lingkungan.

Penelitian yang dilakukan di Vietnam oleh Hien et al. (2002), menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati dengan inokulan bakteri penambat nitrogen, pelarut fosfat, serta penghasil toksin ekstraselular pada tanaman padi dapat memberikan efek positif bagi pertumbuhan vegetatif berupa peningkatan tinggi tanaman dan bobot kering anakan. Parameter ketika panen berupa bobot 1000 butir, dipengaruhi secara langsung dengan peningkatan dosis pupuk hayati yang digunakan dari 0 kg/ha hingga 444 kg/ha. Produksi padi meningkat signifikan sebesar 553 kg/ha atau 9.9% dibandingkan kontrol, dengan dosis pupuk hayati optimum sebesar 111 kg/ha.

Mikrob Inokulan pada Biofertilizer

Azotobacter

Azotobacter adalah bakteri gram negatif, pleomorphic, dengan ukuran

berkisar antara 2-10x1-2.5mm. Spesies-spesies Azotobacter yang telah dikenal antara lain : A. chrococcum, A. beijerinckii, A. paspali, A. vinelandii, A. agilis, A.

insiginis dan A. macrocytogenes. Azotobacter mampu menghasilkan beberapa

jenis polisakarida, serta bersifat motil dengan bentuk flagella peritrikus. Bakteri ini menggunakan senyawa karbon dalam proses metabolismenya, dan memerlukan kalsium dalam memproduksi thiamin, riboflavin, nikotin, IAA serta giberelin. Populasi Azotobacter pada rhizosfer dipegaruhi oleh : pH, ketersediaan P, Ca atau unsur mikro, ketersediaan humus, kelarutan senyawa toksik dan intensitas pengolahan tanah yang terkait langsung dengan ketersediaan oksigen.

Azotobacter mampu menfiksasi nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi,

bervariasi antara 2-15 mg nitrogen/gram sumber karbon yang digunakan, meskipun hasil yang lebih tinggi seringkali dilaporkan. Kemampuan Azotobacter

dalam menambat nitrogen bebas dan mengubahnya ke dalam bentuk ammonia, memerlukan kompleks enzim nitrogenase. Diversitas enzim nitrogenase dan kecepatan metabolisme yang ekstrem membuat bakteri tersebut mampu menambat nitrogen pada kondisi aerob, sementara bakteri penambat nitrogen yang lainnya hanya memproduksi satu jenis nitrogenase memerlukan kondisi anaerob hingga mikroaerofilik untuk mendukung proses tersebut. Hal ini menjadikan Azotobacter

cocok dalam aplikasi pertanian (Chien et al. 2000).

Azotobacter dapat meningkatkan biomassa akar dengan mekanisme

(25)

9

digunakan oleh mikroba untuk menghasilkan IAA. Inokulasi Azotobacter pada padi diketahui mampu meningkatkan bobot kering tanaman, gabah kering panen, dan akumulasi nitrogen sebanyak 6 hingga 24%. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan panjang akar, luas area permukaan daun dan kandungan klorofil daun tanaman padi. Sementara itu, aplikasi Azotobacter pada tanaman okra dapat meningkatkan biomassa, panjang dan diameter batang. Penggunaan Azotobacter

sangat efektif dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, komponen hasil, dan kandungan hara di dalam tanaman (Shaheen et al. 2007).

Azospirillum

Azospirillum tergolong ke dalam kelas α-proteobakteria dan memiliki

asosiasi terhadap perakaran tanaman dalam proses fiksasi nitrogen, terutama pada tanaman C4. Bakteri ini termasuk gram negatif dan menambat nitrogen pada konsentrasi oksigen terlarut rendah dengan menggunakan oksidase terminal berafinitas tinggi (mikroaerofilik). Genus Azospirillum terdiri atas 5 (lima) spesies, yaitu : A. lipoferum, A. brasiliense, A. amazonense, A. halopraferans, dan

A. irakense. Penambatan nitrogen bebas oleh Azospirillum dipicu oleh adanya

enzim nitrogenase. Enzim ini pada A. lipoferum dan A. brasiliense, terdiri dari komponen nitrogenase (protein MoFe) dengan reduktase (protein Fe) yang bersifat inaktif berserta aktivator enzimnya (Hanafiah 2005).

Inokulasi benih dengan Azospirillum dapat meningkatkan pembentukan lamella pada bagan dasar rambut akar atau pada area longitudinal diantara sel epidermis. Kolonisasi bakteri ini menghasilkan peningkatan pada jumlah, panjang, dan densitas rambut akar yang berkorelasi erat dengan pelepasan fitohormon oleh bakteri (Patriquin et al. 1983). Hasil penelitian Kannan dan Ponmurugan (2010), inokulasi Azospirillum pada benih padi dapat meningkatkan presentase perkecambahan 10-20% apabila dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, bobot basah dan bobot kering akar serta batang padi meningkat, seiring peningkatan panjang dan luas permukaan akar yang lebih intensif. Efek positif

Azospirillum terhadap sistem perakaran disebabkan oleh hormon pertumbuhan

yang dihasilkan oleh bakteri serta aktivitas fiksasi nitrogen.

Tingkat fotosintesis netto, kandungan klorofil, karotenoid, protein dan gula terlarut mengalami peningkatan pada tanaman yang diinokulasi oleh Azospirillum.

Sementara itu, pada ekstrak akar gandum yang diinokulasi dengan Azospirillum

mengindikasikan adanya hidrolisis lamella tengah akibat kolonialisasi bakteri tanpa menyebabkan kerusakan sel. Perubahan struktur lamella tengah mampu mempercepat penyerapan air dan mineral oleh akar yang nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil panen dan bobot kering dari bahan tanaman (Kapulnik et al. 1984).

Mikrob Pelarut Fosfat

Mikrob pelarut fosfat merupakan golongan mikrob yang berperan dalam melarutkan fosfat inorganik/organik yang tidak tersedia bagi tanaman menjadi senyawa fosfat yang tersedia bagi tanaman. Mikrob pelarut fosfat mencakup golongan bakteri (Pseudomonas, Bacillus, Micrococcus, Flavobacterium,

Rhizobium, Bradyrhizobium, Enterobacter, dan Synechocystis) serta fungi

(26)

10

Selain bakteri dan fungi, beberapa genus sianobakter dan aktinomisetes juga mampu melarutkan P tak tersedia di dalam tanah (Hanafiah 2005).

Mekanisme pelarutan P oleh mikrob pelarut fosfat berhubungan dengan pelepasan asam organik berbobot molekul rendah, yakni berupa grup hidroksil dan karboksil. Asam organik yang dihasilkan mampu mengkhelat kation yang mengikat fosfat di dalam tanah dan menurunkan pH tanah, sehingga memecahkan ikatan pada beberapa bentuk senyawa fosfat. Ikatan yang terlepas tersebut akan meningkatkan ketersediaan fosfat di dalam larutan tanah. Pelarutan fosfat merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti nutrisi, fisiologi dan kondisi pertumbuhan dari inokulan tersebut.

Aktivitas mikrob pelarut fosfat dalam menghasilkan asam organik berbobot molekul rendah juga dilaporkan dapat mengurangi toksisitas Al yang dapat dipertukarkan (Al-dd) pada tanaman kapas. Mikrob pelarut fosfat juga dapat menghasilkan metabolit seperti fitohormon, antibiotik, dan siderofor. Penggunaan mikrob pelarut fosfat dikatakan mampu meningkatkan produksi selada hingga 25% (50% pupuk anorganik + inokulan mikrob pelarut fosfat) apabila dibandingkan dengan penggunaan 100 % pupuk anorganik (Chen 2006).

Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat dengan iklim tropis hingga subtropik. Padi termasuk ke dalam famili Graminae

(Poaceae) yang terdi atas dua subspesies, yaitu Indica dan Sinica. Padi dapat

dibedakan menjadi dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah (Anonim 1997).

Batang padi tersusun atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Ruas-ruas pada batang padi akan memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki fase reproduktif. Daun dan anakan padi tumbuh pada buku. Jumlah buku sama dengan jumlah daun ditambah dua, yakni satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan buku yang lainnya menjadi dasar malai (Makarim dan Suhartatik 2009).

Pertumbuhan tanaman padi terdiri atas tiga fase yang berbeda meliputi fase vegetatif, fase reproduktif dan fase pematangan. Fase vegetatif dimulai dari pertumbuhan tanaman berupa perkecambahan benih hingga inisiasi primodia malai. Perbedaan masa pertumbuhan tanaman padi ditentukan oleh perubahan panjang waktu fase vegetatif. Perkembangan akar sekunder, pertambahan tinggi tanaman, pembentukan anakan, serta pertumbuhan daun secara regular terjadi selama fase vegetatif (Anonim 1997).

(27)

11

Fase reproduktif pada tanaman padi terdiri atas tahapan pembentukan malai sampai bunting, heading (keluarnya bunga atau malai), dan pembungaan

(anthesis). Apabila pembungaan telah berlangsung, padi kemudian menuju ke fase

(28)

12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga November 2012. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat yang berbeda. Lokasi pertama bertempat di Kampung Pasar Rebo, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, berupa penelitian pot dan penelitian lapang. Lokasi kedua berada di Desa Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor berupa penelitian lapang. Penelitian laboratorium dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Balai Penelitian Tanah dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah padi varietas Ciherang, pupuk anorganik berupa urea, KCl dan SP-36 (Hasil analisis disajikan pada Lampiran 1),

Oligochitosan yang berasal dari BATAN (Lampiran 2) dan Jepang, Biofertilizer

Azozo (Lampiran 3), dan Vitazyme (Lampiran 4). Media untuk perbanyakan dan

Biofertilizer Azozo menggandung isolat mikrob koleksi Prof. Iswandi Anas

berupa Azospirillum, Azotobacter (TT 58), bakteri pelarut fosfat (BPF 9) dan fungi pelarut fosfat (FPF 4). Perbanyakan isolat dilakukan di dalam media cair

Nutrient Broth bagi Azospirillum, Azotobacter, dan bakteri pelarut fosfat. Fungi

pelarut fosfat diperbanyak pada media Pikovskaya cair. Isolat kemudian dikocok selama 7 hari untuk menumbuhkan dan memberikan aerasi pada mikrob di dalamnya.

(29)

13

volume total carrier. Pengujian populasi mikrob dilakukan satu minggu setelah inokulasi pada bahan pembawa.

Pelaksanaan Penelitian Pot

Penelitian pot dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan tujuh perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat 28 satuan percobaan. Media tanam untuk penelitian pot berasal dari lahan penelitian lapang di Desa Cihideung Udik. Tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm, kemudian dilakukan pengeringan udara, pengayakan, dan penetapan kadar air. Tanah yang digunakan untuk masing-masing pot penelitian adalah sebanyak 10 kg/pot (BKM) atau sebesar 13.06 kg/pot (BKU).

Penanaman pada penelitian pot diawali dengan tahap persiapan berupa seleksi, perendaman, pemeraman dan penyemaian benih. Seleksi benih dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam air garam 10%. Benih yang tenggelam adalah benih yang akan disemai. Benih selanjutnya dicuci dan direndam selama satu malam. Benih yang telah direndam kemudian ditiriskan dan diperam selama dua malam hingga berkecambah. Penyemaian benih untuk penelitian dilakukan pada nampan.

Penyemaian benih dilakukan hingga benih berumur 10 hari. Benih yang telah tumbuh kemudian ditransplantasikan dengan posisi akar horizontal sedalam 2 cm dari permukaan tanah sebanyak satu bibit untuk masing-masing pot. Pengairan diatur hingga tanah mencapai kondisi macak-macak (lembab) dan tidak tergenang dengan membuat lubang pada batas bagian atas tanah di dalam pot. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma, penggemburan tanah secara berkala, dan penyemprotan pestisida nabati untuk mengendalikan serangan hama. Pemberian Oligochitosan dan Vitazyme selama fase vegetatif dilakukan dengan penyemprotan (foliar application), dengan volume semprot 6.6 ml/pot. Aplikasi pupuk anorganik serta Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer untuk setiap perlakuan adalah sebagai berikut :

1 NPK 100%

Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk anorganik berupa urea, SP-36, dan KCl dengan dosis 200 ppm N, 100 ppm P, dan 100 ppm K yang kemudian dikonversi ke dalam satuan gram/pot (Lampiran 5). Aplikasi SP-36 diberikan sekali dengan cara mencampurkan setengah bagian tanah di dalam pot dengan pupuk sebelum tanam. Sementara itu pemberian urea dan KCl dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum tanam dan pada minggu ke-5 setelah tanam.

2 NPK 50%

Takaran pupuk anorganik yang diberikan adalah sebesar setengah dosis dari perlakuan NPK 100%, sehingga dosisnya menjadi 100 ppm N, 50 ppm P dan 50 ppm K.

3 NPK 50% + Oligochitosan (Jepang)

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%, akan tetapi ditambahkan aplikasi Oligochitosan yang berasal dari Jepang.

(30)

14

benih; 20 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-4; dan 30 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-8.

4 NPK 50% + Biofertilizer Azozo

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%, akan tetapi ditambahkan Biofertilizer Azozo dengan dosis 50 kg/ha. Aplikasi

Biofertilizer Azozo dilakukan saat transplantasi dengan pencelupan akar bibit ke

dalam larutan Biofertilizer Azozo. Larutan tersebut merupakan pencampuran antara Biofertilizer Azozo dengan Aquadest pada perbandingan 2:1.

5 NPK 50% + Biofertilizer Azozo + Oligochitosan (Jepang)

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%. Pemberian Oligochitosan Jepang dan Biofertilizer Azozo dilakukan sesuai dengan waktu aplikasi masing-masing.

6 NPK 50% + Oligochitosan (BATAN)

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%, akan tetapi ditambahkan aplikasi Oligochitosan yang berasal dari BATAN (Badan Atom Nasional). Oligochitosan BATAN diberikan dengan konsentrasi 10 ppm untuk perendaman benih; 20 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-4; dan 30 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-8.

7 NPK 50% + Vitazyme

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%, akan tetapi ditambahkan aplikasi Vitazyme dengan konsentrasi 5% untuk perendaman benih. Konsentrasi sebesar 1% digunakan untuk penyemprotan pada minggu ke-4 dan ke-8.

Pelaksanaan Penelitian Lapang

Penelitian lapang dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan empat perlakuan. Perlakuan pada penelitian lapang di Desa Cihideung Udik diulang sebanyak empat kali, sehingga terdiri atas 16 petak yang masing-masing berukuran 4 m x 5 m. Sementara itu, penelitian lapang di Desa Situ Gede diulang sebanyak dua kali, sehingga terdiri atas 8 petak dengan ukuran masing-masing 5 m x 6 m. Persiapan lahan penelitian meliputi pengolahan tanah berupa pembajakan, pembalikan tanah, dan pelumpuran.

Penanaman pada penelitian lapang diawali dengan tahap persiapan berupa seleksi, perendaman, pemeraman dan penyemaian benih. Seleksi benih dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam air garam 10%. Benih yang tenggelam adalah benih yang akan disemai. Benih selanjutnya dicuci dan direndam selama satu malam. Benih yang telah direndam kemudian ditiriskan dan diperam selama dua malam hingga berkecambah. Penyemaian benih untuk penelitian dilakukan pada nampan.

(31)

15

dan tidak tergenang. Lain halnya dengan penelitian di Desa Situ Gede yang menggunakan bibit berumur 15 hari dan sistem budidaya konvensional. Jarak tanam adalah 25 x 25 cm sebanyak 3 bibit untuk setiap lubang tanam. Pengairan pada lahan diatur hingga tanah mengalami penggenangan kontinu dengan ketinggian sekitar 5 cm.

Gambar 1 Tata letak petak penelitian lapang di Desa Cihideung Udik

Gambar 2 Tata letak petak penelitian lapang di Desa Situ Gede

(32)

16

1 NPK 100%

Penelitian di Desa Cihideung Udik menggunakan pupuk anorganik dengan dosis 300 kg urea/ha, 150 kg SP-36/ha, dan 200 kg KCl/ha; sedangkan di Desa Situ Gede menggunakan dosis 150 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan 100 kg KCl/ha. Dosis ini kemudian dikonversi ke dalam satuan gram/petak (Lampiran 6 dan 7). Aplikasi Urea dan KCl dilakukan sebanyak 2 tahap (pada saat tanam dan minggu ke-5 setelah tanam) dengan pemberian 50% dosis setiap aplikasinya. Pemberian pupuk SP-36 dilakukan satu kali dengan dosis 100% pada saat tanam.

2 NPK 50%

Takaran pupuk anorganik yang diberikan adalah sebesar setengah dosis dari perlakuan NPK 100%, Dosis pupuk anorganik yang diberikan untuk penelitian di Desa Cihideung Udik adalah 150 kg urea/ha, 75 kg SP-36/ha, dan 100 kg KCl/ha. Dosis pupuk anorganik yang diberikan untuk penelitian di Desa Situ Gede adalah 75 kg urea/ha, 50 kg SP-36/ha, dan 50 kg KCl/ha.

3 NPK 50% + Oligochitosan (Jepang)

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%, akan tetapi ditambahkan aplikasi Oligochitosan yang berasal dari Jepang. Aplikasi

Oligochitosan Jepang di Desa Cihideung Udik diberikan dengan konsentrasi 10

ppm untuk perendaman benih; 20 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-4; dan 30 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-8. Penelitian di Desa Situ Gede menggunakan Oligochitosan Jepang dengan konsentrasi 10 ppm untuk perendaman benih, serta 100 ppm untuk penyemprotan pada minggu ke-4 dan ke-8.

4 NPK 50% + BiofertilizerAzozo

Takaran pupuk anorganik yang diberikan sama dengan pelakuan NPK 50%, akan tetapi ditambahkan Biofertilizer Azozo dengan dosis 50 kg/ha. Aplikasi

Biofertilizer Azozo dilakukan saat transplantasi dengan pencelupan akar bibit ke

dalam larutan Biofertilizer Azozo. Larutan tersebut merupakan pencampuran antara Biofertilizer Azozo dengan Aquadest pada perbandingan 2:1.

Penetapan Variabel Pertumbuhan, Variabel Produksi, dan Komponen Hasil

Penetapan variabel pertumbuhan dilaksanakan melalui pengamatan parameter tinggi tanaman dan jumlah anakan. Tinggi tanaman dan jumlah anakan diamati setiap dua minggu mulai umur 2-8 MST pada penelitian pot dan lapang di Desa Cihideung Udik. Sementara itu, pengamatan parameter ini di Desa Situ Gede dilaksanakan setiap empat minggu sekali pada umur 4 dan 8 MST.

(33)

17

2.5 m. Pengamatan tersebut terdiri atas : bobot gabah kering panen ubinan, bobot gabah kering giling ubinan, bobot gabah isi ubinan, dan presentase gabah hampa ubinan yang seluruhnya dikonversi ke dalam satuan ton/ha.

Penetapan komponen hasil penelitian lapang di Desa Situ Gede juga dilakukan pada 5 tanaman contoh, yaitu pengamatan jumlah anakan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi, dan presentase gabah hampa. Selanjutnya, dilakukan penetapan variabel produksi dengan membuat ubinan seluas 2.5 x 2.5 m. Pengamatan ubinan terdiri atas : bobot gabah kering panen ubinan, bobot gabah kering giling ubinan, bobot gabah isi ubinan, dan presentase gabah hampa ubinan yang seluruhnya dikonversi ke dalam satuan ton/ha.

Analisis Data

Analisis statistik untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan menggunakan uji ANOVA dan apabila hasil berpengaruh nyata, selanjutnya akan dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji

wilayah Duncan pada taraf α = 5%.

Analisis Tanah

Analisis tanah digunakan untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah yang terdiri atas analisis sifat kimia tanah dan sifat fisika tanah. Analisis tanah dilakukan sebanyak satu kali, yaitu pada saat sebelum tanam. Pengambilan tanah di lapang dilakukan secara komposit setelah pembuatan petak penelitian selesai. Contoh tanah diambil dari lima titik yang berbeda pada setiap petak dengan kedalaman 0-20 cm. Hal tersebut dilakukan agar tanah yang didapatkan bersifat homogen dalam satu petak percobaan. Hasil analisis awal sifat kimia tanah di Desa Cihideung Udik dan Desa Situ Gede disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4 Analisis awal sifat kimia tanah yang digunakan dalam penelitian di Desa Cihideung Udik

Parameter Satuan Hasil Metode pH H2O (1:5) - 5.40 -

pH KCl (1:5) - 4.30 -

C-organik % 1.54 Walkley & Black P-total ppm 44.60 HCl 25% K-total ppm 83.00 HCl 25% Si-tersedia ppm 19.10 Buffer Asam Asetat

NH4 ppm 57.90 1 N KCl

NO3 ppm 15.20 0.01 M CaCl

(34)

18

Tabel 5 Analisis awal sifat kimia dan fisik tanah yang digunakan dalam penelitian di Desa Situ Gede

Parameter Satuan Hasil Metode

pH - 5.70 H2O (1:1)

C-organik % 1.68 Walkley & Black N-total % 0.15 Kjeldahl P-tersedia ppm 5.8 Bray I

Ca-dd me/100 g 10.83 N NH4OAc pH 7.0

Mg-dd me/100 g 3.35 N NH4OAc pH 7.0

K-dd me/100 g 0.35 N NH4OAc pH 7.0

Na-dd me/100 g 0.94 N NH4OAc pH 7.0

KTK me/100 g 19.39 N NH4OAc pH 7.0

KB % 79.78 Jumlah Basa-Basa Al-dd me/100 g tr N KCl

H-dd me/100 g 0.20 N KCl Fe-tersedia ppm 7.33 0.05 N HCl Cu-tersedia ppm 1.22 0.05 N HCl Zn-tersedia ppm 6.19 0.05 N HCl Mn-tersedia ppm 155.13 0.05 N HCl

Tekstur

% Pasir 10.05 Penyaringan % Debu 38.75 Pipet % Liat 51.20 Pipet

a

(35)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan Produksi Padi di Desa Cihideung Udik

Hasil Penelitian Pot

Tinggi Tanaman. Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman padi (Lampiran 8) menunjukkan bahwa aplikasi Oligochitosan, Vitazyme, dan

Biofertilizer tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4 dan

8 MST. Tinggi tanaman padi yang nyata berbeda berdasarkan uji lanjut Duncan hanya ditemukan pada minggu ke-6 setelah tanam (Tabel 6). Hal ini disebabkan oleh fase vegetatif maksimum tanaman yang dimulai pada umur 6 MST.

Tabel 6 Pengaruh Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer terhadap tinggi padi umur 2-8 MST pada pot

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan

Jumlah Anakan per Rumpun. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa aplikasi Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun padi umur 2-8 MST (Lampiran 9).

Tabel 7 Pengaruh Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan per rumpun umur 2-8 MST pada pot

Perlakuan Jumlah Anakan

(36)

20 disebabkan oleh kandungan hara yang diberikan pada perlakuan NPK 50% belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

Jumlah Anakan Produktif. Aplikasi Oligochitosan, Vitazyme, dan

Biofertilizer nyata berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif padi

berdasarkan uji lanjut Duncan yang disajikan pada Tabel 8. Perlakuan NPK 100% memberikan jumlah anakan produktif paling tinggi, sementara NPK 50% memiliki jumlah anakan produktif paling rendah.

Tabel 8 Pengaruh Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer terhadap jumlah

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan

Produksi. Hasil analisis ragam (Lampiran 10) memperlihatkan bahwa pemberian Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer berpengaruh nyata terhadap variabel produksi padi. Uji lanjut Duncan terhadap variabel produksi (Tabel 9), diketahui bahwa aplikasi NPK 50% yang dikombinasikan dengan Oligochitosan,

Vitazyme, dan Biofertilizer serta perlakuan NPK 100% berpengaruh nyata

terhadap bobot gabah kering panen dan bobot gabah isi. Peningkatan hasil pada perlakuan ini juga diperoleh dibandingkan dengan penggunaan NPK 50% saja. Kombinasi perlakuan tersebut mampu menghasilkan angka produksi padi yang relatif sama dengan penggunaan dosis NPK 100%. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer dapat meningkatkan efisiensi pengambilan hara oleh tanaman melebihi pemberian pupuk NPK 100%. Kenaikan produksi padi pada perlakuan kombinasi memperlihatkan adanya efisiensi pengambilan hara tanaman, sementara di lain pihak perlakuan kombinasi tersebut diberikan dosis hara makro yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan NPK 100%.

(37)

21

berdampak pada peningkatan presentase gabah hampa yang berakibat pada penurunan hasil panen.

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan

Hasil Penelitian Lapang

Tinggi Tanaman. Hasil analisis ragam (Lampiran 11) memperlihatkan bahwa aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman mulai umur 4 MST hingga 8 MST. Perbedaan tinggi tanaman yang nyata berdasarkan uji lanjut Duncan hanya terjadi pada awal pertumbuhan, yakni 2 MST (Tabel 10). Secara umum seperti disajikan pada Tabel 10, perlakuan NPK 50% + Oligochitosan (J) cenderung memiliki tinggi tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya.

Tabel 10 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap tinggi padi umur 2-8 MST di Desa Cihideung Udik

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan

(38)

22

Secara umum, pertumbuhan maksimum jumlah anakan per rumpun terjadi pada umur 6 MST dan mulai mengalami penurunan di umur 8 MST. Parameter jumlah anakan per rumpun yang dapat diamati dari Tabel 11 pada perlakuan NPK 50% serta NPK 50% + Biofertilizer (A) secara statistik memang tidak berbeda nyata, akan tetapi perlakuan NPK 50% + Biofertilizer (A) cenderung memiliki nilai yang relatif lebih rendah dari perlakuan NPK 50%.

Tabel 11 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan per rumpun umur 2-8 MST di Desa Cihideung Udik

Perlakuan Jumlah Anakan

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan

Jumlah Anakan Produktif. Berdasarkan hasil analisis ragam pada Lampiran 13, menyajikan bahwa aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif padi. Secara umum berdasarkan Tabel 12, perlakuan NPK 50% + Biofertilizer (A) mempunyai jumlah anakan produktif yang lebih tinggi dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.

Tabel 12 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan

Produksi. Pengamatan variabel produksi padi dilakukan dengan membuat ubinan dengan ukuran 2.5 x 2.5 m, yang hasilnya kemudian dikonversi ke dalam satuan ton/ha. Analisis ragam terhadap komponen hasil padi (Lampiran 13), diketahui bahwa aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah kering panen ubinan, bobot gabah kering giling ubinan, dan bobot gabah isi ubinan. Meskipun tidak berpengaruh nyata secara statistik (Tabel 13), tetapi sebagian besar parameter menunjukkan bahwa perlakuan NPK 50% memiliki bobot GKP, GKG, dan gabah isi yang cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan NPK 50% +

Biofertilizer (A) mempunyai presentase gabah hampa yang lebih besar, sehingga

terjadi penurunan angka variabel produksi yang dapat dicapai.

(39)

23

untuk tumbuh dan berproduksi maksimum. Pemberian pupuk NPK hingga dosis 100% adalah berlebih dan tidak diperlukan. Aplikasi pupuk berlebih justru akan meningkatkan presentase gabah hampa yang dihasilkan.

Tabel 13 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap bobot gabah kering panen, gabah kering giling, gabah isi, dan presentase gabah hampa

Pertumbuhan dan Produksi Padi di Desa Situ Gede

Hasil Penelitian Lapang

Tinggi Tanaman. Hasil analisis ragam (Lampiran 14) memperlihatkan bahwa aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur 4 MST dan 8 MST. Meskipun tidak berpengaruh nyata secara statistik, perlakuan NPK 100% memiliki tinggi tanaman yang paling besar pada umur 4 MST dan perlakuan NPK 50% + Oligochitosan (J) pada umur 8 MST (Tabel 14).

Aplikasi Oligochitosan dapat diamati dengan lebih baik pada pengamatan tinggi tanaman tahap kedua (8 MST). Hal ini dikarenakan penyemprotan

Oligochitosan pada tanaman mulai dilaksanakan pada minggu keempat setelah

tanam, sehingga hasil pengamatan akan lebih representatif pada umur 8 MST.

Tabel 14 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap tinggi padi umur

Jumlah Anakan per Rumpun. Analisis ragam data (Analysis of Variance) pada Lampiran 14, menunjukkan bahwa aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer

(40)

24

Jumlah Anakan Produktif. Berdasarkan hasil analisis ragam pada Lampiran 13, memperlihatkan bahwa aplikasi Oligochitosan dan Biofertilizer

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif padi. Jumlah anakan produktif tertinggi dapat ditemukan pada perlakuan NPK 100% (Tabel 15).

Tabel 16 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap jumlah anakan produktif di Desa Situ Gede

Perlakuan Jumlah Anakan Produktif . . . anakan rumpun-1 . . .

NPK 100% 16.13

NPK 50% 14.55

NPK 50% + Oligochitosan (J) 15.30 NPK 50% + Biofertilizer (A) 15.20

Produksi. Penetapan komponen hasil padi dilakukan melalui pengamatan pada 20 tanaman contoh. Sementara itu, pengamatan variabel produksi padi diterapkan dengan membuat ubinan dengan ukuran 2.5 m x 2.5 m untuk setiap satuan percobaan. Hasil analisis ragam terhadap komponen hasil padi di Desa Situ Gede ditunjukkan oleh Lampiran 15.

Tabel 17 menyajikan hasil analisis Uji Lanjut Duncan terhadap komponen hasil padi. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa aplikasi Oligochitosan dan

Biofertilizer berpengaruh nyata hanya pada parameter panjang malai padi.

Tabel 17 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap panjang malai, jumlah gabah per malai, gabah isi, presentase gabah hampa, dan bobot seribu butir gabah di Desa Situ Gede

Perlakuan

(41)

25

Tabel 18 Pengaruh Oligochitosan dan Biofertilizer terhadap bobot gabah kering panen, gabah kering giling, gabah isi, dan presentase gabah hampa nyata secara statistik, tetapi seluruh parameter menunjukkan bahwa perlakuan NPK 50% + Oligochitosan (J) memiliki hasil yang cenderung lebih tinggi,

sementara NPK 50% memiliki hasil yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.

Pembahasan

(42)

26

transpirasi melalui stomata, transportasi asimilat, dan mengatasi stres tanaman akibat kekurangan air pada tingkat tertentu.

Aplikasi Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer pada penelitian pot yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 50% berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, dan variabel produksi. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai senyawa tersebut mampu meningkatkan efisiensi pengambilan hara oleh tanaman. Efisiensi pengambilan hara pada perlakuan NPK 50% yang dikombinasikan dengan Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer

ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan NPK 100%. Efisiensi yang lebih tinggi diperoleh karena aplikasi hara makro yang diberikan lebih sedikit, tetapi mampu memberikan produksi yang hampir setara dengan penggunaan dosis NPK 100%.

Peningkatan pertumbuhan dan produksi padi pada penelitian pot diduga disebabkan oleh peranan Oligochitosan, Vitazyme, dan Biofertilizer yang terlibat di dalam metabolisme tanaman. Oligochitosan merupakan salah satu bentuk

polisakarida yang terdiri atas β-(1-4)-D-glukosamin dan N-asetil-D-glukosamin, yang diketahui berfungsi sebagai sinyal biologis di dalam sel. Oligosakarida, seperti chito-oligosakarida yang terdapat pada Oligochitosan mampu menginduksi dan mengatur mekanisme pertahanan, simbiosis, dan proses perkembangan tumbuhan (Dzung 2010). Oligochitosan juga mengandung plant growth promoter

berupa giberelin, IAA, dan zeatin yang diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan densitas perakaran (Rekso 2005). Menurut Mawgoud

et al. (2010) Oligochitosan diketahui dapat meningkatkan jumlah daun,

kandungan klorofil dan ketersediaan asam amino bagi tanaman. Ketiga faktor tersebut berkontribusi dalam memacu proses fotosintesis, sehingga kenaikan produksi dan bobot kering tanaman dapat dicapai.

Sementara itu, brasinosteroid yang dikandung oleh Vitazyme adalah salah satu jenis plant growth promoter yang dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres, pembentukan protein serta asam nukleat, dan resistensi terhadap penyakit. Brasinosteroid juga dapat memacu proses fotosintesis, sehingga kenaikan hasil panen dapat dicapai. Selain brasinosteroid, Vitazyme juga mengandung triakontanol dan porfirin. Triakontanol bermanfaat dalam meningkatkan fiksasi CO2 oleh tanaman. Peningkatan fotosintesis, pengambilan

hara, aktivitas enzim, dan pembelahan sel dapat dipicu dengan paparan triakontanol pada tanaman. Porfirin yang dikandung oleh Vitazyme juga merupakan salah satu substansi penyusun klorofil. Paparan porfirin pada tanaman akan meningkatkan kandungan klorofil pada daun (Syltie 1998).

Biofertilizer yang diaplikasikan dalam penelitian mengandung mikrob

penambat nitrogen berupa Azotobacter dan Azospirillum serta mikrob pelarut fosfat. Menurut Nasahi (2010), Azotobacter mampu menghasilkan nitrogen hingga 10 kg/ha sementara Azospirillum dilaporkan dapat memacu peningkatan hasil pertanian antara 30% sampai 50%. Lain halnya dengan mikrob pelarut fosfat yang mampu mengeluarkan berbagai macam asam organik seperti asam formiat, asetat, propional, laktat, glikolat, fumarat, dan suksinat. Asam-asam organik ini dapat membentuk khelat organik (kompleks stabil) dengan kation Al, Fe atau Ca yang mengikat P, sehingga ion H2PO4- menjadi terbebas dari ikatannya dan

(43)

27

Peranan mikrob dalam mekanisme penyediaan hara melalui fiksasi nitrogen dan peningkatan kelarutan fosfat secara hayati, ternyata hanya mampu memenuhi sedikit kebutuhan hara makro yang perlukan oleh tanaman. Pemenuhan kebutuhan hara yang tidak terlalu besar tersebut memunculkan indikasi bahwa peranan

Biofertilizer terhadap pertumbuhan tanaman tidak terbatas dalam meningkatkan

ketersediaan hara. Akan tetapi juga ditekakan kepada kemampuan mikrob inokulan untuk menghasilkan suatu substansi yang mampu meningkatkan efisiensi penyerapan hara. Salah satu bentuk substansi yang diduga dapat merangsang efisiensi penyerapan hara dan pertumbuhan tanaman adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam bentuk plantgrowth promoter.

Azotobacter menghasilkan berbagai jenis plant growth promoter, seperti :

Indole Acetic Acid (IAA), giberelin, sitokinin, dan dapat menghambat aktivitas

fungistatik. Asam patotenik, tiamin, niasin, dan IAA yang dihasilkan oleh

Azospirillum dapat meningkatkan jumlah bulu akar dan akar lateral sehingga

meningkatkan penyerapan air dan hara dari tanah. Penyerapan hara yang semakin intensif, akan berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dan hasil panen (Kapulnik et al. 1984). Sementara itu, mikrob pelarut fosfat mampu memproduksi auksin, giberelin, dan vitamin dalam menunjang pertumbuhan tanaman (Brahmaprakash dan Pramod 2012).

Penelitian lapang di Desa Cihideung Udik menggunakan sistem budidaya S.R.I. Kondisi tanaman padi pada awal tanam dalam keadaan baik, akan tetapi pada 5 MST mulai menunjukkan gejala terkena penyakit tungro. Penyakit ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan jumlah gabah hampa mengalami kenaikan.

Penelitian lapang di Desa Cihideung Udik memperlihatkan hasil yang tidak nyata terhadap variabel pertumbuhan dan produksi padi. Perlakuan NPK 100% tidak berbeda nyata dengan NPK 50%, sehingga pengaruh aplikasi Oligochitosan

Jepang dan Biofertilizer tidak dapat dievaluasi dengan baik dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Hasil pengamatan yang tidak berbeda nyata antara perlakuan NPK 100% dan NPK 50% diduga karena aplikasi dosis pupuk dasar yang kurang tepat. Pupuk NPK yang digunakan memiliki dosis terlalu tinggi sehingga menyebabkan terganggunya metabolisme tanaman. Menurut Yoshida (1981) pemupukan N dosis tinggi dapat memicu terjadinya sterilisitas, penurunan jumlah gabah isi, penurunan bobot seribu butir, penundaan kematangan gabah, waktu panen yang lebih lama, dan kehilangan hasil panen yang lebih besar. Oleh sebab itu, penggunaan pupuk NPK 50% dirasakan cukup dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tidak memerlukan aplikasi NPK hingga dosis 100%.

Selanjutnya, pengaruh aplikasi Biofertilizer dan Oligochitosan yang tidak dapat dievaluasi dengan baik pada penelitian lapang dapat disebabkan oleh faktor lain selain dosis pemupukan dasar yang kurang tepat. Pemberian Biofertilizer

Gambar

Tabel 1  Bentuk dan peranan beberapa Plant Growth Promoter terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Anonim  2007)
Tabel 2  Uji efektivitas Vitazyme di berbagai negara pada tanaman padi tahun
Tabel 3  Uji efektivitas Vitazyme di berbagai negara pada tanaman jagung tahun 2004-2009 (Anonim  2009)
Gambar 1  Tata letak petak penelitian lapang di Desa Cihideung Udik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel diatas untuk proses perawatan kesehatan oleh petugas Lapas, 7 responden mengatakan perawatan yang dilakukan di poliklinik Lapas sudah sangat baik,

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya tahun 2017 merupakan penjabaran dari Renstra Politeknik Kesehatan Kementerian

Penelitian ini menerapkan metode kualitatif deskriptif yang berbasis pada evaluasi terhadap kondisi eksisting dengan menggunakan parameter kebijakan dalam wujud

pada bahan komposit tersebut rendah, maka tidak akan mampu menahan tekanan yang lebih besar sehingga menyebabkan retakan (cracking). Keretakan juga dapat diakibatkan dari

Pengolahan daging ikan lele adalah salah satu upaya untuk mengubah image masyarakat terhadap ikan lele yaitu dengan mengolahnya menjadi rolade dengan penambahan

Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 Tidak Memberikan Dampak Yang Nyata Terhadap Biaya Total Input Produksi Ayam

Arus kedatangan kapal merupakan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) setiap harinya dari

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis probiotik dan lama inkubasi pada fermentasi batang pisang, begitu