55
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ... RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUDUNDATA PALU TAHUN 2012
Puspita Sari*, Oktoviandri Saputra**
* Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
ABSTRACT
Typhoid Fever is one of disease that causes death in Indonesia and irrational drug use is one of issues in Center Health Care that faced by Developing Country, irrational treatment could cause bacterial resistency on particular antibiotic.
This research is a descriptive research with qualitative data accumulation, using medical record as research tool with 70 typhoid mmedical record as an samples. Data analysis using univarite analysis to describe patients and rationality criteria analysis according to Pedoman Pelayanan Medik PAPDI and Buku Ajar Infeksi Penyakit dan Pediatri Tropis IDAI.
From 70 samples that obtained, the samples were divided into 2 group, those are , patients that
have ages more than 12 yearsold and patients that have ages 12 yearsold or less. Ketepatan Indikasi
on over-12 yearsold group are 100% tepat, as for 12 yearsold or less group were 96,42% tepat. Ketepatan Obat on over-12 yearsold group are 100% tidak tepat, as for on 12 years or less group just 7,14% tepat. Ketepatan pasien on both group were 100% tepat. Ketepatan frekuensi, dosis dan durasi on both group are 100% tidak tepat.
From 4 criteria observed, the treatment of typhoid fever patiens in RSUD Undata Palu in 2012 can be concluded not rational, because the criteria of rational treatment has not been reached 100% on both patiens group.
56
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ... ABSTRAKDemam tifoid merupakan salah satu penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan yang banyak dihadapi oleh negara berkembang, pengobatan yang tidak rasional dapat berakibat pada resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pengumpulan data kualitatif, menggunakan rekam medis sebagai alat penelitian dengan sampel berjumlah 70 rekam medis pasien demam tifoid. Analisi data menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan pasien dan analisis kriteria rasionalitas menurut Pedoman Pelayanan Medik PAPDI dan Buku Ajar Infeksi Penyakit dan Pediatri Tropis IDAI.
Dari 70 sampel yang diperoleh, sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pasien berumur 12 tahun keatas dan kelompok pasien 12 tahun kebawah. Ketepatan indikasi pada kelompok 12 tahun keatas adalah 100% tepat, sedangkan pada kelompok 12 tahun kebawah 96,42%. Ketepatan obat pada kelompok 12 tahun keaatas adalah 100% tidak tepat, sedangkan pada kelompok 12 tahun kebawah hanya 7,14%. Ketepatan pasien pada kedua kelompok 100% tepat. Ketepatan frekuensi, dosis dan durasi pemberian pada kedua kelompok 10% tidak tepat.
Dari 4 kriteria yang dapat diteliti, pengobatan pasien demam tifoid di RSUD Undata Palu Tahun 2012 dapat dikatakan tidak rasional, karena kriteria pengobatan rasional belum mencapai tepat 100% baik pada kelompok berumur 12 tahun keatas maupun 12 tahun kebawah.
57
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ...A. PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi
akut usus halus yang disebabkan bakteri
Salmonella typhi dengan gejala demam lebih
dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi endemik di
Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, dan
Oseania. Di negara berkembang seperti
Indonesia, penyakit ini masih tergolong
endemik. Insiden demam tifoid di seluruh
dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16
juta per tahun, 600.000 di antaranya
menyebabkan kematian.
Kasus demam tifoid bersama dengan
kasus demam paratifoid berada pada urutan
ketiga dalam Pola 10 Besar Penyakit
Terbanyak Pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit di Indonesia Tahun 2010, dengan total
40.636 kasus, 276 orang diantaranya
meninggal, dengan CFR 0,67%.
Kejadian demam tifoid dan paratifoid
di Sulawesi Tengah berada pada urutan
kesepuluh dalam 10 Besar Penyakit Terbanyak
di Sulawesi Tengah yang dirawat inap di RS di
kota Palu tahun 2008, dengan jumlah kasus
344.
Kasus demam tifoid di RSUD Undata
Palu sendiri, pada tahun 2011, terdapat 105
kasus demam tifoid, dan pada tahun 2012
terjadi peningkatan sekitar 17,14% menjadi
123 kasus.
B. METODE
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
dengan menganalisis data sekunder berupa
rekam medis, serta memperhatikan kaidah dan
etika dalam melakukan penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
total sampling besarnya sampel yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebanyak 70 orang.
Data ini kemudian dianalisis dengan
membandingkan data yang diperoleh dan
Panduan Pelayanan Medik PAPDI dan
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
oleh WHO. Kemudian diolah menggunakan
software SPSS versi 17. Analisis data
menggunakan analisis univariat untuk
mengetahui rasionalitas pemberian antibiotik.
Waktu pelaksanaan penelitian ini yakni
selama 2 minggu terhitung tanggal
1 Mei 2013 sampai dengan 14 Mei 2013.
58
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ... C. HASILTabel 1.Distribusi Jenis Kelamin, Umur
Pasien, dan Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Demam Tifoid di RSUD Undata
Palu Tahun 2012
Pada Tabel 1 dapat dilihat sampel yang
mengalami demam tifoid adalah 33 pasien
(47,1%) adalah laki-laki dan 37 pasien
(52,9%) adalah perempuan. Tingkat insidensi
berdasarkan umur, yang tertinggi adalah pada
umur 1-9 tahun (24,3%) dan 10-18 tahun
(24,3%). Dan pada penggunaan antibiotik,
yang tertinggi adalah seftriakson pada 45
pasien (64,28%).
Tabel2. Kriteria ketepatan dan rasionalitas
penggunaan antibiotik pada pasien demam
tifoid di RSUD Undata Palu tahun 2012
Ket: : persentase
ketepatan kriteria rasionalitas
Pada tabel 2 diatas, didapatkan bahwa
pada kelompok pasien berumur diatas 12
tahun ketepatan indikasinya adalah 100%,
ketepatan obatnya adalah 100% tidak tepat,
ketepatan pasiennya 100% tepat, ketepatan
dosisnya 100% tidak tepat, dengan rasionalitas
100% tidak rasional. Sedangkan pada
kelompok pasien berumur 12 tahun kebawah,
ketepatan indikasinya adalah 96,4%, ketepatan
obatnya adalah 7,1% tepat, ketepatan
pasiennya 100% tepat, ketepatan dosisnya
100% tidak tepat, dengan rasionalitas 100%
tidak rasional.
D. PEMBAHASAN
Ketepatan indikasi artinya pemberian
obat harus berdasarkan adanya indikasi serta
dengan diagnosis yang akurat. Pada penelitian
ini didapatkan ketepatan indikasi pada
59
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ... adalah 100% tepat. Menurut panduanpelayanan medik PAPDI, ketepatan indikasi
dengan melihat keakuratan diagnosis, dimana
pemberian obat harus didasarkan diagnosis
yang tepat. Pada penelitian ini, didapatkan
seluruh pasien dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap
ataupun uji widal.Sedangkan pada kelompok
pasien berumur 12 tahun kebawah, didapatkan
ketepatan indikasinya adalah 96,4%, hal ini
dikarenakan pada 1 pasien, pasien hanya
didiagnosis berdasarkan gejala klinis saja.
Menurut Buku Ajar Infeksi Penyakit dan
Pediatri Tropis IDAI, ketepatan indikasi
pasien demam tifoid adalah pasien yang
didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan
disertai dengan pemeriksaan penunjang, baik
itu serologis maupun darah tepi.
Hasil Ketepatan obat pada kelompok
pasien berumur 12 tahun ke atas 100% tidak
tepat, hal ini dikarenakan pemberian antibiotik
tidak sesuai dengan panduan yang ada, dimana
yang menjadi agen first-line adalah
kloramfenikol. Sedangkan pada kelompok
pasien berumur 12 tahun kebawah, ketepatan
obat hanya 7,1%, dikarenakan pada terapi,
digunakan agen selain kloramfenikol,
seharusnya second-line dan third-line hanya
digunakan jika terbukti adanya resistensi
ataupun kontraindikasi terhadap
kloramfenikol.
Ketepatan pasien adalah pemilihan
obat yang disesuaikan dengan melihat ada
tidaknya kontraindikasi yang tercatat di rekam
medik pada pasien. Dari data pasien yang
didapatkan, baik kelompok pasien berumur 12
tahun keatas maupun kelompok paien berumur
12 tahun kebawah, tidak didapatkan adanya
ketidaktepatn pasien.
Ketepatan dosis dinilai dari
frekuensi pemberian, dosis pemberian dan
durasi pemberian dengan melihat rekam medik
masing-masing pasien. Dan dari hasil analisis
didapatkan ketepatan dosis pada kelompok
pasien berumur 121 tahun keatas, ketepatan
dosisnya adalah 100% tidak tepat, begitu pula
dengan kelompok pasien berumur 12 tahun
kebawah, didapatkan 100% tidak tepat.
Ketidak tepatan dosis yang ditemukan adalah
karena pemberian yang frekuensinya kurang,
dosis yang berlebih, dan durasi yang kurang
dari ketentuan. Penyesuaian dosis dilakukan
pada pasien berumur 12 tahun kebawah,
dengan menggunakan rumus Young seperti
berikut:
Dosis Anak = x dosis
dewasa (mg)
Dari hasil analisis rasionalitas,
didapatkan bahwa rasionalitas penggunaan
antibiotik pada kelompok pasien berumur 12
tahun keatas adalah 100% tidak rasinonal, dan
pada kelompok pasien berumur 12 tahun
kebawah, juga 100% tidak rasional.
Penggunaan obat dikatakan rasional jika
memenuhi 4 dari 5 kriteria rasionalitas, karena
kewaspadaan terhadap efek samping tidak
dapat diteliti. Penggunaan obat yang tidak
60
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ... yang tidak terpenuhi yaitu kriteria ketepatandosis pada pasien, dimana semua ketepatan
dosis didapatkan tidak tepat.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari 4 keriteria yang dapat diteliti pada
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ketepatan indikasi pasien demam tifoid di
RSUD Undata Palu tahun 2012 pada
kelompok pasien berumur 12 tahun keatas
adalah 100% tepat, dan pada kelompok
pasien berumur 12 tahun kebawah,
ketepatan indikasinya adalah 96,4%.
2. Ketepatan obat pasien demam tifoid di
RSUD Undata Palu tahun 2012 pada
kelompok pasien berumur 12 tahun keatas
adalah 100% tidak tepat, dan pada
kelompok pasien berumur 12 tahun
kebawah 7,1% tepat.
3. Ketepatan pasien demam tifoid di RSUD
Undata Palu tahun 2012 pada kelompok
pasien berumur 12 tahun keatas adalah
100% tepat, dan pada kelompok pasien
berumur 12 tahun kebawah juga 100%
tepat.
4. Ketepatan dosis pasien demam tifoid di
RSUD Undata Palu tahun 2012 pada
kelompok pasien berumur 12 tahun keatas
adalah 100% tidak tepat, dan pada
kelompok pasien berumur 12 tahun
kebawah 100% tidak tepat.
5. Rasionalitas penggunaan antibiotik pada
pasien demam tifoid di RSUD Undata Palu
tahun 2012 100% tidak rasional.
Saran yang dapat diberikan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah bagi institusi setempat agar lebih
mempertimbangkan penggunaan antibiotik
yang lebih rasional pada pasien demam tifoid.
Selain itu, bagi peneliti lain perlu diadakan
penelitian lebih lanjut secara prospektif
mengenai variabel-variabel yang lebih luas
agar dapat diketahui keadaan pasien pada saat
penelitian.
DAFTAR SINGKATAN
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
CFR : Case Fatality Rate
PAPDI :Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia
RSUD :Rumah Sakit Umum Daerah
61
Puspita Sari & Oktoviandri Saputra, Rasionalitas Pemberian Antibiotik pada Pasien ... F. DAFTAR PUSTAKA1. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan
Indonesia 2010. Jakarta. 2011.
2. Dinas Kesehatan Kota Palu. Profil
Pengobatan Demam Tifoid anak
di rumah sakit fatmawati jakarta
tahun 2001-2002. 2004 [Cited
Antibiotik pada Kasus Demam
Tifoid uang Dirawat pada
Pedoman Dasar Penulisan
Resep Dokter untuk Pasien
Anak. Yogyakarta. Bagian
Farmakologi dan Terapi
Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. 2012
6. Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ,
Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer
A, editors. Panduan Pelayanan
Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2006.
7. Rumah Sakit Umum Undata Palu.
Profil Rumah Sakit Umum
Undata Palu Tahun 2012. Palu.
RSUD Undata. 2012.
8. World Health Organization.
Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten/Kota.