• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 i

KATA PENGANTAR

Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.

Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2012.

Capaian kinerja tahun 2012 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2012 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar.

Laporan kinerja Tahun 2012 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 184 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya.

Jakarta, Januari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan,

(3)

Direktorat Jenderal Perkebunan

II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN ... 5

2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 5

2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2012... 6

2.2.1.Startegi Umum ... 6

2.2.2.Strategi Khusus ... 10

2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan ... 11

2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas ... 12

2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan ... 13

2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan ... 14

2.2.2.5. Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan ... 15

2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia ... 16

2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha ... 17

2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup ... 19

(4)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iii

2.3.1.Target Kinerja Menteri Pertanian

Tahun 2010-2014 ... 20

2.3.2.Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012 21 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 22

2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 22

2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 23

2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 24

III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL ... 26

3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan ... 26

3.1.1.Produk Domestik Bruto (PDB) ... 27

3.1.2.Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan ... 28

3.1.3.Investasi Pembangunan Perkebunan ... 28

3.1.4.Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan . 29 3.1.5.Nilai Ekspor ... 29

3.1.6.Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat 29 3.1.7.Pendapatan Pekebun ... 30

3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan... 30

3.2.1.Luas Areal ... 31

3.2.2.Produksi ... 33

3.2.3.Produktivitas ... 37

IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2012 ... 39

4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 39

4.1.1.Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 40

4.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 .... 42

(5)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iv

4.1.1.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

2010-2014 ... 44 4.1.2.Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja

Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat

Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 45

4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar .. 45

4.1.2.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 46 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN

Tahun 2012 ... 47 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim ... 49 4.1.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 49 4.1.2.2.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 50 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan ... 52 4.1.2.3.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 52 4.1.2.3.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 53 4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan

Usaha ... 55 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana kinerja Tahunan 2012 ... 55 4.1.2.4.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 57 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan ... 58 4.1.2.5.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 58 4.1.2.5.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 59 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan 60 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi

Tanaman Perkebunan (BBP2TP) ... 61 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2012 ... 63

(6)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 v

Kegiatan Utama Tahun 2012 ... 64

4.2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar ... 66

4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim ... 69

4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ... 72

4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan ... 75

4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 78

4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya ... 80

4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ... 83

4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2012 ... 85

4.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP4 ... 98

V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 100

5.1.1. Administrasi ... 100

5.1.2. Teknis ... 101

5.1.2.1. Perencanaan ... 101

5.1.2.2. Pengorganisasian ... 103

5.1.2.3. Pelaksanaan ... 104

5.1.2.4. Pengawasan ... 106

5.2. Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian ... 106

(7)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan

Perkebunan Tahun 2012 ... 27

Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas

Perkebunan Tahun 2011 – 2012 ... 31

Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas

Perkebunan Tahun 2008 – 2012 ... 34

Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan

Tahun 2008 – 2012 ... 37

Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012 ... 43

Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan

Penyegar Tahun 2012 ... 47

Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim

Tahun 2012 ... 50

Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan

Tahun 2012 ... 53

Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan

Pembinaan Usaha Tahun 2012 ... 56

Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan

Perkebunan Tahun 2012 ... 59

Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan

Ambon Tahun 2012 ... 62

(8)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vii

Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2012 ... 65

Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012 ... 68

Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan

Mutu Tanaman Semusim Tahun 2012 ... 71

Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Tahun 2012 ... 74

Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen

Komoditas Perkebunan Tahun 2012 ... 78

Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan

Tahun 2012 ... 97

Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan

Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun 2012 .... 82

Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi

Tanaman Perkebunan Tahun 2012 ... 84

Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai ... 88

Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan

(9)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 viii

DAFTAR TABEL

Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman

Rempah dan Penyegar tahun 2012 ... 115

Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman

Semusim Tahun 2012 ... 128

Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman

Tahunan Tahun 2012 ... 140

Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan

Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Tahun 2012 ... 155

Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan

Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 ... 161

Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan

(10)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang

secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan

peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan,

secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan

struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi

berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap

karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung

dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan

pemersatu bangsa.

Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai

aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan

bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan

terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan

tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah

sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil

produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik

untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila

(11)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 2

terdiri atas perkebunan besar negara (6%), perkebunan besar

swasta (22%) dan perkebunan rakyat (72%).

Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan

dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan

penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja;

meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing;

memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri

dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya

alam secara berkelanjutan.

Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada

berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan

dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta

berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan

globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan

teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya

lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global,

kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya

kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses

petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas

kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya

koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan

perkebunan.

Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang

(12)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 3

dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan

dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, yang berdampak

pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan

kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian

tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan

perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan

secara umum.

Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian

pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan

pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro,

sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan

kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan

Menteri Pertanian pada tahun 2012. Oleh karenanya, laporan

ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan

tahun 2012 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber

dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber

dari dana masyarakat.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan

agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan

untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di

(13)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 4

tahun 2012. Pengukuran kinerja dilakukan dengan

membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja.

1.2. Tujuan

Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012

ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi

dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja

pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro,

indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs

penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya

penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2012.

1.3. Sasaran

Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran

capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan

jelas pada tahun 2012 kepada seluruh pemangku kepentingan

yang terkait dengan perkebunan.

1.4. Ruang Lingkup

Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012

ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan

tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan

pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal,

produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan

(14)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 5

BAB II

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan

pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan

pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal

Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka

pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan

menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan

perkebunan tahun 2010-2014.

Karena tahun 2012 merupakan bagian dari Renstra tahun 2010-2014,

maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah:

Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif

masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta

didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun

Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan

(15)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 6

Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman

perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan

sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan.

2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

2.2.1. Strategi Umum

Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta

mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama

periode 2014, strategi pembangunan pertanian tahun

2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi

strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Sehingga

untuk tahun 2012, strategi umum pembangunan perkebunan

mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan

penjelasannya secara garis besar sebagai berikut:

1). Revitalisasi lahan

Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai

baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat

fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar

tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat

(16)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 7 mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan

adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan

kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian.

2). Revitalisasi perbenihan

Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan

benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat

fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan

benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi

yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan

pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era

Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada

beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena

penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan

mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka

perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat.

3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana

Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi

usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan

hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan

tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi

dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat

sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah

(17)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 8 4). Revitalisasi sumberdaya manusia

Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena

merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian.

Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan

pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian

Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan

sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan,

magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan

kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan

aparatur pertanian.

5). Revitalisasi pembiayaan petani

Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke

bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan

karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang

dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa

berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan

bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini

maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan

seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses

administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim

baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi

mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di

pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam

(18)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 9 pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali

koperasi khusus di bidang pertanian.

6). Revitalisasi kelembagaan petani

Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia

(petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan

yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat

dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari

hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk

mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan

kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka

dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara

kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan

menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi.

7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir

Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan

industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya

dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk,

obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan,

pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah

kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat

diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan

pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian

(19)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 10 industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna

peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri

dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan

stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan

menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan

produksi mulai dari hulu sampai hilir.

2.2.2. Strategi Khusus

Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014

merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan

pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan

karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum

dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut:

1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan

2). Pengembangan komoditas

3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan

5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan

6). Pengembangan sumberdaya manusia

7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha

(20)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 11 2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu

Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi,

produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui

penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural

Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul

bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan

sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang

optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi:

1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui

penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi,

Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem

penyuluhan dan pendampingan yang intensif.

2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan

sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan

penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan

manajemen dan teknis lainnya.

3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan

pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun

kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan

(21)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 12 2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas

Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor:

511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan

Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19

Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan

berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas

dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan

komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa

sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar,

tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong

pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas

spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini

adalah:

1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal

sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah

dengan penerapan teknologi budidaya yang baik.

2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan

pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan

lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang

sesuai.

3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis

pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu

(22)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 13 4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan

untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi

pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan

penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran.

5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development)

perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh

peningkatan nilai tambah.

6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung

pengembangan perkebunan.

2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem

Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan

pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan

secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan

terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai

tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu

Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH

(93,3 pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara

khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari

komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata

(23)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 14 Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi:

(1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan

komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan

berkelanjutan.

(2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi

cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan.

(3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan

yang berasal dari perkebunan.

2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan

Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang

kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan

meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta.

Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial

untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani

meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya.

Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan

Modal Usaha Kelompok (PMUK).

Rencana aksi dari strategi ini adalah:

1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam

memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi

(24)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 15

2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk

pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan

menengah;

3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup

pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan

keamanan berusaha;

4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari

pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk

pengembangan usaha perkebunan;

5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam

pembangunan perkebunan.

2.2.2.5. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Perkebunan

Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem

informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional

serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna

meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih

yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun

e-government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi

manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut:

(1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan

(25)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 16 lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen,

permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan

menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat.

(2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.

2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia

Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses

perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis

perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian

pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana

aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk

meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun

masyarakat dengan cara:

(1) Petugas

 Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas

termasuk di dalamnya petugas fungsional.

 Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun

sistem pengawasan yang efektif.

 Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang

(26)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 17

 Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap

prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan

prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.

(2) SDM Pekebun dan Masyarakat

 Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan

kemandirian pekebun dan masyarakat untuk

mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan.

 Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan

masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha

dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha

taninya.

 Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan

kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat

dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan

usaha serta menjalin kemitraan.

2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan

Usaha

Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang

dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai

koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani

dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang

(27)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 18 yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan

petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas.

Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis

perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun

strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat

memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan.

Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah:

(1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian

kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan

mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan

sumberdaya yang tersedia.

(2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh

dari bawah.

(3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan

keuangan pedesaan.

(4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan

kelembagaan usahanya.

(5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling

menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan

saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan

(28)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 19 Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat

asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan.

2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap

Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan

Hidup

Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya

perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga

kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini,

pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis

ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara

berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah:

(1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada

wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan

pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah

konservasi tanah dan air.

(2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan.

(3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati,

agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah

usaha perkebunan yang ramah lingkungan.

(4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi

penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran

(29)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 20 (5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.

2.3. Target Menteri Pertanian

2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014

Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama

lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian

mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu:

(1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk

kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan

untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun

2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk

konsumsi rumah tangga maupun industri;

(2) Peningkatan diversifikasi pangan

Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai

ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola

konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang

yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan

(PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014.

Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi

terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak,

(30)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 21

(3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor

Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan

kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk

mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir

2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan

harus dalam bentuk olahan.

(4) Peningkatan kesejahteraan petani

Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan

petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani.

Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat

menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014.

2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012

Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka

percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2012,

dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan

sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar >25%, triwulan II

sebesar >50%, triwulan III sebesar >70% dan triwulan IV mendekati

(31)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 22 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2012

2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat

edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit

Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I

yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan

tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian

indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output.

Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan

tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program

pembangunan perkebunan tahun 2012 yang menjadi tanggung jawab

Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: “Peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi,

produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi,

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh

penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan

(32)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 23 Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai

Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599

Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas

strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit,

kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar,

kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan

Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan

pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya

masing-masing.

2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II

lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan.

Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan

terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:

61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:

(1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman

Semusim;

(2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah

dan Penyegar;

(33)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 24

(4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha;

(5) Dukungan Perlindungan Perkebunan;

(6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya;

(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan

Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, BBP2TP

Surabaya dan BBP2TP Ambon.

2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun

2012

Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber

daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang

jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan

dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala

prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan

secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang

ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut

ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu:

1) Revitalisasi Perkebunan

2) Swasembada Gula Nasional

3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati

(Bio-Energi)

(34)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 25 5) Pengembangan Komoditas Ekspor

6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri

(35)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 26

BAB III

KONTRIBUSI PERKEBUNAN

TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL

Pembangunan perkebunan tahun 2012 merupakan bagian dari

Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun 2010 -

2014 yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap

perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih

lanjut, target dalam Renstra 2010 - 2014 dimaksud dijabarkan

menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang

didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun 2012.

Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal

Perkebunan tahun 2012 ini menggambarkan capaian-capaian

indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan

sampai dengan tahun 2012.

3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan

Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2012 secara

makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca

perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar

(36)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 27

Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 4 Neraca Perdagangan

Perkebunan (US$ milyar) 21,51 22,87 25,17 32,93 27,52 6,69

5 Pendapatan pekebun

(US$/KK) 1.551 1.555 1.600 1.702 1.832 4,29

6 Ekspor perkebunan (US$

milyar) 22,2 16,99 27,35 35,20 31,69 14,06

7 NTP Perkebunan Rakyat 103,88 103,89 104,25 107,70 108,34 1,06

Catatan: *) angka sementara ** s.d posisi 30 Juni 2012

3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, nilai PDB sub sektor

perkebunan atas dasar harga berlaku mengalami pertumbuhan

rata-rata 11,03% per tahun dari Rp 105,96 triliun pada tahun 2008

menjadi Rp 159,75 triliun pada tahun 2012. Apabila dibandingkan

dengan tahun 2011, PDB sub sektor perkebunan mengalami

peningkatan sebesar 3,81%.

Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun 2008 - 2012 mengalami kenaikan rata-rata 3,70% per

(37)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 28

tahun 2012. Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar

6,15% dibandingkan tahun 2011.

3.1.2.Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan

Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam

lima tahun terakhir sebesar 0,62% per tahun dari 20,61 juta KK

pada tahun 2008 menjadi 21,12 juta KK pada tahun 2012. Apabila

dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2012

yang ditargetkan berjumlah 20,08 juta KK, maka realisasi

keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai

105,18%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 1,19% jika

dibandingkan tahun 2011.

3.1.3.Investasi Pembangunan Perkebunan

Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun

terakhir dari 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 17,97% per

tahun dari nilai investasi sebesar Rp 28,21 triliun pada tahun 2007

menjadi Rp 51,82 triliun pada tahun 2011. Target investasi di

subsektor perkebunan tahun 2012 sebesar Rp 57,31 trilyun, nilai

tersebut telah terlewati pada posisi triwulan II (30 Juni 2012) yang

(38)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 29

3.1.4. Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan

Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk

ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama

tahun 2008-2012 mengalami peningkatan sebesar 6,69% dari tahun

2008 sebesar US $21,51 milyar menjadi Rp US$ 27,52 milyar pada

tahun 2012. Nilai tersebut lebih rendah sedikit jika dibandingkan

dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2011 yang

besarnya US$29,36 milyar, atau mengalami penurunan 6,26% akibat

lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di

benua Eropa.

3.1.5. Nilai ekspor

Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun

(2008-2012) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,06%

per tahun dari nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar US$ 22,20

milyar meningkat menjadi US$ 31,69 milyar pada tahun 2012.

Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan

tahun 2011, mengalami penurunan sebesar 1,64%.

3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat

Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu

indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan

petani. Dalam kurun waktu 5 tahun (2008-2012) laju pertumbuhan

nilai tukar petani rata-rata sebesar 1,06% per tahun dari 103,88

(39)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 30

Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2012

ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 108,34 atau

capaiannya 100,59%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011

mengalami peningkatan sebesar 5,94%.

3.1.7. Pendapatan Pekebun

Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah

pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat

Jenderal Perkebunan 2012 ditetapkan sebesar US$1.720 per kepala

keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir

Desember 2012 sebesar US$1.832 (106,51%) dan jika dibandingkan

dengan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 7,64%. Dalam

kurun waktu 5 tahun (2008-2012) pendapatan pekebun mengalami

kenaikan rata-rata 4,29% per tahun.

3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan

Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi

dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang

meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh,

kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan

(40)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 31

3.2.1. Luas Areal

Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun

2008-2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata

2,64% dari 19,35 juta hektar pada tahun 2008 menjadi 21,48

juta hektar pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan RKT

tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya

sebesar 100,96%.

Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas

areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari

21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun

2012. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya

22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai

97,12%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan

Tahun 2008 - 2012

No Komoditi

Capaian luas areal (ha) Laju

Pertumb. Per th

(%)

2008 2009 2010 2011 2012 *)

1 Karet 3.424.217 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.484073 0,43

2 Kelapa 3.783.074 3.799.125 3.739.350 3.767.704 3.787.724 0,04

3 Kelapa Sawit 7.363.847 7.873.294 8.385.394 8.992.824 9.074.621 5,39

4 Kopi 1.295.111 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.233.982 -1,17

5 Teh 127.712 123.506 122.898 123.938 123.769 -0,77

6 Lada 183.082 185.941 179.318 177.490 178.622 -0,60

(41)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 32

No Komoditi

Capaian luas areal (ha) Laju

Pertumb. Per th

(%)

2008 2009 2010 2011 2012 *)

8 Kakao 1.425.216 1.587.136 1.650.621 1.732.408 1.733.228 5,09

9 Jambu Mete 573.721 572.114 570.930 575.841 586.358 0,55

10 Tebu 436.505 441.440 454.111 450.469 451.191 0,84

11 Tembakau 196.627 204.218 216.271 228.770 249.781 6,18

12 Kapas 11.729 12.622 10.194 10.238 9.565 -1,55

13 Jarak Pagar 53.566 52.722 50.106 47.676 47.397 -2,99

14 Nilam 22.132 24.498 24.472 28.008 29.381 7,48

15 Kemiri Sunan - 779 918 944 962 7,53

Jumlah 19.353.010 20.046.303 20.530.404 21.311.326 21.475.772 2,64

Catatan: *) angka sementara

Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir

mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu

nilam (7,48%), kemiri sunan (7,53%), tembakau (6,18%),

kelapa sawit (5,39%) dan kakao (5,09%). Namun sebaliknya

beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti

jarak pagar (2,99%), kapas (1,55%), kopi (1,17%), teh (0,77%)

(42)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 33

3.2.2. Produksi

Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2008–

2012) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju

pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,10% per tahun dari

28,48 juta ton pada tahun 2008 menjadi 34,72 juta ton pada

tahun 2012.

Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan

OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan

produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun

terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang

cukup signifikan yaitu nilam (14,79%), tembakau (11,41%),

kelapa sawit (7,71%), karet (2,95%), cengkeh (2,67%) dan lada

(2,337%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami

penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan

(30,00%), jarak pagar (6,93%), jambu mete (6,44%) dan kapas

(43)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 34

Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan

Tahun 2008 - 2012

No Komoditi

Capaian produksi (ton) Laju

Pertumb.

3 Kelapa Sawit 17.539.788 19.324.294 21.958.120 23.096.541 23.521.071 7,71

4 Kopi 698.016 685.170 686.922 638.647 657.138 -1,43

Jumlah 28.480.101 29.946.229 32.313.802 33.860.591 34.720.703 5,10

Catatan : *) Angka Sementara

Dukungan swasembada gula nasional. Dalam rangka

mendukung program prioritas pembangunan pertanian,

khususnya pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan

amanah untuk swasembada gula pada tahun 2014. Upaya

Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka

mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004

(44)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 35

berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan

penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi

sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Target

produksi gula tahun 2012 sebesar 3,87 juta ton akan

terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas 350.000

ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik

Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena

permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas,

maka target dikoreksi menjadi 2,544 juta ton dengan harapan

masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi

langsung. Sampai dengan akhir tahun 2012, capaian luas areal

tebu mencapai 451.191 hektar dengan produksi 2,592 juta ton

atau 101,48% dari target. Namun capaian tersebut belum

optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim

dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan

lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada,

keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah

pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi

dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu,

harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi

yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah

(45)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 36

Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2012

telah mencapai 451.191 hektar dengan produksi 2.591.687

ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang

terlibat dalam usaha tebu mencakup 996.648 (kepala

keluarga dan tenaga kerja). Ekspor komoditas tebu mencapai

nilai US$ 0,9 juta dengan volume 600 ton molases, sedangkan

impor tebu mencapai nilai US$1.634,34 juta dengan volume

2,767 juta ton gula hablur pada Tahun 2012. Jika

dibandingkan dengan tahun 2011, impor gula mengalami

peningkatan sebesar 36,91% dari 2,021 juta ton menjadi

2,767 juta ton pada tahun 2012. Pada tahun 2013 luas areal

tanaman tebu diperkirakan mencapai 454.297 ha, dengan

produksi mencapai 2,816 juta ton gula hablur.

Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya

swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi,

ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan

benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan

dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi

(46)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 37

3.2.3. Produktivitas

Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir

(2008–2012) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata

sebesar 3,08% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim.

Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, produktivitas

komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar

9,19%. Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun

2008-2012

No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha)

Laju

(47)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 38

Beberapa komoditi sangat terpengaruh oleh adanya

perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada

penurunan rata-rata produktivitas seperti jarak pagar

(8,54%), jambu mete (7,13%) dan kapas (6,71%). Namun

sebaliknya beberapa komoditi mengalami peningkatan

produktivitas seperti nilam (7,96%), tembakau (7,51%), lada

(3,06%), karet (2,48%), cengkeh (2,47%) dan kelapa sawit

(48)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 39

BAB IV

KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

TAHUN 2012

Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada

Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan

kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan

Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan

berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan

kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh

Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian

Pembangunan (UKP4).

4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2012

Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara

Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa

outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan

penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan

Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan

(49)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 40

Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian

Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi,

sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang

diukur hanyalah produksi.

Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2012 secara nasional

sebesar 98,18% yang dilaksanakan oleh 184 satker di seluruh

Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32

satker Provinsi dan 147 satker kabupaten/kota.

4.1.1.Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012

Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah

meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman

perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan

tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman

tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan

sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan

manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan

adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan

nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau,

kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete,

jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokan

kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional,

pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri,

pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman

(50)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 41

Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa

outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi. Terhadap

outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi

perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga

produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun

kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya

investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN

jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung

hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya

terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal

Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan

yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan

besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan

maupun surat-menyurat.

Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun

berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung

produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai

ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung

produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi

dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu.

Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak

(51)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 42

produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes dengan

menggunakan target rencana strategis pembangunan perkebunan

tahun 2010-2014 sebagai acuannya.

Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012

dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja

Tahunan tahun 2012, (b) Capaian Kinerja tahun 2011 dan (c)

Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun

2010-2014.

4.1.1.1 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana

Kinerja Tahunan 2012

Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan

mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton

atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam

Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2012.

Capaian tertinggi pada komoditi nilam (155,68%) dan

secara berurutan sebagai berikut tembakau (123,88%),

karet (110,92%), tebu (101,87%), lada (101,16%), kelapa

(95,76%), kopi (91,52%), kelapa sawit (91,49%), cengkeh

(87,92%), teh (86,31%) dan jambu mete (77,29%).

Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap

perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi

turun cukup tajam yaitu kapas (6,98%), kakao (67,34%) dan

untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang

(52)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 43

pasarnya adalah jarak pagar (22,15%) dan kemiri

minyak/sunan (40,00%).

Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012

1 Karet 2.990.184 2.801.000 2.741.000 3.040.376 101,68 108,55 110,92 2 Kelapa Sawit 23.096.541 28.439.000 25.710.000 23.521.071 101,84 82,71 91,49 3 Kelapa 3.174.379 3.380.000 3.317.000 3.176.223 100,06 93,97 95,76 4 Kopi 638.647 738.000 718.000 657.138 102,90 89,04 91,52 5 Kakao 936.266 1.648.000 1.342.000 903.652 96,52 54,83 67,34 6 Jambu Mete 114.789 159.120 152.000 117.485 102,35 73,83 77,29 7 Lada 87.089 91.580 87.150 88.160 101,23 96,27 101,16 8 Cengkeh 72.246 85.510 83.000 72.976 101,01 85,34 87,92 9 Teh 150.776 182.000 174.000 150.180 99,60 82,52 86,31 10 Jarak Pagar 6.576 35.000 24.000 5.317 80,86 15,19 22,15 11 Kemiri Sunan 4.800 4.800 4.800 1.920 40,00 40,00 40,00 12 Tebu 2.228.259 3.100.000 2.544.000 2.591.687 116,31 83,60 101,87 13 Kapas 2.275 63.000 40.000 2.793 122,81 4,43 6,98 14 Tembakau 214.524 184.000 183.000 226.704 105,68 123,21 123,88 15 Nilam 143.281 124.000 106.000 165.022 115,17 133,08 155,68

33.860.630 41.035.010 37.225.950 34.720.703 102,54 84,61 93,27

Total

PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%)

2011

4.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011

Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan

sebesar 34,72 juta ton meningkat menjadi 102,54%

dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya

33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%.

Gambar

Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan
Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan
Tabel 4. Perkembangan 2008-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari sepuluh indikator kinerja sasaran strategis yang digunakan untuk mengukur kinerja program pembangunan tanaman pangan, lima diantaranya dapat tercapai dengan kategori

kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya. Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang

sesuai dokumen Penet apan Kinerj a ant ara Direkt ur Jenderal Perkebunan dengan Ment eri Pert anian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi sert a upaya-upaya

Pada Bulan Maret 2015 t el ah disyahkan Perj anj ian Ki nerj a (PK) yang merupakan dokumen pernyat aan kinerj a ant ara Ment eri Pert anian dan Direkt ur Jenderal Perkebunan unt

P ada bulan Januari 2014 telah disahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang dalam perjalananya direvisi pada bulan Agustus 2014 yang merupakan dokumen pernyataan kinerja antara

Kepala UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/Kepala UPT Pusat melalui Direktur yang mempunyai

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan, Kepala UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan atau Kepala

Indikator ini dengan mencapai realisasi 93% atau dengan capaian kinerja sebesar 103% dari target 90% pasien yang sembuh dari reaksi kusta di ruang rawat inap kusta berdasarkan