• Tidak ada hasil yang ditemukan

Official Website Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Official Website Provinsi Jambi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR JAMBI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI

NOMOR 19 TAHUN 2016

T E N T A N G

PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2016, perlu menetapkan Peraturan Gubernur

tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957

tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(2)

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5659);

8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Perovinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(3)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5317);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang

Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5594);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 434);

15. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jambi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 14) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jambi (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 11);

16. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2011 Nomor 6);

17. Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah (Berita Daerah Provinsi Jambi Tahun 2012 Nomor 16);

18. Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Provinsi Jambi (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2008 Nomor 30).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016.

BAB I

(4)

2. Gubernur adalah Gubernur Jambi.

3. Dinas adalah Dinas Pendapatan Provinsi Jambi.

4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Jambi.

5. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

6. Kendaraan Bermotor Angkutan Umum adalah setiap kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut orang atau barang dengan dipungut bayaran dan memiliki izin angkutan umum barang dan/ atau orang.

7. Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah Pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

8. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat BBN-KB adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual-beli, tukar-menukar, hibah, warisan atau pemasukan kedalam badan usaha.

9. Kendaraan bermotor ubah bentuk adalah kendaraan bermotor yang mengalami perubahan teknis dan/atau serta penggunaannya.

10. Kendaraan bermotor ganti mesin adalah kendaraan bermotor yang mengalami penggantian mesin penggerak berupa motor atau peralatan lainnya yang menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.

11. Alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak adalah alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen.

12. Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat NJKB adalah Harga Pasaran Umum (HPU) atas suatu kendaraan bermotor.

13. Nilai Jual Kendaraan Bermotor Ubah Bentuk yang Selanjutnya di singkat NJKBUB adalah Harga Pasaran Umum Atas Suatu Kendaraan Bermotor yang mengalami Perubahan Teknis dan/atau serta penggunaannya.

14. Harga Pasaran Umum yang selanjutnya disingkat HPU adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat

15. Harga Kosong (Off The Road) adalah Harga Kendaraan Bermotor

dari Pabrikan/Agen Penjualan Termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

16. Harga Isi (On The Road) adalah Kendaraan Bermotor dari

(5)

17. Bobot adalah koefisien yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

18. Tahun pembuatan adalah Tahun perakitan dan/atau tahun yang ditetapkan berdasarkan registrasi dan identifikasi oleh pihak berwenang.

19. Umur Rangka/Body adalah umur Kendaraan Bermotor di Air yang dihitung dari tahun pembuatan rangka/body.

20. Umur Motor adalah umur motor kendaraan bermotor di air yang dihitung dari tahun pembuatan.

BAB II

PENGHITUNGAN DAN PENETAPAN DASAR PENGENAAN PKB DAN BBN-KB

Bagian Kesatu

Kendaraan Bermotor Selain Kendaraan Bermotor Ubah Bentuk, Ganti Mesin, Alat alat Berat dan Alat alat Besar

Pasal 2

(1) Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB )

ditetapkan berdasarkan perkalian dari 2 (dua) unsur pokok :

a.Nilai Jual Kendaraan Bermotor ( NJKB );

b.bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan

dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

(2) NJKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan berdasarkan HPU atas suatu kendaraan bermotor pada minggu pertama bulan Desember Tahun 2015.

(3) NJKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada kolom 6 Lampiran I merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

(4) Bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dinyatakan

dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) sampai dengan 1,3 (satu koma tiga).

(5) Koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi :

a. sepeda motor roda dua dan sepeda motor roda tiga nilai koefisien sama dengan 1 (satu);

b. sedan nilai koefisien sama dengan 1,025 (satu koma nol dua puluh lima);

c. jeep nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);

d. minibus nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol

(6)

f. pick up nilai koefisien sama dengan 1,075 (satu koma nol tujuh lima);

g. mikrobus nilai koefisien sama dengan 1,075 (satu koma nol tujuh lima);

h. bus nilai koefisien sama dengan 1,1 (satu koma satu);

i. ligh Truck nilai koefisien sama dengan 1,3 (satu koma tiga); dan

j. truck nilai koefisien sama dengan 1,3 (satu koma tiga).

(6) Bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum pada kolom 7 Lampiran I merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 3

Dasar pengenaan PKB kendaraan bermotor yang dioperasikan di air sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

(1) Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang yang ditetapkan sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan PKB sebagaimana tercantum pada kolom 8 Lampiran I Peraturan Gubernur ini.

(2) Pengenaan BBN-KB untuk Kendaraan bermotor angkutan umum orang yang ditetapkan sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB sebagaimana tercantum pada kolom 6 Lampiran I Peraturan Gubernur ini.

(3) Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang yang ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari dasar pengenaan PKB sebagaimana tercantum pada kolom 8 Lampiran I Peraturan Gubernur ini.

(4) Pengenaan BBN-KB untuk Kendaraan bermotor angkutan umum barang yang ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB sebagaimana tercantum pada kolom 6 Lampiran I Peraturan Gubernur ini.

Pasal 5

Pengenaan PKB dan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya diberlakukan bagi kendaraan bermotor angkutan umum orang dan barang yang dimiliki oleh perusahaan yang bergerak dibidang angkutan umum, dengan persayaratan:

a. berbentuk Badan Hukum Indonesia;

b. memiliki izin penyelenggaraan angkutan umum; dan

c. memiliki buku uji kendaraan yang masih berlaku, kecuali untuk

(7)

Bagian Kedua

Kendaraan Bermotor Ubah Bentuk

Pasal 6

(1) Dasar perhitungan PKB dan BBN KB kendaraan bermotor ubah bentuk adalah NJKB.

(2) NJKB ubah bentuk sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasil penjumlahan NJKB dengan NJKBUB.

(3) NJKB dan NJKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

(4) Kendaraan bermotor yang mengalami ubah bentuk sehingga mengakibatkan NJKB tersebut bertambah, dipungut tambahan BBN-KB sebesar 10 % (sepuluh persen) dari selisih NJKB sebelum dan setelah mengalami ubah bentuk apabila tercantum dalam tabel NJKB.

(5) Untuk kendaraan bermotor jenis truk yang merupakan chasis sebagaimana dimaksud dalam lampiran I, apabila didalam penetapan BBNKB pertama dilakukan penambahan ubah bentuk, maka besaran NJKBUB sebagaimana tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

(6) NJKBUB untuk kendaraan bermotor yang telah mengalami lebih

dari satu kali ubah bentuk, maka penetapan NJKBUB

menyesuaikan tanggal kuitansi ubah bentuk yang terakhir.

Bagian Ketiga

Kendaraan Bermotor Ganti Mesin

Pasal 7

(1) Dasar pengenaan PKB bagi kendaraan bermotor yang mengalami

penggantian mesin ditetapkan sama dengan sebelum mengalami penggantian mesin.

(2) Dasar pengenaan tambahan BBNKB bagi kendaraan bermotor yang

mengalami penggantian mesin dipungut tambahan BBNKB sebesar 10 % (sepuluh persen) dari Nilai Jual Mesin Penggati.

(3) Nilai Jual Mesin Pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) ditetapkan sebagai berikut :

a. mesin dengan isi silinder sampai dengan 2.500 cc, sebesar

Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

b.mesin dengan isi silinder 2.501 cc smpai dengan 5.000 cc sebesar

Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah);

c. mesin dengan isi silinder 5.001 cc sampai dengan 10.000 cc

sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

(8)

Bagian Keempat

Kendaraan Bermotor Alat-alat Berat dan Alat-alat Besar

Pasal 8

(1)Penghitungan Dasar pengenaan PKB dan BBN-KB untuk

kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan berdasarkan NJKB alat-alat berat dan alat-alat besar.

(2) NJKB alat-alat berat dan alat-alat besar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan HPU atas suatu kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar pada minggu pertama bulan Desember Tahun 2015.

(3) Dasar Pengenaan PKB dan BBNKB untuk Kendaraan Bermotor

Alat-alat Berat dan Alar-Alat-alat Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada kolom 6 Lampiran I, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Bagian Kelima

Kendaraan Bermotor yang Belum Tercantum Dalam Lampiran

Pasal 9

(1) Penghitungan dasar pengenaan PKB dan BBN-KB untuk kendaraan

bermotor pembuatan sebelum tahun 2016 yang jenis, merek, type dan nilai jualnya belum tercantum dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur yang penandatangganannya dimandatkan kepada Kepala Dinas.

(2) Ketentuan Penghitungan dasar pengenaan PKB dan BBN-KB untuk

kendaraan bermotor pembuatan sebelum tahun 2016 yang jenis, merek, type dan nilai jualnya belum tercantum dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini, nilai jualnya ditetapkan berdasarkan HPU atau dengan membandingkan jenis, merk, tipe, isi silinder dan tahun pembuatan dari negara produsen yang sama.

(3) Ketentuan penghitungan dasar pengenaan PKB dan BBN-KB untuk kendaraan bermotor pembuatan sebelum Tahun 2016 yang jenis, merek, type dan Nilai Jualnya sudah tercantum dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini adalah sebagai berikut:

a. untuk tahun pembuatan lebih baru, nilai jualnya ditetapkan

dengan penambahan paling tinggi 5% (lima persen) setiap tahun dari nilai jual tahun sebelumnya;

b.untuk tahun pembuatan lebih tua, nilai jualnya dengan

(9)

(4) Dalam hal HPU suatu kendaraan bermotor tidak diketahui, NJKB ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor :

a. harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan

tenaga yang sama;

b.penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi;

c. harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor

yang sama;

d.harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan

bermotor yang sama;

e. harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor;

f. harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis;

dan

g. harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen pemberitahuan

impor barang (PIB).

(5) Permohonan penetapan nilai jual kendaraan bermotor baru atau nilai jual yang belum tercantum dalam lampiran untuk kendaraan bermotor sebelum Tahun 2016 diajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas.

Pasal 10

(1) PKB untuk kereta gandeng/tempel ditetapkan sebesar Rp. 500.000,-

(lima ratus ribu rupiah).

(2) Apabila PKB kendaraan bermotor penariknya lebih rendah dari PKB

kereta gandeng/tempel sebagaimana dimaksud ayat (1), maka PKB

kereta gandeng/tempel ditetapkan sebesar PKB kendaraan

penariknya.

BAB III

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 11

(10)

Pasal 12

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jambi.

Ditetapkan di Jambi

pada tanggal 4 September 2016

GUBERNUR JAMBI,

ttd

H. ZUMI ZOLA ZULKIFLI

Diundangkan di Jambi

pada tanggal 4 September 2016

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAMBI,

ttd

H.RIDHAM PRISKAP

BERITA DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 NOMOR 19

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hadari Nawawi (2012:68), terdapat beberapa bentuk penelitian dalam metode deskriptif, yaitu bentuk penelitian studi hubungan (Interrelationship studies) yang

Panduan Lengkap Menguasai Router Masa DepanmMenggunakan Mikrotik Routers.. [3] Syafrizal, Melwin, 2005, Pengantar

64% penggunaan lahan wilayah kecamatan Kasihan yang masuk ke dalam wilayah DAS Progo sudah sesuai dengan fungsi kawasan DAS Progo.. Seba- gian besar penggunaan lahan pemukiman

[r]

15. Dua keping logam yang sejajar dan berjarak 0,5 cm satu dari yang lain. Diberi muatan listrik yang berlawanan hingga beda potensialnya 10 4 Volt. Bila muatan elektron adalah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Mahasiswa jurusan Bimbingan dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Implementasi Pembelajaran Modelling The Way pada Keterampilan Pencetakan Fiberglass di SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pekerja lain merespon dengan cara menggunakan jam kerja untuk menjelajah. internet, membawa