Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 i
KATA PENGANTAR
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.
Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2012.
Capaian kinerja tahun 2012 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2012 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar.
Laporan kinerja Tahun 2012 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 184 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya.
Jakarta, Januari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan,
Direktorat Jenderal Perkebunan
II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN ... 5
2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 5
2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2012... 6
2.2.1.Startegi Umum ... 6
2.2.2.Strategi Khusus ... 10
2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan ... 11
2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas ... 12
2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan ... 13
2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan ... 14
2.2.2.5. Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan ... 15
2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia ... 16
2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha ... 17
2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup ... 19
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iii
2.3.1.Target Kinerja Menteri Pertanian
Tahun 2010-2014 ... 20
2.3.2.Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012 21 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 22
2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 22
2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 23
2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 24
III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL ... 26
3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan ... 26
3.1.1.Produk Domestik Bruto (PDB) ... 27
3.1.2.Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan ... 28
3.1.3.Investasi Pembangunan Perkebunan ... 28
3.1.4.Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan . 29 3.1.5.Nilai Ekspor ... 29
3.1.6.Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat 29 3.1.7.Pendapatan Pekebun ... 30
3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan... 30
3.2.1.Luas Areal ... 31
3.2.2.Produksi ... 33
3.2.3.Produktivitas ... 37
IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2012 ... 39
4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 39
4.1.1.Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 40
4.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 .... 42
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iv
4.1.1.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun
2010-2014 ... 44 4.1.2.Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja
Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 45
4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar .. 45
4.1.2.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 46 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN
Tahun 2012 ... 47 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim ... 49 4.1.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 49 4.1.2.2.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2012 ... 50 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan ... 52 4.1.2.3.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 52 4.1.2.3.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2012 ... 53 4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan
Usaha ... 55 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana kinerja Tahunan 2012 ... 55 4.1.2.4.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2012 ... 57 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan ... 58 4.1.2.5.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 58 4.1.2.5.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2012 ... 59 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan 60 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBP2TP) ... 61 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2012 ... 63
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 v
Kegiatan Utama Tahun 2012 ... 64
4.2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar ... 66
4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim ... 69
4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ... 72
4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan ... 75
4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 78
4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya ... 80
4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ... 83
4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2012 ... 85
4.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP4 ... 98
V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 100
5.1.1. Administrasi ... 100
5.1.2. Teknis ... 101
5.1.2.1. Perencanaan ... 101
5.1.2.2. Pengorganisasian ... 103
5.1.2.3. Pelaksanaan ... 104
5.1.2.4. Pengawasan ... 106
5.2. Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian ... 106
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan
Perkebunan Tahun 2012 ... 27
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas
Perkebunan Tahun 2011 – 2012 ... 31
Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas
Perkebunan Tahun 2008 – 2012 ... 34
Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan
Tahun 2008 – 2012 ... 37
Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012 ... 43
Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan
Penyegar Tahun 2012 ... 47
Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim
Tahun 2012 ... 50
Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan
Tahun 2012 ... 53
Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan
Pembinaan Usaha Tahun 2012 ... 56
Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan
Perkebunan Tahun 2012 ... 59
Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan
Ambon Tahun 2012 ... 62
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vii
Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2012 ... 65
Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012 ... 68
Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output
Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Tanaman Semusim Tahun 2012 ... 71
Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan
Tahun 2012 ... 74
Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output
Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen
Komoditas Perkebunan Tahun 2012 ... 78
Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Tahun 2012 ... 97
Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun 2012 .... 82
Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi
Tanaman Perkebunan Tahun 2012 ... 84
Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai ... 88
Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 viii
DAFTAR TABEL
Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman
Rempah dan Penyegar tahun 2012 ... 115
Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman
Semusim Tahun 2012 ... 128
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Tahunan Tahun 2012 ... 140
Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan
Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha
Tahun 2012 ... 155
Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan
Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 ... 161
Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang
secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan
peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan,
secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan
struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi
berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap
karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung
dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan
pemersatu bangsa.
Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai
aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan
bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan
terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan
tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah
sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil
produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik
untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 2
terdiri atas perkebunan besar negara (6%), perkebunan besar
swasta (22%) dan perkebunan rakyat (72%).
Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan
dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan
penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja;
meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing;
memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri
dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya
alam secara berkelanjutan.
Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada
berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan
dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta
berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan
globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan
teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya
lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global,
kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya
kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses
petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas
kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya
koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan
perkebunan.
Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 3
dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan
dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, yang berdampak
pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan
kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian
tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan
perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan
secara umum.
Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian
pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan
pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro,
sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan
kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan
Menteri Pertanian pada tahun 2012. Oleh karenanya, laporan
ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan
tahun 2012 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber
dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber
dari dana masyarakat.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan
agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan
untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 4
tahun 2012. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja.
1.2. Tujuan
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012
ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi
dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja
pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro,
indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs
penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya
penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2012.
1.3. Sasaran
Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran
capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan
jelas pada tahun 2012 kepada seluruh pemangku kepentingan
yang terkait dengan perkebunan.
1.4. Ruang Lingkup
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012
ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan
tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan
pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal,
produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 5
BAB II
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012
Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan
pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan
pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal
Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka
pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan
menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan
perkebunan tahun 2010-2014.
Karena tahun 2012 merupakan bagian dari Renstra tahun 2010-2014,
maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah:
Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif
masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta
didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun
Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 6
Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman
perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan
sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan.
2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2012
2.2.1. Strategi Umum
Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta
mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama
periode 2014, strategi pembangunan pertanian tahun
2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi
strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Sehingga
untuk tahun 2012, strategi umum pembangunan perkebunan
mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan
penjelasannya secara garis besar sebagai berikut:
1). Revitalisasi lahan
Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai
baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat
fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar
tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 7 mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan
adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan
kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian.
2). Revitalisasi perbenihan
Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan
benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat
fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan
benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi
yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan
pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era
Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada
beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena
penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan
mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka
perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat.
3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana
Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi
usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan
hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan
tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi
dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat
sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 8 4). Revitalisasi sumberdaya manusia
Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena
merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian.
Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan
pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian
Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan
sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan,
magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan
aparatur pertanian.
5). Revitalisasi pembiayaan petani
Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke
bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan
karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang
dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa
berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan
bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini
maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan
seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses
administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim
baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi
mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di
pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 9 pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali
koperasi khusus di bidang pertanian.
6). Revitalisasi kelembagaan petani
Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia
(petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan
yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat
dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari
hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk
mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan
kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka
dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara
kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan
menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi.
7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir
Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan
industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya
dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk,
obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan,
pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah
kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat
diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan
pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 10 industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna
peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri
dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan
stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan
menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan
produksi mulai dari hulu sampai hilir.
2.2.2. Strategi Khusus
Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014
merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan
pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan
karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum
dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut:
1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan
2). Pengembangan komoditas
3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan
5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan
6). Pengembangan sumberdaya manusia
7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 11 2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi,
produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui
penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural
Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul
bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan
sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang
optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi:
1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui
penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi,
Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem
penyuluhan dan pendampingan yang intensif.
2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan
sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan
penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan
manajemen dan teknis lainnya.
3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan
pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun
kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 12 2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas
Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor:
511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19
Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan
berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas
dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan
komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa
sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar,
tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong
pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas
spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini
adalah:
1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal
sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah
dengan penerapan teknologi budidaya yang baik.
2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan
pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan
lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang
sesuai.
3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis
pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 13 4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan
untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi
pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan
penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran.
5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development)
perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh
peningkatan nilai tambah.
6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan perkebunan.
2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem
Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan
secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai
tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu
Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH
(93,3 pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara
khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari
komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 14 Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi:
(1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan
komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan
berkelanjutan.
(2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi
cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan.
(3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan
yang berasal dari perkebunan.
2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan
Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang
kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan
meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta.
Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial
untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani
meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya.
Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan
Modal Usaha Kelompok (PMUK).
Rencana aksi dari strategi ini adalah:
1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam
memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 15
2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk
pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan
menengah;
3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup
pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan
keamanan berusaha;
4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari
pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk
pengembangan usaha perkebunan;
5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam
pembangunan perkebunan.
2.2.2.5. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Perkebunan
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional
serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna
meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih
yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun
e-government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi
manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut:
(1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 16 lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen,
permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan
menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat.
(2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.
2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia
Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses
perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis
perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian
pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana
aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun
masyarakat dengan cara:
(1) Petugas
Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas
termasuk di dalamnya petugas fungsional.
Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun
sistem pengawasan yang efektif.
Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 17
Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap
prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan
prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.
(2) SDM Pekebun dan Masyarakat
Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan
kemandirian pekebun dan masyarakat untuk
mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan.
Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan
masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha
dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha
taninya.
Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat
dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan
usaha serta menjalin kemitraan.
2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan
Usaha
Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang
dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai
koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 18 yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan
petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas.
Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis
perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun
strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat
memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan.
Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah:
(1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian
kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan
mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan
sumberdaya yang tersedia.
(2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh
dari bawah.
(3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan
keuangan pedesaan.
(4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan
kelembagaan usahanya.
(5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling
menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan
saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 19 Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat
asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan.
2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap
Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan
Hidup
Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya
perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga
kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini,
pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis
ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara
berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah:
(1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada
wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan
pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah
konservasi tanah dan air.
(2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan.
(3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati,
agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah
usaha perkebunan yang ramah lingkungan.
(4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi
penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 20 (5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.
2.3. Target Menteri Pertanian
2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014
Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama
lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian
mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu:
(1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk
kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan
untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun
2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk
konsumsi rumah tangga maupun industri;
(2) Peningkatan diversifikasi pangan
Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai
ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola
konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang
yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan
(PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014.
Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi
terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak,
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 21
(3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor
Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan
kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk
mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir
2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan
harus dalam bentuk olahan.
(4) Peningkatan kesejahteraan petani
Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan
petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani.
Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat
menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014.
2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012
Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka
percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2012,
dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan
sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar >25%, triwulan II
sebesar >50%, triwulan III sebesar >70% dan triwulan IV mendekati
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 22 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2012
2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012
Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat
edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit
Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I
yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian
indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output.
Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan tahun 2012 yang menjadi tanggung jawab
Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: “Peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi,
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh
penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 23 Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai
Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599
Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas
strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit,
kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar,
kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan
Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan
pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya
masing-masing.
2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012
Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan.
Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan
terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai
Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Semusim;
(2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah
dan Penyegar;
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 24
(4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha;
(5) Dukungan Perlindungan Perkebunan;
(6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya;
(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, BBP2TP
Surabaya dan BBP2TP Ambon.
2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun
2012
Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber
daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang
jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan
dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala
prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan
secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang
ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut
ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu:
1) Revitalisasi Perkebunan
2) Swasembada Gula Nasional
3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati
(Bio-Energi)
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 25 5) Pengembangan Komoditas Ekspor
6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 26
BAB III
KONTRIBUSI PERKEBUNAN
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Pembangunan perkebunan tahun 2012 merupakan bagian dari
Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun 2010 -
2014 yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap
perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih
lanjut, target dalam Renstra 2010 - 2014 dimaksud dijabarkan
menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang
didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun 2012.
Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2012 ini menggambarkan capaian-capaian
indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan
sampai dengan tahun 2012.
3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan
Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2012 secara
makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca
perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 27
Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 4 Neraca Perdagangan
Perkebunan (US$ milyar) 21,51 22,87 25,17 32,93 27,52 6,69
5 Pendapatan pekebun
(US$/KK) 1.551 1.555 1.600 1.702 1.832 4,29
6 Ekspor perkebunan (US$
milyar) 22,2 16,99 27,35 35,20 31,69 14,06
7 NTP Perkebunan Rakyat 103,88 103,89 104,25 107,70 108,34 1,06
Catatan: *) angka sementara ** s.d posisi 30 Juni 2012
3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, nilai PDB sub sektor
perkebunan atas dasar harga berlaku mengalami pertumbuhan
rata-rata 11,03% per tahun dari Rp 105,96 triliun pada tahun 2008
menjadi Rp 159,75 triliun pada tahun 2012. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2011, PDB sub sektor perkebunan mengalami
peningkatan sebesar 3,81%.
Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun 2008 - 2012 mengalami kenaikan rata-rata 3,70% per
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 28
tahun 2012. Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar
6,15% dibandingkan tahun 2011.
3.1.2.Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan
Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam
lima tahun terakhir sebesar 0,62% per tahun dari 20,61 juta KK
pada tahun 2008 menjadi 21,12 juta KK pada tahun 2012. Apabila
dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2012
yang ditargetkan berjumlah 20,08 juta KK, maka realisasi
keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai
105,18%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 1,19% jika
dibandingkan tahun 2011.
3.1.3.Investasi Pembangunan Perkebunan
Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun
terakhir dari 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 17,97% per
tahun dari nilai investasi sebesar Rp 28,21 triliun pada tahun 2007
menjadi Rp 51,82 triliun pada tahun 2011. Target investasi di
subsektor perkebunan tahun 2012 sebesar Rp 57,31 trilyun, nilai
tersebut telah terlewati pada posisi triwulan II (30 Juni 2012) yang
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 29
3.1.4. Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan
Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk
ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama
tahun 2008-2012 mengalami peningkatan sebesar 6,69% dari tahun
2008 sebesar US $21,51 milyar menjadi Rp US$ 27,52 milyar pada
tahun 2012. Nilai tersebut lebih rendah sedikit jika dibandingkan
dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2011 yang
besarnya US$29,36 milyar, atau mengalami penurunan 6,26% akibat
lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di
benua Eropa.
3.1.5. Nilai ekspor
Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun
(2008-2012) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,06%
per tahun dari nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar US$ 22,20
milyar meningkat menjadi US$ 31,69 milyar pada tahun 2012.
Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan
tahun 2011, mengalami penurunan sebesar 1,64%.
3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat
Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu
indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan
petani. Dalam kurun waktu 5 tahun (2008-2012) laju pertumbuhan
nilai tukar petani rata-rata sebesar 1,06% per tahun dari 103,88
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 30
Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2012
ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 108,34 atau
capaiannya 100,59%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011
mengalami peningkatan sebesar 5,94%.
3.1.7. Pendapatan Pekebun
Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah
pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat
Jenderal Perkebunan 2012 ditetapkan sebesar US$1.720 per kepala
keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir
Desember 2012 sebesar US$1.832 (106,51%) dan jika dibandingkan
dengan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 7,64%. Dalam
kurun waktu 5 tahun (2008-2012) pendapatan pekebun mengalami
kenaikan rata-rata 4,29% per tahun.
3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan
Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi
dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang
meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh,
kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 31
3.2.1. Luas Areal
Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun
2008-2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata
2,64% dari 19,35 juta hektar pada tahun 2008 menjadi 21,48
juta hektar pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan RKT
tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya
sebesar 100,96%.
Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas
areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari
21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun
2012. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya
22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai
97,12%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel2.
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan
Tahun 2008 - 2012
No Komoditi
Capaian luas areal (ha) Laju
Pertumb. Per th
(%)
2008 2009 2010 2011 2012 *)
1 Karet 3.424.217 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.484073 0,43
2 Kelapa 3.783.074 3.799.125 3.739.350 3.767.704 3.787.724 0,04
3 Kelapa Sawit 7.363.847 7.873.294 8.385.394 8.992.824 9.074.621 5,39
4 Kopi 1.295.111 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.233.982 -1,17
5 Teh 127.712 123.506 122.898 123.938 123.769 -0,77
6 Lada 183.082 185.941 179.318 177.490 178.622 -0,60
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 32
No Komoditi
Capaian luas areal (ha) Laju
Pertumb. Per th
(%)
2008 2009 2010 2011 2012 *)
8 Kakao 1.425.216 1.587.136 1.650.621 1.732.408 1.733.228 5,09
9 Jambu Mete 573.721 572.114 570.930 575.841 586.358 0,55
10 Tebu 436.505 441.440 454.111 450.469 451.191 0,84
11 Tembakau 196.627 204.218 216.271 228.770 249.781 6,18
12 Kapas 11.729 12.622 10.194 10.238 9.565 -1,55
13 Jarak Pagar 53.566 52.722 50.106 47.676 47.397 -2,99
14 Nilam 22.132 24.498 24.472 28.008 29.381 7,48
15 Kemiri Sunan - 779 918 944 962 7,53
Jumlah 19.353.010 20.046.303 20.530.404 21.311.326 21.475.772 2,64
Catatan: *) angka sementara
Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu
nilam (7,48%), kemiri sunan (7,53%), tembakau (6,18%),
kelapa sawit (5,39%) dan kakao (5,09%). Namun sebaliknya
beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti
jarak pagar (2,99%), kapas (1,55%), kopi (1,17%), teh (0,77%)
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 33
3.2.2. Produksi
Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2008–
2012) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju
pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,10% per tahun dari
28,48 juta ton pada tahun 2008 menjadi 34,72 juta ton pada
tahun 2012.
Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan
OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan
produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun
terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang
cukup signifikan yaitu nilam (14,79%), tembakau (11,41%),
kelapa sawit (7,71%), karet (2,95%), cengkeh (2,67%) dan lada
(2,337%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami
penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan
(30,00%), jarak pagar (6,93%), jambu mete (6,44%) dan kapas
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 34
Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan
Tahun 2008 - 2012
No Komoditi
Capaian produksi (ton) Laju
Pertumb.
3 Kelapa Sawit 17.539.788 19.324.294 21.958.120 23.096.541 23.521.071 7,71
4 Kopi 698.016 685.170 686.922 638.647 657.138 -1,43
Jumlah 28.480.101 29.946.229 32.313.802 33.860.591 34.720.703 5,10
Catatan : *) Angka Sementara
Dukungan swasembada gula nasional. Dalam rangka
mendukung program prioritas pembangunan pertanian,
khususnya pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan
amanah untuk swasembada gula pada tahun 2014. Upaya
Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka
mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 35
berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan
penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi
sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Target
produksi gula tahun 2012 sebesar 3,87 juta ton akan
terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas 350.000
ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik
Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena
permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas,
maka target dikoreksi menjadi 2,544 juta ton dengan harapan
masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi
langsung. Sampai dengan akhir tahun 2012, capaian luas areal
tebu mencapai 451.191 hektar dengan produksi 2,592 juta ton
atau 101,48% dari target. Namun capaian tersebut belum
optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim
dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan
lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada,
keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah
pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi
dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu,
harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi
yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 36
Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2012
telah mencapai 451.191 hektar dengan produksi 2.591.687
ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang
terlibat dalam usaha tebu mencakup 996.648 (kepala
keluarga dan tenaga kerja). Ekspor komoditas tebu mencapai
nilai US$ 0,9 juta dengan volume 600 ton molases, sedangkan
impor tebu mencapai nilai US$1.634,34 juta dengan volume
2,767 juta ton gula hablur pada Tahun 2012. Jika
dibandingkan dengan tahun 2011, impor gula mengalami
peningkatan sebesar 36,91% dari 2,021 juta ton menjadi
2,767 juta ton pada tahun 2012. Pada tahun 2013 luas areal
tanaman tebu diperkirakan mencapai 454.297 ha, dengan
produksi mencapai 2,816 juta ton gula hablur.
Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya
swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan
benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan
dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 37
3.2.3. Produktivitas
Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir
(2008–2012) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata
sebesar 3,08% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim.
Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, produktivitas
komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar
9,19%. Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun
2008-2012
No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha)
Laju
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 38
Beberapa komoditi sangat terpengaruh oleh adanya
perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada
penurunan rata-rata produktivitas seperti jarak pagar
(8,54%), jambu mete (7,13%) dan kapas (6,71%). Namun
sebaliknya beberapa komoditi mengalami peningkatan
produktivitas seperti nilam (7,96%), tembakau (7,51%), lada
(3,06%), karet (2,48%), cengkeh (2,47%) dan kelapa sawit
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 39
BAB IV
KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
TAHUN 2012
Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada
Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan
kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan
Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan
berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan
kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh
Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4).
4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2012
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara
Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa
outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan
penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan
Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 40
Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian
Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi,
sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang
diukur hanyalah produksi.
Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2012 secara nasional
sebesar 98,18% yang dilaksanakan oleh 184 satker di seluruh
Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32
satker Provinsi dan 147 satker kabupaten/kota.
4.1.1.Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah
meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan
tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman
tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan
sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan
manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan
adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan
nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau,
kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete,
jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokan
kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional,
pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri,
pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 41
Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa
outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi. Terhadap
outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi
perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga
produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun
kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya
investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN
jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung
hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya
terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal
Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan
yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan
besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan
maupun surat-menyurat.
Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun
berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung
produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai
ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung
produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi
dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu.
Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 42
produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes dengan
menggunakan target rencana strategis pembangunan perkebunan
tahun 2010-2014 sebagai acuannya.
Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012
dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja
Tahunan tahun 2012, (b) Capaian Kinerja tahun 2011 dan (c)
Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun
2010-2014.
4.1.1.1 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2012
Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan
mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton
atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam
Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2012.
Capaian tertinggi pada komoditi nilam (155,68%) dan
secara berurutan sebagai berikut tembakau (123,88%),
karet (110,92%), tebu (101,87%), lada (101,16%), kelapa
(95,76%), kopi (91,52%), kelapa sawit (91,49%), cengkeh
(87,92%), teh (86,31%) dan jambu mete (77,29%).
Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap
perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi
turun cukup tajam yaitu kapas (6,98%), kakao (67,34%) dan
untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang
Direktorat Jenderal Perkebunan
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 43
pasarnya adalah jarak pagar (22,15%) dan kemiri
minyak/sunan (40,00%).
Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012
1 Karet 2.990.184 2.801.000 2.741.000 3.040.376 101,68 108,55 110,92 2 Kelapa Sawit 23.096.541 28.439.000 25.710.000 23.521.071 101,84 82,71 91,49 3 Kelapa 3.174.379 3.380.000 3.317.000 3.176.223 100,06 93,97 95,76 4 Kopi 638.647 738.000 718.000 657.138 102,90 89,04 91,52 5 Kakao 936.266 1.648.000 1.342.000 903.652 96,52 54,83 67,34 6 Jambu Mete 114.789 159.120 152.000 117.485 102,35 73,83 77,29 7 Lada 87.089 91.580 87.150 88.160 101,23 96,27 101,16 8 Cengkeh 72.246 85.510 83.000 72.976 101,01 85,34 87,92 9 Teh 150.776 182.000 174.000 150.180 99,60 82,52 86,31 10 Jarak Pagar 6.576 35.000 24.000 5.317 80,86 15,19 22,15 11 Kemiri Sunan 4.800 4.800 4.800 1.920 40,00 40,00 40,00 12 Tebu 2.228.259 3.100.000 2.544.000 2.591.687 116,31 83,60 101,87 13 Kapas 2.275 63.000 40.000 2.793 122,81 4,43 6,98 14 Tembakau 214.524 184.000 183.000 226.704 105,68 123,21 123,88 15 Nilam 143.281 124.000 106.000 165.022 115,17 133,08 155,68
33.860.630 41.035.010 37.225.950 34.720.703 102,54 84,61 93,27
Total
PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%)
2011
4.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011
Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan
sebesar 34,72 juta ton meningkat menjadi 102,54%
dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya
33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%.