• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN BAB. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN BAB. A. Latar Belakang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada di bagian tenggara Kota Yogyakarta, dengan Ibukota di Wonosari yang terletak diantara koordinat 1100 21’ - 1000 50’ Bujur Timur dan 70 46’ - 80 09’ Lintang Selatan. Kabupaten Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari 18 Kecamatan, 144 Desa, dan 1.431 Padukuhan. Secara geografis wilayah Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh perbukitan dan pegunungan kapur dengan mayoritas penduduknya hidup dari bercocok tanam dan sebagai buruh.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki berusaha mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita luhur perjuangan bangsa Indonesia sesuai dengan bunyi alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Usaha tersebut diantaranya ditempuh dengan menyelenggarakan good governance yang merupakan prasyarat utama bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.

Komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah, private sector, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar good governance dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas, profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi. Untuk itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih, dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

BAB

(2)

2 Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial pada tiap lingkungan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap bagian. Masing-masing individu pada setiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas kegiatan yang benar-benar telah direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai hasilnya oleh pihak yang berwenang. Akuntabilitas instansi pemerintah

merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Sejalan dengan hal itu, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama, serta Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Bupati menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah daerah berdasarkan Laporan Kinerja tahunan SKPD dan menyampaikannya kepada Gubernur, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan yang dipercayakan kepada setiap Instansi Pemerintah berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan. LAKIP juga berperan sebagai alat kendali, alat penilai kinerja, dan alat pendorong terwujudnya good

governance serta berfungsi sebagai media pertanggungjawaban kepada publik.

Bertitik tolak dari RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014, maka LAKIP Kabupaten Gunungkidul yang disusun merupakan realisasi hasil kegiatan tahun 2014 dan menyajikan laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Bupati Gunungkidul kepada Presiden.

(3)

3

B.

Tugas Pokok dan Struktur Organisasi

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari hal Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59).

1. Tugas Pokok

Dalam ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, disebutkan bahwa “Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional”. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

Penyelenggaraan desentralisasi sebagai salah satu asas mendasar dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah. Kabupaten Gunungkidul memiliki 26 urusan pemerintahan wajib dan 8 urusan pilihan. Urusan pemerintahan daerah tersebut harus diwadahi dalam kelembagaan perangkat daerah.

Kewenangan daerah yang berupa 26 (dua puluh enam) urusan wajib yang menjadi urusan pemerintahan daerah Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan;

b. Bidang Kesehatan;

(4)

4 d. Bidang Pekerjaan Umum;

e. Bidang Penataan Ruang;

f. Bidang Perencanaan Pembangunan; g. Bidang Perumahan;

h. Bidang Kepemudaan dan Olahraga; i. Bidang Penanaman Modal;

j. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; k. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil;

l. Bidang Ketenagakerjaan; m. Bidang Ketahanan Pangan;

n. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; o. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; p. Bidang Perhubungan;

q. Bidang Komunikasi dan Informatika; r. Bidang Pertanahan;

s. Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri;

t. Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian;

u. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; v. Bidang Sosial;

w. Bidang Kebudayaan; x. Bidang Statistik; y. Bidang Kearsipan; dan z. Bidang Perpustakaan.

Sedangkan kewenangan daerah yang berupa 8 (delapan) urusan pilihan yang menjadi urusan pemerintahan daerah Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:

a. Bidang Kelautan dan Perikanan; b. Bidang Pertanian;

c. Bidang Kehutanan;

d. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral; e. Bidang Pariwisata;

f. Bidang Industri;

g. Bidang Perdagangan; dan h. Bidang Ketransmigrasian.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat agar terwujud masyarakat Kabupaten Gunungkidul yang madani, sejahtera lahir dan batin berlandaskan iman dan taqwa.

(5)

5

2. Struktur Organisasi

Organisasi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terdiri dari Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Rumah Sakit Umum Daerah, dan Kecamatan. Perangkat Daerah dimaksud bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Struktur Organisasi Sekretariat Daerah yaitu:

a. Sekretaris Daerah;

b. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, yang membawahi: 1) Bagian Administrasi Pemerintahan Umum;

2) Bagian Administrasi Pemerintahan Desa; 3) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat.

c. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, yang membawahi: 1) Bagian Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam; 2) Bagian Administrasi Pembangunan.

d. Asisten Administrasi Umum, yang membawahi: 1) Bagian Umum;

2) Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol; 3) Bagian Hukum;

4) Bagian Organisasi.

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dalam ketentuan Pasal 8A dan Pasal 8B Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 diatur juga mengenai Staf Ahli Bupati dengan nomenklatur jabatan staf ahli dapat terdiri dari:

a. Staf ahli bidang hukum dan politik; b. Staf ahli bidang pemerintahan; c. Staf ahli bidang pembangunan;

d. Staf ahli bidang kemasyarakatan dan sumber daya manusia; dan e. Staf ahli bidang ekonomi dan keuangan.

(6)

6 Sedangkan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dengan struktur organisasi sebagai berikut: a. Sekretaris DPRD;

b. Bagian Tata Usaha;

c. Bagian Perencanaan dan Keuangan; d. Bagian Risalah dan Perundang-undangan; e. Bagian Persidangan dan Protokol; dan f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dinas-dinas Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Dinas-Dinas Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Dinas-Dinas Daerah, yaitu:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga; b. Dinas Kesehatan;

c. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; d. Dinas Peternakan;

e. Dinas Kelautan dan Perikanan; f. Dinas Kehutanan dan Perkebunan; g. Dinas Pekerjaan Umum;

h. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi;

i. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Energi, dan Sumber Daya Mineral;

j. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

k. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; l. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan; dan

m. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah.

Lembaga Teknis Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas

(7)

7 Lembaga Teknis Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Lembaga Teknis Daerah, adalah sebagai berikut:

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; b. Badan Kepegawaian Daerah;

c. Inspektorat Daerah;

d. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Keluarga Berencana; e. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;

f. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan; g. Kantor Pengelolaan Pasar;

h. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan; i. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah;

j. Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu; dan k. Satuan Polisi Pamong Praja.

Selain Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 13 (tiga belas) Dinas-dinas Daerah, 11 (sebelas) Lembaga Teknis Daerah (LTD), masih terdapat 3 (tiga) Lembaga yang dibentuk dalam peraturan daerah tersendiri, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Kecamatan.

Badan Penangguangan Bencana Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Badan Penangguangan Bencana Daerah. RSUD Wonosari dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari.

Sedangkan Pemerintah Kecamatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut dibentuk 18 kecamatan dengan 144 desa. Kecamatan yang dibentuk mempunyai tugas salah satunya adalah membina penyelenggaraan pemerintahan desa. Untuk penyelenggaraan pemerintahan desa diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.

(8)

8 Untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah, didukung sumberdaya manusia yang memadai dengan jumlah pegawai sebanyak 10.604 orang pada akhir Tahun 2014, yang tersebar pada seluruh instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Adapun jabatan struktural di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebanyak 753 jabatan, terdiri dari eselon II.a = 1 jabatan, eselon II.b = 25 jabatan, eselon III = 147 jabatan, eselon IV = 519, dan eselon V = 61 jabatan. Sedangkan jumlah Pegawai Negeri Sipil non eselon sebanyak 9.851 orang.

Gambar 1.1

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul.

Sedangkan komposisi pegawai Gunungkidul berdasarkan Golongan Ruang adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Komposisi Pegawai

No. Golongan/Ruang Bezetting 31 - 12 - 2014

1 I/a – I/d 362

2 II/a – II/d 1.840

3 III/a – III/d 4.539

4 IV/a – IV/e 3.863

Jumlah 10.604

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul.

(9)

9

Gambar 1.2

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul.

Sedangkan sumber dana untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan berasal dari Pandapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Pemerintah Pusat yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Besarnya APBD menunjukkan kemampuan daerah dalam rangka peningkatan pembangunan bagi masyarakat. Pada Tahun 2013 anggaran pendapatan dan belanja masing-masing sebesar Rp1.232.294.627.656,53 dan Rp1.329.895.597.478,50. Sedangkan untuk Tahun 2014 anggaran pendapatan dan belanja masing-masing sebesar Rp1.356.261.456.616,86 dan Rp1.492.754.893.762,03. Dengan demikian APBD Tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 9,14% untuk anggaran pendapatan dan anggaran belanja sebesar 10,91%.

Ditinjau dari anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Tahun 2013 sebesar Rp76.674.187.127,23 dan Tahun 2014 sebesar Rp144.367.217.444,98 yang berarti mengalami kenaikan sebesar 46,89% dari tahun sebelumnya. Sedangkan anggaran penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2013 sebesar Rp779.069.238.000,00 dan Tahun 2014 sebesar Rp847.388.294.000,00. Dengan demikian mengalami peningkatan sebesar Rp68.319.056.000,00 atau 8,06% dari tahun sebelumnya.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pangkat dan Golongan Pada Akhir Tahun 2014

(10)

10

Gambar 1.3

Grafik Perbandingan Anggaran PAD, DAU, Pendapatan dan Belanja Tahun 2014 dan 2013

Sumber : DPPKAD Kabupaten Gunungkidul.

Peningkatan PAD memberikan harapan bahwa upaya-upaya dan strategi dalam peningkatan PAD telah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam memberdayakan sektor-sektor yang potensial. Akan tetapi perolehan PAD jika dibandingkan dengan realisasi pengeluaran yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan, masih menunjukkan peranan yang kecil. Dengan demikian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Gunungkidul masih sangat tergantung pada Pemerintah Pusat untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Gunungkidul, walaupun dengan kecenderungan semakin kecil peranannya.

C.

Permasalahan Utama (Strategic Issued)

Gambaran tentang permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta permasalahan daerah yang masih menjadi agenda program yang harus direncanakan:

1. Permasalahan daerah yang berhubungan prioritas dan sasaran pembangunan daerah:

a. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung perekonomian daaerah yang lestari.

(11)

11 b. Belum optimalnya tata guna dan tata kelola air.

c. Belum optimalnya pengelolaan investasi dan industri yang berakibat masih rendahnya investasi.

d. Rendahnya daya saing produk Kabupaten Gunungkidul pada lingkup lokal, regional, maupun nasional.

e. Belum optimalnya pengembangan industri olahan hasil pertanian.

f. Kurangnya kualitas manajemen usaha kecil menengah inovasi produk dan belum optimalnya kemitraan antar usaha serta belum optimalnya pengembangan pasar tradisional.

g. Masih terdapat objek wisata yang mengalami keterbatasan air bersih dan sanitasi, belum terjangkau listrik PLN dan jangkauan komunikasi.

h. Pemetaan potensi wisata secara rinci dan update masih belum dapat di laksanakan.

i. Potensi budaya lokal dalam mendukung pariwisata belum di optimalkan oleh masyarakat.

j. Regulasi yang mengatur pengelolaan di bidang pariwisata masih belum cukup untuk mengatur pola dan optimalisasi keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

k. Masih kurangnya partisipasi masyarakat dan pelaku usaha dalam pengembangan objek dan daya tarik pariwisata.

l. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan rencana tata ruang. m. Belum optimalnya tata guna dan tata kelolaan air.

n. Masih terdapat kawasan permukiman menghadapi masalah sanitasi dan pengelolaan limbah.

o. Manajemen sumber daya manusia aparatur belum sepenuhnya sesuai dengan kualifikasi jabatan dan beban kerja SKPD.

p. Kualitas SDM aparatur pemerintah daerah masih belum memadai yang menyangkut masalah disiplin, etos kerja, motivasi, dan tanggung jawab. 2. Identifikasi dan sinkronisasi isu strategi Kabupaten Gunungkidul, Daerah

Istimewa Yogyakarta, dan Nasional tahun 2014:

a. Manajemen sumber daya manusia aparatur belum sepenuhnya sesuai dengan kualifikasi jabatan dan beban kerja SKPD.

b. Kualitas SDM aparatur pemerintah daerah masih belum memadai yang menyangkut masalah disiplin, etos kerja, motivasi, tanggung jawab.

c. Masih rendahnya kualitas pelayanan publik.

d. Pembangunan PAUD terkendala wilayah yang tersebar dengan jarak sekolah PAUD dengan rumah tinggal yang berjauhan.

(12)

12 e. Tersebarnya kualifikasi dan kompetensi pendidik dan belum maksimalnya

peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

f. Masih rendahnya mutu lulusan pendidikan dasar di bandingkan kabupaten/kota di DIY.

g. Kurang meratanya SDM dan akses serta mutu layanan kesehatan yang belum optimal.

h. Masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan.

i. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. j. Angka kemiskinan dan pengangguran yang masih cukup tinggi.

k. Masih cukup tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

l. Belum memadainya sarana dan prasarana publik.

m. Masih sangat terbatasnya jumlah dan kualitas prasarana wilayah. n. Belum optimalnya tataguna dan tatakelola air.

o. Kepemilikan lahan yang sempit dan semakin menurunnya daya dukung lahan.

p. Keterbatasan akses modal untuk saprodi.

q. Masih rendahnya akses informasi dan penerapan teknologi pertanian. r. Masih rendahnya kemampuan sumber daya manusia pertanian.

s. Berkurangnya minat generasi muda untuk menjadi petani/tenaga kerja di sector pertanian.

t. Penerapan teknologi dan manajemen usaha kelautan dan perikanan masih bersifat tradisional.

u. Rendahnya motivasi generasi muda untuk berkecimpung di bidang kelautan dan perikanan.

v. Masih rendahnya kualitas SDM baik aparatur maupun masyarakat kelautandan perikanan secara umum.

w. Terjadinya kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan.

x. Rendahnya kapasitas mitigai bencana dan masih seringnya terjadi bencana alam.

D. Maksud dan Tujuan Penyusunan LAKIP 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

(13)

13 Pemerintah. Perpres dan Permenpan dan RB ini memberikan tuntunan kepada semua instansi pemerintah untuk menyiapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai bagian integral dari siklus akuntabilitas kinerja yang utuh yang dikerangkakan dalam suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Dengan dasar pemikiran tersebut, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang kami susun memiliki dua fungsi utama. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh stakeholders (Pemerintah, DPRD, dan masyarakat). Kedua, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja di masa datang. Dua fungsi utama LAKIP tersebut merupakan cerminan dari maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP oleh setiap instansi pemerintah.

Gambar 1.4.

Maksud dan Tujuan Penyusunan LAKIP 2014

Dengan demikian, maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 mencakup hal-hal berikut ini:

 Aspek Akuntabilitas Kinerja bagi keperluan eksternal organisasi, menjadikan LAKIP 2014 sebagai sarana pertanggungjawaban Pemerintah Kabupaten Gunungkidul atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama tahun 2014. Esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sampai sejauh mana sasaran strategis telah dicapai selama tahun 2014.

 Aspek Manajemen Kinerja bagi keperluan internal organisasi, menjadikan LAKIP 2014 sebagai sarana evaluasi pencapaian kinerja manajemen oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bagi upaya-upaya perbaikan kinerja di masa datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan, manajemen Pemerintah Kabupaten Gunungkidul akan merumuskan strategi pemecahan masalahnya agar capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

Akuntabilitas

Kinerja Manajemen Kinerja

(14)

14

E. Sistematika LAKIP 2014

Dalam laporan akuntabilitas ini disajikan data kegiatan maupun sumber pembiayaan yang bersifat strategis, yaitu data kegiatan pembangunan sebagaimana tercantum dalam APBD Tahun Anggaran 2014 dan program/kegiatan yang dilakukan satuan kerja/instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul selama tahun 2014. Capaian kinerja (performance results) 2014 tersebut diperbandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang.

Dengan pola pikir seperti itu, dan sejalan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Sistematika Penyajian LAKIP Tahun 2014 SAMPUL KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tugas Pokok dan Struktur Organisasi Permasalahan Utama (Strategic Issued) Maksud dan Tujuan Penyusunan LAKIP 2014 Sistematika LAKIP 2014

(15)

15

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2010 – 2015 Rencana Kinerja Tahun 2014

Perjanjian Kinerja Tahun 2014

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran Kinerja

Evaluasi dan Analisis Akuntabilias Kinerja Akuntabilitas Keuangan

BAB IV PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Uraian singkat masing-masing bab adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan; menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas pokok, dan

struktur organisasi, mengungkapkan permasalahan utama (strategic issued), menjabarkan maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP 2014, dan sistematika penyusunan LAKIP 2014.

Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja; menjelaskan rencana strategis

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, yaitu RPJMD untuk periode 2010-2015, rencana kinerja untuk tahun 2014 dan perjanjian kinerja untuk tahun 2014.

Bab III Akuntabilitas Kinerja; disajikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi

kinerja, dan analisis capaian kinerja, termasuk menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target-target kinerja yang telah ditetapkan serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil untuk perbaikan dan peningkatan kinerja. Akuntabilitas keuangan menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.

Bab IV Penutup; menjelaskan kesimpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas

Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 dan menguraikan saran yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

(16)

16 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gunungkidul merupakan dokumen perencanaan strategis lima tahunan berdasarkan visi, misi, serta program Kepala Daerah terpilih yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam rangka pengintegrasian untuk menciptakan keterpaduan, keserasian, dan mensinergikan perencanaan pembangunan daerah dalam sistem pembangunan nasional. RPJMD ini merupakan dokumen perencanaan strategis Kabupaten Gunungkidul.

Dalam penyusunan RPJMD Tahun 2010-2015, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terlebih dahulu menyelenggarakan Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Menengah secara partisipatif dengan melibatkan unsur pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan setempat sehingga bisa dijadikan acuan dalam penentuan prioritas program dan kegiatan tahunan. Selanjutnya RPJMD tersebut dijabarkan dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) sebagai dokumen teknis operasional.

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan maka RPJMD tersebut dijabarkan ke dalam perencanaan kinerja tahunan yang memuat sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu satu tahunan dan strategi yang digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut serta tolok ukur dan target kinerja apa saja yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas pencapaian sasaran yang bersangkutan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tanggal 20 Desember 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 15 Tahun 2013. RPJMD atau Renstra tersebut merupakan alat perencanaan pembangunan jangka menengah yang menjadi tolok ukur kinerja daerah dalam melaksanakan amanat yang telah diberikan oleh masyarakat Kabupaten Gunungkidul.

BAB

II

PERENCANAAN DAN

PERJANJIAN KINERJA

(17)

17

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

2010

-

2015

Untuk memberikan arah terhadap pencapaian tujuan pembangunannya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyusun perencanaan pembangunan yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah sebagai bentuk perencanaan stratejik. Perencanaan ini dalam rangka pencapaian tujuan otonomi yang diarahkan dengan penerapan prinsip, asas, tujuan, dan mekanisme perencanaan pembangunan daerah otonom yang konsisten dan didasarkan pada potensi sumber daya dan perkembangan masyarakat secara global. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 tanggal 20 Desember 2010. Dokumen tersebut juga merupakan alat perencanaan pembangunan jangka menengah yang menjadi tolok ukur kinerja daerah dalam melaksanakan amanat yang telah diberikan oleh masyarakat Kabupaten Gunungkidul.

Dalam pelaksanaan RPJMD tahun keempat di tahun 2014 dipandang penting dan mendesak untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah, baik di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaannya sehingga Kabupaten Gunungkidul akan semakin maju, makmur, dan sejahtera.

RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 telah diupayakan disusun dengan menerapkan berbagai pendekatan perencanaan. Dalam penyusunannya juga telah diupayakan menggunakan asumsi dan proyeksi kondisi lingkungan strategis selama lima tahun rencana. Namun ternyata dalam perjalanan terdapat perubahan kondisi lingkungan strategis yang harus disikapi oleh pemerintah daerah untuk menjamin tujuan pembangunan dapat terwujud, antara lain adanya kebijakan nasional berupa penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan pencapaian Millenium

Development Goals (MDGs) yang harus diintegrasikan dalam dokumen perencanaan,

serta diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta juga menjadi salah satu substansi materi sinkronisasi RPJMD. Meskipun Keistimewaan berada pada level Pemerintah DIY, namun secara tidak langsung filosofi dan tata nilai keistimewaan DIY juga harus menjadi acuan filosofi dan tata nilai pembangunan di Kabupaten/Kota. Beberapa catatan dalam klarifikasi Gubernur terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, Hasil Konsultasi Perubahan Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten Gunungkidul

(18)

18 kepada Pemerintah DIY, dan hasil evaluasi pelaksanaan RPJMD juga menjadi dasar perlunya pelaksanaan review RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.

Dengan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010, diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, yang ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 24 Desember 2013.

1. Visi dan Misi

Visi Kabupaten Gunungkidul yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 adalah:

“Mewujudkan Gunungkidul yang Lebih Maju, Makmur, dan Sejahtera”, dengan

penjelasan sebagai berikut:

a. Gunungkidul lebih maju, lebih makmur, dan lebih sejahtera merupakan keadaan masyarakat Gunungkidul yang lebih kreatif, inovatif, dinamis, profesional, selalu bergerak ke depan untuk mencapai nilai-nilai yang lebih berkualitas, unggul, dan handal dalam meningkatkan standar kehidupan, baik dalam peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, penghormatan atas nilai-nilai budaya, kemanusiaan, kesetaraan “gender”, menumbuhkan jati diri baik pribadi maupun masyarakat, dan perwujudan kondisi masyarakat yang tercukupi dan terpenuhi kebutuhan dasarnya serta meningkat taraf hidup dan kualitas hidupnya dari waktu ke waktu.

b. Pengertian maju adalah perwujudan kondisi masyarakat yang tumbuh dan berkembang baik secara ekonomi, sosial, kependudukan, dan politik. Ditinjau dari aspek ekonomi masyarakat yang maju diukur dari tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari pendapatan rata-rata dan pembagian yang lebih merata. Proses produksi telah berkembang dengan keterpaduan antar sektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa, serta didukung suatu pemanfaatan sumber daya alam secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan. Lembaga dan pranata ekonomi telah tertata dan berjalan serta berfungsi dengan baik, sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas tinggi. Ditinjau dari aspek sosial, masyarakat yang maju berkaitan dengan kualitas sumber daya manusianya, yang dicerminkan semakin tinggi tingkat pendidikan penduduknya. Ditinjau dari aspek kependudukan, masyarakat yang maju adalah masyarakat yang sehat, usia harapan hidup yang tinggi, kualitas pelayanan sosial yang baik, dan tingkat pertumbuhan

(19)

19 penduduk yang lebih kecil. Ditinjau dari aspek politik, masyarakat yang maju adalah masyarakat yang telah mampu mengembangkan sistem dan kelembagaan politik yang demokratis dan mantap, warganya terjamin hak-haknya, dan adanya peran serta masyarakat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan. c. Sementara itu, kondisi masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera adalah

tercukupinya kebutuhan dasar hidup masyarakat baik lahir maupun batin, yang ditandai oleh kecukupan pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, disamping situasi keamanan yang kondusif, suasana kehidupan yang rukun, saling menghormati dan menghargai dilandasi oleh sikap religius, serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Adapun motto yang pembangunan Tahun 2010-2015 adalah: “Deso Makmur Gunungkidul Makmur”.

Misi pembangunan daerah adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh pemerintah daerah, untuk mencapai visi pembangunan daerah yang telah ditetapkan, agar tujuan pembangunan daerah dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka memberikan kemudahan bagi penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan, sesuai dan selaras dengan isi substansinya, maka dirumuskan misi pembangunan daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 hasil review sebagai berikut:

a. Peningkatan pemanfaatan air sebagai sumber kemakmuran.

b. Pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, peningkatan iklim usaha yang kondusif, serta peningkatan peluang investasi dan penggalangan sumber-sumber pendanaan sebagai penggerak perekonomian daerah.

c. Peningkatan pengelolaan pariwisata.

d. Pengembangan sumber daya manusia yang terampil, profesional, dan peduli. e. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan bebas dari

Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Untuk memperjelas pemahaman terhadap misi pembangunan tersebut, berikut ini adalah penjelasan masing-masing misi:

Misi Kesatu:

Peningkatan pemanfaatan air sebagai sumber kemakmuran adalah upaya pemerintah daerah dalam memperkuat sistem pengelolaan air untuk sebesar-besarnya dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan air bersih, irigasi, pengairan, dan meningkatkan cadangan air bagi masyarakat pada masa yang akan datang.

Misi Kedua:

Pemanfaatan sumber daya alam secara lestari yaitu upaya pemerintah daerah untuk memperkuat dan meningkatkan kesadaran semua pihak dalam pengelolaan dan

(20)

20 pendayagunaan sumber daya alam untuk mendukung perekonomian, dengan tetap mempertimbangkan fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi dan daya dukung lingkungan. Pembangunan ekonomi diupayakan dengan tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui pemanfaatan ruang yang serasi untuk kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

Peningkatan iklim usaha yang kondusif adalah upaya pemerintah daerah untuk memperkuat dunia usaha/swasta berbasis potensi daerah menuju keunggulan kompetitif daerah dan mampu membangun struktur perekonomian daerah yang tangguh, kuat, dan kokoh.

Peningkatan peluang investasi dan penggalangan sumber-sumber pendanaan adalah upaya pemerintah daerah untuk memacu pertumbuhan investasi, baik investasi dalam negeri maupun luar negeri dan upaya memperkuat kapasitas keuangan daerah untuk mendukung pembiayaan pembangunan daerah agar semakin berdaya.

Misi Ketiga:

Peningkatan pengelolaan pariwisata yaitu upaya pemerintah daerah untuk mengembangan sektor pariwisata sebagai basis aktivitas ekonomi masyarakat melalui berbagai inovasi pengembangan objek wisata yang meliputi wisata alam, wisata berbasis keindahan alam, dan lingkungan (ecotourism) dengan tetap memperhatikan unsur kelestarian lingkungan dan memperhatikan tata ruang wilayah serta pencegahan pemanasan global (global warming).

Misi Keempat:

Pengembangan sumber daya manusia yang terampil, profesional, dan peduli adalah upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempunyai kesadaran dan kepedulian yang tinggi terhadap pembangunan.

Misi Kelima:

Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) adalah upaya pemerintah daerah dalam memperkuat sistem pemerintahan yang baik dan bersih. Hal tersebut dilakukan melalui penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk KKN, peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi publik, dan peningkatan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan yang dicapai dengan cara penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintah daerah dan pada semua kegiatan pembangunan.

(21)

21

2. Tujuan dan Sasaran

Sesuai dengan visi dan misi tersebut, dirumuskan tujuan pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, yaitu:

a. Peningkatan pengelolaan sumber-sumber air dan penyediaan air bersih.

b. Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

c. Peningkatan kemudahan dalam memperoleh dan menciptakan lapangan kerja melalui penggalian pemberdayaan usaha kecil, mikro, dan menengah.

d. Penggalangan sumber-sumber pendanaan baik dari dalam / luar negeri untuk memacu pembangunan daerah, menciptakan lapangan kerja, dan Pendapatan Asli Daerah.

e. Peningkatan pengelolaan pariwisata melalui kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

f. Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM, melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kemudahan akses layanan pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya. g. Peningkatan sistem pelayanan publik dengan menerapkan prinsip-prinsip good

governance.

Berdasarkan atau tujuan, selanjutnya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menjabarkan dalam sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai secara tahunan selama periode RPJMD. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran Indikator Kinerja

Tujuan 1: Peningkatan pengelolaan sumber-sumber air dan penyediaan air bersih.

Sasaran Strategis 1:

Sentra produksi memiliki infrastruktur air dan sanitasi yang handal.

1. Persentase sentra produksi yang memiliki air bersih yang handal;

2. Persentase keterjangkauan air kawasan rawan kekeringan pada musim kemarau;

3. Persentase lahan pertanian yang terairi secara kontinyu;

4. Jumlah pemanfaatan air/sungai bawah tanah (sumur pompa);

5. Panjang Jaringan Irigasi (Jaringan irigasi tersier, irigasi perdesaan, dan Jaringan Tingkat Usaha Tani (JITUT) pada lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura);

6. Jumlah penyediaan penampung air (Embung dan damparit);

(22)

22

Sasaran Indikator Kinerja

Sasaran Strategis 2:

Kawasan permukiman

memiliki infrastruktur air yang handal.

Persentase kawasan permukiman yang memiliki air bersih yang handal;

Tujuan 2: Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Tujuan 3: Peningkatan kemudahan dalam memperoleh dan menciptakan lapangan kerja melalui penggalian pemberdayaan usaha kecil, mikro, dan menengah.

Tujuan 4: Penggalangan sumber-sumber pendanaan baik dari dalam / luar negeri untuk memacu pembangunan daerah, menciptakan lapangan kerja, dan Pendapatan Asli Daerah.

Sasaran Strategis 3:

Sentra produksi memiliki infrastruktur transportasi, energi, air, telekomunikasi, dan sanitasi yang handal.

1. Panjang Jalan Usaha Tani (JALUT) pada sentra produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura;

2. Panjang Jalan Usaha Tani (JUT) pada sentra produksi perkebunan;

3. Persentase pemenuhan kebutuhan pupuk organik;

4. Jumlah unit Penyewaan Jasa Alsintan (UPJA) dan Alsintan lainnya pada sentra produksi Tanaman Pangan dan hortikultura;

5. Jumlah RPH, TPH, dan RPA yang memiliki sarana pengolahan limbah, sanitasi, dan drainase;

6. Jumlah kawasan peternakan yang memiliki jalan produksi;

7. Persentase kecamatan yang memiliki puskeswan dengan infrastruktur yang handal; 8. Persentase sentra produksi perikanan yang

memiliki jalan produksi, fasilitas pengolahan ikan, sanitasi, dan drainase;

9. Jumlah PPI,UPR, dan BBI;

10. Jumlah dan jenis sarana perikanan tangkap dan budidaya;

11. Jumlah sentra produksi yang memiliki unit pengolahan hasil;

12. Persentase sentra produksi yang memiliki sarana listrik yang cukup;

(23)

23

Sasaran Indikator Kinerja

13. Persentase sentra produksi yang memiliki layanan transportasi umum yang tertib, aman lancar, dan laik jalan;

14. Rasio ketersediaan simpul transportasi antar kecamatan;

15. Rasio ketersediaan fasilitas lalu lintas jalan; 16. Persentase sentra produksi yang memenuhi

standar kesehatan;

17. Persentase ketersediaan lahan untuk pembangunan;

18. Persentase sentra produksi yang memiliki jalan, jembatan, sanitasi, dan drainase yang handal;

19. Panjang Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS) terbangun;

Sasaran Strategis 4:

Kawasan permukiman

memiliki infrastruktur dasar transportasi, energi, air, telekomunikasi, dan sanitasi.

1. Persentase kawasan permukiman yang memiliki jalan, jembatan, dan fasum-fasos; 2. Persentase kawasan permukiman yang

memiliki sanitasi dan drainase; 3. Rasio ruang terbuka hijau;

4. Persentase kawasan permukiman yang memiliki sarana listrik dan energi yang cukup; 5. Persentase kawasan permukiman yang

memiliki pelayanan transportasi umum yang tertib, aman, dan lancar;

6. Persentase kawasan permukiman yang memiliki akses telekomunikasi;

7. Persentase kawasan permukiman, fasum, dan fasos yang memenuhi standar kesehatan; 8. Jumlah rumah yang dibangun dan direhabilitasi

untuk RTM;

9. Jumlah stimulan dan swadaya masyarakat dalam membangun infrastruktur perdesaan;

Sasaran Strategis 5:

Peningkatan daya dukung dan produktivitas Pantai Sadeng sebagai kawasan minapolitan untuk memacu pengembangan kawasan Pantai Selatan.

1. Persentase kelengkapan Fasilitas Lalulintas dan Angkutan Jalan menuju Pelabuhan Sadeng;

2. Persentase jalan, jembatan dan air bersih di/menuju Pelabuhan Sadeng yang memadai; 3. Persentase pemenuhan listrik di Pelabuhan

Sadeng;

4. Penambahan jumlah kapal motor; 5. Persentase kelengkapan sarana TPI;

(24)

24

Sasaran Indikator Kinerja

6. Volume perdagangan hasil perikanan melalui TPI Sadeng;

7. Persentase kelengkapan infrastruktur minapolitan yang memenuhi standar di Pantai Sadeng;

8. Volume hasil tangkap perikanan di Pelabuhan Sadeng;

Sasaran Strategis 6:

Seluruh potensi sumber daya

alam dipetakan dan

dipromosikan secara tepat sasaran dengan data yang akurat untuk mendorong investasi.

1. Persentase kecamatan yang memiliki pemetaan potensi secara up-to-date dan akurat;

2. Pertambahan persetujuan prinsip PMA/PMDN Fasilitasi baru atau perluasan setiap tahunnya; 3. Pertambahan jumlah PMA/PMDN fasilitasi

setiap tahunnya;

4. Persentase potensi yang disajikan secara

on-line dengan data yang up-to-date dan akurat;

5. Jumlah potensi bidang perindustrian, perdagangan, koperasi, pertambangan dan energi yang memiliki pemetaan secara rinci, akurat, dan up-to-date;

6. Jumlah potensi bidang perindustrian, perdagangan, koperasi, pertambangan, dan energi yang dikembangkan;

7. Jumlah potensi bidang kelautan dan perikanan yang memiliki pemetaan secara rinci, akurat, dan up-to-date;

8. Persentase potensi bidang kelautan dan perikanan yang dikembangkan;

9. Jumlah potensi tanaman pangan dan hortikultura yang memiliki pemetaan secara rinci, akurat, dan up-to-date;

10. Persentase potensi bidang tanaman pangan dan hortikultura yang dikembangkan;

11. Jumlah potensi kehutanan dan perkebunan yang memiliki pemetaan secara rinci, akurat, dan up-to-date;

12. Luas lahan potensi bidang kehutanan dan perkebunan yang dikembangkan;

13. Jumlah potensi peternakan yang memiliki pemetaan secara rinci, akurat, dan up-to-date; 14. Persentase potensi bidang peternakan yang

dikembangkan;

15. Persentase kelengkapan data informasi status lingkungan hidup daerah;

(25)

25

Sasaran Indikator Kinerja

16. Persentase komoditas unggulan yang terpetakan data produksi dan penjualan secara

up-to-date di setiap kecamatan;

17. Jumlah potensi dengan informasi harga pasar, persediaan, volume permintaan, volume penjualan, potensi pasar, yang dapat diakses secara on-line dan up-to-date;

18. Pertambahan realisasi investasi PMA/PMDN Fasilitasi setiap tahunnya;

19. Jumlah kemitraan strategis nasional dan internasional dalam pengembangan potensi Gunungkidul;

20. Persentase potensi wilayah yang dipromosikan dengan data yang up-to-date dan akurat;

21. Persentase potensi komoditas pertanian, pertambangan dan energi yang terpetakan dengan data produksi secara up-to-date di setiap kecamatan;

Sasaran Strategis 7:

Setiap kecamatan memiliki komoditas unggulan yang dikelola secara lestari dengan

menerapkan teknologi

produksi dan pengolahan yang tepat guna.

1. Ragam komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura yang menerapkan teknologi tepat guna;

2. Persentase Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas unggulan serta produk olahan tanaman pangan dan hortikultura; 3. Ragam komoditas unggulan peternakan yang

menerapkan teknologi tepat guna;

4. Persentase Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas unggulan serta produk olahan peternakan;

5. Ragam dan jumlah teknologi tepat guna serta bibit unggul peternakan yang digunakan; 6. Ragam komoditas unggulan kelautan &

perikanan yang menerapkan teknologi tepat guna;

7. Persentase Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas unggulan serta produk olahan kelautan & perikanan;

8. Ragam dan jumlah teknologi tepat guna serta bibit unggul kelautan dan perikanan yang digunakan (budidaya, tangkap, pengolahan);

(26)

26

Sasaran Indikator Kinerja

9. Ragam komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan yang menerapkan teknologi tepat guna;

10. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas unggulan serta produk olahan kehutanan dan perkebunan;

11. Jenis konservasi pada habitat khusus;

12. Ragam komoditas unggulan perindustrian, perdagangan, pertambangan, dan energi yang menerapkan teknologi tepat guna;

13. Persentase Peningkatan produktivitas komoditas unggulan perindustrian, pertambangan, dan energi;

14. Ragam dan jumlah teknologi tepat guna perindustrian, pertambangan, dan energi yang digunakan;

15. Persentase kecamatan yang memiliki posyantekdes aktif;

16. Persentase masyarakat perdesaan yang memanfaatkan teknologi tepat guna;

17. Jumlah desa Prima (Perempuan Indonesia Maju & Mandiri);

18. Ragam dan jumlah teknologi dan komoditas unggulan yang direkomendasikan;

19. Jumlah sumber mata air yang dikonservasi; 20. Jumlah kelompok masyarakat peduli/

pemerhati lingkungan;

Sasaran Strategis 8:

Setiap kecamatan memiliki Unit Pelayanan Bisnis dan lembaga pembiayaan yang

mampu memfasilitasi

pengembangan komoditas unggulan.

1. Jumlah kecamatan yang memiliki Unit Pelayanan Bisnis;

2. Jumlah kelompok usaha industri, perdagangan, dan pertambangan yang memperoleh permodalan;

3. Jumlah komoditas unggulan yang dikembangkan dan dipasarkan melalui Unit Pelayanan Bisnis;

4. Persentase desa yang memiliki koperasi berkualifikasi sehat;

5. Persentase peningkatan produktivitas kelompok usaha industri, perdagangan, dan pertambangan;

6. Jumlah kelompok simpan pinjam untuk perempuan;

(27)

27

Sasaran Indikator Kinerja

7. Jumlah UPPKS di desa;

8. Jumlah kelompok usaha produktif perdesaan yang menerima manfaat dana bergulir secara tertib dan lancar;

9. Jumlah kelompok usaha tani yang memperoleh permodalan;

10. Jumlah kelompok usaha peternakan yang memperoleh permodalan;

11. Persentase desa pesisir yang memiliki pendamping teknis perikanan;

12. Persentase peningkatan produktivitas kelompok nelayan;

13. Jumlah kelompok usaha perikanan yang memperoleh permodalan;

14. Persentase kecamatan yang memiliki Kelompok Usaha Bersama (KUBE) aktif; 15. Jumlah BPP yang memiliki klinik konsultasi

agribisnis;

Sasaran Strategis 9:

Setiap kecamatan memiliki pasar yang mampu menjamin ketersediaan kebutuhan pokok dan sarana produksi serta penjualan komoditas di wilayahnya.

1. Persentase kebutuhan pokok dan input produksi yang terjamin ketersediaannya dengan harga terjangkau;

2. Persentase pasar pemerintah daerah yang representatif dan mampu memfasilitasi kebutuhan masyarakat Gunungkidul dan sekitarnya;

3. Jumlah tempat pelelangan ikan, pasar ikan, & kedai pesisir;

4. Jumlah Pasar Desa yang memiliki bangunan permanen;

Sasaran Strategis 10:

Kabupaten Gunungkidul mencapai ketahanan pangan.

1. Jumlah desa rawan pangan;

2. Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi;

3. Persentase skor ketersediaan pangan ideal; 4. Persentase pangan segar yang aman;

5. Persentase konsumsi pangan lokal umbi-umbian;

6. Jumlah lembaga pengelola cadangan pangan masyarakat yang difasilitasi gudang lumbung; 7. Jumlah RTM yang memperoleh distribusi

(28)

28

Sasaran Indikator Kinerja

Tujuan 5: Peningkatan pengelolaan pariwisata melalui kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Sasaran Strategis 11:

Kabupaten Gunungkidul menjadi destinasi wisata unggulan dengan infrastruktur yang handal.

1. Persentase objek wisata yang memiliki infrastruktur pariwisata yang handal;

2. Jumlah usaha pariwisata yang memenuhi standar;

3. Persentase objek wisata yang memiliki air bersih, sanitasi, dan akses jalan;

4. Jumlah kunjungan wisman dan wisnus; 5. Jumlah Tourism Information Services (TIS); 6. Jumlah dan ragam daya tarik wisata yang

dikelola secara profesional; 7. Jumlah kelompok sadar wisata;

8. Persentase objek wisata yang dapat diakses oleh sarana transportasi yang nyaman;

9. Persentase objek wisata yang memiliki listrik; 10. Persentase objek wisata yang memiliki air

bersih, sanitasi, dan akses jalan;

11. Persentase objek wisata yang dapat akses sarana komunikasi;

Sasaran Strategis 12:

Pengembangan wisata budaya berbasis pemberdayaan masyarakat.

1. Jumlah atraksi/festival budaya unggulan daerah sebagai sarana promosi wisata;

2. Jumlah Desa Budaya / kawasan wisata budaya yang difasilitasi;

3. Jumlah upacara adat / tradisi yang menjadi paket wisata / Calender of event

Sasaran Strategis 13:

Seluruh potensi sumber daya

alam dipetakan dan

dipromosikan secara tepat sasaran dengan data yang akurat untuk mendorong investasi.

1. Jumlah potensi kebudayaan dan pariwisata yang memiliki pemetaan secara rinci, akurat, dan up-to-date;

2. Persentase potensi di bidang kebudayaan dan pariwisata yang dikembangkan;

Tujuan 6: Keberpihakan dan pemberdayaan kepada masyarakat menengah

kebawah untuk memperoleh kemudahan akses layanan

pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya. Sasaran Strategis 14:

Anak Usia Dini terlayani PAUD.

Persentase Anak Usia Dini terlayani PAUD formal dan non formal;

(29)

29

Sasaran Indikator Kinerja

Sasaran Strategis 15:

Anak usia sekolah lulus SLTA dan memiliki keterampilan Bahasa Inggris, komputer, agrobisnis, dan kewirausahaan.

1. APK dan APM di setiap kecamatan;

2. Rasio ketersediaan ruang kelas untuk SD, SLTP, dan SLTA;

3. Rasio murid/rombongan belajar dengan guru per bidang studi;

4. Persentase sekolah yang menerapkan kurikulum bahasa inggris, komputer, agrobisnis, dan kewirausahaan;

5. Persentase Anak Berkebutuhan khusus (ABK) yang terlayani pendidikan formal;

6. Jumlah sekolah yang memenuhi standar mutu (SSN);

7. Peringkat kelulusan SD, SLTP, dan SLTA; 8. Persentase anak usia sekolah lulus SD, SLTP,

dan SLTA;

9. Persentase pendidikan non formal yang memenuhi standar mutu;

10. Persentase anak putus sekolah yang menyelesaikan kejar paket A, B, dan C;

11. Jumlah buta aksara;

12. Persentase guru yang memenuhi kualifikasi dan standar kompetensi;

13. Persentase desa yang memperoleh layanan perpustakaan;

14. Ragam dan jumlah buku perpustakaan; 15. Jumlah pustakawan dan pemustaka;

Sasaran Strategis 16:

Angkatan kerja menjadi pekerja profesional atau wirausaha yang peduli memajukan daerahnya.

1. Jumlah dan jenis pelatihan di setiap kecamatan; 2. Persentase pengangguran yang menjadi pekerja

profesional atau wirausaha;

3. Jumlah pengangguran dan kk miskin yang menjadi transmigran;

4. Jumlah wirausaha baru di bidang perindagkop di setiap kecamatan;

5. Jumlah wirausaha baru di bidang kehutanan dan perkebunan di setiap kecamatan;

6. Jumlah wirausaha baru di bidang peternakan di setiap kecamatan;

7. Jumlah wirausaha baru di bidang agrobisnis di setiap kecamatan;

8. Jumlah wirausaha baru di bidang tanaman pangan dan hortikultura di setiap kecamatan;

(30)

30

Sasaran Indikator Kinerja

9. Jumlah wirausaha baru di bidang kelautan dan perikanan;

10. Jumlah wirausaha baru di bidang kebudayaan dan pariwisata;

11. Jumlah wirausaha baru kelompok masyarakat PNPM mandiri perdesaan;

12. Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan;

13. Jumlah pengangguran di setiap kecamatan;

Sasaran Strategis 17:

Rumah sakit, puskesmas, dan jaringannya memenuhi standar

mutu serta mampu

menjangkau/dijangkau oleh masyarakat di wilayahnya.

1. Persentase fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah yang menerapkan manajemen mutu;

2. Persentase kunjungan Bumil dengan K4; 3. Persentase Bumil dengan komplikasi yang

ditangani;

4. Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan;

5. Persentase ibu nifas yang memperoleh 3 kali pelayanan sesuai standar;

6. Persentase neonatal dengan komplikasi ditangani;

7. Persentase bayi yang memperoleh pelayanan; 8. Persentase siswa SD kelas 1 yang diperiksa; 9. Persentase pelayanan PUS menjadi peserta KB

aktif;

10. Persentase cakupan kunjungan rawat jalan pasien Gakin;

11. Persentase cakupan kunjungan rawat inap pasien Gakin;

12. Persentase sasaran kesehatan pemerintah dengan kemampuan gawat darurat level 1; 13. Persentase desa dengan anak UCI;

14. Jumlah penemuan dan penanganan penyakit menular;

15. Persentase desa dengan KLB yang dilakukan penyelidikan epidemologi kurang dari 24 jam; 16. Persentase balita dan anak prasekolah dilayani

(DTKB);

17. Persentase Balita Gakin mendapatkan MP-ASI;

(31)

31

Sasaran Indikator Kinerja

18. Persentase Balita gizi buruk mendapatkan perawatan;

19. Persentase desa siaga aktif; 20. Jumlah akreditasi yang diperoleh;

21. Persentase RSUD dengan pencapaian SPM memenuhi target;

22. Persentase pelayanan terhadap keluarga miskin baik rawat jalan maupun rawat inap;

Sasaran Strategis 18:

Keluarga sadar gizi, berperilaku hidup bersih sehat, dan menerapkan norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

1. Persentase gizi kurang pada balita; 2. Persentase Bumil KEK;

3. Persentase Bumil/Bufas Anemia; 4. Persentase keluarga sadar gizi; 5. Persentase Posyandu aktif;

6. Persentase rumahtangga ber-PHBS; 7. Jumlah Kecamatan Sayang Ibu;

8. Jumlah kelompok masyarakat yang aktif dalam kesetaraan gender (P2WKSS);

9. Persentase dasa wisma aktif di setiap desa; 10. Persentase keluarga ikut KB aktif.;

11. Persentase kecamatan yang memiliki PIKKRR; 12. Jumlah Bina Keluarga Balita;

13. Jumlah Bina Keluarga Remaja; 14. Jumlah Bina Keluarga Lansia;

15. Persentase siswa SD/MI yang mendapatkan makanan tambahan (PMT-AS);

16. Persentase keluarga Pra KS dan KS1 yang menjadi KS2;

Sasaran Strategis 19:

Pemuda pemudi Gunungkidul meraih prestasi regional, nasional, dan internasional.

1. Jumlah pemuda-pemudi yang meraih prestasi regional dan internasional;

2. Jumlah prestasi regional dan internasional yang diraih;

3. Jumlah event olahraga, iptek, seni-budaya dan imtaq berskala regional dan internasional di Gunungkidul;

4. Jumlah organisasi kepemudaan dan sarana kepemudaan & olahraga yang meraih prestasi; 5. Jumlah pemuda-pemudi penggiat seni-budaya

dan sanggar seni;

6. Jumlah seni-budaya Gunungkidul yang tampil di forum nasional dan internasional;

(32)

32

Sasaran Indikator Kinerja

7. Persentase karangtaruna aktif yang menjadi pionir ekonomi daerah di setiap kecamatan;

Tujuan 7: Peningkatan sistem pelayanan publik dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Governance.

Sasaran Strategis 20:

Seluruh SKPD dan

pemerintahan desa memiliki aparatur yang kompeten sesuai kebutuhan serta menerapkan akuntabilitas kinerja dan bebas KKN.

1. Persentase aparatur yang memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya;

2. Persentase aparatur yang memperoleh penghargaan dan sanksi yang jelas;

3. Persentase aparatur yang memperoleh pengembangan karir yang tepat waktu;

4. Persentase SKPD yang memiliki aparatur kompeten sesuai kebutuhan;

5. Persentase pemerintahan desa yang melaksanakan siklus tahunan desa secara tertib;

6. Persentase kepala desa dan perangkat desa yang memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya;

7. Persentase SKPD yang memiliki analisis jabatan, ABK, dan Standar Kompetensi;

8. Persentase SKPD yang terevaluasi tupoksinya;

Sasaran Strategis 21:

Seluruh perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan dilaksanakan secara tepat waktu dan terintegrasi dengan data yang akurat.

1. Persentase SKPD yang menerapkan perencanaan secara terintegrasi dan tepat waktu berdasarkan basis data yang up-to-date dan akurat;

2. Persentase SKPD yang menerapkan sistem informasi perencanaan dan monev terintegrasi secara on-line;

3. Teridentifikasinya faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian target sasaran pembangunan secara periodik; 4. Persentase SKPD yang taat aturan dan tepat

waktu dalam melaksanakan program dan kegiatan;

5. Persentase penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan aparat pengawas internal dan eksternal;

6. Persentase penyelesaian kasus pengaduan masyarakat;

7. Persentase SKPD penghasil PAD yang melaporkan pendapatan secara akuntabel dan tepat waktu;

(33)

33

Sasaran Indikator Kinerja

8. Persentase SKPD yang melakukan pengelolaan dan pelaporan keuangan secara tepat waktu dan sesuai standar;

9. Persentase Asset daerah yang diinventarisir, dinilai dan dikelola secara tepat;

10. Persentase pengadaan barang dan jasa Pelelangan Umum secara e-procurement dan taat aturan;

11. Persentase desa yang menyusun profil desa secara lengkap dan akurat;

12. Jumlah desa swasembada;

13. Persentase penduduk yang memiliki dokumen kependudukan yang up-to-date dan akurat; 14. Persentase kecamatan yang memiliki data

kependudukan yang up-to-date dan akurat; 15. Persentase desa yang memiliki data

kependudukan yang up-to-date dan akurat; 16. Persentase kecamatan yang melaksanakan

SIAK secara on-line;

17. Persentase SKPD yang terintegrasi dalam jaringan komunikasi on-line;

18. Persentase pembangunan yang dilaksanakan secara terintegrasi, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat manfaat;

19. Persentase SKPD yang menyampaikan RKT, LAKIP, dan laporan penetapan kinerja secara benar dan tepat waktu;

20. Persentase LPPD, LKPD, dan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah secara benar dan tepat waktu;

21. Persentase kelancaran operasional Bupati dan Wakil Bupati;

22. Persentase kelengkapan data secara up-to-date dan akurat;

23. Persentase pelaporan secara benar dan tepat waktu;

Sasaran Strategis 22:

Pelayanan publik dilaksanakan sesuai standar pelayanan prima serta menciptakan iklim usaha yang kondusif.

1. Persentase SKPD yang menerapkan SOP; 2. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM);

(34)

34

Sasaran Indikator Kinerja

Sasaran Strategis 23:

Masyarakat memperoleh perlindungan dan kepastian hukum dalam melaksanakan kegiatannya secara tertib dan damai.

1. Persentase penurunan pelanggaran perda; 2. Persentase pelaksanaan penertiban disiplin

PNS di tempat-tempat Umum pada jam kerja; 3. Tertibnya fasilitas umum/fasilitas sosial; 4. Persentase kelancaran pelaksanaan

pengamanan kegiatan Bupati, Wakil Bupati, Pejabat Daerah, dan Tamu Daerah;

5. Menurunnya penyakit masyarakat

(gelandangan, pengemis, perjudian, premanisme, prostitusi);

6. Persentase penurunan angka kriminalitas; 7. Jumlah konflik antar masyarakat;

8. Persentase cakupan petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang handal dan terlatih; 9. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3

(Ketertiban, Ketentraman dan Keindahan); 10. Persentase daerah rawan bencana yang

memiliki sistem pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana secara efektif;

11. Persentase daerah rawan bencana yang memiliki kemampuan manajemen PB pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana; 12. Persentase partisipasi masyarakat dalam

pendidikan politik dan bela negara;

13. Presentase organisasi kemasyarakatan dan LSM yang memperoleh fasilitasi pemerintah daerah;

14. Persentase jumlah laporan/pengaduan masyarakat akibat adanya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang ditindak lanjuti;

15. Jumlah Unit usaha/kegiatan yang memiliki dokumen pengelolaan lingkungan;

16. Persentase penyelesaian kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dan trafficking; 17. Persentase perusahaan dan tenaga kerja yang

mematuhi UU ketenagakerjaan;

18. Persentase penyelesaian kasus ketenagakerjaan dan hubungan industrial;

19. Persentase PMKS yang memperoleh pembinaan;

(35)

35

Sasaran Indikator Kinerja

20. Persentase ketaatan usaha di bidang pariwisata; 21. Persentase penurunan pelanggaran angkutan

jalan;

22. Persentase ketaatan pembayaran pajak dan retribusi;

23. Persentase penurunan penambangan liar; 24. Frekuensi pantauan perederan barang dan jasa; 25. Persentase peternak yang mematuhi ketentuan

peternakan;

26. Persentase bibit yang bersertifikasi;

27. Persentase produk hewan dan hasil olahannya yang tidak layak konsumsi;

28. Persentase nelayan yang menggunakan alat tangkap dan bahan yang memenuhi ketentuan; 29. Persentase penyelesaian kasus pelanggaran

aparatur secara tepat waktu;

30. Jumlah rancangan produk hukum daerah yang diajukan secara tepat waktu;

31. Persentase PNS dan perangkat desa yang mendapatkan bantuan konsultasi hukum; 32. Persentase akurasi informasi pemerintah yang

beredar di masyarakat;

33. Jumlah tempat peribadatan dan organisasi keagamaan yang mendapatkan pembinaan.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menetapkan Indikator Kinerja Utama dengan menetapkan Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 191/KPTS/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Bupati Tahun 2010-2015 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 388/KPTS/2014. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih indikator-indikator yang ada dalam RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 yang memiliki fokus pada perspektif

stakeholder, sedangkan yang fokusnya pada internal bussines process (peningkatan

kapasitas internal organisasi) tidak dijadikan Indikator Kinerja Utama. Adapun Indikator Kinerja Utama Bupati Gunungkidul Tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut:

Gambar

Grafik Perbandingan Anggaran PAD, DAU, Pendapatan dan Belanja  Tahun 2014 dan 2013

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi daya ledak otot tungkai terhadap ketepatan jump shoot three point ekstrakurikuler basket siswa putra SMP Negeri 3

Studi banding struktur kristal dan magnetoresistance (MR) perovskite La 0,7 Ca 0,3 MnO 3 (LCMO) terhadap senyawa induk LaMnO 3 (LMO) dan CaMnO 3 (CMO) telah dilakukan

Indikator kuantitas, karena user tidak dapat menyelesaikan jumlah pekerjaan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu menyelesaikan tiga mobil dalam sehari dikarenakan

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Binjai sebagai penyedia jasa pelayanan pajak (khusus dalam penelitian ini adalah Pajak BPHTB)

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat skor kecemasan antara kelompok eksperimen yang diberikan

Pengajuan yang dilakukan lewat agen sama sekali tidak menjamin perolehan bantuan grassroots karena tidak ada hubungan dengan Kedutaan Besar Jepang dan Konsulat

Perbedaan dari port statis dan port dinamis ialah pada port statis bersifat port yang dipesan atau telah ditentukan terlebih dahulu untuk penyesuaian pemakaian

(2012) tentang pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pengembangan yang dimaksud adalah penelitian ini menambahkan variabel kompleksitas