• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah Agama Islam Pandangan Islam Terhadap Masalah Bayi Tabung atau Inseminasi Buatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah Agama Islam Pandangan Islam Terhadap Masalah Bayi Tabung atau Inseminasi Buatan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN ISLAM TERHADAP BAYI TABUNG

KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Tugas

Mata Kuliah Dasar Umum Agama Islam Dosen: Drs. Abdurrahman

Oleh

Zhazha Savira Herprananda NIM: 04111001081 Kelas: PDU Reguler 2011

Grup 2

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Pertama-tama marilah penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Swt. karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah penulis dapat menyusun karya ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya ilmiah ini berisikan tentang materi mengenai manfaat “Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung/inseminasi”. Di sini kami membahas apa saja manfaat dan bagaimana manfaat shalat bagi kesehatan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt., orang tua, dan dosen pembimbing yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis mengakui dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah penulis dikesempatan mendatang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Wa’alaikumsalam wr.wb.

Palembang, April 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN 5

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Tujuan 6

1.3 Manfaat 6

1.4 Metodologi Penulisan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Transfusi Darah 8

2.1.1 Sejarah Transfusi Darah 3

2.1.2 Risiko Transfusi Darah 7

2.1.3 Indikasi Transfusi Darah 7

2.1.4 Manfaat Transfusi Darah 7

2.1.5 Donasi Darah 7

2.1.5 Macam-macam Transfusi Darah 8

2.1.6 Cara Transfusi Darah 10

2.2 Hukum Islam Mengenai Transfusi Darah 11

2.2.1 Hakekat Darah 11

2.2.2 Landasan Hukum Islam Mengenai Transfusi Darah 11

2.2.3 Pandangan Islam Mengenai Transfusi Darah 13

BAB III METODE PENULISAN 16

3.1 Jenis Penulisan 16

3.2 Tempat dan Waktu Penulisan 16

3.3 Metode Pengumpulan Data 16

3.4 Metode Analisis Data 16

BAB IV PEMBAHASAN 17

4.1 Hubungan Antara Donor dan Resipien dalam Transfusi Darah 17

(4)

4.3 Hukum Menjualbelikan Darah dalam Islam 22

BAB V PENUTUP 25

5.1 Kesimpulan 25

5.2 Saran 25

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala yang telah diciptakan oleh sang pencipta (Allah) memiliki pasangannya masing-masing, begitupun juga dengan manusia. Manusia telah ditakdirkan untuk hidup saling berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan yang disatukan dalam satu ikatan yang disebut dengan pernikahan. Dalam hubungan pernikahan keinginan terbesar oleh sepasang suami-istri adalah mempunyai keturunan (anak). Sebagai mana diketahui bahwa anak bagi orang tua merupakan harta yang sangat berharga. Karena anak dapat diibaratkan sebagai penenang, penyemangat, pelengkap hidup dan dapat mengantikan orang tuanya sebagai pencari nafka bagi keluarganya ketika dewasa kelak. Oleh karena itu bagi pasangan yang belum dikaruniahi anak akan berupaya untuk dapat mempunyai keturunan (anak).

Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai keturunan (anak).

(6)

mempunyai anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan melakukannya.1

Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri pada bidang kedokteran dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil menciptakan teknologi yang disebut bayi tabung/inseminasi buatan. Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah bertahun-tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan (anak).

Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah) yang di beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dari bayi tabung/inseminasi buatan 2. Menjelaskan pandangan islam mengenai bayi tabung/inseminasi

buatan

3. Menjelaskan hukum bayi tabung menurut pandangan islam 4. Menjelaskan status bayi hasil bayi tabung menurut Islam

1.3 Manfaat

(7)

Penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, klinisi, dosen, dan masyarakat.

1) Bagi mahasiswa, karya ilmiah ini dapat menjadi referensi ilmu dalam menyikapi kemajuan teknologi terutama di bidang kedokteran agar tetap berpegang teguh pada keimanan dan hukum-hukum islam.

2) Bagi klinisi, adalah mereka dapat mengetahui pandangan islam terhadap kemajuan teknologi terutama di bidang kedokteran tentang bayi tabung 3) Bagi dosen, adalah menjadi referensi ilmu dalam meningkatkan kualitas

pengajaran yang berbasis islam terutama di bidang kedokteran dengan segala norma dan kaidah-kaidah islam.

4) Bagi masyarakat, adalah agar mengetahui pandangan islam terhadap kemajuan teknologi kedokteran yaitu bayi tabung/inseminasi buatan sehingga masyarakat mampu mempertimbangkan segala resikonya terkait norma dan kaidah islam dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan rekayasa genetika.

1.4 Metodologi Penulisan 1.4.1 Metode

Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui metode dan mendeskripsikan perspektif islam terhadap rekayasa genetika yang dijabarkan secara mendalam. 1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada karya tulis ini menggunakan sumber yang didapat dari internet, buku-buku, serta sumber-sumber tertulis lainnya yang membantu dalam penulisan karya tulis ini.

1.4.3 Analisis Data

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bayi Tabung/Inseminasi buatan

2.1.1 Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan

Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah fenomena bayi tabung. Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.

Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut “laparoscop” (temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris).

(9)

alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan ,perkembangan selama kehamilan seperti biasa.

2.1.2 Sejarah Bayi Tabung

Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak pada wanita.

2.1.3 Jenis-jenis Bayi Tabung

1. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

2. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

(10)

mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.

3. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.

4. Munculnya Bank Sperma

(11)

Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu bank-bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.2

2.1.4 Proses Bayi Tabung 1. Konsultasi

Sebelum memulai proses bayi tabung pasien diharuskan konsultasi terlebih dahulu kedokter. Hal ini perlu dilakukan untuk menyiapkan mental si pasien untuk menghadapi kejadian apapun yang mungkin saja terjadi apakah berhasil ataupun tidak, karena tingkat keberhasilan bayi tabung masih rendah, dan juga tergantung dari usia si calon ibu.

2. Cek Kesehatan

Pada proses bayi tabung tingkat kesehatan dan kesuburan wanita sangatlah penting. Pada tahap ini tingkat kesehatan dan kesuburan anda dan pasangan anda akan dicek. Si wanita harus memastikan kondisi apakah berada dalam kondisi yang prima da tidak terserang penyakit rahim atau penyakit menular.

3. Perangsangan Indung Telur

Dalam proses bayi tabung, dibutuhkan banyak sel telur untuk bisa dibuahi oleh sperma sehingga nantinya dokter bisa memilih embrio yang paling bagus dan berkualitas untuk dimasukkan ke dalam rahim sang ibu.

2 Dikutip dari Pandangan Islam terhadap Bayi tabung (

(12)

4. Pemantauan, pematangan dan pengambilan sel telur

Pada proses ini akan dilakukan pemantauan pertumbuhan folikel melalui alat bernama ultrasonografi untuk melihat kematangan sel telur. Setelah sel telur dianggap matang dan bagus, selanjutnya akan dilakukan proses pengambilan sel telur.

5. Pengambilan Sperma Suami

Proses pengambilan sperma ini dilakukan secara manual oleh sang suami dengan melakukan masturbasi. Nah dari sperma yang diperoleh, akan dipilih sperma yang berkualitas dimana memiliki ciri khas bergerak gesit dan juga berjalan lurus.

6. Pembuahan dan Pengembangan Embrio

Inilah hal terpenting dalam Proses Bayi Tabung. Setelah didapat sel telur dan sperma yang berkualitas, berikut akan dilakukan proses pembuahan di laboratorium oleh dokter ahli. Dari pembuahan jika berhasil maka akan berkembang menjadi embrio. Nah embrio yang terbaiklah yang akan dimasukkan kembali ke dalam rahim sang ibu. Sementara embrio yang tersisa akan disimpan untuk digunakan sebagai cadangan jika kehamilan gagal atau juga bisa digunakan untuk kehamilan berikutnya.

2.2 Hukum serta Pandangan Islam mengenai Bayi Tabung

2.2.1 Landasan Hukum Islam Mengenai Bayi Tabung

(13)

Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli ijtihad, agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad tentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang relevan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan pengkajian secara multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan mendasar.

Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum s u a m i i s t r i s e n d i r i d a n t i d a k d i t r a n s f e r e m b r i o n ya k e d a l a m r a h i m w a n i t a l a i n termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam“.

(14)

inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam“

Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaant e r p a k s a ( e m e rg e n c y) . P a d a h a l k e a d a a n d a r u r a t / t e r p a k s a i t u m e m b o l e h k a n melakukan hal-hal terlarang ”3

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor spermadan atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi).D a n s e b a g a i a k i b a t h u k u m n ya , a n a k h a s i l i n s e m i n a s i t e r s e b u t t i d a k s a h d a n nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untukmengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut :

1) A l - Q u r ’ a n

S u r a t A l - I s r a a y a t 7 0 :

D a n s e s u n g g u h n y a t e l a h K a m i m e l i a k a n a n a k - a n a k A d a m , K a m i a n g k a t mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Surat At-Tin ayat 4 :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhansebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihimakhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakanmanusia,

(15)

maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnyas e n d i r i d a n j u g a m e n g h o r m a t i m a r t a b a t s e s a m a m a n u s i a . S e b a l i k n y a inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi. 4

2) A l - H a d i t s

T i d a k h a l a l b a g i s e s e o r a n g y a n g b e r i m a n p a d a A l l a h d a n h a r i a k h i r menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain)’’.

(Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban)

2.2.2 Pandangan Ulama-Ulama dari berbagai Negara mengenai status hukum bayi tabung

1. Indonesia

Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :

a. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama.

b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).

(16)

c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masala~ yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.

d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung:

 Apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita

tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram.

 Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu

Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.”

 Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi

cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam fatwa itu.

 Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU

(17)

beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut

diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”

 Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara

mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).

2. Malaysia

Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi fatwa tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:

Keputusan 1 :

 Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara

“terhormat” adalah sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah tidak sah.

 Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan

berhak menerima harta pesaka dari keluarga yang berhak.

 Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan

cara yang tidak bertentangan dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.

Keputusan 2 :

 Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara

“terhormat” adalah sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah tidak sah.

 Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan

berhak menerima harta pesaka dari keluarga yang berhak.

 Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan

(18)

3. Arab Saudi

Menurut salah satu putusan Fatwa Ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa Alim ulama di lembaga riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan Islam di Kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung. Karena praktek tersebut akan

menyebabkan terbukanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun mani yang disuntikkan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Menurut pendapat saya, hendaknya seseorang ridha dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah yang berfirman dalam kitab-Nya:

Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. (QS. 42:50)

Namun demikian ada fatwa lain yang dikeluarkan oleh Majelis Mujamma’ Fiqih Islami. Majelis ini menetapkan sebagai berikut:

Pertama: Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-perkara lain yang dikecam oleh syariat :

1) Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

2) Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada

sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.

3) Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut. 4) Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan

wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri. 5) Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari

(19)

kedua: Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut:

1) Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

2) Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian juga kemungkinan kegagalan proses operasi persemaian sperma dan indung telur itu sangat perlu diperhitungkan. Demikian pula perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran amanah dari orang-orang yang lemah iman di rumah-rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur supaya operasi tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam melakukannya perlu kewaspadaan yang ekstra ketat.

Sementara itu Syaikh Nashiruddin Al-Albani sebagai tokoh ahli sunnah wal jamaah berpendapat lain, beliau berpendapat sebagai berikut : “Tidak boleh, karena proses pengambilan mani (sel telur wanita) tersebut

berkonsekuensi minimalnya sang dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang

mengharuskan seorang lelaki memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh.

(20)

minati atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal) dalam mendapatkan anak.” (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288).5

A. Dalil-dalil tentang Bayi Tabung

Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di ntara

pancamaslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-Insyirah:5-6) termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat

(21)

ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh

kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.

Bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar

memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat).

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor ialah:

1) Firman Allah

(22)

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” (QS Al-Israa’:70).

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-tiin:4).

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi.

2) Hadits Nabi

Hadist Nabi SAW yang mengatakan : ” tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang shahih oleh Ibnu Hibban).

(23)

wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah atau tidak mengawini wanita hamil. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak melakukan senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan. Pada saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena itu, kita tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.

Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa’ dalam bahasa Arab bisa berarti air hujan atau air secara umum, seperti dalam At-Thaha:53. Juga bisa berarti benda cair atau sperma seperti dalamAn-Nur:45 dan Al-Thariq:6.6

6 Dikutip dari Bayi Tabung Menurut Pandangan Islam

(24)

BAB III

PERMASALAHAN

Bayi tabung merupakan produk kemajuan teknologi kedokteran yg

demikian canggih yg ditemukan oleh pakar kedokteran Barat yg notabene mereka adalah kaum kafir . Bayi tabung adalah proses pembuahan sperma dgn ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung yg dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot kemudian dimasukkan ke dlm rahim sampai dilahirkan. Jadi proses tanpa melalui jima’ .

Tidak boleh karena proses pengambilan mani tersebut berkonsekuensi minimal sang dokter akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat sehingga tdk boleh dilakukan kecuali dlm keadaan darurat. Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yg mengharuskan seorang lelaki memindahkan mani ke istri dgn cara yg haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut dan ini pun tidak boleh.

Seseorang yg menempuh cara ini utk mendapatkan keturunan dikarenakan tdk diberi rizki oleh Allah berupa anak dgn cara alami berarti dia tdk ridha dgn takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya.

Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan

membimbing kaum muslimin utk mencari rizki berupa usaha dan harta dgn cara yg halal maka lebih lagi tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

menganjurkan dan membimbing mereka utk menempuh cara yg sesuai dgn syariat dlm mendapatkan anak.”

Bayi tabung ini mencuat ke permukaan karena adanya keinginan dari banyak pasangan suami istri karena satu hal dan yang lainnya yang tidak bisa mempunyai keturunan, sedang mereka sangat merindukannya, dan bayi tabung ini adalah salah satu alternatif yang bisa ditempuh untuk mewujdkan impian mereka tersebut.

(25)

Perlu menjadi catatan di sini bahwa bayi tabung telah berkembang pesat di Barat, tetapi bukan untuk mencari jalan keluar bagi pasangan suami istri yang tidak bisa mempunyai anak secara normal, tetapi mereka mengembangkannya untuk proyek-proyek maksiat yang diharamkan di dalam Islam, bahkan mereka benar-benar telah menghidupkan kembali pernikahan yang pernah dilakukan orang-orang jahiliyah Arab sebelum kedatangan Islam, yaitu para suami

menyuruh para istri untuk datang kepada orang-orang yang mereka anggap cerdas dan pintar atau pemberani agar mereka mau menggauli para istri tersebut dengan tujuan anak mereka ikut menjadi cerdas dan pemberani. Hal sama telah dilakukan di Amerika dimana mereka mengumpulkan sperma orang-orang pintar dalam bank sperma, kemudian dijual kepada siapa yang menginginkan anaknya pintar dengan cara enseminasi buatan dan bayi tabung.

Sedangkan menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.

Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. “Itu hukumnya HARAM”. Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.

Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya HARAM”. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.

Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.”

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan saya kaji adalah sebagai berikut:

(26)

2 Bagaimanakah pandangan islam mengenai bayi tabung/inseminasi buatan?

3 Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?

(27)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Bayi Tabung/inseminasi buatan

Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang” pembuahan “ sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut “laparoscop” yang

ditemuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris. Sel telur itu kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.

Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain ialah :

1. Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri.

2. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba palupi).

Teknik kedua ini lebih alamiah dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani) melalui hubungan seksual.

4.2 Pandangan Islam Mengenai Bayi Tabung / Inseminasi Buatan 4.2.1 Landasan Diharamkannya Bayi Tabung

(28)

تت اببييطط لا نب مت مم ههانبقمزبربوب رتحمببلماوب ريببلما يفت ممههانبلممبحبوب مبدبآ ينتبب انبممرطكب دمقبلبوب ليضت فمتب انبقملبخب نم مطمت رريثتكب ىلبعب ممههانبلمضط فبوب

Artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.”(QS. Al-Isra: 70)

b. Q.S At-Tin ayat 4

م

ر يوتقمتب نت سب حمأب يفت نباسبنملمتا انبقملبخب دمقبلب

Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .”(QS. At-Tin: 4)

Hadits Nabi :

هترتيمغب عبرمزب ههءبامب يب قتسم يب نم أب رتختلمب ا متوميبلماوب هتللابت نهمتؤميه ئررمتملت للحتيب لب

Artinya: “Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allash dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). (Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini dipandang shahih oleh Ibnu Hibban)”

Kedua ayat dan Hadits di atas menerangkan bahwa bayi tabung dengan sperma donor itu haram. Karena pada hakikatnya dapat merendahkan

harkat dan martabat manusia. Dalam hal itu manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Selain itu, diharamkannya bayi tabung dengan sperma donor karena akan menimbulkan percampuradukkan dan penghilangan nasab, yang telah diharamkan oleh ajaran Islam. Oleh karena itu, proses bayi tabung hendaknya dilakukan dengan memperhatikan nilai moral Islami dan tetap harus menjunjung tinggi etika dan kaidah-kaidah syari’ah.

4.2.2 Landasan Diperbolehkannya Bayi Tabung Firman Allah SWT:

اربشم يه رتشم عهلا عبمب نطات

Artinya: “Setiap ada kesulitan, ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5). Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Anas Ra bahwa Nabi SAW telah

bersabda: “Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak), sebab sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para Nabi dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat nanti.” (HR. Ahmad)

(29)

menggapai karunia Allah. Termasuk dalam kesulitan reproduksi manusia. Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka bersyukur dan

menggunakannya sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran-Nya.

Kesulitan reproduksi tersebut dapat di atasi dengan upaya medis agar

pembuahan antara sel sperma suami dengan sel telur istri dapat terjadi di luar tempatnya yang alami. Hal ini diperbolehkan dengan syarat jika upaya pengobatan untuk mengusahakan pembuahan dan kelahiran alami telah dilakukan dan tidak berhasil. Dalam proses pembuahan di luar tempat yang alami tersebut, setelah sel sperma suami dapat sampai dan membuahi sel telur istri dalam suatu wadah yang mempunyai kondisi mirip dengan kondisi alami rahim, maka sel telur yang telah terbuahi diletakkan pada tempatnya yang alami (rahim istri). Dengan demikian, kehamilan alami diharapkan dapat terjadi dan selanjutnya akan dapat dilahirkan bayi secara normal. Proses seperti itu merupakan upaya manusia melalui medis untuk mengatasi kesulitannya dalam reproduksi dan hukumnya boleh menurut syara’. Sebab upaya tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam yaitu kelahiran dan perbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan sebagaimana hadits di atas.

Dengan demikian, hukum bagi tabung itu mubah (boleh) dengan syarat sperma dan sel telur suami-istri itu sendiri bukan dari donor.7

4.3 Hukum Bayi Tabung Menurut Pandangan Islam

Perkembangan ilmu dan teknologi memberikan dampak yang signifikan terhadap pola dan prilaku kehidupan manusia. Perkembangan ilmu dan teknologi bayi tabung dapat dipandang sebagai solusi atas masalah kelanjutan keturunan namun juga dapat dipandang sebagai masalah yang berkaitan dengan etika dan sebagainya.

(30)

4.3.1 Mudharat

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa:

1. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.

2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.

4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tanggal.

5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.

6. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).

7. Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.

8. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.

9. Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.

10. Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu.

(31)

Adapun maslahah dari teknik bayi tabung, antara lain :

1. Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau mandul.

2. Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.

3. Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.

4. Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.

4.4 Status Anak Hasil Bayi Tabung menurut Islam

Status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974: ”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.” maka memberikan

pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah. Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan

Pancasila, UUD 1945 pasal 29 ayat 1.

Pasal dan ayat lain dalam UU Perkawinan ini, terlihat bagaimana peranan agama yang cukup dominan dalam pengesahan sesuatu yang

berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2 ayat 1 (sahnya perkawinan), pasal 8 (f) tentang larangan perkawinan antara dua orang karena agama melarangnya, dll. lagi pula negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku.

(32)
(33)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam kandungan” (in vivo).

Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.

5.2 Saran

Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan denganPancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.

P e m e r i n t a h h e n d a k n ya h a n ya m e n g i z i n k a n d a n m e l a ya n i p e r m i n t a a n b a yi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan s i a p a ya n g m e l a k u k a n i n s e m i n a s i b u a t a n p a d a m a n u s i a d e n g a n s p e r m a dan/atau ovum donor yang tidak bertentangan dengan hukum islam.

(34)

Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Ali, Muhammad Daud. 1984. Kedudukan Islam dan Sistem Hukum Islam. Jakarta: Yayasan Risalah

Bayi Tabung dalam Pandangan Islam (Athfaalul Anaabib )

(http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/) , diakses pada Kamis, 17 April 2014

Bayi Tabung dalam Pandangan Islam ( http://putraelhilal.blogspot.com/2013/10/bayi-tabung-dalam-pandangan-islam.html). Diakses pada Jumat, 25 April 2014

Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.

Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung

(

Referensi

Dokumen terkait

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau. mendekati

Seperti halnya di Kota Yogyakarta yang telah mengembangan coklat praline sebagai salah satu alternatif oleh-oleh yang mencermikan identitas kebudayaan kota tersebut, melalui

Pada algoritma blowfish terdapat keunikan dalam hal proses dekripsi, yaitu proses dekripsi dilakukan dengan urutan yang sama persis dengan proses enkripsi, hanya saja pada

Dimana seluruh dokumen yang dibuat disimpan dan disusun pada cloud computing (komputasi awan). Google Docs saat ini telah menjadi trend aplikasi online untuk mengelola

Shahabat kita Shuhaib adalah anak pendatang atau orang perantau, sedang shahabat yang berjumpa dengannya di ambang pintu rumah tadi -- yakni 'Ammar bin Yasir -- adalah

Penelitian ini juga penting dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan, sehingga

Berdasarkan hal tersebut, kami menyarankan bahwa Kepada pihak rumah sakit agar meningkatkan dimensi iklim kerja rumah sakit baik dari segi kesesuaian, tanggung

Berdasarkan ana- lisis statistik anova, bahwa faktor blan- ching dan metode pengeringan berpenga- ruh nyata terhadap Indeks Penyerapan Air (IPA) tepung ubi jalar